Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Azhar Nurul Istiqomah E.0105.20.007
Mas’an Sauqi Subastian E.0105.20.024
Muthia Salwa Syahiriah E.0105.20.027
Nessha Seftiyani Rahayu E.0105.20.028
Tri Neta Muliawati E.0105.20.044
Teti Darwati E.0105.20.048
Unung Muttaqin E.0105.20.045
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) Stase Keperawatan Maternitas Tingkat II
Semester IV Progran Studi Diploma III Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi dengan
Judul :
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Azhar Nurul Istiqomah E.0105.20.007
Mas’an Sauqi Subastian E.0105.20.024
Muthia Salwa Syahiriah E.0105.20.027
Nessha Seftiyani Rahayu E.0105.20.028
Tri Neta Muliawati E.0105.20.044
Teti Darwati E.0105.20.048
Unung Muttaqin E.0105.20.045
Telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta pada tanggal 18
Mei – 14 Juni 2022
Menyetujui,
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. E DENGAN GANGGUAN :
PENCERNAAN DI RUANG MELATI RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA” dengan tepat
waktu. Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Dasar. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan para pembaca.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari cara penyusunan, penulisan maupun
dari aplikasi teori penelitian. Dalam hal ini, Penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan
maupun dukungan moril dan materil yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan proposal ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. H. Agung Darwis Suriaatmadja, M.Kes Selaku Direktur RSUD Bayu Asih
Purwakarta yang telah memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan
praktek di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
2. Ibu Sri Wahyuni., S.Pd., Ph.D selaku Ketua STIKes Budi Luhur Cimahi.
3. Ibu Yosi Oktri, AMK., S.Pd., SST., MM selaku Wakil Ketua I Bidang
Akademik STIKes Budi Luhur Cimahi.
4. Ibu Reini Astuti, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan
STIKes Budi Luhur Cimahi.
5. Ibu NS. Siti Aminah., M.Kep Selaku pembimbing akademik yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini dan memberikan bimbingan,
petunjuk, arahan, perbaikan dan saran.
6. Ibu selaku pembimbing klinik yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini dan memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, perbaikan dan
saran.
7. Kepada seluruh dosen beserta staff keluarga besar StiKes Budi Luhur Cimahi
dan Semua Staff dan karyawan Unit SIRS RSUD Bayu Asih Purwakarta yang
telah memberikan ilmu dan bantuannya selama kami melaksanakan Praktik
Kerja Industri.
Kami menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Industri ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran yang nantinya dapat membuat
Laporan Praktek Kerja Industri ini menjadi lebih baik. Akhir kata, kami mohon maaf bila ada
kesalahan dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Industri ini, semoga Laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri memiliki angka tinggi di wilayah
negara-negara berkembang yang beriklim tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di
Indonesia.
Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9tahun (10–12 tahun) sedangkan sebagian
besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita typhoid dan sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis menderita demam typhoid dibandingkan
berjenis kelamin perempuan. (Hilda dan Fariani, 2016).
Insidens Typhoid tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100 kasus per 100.000 populasi per
tahun). Incidents Typhoid yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per
tahun) berada di wilayah Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia
Baru). (Djoko Widodo, 2014).
Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid yang banyak dijumpai pada populasi
dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga,
yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena Typhoid, tidak adanya sabun untuk
mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku yang ditulis oleh Marni
(2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya menyatakan bahwa kejadian Typhoid di
Indonesia mencapai 148,7 per 100.000 penduduk. (Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan
ke-3 dari 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia (41.081
kasus). (Djoko Widodo, 2014).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan yang
ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat pula terjadi
gangguan kesadaran pada penderita.(Arfiana dan Arum, 2016).
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya daerah ileum. (Bachrudin dan
Najib, 2016). Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama
disebabkan oleh Salmonella typhi. Typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis.
Jenis lain dari demam enteric adalah demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi
A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.hirschfeldii (semula S. parathypi
C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain.
(Widagdo, 2014).
Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akan menyebabkan komplikasi di usus
halus, diantaranya perdarahan, perforasi, dan peritonitis. Pasien yang mengalami nyeri hebat
juga dapat mengalami syok neurogenic, komplikasi dapat menyebar di luar usus halus,
misalnya bronkitis, kolelitiasis, peradangan pada meningen, dan miokarditis. (Marni, 2016)
a. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan kasus atau asuhan keperawatan ini untuk mengetahui
masalah mengenai penyakit pada reproduksi khususnya gangguan pada pasien typoid.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian Typhoid
2. Mengetahui etiologi Kista Typhoid
3. Mengetahui tanda dan gejala Typhoid
4. Mengetahui klasifikasi/stadium Typhoid
5. Mengetahui patofisiologi Typhoid
6. Mengetahui penatalaksanaan baik medis maupun erdasarkan prinsip
keperawatan
7. Mengetahui pathway dari Typhoid
8. Dapat mengkaji atau melakukan pengumpulan data pada klien Typhoid
9. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnose keperawatan pada klien
Typhoid
10. Dapat menentukan perencanaan pada klien Typhoid
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya dukungan
social keluarga.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih meningkatkan pelayanan
rumah sakit sehingga diharapkan dapat memberikan penyuluhan, edukasi,
pengetahuan dan informasi kepada keluarga pasien.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat dijadikan sumber data yang bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pegetahuan tentang
pentingannya dukungan social keluarga.
4. Bagi Institusi
Menambah pengetahuan dan referensi bagi mahasiswa atau pembaca serta
peneliti berikutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella. (Smeltzer,2014).
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari
Titik, 2016).
2.2 ETIOLOGI
2.4 PATHWAY
Kuman Sallmonelia Typhi
Food (makanan & minuman) Fases Urine Fornitus (muntahan) Fingers (jari)
Masuk kedalam lambung Masuk kedalam saluran cerna melalui mulut Masuk kedalam usus
1. Gejala pada anak: Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akn.
menyebabkan syok, Stupor dan Koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala, Nyeri perut
6. Kembung, Mual, muntah, Diare, Konstipasi
7. Pusing, Bradikardi, Nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremer)
11. Hepatomegali, Splenomegali, Meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dangan disertai syok dan hipotermia
2.6 PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Lestari Titik, 2016 dan (Nanda NIC-NOC. 2015), penatalaksanaan pada
demam typhoid yaitu:
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Bed rest
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
2. Penalataksanaan Medis
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3-4 kali. Pemberian
intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama
5-7 hari.
f. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon. Bila tak terawat, demam
typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian
terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan
penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian
dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi
usus.
2.7 KOMPLIKASI
2.8 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini
juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah
yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2010).
A. Keluhan Utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri
perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan - kesadaran.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
C. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Menggambarkan kesehatan sebelumya, apakah pasien pernah menderita demam
typhoid.
D. Pemeriksaan Fisik Persistem
1) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410
C, muka kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5) Sistem integument
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7) Sistem musculoskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung
serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut NANDA (2015), yaitu:
1) Pemeriksaan Darah Periter Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3) Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untukmenentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita Demam Typhoid. Akibat adanya infeksi oleh
Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin).
4) Kultur
a. Kultur darah :bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketigaa
5) Anti Salmonella typhi lgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typhi, karena antibodi lgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya
demam.
F. Analisa Data
Menurut PPNI,T.P (2017) dan NANDA (2015) :
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Kuman salmonella Defisit Nutrisi
1. Cepat kenyang setelah ↓
makan Bakteri masuk usus
2. Kram/nyeri abdomen halus,
3. Nafsu makan menurun ↓
DO : Masuk ke aliran darah
1. Berat badan menurun ↓
minimal 10% dibawah Penurunan/peningkatan
rentang ideal peristaltik usus
2. Bising usus hiperaktif ↓
3. Otot pengunyah lemah Peningkatan asam
4. Otot menelan lemah lambung
5. Membran mukosa pucat ↓
6. Sariawan Asupan nutrisi tidak
7. Serum albumin turun memenuhi kebutuhan
8. Rambut rontok berlebih
9. Diare.
lemah, Membran mukosa pucat, 5. Verbalisasi keinginan 3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi Terapeutik
Sariawan, Serum albumin turun, untuk meningkatkan protein. 1. Untuk menambah nafsu makan
Rambut rontok berlebih, Diare. nutrisi meningkat 4. Berikan suplemen makanan bila perlu pasien
Terapeutik
1. untuk menegetahui jumlah cairan
yang keluar dan masuk pada pasien
2. Untuk memenuhi kebutuuhan
cairan pasien
3. Untuk membantu pasien
memasukan cairan kedalam tubuh
Kolaborasi
1. Untuk membantu membuang zat
yang tidak diperlukan dalam tubuh
2. Hypovolemia d.d Prosedur Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA ( Manajemen INTERVENSI UTAMA
pembedahan mayor, keperawatan selama 1 X Hipovolemia ) ( Manajemen Hipovolemia )
Trauma/perdarahan, Luka baraar, 24 jam maka status cairan
Aferesis, Asites, Obstruksi membaik dengan kriteria Observasi Observasi
intestinal, Peradangan pankreas, hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia 1. Untuk meriksa tanda dan gejala
Penyakit ginjal dan kelenjar, 1. Asupan cairan 2. Monitor intake dan output cairan hipovolemia
Disfungsi intestinal. meningkat 2. Untuk memonitor intake dan
2. Haluaran urin Terapeutik output cairan
meningkat 1. Berikan asupan cairan oral
3. Kelembaban membran Terapeutik
mukosa meningkat Edukasi 1. Untuk memberikan asupan
4. Asupan makanan 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan cairan oral
meningkat oral
5. Edema menurun Edukasi
7. Asites menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi
pemberian infus cairan kristaloid 1-
2 L pada dewasa
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal, Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA ( Manajamen INTERVENSI UTAMA
Iritasi gastrointestinal, Proses keperawatan selama 2 X Diare ) ( Manajamen Diare )
infeksi, Malabsorpsi, Kecemasan, 24 jam eliminasi fekal
Tingkat stres tinggi, Terpapar membaik dengan kriteria Observasi Observasi
kontaminan, Terpapar toksin, hasil : 1. Untuk mengidentifikasi penyebab diare 1. Untuk mengidentifikasi
Penyalahgunaan laksatif, 1. kontrol pengeluaran 2. Untuk memonitor warna, volume, penyebab diare
Penyalahgunaan zat, Program feses meningkat frekuensi, dan konsistensi tinja 2. Untuk memonitor warna,
pengobatan, Perubahan air dan 2. Keluhan defekasi lama 3. Untuk memonitor tanda dan gejala volume, frekuensi, dan konsistensi
makanan, Bakteri pada air. dan sulit menurun hypovolemia tinja
3. Mengejan saat defekasi 4. Untuk memonitor iritasi dan ulserasi kulit 3. Untuk memonitor tanda dan
menurun di daerah perianal gejala hypovolemia
4. Distensi abdomen 4. Untuk memonitor iritasi dan
menurun
5. Teraba massa pada Terapeutik ulserasi kulit di daerah perianal
rectal menurun 1. Untuk memberikan asupan cairan oral
6. Urgency menurun 2. Untuk memberikan cairan intravena Terapeutik
7. Nyeri abdomen 3. Untuk mengambil sampel feses untuk 1. Untuk memberikan asupan
menurun kultur cairan oral
8. Kram abdomen 2. Untuk memberikan cairan
menurun Edukasi intravena
9. Konsistensi feses 1. Untuk menganjurkan makanan porsi kecil 3. Untuk mengambil sampel feses
membaik dan sering secara bertahap untuk kultur
10. Frekuensi defekasi
membaik Kolaborasi Edukasi
11. Peristaltik usus 1. Untuk mengkolaborasi pemberian obat 1. Untuk menganjurkan makanan
membaik antimotilitas porsi kecil dan sering secara
bertahap
INTERVENSI PENDUKUNG
( Manajemen Cairan ) Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi
Observasi pemberian obat antimotilitas
1. Untuk memonitor status hidrasi
INTERVENSI PENDUKUNG (.
Terapeutik Manajemen Cairan )
1. Untuk mencatat intake-output dan hitung
balans cairan 24 jam
2. Untuk memberikan asupan cairan Observasi
1. Untuk memonitor status hidrasi
Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi pemberian diuretic Terapeutik
1. Untuk mencatat intake-output
dan hitung balans cairan 24 jam
2. Untuk memberikan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Untuk mengkolaborasi
pemberian diuretic
4. Nyeri akut b.d Agen pencedera Setelah dilakukan tindakan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI UTAMA
fisiologis, Agen pencedera kimia, keperawatan selama 1 X ( Manajemen Nyeri ) ( Manajemen Nyeri )
Agen pencedera fisik d.d mengeluh 24 jam maka tingkat nyeri
nyeri, Tampak meringis, Bersikap menurun dengan kriteria Observasi Observasi
protektif, Gelisah, Frekuensi nadi hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Menentukan tindakan apa yang
meningkat, Sulit tidur, Tekanan 1. keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri akan di berikan
darah meningkat, Pola nafas 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengethaui tingkat nyeri
berubah, Proses berfikir terganggu, 3. Sikap protektif menurun
Menarik diri, Berfokus pada diri Terapeutik Terapeutik
sendiri, Diaforesis. 4. Gelisah menurun 1.Berikan teknik nonfarmakologis untuk 1. Mengurangi rasa nyeri
5. Kesulitan tidur menurun mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis,
6. Menarik diri menurun akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi Edukasi
7. Berfokus pada diri pijat, aromaterapi, teknik imajinasi 1. Program pengobatan mandiri
sendiri menurun terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
8. Diaforesis menurun bermain) Kolaborasi
Takikardi, Takipnea, Kulit terasa 4. Akrosianosis menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin Terapeutik
hangat. 5. Konsumsi oksigen 2. Berikan cairan oral 1. Untuk menyediakan lingkungan
menurun yang dingin
Edukasi 2. Untuk memberikan cairan oral
6. Pucat menurun
1. Anjurkan tirah baring
7. Takikardi menurun
8. Takipnea menurun Edukasi
Kolaborasi 1. Untuk menganjurkan tirah baring
9. Bradikardi menurun
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
10. Dasar kuku sianotik
elektrolit intravena Kolaborasi
menurun
1. Untuk mengkolaborasi
11. Hipoksia menurun INTERVENSI PENDUKUNG ( Edukasi pemberian cairan dan elektrolit
12. Suhu tubuh membaik Dehidrasi ) intravena
13. Suhu kulit membaik
14. Kadar glukosa darah Observasi INTERVENSI PENDUKUNG
membaik 1. Identifikasi kemampuan pasien dan ( Edukasi Dehidrasi )
15. Pengisian kapiler keluarga menerima informasi
membaik Observasi
17. Tekanan darah 1. Persiapkan materi, media dan alat kemampuan pasien dan keluarga
Edukasi Terapeutik
1. Jelaskan tanda dan gejala dehidrasi 1. Untuk mempersiapkan materi,
2. Anjurkan memperbanyak minum media dan alat formulir balans
3. Ajarkan menilai status hidrasi cairan
berdasarkan warna urine
Edukasi
1. Untuk menjelaskan tanda dan
gejala dehidrasi
2. Untuk menganjurkan
memperbanyak minum
3. Untuk mengajarkan menilai
status hidrasi berdasarkan warna
urine
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
No Rekam Medis : 00.21.72.72
Tanggal Masuk : Rabu, 25 Mei 2022
Tanggal Pengkajian : Rabu, 25 Mei 2022, Pukul : 14.40
Diagnosa Medis : Typhoid
Alamat : Kp. Warung kadu, Rt 003/ Rw 002,
Kel. Warung kadu, Kec. Pasawahan,
Kab. Purwarkata
Catatan : Pasien tinggal bersama istri, anak, menantu dan cucu. Pasien
punya anak 5, 2 orang sudah menikah dan 3 belum menikah. Pasien
mempunyai 2 cucu, laki laki dan perempuan. Klien tidak memiliki riwayat
penyakit turunan.
2. Siang
Tidak ada Tidak ada
Lama Tidur
Tidak ada Tidak ada
Kwalitas Tidur
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
Kebiasaan
menggunakan
obat tidur
4. Personal Hygiene
Mandi 2 x / hari 2 x / hari
Gosok Gigi 2 x / hari 2 x / hari
Ganti Pakaian 2 x / hari 2 x / hari
Cara Mandiri Mandiri
Keluhan Tidak ada Tidak ada
5. Pola Aktifitas
1. Kegiatan dalam Klien mengatakan Klien mengatakan
pekerjaan kerja serabutan hanya berbaring di
tempat tidur
2. Waktu bekerja Klien mengatakan Klien mengatakan
tidak menentu tidak berkerja
karena sakit
3. Kegiatan waktu Klien mengatakan Klien mengatakan
luang menonton tv dan berbincang –
berbincang bincang bincang dengan
dengan keluarga keluarga
4. Keluhan dalam Tidak ada Tidak ada
beraktifitas
5. Olahraga Klien mengatakan Tidak ada
sering jalan kaki
6. Keterbatasan Tidak ada Tidak ada
dalam hal
menggunakan
pakaian, berhias
6. Pola kebiasaan
yang
mempengaruhi
kesehatan
a. Merokok
12 batang/ hari Tidak ada
Frekuensi
1 bungkus / hari Tidak ada
Jumlah/hari
3 tahun kebelakang Tidak ada
Lama Pemakaian
b. Minuman Keras
Tidak ada Tidak ada
Frekuensi
Tidak ada Tidak ada
Jumlah/hari
Tidak ada Tidak ada
Lama
pemakaian
Ketergantungan
Tidak ada Tidak ada
Obat
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Tampak lemah.
Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 72 x / menit
Respirasi : 24 x / menit
Suhu : 36,6°C
BB/TB setelah sakit : 60kg/160 cm
BB/TB sebelum sakit : 62kg/160 cm
Spo² : 98 %
2) Pemeriksaan Fisik Persistem
a) Sistem Penglihatan
Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi
bentuk mata simetris, reflek kelopak mata normal,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva ananemis,
koernea normal berwarna hitam, pupil mengecil apabila
diberi cahaya, lapang pandang normal, klien mampu
membaca name tag perawat dengan jelas, tidak ada tanda
tanda radang.
b) Sistem Pendengaran
Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi
bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen, fungsi
pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu.
c) Sistem Wicara
Pada saat dilakukan pemeriksaan klien mampu menjawab
dengan jelas dan tidak ada kelainan.
d) Sistem Pernafasan
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat tidak ada
sumbatan jalan napas, tidak ada keluhan mengenai system
pernapasan, tidak ada sesak.
e) Sistem Kardiovaskular
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat nadi 72 x/menit,
tidak terdapat distensi vena jugularis, temperature kulit
normal, warna kulit sawo matang, bunyi jantung normal,
tidak ada keluhan.
f) Sistem Pencernaan
Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi
keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, tidak ada
lesi/luka/stomatitis, tidak ada kesulitan dalam menelan
makanan. Pada saat dilakukan pemeriksaan aulkultasi
bising usus 35x/menit. Pada saat dilakukan palpasi terdapat
nyeri di bagian abdomen atas/ulu hati, nyeri dirasakan dari
± 4 hari yang lalu, dengan skala 5 dari ( 1 – 10 ), tidak ada
massa, lingkar perut 60 cm, tidak ada asites, tidak ada
penumpukan masa di semua organ, terdapat nyeri tekan di
ulu hati, bunyi organ typani saat di perkusi.
g) Sistem Persyarafan
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapatkan kesadaran
composmentis, tidak ada tanda tanda peningkatan
intracranial, tidak ada gangguan neurologis, terdapat reflex
bisep, tresep, patella dan Babinski.
h) Sistem Imun
Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
i) Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan pengkajian tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak terdapat tanda tanda peningkatan
kadar gula darah.
j) Sistem Perkemihan
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat tidak terjadi
distensi kandung kemih, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
menggunakan kateter, pasien mengatakan keadaan genital
bersih.
k) Sistem Integument
Pada saat dilakukan pemeriksaan didapat ramput bewarna
hitam dan terdapat uban, kekuatan rambut tidak terjadi
kerontokan, kebersihan rambut cukup bersih tidak terdapat
sebore, tidak terdapat lesi/luka, tidak terdapat edema atau
nyeri tekan, turgor kulit normal.
l) Sistem Muskuloskeletal
Pada saat dilakukan pemeriksaan klien dapat bergerak,
tidak terdapat nyeri pada sendi maupun tulang, .
3) Data Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 mei 2022
SEROLOGI
1. Salmonella Typhi IgM (Tubex) % (negatif) Negatif : <4
Positif : =4
HEMATOLOGI
1. Hemoglobin 15.1 g/dl 14.0 – 17.5
2. Hematokrit 42.4 % 36 – 47
3. Leukosit 9.7 10’3/uL 4.4 – 11.3
10’6/uL High
4. Eritrosit 5.27 4 – 5.2
5. Trombosit 245 10’3/uL 139 – 403
6. Mcv 81 fL 78 – 95
7. Mch 28.7 pg 26 – 32
8. Mchc 35.6 g/dl 32 – 36
9. Hitung Jenis 1
- Basofil
0 % 0–1
- Eisonofil Low
0 % 2–4
- Batang Low
0 % 3–5
- Segmen
72 % 50 – 70
- Limfosit
%
- Monosit 21 % 25 – 40
KIMIA 7 2–8
10. Gula Darah Sewaktu Mg/dl
11. Urewa 98 < 140
12. Creatin Mg/dl
21 10 – 50 Low
Mg/dl
0.53 0.6 – 1.2
1. THORAX
URAIAN HASIL DAN KESAN PEMERIKSAAN
Cor tidak membesar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo:
Hilli normal.
Corakan vaskuler normal.
Tak tampak pembercakan / opasitas inhomogen
KESAN : Cor dan pulmo dalam batas normal.
4) Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk merilekskan
obat kerja otot saluran
antispasmodic/spasmolitik pencernaan
(mis.papaverin, ekstak
belladonna, mebaverine) INTERVENSI
PENDUKUNG
INTERVENSI ( Manajemen
PENDUKUNG Cairan )
( Manajemen Cairan )
Observasi
Observasi 1. Untuk mengetahui
1. Monitor status hidrasi status hidrasi (mis.
(mis. Frekuensi nadi, Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, kelembapan mukosa,
tugor kulit, tekanan darah) tugor kulit, tekanan
2. Monitor berat badan darah)
dan sesudah dialysis 2. Untuk mengetahui
berat badan dan
Terapeutik sesudah dialysis
1. Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan Terapeutik
2. Berikan cairan 1. Untuk mengatur
intravena, jika perlu keseimbangan cairan
tubuh
Kolaborasi 2. Untuk memenuhi
1. Kolaborasi pemberian cairan tubuh.
diuretic, jika perlu
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi
kadar garam pada
tubuh
3. Kamis, Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI Kelompok
26 Mei Mual muntah d.d . tindakan keperawatan (PROMOSI BERAT UTAMA 1
2022 Klien mengatakan 3 x 24 jam maka BADAN) ( PROMOSI BERAT
mual, tidak nafsu Status nutrisi BADAN )
makan, porsi makanan membaik dengan Obsevasi
½, BB sebelum sakit kriteria hasil : 1. Identifikasi Observasi
62 kg setelah sakit 60 1. Porsi makan yang kemungkinan penyebab 1. Untuk mengetahui
kg. dihabiskan membaik BB kurang kemungkinan
2.Vervalisasi 2. Monitor adanya mual penyebab BB kurang
keinginana untuk dan muntah 2. Untuk mengetahui
meningkatkan nutrisi 3. Monitor berat badan adanya mual dan
membaik muntah
3. SIkap terhadap Teraeutik 3. Untuk mengetahui
makanan/minuman 1. Berikan suplemen, jika berat badan
sesuai dengan tujuan perlu Terapeutik
kesehatan membaik 2. Berikan pujian pada 1. Untuk menambah
4. Nyeri abdomen pasien/keluarga untuk nafsu makan
menurun peningkatan yang di capai 2. Memberikan
5. Diare menurun support dalam
6. Berat badan Edukasi pengobatan
membaik 1. Jelaskan peningkatan
7. Indeks masa tubuh asupan kalori yang di
(IMT) membaik butuhkan Edukasi
8. Frekuensi makan 1. Pendidikan
membaik INTERVENSI Kesehatan mengenai
9. Nafsu makan PENDUKUNG peningkatan asupan
membaik (MANAJEMEN kalori yang di
10. Bising usus NUTRISI) butuhkan
membaik
11. Mebran mukosa Observasi INTERVENSI
Kolaborasi
1. Mencegah
terjadinya nyeri akibat
asam lambung naik
4. Kamis, Gangguan pola tidur Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI Kelompok
26 Mei b.d Pola tidur tindakan keperawatan (DUKUNGAN TIDUR) PENDUKUNG !
2022 terganggu d.d klien 3 x 24 jam Pola tidur ( DUKUNGAN
mengatakan sulit tidur, membaik dengan Observasi TIDUR )
tidur ± 4 jam, kwalitas kriteria hasil : 1. Identifikasi pola
tidur sering terbangun. 1. Keluhan sulit tidur aktivitas dan tidur Observasi
menurun 2. Identifikasi factor 1. Untuk mengetahui
2.Keluhan sering penggangu tidur(fisik pola aktivitas dan tidur
terjaga menurun dan/atau psikologis) 2. Untuk mengetahui
3.Keluhan tidak puas factor penggangu
tidur menurun Terapeutik tidur(fisik dan/atau
4.Keluhan pola tidur 1. Tetapkan jadwal tidur psikologis)
berubah menurun rutin
5. Keluhan istirahat 2. Lakukan prosedur Terapeutik
tidak cukup menurun untuk meningkatkan 1. Untuk melatih
kenyamanan (mis. Pijat, kebiasaan pola tidur
pengaturan posisi, terapi 2. Untuk memberikan
akupresur) rasa aman dan nyaman
dan mempercepat tidur
Edukasi dengan teknik
1. Jelaskan pentingnya nonfarmakologis
tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati Edukasi
kebiasaan waktu tidur 1. Pendidikan
kesehatan mengenai
INTERVENSI pentingnya tidur cukup
PENDUKUNG selama sakit
(TERAPI RELAKSASI 2. Sebagai tindakan
OTOT PROGRESIF ) kedisiplinan dalam
program pengobatan
Observasi
1. Identifikasi tempat INTERVENSI
yang tenang dan nyaman PENDUKUNG
2. Monitor secara berkala ( TERAPI
untuk memastikan otot RELAKSASI OTOT
rileks PROGRESIF )
3.Monitor adanya
indicator tidak rileks (mis. Observasi
Adanya gerakan, 1. Untuk mengetahui
pernapasan yang berat) tempat yang tenang
dan nyaman
Terapeutik 2. Untuk mengetahui
1. Atur lingkungan agar secara berkala untuk
tidak ada gangguan saat memastikan otot rileks
terapi 3. Untuk mengetahui
2. Berikan posisi adanya indicator tidak
bersandar pada kursi atau rileks (mis. Adanya
posisi lainnya yang gerakan, pernapasan
nyaman yang berat)
3. Beri waktu
mengungkapkan perasaan Terapeutik
tentang terapi 1. Untuk mendukung
proses tindakan
2. Memberikan rasa
Edukasi aman nyaman
1. Anjurkan memakai 3. Untuk mengetahui
pakaian yang nyaman dan respon hasil tindakan
tidak sempit
2. Anjurkan bernafas Edukasi
dalam dan perlahan 1. Untuk memberikan
rasa aman dan nyaman
2. Untuk memberikan
perasaan rileks
5. Kamis, Resiko hipolemia d.d . Setelah dilakukan INTERVESI UTAMA INTERVESI
26 Mei Kehilangan cairan tindakan keperawatan (MANAJEMEN UTAMA
2022 secara aktif, gangguan 3 x 24 jam maka HIPOVOLEMIA) (MANAJEMEN
absorbsi cairan. Status cairan HIPOVOLEMIA)
membaik dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejal Observasi
1. Kekuatan nadi hypovolemia (mis. 1. Untuk mengetahui
meningkat Frekuensi nadi status kesehatan klien
2.Tugor kulit meningkat, nadi teraba terkini
meningkat lemah, tekanan darah
3. Berat badan menurun, tekanan nadi Terapeutik
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan memicu nyeri.
( Pasien mampu memahami
atas edukasi yang
disampaikan )
2. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
(( Pasien mampu memahami
atas edukasi yang
disampaikan, dan mampu
mengulang Teknik yang
dijelaskan )
Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian
analgetik ciprofloaxin 2 x 1
IV, Paracetamol 3 x 200g PO
( klien sudah tidak mengeluh
nyeri )
Terapi Relaksasi
Observasi
1. Mengidentifikasi
penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitif. ( pasien
tidak mengalami penurunan
tingkat energi,dll )
2. Mengidentifikasi teknik
relaksasi yang efektif pernah
dilakukan. ( Pasien
mengatakan nyeri berkurang
pada saat dilakukan Teknik
relaksasi )
3. Memonitor respons
terhadap terapi relaksasi
(Pasien mengatakan nyeri
berkurang pada saat
dilakukan Teknik relaksasi)
Terapeutik
1. Menciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman. ( Pasien
mengatakan merasa nyaman )
2. Menggunakan nada suara
lembut dengan irama lambat
dan berirama ( Pasien mampu
berkonsentrasi terhadap apa
yang dianjurkan )
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi tersedia ( Pasien
mempu memahami materi
yang disampaikan dengan
mengulang kembali materi
yang telah disampaikan )
2. Mendemonstrasikan dan
latih teknik relaksasi ( Pasien
mampu memahami dan
mengikuti gerakan atau
Teknik yang telah diajarkan )
2. Diare b.d Sekresi cairan dan mucus Rabu, 25 Manajemen Diare Kamis, 27 Mei 2022 Kelompok
berlebih d.d klien mengatakan ± 4 Mei S: 1
hari mengalami diare, bising usus 2021 Observasi 1. Klien mengatakan sudah
35x/menit, konsistensi feses cair, Pukul 1. Memonitor warna, tidak diare
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses 14.20 volume, frekuensi, dan O:
berwarna kuning. konsistensi tinja. ( Pasien 1. bising usus 20x/menit
mengatakan warna feses 2. konsistensi feses lunak
kuning kecoklatan, frekuensi 3. frekuensi BAB 1 x/menit
1 x/hari, konsistensi feses 4. feses berwarna kuning
lunak ) kecoklatan
2. Memonitor tanda dan A : Masalah teratasi
gejala hypovolemia ( tidak P : Lanjutkan intervensi
ada takhikardia, nadi teraba
kuat, tekanan darah
normal/stabil , tugor kulit
baik, mukosa mulut lembab,
CRT < 2 detik, BB normal )
3. Memonitor jumlah
pengeluaran diare ( frekuensi
BAB 1x/menit )
Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan
oral RL 20 jam ( intake
cairan stabil )
2. Memberikan cairan
intravena Rl 20 jam ( intake
cairan stabil )
Edukasi
1. Menjurkan makannan porsi
kecil dan sering secara
bertahap ( Pasien makan 1
porsi habis ).
2. Menganjurkan
menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa ( pasien
mengatakan sudah mengikuti
sesuai anjuran ).
Kolaborasi
1. Mengkolaborasikan
pemberian obat Ciprofloaxin
2 x 1 IV ( Pasien sudah tidak
mengalami diare )
Manajemen Cairan
Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis.
Frekuensi nadi, kekuatan
nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, tugor
kulit, tekanan darah)
2. Memonitor berat badan dan
sesudah dialysis ( BB 60 kg )
Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan RL 20 jam (
Intake cairan pasien tercukupi
)
2. Memberikan cairan
intravena RL 20 jam (Intake
cairan pasien tercukupi)
Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi
pemberian diuretic
Ciprofloaxin 2 x 1 IV
( Frekuensi BAB 1x/hari )
3. Defisit Nutrisi b.d Mual muntah Rabu, 25 PROMOSI BERAT Kamis, 26 Mei 2022 Kelompok
d.d . Klien mengatakan mual, tidak Mei BADAN S: 1
nafsu makan, porsi makanan ½, 2021 1. Klien mengatakan sudah
BB sebelum sakit 62 kg setelah Pukul Obsevasi tidak mual
sakit 60 kg. 14.20 1. Mengidentifikasi 2. Klien mengatakan nafsu
kemungkinan penyebab BB makan bertambah
kurang ( Pasien mengatakan O:
nafsu makan sudah 1. makan habis 1 porsi
bertambah ) 2. BB sebelum sakit 62 kg
2. Memonitor adanya mual setelah sakit 60 kg
dan muntah ( klien A : Masalah teratasi
mengatakan sudah tidak mual P : Intervensi dihentikan
)
3. Memonitor berat badan
( BB 60kg )
Teraeutik
1. Memberikan suplemen
Ondansetron 2 x 4gr ( klien
sudah mengatakan tidak mual
2. Memberikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang di capai
( verbalisasi ingin lebih sehat
meningkat )
Edukasi
1. Menjelaskan peningkatan
asupan kalori yang di
butuhkan ( klien memahami
materi atau edukasi yang
disampaikan )
MANAJEMEN NUTRISI
Observasi
1. Mengidentifikasi alergi dan
intoleransi aktivitas ( klien
tidak memiliki alergi maupun
intoleransi aktifitas )
Terapeutik
1. Menyajikan makanan
secara menarik dan suhu yang
sesuai ( nafsu makan klien
bertambah )
2. Berikan suplemen makanan
Ondansetron 2 x 4 gr IV
Edukasi
1. Mengajarkan diet yang di
programkan ( klien mengikuti
anjuran yang di arahkan )
Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi
pemberian medikasi sebelum
makan Ondansetron 2 x 4 gr
IV ( nafsu makan bertambah,
makan habis 1 porsi )
4. Gangguan pola tidur b.d Pola tidur Rabu, 25 DUKUNGAN TIDUR Kamis, 26 Mei 2022 Kelompok
terganggu d.d klien mengatakan Mei S 1
sulit tidur, tidur ± 4 jam, kwalitas 2021 Observasi 1. klien mengatakan sudah bisa
tidur sering terbangun. Pukul 1. Mengidentifikasi pola tidur
14.20 aktivitas dan tidur ( Klien O:
mengatakan sudah bisa tidur 1. tidur ± 7 - 8 jam
nyenyak ) 2. kwalitas tidur nyenyak
2. Mengidentifikasi factor A : Masalah teratasi
penggangu tidur ( Klien P : Hentikan Intervensi
mengatakan sudah tidak
nyeri)
Terapeutik
1. Menetapkan jadwal tidur
rutin ( Klien mulai terbiasa
tidur jam 10 malam )
2. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(Klien mengatakan dapat
tidur dengan posisi yang
nyaman)
Edukasi
1. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
( klien mampu memahami
penjelasan yang
disampaikan )
2. Mengnjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur ( Klien
mengikuti anjuran dengan
tidur dibawah jam 10 )
TERAPI RELAKSASI
OTOT PROGRESIF
Observasi
1. Mengidentifikasi tempat
yang tenang dan nyaman
( Klien mengatakan sudah
mampu mencipkan tempat
yang tenang dan nyaman )
2. Memonitor secara berkala
untuk memastikan otot rileks
( Selama tindakan terapi tidak
ada ketegangan pada otot )
3. Memonitor adanya
indicator tidak rileks ( Selama
tindakan tidak ada kelainan )
Terapeutik
1. Mengatur lingkungan agar
tidak ada gangguan saat terapi
( Pada saat melakukan
tindakan tidak ada gangguan
yang menghambat terapi )
2. Memberikan posisi
bersandar pada kursi atau
posisi lainnya yang nyaman
( Klien bersandar di bed dan
mengatakan posisi nyaman )
3. Memberikan waktu
mengungkapkan perasaan
tentang terapi ( Klien
mengatakan terapi dapat
mengurangi nyeri dan
menambah perasaan
mengantuk )
Edukasi
1. Menganjurkan memakai
pakaian yang nyaman dan
tidak sempit ( Klien
menggunakan pakaian yang
nyaman sesuai dengan
anjuran )
2. Menganjurkan bernafas
dalam dan perlahan ( Klien
mengikuti arahan yang
dianjurkan )
5. Resiko hipolemia d.d . Kehilangan Rabu, 25 MANAJEMEN 25 Mei 2021 Kelompok
cairan secara aktif, gangguan Mei HIPOVOLEMIA S:- 1
absorbsi cairan. 2021 O:
Pukul Observasi 1. Turgor kulit pasien normal
14.20 1. Memeriksa tanda dan gejal
A : Masalah teratasi
hypovolemia ( tidak ada
P : Hentikan Intervensi
takhikardia, nadi teraba kuat,
tekanan darah normal/stabil ,
tugor kulit baik, mukosa
mulut lembab, CRT < 2 detik,
BB normal )
Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan
oral ( klien banyak minum air
putih ± 2 ltr )
Edukasi
1. Menganjurkan
memperbanyak asupan cairan
oral ( Klien mengikuti
anjuran untuk minum air
putih yang cukup )
Kolaborasi
1. Melakukan kolaborsi
pemberian cairan IV isotonis
RL 20 jam ( cairan dalam
tubuh pasien terpenuhi )
PEMANTAUAN TANDA
VITAL
Observasi
1. Memonitor tekanan darah (
110/90 mmHg )
2. Monitor nadi (90x/menit)
3. Monitor pernafasan
(20x/menit)
4. Monitor suhu tubuh ( 37°C
5. Monitor oksimetri nadi
( 98%)
6. Identifikasi penyebab
perubahan tanda vital ( tidak
ada perubahan pada tanda
tanda vital )
Terapeutik
1. Mengatur interval
pemantauan sesuai kondisi
pasien ( Klien tidak
mengalami tanda tanda
hypovolemia dan tanda tanda
vital dalam angka atau
kondisi stabil )
2. Mendokumentasikan hasil
pemantauan (Klien tidak
mengalami tanda tanda
hypovolemia dan tanda tanda
vital dalam angka atau
kondisi stabil)
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan ( Klien
memahami penjelasan yang
disampaikan )
5. CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa Hari / Catatan Paraf
Keperawatan tanggal Perkembangan
Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d Rabu, 25 S:
pasien mengeluh nyeri ulu hati, Mei 2022 1. Pasien mengeluh nyeri ulu hati
klien tampak meringis, skala nyeri Pukul : O:
5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri 14.40 1. Klien tampak meringis
tekan pada ulu hati, klien tampak 2. Skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 )
lemas, tekanan darah: 120 / 70 3. Terdapat nyeri tekan pada ulu hati
mmHg, nadi: 72 x / menit, respirasi 4. klien tampak lemas
: 24 x / menit, suhu : 36,6°C. 5. TTV
Tekanan Darah: 110/90 mmHg
Nadi : 90 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 37 °C
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Memberikan teknik nonfarmakologis terapi relaksasi
3. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
E:
1. Nyeri akut belum teratasi
R : Lanjutkan Intervensi
Diare b.d Sekresi cairan dan mucus Rabu, 25 S:
berlebih d.d klien mengatakan ± 4 Mei 2022 1. Klien mengatakan masih mengalami diare
hari mengalami diare, bising usus Pukul : O:
35x/menit, konsistensi feses cair, 14.40 1. bising usus 35x/menit
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses 2. konsistensi feses cair
berwarna kuning. 3. frekuensi BAB 4 – 7 x/menit
4. feses berwarna kuning
A : Diare belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses
2. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia
3. Memberikan cairan intravena
4. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
5. Melakukan kolaborasi pemeberian obat
E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan Intervensi
Defisit Nutrisi b.d Mual muntah d.d Rabu, 25 S:
. Klien mengatakan mual, tidak Mei 2022 1. Klien mengatakan mual
nafsu makan, porsi makanan ½, BB
sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 Pukul : 2. Tidak nafsu makan
kg. 14.40 O:
1. porsi makanan ½
2. BB sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 kg
A : deficit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Memonitor adanya mual dan muntah
2. Memberikan suplemen
3. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
Gangguan pola tidur b.d Pola tidur Rabu, 25 S:
terganggu d.d klien mengatakan Mei 2022 1. klien mengatakan sulit tidur
sulit tidur, tidur ± 4 jam, kwalitas Pukul : O:
tidur sering terbangun. 14.40 1. tidur ± 4 jam
2. kwalitas tidur sering terbangun
A : Gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Mengidentifikasi pola dan aktifitas tidur
2. Melakukan prosedur untuk menigkatkan kenyamanan
E : Masalah teratasi
Resiko hipolemia d.d . Kehilangan Rabu, 25 S:-
cairan secara aktif, gangguan Mei 2022 O:
absorbsi cairan. Pukul : 1. Turgor kulit pasien normal
14.40 A : Resiko hypovolemia teratasi
P : Hentikan Intervensi
I : Memberikan edukasi untuk banyak minum
E : Masalah terasatasi
R : Hentikan Intervensi
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan subjek asuhan
pertama pada pasien Tn. T dengan usia 28 tahun, Pada saat dilakukan
pengkajian pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2022 Pukul 14.40 pasien
mengeluh nyeri ulu hati, nyeri dirasakan pada saat makan, nyeri seperti
diremas remas, nyeri tidak menyebar hanya dirasakan di bagian ulu hati saja,
skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 ). Klien juga mengeluh mual dan tidak nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d Hepatomegaly d.d pasien mengeluh nyeri ulu hati, klien
tampak meringis, skala nyeri 5 dari ( 1 – 10 ), terdapat nyeri tekan pada
ulu hati, klien tampak lemas, tekanan darah: 120 / 70 mmHg, nadi : 72
x / menit, respirasi : 24 x / menit, suhu : 36,6°C.
b. Diare b.d Sekresi cairan dan mucus berlebih d.d klien mengatakan ± 4
hari mengalami diare, bising usus 35x/menit, konsistensi feses cair,
frekuensi BAB 4 – 7 x/menit, feses berwarna kuning.
c. Deficit Nutrisi b.d Mual muntah d.d . Klien mengatakan mual, tidak nafsu
makan, porsi makanan ½, BB sebelum sakit 62 kg setelah sakit 60 kg.
d. Gangguan pola tidur b.d Pola tidur terganggu d.d klien mengatakan sulit
tidur, tidur ± 4 jam, kwalitas tidur sering terbangun.
e. Resiko hipolemia d.d . Kehilangan cairan secara aktif, gangguan absorbsi
cairan.
3. Intervensi Keperawatan
Pada intervensi atau rencana tindakan keperawatan adalah rencana
tindakan yang dibuat berdasarkan dari diagnosa yang muncul yaitu :
a. Masalah nyeri akut
1) Manajemen Nyeri
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain), Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri, Kolaborasi pemberian analgetik.
2) Terapi Relaksasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri
non verbal, berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( misalnya. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain ), fasilitasi istirahat dan tidur,
jelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri, ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu, identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif, identifikasi teknik relaksasi yang
efektif pernah dilakukan, monitor respons terhadap terapi relaksasi,
ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika perlu, gunakan nada
suara lembut dengan irama lambat dan berirama, jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan jenis relaksasi tersedia ( misal. Music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif ), demonstrasikan
dan latih teknik relaksasi ( mis, napas dalam, peregangan, atau
imajinasi, terbimbing).
b. Masalah diare
1) Manajemen Diare
Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor
tanda dan gejala hypovolemia (mis.takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, tugor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun), monitor jumlah pengeluaran diare, berikan
asupan cairan oral (mis. Larutan garam gula, oralit, Pedialyte,
renalyte), berikan cairan intravena (mis. Ringer asetat, ringer laktat),
jika perlu, anjurkan makanna porsi kecil dan sering secara bertahap,
anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa, kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik (mis.papaverin, ekstak belladonna,
mebaverinen.
2) Manajemen Cairan
Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, tugor kulit, tekanan darah),
monitor berat badan dan sesudah dialysis, berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan, berikan cairan intravena, jika perlu, kolaborasi
pemberian diuretic, jika perlu.
c. Masalah deficit nutrisi
1) Promosi berat badan
Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang, monitor adanya
mual dan muntah, monitor berat badan, berikan suplemen, jika
perlu, berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang
di capai, jelaskan peningkatan asupan kalori yang di butuhkan.
2) Manajemen Nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi aktivitas, sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, berikan suplemen makanan, jika
perlu, ajarkan diet yang di programkan, kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu.
d. Masalah gangguan pola tidur
1) Dukungan tidur
Identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi factor penggangu
tidur(fisik dan/atau psikologis), tetapkan jadwal tidur rutin, lakukan
prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur), jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
2) Terapi otot progresif
Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman, monitor secara berkala
untuk memastikan otot rileks, monitor adanya indicator tidak rileks
(mis. Adanya gerakan, pernapasan yang berat), atur lingkungan agar
tidak ada gangguan saat terapi, berikan posisi bersandar pada kursi
atau posisi lainnya yang nyaman, beri waktu mengungkapkan
perasaan tentang terapi, anjurkan memakai pakaian yang nyaman
dan tidak sempit, anjurkan bernafas dalam dan perlahan.
e. Masalah Risiko Hipovolemia
1) Manjemen Hipovolemia
Periksa tanda dan gejal hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, tugor kuit menurun, mebran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah),
berikan posisi modified Trendelenbung, berikan asupan cairan
oral, anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborsi
pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL).
2) Pemantauan tanda tanda vital
Monitor tekanan darah, monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama ),
monitor pernafasan (frekuensi,kedalaman), monitor suhu tuuh ,
monitor oksimetri nadi, mengidentifikasi penyebab perubahan
tanda vital, atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien,
dokumentasikan hasil pemantauan, jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
f. Masalah risiko hipovolemi
1) Manajemen hipovolemi
Periksa tanda dan gejal hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, tugor kuit menurun, mebran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah),
berikan posisi modified Trendelenbung, berikan asupan cairan
oral, anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborsi
pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL).
2) Pemantauan tanda tanda vital
Monitor tekanan darah, monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama ),
monitor pernafasan (frekuensi,kedalaman), monitor suhu tuuh ,
monitor oksimetri nadi, identifikasi penyebab perubahan tanda
vital , atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien,
dokumentasikan hasil pemantauan, jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan system
pencernaan typhoid dilakukan dengan sesuai rencana tindakan yang dibuat
penulis yaitu:
a. Masalah nyeri akut
1) Manajemen Nyeri
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain), mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri, Kolaborasikan pemberian analgetik.
2) Terapi Relaksasi
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi
respon nyeri non verbal, memberikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri ( misalnya. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain ), memfasilitasi istirahat dan tidur, menjelaskan penyebab,
periode, dan memicu nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, mengkolaborasikan pemberian
analgetik, jika perlu, mengidentifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif, mengidentifikasi teknik relaksasi yang efektif
pernah dilakukan, memonitor respons terhadap terapi relaksasi,
menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika perlu, menggunakan nada
suara lembut dengan irama lambat dan berirama, menjelaskan
tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi tersedia ( misal. Music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif ),
mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi ( mis, napas dalam,
peregangan, atau imajinasi, terbimbing).
b. Masalah diare
1) Manajemen Diare
Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja,
memonitor tanda dan gejala hypovolemia (mis.takikardia, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun, tugor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT melambat, BB menurun), memonitor jumlah
pengeluaran diare, berikan asupan cairan oral (mis. Larutan garam
gula, oralit, Pedialyte, renalyte), memberikan cairan intravena (mis.
Ringer asetat, ringer laktat), jika perlu, menganjurkan makanna
porsi kecil dan sering secara bertahap, menganjurkan menghindari
makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa,
mengkolaborasikan pemberian obat antispasmodic/spasmolitik
(mis.papaverin, ekstak belladonna, mebaverinen.
2) Manajemen Cairan
Memonitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, tugor kulit, tekanan darah),
memonitor berat badan dan sesudah dialysis, memberikan asupan
cairan, menyesesuai kebutuhan, memberikan cairan intravena, jika
perlu, mengkolaborasikan pemberian diuretic, jika perlu.
c. Masalah deficit nutrisi
1) Promosi berat badan
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab BB kurang, memonitor
adanya mual dan muntah, memonitor berat badan, memberikan
suplemen, jika perlu, memberikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang di capai, menjelaskan peningkatan asupan
kalori yang di butuhkan.
2) Manajemen Nutrisi
Mengidentifikasi alergi dan intoleransi aktivitas, menyajikan
makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, memberikan
suplemen makanan, jika perlu, mengajarkan diet yang di
programkan, kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu.
d. Masalah gangguan pola tidur
1) Dukungan tidur
Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi factor
penggangu tidur(fisik dan/atau psikologis), mentetapkan jadwal
tidur rutin, melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur), menjelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit, menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
2) Terapi otot progresif
Mengidentifikasi tempat yang tenang dan nyaman, monitor secara
berkala untuk memastikan otot rileks, memonitor adanya indicator
tidak rileks (mis. Adanya gerakan, pernapasan yang berat),
mengatur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi,
memberikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya yang
nyaman, memberi waktu mengungkapkan perasaan tentang terapi,
menganjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak sempit,
menganjurkan bernafas dalam dan perlahan.
e. Masalah Risiko Hipovolemia
1) Manjemen Hipovolemia
Periksakan tanda dan gejal hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, tugor kuit menurun, mebran mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah), memberikan
posisi modified Trendelenbung, memberikan asupan cairan oral,
anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, mengkolaborsikan
pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL).
2) Pemantauan tanda tanda vital
Memonitor tekanan darah, memonitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irama ), memonitor pernafasan (frekuensi,kedalaman), memonitor
suhu tubuh , memonitor oksimetri nadi, mengidentifikasi penyebab
perubahan tanda vital, mengatur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien, mendokumentasikan hasil pemantauan, menjelaskan tujuan
dan prosedur pemantauan, menginformasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di RSUD Bayu Asih
Purwakarta selama 27 hari yang dimulai pada tanggal 18 Mei 2022 sampai 14 Juni
2022. Kami melakukan pengkajian di RSUD Bayu Asih Purwakarta pada Tn. E
dengan diagnosa medis Thypoid di ruang Melati RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Asuhan Keperawatan dimulai dari menganamnesa pasien dan melakukan
pemeriksan fisik secara head to toe serta dengan adanya data penunjang. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan bahwa Tn. E mengalami gangguan Sistem Pencernaan.
Setelah dilakukan tindakan perawatan terhadap Tn. E maka keadaan Tn, E menjadi
normal sehingga tindakan keperawatan terhadap Tn. E di hentikan. Maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapat dari Nn.S dengan gangguan Sistem Repoduksi
yaitu klien mengeluh nyeri. Hasil Tanda-Tanda vital Tekanan Darah 120/80 mmHg,
Nadi 96x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 36,5°C, saturasi Oksigen 98%, tinggi
badan 155 cm, berat badan 70 kg, terpasang terpasang infus Ringer Lactat 20 tetes
permenit dan didukung oleh pemeriksaan diagnostik seperti pemeriksaan
Laboratorium dan USG .
b. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian penulis menegakan satu diagnosa keperawatan sesuai
dengan data pengkajian yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
ditandai dengan Klien mengeluh nyeri di bagian abdomen, skala nyeri 3 dari ( 1 –
10 ), klien tampak meringis, terdapat nyeri tekan pada abdomen pada saat di palpasi,
tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 96 x/menit, respirasi: 20 x/menit, suhu: 36°C.
Deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis ditandai dengan klien mengeluh
tidak nafsu makan, klien mengeluh mual, porsi makan berkurang jadi ½ , klien
tampak lemas. Risiko infeksi ditandai dengan prosedur invansif. Tanda-Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 96x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 36,5°C,
saturasi Oksigen 98%.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa keperawatan nyeri akut
, Manajemen Nyeri, Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Tens, hipnotis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain), Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Kolaborasi
pemberian analgetik, Latihan Pernapasan , Identifikasi indikasi dilakukan latihan
pernapasan, Sediakan tempat yang tenang, Posisikan pasien nyaman dan rileks,
Jelaskan tujuan dan prosedur latihan pernafasan. Deficit nutrisi, Manajemen Nutrisi,
Identifikasi status nutrisi, Monitor asupan makanan, Memberikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, Ajarkan diet yang diprogramkan, Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan, Pemantauan Nutrisi, Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi, Identifikasi pola makan, Monitor asupan oral, Timbang
Berat badan, Hitung perubahan berat badan, Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan. Resiko infeksi, Pencegahan Infeksi, Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik, Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi, Jelaskan
tanda dan gejala infeksi, Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi,
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan, Kolaborasi pemberian Imunisasi,
Induksi Persalinan, Identifikasi indikasi dilakukan induksi persalinan, Identifikasi
riwayat obstetric, Monitor kontraksi uterus, Monitor kondisi ibu dan janin sebelum
induksi, Berikan kenyamanan selama proses induksi, Kolaborasi pemberian obat IV
untuk merangsang aktivitas Rahim.
d. Implementasi Keperawatan
Dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut, defisit nutrisi dan resiko infeksi yang dilakukan selama 1x24
jam dengan intervensi keperawatan yang telah ditentukan.
e. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka masalah
keperawatan dapat teratasi dengan hasil nyeri akut teratasi, defisit nutrisi teratasi,
resiko infeksi teratasi.
2. SARAN
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis terhadap
keperawatan maternitas pada klien Kista Ovarium terhadap masalah keperawatan
nyeri akut, defisit nutrisi dan resiko infeksi.
b. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan bagi pasien Kista Ovarium khususnya yang mengalami dengan
penerapan intervensi manajemen nyeri, latihan pernafasan dan manajemen nutrisi dan
pemantauan nutrisi untuk menambah asupan nutrisi, pencegahan Infeksi dan induksi
persalinan untuk mencegah terjadinya risiko infeksi
c. Bagi institasi Pendidikan
Manfaat praktis bagi instasi akademik yaitu dapat digunakan sebagai referensi
bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien Kista Ovarium dengan penerapan intervensi manajemen
nyeri, latihan pernafasan dan manajemen nutrisi dan pemantauan nutrisi untuk
menambah asupan nutrisi, pencegahan Infeksi dan induksi persalinan untuk mencegah
terjadinya risiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.