Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn. E DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: TYHPHOID


DIRUANG MELATI
RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing : NS. Siti Aminah, M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Azhar Nurul Istiqomah E.0105.20.007
Mas’an Sauqi Subastian E.0105.20.024
Muthia Salwa Syahiriah E.0105.20.027
Nessha Seftiyani Rahayu E.0105.20.028
Tri Neta Muliawati E.0105.20.044
Teti Darwati E.0105.20.048
Unung Muttaqin E.0105.20.045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN AKADEMIK 2021 – 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) Stase Keperawatan Maternitas Tingkat II
Semester IV Progran Studi Diploma III Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi dengan
Judul :

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T PASIEN DENGAN GANGGUAN


PENCERNAAN : TYHPOID DIRUANG MELATI RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA

Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Azhar Nurul Istiqomah E.0105.20.007
Mas’an Sauqi Subastian E.0105.20.024
Muthia Salwa Syahiriah E.0105.20.027
Nessha Seftiyani Rahayu E.0105.20.028
Tri Neta Muliawati E.0105.20.044
Teti Darwati E.0105.20.048
Unung Muttaqin E.0105.20.045

Telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta pada tanggal 18
Mei – 14 Juni 2022

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan Ruangan Pembimbing Akademik


Melati STIKes Budi Luhur Cimahi
RSUD Bayu Asih Purwakarta

Neneng Sumiati, S.Kep.,Ners NS. Siti Aminah, M.Kep


SIPP: 445.3.18.08.369.1.0 NIDN
Mengetahui,

Kepala Instalasi Pendidikan dan Ketua Program Studi D III


penelitian Keperawatan
RSUD Bayu Asih Kabupaten STIKes Budi Luhur Cimahi
Purwakata

Taofiq Mutaqin, S.Kep., Ners Reini Astuti, S.Kp., M.Kep


NIP. 19791001 200701 1 008 NIDN. 0424047604
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. E DENGAN GANGGUAN :
PENCERNAAN DI RUANG MELATI RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA” dengan tepat
waktu. Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Dasar. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan para pembaca.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari cara penyusunan, penulisan maupun
dari aplikasi teori penelitian. Dalam hal ini, Penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan
maupun dukungan moril dan materil yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan proposal ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Agung Darwis Suriaatmadja, M.Kes Selaku Direktur RSUD Bayu Asih
Purwakarta yang telah memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan
praktek di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
2. Ibu Sri Wahyuni., S.Pd., Ph.D selaku Ketua STIKes Budi Luhur Cimahi.
3. Ibu Yosi Oktri, AMK., S.Pd., SST., MM selaku Wakil Ketua I Bidang
Akademik STIKes Budi Luhur Cimahi.
4. Ibu Reini Astuti, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan
STIKes Budi Luhur Cimahi.
5. Ibu NS. Siti Aminah., M.Kep Selaku pembimbing akademik yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini dan memberikan bimbingan,
petunjuk, arahan, perbaikan dan saran.
6. Ibu selaku pembimbing klinik yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini dan memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, perbaikan dan
saran.
7. Kepada seluruh dosen beserta staff keluarga besar StiKes Budi Luhur Cimahi
dan Semua Staff dan karyawan Unit SIRS RSUD Bayu Asih Purwakarta yang
telah memberikan ilmu dan bantuannya selama kami melaksanakan Praktik
Kerja Industri.
Kami menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Industri ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran yang nantinya dapat membuat
Laporan Praktek Kerja Industri ini menjadi lebih baik. Akhir kata, kami mohon maaf bila ada
kesalahan dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Industri ini, semoga Laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Purwakarta, Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri memiliki angka tinggi di wilayah
negara-negara berkembang yang beriklim tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di
Indonesia.

Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9tahun (10–12 tahun) sedangkan sebagian
besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita typhoid dan sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis menderita demam typhoid dibandingkan
berjenis kelamin perempuan. (Hilda dan Fariani, 2016).

Data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh


dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena Typhoid dan
70% kematiannya terjadi di Asia (WHO, dala Depkes RI, 2013).

Insidens Typhoid tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100 kasus per 100.000 populasi per
tahun). Incidents Typhoid yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per
tahun) berada di wilayah Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia
Baru). (Djoko Widodo, 2014).

Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid yang banyak dijumpai pada populasi
dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga,
yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena Typhoid, tidak adanya sabun untuk
mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku yang ditulis oleh Marni
(2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya menyatakan bahwa kejadian Typhoid di
Indonesia mencapai 148,7 per 100.000 penduduk. (Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan
ke-3 dari 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia (41.081
kasus). (Djoko Widodo, 2014).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan yang
ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat pula terjadi
gangguan kesadaran pada penderita.(Arfiana dan Arum, 2016).

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya daerah ileum. (Bachrudin dan
Najib, 2016). Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama
disebabkan oleh Salmonella typhi. Typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis.
Jenis lain dari demam enteric adalah demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi
A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.hirschfeldii (semula S. parathypi
C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain.
(Widagdo, 2014).

Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akan menyebabkan komplikasi di usus
halus, diantaranya perdarahan, perforasi, dan peritonitis. Pasien yang mengalami nyeri hebat
juga dapat mengalami syok neurogenic, komplikasi dapat menyebar di luar usus halus,
misalnya bronkitis, kolelitiasis, peradangan pada meningen, dan miokarditis. (Marni, 2016)

1.2 TUJUAN PENULISAN

a. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan kasus atau asuhan keperawatan ini untuk mengetahui
masalah mengenai penyakit pada reproduksi khususnya gangguan pada pasien typoid.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian Typhoid
2. Mengetahui etiologi Kista Typhoid
3. Mengetahui tanda dan gejala Typhoid
4. Mengetahui klasifikasi/stadium Typhoid
5. Mengetahui patofisiologi Typhoid
6. Mengetahui penatalaksanaan baik medis maupun erdasarkan prinsip
keperawatan
7. Mengetahui pathway dari Typhoid
8. Dapat mengkaji atau melakukan pengumpulan data pada klien Typhoid
9. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnose keperawatan pada klien
Typhoid
10. Dapat menentukan perencanaan pada klien Typhoid

1.3 MANFAAT PENULISAN

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya dukungan
social keluarga.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih meningkatkan pelayanan
rumah sakit sehingga diharapkan dapat memberikan penyuluhan, edukasi,
pengetahuan dan informasi kepada keluarga pasien.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat dijadikan sumber data yang bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pegetahuan tentang
pentingannya dukungan social keluarga.
4. Bagi Institusi
Menambah pengetahuan dan referensi bagi mahasiswa atau pembaca serta
peneliti berikutnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella. (Smeltzer,2014).

Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari
Titik, 2016).

2.2 ETIOLOGI

Typhoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella thyposa/Eberthela thyposa yang


merupakan mikroorganisme pathogen yang berada di jaringan limfatik usus halus, hati,
limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini berupa gram negative yang akan nyaman
hidup dalam suhu tubuh manusia. Kuman ini akan mati pada suhu 70o C dan dengan
pemberian antiseptic. Masa inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang
memiliki masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang yaitu 60 hari. (Marni,
2016).

Salmonella thyphosa memiliki 3 macam antigen yaitu :

a. Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatic antigen (tidak menyebar)


b. Antigen H : Hauch ( menyebar ), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.
c. Antigen V : Kapsul, merupakan kapsul yang menyelimuti tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis. (Marni, 2016) Padila (2013) dalam buku
yang di tulis Dewi dan Meira (2016) menyampaikan bahwa Salmonella parathyphi
terdiri dari 3 jenis yaitu A, B,dan C. ada dua sumber penularan Salmonella thyphi
yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien carrier. Carrier adalah orang yang
sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam
tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Dewi & Meira, 2016)
2.3 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi penyakit Typhoid menurut Suriadi & Yuliani, 2010 : Patofisiologi


penyakit demam typhoid berawal dari kuman masuk melalui mulut sebagian kuman akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk
keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel endoteleal, hati, limpa, dan
organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan
bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh,
terutama limpa, usus, dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia
plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan
pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan
sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala
demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan kelainan pada saluran disebabkan oleh
kelainan pada usus halus.

2.4 PATHWAY
Kuman Sallmonelia Typhi

Food (makanan & minuman) Fases Urine Fornitus (muntahan) Fingers (jari)

Dibawa oleh Fly (lalat)

Masuk kedalam lambung Masuk kedalam saluran cerna melalui mulut Masuk kedalam usus

Asam lambung Kuman mati DEMAM TYPHOID Kuman berkembang


biak dalam usus Menghasilkan toksin
Mual, muntah Sisa muntah
Imunitas humoral (IgA) Proses inflamasi local pada
menempel dilidah usus halus
kurang baik
Intake nutrisi Masuk ke saluran limfatik
Fungsi Kuman mnembus usus Respon patologis
BB pengecapan Di ileum terminalis
membentuk limpoid plaque Sekresi cairan dan
Masuk aliran darah
MK. Perubahan Anoreksia payeri Endotoksin mucus
(bakterimia)
nutrisi kurang dari
kebutuhan Isi usus
Sebagian masuk ke lamina profia Terjadinya kerusakan sel berlebihan
Sebagian hidup menentap Merangsang melepas zat
Masuk ke aliran limfe MK. Diare Makanan dengan
pyrogen oleh leukosit cepat terdorong ke
Tukak/ulkus
anus
Menyerang organ REES Zat pyrogen beredar dalam darah
Perforasi
Hati Limfe Kehilangan Dehidrasi Pengeluaran feses
Mempengaruhi termoregulasi di
banyak air dan
Perdarahan hipotalamus
Hepatomegalik elektrolit Feses telah
Nyeri tekan Splenomegalik Kelemahan terkontaminasi
Peritonitis abdomen Suhu tubuh wajah pucat oleh salmonella
Menekan diagfragma MK. Risiko
kanan atas deficit volume
thypi
MK. Nyeri MK. Hipertermi cairan MK. Intoleransi Hygien in
MK. Risiko Ekspansi paru aktivitas adekuat
Komplikasi
MK. Pola nafas tidak MK. Risiko
efektif
penyebaran
infeksi
2.5 MANIFESTASI KLINIK

Menurut (Nanda NIC-NOC. 2015) :

1. Gejala pada anak: Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akn.
menyebabkan syok, Stupor dan Koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala, Nyeri perut
6. Kembung, Mual, muntah, Diare, Konstipasi
7. Pusing, Bradikardi, Nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremer)
11. Hepatomegali, Splenomegali, Meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dangan disertai syok dan hipotermia

2.6 PENATALAKSANAAN

Berdasarkan Lestari Titik, 2016 dan (Nanda NIC-NOC. 2015), penatalaksanaan pada
demam typhoid yaitu:

1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Bed rest
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.

2. Penalataksanaan Medis
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3-4 kali. Pemberian
intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama
5-7 hari.
f. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon. Bila tak terawat, demam
typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian
terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan
penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian
dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi
usus.

2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi penyakit Typhoid menurut (Lestari Titik, 2016) :

1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.


2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
qmiokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndrome uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.

2.8 PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini
juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah
yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2010).

A. Keluhan Utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri
perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan - kesadaran.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
C. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Menggambarkan kesehatan sebelumya, apakah pasien pernah menderita demam
typhoid.
D. Pemeriksaan Fisik Persistem
1) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410
C, muka kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5) Sistem integument
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7) Sistem musculoskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung
serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut NANDA (2015), yaitu:
1) Pemeriksaan Darah Periter Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3) Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untukmenentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita Demam Typhoid. Akibat adanya infeksi oleh
Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin).
4) Kultur
a. Kultur darah :bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketigaa
5) Anti Salmonella typhi lgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typhi, karena antibodi lgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya
demam.
F. Analisa Data
Menurut PPNI,T.P (2017) dan NANDA (2015) :
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Kuman salmonella Defisit Nutrisi
1. Cepat kenyang setelah ↓
makan Bakteri masuk usus
2. Kram/nyeri abdomen halus,
3. Nafsu makan menurun ↓
DO : Masuk ke aliran darah
1. Berat badan menurun ↓
minimal 10% dibawah Penurunan/peningkatan
rentang ideal peristaltik usus
2. Bising usus hiperaktif ↓
3. Otot pengunyah lemah Peningkatan asam
4. Otot menelan lemah lambung
5. Membran mukosa pucat ↓
6. Sariawan Asupan nutrisi tidak
7. Serum albumin turun memenuhi kebutuhan
8. Rambut rontok berlebih
9. Diare.

2. Faktor resiko : Kuman Salmonella Risiko


1. Prosedur pembedahan ↓ ketidakseimbangan
mayor Bakteri masuk usus cairan
2. Trauma/perdarahan halus
3. Luka baraar ↓
4. Aferesis Masuk ke aliran darah
5. Asites (Bakteremia sekunder )
6. Obstruksi intestinal ↓
7. Peradangan pancreas Terjadi kerusakan sel
8. Penyakit ginjal dan ↓
kelenjar Mempengaruhi pusat
9. Disfungsi intestinal. thermoregulator
di hipotalamus

Risiko
ketidakseimbangan
cairan
3. DS : Kuman Salmonella Diare
1. Urgency ↓
2. Nyeri/kram abdomen Bakteri masuk ke usus
DO : halus
1. Defekasi lebih dari 3X ↓
dalam 24 jam Berkembangbiak di hati
2. Feses lembek atau cair dan limfe
3. Frekuensi peristaltik ↓
meningkat Pembesaran limfe
4. Bising usus hiperaktif ↓
Penurunan atau
peningkatan peristaltik
usus

Pengeluaran feses yang
sering, lunak dan tidak
berbentuk

4. DS : Kuman salmonella Nyeri akut


1. Mengeluh nyeri ↓
DO : Bakteri masuk usus
1. Tampak meringis halus
2. Bersikap protektif ↓
Berkembangbiak di hati
3. Gelisah dan limfe
4. Frekuensi nadi meningkat ↓
5. Sulit tidur Pembesaran limfe
6. Tekanan darah meningkat ↓
7. Pola nafas berubah Kerusakan jaringan
8. Proses berfikir terganggu
9. Menarik diri
10. Berfokus pada diri
sendiri
11. Diaforesis.

5. DS : - Kuman Salmonella Hipertermia


DO : ↓
1. Suhu tubuh diatas nilai Bakteri masuk usus
normal halus
2. Kulit merah ↓
3. Kejang Masuk ke aliran darah
4. Takikardi (Bakteremia sekunder )
5. Takipnea ↓
6. Kulit terasa hangat Terjadi kerusakan sel

Mempengaruhi pusat
thermoregulator
di hipotalamus

Suhu tubuh meningkat
di atas rentang normal
tubuh

2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

Menurut PPNI,T.P (2017) :


1. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan, Ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Peningkatan kebutuhan
metabolisme, faktor ekonomi, faktor psikologi d.d Berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan, Kram/nyeri abdomen,
Nafsu makan menurun, Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Otot menelan
lemah, Membran mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok
berlebih, Diare.
2. Risiko ketidakseimbangan cairan d.d Prosedur pembedahan mayor,
Trauma/perdarahan, Luka baraar, Aferesis, Asites, Obstruksi intestinal, Peradangan
pankreas, Penyakit ginjal dan kelenjar, Disfungsi intestinal.
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal, Iritasi gastrointestinal, Proses infeksi,
Malabsorpsi, Kecemasan, Tingkat stres tinggi, Terpapar kontaminan, Terpapar toksin,
Penyalahgunaan laksatif, Penyalahgunaan zat, Program pengobatan, Perubahan air
dan makanan, Bakteri pada air.
4. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis, Agen pencedera kimia, Agen pencedera
fisik d.d mengeluh nyeri, Tampak meringis, Bersikap protektif, Gelisah, Frekuensi
nadi meningkat, Sulit tidur, Tekanan darah meningkat, Pola nafas berubah, Proses
berfikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri, Diaforesis.
5. Hipertermia b.d dehidrasi, Terpapar lingkungan panas, Proses penyakit,
Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, Peningkatan laju metabolisme,
Respon trauma, Aktivitas berlebihan, Penggunaan inkubator d.d Suhu tubuh diatas
nilai normal, Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit terasa hangat.
2.10 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut PPNI,T.P.2017 dan PPNI,T.P.2018

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional


O
1. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA ( Manajemen INTERVENSI UTAMA
menelan makanan, keperawatan selama 1 X Nutrisi ) ( Manajemen Nutrisi )
Ketidakmampuan mencerna 24 jam maka status nutrisi
makanan, ketidakmampuan membaik dengan kritreria Observasi Observasi
mengabsorbsi nutrien, Peningkatan hasil: 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengkaji keadaan nutrisi
kebutuhan metabolisme, faktor 1. Porsi makanan yang 2. Monitor asupan makanan pasien
ekonomi, faktor psikologia d.d dihabiskan meningkat 3. Monitor berat badan 2. Untuk mengetahui makanan
Berat badan menurun minimal 10% 2. Kekuatan otot 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium yang harus dikonsumsi pasien
dibawah rentang ideal, Cepat mengunyah meningkat 3. Untuk mengetahui naik turun BB
kenyang setelah makan, Kram/nyeri 3. Kekuatan otot menelan Terapeutik pasien
abdomen, Nafsu makan menurun, meningkat 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu 4. Untuk mengetahui hasil
Bising usus hiperaktif, Otot 4. Serum albumin yang sesuai. pemeriksaan lab
pengunyah lemah, Otot menelan meningkat 2. Berikan makanan tinggi serat

lemah, Membran mukosa pucat, 5. Verbalisasi keinginan 3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi Terapeutik

Sariawan, Serum albumin turun, untuk meningkatkan protein. 1. Untuk menambah nafsu makan

Rambut rontok berlebih, Diare. nutrisi meningkat 4. Berikan suplemen makanan bila perlu pasien

6. Pengetahuan tentang 2. Untuk meningkatkan berat badan


pilihan makanan yang Edukasi pasien
sehat meningkat 1. Anjurkan posisi duduk jika bisa 3. Untuk meningkatkan daya tubuh
Pengetahuan tentang pasien
pilihan minuman yang Kolaborasi 4. Untuk menambah nafsu makan,
sehat meningkat 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum karena mengandung manfaat yang
Pengetahuan tentang makan, jika perlu. banyak
standar asupan nutrisi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi.
yang tepat meningkat Edukasi
7. Pengetahuan tentang INTERVENSI PENDUKUNG 1. Untuk mempermudah
standar asupan nutrisi ( Manajemen Cairan ) pencernaan
yang tepat meningkat
8. Sikap terhadap Observasi Kolaborasi

makanan/makanan sesuai 1. Monitor berat badan 1. Untuk meningkatkan nutrisi

dengan tujuan kesehatan 2. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi pasien


meningkat nadi, kekuatan nadi turgor kulit, tekanan 2. Agar diberikan masukan
darah dll) mengenai asupan nutrisi
3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
INTERVENSI PENDUKUNG
Terapeutik ( Manajemen Cairan )
1. Catat intake-output dan hitung balance
cairan 24 jam. Observasi
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan. 1. Untuk mengetahui naik turunnya
3. Berikan cairan intravena, jika perlu. BB pasien
2. Untuk memantau status hidrasi
Kolaborasi 3. Untuk mengetahui hasil
1. Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu. pemeriksaan lab

Terapeutik
1. untuk menegetahui jumlah cairan
yang keluar dan masuk pada pasien
2. Untuk memenuhi kebutuuhan
cairan pasien
3. Untuk membantu pasien
memasukan cairan kedalam tubuh

Kolaborasi
1. Untuk membantu membuang zat
yang tidak diperlukan dalam tubuh

2. Hypovolemia d.d Prosedur Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA ( Manajemen INTERVENSI UTAMA
pembedahan mayor, keperawatan selama 1 X Hipovolemia ) ( Manajemen Hipovolemia )
Trauma/perdarahan, Luka baraar, 24 jam maka status cairan
Aferesis, Asites, Obstruksi membaik dengan kriteria Observasi Observasi
intestinal, Peradangan pankreas, hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia 1. Untuk meriksa tanda dan gejala
Penyakit ginjal dan kelenjar, 1. Asupan cairan 2. Monitor intake dan output cairan hipovolemia
Disfungsi intestinal. meningkat 2. Untuk memonitor intake dan
2. Haluaran urin Terapeutik output cairan
meningkat 1. Berikan asupan cairan oral
3. Kelembaban membran Terapeutik
mukosa meningkat Edukasi 1. Untuk memberikan asupan
4. Asupan makanan 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan cairan oral
meningkat oral
5. Edema menurun Edukasi

6. Dehidrasi menurun Kolaborasi 1. Untuk menganjurkan

7. Asites menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis memperbanyak asupan cairan oral

8. Konfusi menurun (NaCL, RL)


Kolaborasi
9. Tekanan darah membaik
INTERVENSI PENDUKUNG 1. Untuk menngkolaborasi
10. Denyut nadi radial
( Manajemen Syok ) pemberian cairan IV isotonis
membaik
(NaCL, RL)
11. Tekanan arteri rata-rata
Observasi
membaik
1. Monitor status cairan INTERVENSI PENDUKUNG
12. Membran mukosa
( Manajemen Syok )
membaik
Terapeutik
13. Mata cekung membaik
1. Berikan posisi syok (modified Observasi
14. Turgor kulit membaik
trendelenberg) 1. Untuk memonitor status cairan
15. Berat badan membaik
Kolaborasi Terapeutik
1. Kolaborasi pemberian infus cairan 1. Untuk memberikan posisi syok
kristaloid 1-2 L pada dewasa (modified trendelenberg)

Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi
pemberian infus cairan kristaloid 1-
2 L pada dewasa
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal, Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA ( Manajamen INTERVENSI UTAMA
Iritasi gastrointestinal, Proses keperawatan selama 2 X Diare ) ( Manajamen Diare )
infeksi, Malabsorpsi, Kecemasan, 24 jam eliminasi fekal
Tingkat stres tinggi, Terpapar membaik dengan kriteria Observasi Observasi
kontaminan, Terpapar toksin, hasil : 1. Untuk mengidentifikasi penyebab diare 1. Untuk mengidentifikasi
Penyalahgunaan laksatif, 1. kontrol pengeluaran 2. Untuk memonitor warna, volume, penyebab diare
Penyalahgunaan zat, Program feses meningkat frekuensi, dan konsistensi tinja 2. Untuk memonitor warna,
pengobatan, Perubahan air dan 2. Keluhan defekasi lama 3. Untuk memonitor tanda dan gejala volume, frekuensi, dan konsistensi
makanan, Bakteri pada air. dan sulit menurun hypovolemia tinja
3. Mengejan saat defekasi 4. Untuk memonitor iritasi dan ulserasi kulit 3. Untuk memonitor tanda dan
menurun di daerah perianal gejala hypovolemia
4. Distensi abdomen 4. Untuk memonitor iritasi dan
menurun
5. Teraba massa pada Terapeutik ulserasi kulit di daerah perianal
rectal menurun 1. Untuk memberikan asupan cairan oral
6. Urgency menurun 2. Untuk memberikan cairan intravena Terapeutik
7. Nyeri abdomen 3. Untuk mengambil sampel feses untuk 1. Untuk memberikan asupan
menurun kultur cairan oral
8. Kram abdomen 2. Untuk memberikan cairan
menurun Edukasi intravena
9. Konsistensi feses 1. Untuk menganjurkan makanan porsi kecil 3. Untuk mengambil sampel feses
membaik dan sering secara bertahap untuk kultur
10. Frekuensi defekasi
membaik Kolaborasi Edukasi

11. Peristaltik usus 1. Untuk mengkolaborasi pemberian obat 1. Untuk menganjurkan makanan
membaik antimotilitas porsi kecil dan sering secara
bertahap
INTERVENSI PENDUKUNG
( Manajemen Cairan ) Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi
Observasi pemberian obat antimotilitas
1. Untuk memonitor status hidrasi
INTERVENSI PENDUKUNG (.
Terapeutik Manajemen Cairan )
1. Untuk mencatat intake-output dan hitung
balans cairan 24 jam
2. Untuk memberikan asupan cairan Observasi
1. Untuk memonitor status hidrasi
Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi pemberian diuretic Terapeutik
1. Untuk mencatat intake-output
dan hitung balans cairan 24 jam
2. Untuk memberikan asupan
cairan

Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi
pemberian diuretic
4. Nyeri akut b.d Agen pencedera Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI UTAMA
fisiologis, Agen pencedera kimia, keperawatan selama 1 X ( Manajemen Nyeri ) ( Manajemen Nyeri )
Agen pencedera fisik d.d mengeluh 24 jam maka tingkat nyeri
nyeri, Tampak meringis, Bersikap menurun dengan kriteria Observasi Observasi
protektif, Gelisah, Frekuensi nadi hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Menentukan tindakan apa yang
meningkat, Sulit tidur, Tekanan 1. keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri akan di berikan
darah meningkat, Pola nafas 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengethaui tingkat nyeri
berubah, Proses berfikir terganggu, 3. Sikap protektif menurun
Menarik diri, Berfokus pada diri Terapeutik Terapeutik
sendiri, Diaforesis. 4. Gelisah menurun 1.Berikan teknik nonfarmakologis untuk 1. Mengurangi rasa nyeri
5. Kesulitan tidur menurun mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis,
6. Menarik diri menurun akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi Edukasi
7. Berfokus pada diri pijat, aromaterapi, teknik imajinasi 1. Program pengobatan mandiri
sendiri menurun terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
8. Diaforesis menurun bermain) Kolaborasi

9. Perasaan depresi Edukasi 1. Mengurangi rasa nyeri

menurun 1. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk


INTERVENSI PENDUKUNG
10. Muntah dan mual mengurangi rasa nyeri
( Latihan.pernapasan )
menurun
11. Pola nafas membaik Kolaborasi
Observasi
12. Tekanan darah 1. Kolaborasi pemberian analgetik
1. Mencegah terjadinya cedera
membaik
13. Proses berfikir INTERVENSI PENDUKUNG
( Latihan Pernapasan ) Terapeutik
membaik
1. Agar pasien mampu fokus dalam
14. Fokus membaik
Observasi program pelatihan pengobatan
15. Fungsi berkemih
1. Identifikasi indikasi dilakukan latihan 2. Memberikan rasa aman nyaman
membaik
pernapasan
16. Perilaku membaik
Edukasi
17. Nafsu makan membaik
Terapeutik 1. Sebagai informasi untuk klien
18. Pola tidur membaik
1. Sediakan tempat yang tenang
2. Posisikan pasien nyaman dan rileks
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
pernafasan
5. Hipertermia b.d dehidrasi, Terpapar Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA ( Manajemen INTERVENSI UTAMA
lingkungan panas, Proses penyakit, keperawatan selama 2 X Hipertermia ) ( Manajemen Hipertermia )
Ketidaksesuaian pakaian dengan 24 jam maka termoregulasi
suhu lingkungan, Peningkatan laju membaik dengan kriteria Observasi Observasi
metabolisme, Respon trauma, hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia 1. Untuk mengidentifikasi
Aktivitas berlebihan, Penggunaan 1. menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh penyebab hipertermia
inkubator d.d Suhu tubuh diatas 2. Kulit merah menurun 2. Untuk memonitor suhu tubuh
nilai normal, Kulit merah, Kejang, 3. Kejang menurun Terapeutik

Takikardi, Takipnea, Kulit terasa 4. Akrosianosis menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin Terapeutik
hangat. 5. Konsumsi oksigen 2. Berikan cairan oral 1. Untuk menyediakan lingkungan
menurun yang dingin
Edukasi 2. Untuk memberikan cairan oral
6. Pucat menurun
1. Anjurkan tirah baring
7. Takikardi menurun
8. Takipnea menurun Edukasi
Kolaborasi 1. Untuk menganjurkan tirah baring
9. Bradikardi menurun
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
10. Dasar kuku sianotik
elektrolit intravena Kolaborasi
menurun
1. Untuk mengkolaborasi
11. Hipoksia menurun INTERVENSI PENDUKUNG ( Edukasi pemberian cairan dan elektrolit
12. Suhu tubuh membaik Dehidrasi ) intravena
13. Suhu kulit membaik
14. Kadar glukosa darah Observasi INTERVENSI PENDUKUNG
membaik 1. Identifikasi kemampuan pasien dan ( Edukasi Dehidrasi )
15. Pengisian kapiler keluarga menerima informasi
membaik Observasi

16. Ventilasi membaik Terapeutik 1. Untuk mengidentifikasi

17. Tekanan darah 1. Persiapkan materi, media dan alat kemampuan pasien dan keluarga

membaik formulir balans cairan menerima informasi

Edukasi Terapeutik
1. Jelaskan tanda dan gejala dehidrasi 1. Untuk mempersiapkan materi,
2. Anjurkan memperbanyak minum media dan alat formulir balans
3. Ajarkan menilai status hidrasi cairan
berdasarkan warna urine
Edukasi
1. Untuk menjelaskan tanda dan
gejala dehidrasi
2. Untuk menganjurkan
memperbanyak minum
3. Untuk mengajarkan menilai
status hidrasi berdasarkan warna
urine

2.11 DAFTAR PUSTAKA


BAB III

TINJAUAN KASUS

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN : DIRUANG

RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA

3.1 PENGKAJIAN

1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
No Rekam Medis : 00.21.72.72
Tanggal Masuk : Rabu, 25 Mei 2022
Tanggal Pengkajian : Rabu, 25 Mei 2022, Pukul : 14.40
Diagnosa Medis : Typhoid
Alamat : Kp. Warung kadu, Rt 003/ Rw 002,
Kel. Warung kadu, Kec. Pasawahan,
Kab. Purwarkata

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Sd
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga ( IRT )
Suku/Bangsa : Sunda / Indonesia
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Kp. Warung kadu, Rt 003/ Rw 002,
Kel. Warung kadu, Kec. Pasawahan,
Kab. Purwarkata
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri ulu hati.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal Rabu, tanggal 25 Mei 2022 pasien datang ke IGD
Rumah Sakit Bayu Asih dengan keluhan sudah ± 4 hari nyeri ulu
hati, diare, mual, dan muntah muntah. Pada saat dilakukan
pengkajian pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2022 Pukul 14.40
pasien mengeluh nyeri ulu hati, nyeri dirasakan pada saat makan,
nyeri seperti diremas remas, nyeri tidak menyebar hanya dirasakan
di bagian ulu hati saja, skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 ). Klien juga
mengeluh mual dan tidak nafsu makan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pernah di rawat
sebanyak 3 kali di rumah sakit yang sama RSUD Bayu Asih
Purwakarta satu bulan yang lalu dengan keluhan yang sama dan
sebelumnya pernah melakukan pengobatan ke puskesmas.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
: Laki laki : Klien

: Perempuan : Garis Hubungan

: Meninggal : Tinggal Serumah

Catatan : Pasien tinggal bersama istri, anak, menantu dan cucu. Pasien
punya anak 5, 2 orang sudah menikah dan 3 belum menikah. Pasien
mempunyai 2 cucu, laki laki dan perempuan. Klien tidak memiliki riwayat
penyakit turunan.

c. Data Psikologis, Sosial dan Spiritual


1) Data Psikologis
Pada saat dilakukan pengkajian pasien tampak lemas dan
meringis karena nyeri pada ulu hati, pasien mengatakan ingin
cepat sembuh dan segera berkumpul dengan keluarganya, pasien
dapat bersosialisasi baik dan koperatif dengan baik saat diperiksa,
keluarga, pasien merasa penyakit yang di derita oleh klien ialah
cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa, pasien tidak ada gangguan
dalam daya pikirnya, keluarganya pasien terus berdo’a semoga
cepat diberikan kesehatan dan lekas pulang.
2) Data Sosial
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan klien dan
keluarganya mengatakan memiliki hubungan dan kedekatan yang
baik dan harmonis, klien tidak memiliki kebiasaan yang aneh atau
tidak terpengaruh budaya tertentu, saat sehat klien selalu konsumsi
makanan yang sehat.
3) Data Spiritual
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan klien selalu
sholat dan ibadah kepada Allah SWT, dan meminta
pertolongannya agar diberikan kesembuhan.
d. Lingkungan
1) Rumah
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tinggal di
lingkungan yang bersih, jauh dari selokan atau lingkungan yang
kotor dan genangan air, terbebas dari polusi seta limbah dan aman
dari hal hal yang dapat membahayakan pasien.
2) Pekerjaan
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pekerjaan tidak
tetap, pasien bekerja di tempat lingkungan yang bersih juga
terbebas dari polusi atau zat zat polutan lainnya.
e. Pola Aktifitas Sehari – hari

No Jenis Pengkajian Dirumah Di Rumah Sakit


1. Pola Nutrisi
1. Makan
Frekuensi 3 x / hari 3 x / hari

Jenis Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk


pauk pauk
Porsi 1 porsi ½ porsi
Cara Mandiri Mandiri
Keluhan Tidak ada Terasa panas dan
nyeri
2. Minum
Frekuensi ± 2 liter / hari ± 2 liter / hari
Jenis Air Putih Air Putih
Cara Mandiri Mandiri
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
1. BAB
Frekuensi 1 – 2 x / hari 4 – 7 x / hari

Konsistensi Lunak Cair

Warna Kuning kecoklatan Kuning

Bau Khas feses Khas feses

Cara Mandiri Mandiri


Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. BAK
Frekuensi 6 – 7 x / hari 6 – 7 x / hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Amoniak Amoniak
Cara Mandiri Mandiri
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola Istirahat
Tidur
1. Malam
Lama Tidur 7 – 8 jam / hari ± 4 jam / hari

Kwalitas Tidur Nyenyak Sering terbangun

Keluhan Tidak ada Nyeri ulu hati

2. Siang
Tidak ada Tidak ada
Lama Tidur
Tidak ada Tidak ada
Kwalitas Tidur
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
Kebiasaan
menggunakan
obat tidur
4. Personal Hygiene
Mandi 2 x / hari 2 x / hari
Gosok Gigi 2 x / hari 2 x / hari
Ganti Pakaian 2 x / hari 2 x / hari
Cara Mandiri Mandiri
Keluhan Tidak ada Tidak ada
5. Pola Aktifitas
1. Kegiatan dalam Klien mengatakan Klien mengatakan
pekerjaan kerja serabutan hanya berbaring di
tempat tidur
2. Waktu bekerja Klien mengatakan Klien mengatakan
tidak menentu tidak berkerja
karena sakit
3. Kegiatan waktu Klien mengatakan Klien mengatakan
luang menonton tv dan berbincang –
berbincang bincang bincang dengan
dengan keluarga keluarga
4. Keluhan dalam Tidak ada Tidak ada
beraktifitas
5. Olahraga Klien mengatakan Tidak ada
sering jalan kaki
6. Keterbatasan Tidak ada Tidak ada
dalam hal
menggunakan
pakaian, berhias
6. Pola kebiasaan
yang
mempengaruhi
kesehatan
a. Merokok
12 batang/ hari Tidak ada
Frekuensi
1 bungkus / hari Tidak ada
Jumlah/hari
3 tahun kebelakang Tidak ada
Lama Pemakaian
b. Minuman Keras
Tidak ada Tidak ada
Frekuensi
Tidak ada Tidak ada
Jumlah/hari
Tidak ada Tidak ada
Lama
pemakaian
Ketergantungan
Tidak ada Tidak ada
Obat

f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan Umum : Tampak lemah.
 Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg
 Nadi : 72 x / menit
 Respirasi : 24 x / menit
 Suhu : 36,6°C
 BB/TB setelah sakit : 60kg/160 cm
 BB/TB sebelum sakit : 62kg/160 cm
 Spo² : 98 %
2) Pemeriksaan Fisik Persistem
a) Sistem Penglihatan
Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi
bentuk mata simetris, reflek kelopak mata normal,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva ananemis,
koernea normal berwarna hitam, pupil mengecil apabila
diberi cahaya, lapang pandang normal, klien mampu
membaca name tag perawat dengan jelas, tidak ada tanda
tanda radang.
b) Sistem Pendengaran
Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi
bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen, fungsi
pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu.
c) Sistem Wicara
Pada saat dilakukan pemeriksaan klien mampu menjawab
dengan jelas dan tidak ada kelainan.
d) Sistem Pernafasan
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat tidak ada
sumbatan jalan napas, tidak ada keluhan mengenai system
pernapasan, tidak ada sesak.
e) Sistem Kardiovaskular
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat nadi 72 x/menit,
tidak terdapat distensi vena jugularis, temperature kulit
normal, warna kulit sawo matang, bunyi jantung normal,
tidak ada keluhan.

f) Sistem Pencernaan
Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi
keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, tidak ada
lesi/luka/stomatitis, tidak ada kesulitan dalam menelan
makanan. Pada saat dilakukan pemeriksaan aulkultasi
bising usus 35x/menit. Pada saat dilakukan palpasi terdapat
nyeri di bagian abdomen atas/ulu hati, nyeri dirasakan dari
± 4 hari yang lalu, dengan skala 5 dari ( 1 – 10 ), tidak ada
massa, lingkar perut 60 cm, tidak ada asites, tidak ada
penumpukan masa di semua organ, terdapat nyeri tekan di
ulu hati, bunyi organ typani saat di perkusi.
g) Sistem Persyarafan
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapatkan kesadaran
composmentis, tidak ada tanda tanda peningkatan
intracranial, tidak ada gangguan neurologis, terdapat reflex
bisep, tresep, patella dan Babinski.
h) Sistem Imun
Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
i) Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan pengkajian tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak terdapat tanda tanda peningkatan
kadar gula darah.
j) Sistem Perkemihan
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat tidak terjadi
distensi kandung kemih, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
menggunakan kateter, pasien mengatakan keadaan genital
bersih.
k) Sistem Integument
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat ramput bewarna
hitam dan terdapat uban, kekuatan rambut tidak terjadi
kerontokan, kebersihan rambut cukup bersih tidak terdapat
sebore, tidak terdapat lesi/luka, tidak terdapat edema atau
nyeri tekan, turgor kulit normal.
l) Sistem Muskuloskeletal
Pada saat dilakukan pemeriksaan klien dapat bergerak,
tidak terdapat nyeri pada sendi maupun tulang, .
3) Data Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 mei 2022

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Remarks Metode

SEROLOGI
1. Salmonella Typhi IgM (Tubex) % (negatif) Negatif : <4
Positif : =4
HEMATOLOGI
1. Hemoglobin 15.1 g/dl 14.0 – 17.5
2. Hematokrit 42.4 % 36 – 47
3. Leukosit 9.7 10’3/uL 4.4 – 11.3
10’6/uL High
4. Eritrosit 5.27 4 – 5.2
5. Trombosit 245 10’3/uL 139 – 403
6. Mcv 81 fL 78 – 95
7. Mch 28.7 pg 26 – 32
8. Mchc 35.6 g/dl 32 – 36
9. Hitung Jenis 1
- Basofil
0 % 0–1
- Eisonofil Low
0 % 2–4
- Batang Low
0 % 3–5
- Segmen
72 % 50 – 70
- Limfosit
%
- Monosit 21 % 25 – 40
KIMIA 7 2–8
10. Gula Darah Sewaktu Mg/dl
11. Urewa 98 < 140
12. Creatin Mg/dl
21 10 – 50 Low
Mg/dl
0.53 0.6 – 1.2

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Remarke Metode


IMUNO SEROLOGI 2 ( negative ) Negatif : < 4
Salmonella typhi IgM ( Tubex ) Positif : = 4

b) Pemeriksaan Radiologi tanggal 25 mei 2022.

1. THORAX
URAIAN HASIL DAN KESAN PEMERIKSAAN
Cor tidak membesar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo:
Hilli normal.
Corakan vaskuler normal.
Tak tampak pembercakan / opasitas inhomogen
KESAN : Cor dan pulmo dalam batas normal.

4) Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis

NO Nama Obat Dosis Keterangan


1 Ringer Laktat 20 jam Cairan infus yang berguna sebagai
sumber elektrolit dan air.
2 Pantropazole 1x40 ml Obat untuk meredakan keluhan dan
IV gejala akibat peningkatan asam
lambung.
3 New Diatab 2x2 Obat untuk mengatasi gejala diare dan
Tab Pu mengurangi frekuensi buang air besar
4 Ciprofloaxin 2x1 Antibiotik untuk mengobati infeksi
IV bakteri.
5 Ondansetron 2x4gr Obat untuk mngatasi mual dan
IV muntah.
6 Paracetamol 3x200g Obat untuk meredakan demam dan
Po nyeri.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
 Manajemen nyeri
 Terapi relaksasi
 Manajemen diare
 Manajemen cairan
 Promosi berat badan
 Manajemen nutrisi
 Dukungan tidur
 Terapi relaksasi otot progresif
 Manajemen hypovolemia
 Pemantauan tanda tanda vital
g. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. Ds : Kuman salmonella Nyeri Akut
1. Pasien mengeluh typhi
nyeri ulu hati 
Do : Masuk kedalam
1. Klien tampak saluran pencernaan
meringis 
2. Skala nyeri 5 Masuk ke lamina
dari ( 1 – 10 ) propia
3. Terdapat nyeri 
tekan pada ulu hati Masuk ke aliran
4. klien tampak limfe
lemas 
5. TTV Hepatomegaly
Tekanan Darah:

120 / 70 mmHg
Nyeri tekan
Nadi : 72 x /
abdomen bagian atas
menit

Respirasi : 24 x /
Nyeri akut
menit
Suhu : 36,6°C
2. Ds : Klien Kuman Salmonella Diare
mengatakan ± 4 typhosa
hari mengalami 
diare Masuk kedalam usus
Do : 
1. bising usus Kuman
35x/menit berkembangbiak
2. konsistensi feses dalam usus
cair 
3. frekuensi BAB 4 Proses inflamasi
– 7 x/menit local pada usus halus
4. feses berwarna 
kuning Sekresi cairan dan
mucus berlebih

Diare
3. Ds : Kuman salmonella Deficit Nutrisi
1. Klien typhosa
mengatakan mual 
2. Tidak nafsu Masuk kedalam
makan system pencernaan
Do : 
1. porsi makanan ½ Asam lambung
2. BB sebelum meningkat
sakit 62 kg setelah 
sakit 60 kg Mual muntah

BB menurun

Deficit nutrisi
4. Ds : Kuman salmonella Gangguan pola tidur
1. klien typhosa masuk ke
mengatakan sulit dalam tubuh
tidur 
Do : Masuk ke aliran
1. tidur ± 4 jam limfe
2. kwalitas tidur 
sering terbangun Hepatomegaly

Nyeri akut

Pola tidur terganggu

Pola tidur tidak
efektif
5. Factor Resiko Kuman salmonella Resiko hipolemia
1. Kehilangan typhosa masuk
cairan secara aktif kedalam tubuh
2. Gangguan 
absorbsi cairan Proses implamasi
local pada usus halus

Sekresi cairan dan
mucus berlebih

Diare

Kehilangan banyak
air & elektrolit

Risiko Hipovolemia
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1) Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d pasien mengeluh nyeri ulu hati, klien tampak
meringis, skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri tekan pada ulu hati, klien
tampak lemas, tekanan darah: 120 / 70 mmHg, nadi : 72 x / menit, respirasi :
24 x / menit, suhu : 36,6°C.
2) Diare b.d Sekresi cairan dan mucus berlebih d.d klien mengatakan ± 4 hari
mengalami diare, bising usus 35x/menit, konsistensi feses cair, frekuensi BAB
4 – 7 x/menit, feses berwarna kuning.
3) Deficit Nutrisi b.d Mual muntah d.d . Klien mengatakan mual, tidak nafsu
makan, porsi makanan ½, BB sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 kg.
4) Gangguan pola tidur b.d Pola tidur terganggu d.d klien mengatakan sulit tidur,
tidur ± 4 jam, kwalitas tidur sering terbangun.
5) Resiko hipolemia d.d . Kehilangan cairan secara aktif, gangguan absorbsi
cairan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Paraf


O tanggal Keperawatan Keperawatan
1. Kamis, Nyeri akut b.d Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI Kelompok
26 Mei Hepatomegaly d.d tindakan keperawatan ( Manajemen Nyeri ) UTAMA 1
2022 pasien mengeluh nyeri 3 x 24 jam maka ( Manajemen Nyeri )
ulu hati, klien tampak tingkat nyeri Observasi
meringis, skala nyeri 5 menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, Observasi
dari ( 1 – 10 ), terdapat kriteria hasil : karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui
nyeri tekan pada ulu 1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, lokasi, karakteristik,
hati, klien tampak menurun intensitas nyeri. durasi, frekuensi,
lemas, tekanan darah: 2. meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri. kualitas intensitas
120 / 70 mmHg, nadi : 3. mual menurun 3. Identifikasi respon nyeri.
72 x / menit, respirasi : 4. frekuensi nadi nyeri non verbal. 2. Untuk mengetahui
24 x / menit, suhu : membaik tingkat nyeri pasien.
36,6°C. 5. pola napas Terapeutik 3. Untuk mengetahui
membaik 1. Berikan Teknik data pendukung dari
6. tekanan darah nonfarmakologis untuk keluhan pasien.
membaik mengurangi rasa nyeri
( misalnya. TENS, Terapeutik
hypnosis, akupresur, 1. Untuk mengurangi
terapi music, biofeedback, rasa nyeri
terapi pijat, aromaterapi, 2. Untuk mengurasi
teknik imajinasi tingkat nyeri
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi Edukasi
bermain ). 1. Pendidikan
2. Fasilitasi istirahat dan kesehatan bagi pasien
tidur. mengenai masalah
yang timbul dari suatu
Edukasi penyakit.
1. Jelaskan penyebab, 2. Pendidikan
periode, dan memicu kesehatan bagi pasien
nyeri. untuk mengurangi rasa
2. Ajarkan teknik nyeri secara mandiri.
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi
1. Untuk mengurangi
Kolaborasi nyeri dengan bantuan
1. Kolaborasi pemberian farmakologis.
analgetik, jika perlu
INTERVENSI
INTERVENSI PENDUKUNG
PENDUKUNG ( Terapi ( Teknik Relaksasi I
Relaksasi )
Observasi
Observasi 1. Agar pasien mampu
1. Identifikasi penurunan berkonsentrasi dalam
tingkat energi, melakukan teknik
ketidakmampuan terapi relaksasi.
berkonsentrasi, atau 2. Untuk mengetahui
gejala lain yang teknik yang sering
mengganggu kemampuan digunakan untuk
kognitif. mengurangi nyeri.
2. Identifikasi teknik 3. Untuk mengetahui
relaksasi yang efektif respons terhadap nyeri.
pernah dilakukan.
3. Monitor respons Teraupeutik
terhadap terapi relaksasi 1. Agar pasien mampu
berkonsentrasi dan
Terapeutik merasa nyaman dalam
1. Ciptakan lingkungan melakukan teknik
tenang dan tanpa terapi relaksasi.
gangguan dengan 2. Agar pasien mampu
pencahayaan dan suhu berkonsentrasi dan
ruang nyaman, jika perlu. merasa nyaman dalam
2. Gunakan nada suara melakukan teknik
lembut dengan irama terapi relaksasi.
lambat dan berirama
Edukasi
Edukasi 1. Agar pasien
1. Jelaskan tujuan, mengetahui salah satu
manfaat, batasan, dan cara / teknik
jenis relaksasi tersedia meredakan nyeri
( misal. Music, meditasi, dengan non teknik
napas dalam, relaksasi nonfarmakologis.
otot progresif )
2. Demonstrasikan dan 2. Agar pasien lebih
latih teknik relaksasi paham dengan teknik
( mis, napas dalam, pengobatan yang
peregangan, atau diberikan.
imajinasi, terbimbing).
2. Kamis, Diare b.d Sekresi Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI Kelompok
26 Mei cairan dan mucus tindakan keperawatan ( Manajemen Diare ) UTAMA 1
2022 berlebih d.d klien 3 x 24 jam maka ( Manajemen Diare )
mengatakan ± 4 hari eliminasi fekal Observasi
mengalami diare, membaik dengan 1. Monitor warna,
bising usus 35x/menit, kriteria hasil : volume, frekuensi, dan Observasi
konsistensi feses cair, 1. Kontrol konsistensi tinja. 1. Untuk mengetahui
frekuensi BAB 4 – 7 pengeluaran feses 2. Monitor tanda dan warna, volume,
x/menit, feses meningkat. gejala hypovolemia frekuensi, dan
berwarna kuning. 2. Konsistensi feses (mis.takikardia, nadi konsistensi tinja.
membaik. teraba lemah, tekanan 2. Untuk mengetahui
3. Frekuensi defekasi darah turun, tugor kulit tanda dan gejala
membaik. turun, mukosa mulut hypovolemia
4. Peristaltik usus kering, CRT melambat, (mis.takikardia, nadi
membaik. BB menurun) teraba lemah, tekanan
3. Monitor jumlah darah turun, tugor kulit
pengeluaran diare turun, mukosa mulut
kering, CRT
Terapeutik melambat, BB
1. Berikan asupan cairan menurun)
oral (mis. Larutan garam
gula, oralit, Pedialyte, Terapeutik
renalyte) 1. Untuk memenuhi
2. Berikan cairan cairan elektrolit yang
intravena (mis. Ringer keluar.
asetat, ringer laktat), jika 2. Untuk memenuhi
perlu kebutuhan cairan
tubuh.
Edukasi
1. Anjurkan makanna Edukasi
porsi kecil dan sering 1. Untuk memenuhi
secara bertahap kebutuhan nutrisi
2. Anjurkan menghindari 2. Mencegah
makanan pembentuk gas, terjadinya inflamasi
pedas dan mengandung pada lambung atau
laktosa usus halus

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk merilekskan
obat kerja otot saluran
antispasmodic/spasmolitik pencernaan
(mis.papaverin, ekstak
belladonna, mebaverine) INTERVENSI
PENDUKUNG
INTERVENSI ( Manajemen
PENDUKUNG Cairan )
( Manajemen Cairan )
Observasi
Observasi 1. Untuk mengetahui
1. Monitor status hidrasi status hidrasi (mis.
(mis. Frekuensi nadi, Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, kelembapan mukosa,
tugor kulit, tekanan darah) tugor kulit, tekanan
2. Monitor berat badan darah)
dan sesudah dialysis 2. Untuk mengetahui
berat badan dan
Terapeutik sesudah dialysis
1. Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan Terapeutik
2. Berikan cairan 1. Untuk mengatur
intravena, jika perlu keseimbangan cairan
tubuh
Kolaborasi 2. Untuk memenuhi
1. Kolaborasi pemberian cairan tubuh.
diuretic, jika perlu
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi
kadar garam pada
tubuh
3. Kamis, Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI Kelompok
26 Mei Mual muntah d.d . tindakan keperawatan (PROMOSI BERAT UTAMA 1
2022 Klien mengatakan 3 x 24 jam maka BADAN) ( PROMOSI BERAT
mual, tidak nafsu Status nutrisi BADAN )
makan, porsi makanan membaik dengan Obsevasi
½, BB sebelum sakit kriteria hasil : 1. Identifikasi Observasi
62 kg setelah sakit 60 1. Porsi makan yang kemungkinan penyebab 1. Untuk mengetahui
kg. dihabiskan membaik BB kurang kemungkinan
2.Vervalisasi 2. Monitor adanya mual penyebab BB kurang
keinginana untuk dan muntah 2. Untuk mengetahui
meningkatkan nutrisi 3. Monitor berat badan adanya mual dan
membaik muntah
3. SIkap terhadap Teraeutik 3. Untuk mengetahui
makanan/minuman 1. Berikan suplemen, jika berat badan
sesuai dengan tujuan perlu Terapeutik
kesehatan membaik 2. Berikan pujian pada 1. Untuk menambah
4. Nyeri abdomen pasien/keluarga untuk nafsu makan
menurun peningkatan yang di capai 2. Memberikan
5. Diare menurun support dalam
6. Berat badan Edukasi pengobatan
membaik 1. Jelaskan peningkatan
7. Indeks masa tubuh asupan kalori yang di
(IMT) membaik butuhkan Edukasi
8. Frekuensi makan 1. Pendidikan
membaik INTERVENSI Kesehatan mengenai
9. Nafsu makan PENDUKUNG peningkatan asupan
membaik (MANAJEMEN kalori yang di
10. Bising usus NUTRISI) butuhkan
membaik
11. Mebran mukosa Observasi INTERVENSI

membaik 1. Identifikasi alergi dan PENDUKUNG


intoleransi aktivitas ( MANAJEMEN
NUTRISI )
Terapeutik
1.Sajikan makanan secara Observasi
menarik dan suhu yang 1. Untuk mengetahui
sesuai alergi dan intoleransi
2. Berikan suplemen aktivitas
makanan, jika perlu
Terapeutik
Edukasi 1. Untuk menambah
1. Ajarkan diet yang di selera makan pasien
programkan 2. Untuk menambah
nafsu makan pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian Edukasi
medikasi sebelum makan 1. Pendidikan
(mis. Pereda nyeri, kesehatan mengenai
antiemetic), jika perlu diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
1. Mencegah
terjadinya nyeri akibat
asam lambung naik
4. Kamis, Gangguan pola tidur Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI Kelompok
26 Mei b.d Pola tidur tindakan keperawatan (DUKUNGAN TIDUR) PENDUKUNG !
2022 terganggu d.d klien 3 x 24 jam Pola tidur ( DUKUNGAN
mengatakan sulit tidur, membaik dengan Observasi TIDUR )
tidur ± 4 jam, kwalitas kriteria hasil : 1. Identifikasi pola
tidur sering terbangun. 1. Keluhan sulit tidur aktivitas dan tidur Observasi
menurun 2. Identifikasi factor 1. Untuk mengetahui
2.Keluhan sering penggangu tidur(fisik pola aktivitas dan tidur
terjaga menurun dan/atau psikologis) 2. Untuk mengetahui
3.Keluhan tidak puas factor penggangu
tidur menurun Terapeutik tidur(fisik dan/atau
4.Keluhan pola tidur 1. Tetapkan jadwal tidur psikologis)
berubah menurun rutin
5. Keluhan istirahat 2. Lakukan prosedur Terapeutik
tidak cukup menurun untuk meningkatkan 1. Untuk melatih
kenyamanan (mis. Pijat, kebiasaan pola tidur
pengaturan posisi, terapi 2. Untuk memberikan
akupresur) rasa aman dan nyaman
dan mempercepat tidur
Edukasi dengan teknik
1. Jelaskan pentingnya nonfarmakologis
tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati Edukasi
kebiasaan waktu tidur 1. Pendidikan
kesehatan mengenai
INTERVENSI pentingnya tidur cukup
PENDUKUNG selama sakit
(TERAPI RELAKSASI 2. Sebagai tindakan
OTOT PROGRESIF ) kedisiplinan dalam
program pengobatan
Observasi
1. Identifikasi tempat INTERVENSI
yang tenang dan nyaman PENDUKUNG
2. Monitor secara berkala ( TERAPI
untuk memastikan otot RELAKSASI OTOT
rileks PROGRESIF )
3.Monitor adanya
indicator tidak rileks (mis. Observasi
Adanya gerakan, 1. Untuk mengetahui
pernapasan yang berat) tempat yang tenang
dan nyaman
Terapeutik 2. Untuk mengetahui
1. Atur lingkungan agar secara berkala untuk
tidak ada gangguan saat memastikan otot rileks
terapi 3. Untuk mengetahui
2. Berikan posisi adanya indicator tidak
bersandar pada kursi atau rileks (mis. Adanya
posisi lainnya yang gerakan, pernapasan
nyaman yang berat)
3. Beri waktu
mengungkapkan perasaan Terapeutik
tentang terapi 1. Untuk mendukung
proses tindakan
2. Memberikan rasa
Edukasi aman nyaman
1. Anjurkan memakai 3. Untuk mengetahui
pakaian yang nyaman dan respon hasil tindakan
tidak sempit
2. Anjurkan bernafas Edukasi
dalam dan perlahan 1. Untuk memberikan
rasa aman dan nyaman
2. Untuk memberikan
perasaan rileks
5. Kamis, Resiko hipolemia d.d . Setelah dilakukan INTERVESI UTAMA INTERVESI
26 Mei Kehilangan cairan tindakan keperawatan (MANAJEMEN UTAMA
2022 secara aktif, gangguan 3 x 24 jam maka HIPOVOLEMIA) (MANAJEMEN
absorbsi cairan. Status cairan HIPOVOLEMIA)
membaik dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejal Observasi
1. Kekuatan nadi hypovolemia (mis. 1. Untuk mengetahui
meningkat Frekuensi nadi status kesehatan klien
2.Tugor kulit meningkat, nadi teraba terkini
meningkat lemah, tekanan darah
3. Berat badan menurun, tekanan nadi Terapeutik

meningkat menyempit, tugor kuit 1. Memebrikan rasa

4. Perasaan lemah menurun, mebran mukosa


menurun aman nyaman
kering, volume urine
5.Frekuensi nadi 2. Untuk mengganti
menurun, hematokrit
membaik cairan tubuh yang
meningkat, haus, lemah)
6.Tekanan darah keluar secara berlebih
membaik
Terapeutik
7. Tekanan nadi Edukasi
1. Berikan posisi modified
membaik 1. Agar tidak terjadi
Trendelenbung
8. Mebran mukosa dehidrasi
2. Berikan asupan cairan
membaik
oral
9. Berat badan Kolaborasi
Edukasi
membaik 1. Terapi cairan
1.Anjurkan
10. Suhu tubuh
memperbanyak asupan INTERVENSI
membaik
cairan oral PENDUKUNG
(PEMANTAUAN
Kolaborasi
TANDA VITAL)
1.Kolaborsi pemberian
cairan IV isotonis (mis. Observasi
NaCl, RL) 1. Untuk mengetahui
tekanan darah pasien
INTERVENSI
2. Untuk mengetahui
PENDUKUNG
denyut nadi pasien
(PEMANTAUAN 3. Untuk mengetahui
TANDA VITAL) respirasi pasien
4. Untuk mengetahui
Observasi suhu tubuh pasien
1. Monitor tekanan darah 5. Untuk mengetahui
2. Monitor nadi saturasi oksigen pasien
(frekuensi, kekuatan, 6. Untuk mengetahui
irama ) penyebab perubahan
3. Monitor pernafasan tanda vital
(frekuensi,kedalaman)
4. Monitor suhu tuuh Terapeutik
5. Monitor oksimetri nadi 1. Untuk mengetahui
6. Identifikasi penyebab perkembangan status
perubahan tanda vital kesehatan pasien
2. Untuk menegathui
Terapeutik catatan perkembangan
1. Atur interval pasien
pemantauan sesuai
kondisi pasien Edukasi
2. Dokumentasikan hasil 1. Pendidikan
pemantauan Kesehatan mengenai
prosedur pemantauan
Edukasi tanda tanda vital
1. Jelaskan tujuan dan 2. Sebagai salah satu
prosedur pemantauan prosedur tindakan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Dignosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan / jam ( respon / hasil )
1. Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d Rabu, 25 Manajemen Nyeri Kamis, 27 Mei 2022 Kelompok
pasien mengeluh nyeri ulu hati, Mei S: 1
klien tampak meringis, skala nyeri 2021 Observasi 1. Pasien sudah tidak mengeluh
5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri Pukul 1. Mengidentifikasi lokasi, nyeri ulu hati
tekan pada ulu hati, klien tampak 14.20 karakteristik, durasi, O:
lemas, tekanan darah: 120 / 70 frekuensi, kualitas, intensitas 1. Klien tampak segar
mmHg, nyeri. ( Klien mengatakan 2. Skala nyeri 0 dari ( 1 – 10 )
tidak nyeri pada bagian ulu 3. Tidak terdapat nyeri tekan
hati, skala nyeri 0 dari ( 1 – pada ulu hati
10 ) 4. klien tampak bugar
2. Mengidentifikasi skala 5. TTV
nyeri. ( Skala nyeri 0 dari ( 1
– 10 ) Tekanan Darah: 124/77 mmHg
3. Mengidentifikasi respon Nadi : 59 x / menit
nyeri non verbal. ( klien Respirasi : 23 x / menit
tampak segar dan sudah tidak Suhu : 36,4 °C
meringis ) A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Terapeutik
1. Memberikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri teknik
relaksasi ( Pasien mengatakan
terapi relaksasi membantu
mengurangi nyeri )
2. Memfasilitasi istirahat dan
tidur. ( Pasien mengatakan
nyeri berkurang saat tidur
dengan posisi yang nyaman )

Edukasi
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan memicu nyeri.
( Pasien mampu memahami
atas edukasi yang
disampaikan )
2. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
(( Pasien mampu memahami
atas edukasi yang
disampaikan, dan mampu
mengulang Teknik yang
dijelaskan )

Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian
analgetik ciprofloaxin 2 x 1
IV, Paracetamol 3 x 200g PO
( klien sudah tidak mengeluh
nyeri )

Terapi Relaksasi

Observasi
1. Mengidentifikasi
penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitif. ( pasien
tidak mengalami penurunan
tingkat energi,dll )
2. Mengidentifikasi teknik
relaksasi yang efektif pernah
dilakukan. ( Pasien
mengatakan nyeri berkurang
pada saat dilakukan Teknik
relaksasi )
3. Memonitor respons
terhadap terapi relaksasi
(Pasien mengatakan nyeri
berkurang pada saat
dilakukan Teknik relaksasi)

Terapeutik
1. Menciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman. ( Pasien
mengatakan merasa nyaman )
2. Menggunakan nada suara
lembut dengan irama lambat
dan berirama ( Pasien mampu
berkonsentrasi terhadap apa
yang dianjurkan )

Edukasi
1. Menjelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi tersedia ( Pasien
mempu memahami materi
yang disampaikan dengan
mengulang kembali materi
yang telah disampaikan )
2. Mendemonstrasikan dan
latih teknik relaksasi ( Pasien
mampu memahami dan
mengikuti gerakan atau
Teknik yang telah diajarkan )
2. Diare b.d Sekresi cairan dan mucus Rabu, 25 Manajemen Diare Kamis, 27 Mei 2022 Kelompok
berlebih d.d klien mengatakan ± 4 Mei S: 1
hari mengalami diare, bising usus 2021 Observasi 1. Klien mengatakan sudah
35x/menit, konsistensi feses cair, Pukul 1. Memonitor warna, tidak diare
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses 14.20 volume, frekuensi, dan O:
berwarna kuning. konsistensi tinja. ( Pasien 1. bising usus 20x/menit
mengatakan warna feses 2. konsistensi feses lunak
kuning kecoklatan, frekuensi 3. frekuensi BAB 1 x/menit
1 x/hari, konsistensi feses 4. feses berwarna kuning
lunak ) kecoklatan
2. Memonitor tanda dan A : Masalah teratasi
gejala hypovolemia ( tidak P : Lanjutkan intervensi
ada takhikardia, nadi teraba
kuat, tekanan darah
normal/stabil , tugor kulit
baik, mukosa mulut lembab,
CRT < 2 detik, BB normal )
3. Memonitor jumlah
pengeluaran diare ( frekuensi
BAB 1x/menit )
Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan
oral RL 20 jam ( intake
cairan stabil )
2. Memberikan cairan
intravena Rl 20 jam ( intake
cairan stabil )

Edukasi
1. Menjurkan makannan porsi
kecil dan sering secara
bertahap ( Pasien makan 1
porsi habis ).
2. Menganjurkan
menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa ( pasien
mengatakan sudah mengikuti
sesuai anjuran ).

Kolaborasi
1. Mengkolaborasikan
pemberian obat Ciprofloaxin
2 x 1 IV ( Pasien sudah tidak
mengalami diare )

Manajemen Cairan

Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis.
Frekuensi nadi, kekuatan
nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, tugor
kulit, tekanan darah)
2. Memonitor berat badan dan
sesudah dialysis ( BB 60 kg )

Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan RL 20 jam (
Intake cairan pasien tercukupi
)
2. Memberikan cairan
intravena RL 20 jam (Intake
cairan pasien tercukupi)

Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi
pemberian diuretic
Ciprofloaxin 2 x 1 IV
( Frekuensi BAB 1x/hari )
3. Defisit Nutrisi b.d Mual muntah Rabu, 25 PROMOSI BERAT Kamis, 26 Mei 2022 Kelompok
d.d . Klien mengatakan mual, tidak Mei BADAN S: 1
nafsu makan, porsi makanan ½, 2021 1. Klien mengatakan sudah
BB sebelum sakit 62 kg setelah Pukul Obsevasi tidak mual
sakit 60 kg. 14.20 1. Mengidentifikasi 2. Klien mengatakan nafsu
kemungkinan penyebab BB makan bertambah
kurang ( Pasien mengatakan O:
nafsu makan sudah 1. makan habis 1 porsi
bertambah ) 2. BB sebelum sakit 62 kg
2. Memonitor adanya mual setelah sakit 60 kg
dan muntah ( klien A : Masalah teratasi
mengatakan sudah tidak mual P : Intervensi dihentikan
)
3. Memonitor berat badan
( BB 60kg )

Teraeutik
1. Memberikan suplemen
Ondansetron 2 x 4gr ( klien
sudah mengatakan tidak mual
2. Memberikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang di capai
( verbalisasi ingin lebih sehat
meningkat )

Edukasi
1. Menjelaskan peningkatan
asupan kalori yang di
butuhkan ( klien memahami
materi atau edukasi yang
disampaikan )

MANAJEMEN NUTRISI
Observasi
1. Mengidentifikasi alergi dan
intoleransi aktivitas ( klien
tidak memiliki alergi maupun
intoleransi aktifitas )

Terapeutik
1. Menyajikan makanan
secara menarik dan suhu yang
sesuai ( nafsu makan klien
bertambah )
2. Berikan suplemen makanan
Ondansetron 2 x 4 gr IV

Edukasi
1. Mengajarkan diet yang di
programkan ( klien mengikuti
anjuran yang di arahkan )

Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi
pemberian medikasi sebelum
makan Ondansetron 2 x 4 gr
IV ( nafsu makan bertambah,
makan habis 1 porsi )
4. Gangguan pola tidur b.d Pola tidur Rabu, 25 DUKUNGAN TIDUR Kamis, 26 Mei 2022 Kelompok
terganggu d.d klien mengatakan Mei S 1
sulit tidur, tidur ± 4 jam, kwalitas 2021 Observasi 1. klien mengatakan sudah bisa
tidur sering terbangun. Pukul 1. Mengidentifikasi pola tidur
14.20 aktivitas dan tidur ( Klien O:
mengatakan sudah bisa tidur 1. tidur ± 7 - 8 jam
nyenyak ) 2. kwalitas tidur nyenyak
2. Mengidentifikasi factor A : Masalah teratasi
penggangu tidur ( Klien P : Hentikan Intervensi
mengatakan sudah tidak
nyeri)

Terapeutik
1. Menetapkan jadwal tidur
rutin ( Klien mulai terbiasa
tidur jam 10 malam )
2. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(Klien mengatakan dapat
tidur dengan posisi yang
nyaman)

Edukasi
1. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
( klien mampu memahami
penjelasan yang
disampaikan )
2. Mengnjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur ( Klien
mengikuti anjuran dengan
tidur dibawah jam 10 )

TERAPI RELAKSASI
OTOT PROGRESIF

Observasi
1. Mengidentifikasi tempat
yang tenang dan nyaman
( Klien mengatakan sudah
mampu mencipkan tempat
yang tenang dan nyaman )
2. Memonitor secara berkala
untuk memastikan otot rileks
( Selama tindakan terapi tidak
ada ketegangan pada otot )
3. Memonitor adanya
indicator tidak rileks ( Selama
tindakan tidak ada kelainan )

Terapeutik
1. Mengatur lingkungan agar
tidak ada gangguan saat terapi
( Pada saat melakukan
tindakan tidak ada gangguan
yang menghambat terapi )
2. Memberikan posisi
bersandar pada kursi atau
posisi lainnya yang nyaman
( Klien bersandar di bed dan
mengatakan posisi nyaman )
3. Memberikan waktu
mengungkapkan perasaan
tentang terapi ( Klien
mengatakan terapi dapat
mengurangi nyeri dan
menambah perasaan
mengantuk )

Edukasi
1. Menganjurkan memakai
pakaian yang nyaman dan
tidak sempit ( Klien
menggunakan pakaian yang
nyaman sesuai dengan
anjuran )
2. Menganjurkan bernafas
dalam dan perlahan ( Klien
mengikuti arahan yang
dianjurkan )
5. Resiko hipolemia d.d . Kehilangan Rabu, 25 MANAJEMEN 25 Mei 2021 Kelompok
cairan secara aktif, gangguan Mei HIPOVOLEMIA S:- 1
absorbsi cairan. 2021 O:
Pukul Observasi 1. Turgor kulit pasien normal
14.20 1. Memeriksa tanda dan gejal
A : Masalah teratasi
hypovolemia ( tidak ada
P : Hentikan Intervensi
takhikardia, nadi teraba kuat,
tekanan darah normal/stabil ,
tugor kulit baik, mukosa
mulut lembab, CRT < 2 detik,
BB normal )

Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan
oral ( klien banyak minum air
putih ± 2 ltr )

Edukasi
1. Menganjurkan
memperbanyak asupan cairan
oral ( Klien mengikuti
anjuran untuk minum air
putih yang cukup )

Kolaborasi
1. Melakukan kolaborsi
pemberian cairan IV isotonis
RL 20 jam ( cairan dalam
tubuh pasien terpenuhi )

PEMANTAUAN TANDA
VITAL

Observasi
1. Memonitor tekanan darah (
110/90 mmHg )
2. Monitor nadi (90x/menit)
3. Monitor pernafasan
(20x/menit)
4. Monitor suhu tubuh ( 37°C
5. Monitor oksimetri nadi
( 98%)
6. Identifikasi penyebab
perubahan tanda vital ( tidak
ada perubahan pada tanda
tanda vital )

Terapeutik
1. Mengatur interval
pemantauan sesuai kondisi
pasien ( Klien tidak
mengalami tanda tanda
hypovolemia dan tanda tanda
vital dalam angka atau
kondisi stabil )
2. Mendokumentasikan hasil
pemantauan (Klien tidak
mengalami tanda tanda
hypovolemia dan tanda tanda
vital dalam angka atau
kondisi stabil)

Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan ( Klien
memahami penjelasan yang
disampaikan )

5. CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa Hari / Catatan Paraf
Keperawatan tanggal Perkembangan
Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d Rabu, 25 S:
pasien mengeluh nyeri ulu hati, Mei 2022 1. Pasien mengeluh nyeri ulu hati
klien tampak meringis, skala nyeri Pukul : O:
5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri 14.40 1. Klien tampak meringis
tekan pada ulu hati, klien tampak 2. Skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 )
lemas, tekanan darah: 120 / 70 3. Terdapat nyeri tekan pada ulu hati
mmHg, nadi: 72 x / menit, respirasi 4. klien tampak lemas
: 24 x / menit, suhu : 36,6°C. 5. TTV
Tekanan Darah: 110/90 mmHg
Nadi : 90 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 37 °C
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Memberikan teknik nonfarmakologis terapi relaksasi
3. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
E:
1. Nyeri akut belum teratasi
R : Lanjutkan Intervensi
Diare b.d Sekresi cairan dan mucus Rabu, 25 S:
berlebih d.d klien mengatakan ± 4 Mei 2022 1. Klien mengatakan masih mengalami diare
hari mengalami diare, bising usus Pukul : O:
35x/menit, konsistensi feses cair, 14.40 1. bising usus 35x/menit
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses 2. konsistensi feses cair
berwarna kuning. 3. frekuensi BAB 4 – 7 x/menit
4. feses berwarna kuning
A : Diare belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses
2. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia
3. Memberikan cairan intravena
4. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
5. Melakukan kolaborasi pemeberian obat
E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan Intervensi
Defisit Nutrisi b.d Mual muntah d.d Rabu, 25 S:
. Klien mengatakan mual, tidak Mei 2022 1. Klien mengatakan mual
nafsu makan, porsi makanan ½, BB
sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 Pukul : 2. Tidak nafsu makan
kg. 14.40 O:
1. porsi makanan ½
2. BB sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 kg
A : deficit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Memonitor adanya mual dan muntah
2. Memberikan suplemen
3. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
Gangguan pola tidur b.d Pola tidur Rabu, 25 S:
terganggu d.d klien mengatakan Mei 2022 1. klien mengatakan sulit tidur
sulit tidur, tidur ± 4 jam, kwalitas Pukul : O:
tidur sering terbangun. 14.40 1. tidur ± 4 jam
2. kwalitas tidur sering terbangun
A : Gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Mengidentifikasi pola dan aktifitas tidur
2. Melakukan prosedur untuk menigkatkan kenyamanan
E : Masalah teratasi
Resiko hipolemia d.d . Kehilangan Rabu, 25 S:-
cairan secara aktif, gangguan Mei 2022 O:
absorbsi cairan. Pukul : 1. Turgor kulit pasien normal
14.40 A : Resiko hypovolemia teratasi
P : Hentikan Intervensi
I : Memberikan edukasi untuk banyak minum
E : Masalah terasatasi
R : Hentikan Intervensi

Diagnosa Hari / Catatan Paraf


Keperawatan tanggal Perkembangan
Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d Kamis, 26 S:
pasien mengeluh nyeri ulu hati, Mei 2022 1. Pasien mengeluh nyeri ulu hati
klien tampak meringis, skala nyeri Pukul : O:
5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri 08.20 1. Klien tampak meringis
tekan pada ulu hati, klien tampak 2. Skala nyeri 4 dari ( 1 – 10 )
lemas, tekanan darah: 120 / 70 3. Terdapat nyeri tekan pada ulu hati
mmHg, nadi: 72 x / menit, respirasi 4. lemas menurun
: 24 x / menit, suhu : 36,6°C. 5. TTV
Tekanan Darah: 122 / 77 mmHg
Nadi : 77 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 36,6 °C
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Memberikan teknik nonfarmakologis terapi relaksasi
3. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
E : Masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan Intervensi
Diare b.d Sekresi cairan dan mucus Kamis, 26 S:
berlebih d.d klien mengatakan ± 4 Mei 2022 1. Klien mengatakan masih mengalami diare
hari mengalami diare, bising usus Pukul : O:
35x/menit, konsistensi feses cair, 08.20 1. bising usus 30 x/menit
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses 2. konsistensi feses cair
berwarna kuning. 3. frekuensi BAB 4 x/hari
4. feses berwarna kuning
A : Diare teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses
2. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia
3. Memberikan cairan intravena
4. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
5. Melakukan kolaborasi pemeberian obat
E : Masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan Intervensi
Defisit Nutrisi b.d Mual muntah d.d Kamis, 26 S:
. Klien mengatakan mual, tidak Mei 2022 1. Klien mengatakan sudah tidak mual
nafsu makan, porsi makanan ½, BB Pukul : 2. Klein mengatakan nafsu makan meningkat
sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 08.20 O:
kg. 1. porsi makanan habis 1 porsi
2. BB sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 kg
A : deficit nutrisi teratasi
P : Hentikan intervensi
I : Memberikan edukasi tentang pemenuhan nutrisi
E : Masalah teratasi
R : Hentikan Intervensi
Gangguan pola tidur b.d Pola tidur Kamis , 26 S :
terganggu d.d klien mengatakan Mei 2022 1. klien mengatakan sudah bisa tidur
sulit tidur, tidur ± 4 jam, kwalitas
tidur sering terbangun. Pukul : O:
08.20 1. tidur ± 7 – 8 jam
2. kwalitas tidur nyenak
A : Gangguan pola tidur teratasi
P : Hentikan Intervensi
I : Memberikan edukasi penjadwalan tidur
R : Intevensi dihentikan

Diagnosa Hari / Catatan Paraf


Keperawatan tanggal Perkembangan
Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d Kamis, 26 S:
pasien mengeluh nyeri ulu hati, Mei 2022 1. Pasien mengeluh nyeri ulu hati
klien tampak meringis, skala nyeri Pukul : O:
5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri 14.30 1. Klien tampak meringis
tekan pada ulu hati, klien tampak 2. Skala nyeri 3 dari ( 1 – 10 )
lemas, tekanan darah: 120 / 70 3. Terdapat nyeri tekan pada ulu hati
mmHg, nadi: 72 x / menit, respirasi 4. lemas menurun
: 24 x / menit, suhu : 36,6°C. 5. TTV
Tekanan Darah: 126/70 mmHg
Nadi : 65 x / menit
Respirasi : 24 x / menit
Suhu : 36,5 °C
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Memberikan teknik nonfarmakologis terapi relaksasi
3. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
E : Masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan Intervensi
Diare b.d Sekresi cairan dan mucus Kamis, 26 S:
berlebih d.d klien mengatakan ± 4 Mei 2022 1. Klien mengatakan masih mengalami diare
hari mengalami diare, bising usus Pukul : O:
35x/menit, konsistensi feses cair, 14.30 1. bising usus 24 x/menit
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses 2. konsistensi feses cair
berwarna kuning. 3. frekuensi BAB 3 x/hari
4. feses berwarna kuning
A : Diare teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses
2. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia
3. Memberikan cairan intravena
4. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
5. Melakukan kolaborasi pemeberian obat
E : Masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan Intervensi

Diagnosa Hari / Catatan Paraf


Keperawatan tanggal Perkembangan
Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d Jumat, 27 S:
pasien mengeluh nyeri ulu hati, Mei 2022 1. Pasien sudah tidak mengeluh nyeri
klien tampak meringis, skala nyeri Pukul : O:
5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri 09.00 1. Klien tampak meringis
tekan pada ulu hati, klien tampak 2. Skala nyeri 0 dari ( 1 – 10 )
lemas, tekanan darah: 120 / 70 3. Tidak terdapat nyeri tekan
mmHg, nadi: 72 x / menit, respirasi 4. Pasien tampak segar
: 24 x / menit, suhu : 36,6°C. 5. TTV
Tekanan Darah: 124/77 mmHg
Nadi : 59 x / menit
Respirasi : 23 x / menit
Suhu : 36,4 °C
A : Nyeri akut teratasi
P : Intervensi dihentikan
I : Memberikan edukasi untuk mencoba mengatasi nyeri secara
mandiri
E : Masalah teratasi
R : Intervensi dihentikan
Diare b.d Sekresi cairan dan mucus Kamis, 27 S:
berlebih d.d klien mengatakan ± 4 Mei 2022 1. Klien mengatakan sudah tidak mengalami diare
hari mengalami diare, bising usus Pukul : O:
35x/menit, konsistensi feses cair, 09.00 1. bising usus 20 x/menit
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses 2. konsistensi lunak
berwarna kuning. 3. frekuensi BAB 1 x/hari
4. feses berwarna kuning kecoklatan
A : Diare teratasi
P : Intervensi dihentikan
I : Memberikan edukasi pemenuhan nutrisi tinggi serat
E : Masalah teratasi
R : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan subjek asuhan
pertama pada pasien Tn. T dengan usia 28 tahun, Pada saat dilakukan
pengkajian pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2022 Pukul 14.40 pasien
mengeluh nyeri ulu hati, nyeri dirasakan pada saat makan, nyeri seperti
diremas remas, nyeri tidak menyebar hanya dirasakan di bagian ulu hati saja,
skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 ). Klien juga mengeluh mual dan tidak nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d pasien mengeluh nyeri ulu hati, klien
tampak meringis, skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri tekan pada
ulu hati, klien tampak lemas, tekanan darah: 120 / 70 mmHg, nadi : 72
x / menit, respirasi : 24 x / menit, suhu : 36,6°C.
b. Diare b.d Sekresi cairan dan mucus berlebih d.d klien mengatakan ± 4
hari mengalami diare, bising usus 35x/menit, konsistensi feses cair,
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses berwarna kuning.
c. Deficit Nutrisi b.d Mual muntah d.d . Klien mengatakan mual, tidak nafsu
makan, porsi makanan ½, BB sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 kg.
d. Gangguan pola tidur b.d Pola tidur terganggu d.d klien mengatakan sulit
tidur, tidur ± 4 jam, kwalitas tidur sering terbangun.
e. Resiko hipolemia d.d . Kehilangan cairan secara aktif, gangguan absorbsi
cairan.
3. Intervensi Keperawatan
Pada intervensi atau rencana tindakan keperawatan adalah rencana
tindakan yang dibuat berdasarkan dari diagnosa yang muncul yaitu :
a. Masalah nyeri akut
1) Manajemen Nyeri
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain), Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri, Kolaborasi pemberian analgetik.
2) Terapi Relaksasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri
non verbal, berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( misalnya. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain ), fasilitasi istirahat dan tidur,
jelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri, ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu, identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif, identifikasi teknik relaksasi yang
efektif pernah dilakukan, monitor respons terhadap terapi relaksasi,
ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika perlu, gunakan nada
suara lembut dengan irama lambat dan berirama, jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan jenis relaksasi tersedia ( misal. Music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif ), demonstrasikan
dan latih teknik relaksasi ( mis, napas dalam, peregangan, atau
imajinasi, terbimbing).
b. Masalah diare
1) Manajemen Diare
Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor
tanda dan gejala hypovolemia (mis.takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, tugor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun), monitor jumlah pengeluaran diare, berikan
asupan cairan oral (mis. Larutan garam gula, oralit, Pedialyte,
renalyte), berikan cairan intravena (mis. Ringer asetat, ringer laktat),
jika perlu, anjurkan makanna porsi kecil dan sering secara bertahap,
anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa, kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik (mis.papaverin, ekstak belladonna,
mebaverinen.
2) Manajemen Cairan
Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, tugor kulit, tekanan darah),
monitor berat badan dan sesudah dialysis, berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan, berikan cairan intravena, jika perlu, kolaborasi
pemberian diuretic, jika perlu.
c. Masalah deficit nutrisi
1) Promosi berat badan
Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang, monitor adanya
mual dan muntah, monitor berat badan, berikan suplemen, jika
perlu, berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang
di capai, jelaskan peningkatan asupan kalori yang di butuhkan.
2) Manajemen Nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi aktivitas, sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, berikan suplemen makanan, jika
perlu, ajarkan diet yang di programkan, kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu.
d. Masalah gangguan pola tidur
1) Dukungan tidur
Identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi factor penggangu
tidur(fisik dan/atau psikologis), tetapkan jadwal tidur rutin, lakukan
prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur), jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
2) Terapi otot progresif
Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman, monitor secara berkala
untuk memastikan otot rileks, monitor adanya indicator tidak rileks
(mis. Adanya gerakan, pernapasan yang berat), atur lingkungan agar
tidak ada gangguan saat terapi, berikan posisi bersandar pada kursi
atau posisi lainnya yang nyaman, beri waktu mengungkapkan
perasaan tentang terapi, anjurkan memakai pakaian yang nyaman
dan tidak sempit, anjurkan bernafas dalam dan perlahan.
e. Masalah Risiko Hipovolemia
1) Manjemen Hipovolemia
Periksa tanda dan gejal hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, tugor kuit menurun, mebran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah),
berikan posisi modified Trendelenbung, berikan asupan cairan
oral, anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborsi
pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL).
2) Pemantauan tanda tanda vital
Monitor tekanan darah, monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama ),
monitor pernafasan (frekuensi,kedalaman), monitor suhu tuuh ,
monitor oksimetri nadi, mengidentifikasi penyebab perubahan
tanda vital, atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien,
dokumentasikan hasil pemantauan, jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
f. Masalah risiko hipovolemi
1) Manajemen hipovolemi
Periksa tanda dan gejal hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, tugor kuit menurun, mebran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah),
berikan posisi modified Trendelenbung, berikan asupan cairan
oral, anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborsi
pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL).
2) Pemantauan tanda tanda vital
Monitor tekanan darah, monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama ),
monitor pernafasan (frekuensi,kedalaman), monitor suhu tuuh ,
monitor oksimetri nadi, identifikasi penyebab perubahan tanda
vital , atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien,
dokumentasikan hasil pemantauan, jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan system
pencernaan typhoid dilakukan dengan sesuai rencana tindakan yang dibuat
penulis yaitu:
a. Masalah nyeri akut
1) Manajemen Nyeri
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain), mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri, Kolaborasikan pemberian analgetik.
2) Terapi Relaksasi
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi
respon nyeri non verbal, memberikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri ( misalnya. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain ), memfasilitasi istirahat dan tidur, menjelaskan penyebab,
periode, dan memicu nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, mengkolaborasikan pemberian
analgetik, jika perlu, mengidentifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif, mengidentifikasi teknik relaksasi yang efektif
pernah dilakukan, memonitor respons terhadap terapi relaksasi,
menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika perlu, menggunakan nada
suara lembut dengan irama lambat dan berirama, menjelaskan
tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi tersedia ( misal. Music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif ),
mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi ( mis, napas dalam,
peregangan, atau imajinasi, terbimbing).
b. Masalah diare
1) Manajemen Diare
Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja,
memonitor tanda dan gejala hypovolemia (mis.takikardia, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun, tugor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT melambat, BB menurun), memonitor jumlah
pengeluaran diare, berikan asupan cairan oral (mis. Larutan garam
gula, oralit, Pedialyte, renalyte), memberikan cairan intravena (mis.
Ringer asetat, ringer laktat), jika perlu, menganjurkan makanna
porsi kecil dan sering secara bertahap, menganjurkan menghindari
makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa,
mengkolaborasikan pemberian obat antispasmodic/spasmolitik
(mis.papaverin, ekstak belladonna, mebaverinen.
2) Manajemen Cairan
Memonitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, tugor kulit, tekanan darah),
memonitor berat badan dan sesudah dialysis, memberikan asupan
cairan, menyesesuai kebutuhan, memberikan cairan intravena, jika
perlu, mengkolaborasikan pemberian diuretic, jika perlu.
c. Masalah deficit nutrisi
1) Promosi berat badan
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab BB kurang, memonitor
adanya mual dan muntah, memonitor berat badan, memberikan
suplemen, jika perlu, memberikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang di capai, menjelaskan peningkatan asupan
kalori yang di butuhkan.
2) Manajemen Nutrisi
Mengidentifikasi alergi dan intoleransi aktivitas, menyajikan
makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, memberikan
suplemen makanan, jika perlu, mengajarkan diet yang di
programkan, kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu.
d. Masalah gangguan pola tidur
1) Dukungan tidur
Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi factor
penggangu tidur(fisik dan/atau psikologis), mentetapkan jadwal
tidur rutin, melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur), menjelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit, menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
2) Terapi otot progresif
Mengidentifikasi tempat yang tenang dan nyaman, monitor secara
berkala untuk memastikan otot rileks, memonitor adanya indicator
tidak rileks (mis. Adanya gerakan, pernapasan yang berat),
mengatur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi,
memberikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya yang
nyaman, memberi waktu mengungkapkan perasaan tentang terapi,
menganjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak sempit,
menganjurkan bernafas dalam dan perlahan.
e. Masalah Risiko Hipovolemia
1) Manjemen Hipovolemia
Periksakan tanda dan gejal hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, tugor kuit menurun, mebran mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah), memberikan
posisi modified Trendelenbung, memberikan asupan cairan oral,
anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, mengkolaborsikan
pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL).
2) Pemantauan tanda tanda vital
Memonitor tekanan darah, memonitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irama ), memonitor pernafasan (frekuensi,kedalaman), memonitor
suhu tubuh , memonitor oksimetri nadi, mengidentifikasi penyebab
perubahan tanda vital, mengatur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien, mendokumentasikan hasil pemantauan, menjelaskan tujuan
dan prosedur pemantauan, menginformasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di RSUD Bayu Asih
Purwakarta selama 27 hari yang dimulai pada tanggal 18 Mei 2022 sampai 14 Juni
2022. Kami melakukan pengkajian di RSUD Bayu Asih Purwakarta pada Tn. E
dengan diagnosa medis Thypoid di ruang Melati RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Asuhan Keperawatan dimulai dari menganamnesa pasien dan melakukan
pemeriksan fisik secara head to toe serta dengan adanya data penunjang. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan bahwa Tn. E mengalami gangguan Sistem Pencernaan.
Setelah dilakukan tindakan perawatan terhadap Tn. E maka keadaan Tn, E menjadi
normal sehingga tindakan keperawatan terhadap Tn. E di hentikan. Maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapat dari Nn.S dengan gangguan Sistem Repoduksi
yaitu klien mengeluh nyeri. Hasil Tanda-Tanda vital Tekanan Darah 120/80 mmHg,
Nadi 96x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 36,5°C, saturasi Oksigen 98%, tinggi
badan 155 cm, berat badan 70 kg, terpasang terpasang infus Ringer Lactat 20 tetes
permenit dan didukung oleh pemeriksaan diagnostik seperti pemeriksaan
Laboratorium dan USG .
b. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian penulis menegakan satu diagnosa keperawatan sesuai
dengan data pengkajian yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
ditandai dengan Klien mengeluh nyeri di bagian abdomen, skala nyeri 3 dari ( 1 –
10 ), klien tampak meringis, terdapat nyeri tekan pada abdomen pada saat di palpasi,
tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 96 x/menit, respirasi: 20 x/menit, suhu: 36°C.
Deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis ditandai dengan klien mengeluh
tidak nafsu makan, klien mengeluh mual, porsi makan berkurang jadi ½ , klien
tampak lemas. Risiko infeksi ditandai dengan prosedur invansif. Tanda-Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 96x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 36,5°C,
saturasi Oksigen 98%.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa keperawatan nyeri akut
, Manajemen Nyeri, Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain), Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Kolaborasi
pemberian analgetik, Latihan Pernapasan , Identifikasi indikasi dilakukan latihan
pernapasan, Sediakan tempat yang tenang, Posisikan pasien nyaman dan rileks,
Jelaskan tujuan dan prosedur latihan pernafasan. Deficit nutrisi, Manajemen Nutrisi,
Identifikasi status nutrisi, Monitor asupan makanan, Memberikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, Ajarkan diet yang diprogramkan, Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan, Pemantauan Nutrisi, Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi, Identifikasi pola makan, Monitor asupan oral, Timbang
Berat badan, Hitung perubahan berat badan, Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan. Resiko infeksi, Pencegahan Infeksi, Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik, Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi, Jelaskan
tanda dan gejala infeksi, Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi,
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan, Kolaborasi pemberian Imunisasi,
Induksi Persalinan, Identifikasi indikasi dilakukan induksi persalinan, Identifikasi
riwayat obstetric, Monitor kontraksi uterus, Monitor kondisi ibu dan janin sebelum
induksi, Berikan kenyamanan selama proses induksi, Kolaborasi pemberian obat IV
untuk merangsang aktivitas Rahim.
d. Implementasi Keperawatan
Dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut, defisit nutrisi dan resiko infeksi yang dilakukan selama 1x24
jam dengan intervensi keperawatan yang telah ditentukan.
e. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka masalah
keperawatan dapat teratasi dengan hasil nyeri akut teratasi, defisit nutrisi teratasi,
resiko infeksi teratasi.
2. SARAN
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis terhadap
keperawatan maternitas pada klien Kista Ovarium terhadap masalah keperawatan
nyeri akut, defisit nutrisi dan resiko infeksi.
b. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan bagi pasien Kista Ovarium khususnya yang mengalami dengan
penerapan intervensi manajemen nyeri, latihan pernafasan dan manajemen nutrisi dan
pemantauan nutrisi untuk menambah asupan nutrisi, pencegahan Infeksi dan induksi
persalinan untuk mencegah terjadinya risiko infeksi
c. Bagi institasi Pendidikan
Manfaat praktis bagi instasi akademik yaitu dapat digunakan sebagai referensi
bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien Kista Ovarium dengan penerapan intervensi manajemen
nyeri, latihan pernafasan dan manajemen nutrisi dan pemantauan nutrisi untuk
menambah asupan nutrisi, pencegahan Infeksi dan induksi persalinan untuk mencegah
terjadinya risiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

NANDA Internasional.2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2013-2017,


Jakarta:EGC

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Cowrin,2002,Hand Book of Pathofisiologi,EGC,Jakarta

Akmal,M.Dkk.(2010).Ensiklopedia kesehatan untuk umum.Jogjakarta:Ar-ruzz Medi

Anda mungkin juga menyukai