Anda di halaman 1dari 19

CASE PRESENTATION 2

OSD PAPIL EDEM

Oleh
Lalu sayidiman Huzaif
H1A011039

Pembimbing

dr. I Gede Suparta, Sp.M

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Papil edema merupakan suatu pembengkakan dari optic disk,


yang biasanya bilateral dan disebabkan oleh peningkatan intra cranial.
Ruang subarachnoid dari otak akan berlanjut ke depan hingga menyelimuti saraf
optic hingga tepat dibelakang bola mata, sehingga kelainan yang terjadi di
dalamnya (tumor, hidrosefalus, pseudotumor cerebri seperti idiopatik intra
cranial hipertensi (IIH)). Akan menyebabkan disfungsi atau kompresi pada saraf
optic, hal ini akan menyebabkan tahanan partial dari transport axoplasmik dan
menyebabkan pembengkakan pada optic disk. Papi edema merupakan suatu
elevasi dari optic disk, yang biasanya bilateral, dan disebabkan oleh peningkatan
intra cranial.

Tumor di otak dapat jinak atau ganas, dan dapat primer atau metastasis dan
semuanya dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial. Sekitar 100.000
pasien di US meninggal akibat masa intracranial yang dapat menyebabkan papil
edema.

Suatu keadaan yang lain juga dapat menyebabkan tahanan pada transport
axoplasma tanpa disertai peningkatan tekanan intracranial. Keadaan seperti ini
terjadi pada tumor meningoma selaput saraf optic, glioma, anterior iskemik optic
neuropati dan obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi saraf optk
(Ethambutol).
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis

A. Identitas Pasien

Nama : Tn.A
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Mbojo
Alamat : Bima
RM :147566

B. Keluhan Utama

Penglihatan menghilang mendadak

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata RSUP NTB dengan keluhan penglihatan menghilang
mendadak pada ke dua mata sejak satu bulan yang lalu . Keluhan pada pasien disertai dengan
nyeri kepala di bagian kiri yang hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu. Pasien menjelaskan
pernah terjatuh saat bekerja dengan posisi kepala bagian belakang terbentur. Dua hari setelah
terjatuh pasien menegluh mual, muntah, mata terasa gatal, nyeri, dan bengkak di kedu mata. Satu
minggu kemudian penglihatan pasien tiba-tiba mengilang. Pasien pernah memeriksakan matanya
ke rumah sakit di bima dan diberikan obat oleh dokter mata namun tidak ada perubahan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu

 Keluhan serupa (-)


 Hpertensi (-)
 Diabetes Militus (-)

E. Riwayat Penyakit Keluarga

 Keluhan serupa (-)


 Hipertensi (-)
 Diabetes Militus (-)

F. Riwayat Alergi

 Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan

2.2 Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital :

 Tekanan darah : 110/70 mmHg

 Frekuensi nadi : 98x/menit, reguler, kuat angkat

 Frekuensi napas : 20x/menit

 Suhu aksila : 36.6 ○C


B. Status Oftalmoligis

Gambar 2.1 Tampak mata pasien

Pemeriksaan Deskripsi Interpretasi

Oculi Dextra Oculi Sinistra

Tajam Pengelihatan
Visus naturalis LP + LP +

Proyeksi buruk Proyeksi buruk

Posisi Bola Mata

Hirschberg Refleks sinar tampak Refleks sinar tampak Ortoforia


Test jatuh di pertengahan jatuh di pertengahan
pupil pupil

Cover Test Saat mata kiri ditutup, Saat mata kanan Ortotropia
mata kanan tetap ditutup, mata kiri
fiksasi dan tidak ada tetap fiksasi dan
deviasi tidak ada deviasi

Uncover Test Saat mata kanan Saat mata kiri Ortotropia


dibuka, mata kanan dibuka, mata kiri
tetap fiksasi dan tidak tetap fiksasi dan
ada deviasi tidak ada deviasi

Gerak bola Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Mata
Lapang Tidak dilakukan Tidak dilakukan

pandang

Pemeriksaan Mata Eksternal

Palpebra Dari inspeksi Dari inspeksi Abnormal


Tidak tampak Tidak tampak
hiperemis, edema, hiperemis, edema,
massa, tidak terdapat massa, tidak terdapat
entropion, ektropion, entropion, ektropion,
ptosis, dan ptosis, dan
pertumbuhan bulu pertumbuhan bulu
mata ke arah luar. mata ke arah luar.
Dari palpasi tidak ter
Dari palpasi tidak
terdapat dapat
adanya massa, adanya massa,
Dan nyeri tekan. Dan nyeri tekan.

Punctum Tidak tampak Tidak tampak Normal


lakrimal pembengkakan, luka pembengkakan, luka,
atau penutupan atau penutupan
punctum oleh bulu punctum oleh bulu
mata mata

Saccus Tidak tampak adanya Tidak tampak Normal


lacrimalis pembengkakan, luka, adanya
ataupun sekret pembengkakan, luka,
ataupun sekret

Glandula Tidak tampak adanya Tidak tampak Normal


lakrimal massa adanya massa

Konjungtiva Tidak tampak adanya Tidak tampak Normal


tarsal massa, membran, adanya massa,
sikatrik, hiperemis, membran, sikatrik,

Konjungtiva Tidak tampak adanya Tidak tampak adanya Normal


bulbi injeksi konjungtiva. injeksi konjungtiva.
Tidak tampak Tidak
adanya injeksi siliar, tampak adanya
perdarahan, massa dan injeksi siliar,
edema. perdarahan, massa
dan edema.

Pemeriksaan Media Refraksi

Kornea Tampak cembung, Tampak cembung, Normal


jernih dan licin. jernih dan licin.
Tidak tampak adanya Tidak tampak
sikatrik dan benda adanya sikatrik dan
asing. benda asing.

Bilik mata Tampak dalam dan Tampak dalam dan Normal


depan jernih. jernih.
Tidak tampak hifema Tidak tampak
dan hipopion. hifema dan hipopion.

Iris Tampak berwarna Tampak berwarna Normal


cokelat dan reguler cokelat dan reguler
Pupil Bulat, diameter 5 mm, Bulat, diameter 5 Isokor dan
Midriasis, refleks mm, midriasis refleks
cahaya, cahaya normal
langsung dan tak langsung dan tak
Langsung menurun langsung menurun

Lensa Tampak jernih, iris Tampak jernih,iris Normal


shadow (-), subluksasi shadow(-),subluksasi
(-), dislokasi (-) Dislokasi(-)

Pemeriksaan Tekanan Intraokuler

Palpasi Kesan normal secara Kesan normal secara Normal


palpasi palpasi
BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS KASUS

3.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun


permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:

Subjective
Laki-laki usia 19 tahun mengekuhkan tidak bisa melihat secara mendadak pada kedua matanya.
Pasien memiliki riwayat terjatuh dengan kepala bagian belakang terbentur. Dua hari setelah
terjatuh pasien mengeluh mata bengkak, merah, gatal dan nyeri yang disertai dengan mual,
muntah, dan sakit kepala.
Objective
Midriasis dikedua mata pasien dengan visus LP+ proyeksi buruk.

Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan adanya benjolan pada kelopak mata kiri dan
kana, kemerahan.

3.2 Analisis Kasus


3.2.1 Assessment
3.2.2 Diagnosis Kerja
 OSD Papil edem
3.2.3 Diagnosis Banding
 Papilitis
 Anterior iskemik optik neuropati
 Pseudopapiledema
 meningioma dan glioma
3.2.4 Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosisn didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dugaan untuk papil
edema dapat disimpulkan dari anamnesis. Selain itu pemeriksaan fundus Pemeriksaan dan CT
scan.

3.2.5 Planning Terapi

Terapi pada papil edema berhubungan dengan hilangnya visus yang bergantung pada penyebab,
gejala, tanda, dan progesifitas dari masalah yang ada. Bila tumor memungkinkan utntuk
diangkat, maka tindakan surgikal perlu dilakukan.
BAB V

PEMBAHASASAN

Papil edema merupakan suatu pembengkakan diskus saraf optic sebagai akibat skunder
dari peningkatan tekanan intracranial. Berbeda dengan penyebab lain dari pembengkakan diskus
saraf optic. Papil edema selalu timbul sebagai fenomena bilateral dan dapat berkembang dalam
beberapa jam sampai beberapa minggu dan Papil edema dapat terjadi pada usia berapapun.
Patofisiologi utama dari papil edema adalah adanya blokade dari transport axoplasmik, edema,
dan kongesti vaskuler. Transport axoplasmik merupakan suatu aliran material yang
bertanggungjawab untuk memelihara axon, material yang terutama adalah protein dan organel-
organel yang terbentuk di neurolsoma dan ditransportkan di sepanjang axon.word.
Transport axonal ini bergantung pada mikrotubuli-mikrotubuli yang menyerupai
‘railroad tracks’. Transport axoplasmik ortograde dapat terjadi lambat dan cepat. Pada transport
yang lambat, biasanya terjadi 0,5-3,0 mm per hari, dan pada transport yang cepat kecepatan
alirannya adalah 200-1000 mm per hari.word. Baik secara mekanik maupun vaskuler, keduanya
dapat menyebabkan blokade dari aliran axoplasmik ini. Secara mekanik biasanya disebabkan
karena adanya tumor atau massa, sedangkan secara vaskuler dapat terjadi karena perdarahan.
Biasanya blokade mulai terjadi bila terdapat tahanan pada lamina koroidalis atau lamina
skleralis. Tekanna yang terus menerus meningkat akan menyebabkan bendungan dan kerusakan
axon. Secara kllinis, edema pada optik disk dapat pula disebabkan oleh peningkatan tekanan
vena pada atau dekat dengan lamina kribosa baik secara mekanis atau fisiologis menghambat
aliran axoplasmik.
Untuk mempermudah mengetahui stadium papil edema berdasarkan waktu, maka papil
edema dibedakan menjadi papil edema awal/insipien, fully developed/akut papil edema, kronis
papil edema, dan papil edema lambat. Perkembangan papil edema ini dapat terjadi beberapa hari
hingga beberapa minggu tergantung pada etiologinya. Biasanya edema akan mengenai optik disk
daerah superior dan inferior terlebih dahulu, setelah agak kronis (bulan hingga tahun) baru
mengenai daerah nasal dan kemudian temporal 1,2,3,6
a. Papil edema awal/insipien
Pada keadaan akut disk tampak hiperemis, bengkak, batas dengan margin tidak jelas dan
kekaburan di sekitar nerve fiber layer. Pulsasi vena juga tampak hilang spontan.

Gambar 4.1. Papil Edema Awal/Insipien

b. Fully developed papil edema (akut)


Stadium ini optik disk masih tampak hiperemis dengan pengangkatan/elevasi optic
nerve head, dan pembuluh darah tampak tenggelam, disertai dengan dilatasi jaringan
kapiler, telangiektasis dan adanya peripapiler splinter haemmorhage dan terkadang
disertai dengan adanya koroidal fold dan retina striae, sehingga menyebabkan penurunan
tajam penglihatan. Terkadang dapat ditemukan adanya cotton wool spots dan eksudat.

Gambar 4.2. Papil Edema Akut

c. Kronis papil edema


Adanya beberapa perdarahan, cup optik disk tampak kabur, dan disk tampak kurang
hiperemis dibandingkan stadium akut, akibat proses kehilangan axon yang kronis, serta
terdapat hard eksudat di dalam optic nerve head. Tampak pula suatu daerah keputihan
(pseudodrusen) yang merupakan suatu akumulasi dari bendungan axoplasma akibat papil
edema. Optociliaris shunt juga dapat ditemukan pada stadium ini. Hilangnya penglihatan
mulai meningkat pula.

Gambar 4.3 Papil Edema Kronis

d. Papil edema lambat


Pada stadium ini telah terjadi atrofi optik sekunder yang merupakan stadium akhir,
pembengkakan disk menurun karena axon sudah hilang, arteriol retina menyepit atau
tampak sheated, dan optik disk tampak keabu-abuan/pucat. Fungsi penglihatan dan
lapang penglihatan biasanya sudah tidak ada.

Gambar 4.4. Papil Edema Lambat


Pada pasien dalam kasus ini gejala yang muncul pada pasien adalah pandangan yang tiba-
tiba menghilang pada kedua mata disertai nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien memiliki
riwayat terjatuh dengan posisi kepala bagian belakang terbentur, dua hari setelah terjatuh
keluhan timbul yang disertai dengan bengkak pada kedua mata, nyeri kemerahan dan terasa gatal
di sekitar mata. Untuk mengetahui permasalahan pada pasien ini dilakukan anamnesis untuk
mencari gejala yang berhubungan dengan papil edema kemudian dilakukan pemeriksaan mata.
Untuk memastikan permasalahanya dilakukan pemeriksaa penunjang pemeriksaan yaitu
pemeriksaan fundus serta CT scan.

a. Funduscopy

Pada pemeriksaan fundus pasien didapatkan hasil papil ODS atrofi akibat edem papil
serta didapatkan macula terletak 3 mm sampai 4 mm arah temporal.
b. CT sacn

Dari hasil CT scan pada pasien dapat terlihat adanya massa intra axial di parieto frontal
dengan ukuran 5 cm x 7 cm dengan suspect glioblastoma multiform yang menyebabkan deviasi
media ke dekstra sejauh 1 cm. Dari hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan baik itu dari
pemeriksaan funduscopy dan CT scan didapatkan dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
tekanan intracranial yang disebabkan oleh adanya masa di intra axial di parieto frontal. Massa
tersebut menyebabkan hambatan aliran axoplasmik dengan edema intraaxonal pada daerah
diskus saraf optikus sehingga menyebabkan pembengkakan di diskus optikus.

Dari hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien berupa pandangan yang hilang secara
tiba-tiba pada ke dua mata yang disertai dengan nyeri kepala, mual, muntah, kemudian pada
pemeriksaanfisik mata didapatkan midriasis pada kedua mata dan didapatkan hasil visus pasien
yaitu LP + proyeksi buruk. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan funduscopy dan
CT scan. Dari hasil yang didapatkan bisa ditegakan diagnosis pasien mengalami papil edema
pada kedua mata akibat adanya massa pada intra axial di parieto frontal dengan ukuran 5 cm x 7
cm yang menyebabkan terjadinya penekanan intracranial yang berdampak pada hilangnya
penglihatan pasien.

Terapi pada papil edema berhubungan dengan hilangnya visus yang bergantung pada
penyebab, gejala, tanda, dan progesifitas dari masalah yang ada. Bila tumor memungkinkan
utntuk diangkat, maka tindakan surgikal perlu dilakukan, terapi medikamentosa yang dapat
diberikan sehubungan dengan usaha untuk menurunkan tekanan intrakranial dengan membantu
meningkatkan absorbsi cairan serebrospinal dan menurunkan produksiya, yaitu dengan diuretika,
golongan karbonik anhidrase inhibitor dan acetazolamide.

Untuk prognosis ditentukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya, sebagian besar


pasien dengan tumor otak prognosisnya buruk, pada kasus ini terdapat massa pada otak pasien
yang dapat memberikan prognosis yang buruk juga.

Untuk komplikasi dapat terjadi kerusakan otak, stroke dan kematian. Pada kasus ini
penglihatan pasien sudah buruk karna didapatkan visus LP + dengan proyeksi yang buruk.
BAB V

PENUTUP

Laki-laki usia 19 tahun mengekuhkan tidak bisa melihat secara mendadak pada kedua
matanya. Pasien memiliki riwayat terjatuh dengan kepala bagian belakang terbentur. Dua hari
setelah terjatuh pasien mengeluh mata bengkak, merah, gatal dan nyeri yang disertai dengan
mual, muntah, dan sakit kepala. Dari hasil anamnesis serta pemeriksaa nfisik mata didapatkan
midriasis pada kedua mata dan didapatkan hasil visus pasien yaitu LP + proyeksi buruk. Pada
pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan funduscopy dan CT scan. Dari hasil yang
didapatkan bisa ditegakan diagnosis pasien mengalami papil edema pada kedua mata akibat
adanya massa pada intra axial di parieto frontal dengan ukuran 5 cm x 7 cm yang menyebabkan
terjadinya penekanan intracranial yang berdampak pada hilangnya penglihata pada kedua mata
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. M, Gsti. Makalah Papil Edema. 2016. Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Diponogoro semarang.

2. Sadun, A.A., 2009., Papil edema and raised intracranial pressure., in:.Yanoff &
Duker Ophthalmology., Boston: Mosby., 3rd Edition., chapter 9.5
3. Lee, A.G., FitzGibbon, E.J., et al., 2015., Papilledema., www.eyewiki.aao.org.,
diunduh tanggal 6 oktober 2020.
4. Gossman, M.V., Giovanni, J., 2014., Papilledema clinical presentation.,
emedicine.medscape.com., diunduh tanggal 7 Oktober 2020.

5. American Academy of Ophthalmology., 2014., The Patient with decreased vision:


classification and management. In: Neuroophtalmology., San Fransisco., chapter 4.,
page 107-111

Anda mungkin juga menyukai