Anda di halaman 1dari 68

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

H DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI : PPOK


DI RUANG KENANGA RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA TAHUN 2022
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PRAKTIK KLINIK
MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Alysha Okta Safa E.0105.20.002


Fadhila Nurahma E.0105.20.016
Fathin Silmi Ihsani E.0105.20.017
Fajar Ardiansyah E.0105.20.018
Karsidin E.0105.20.023
Revia Nurul Handayani E.0105.20.035
Shelly Tira Maulida E.0105.20.035
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Stase Keperawatan Medikal Bedah I
Mahasiswa Tingkat II Semester IV Program Studi D III Keperawatan STIKES Budi Luhur
Cimahi dengan Judul:
Asuhan Keperawatan Pada Tn.I Dengan Gangguan Sistem Respirasi : PPOK
Di Ruang Melati RSUD Byu Asih Purwakarta Tahun 2022

Disusun Oleh :
Kelompok 4
- Alysha Okta Safa E.0105.20.002
- Fadhila Nurahma E.0105.20.016
- Fajar Adriansyah E.0105.20.017
- Fathin Silmi Ihsani E.0105.20.018
- Karsidin E.0105.20.023
- Revia Nurul. H E.010.20.035
- Shelly Tira Maulida E.0105.20.040
Purwakarta, Mei 2022
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Ruangan Melati RSUD Bayu Asih Purwakarta

NIP.
Menyetujui,
Pembimbing Akademik STIKES Budi Luhur Cimahi
Ns, Sadaukur Barus,M.kep
NIDN.

Menyetujui Menyetujui
Pembimbing Lapangan Ruangan Melati Pembimbing Akademik
RSUD Bayu Asih Purwakarta STIKES Budi Luhur Cimahi

Ns, Ns, Sadaukur Barus,M.kep


NIP NIDN

Mengetahui Mengetahui
Kepala Instalasi Pendidikan dan Ketua Program Studi Diploma III
Penelitian RSUD Bayu Asih Purwakarta Keperawatan STIKES Budi Luhur Cimahi

Taopiq Mutaqin,S.Kep.,Ners Reini Astuti,SKP.,M.Kep


NIP 197910012007011008 NIDN.0424047604

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah “Asuhan Keperawatan Pada Tn.I
Dengan Gangguan Respirasi : PPOK Di Ruang Melati RSUD Bayu Asih Purwakarta Tahun
2022”. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktik
klinik Keprawatan Medikal Bedah I di STIKes Budi Luhur Cimahi. Disusunnya makalah ini
tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang
telah membantu dan membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing klinik yang telah membantu dan
membimbing kami selama melakukan praktek di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Kiranya bantuan secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau di atas
yang dapat maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari
Allah SWT. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kami sebagai pembuat makalah khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Purwakarta, Mei 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem organ
yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini merupakan
salah satu sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk menunjang
kelangsungan hidup. Sistem pernafasan dibentuk oleh beberapa struktur, seluruh struktur
tersebut terlibat didalam proses respirasi eksternal yaitu pertukaran oksigen antara
atmosfer dan darah serta pertukaran karbon dioksida antara darah dan atmosfer, selain itu
terdapat juga respirasi internal yaitu proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel
jaringan dimana system respirasi internal ini terjadi pada seluruh system tubuh.
(Djojodibroto, 2012).
Struktur utama dalam sistem pernafasan adalah saluran udara pernafasan, saluran-
saluran ini terdiri dari jalan napas, saluran napas, serta paru-paru. Struktur Saluran napas
dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya system penafasan bagian atas dan bawah.
Pada system pernafasan bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring dan trakhea.
Struktur pernafasan tersebut memiliki peran masing masing dalam system pernafasan.
Sedangkan pada system pernafasan bagian bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus dan
alveolus (Manurung dkk, 2013).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan jenis penyakit tidak menular
sistem pernapasan yang sering terjadi pada masyarakat Indonesia. PPOK adalah penyakit
kronik yang terdiri dari sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama serta
ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Padila, 2012).
Terjadinya PPOK diawali dengan seseorang yang menghisap asap rokok , polusi
udara yang tercemar , dan partikel lain seperti debu yang akan masuk ke saluran
pernapasan melalui ventilator, aspirasi, inhalasi. Selain itu faktor usia juga mempengaruhi
PPOK, karena elastisitas jaringan paru dan dinding paru semakin berkurang, kontraksi
otot pernapasan menjadi berkurang sehingga sulit bernapas Partikel yang masuk pada
saluran pernapasan dan menempel pada dinding bronkus akan menyebabkan infeksi dan
iritasi menahun sehingga terjadi penebalan dinding bronkus yang mengakibatkan
kerusakan dinding alveoli. Kerusakan yang disertai dengan bronchitis obstruksi kronis
akan menyebabkan saluran napas bagian bawah paru akan lebih banyak tertutup sehingga
terjadi penumpukan udara pada alveolus saat ekspirasi yang ditandai dengan sesak napas.
Cepatnya terjadi obstruksi serta kerusakan dinding alveoli akan menyebabkan kekurangan
oksigenasi (Wahid & Suprapto, 2013).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan PPOK ?
2. Apa saja etiologi pada PPOK ?
3. Bagaimana patofisiologi pada PPOK ?
4. Bagaimana pathway pada PPOK ?
5. Apa saja manifestasi klinik pada PPOK?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan non medis pada PPOK ?
7. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada penderita PPOK ?
8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada PPOK ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan Laporan pendahuluan ini adalah untuk
mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah pada gangguan
respirasi : PPOK
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi PPOK
b. Mengetahui etiologi pada PPOK
c. Mengetahui patofisiologi pada PPOK
d. Mengetahui pathway pada PPOK
e. Mengetahui manifestasi klinik pada PPOK
f. Mengetahui gejala PPOK yang jarang muncul
g. Mengetahui penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan non medis pada PPOK
h. Mengetahui komplikasi yang muncul pada penderita PPOK
i. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada PPOK

D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Praktik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan Keperawatan Medikal Bedah I .
2. Manfaat Praktik
a. Bagi Tenaga Perawat
Meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
sesuai tahap-tahap proses keperawatan.
b. Bagi RSUD Bayu Asih Purwakarta
1) Sebagai bahan masukan bagi manager SDM dalam upaya meningkatkan
kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan
pembinaan dan pengembangan profesionalisme.
2) Sebagai informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
perawat sehingga dapat menjadi masukan bagi pengambilan keputusan
terhadap kebijakan manajemen sebagai tindak lanjut untuk mengoptimalkan
kinerja perawat.
c. Bagi Pasien-Pasien yang dirawat di RSUD Bayu Asih Purwakarta, khususnya
yang dirawat di Ruang Melati mendapatkan pelayanan yang optimal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru terjadi
pada waktu bersamaan yaitu bronkits kronis dan emfisema. Asma kronis yang
dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan PPOK (Hurst,
2016)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merujuk pada beberapa hal yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. Meskipun beberapa
jenis seperti, bronkitis obstruktif, emfisema, dan asma dapat muncul sebagai penyakit
tunggal, sebagian besar bertumpangan dalam manifestasi klinisnya. Penyakit Paru
ObstruktifKronik (PPOK) dapat terjadi sebagai hasil dari peningkatan resistensi sekunder
terhadap edema mukosa bronkus atau kontraksi otot polos. Hal tersebut juga dapat
diakibatkan oleh penurunan kelenturan, seperti pada emfisema. Kelenturan (elastic recoil)
adalah kemampuan mengempiskan paru dan menghembuskan nafas secara apasif, serupa
dengan kemampuan karet kembali ke bentuk semula setelah diregangkan. Penurunan
kelenturan dapat dibayangkan sebagai pita karet yang lemah dan kondisi telah diregangkan
melebihi batas kemampuannya, sehingga akan berakibat penurunan kemampuan paru
untuk mengosongkan isinya (Black, 2014).

2. ETILOGI
Menurut Muttaqin Arif (2008), penyebab dari PPOK adalah:
1) Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama bronchitis dan emfisema
2) Adanya infeksi: Haemophilus Iinfluenza Streptococcus Pneuumonia.
3) Polusi oleh zat-zat pereduksi
4) Faktor keturunan
5) Faktor sosial-ekonomi: Keadaan ingkungan dan ekonomi yang memburuk

Menurut PPNI SDKI (2017)

Spasme jalan nafas, Hipersekresi jalan nafas, Benda asing dalam jalan nafas, Adanya jalan
nafas buatan, Sekresi yang tertahan, Hipeplasia dinding jalan nafas, Proses infeksi, Respon
alergi, Efek agen farmakologis ( mis. anastesi ), Depresi pusat pernafasan, Hambatan
upaya nafas (mis. nyeri, saat bernafas, kelelahan otot, pernafsan, Deformitas dinding
dada,Efek agen farmakologis, kecemasan, Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Perubahan
membran alveolus-kapiler, Ketidakmampuan menelan makanan, Ketidakmampuan
mencerna makanan, Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Peningkatan kebutuhan
metabolisme, Faktor psikologis ( mis. stres ). Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, Tirah baring, Kelemahan, Imobilitas.

3. PATOFISIOLOGI
PPOK di tandai dengan obstruksi progresif lambat pada jalan nafas. Penyakit ini
merupakan salah satu eksaserbasi periodic, sering kali berkaitandengan infeksi
pernapasan, dengan peningkatan gejala dyspnea dan produksisputum. Tidak seperti proses
akut yang memungkinkan jaringan paru pulih, jalannapas dan parenkim paru tidak
kembali ke normal setelah ekserbasi; Bahkan,penyakit ini menunjukkan perubahan
destruktif yang progresif (LeMone et al.,2016).
Meskipun salah satu atau lainya dapat menonjol PPOK biasanya mencakup
komponen bronchitis kronik dan emfisema, dua proses yang jauh berbeda.Penyakit jalan
napas kecil, penyempitan bronkiola kecil, juga merupakan bagiankompleks PPOK.
Melalui mekanisme yang berbeda, proses ini menyebabkanjalan napas menyempit,
resistensi terhadap aliran udara untuk meningkat, danekpirasi menjadi lambat dan sulit
(LeMone et al., 2016).
4. PATHWAY

Faktor Resiko

Iritasi jalan napas

Hiperereksi lendir dan inflamasi peradangan

Peningkatan sel-sel goblet

Penurunan sillia

Peningkatan produksi sputum

PPOK

Bronkus menyempit dan Batuk tidak efektif Penurunan nafsu makan


tersumbat

Bersihan jalan napas tidak efektif Penurunan BB drastis

Perubahan nutrisi kurang


Napas pendek Obstruksi (kerusakan) alveoli dari kebutuhan tubuh

Gg pola napas
Alveoli mengalami kolaps
Pola napas
tidak efektif
Kerusakan campuran gas

Ketidaksamaan ventilasi Kelemahan


perfusi hiposemia

ADL batuk
Gg pertukaran gas

Intoleransi aktivitas
5. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi dari tanpa gejala dan dengangejala dari
ringan sampai berat, yaitu batuk kronis, berdahak, sesak napas bilaberaktifitas, sesak tidak
hilang dengan pelega napas, memburuk pada malam/dinihari, dan sesak napas episodic
(Tana et al., 2016). Untuk dapat menghindarikekambuhan PPOK, maka pemahaman
tentang penyakit dan cara mencegahkekambuhan PPOK menjadi dasar yang sangat
penting bagi seseorang khususnyapenderita PPOK. Kekambuhan dapat terukur dengan
meliputi skala sesakberdasarkan skala MMRC (Modified Medical Research Counci).
Untukmengeluarkan dahak dan memperlancar jalan pernapasan pada penderita PPOK
dapat dilakukan dengan cara batuk efcktif (Faisal, 2017).
Gejala PPOK jarang muncul pada usia muda umumnya setelah usia 50tahun ke atas,
paling tinggi pada laki-laki usia 55-74 tahun. Hal ini dikarenakankeluhan muncul bila
terpapar asap rokok yang terus menerus dan berlangsunglama (Salawati, 2016).Tanda dan
gejala penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah sebagaiberikut Suddarth, (2015):
a. PPOK dicirikan oleh batuk kronis, produksi sputum, dan dyspnea saatmenggerakkan
tenaga kerap memburuk seiring waktu.
b. Penurunan berat badan sering terjadi.
c. Gejala yang spesifik dengan penyakit. Lihat "Manifestasi Klinis" pada"Asma",
"Bronkiektasis", "Bronkitis", dan " Emfisema"
Menurut PPNI (2017)
Dispnea, sulit bicara, ortopnea, Batuk tidak efektif, Tidak mampu batuk, Sputum
berlebihan,mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, Gelisah, Sianosis, Bunyi nafas
menurun, Frekuensi nafas berubah, Pola nafas berubah. Dispnea, pusing, penglihatan
kabur, PCO₂ meningkat/ menurun, PO₂ menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan, sianosis, diaforesis, gelisah, nafas cuping
hidung, pola nafas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit
abnormal (mis.pucat, biruan), kesadaran menurun. Dispnea, ortopnea, Penggunaan otot
bantu pernafasan, Fase ekspirasi memanjang, Pola nafas abnormal, pernapasan cuping
hidung, ventilasi menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun. Nafsu
makan menurun, berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, membran
mukosa pucat. Mengeluh lelah, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas, merasa lemah, Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, sianosis
6. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Medis
a. Bronkodilator
Bronkodilator adalah pengobatan yang berguna untuk meningkatkan FEV,
ataumengubah variable spirometri dengan cara mempengaruhi tonus otot polos
padajalan napas.Bronkodilator dapat diberikan dengan metered-dose inhaler (MD.),
drypowder inhaler (DPI), dengan nebulizer, atau secara oral (LeMone et al., 2016).
Macam-macam bronkodilator:
- Be Agonist (short-acting dan long-acting)
Prinsip kerja dari B2 agonis adalah relaksasi otot polos jalan napas
denganmenstimulasi reseptor Bz dengan meningkatkan C-AMP dan
menghasilkanantagonisme fungsional terhadap bronkokontriksi.Angios B adalah
obat simtimimetik yang bekerja pada adrenoreseptor B2 padaotot polos saluran
napas dan menyebabkan bronkodilasi. Obat ini juga membantupembersihan mukus
dan memperbaiki kekuatan (endurance) otot pernapasan(Black & Hawks, 2014).
- Antikolinergik
Obat yang termasuk pada golongan ini adalah ipratropium, oxitroprium
dantiopropium bromide. Efck utamanya adalah memblokade efek asetilkolin
padareseptor muskarinik.
b. Methylxanthine
Contoh obat yang tergolong methylxanthine adalah teofilin. Obat inidilaporkan
berperan dalam perubahan otot-otot inspirasi. Namun obat ini
tidakdirekomendasikan jika onat lain tersedia.
c. Kortikosteroid
Inhalasi yang diberikan secara regular dapat memperbaiki gejala, fungsi
paru,kualitas hidup serta mengurangi frekuensi eksaserbasi pada pasien dengan
FEVI<60% prediksi.
d. Phosphodiesterase-4 inhibitor
Mekanisme dari obat ini adalah untuk mengurang; inflamasi denganmenghambat
pemecahan intraselular C-AMP. Tetapi, penggunaan obat inimemiliki efek samping
seperti mual, menurunnya nafsu makan, sakit perut, diare,gangguan tidur dan sakit
kepala (Soeroto & Suryadinata, 2014).
e. Vaksin
Vaksin pneumococcus direkomendasikan untuk pada pasien PPOK usia>65 tahun
f. Alpha-1 Augmentation therapy
Terapi ini ditujukan bagi pasien usia mudadengan defisiensi alpha-1 antitripsin
herediter berat. Terapi ini sangat mahal,dan tidak tersedia di hampir semua negara
dan tidak direkomendasikan untukpasien PPOK yang tidak ada hubungannya dengan
defisiensi alpha-lantitripsin.
2) Penatalaksanaan Non Medis
a. Berhenti Merokok
Menurut PDPI (2011) Strategi untuk membantu pasien berhenti merokokadalah 5A :
- Ask(Tanyakan).
Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan.
- Advise (Nasihati).
Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok.
- Assess (Nilai)
Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal: dalam 30 hari ke depan).
- Assist (Bimbing).
Bantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan konselingpraktis,
merekomendasikan penggunaan farmakoterapi.
- Arrange (Atur).
Buat jadwal kontak lebih lanjut.
b. Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi keletiban dan
memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan kedalam
program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatanoptimal
yang disertai: simptom pernapasan berat, beberapa kali masuk ruanggawat darurat,
kualitas hidup yang menurun. Program rehabilitasi terdiri dari 3komponen yaitu:
latihan fisik, psikososial dan latihan pernapasan (PDPI, 2011).
c. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnyakebutuhan
energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karenahipoksemia kronik dan
hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme.Kondisi malnutrisi akan
menambah mortaliti PPOK karena berkorelasi denganderajat penurunan fungsi paru
dan perubahan analisis gas darah (PDPI, 2011).
7. KOMPLIKASI
1) Infeksi Saluran Nafas
Biasanya muncul pada pasien Penyakit Paru Obstruklif Kronik(PPOK). Hal tersebut
sebagai akibat terganggunya mekanismepertahanan normal paru dan penurunan
imunitas. Oleh karena statuspernafasan sudah terganggu, infeksi biasanya akan
mengakibatkangagal nafas akut dan harus segera mendapatkan perawatan di rumahsakit
(Black, 2014).
2) Pneumothoraks Spontan
Pneumothoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya belb(kantong udara dalam
alveoli) pada penderita emfisema. Pecahnya belbitu dapat menyebabkan
pneumothoraks tertutup dan membutuhkanpemasangan selang dada (chest tube) untuk
membantu parumengembang kembali (Black, 2014).
3) Dypsnea
Seperti asma, bronchitis obstruktif kronis, dan emfisema dapatmemburuk pada malam
hari. Pasien sering mengeluh sesak nafas yangbahkan muncul saat tidur (one set
dyspnea) dan mengakibatkan pasiensering terbangun dan susah tidur kembali di waktu
dini hari. Selamatidur terjadi penurunan tonus otot pernafasan sehingga
menyebabkanhipoventilasi dan resistensi jalan nafas meningkat, dan akhirnya
pasienmenjadi hipoksemia (Black, 2014).
4) Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan tingkat POr55mmHg dengan nilai saturasi
0,<85%. Pada awalnya pasien akanmengalami perubahan mood, penurunan
konsentrasi, dan menjadipelupa. Pada tahap lanjur akan timbul gejala seperti
sianosis(Permatasari, 2016).
5) Asidosis Respiratori
Asidosis respiratori timbul akibat peningkatan nilai PCO,(hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain, nyeri kepala, fatigue,letargi, dizziness, dan takipnea. Asidosis
respiratori yang tidakditangani dengan tepat dapat mengakibatkan dypsnea,
psikosis,halusinasi, serta ketidaknormalan tingkah laku bahkan koma.Hiperkapnia yang
berlangsung lama atau kronik pada pasien PenyakitParu Obstruklif Kronik (PPOK)
akan menyebabkan gangguan tidur,amnesia, perubahan tingkah laku, gangguan
koordinasi dan bahkantremor (Hartono, 2013).
6) Kor Pulmonale
Kor pulmonale (yang disebut pula gagal jantung kanan) merupakankeadaan tarhadap
hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan, yang dapatterjadi akibat komplikasi sekunder
karena penyakit pada struktur ataufungsi paru-paru atau system pembuluh darah.
Keadaan ini bisa terjadipada stadium akhir berbagai gangguan kronik yang mengenai
paru-paru, pembuluh darah pulmoner, dinding dada dan pusat kendalipernafasan. Kor
pulmonale tidak terjadi pada gangguan yang berasaldari penyakit jantung kongenital
atau pada gangguan yang mengenaijantung sebelah kiri (Hartono, 2013).

8. PENGKAJIAN
A. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Keluhan yang sering dikeluhkan oleh orang dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sesak nafas yang bertambah berat bila
aktivitas, kadang-kadang disertai mengi, batuk kering atau dengan dahak yang
produktif, rasa berat di dada (PDPI, 2011)
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan - keluhannya tersebut.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pernah masuk RS dengan penyakit yang sama.
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapsan, riwayat
terpajan zat iritan yang bermakna ditempat kerja (PDPI, 2011). Dan memiliki riwayat
penyakit sebelumnya termasuk asma bronchial, alergi, sinusitis, polip masala, infeksi
saluran nafas saat masa kanak-kanak dan penyakit respirasi lainnya. Riwayat
eksaserbasi atau pernah dirawat di rumah sakit untuk penyakit respirasi (Soeroto &
Suryadinata, 2014)
D. Pemeriksaan Fisik Persistem
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan PPOK menurut Wahid &
Suprapto (2013) adalah sebagai berikut:
a. Pernafasan
1) Inspeksi
Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafsan serta penggunaan otot
bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara yang tertangkap) atau bisa
juga normo chest, penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan.
Pernapasan abnormal tidak efektif dan penggunaan otot-otot bantu nafas
(sternocleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan
pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk
produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda
pertama infeksi pernafasan
2) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor sedangkan diagfragma
menurun.
4) Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruksi pada bronkiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan kadar
oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi
(hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan
ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikat tali sepatu, megakibatkan
dispnea dan keletihan (dispnea eksersorial). Paru yang mengalami emfisematosa
tidak berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak dikosogkan secara efektif
dari sekresi yang dihasilkannya. Pasien rentanterhadap reaksi inflamasi dan
infeksi akibat pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien mengalami
mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi.
b. Kardiovaskuler
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardia.
Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami pergeseran. Vena
juguralis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang
dilihat adanya sianosis.
c. Persyarafan
Kesadaran biasanya composmentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang
serius.
d. Perkemihan
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan
salah satu tanda awal dari syok.
e. Pencernaan
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan.
Kadang disertai penurunan berat badan.
f. Tulang, otot dan integumen
Karena penggunaan obat bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan, sering
didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL (Activity Day
Living).
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Chest Xray
Menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragmamendatar, peningkatan ruang udara
retrosternal, penurunan tandavaskuler/bullae (emfisema), peningkatan bentuk
bronkovaskuler(bronchitis), dan normal ditemukan saat periode remisi (asma)
(Soemantri, 2008).
b. Uji Faal Paru Dengan Spirometri dan Bronkodilator (post-bronchodilator)
Berguna untuk menegakkan diagnosis, melihatperkembangan penyakit, dan
menentukan prognosis pasien.Pemerikasaan ini penting untuk memperlihatkan
secara objeklif adanya obstruktif saluran pernafasan dalam berbagai tingkat.
Spirometridigunakan untuk mengukur volume maksimal udara yang
dikeluarkansetelah inspirasi maksimal atau dapat disebut forced vital capacity(FVC).
c. TLC (Total Lung Capacity)
Meningkat pada bronchifis berat danbiasanya pada asma, menurun pada penderita
emfisema (Soemantri,2008).
d. Kapasitas Inspirasi
Menurun pada penderita emfisema (Soemantri,2008).
e. ABGs
Menunjukkan proses penyakit kronis, sering kali PO₂ menurun dan PCO₂ normal
meningkat (pada bronchitis kronis dan emfisema).Sering kali menurun pada asma
dengan pil normal atau asidosis,alkaiosis respiratori ringan sekunder akibat
terjadinya hiperventilasi(emfisema sedang dan asma) (Soemantri, 2008).
f. Bronkogram
Dapat menunjukkan dilatasi dari bronkus saat inspirasi,kolaps bronchial pada
tekanan ekspirasi (emfisema), dan pembesarankelenjar mukus (bronchitis)
(Muttaqin, 2014).
g. Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat menggambarkan adanyapeningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan
peningkatan eosinofil(asma) (Muttaqin, 2014).
h. Kimia Darah
Menganalisis keadaan alpha l-antizypsin yangkemungkinannya berkurang pada
emfisema primer (Muttaqin, 2014).
i. Sputum Kultur
Pemeriksaan pada bakleriologi gram pada sputumpasien yang diperlukan untuk
mengetahui adanya pola kuman danuntuk menentukan jenis antibiotik yang paling
tepar. Infeksi saluranpernafasan yang berulang merupakan penyebab dari ekserbasi
akutpada penderita Penyakit Paru Obstrukiif Kronik (PPOK) (Muttaqin,2014).
j. Pemeriksaan ECG (ElektroKardio Graph)
Untuk mengetahui adanya komplikasiyang terjadi pada organ jantung yang ditandai
oleh kor pulmonale atauhipertensi pulmonal. Pemcriksaan lain yang dapat dilakukan
namunjarang dilakukan yaitu uji latih kardiopulmoner, uji provokasi brunkus,CT-
scan resolusi tinggi, ekokardiografi, dan pemeriksaan kadar alphaI-antitrypsin (Putra
PT dkk, 2013).
F. Analisa Data
Menurut PPNI, T. P (2017)

No Data Etiologi Masalah


.
1. DS: Faktor risiko Bersihkan
1. Dispnea  Jalan Nafas
2. Sulit bicara Iritasi jalan nafas Tidak Efektif
3. Ortopnea 
DO: Hipersekresi lendir dan
1. Batuk tidak efektif inflamasi peradangan
2. Tidak mampu batuk 
3. Sputum berlebihan Peningkatan sel-sel goblet
4. Mengi, wheezing dan/atau 
ronkhi kering Penurunan silia
5. Gelisah 
6. Sianosis PPOK
7. Bunyi nafas menurun 
8. Frekuensi nafas berubah Batuk tidak efektif
9. Pola nafas berubah 
Bersihkan jalan nafas tidak
efketif
2. DS: Bronkiolus menyempit dan Gangguan
1. Dispnea tersumbat pertukaran gas
2. Pusing 
3. Penglihatan kabur Obstruksi (kerusakan)
DO: alveoli
1. PCO₂ meningkat/ menurun 
2. PO₂ menurun Alveoli mengalami kopals
3. Takikardia 
4. pH arteri meningkat/ Penurunan ventilasi paru
menurun 

5. Bunyi nafas tambahan Kerusakan campuran gas


6. Sianosis 

7. Diaforesis Ketidaksamaan ventilasi


8. Gelisah perfusi hipoksemia
9. Nafas cuping hidung 

10.Pola nafas abnormal Gangguan pertukaran gas


(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
11.Warna kulit abnormal
(mis.pucat, biruan)
12.Kesadaran menurun
3. DS: PPOK Pola Nafas
1. Dispnea  Tidak Efektif
2. Ortopnea Bronkiolus menyempit dan
DO: tersumbat
1. Penggunaan otot bantu 
pernafasan Nafas pendek
2. Fase ekspirasi memanjang 
3. Pola nafas abnormal Gangguan pola nafas
4. Pernapasan cuping hidung 
5. Ventilasi menurun Pola nafas tidak efektif
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
4. DS: PPOK Defisit Nutrisi
1. Nafsu makan menurun 
DO: Penurunan nafsu makan
1. Berat badan menurun 
minimal 10% dibawah Penurunan BB drastis
rentang ideal 
2. Membran mukosa pucat Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Defisit nutrisi
5. DS: Obstruksi alveoli Intoleransi
1. Mengeluh lelah  Aktivitas
2. Dispnea saat/setelah Alveoli mengalami kolaps
aktivitas 
3. Merasa tidak nyaman Penurunan ventilasi paru
setelah beraktivitas 
4. Merasa lemah Kerusakan campuran gas
DO: 

1. Frekuensi jantung Kelemahan


meningkat >20% dari 

kondisi istirahat ADL dibantu


2. Tekanan darah berubah 

>20% dari kondisi istirahat Intoleransi aktifitas


3. Sianosis
4. Diagnosa Keperawatan Prioritas

Menurut PPNI, T. P (2017)

a. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas, Hipersekresi jalan nafas,
Benda asing dalam jalan nafas, Adanya jalan nafas buatan, Sekresi yang tertahan,
Hipeplasia dinding jalan nafas, Proses infeksi, Respon alergi d.d Dispnea, sulit bicara,
ortopnea, Batuk tidak efektif, Tidak mampu batuk, Sputum berlebihan, Mengi,
wheezing dan/atau ronkhi kering, Gelisah, Sianosis, Bunyi nafas menurun, Frekuensi
nafas berubah, Pola nafas berubah
b. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan perubahan
membran alveolus-kapiler d.d dispnea, pusing, penglihatan kabur, PCO ₂ meningkat/
menurun, PO₂ menurun takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi nafas
tambahan, pusing, penglihatan kabur, sianosis, diaforesis, gelisah, nafas cuping hidung,
pola nafas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit
abnormal (mis.pucat, biruan), kesadaran menurun.
c. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan, Hambatan upaya nafas (mis.
nyeri, saat bernafas, kelelahan otot, pernafsan, Deformitas dinding dada,Efek agen
farmakologis, kecemasan d.d dispnea, ortopnea, Penggunaan otot bantu pernafasan,
Fase ekspirasi memanjang, Pola nafas abnormal, pernapasan cuping hidung, ventilasi
menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun
d. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan, Ketidakmampuan mencerna
makanan, Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Peningkatan kebutuhan
metabolisme, Faktor psikologis ( mis. stres ) d.d nafsu makan menurun, berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, membran mukosa pucat,
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, Tirah
baring, Kelemahan, Imobilitas, d.d mengeluh lelah, dispnea saat/setelah aktivitas,
merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, sianosis.
5. Rencana asuhan Keperawatan

Menurut PPNI, T. P (2018)

No. Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


1. Bersihkan jalan Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
nafas tidak efektif dilakukan (Latihan Batuk (Latihan Batuk
b.d spasme jalan tindakan Efektif) Efektif)
nafas, keperawatan
Hipersekresi jalan selama 1×24 Observasi Observasi
nafas, Benda jam 1. Identifikasi 1. Untuk
asing dalam jalan diharapkan kemampuan mengetahui
nafas, Adanya bersihan jalan batuk kemampuan
jalan nafas nafas 2. Monitor adanya batuk pasien
buatan, Sekresi meningkat, retensi sputum 2. Untuk
yang tertahan, dengan 3. Monitor tanda mengetahui
Hipeplasia Kriteria hasil: dan gejala adanya retensi
dinding jalan 1. Batuk infeksi saluran sputum
nafas, Proses efektif napas 3. Untuk
infeksi, Respon meningkat 4. Monitor input mengetahui
alergi d.d 2. Produksi dan output tanda dan gejala
DS: sputum cairan (mis infeksi saluran
1. Dispnea menurun jumlah dan napas
2. Sulit bicara 3. Mengi karakteristik) 4. Untuk
3. Ortopnea menurun mengetahui
DO: 4. Wheezing Terapeutik intake dan output
1. Batuk tidak menurun 1. Atur posisi cairan pada
efektif 5. Dispneu semi-Fowler pasien
2. Tidak mampu membaik atau Fowler

batuk 6. Ortopnea 2. Pasang perlak Terapeutik

3. Sputum membaik dan bengkok di 1. Untuk

berlebihan 7. Sulit bicara pangkuan memberikan rasa

4. Mengi, membaik pasien nyaman dan

wheezing 8. Sianosis 3. Buang sekret memperlancar

dan/atau membaik pada tempat sirkulasi

ronkhi kering 9. Gelisah sputum pernafasan

5. Gelisah menurun 2. Untuk

6. Sianosis 10.Frekuensi Edukasi mempermudah

7. Bunyi nafas napas 1. Jelaskan tujuan dalam tindakan

menurun membaik dan prosedur serta kebersihan

8. Frekuensi 11. Pola nafas batuk efektif 3. Untuk mencegah


nafas berubah membaik 2. Anjurkan tarik terjadinya infeksi
9. Pola nafas napas dalam nasokomial
berubah melalui hidung
selama 4 detik, Edukasi
ditahan selama 1. Agar pasien
2 detik, mengetahui
kemudian tujuan dan
keluarkan dari tindakan apa
mulut dengan yang akan
bibir mencucu dilakukan
(dibulatkan) 2. Untuk
selama 8 detik memberikan rasa
3. Anjurkan aman dan
mengulangi nyaman pada
tarik napas pasien dengan
dalam hingga 3 teknik relaksasi
kali 3. Untuk membuat
4. Anjurkan batuk pasien lebih
dengan kuat tenang
langsung setelah 4. Untuk
tarik napas mengurangi atau
dalam yang ke- mengeluarkan
3 dahak

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian mengencerkan
mukolitik atau dahak agar
ekspektoran, mudah
jika perlu dikeluarkan

Intervensi Intervensi
Pendukung Pendukung
(Dukungan (Dukungan
Kepatuhan Kepatuhan
Program Program
Pengobatan) Pengobatan)

Observasi Observasi
1. Identifikasi 1. Untuk
kepatuhan mengetahui
menjalani sejauh mana
program program
pengobatan pengobatan yang
sudah dilakukan
Terapeutik
1. Buat komitmen Terapeutik
menjalani 1. Untuk menjalani
program program
pengobatan pengobatan
dengan baik dengan baik
2. Buat jadwal 2. Untuk
pendampingan membatasi agar
keluarga untuk terlihat tertib dan
bergantian nyaman bagi
menemani pasien yang
pasien program lainnya
pengobatan jika 3. Untuk
perlu mengetahui
3. Dokumentasika perkembangan
n aktivitas pasien dari awal
selama hingga adanya
menjalani pengobatan
proses 4. Untuk
pengobatan mengetahui apa
4. Diskusikan hal- saja hal yang
hal yang dapat mendukung dan
mendukung atau menghambat
menghambat setiap
berjalannya pengobatan
pengobatan 5. Untuk
5. Libatkan memberikan
keluarga untuk dorongan dari
mendukung keluarga
program terhadap pasien
pengobatan
yang dijalani Edukasi
1. Untuk
Edukasi mengetahui
1. Informasikan program apa saja
program yang akan di
pengobatan lakukan
yang harus kedepannya
dijalani 2. Untuk
2. Informasikan mengetahui
manfaat yang manfaat dari
akan diperoleh menjalani
jika teratur program
menjalani pengobatan
program 3. Untuk
pengobatan memberikan
3. Anjurkan dorongan bagi
keluarga untuk pasien dengan
mendampingi cara
dan merawat mendampingi
pasien selama agar pasien tidak
menjalani merasa kesepian
program 4. Untuk
pengobatan mengetahui
4. Anjurkan tindakan
pasien dan perkembangan
keluarga selama program
melakukan pengobatan
konsultasi ke
pelayanan
kesehatan
terdekat, jika
perlu
2. Gangguan Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
pertukaran gas b.d dilakukan (Pemantauan (Pemantauan
Ketidakseimbang tindakan Respirasi) Respirasi)
an ventilasi- keperawatan
perfusi dan selama 1×24 Observasi Observasi
perubahan jam 1. Monitor 1. Untuk
membran diharapkan frekuensi, irama, mengetahui
alveolus-kapiler pertukaran gas kedalaman dan frekuensi, irama,
d.d meningkat, upaya napas kedalaman dan
DS: dengan kriteria 2. Monitor pola upaya nafas
Dispnea, pusing, hasil: napas (seperti pasien
penglihatan 1. Tingkat bradipnea, 2. Untuk
Kabur. kesadaran takipnea, mengetahui pola
DO: meningkat hiperventilasi, nafas
PCO₂meningkat/ 2. Dispnea kussmaul, 3. Untuk
menurun, PO₂ menurun cheyne-stokes mengetahui
menurun 3. Bunyi napas biot, ataksik) kemampuan pola
takikardia, pH tambahan 3. Monitor batuk efektif
arteri menurun kemampuan 4. Untuk
meningkat/menur 4. Pusing batuk efektif mengetahui
un, bunyi nafas menurun 4. Monitor adanya adanya sputum
tambahan, pusing, 5. Penglihatan produksi sputum atau tidak
penglihatan kabur 5. Monitor adanya 5. Untuk
kabur, sianosis, menurun sumbatan jalan mengetahui
diaforesis, 6. Diaforesis napas adanya sumbatan
gelisah, nafas menurun 6. Palpasi jalan napas
cuping hidung, 7. Gelisah kesimetrisan 6. Untuk
ekspansi paru mengetahui
pola nafas menurun 7. Auskultasi bunyi kesimetrisan
abnormal 8. Napas napas ekspansi paru
(cepat/lambat, cuping 8. Monitor saturasi 7. Untuk
regular/ireguler, hidung oksigen mengetahui bunyi
dalam/dangkal), menurun 9. Monitor nilai nafas
warna kulit 9. PCO₂ AGD 8. Untuk
abnormal membaik 10. Monior hasil x- mengetahui kadar
(mis.pucat, 10. PO₂ ray toraks oksigen dalam
biruan), membaik darah
kesadaran 11. Takikardia Terapeutik 9. Untuk
menurun. membaik 1. Atur Interval mengetahui nilai
12. pH Arteri pemantauan AGD
membaik respirasi sesuai 10. Untuk
13. Sianosis kondisi pasien mengetahui
membaik 2. Dokumentasikan keadaan organ
14. Pola napas hasil pemantauan tubuh
membaik Terapeutik
15. Warna Edukasi 1. Membantu
kulit 1. Jelaskan tujuan mengatur interval
membaik dan prosedur pemantauan
pemantauan respirasi sesuai
2. Informasikan kondisi pasien
hasil 2. Untuk dapat terus
pemantauan, jika memantau
perlu keadaan pasien
dengan hasil
Intervensi dokumentasi
Pendukung
(Dukungan Edukasi
Berhenti 1. Untuk
Merokok) memberitahukan
tujuan dan
Observasi prosedur
1. Identifikasi pemantauan pada
keinginan pasien
berhenti 2. Untuk
merokok memberitahukan
2. Identifikasi hasil pemantauan
upaya berhenti
merokok Intervensi
Pendukung
Terapeutik (Dukungan
1. Diskusikan Berhenti Merokok)
motivasi
penghentian Observasi
merokok 1. Untuk
2. Diskusikan mengetahui
kesiapan keinginan pasien
perubahan gaya berhenti
hidup merokok
3. Lakukan 2. Untuk
pendekatan mengetahui
psikoedukasi upaya bpasien
untuk untuk berhenti
mendukung dan merokok
membimbing
upaya berhenti Terapeutik
merokok. 1. Untuk
mengetahui
Edukasi motivasi
1. Jelaskan efek penghentian
langsung merokok
berhenti 2. Untuk
merokok mengetahui
2. Jelaskan kesiapan
berbagai perubahan gaya
intervensi hidup
dengan 3. Untuk
Farmakoterapi ( pendekatan
mis. Terapi psikoedukasi
penggatian untuk
nikotin ) mendukung dan
membimbing
upaya berhenti
merokok.

Edukasi
1. Memberitahukan
efek langsung
berhenti
merokok
2. Memberitahukan
berbagai
intervensi
dengan
Farmakoterapi
( mis. Terapi
penggatian
nikotin )
3. Pola nafas tidak Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
efektif b.d dilakukan (Manajemen (Manajamen Jalan
depresi pusat tindakan Jalan Napas) Napas)
pernafasan, keperawatan
Hambatan upaya selama 1×24 Observasi Observasi
nafas (mis. nyeri, jam 1. Monitor pola 1. Untuk
saat bernafas, diharapkan napas mengetahui pola
kelelahan otot, Pola nafas (frekuensi, napas pasien
pernafsan, meningkat, kedalaman, 2. Untuk
Deformitas dengan usaha napas) mengetahui
dinding dada,Efek Kriteria hasil: 2. Monitor bunyi apakah ada bunyi
agen 1. Ventilasi napas tambahan tambahan
farmakologis, semenit (mis. gurgling, 3. Untuk
kecemasan d.d meningkat mengi, mengetahui
DS: 2. Kapasitas wheezing, jumlah, warna
1. Dispnea vital ronkhi kering) atau yang
2. Ortopnea meningkat 3. Monitor sputum lainnya pada
DO: 3. Diameter (jumlah, warna, sputum
1. Penggunaan thoraks aroma)
otot bantu anterior- Terapeutik
pernafasan posterior Terapeutik 1. Untuk
2. Fase ekspirasi meningkat 1. Pertahankan memberikan rasa
memanjang 4. Tekanan kepatenan jalan nyaman dan
3. Pola nafas ekspirasi napas dengan memperlancar
abnormal meningkat head tilt dan sirkulasi
4. Pernapasan 5. Tekanan chin-lift (jaw- mekanisme
cuping hidung inspirasi thrust jika pernapasan
5. Ventilasi meningka curiga trauma 2. Untuk
menurun 6. Dispnea servikal) mengurangi/men
6. Tekanan menurun 2. Posisikan semi- gencerkan
ekspirasi 7. Penggunaa Fowler atau tingkat sputum
menurun n otot bantu Fowler 3. Agar pasien
7. Tekanan nafas 3. Berikan minum dapat batuk dan
inspirasi menurun hangat mengeluarkan
menurun 8. Pemanjang 4. Lakukan sputum
an fase fisioterapi dada, 4. Untuk mengatasi
ekspirasi jika perlu jalan napas yang
menurun 5. Lakukan tersumbat
9. Ortopnea penghisapan 5. Untuk membantu
menurun lendir kurang memperlancar
10. Pernapasa dan 15 detik pernapasan
n pursed- 6. Lakukan 6. Mengurangi
lip hiperoksigenasi sesak pada
menurun sebelum pasien
11. Pernapasa penghisapan 7. Untuk
n cuping endotrakeal mengetahui
hidung 7. Keluarkan perkembangan
menurun sumbalan benda atau kelainan
12. Frekuensi padal dengan respirasi
napas forsep McGill 8. Untuk
membaik 8. Berikan mengetahui
13. Kedalama oksigen, jika adanya kelainan
n nafas perlu pada pola napas
membaik
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan 1. Untuk
asupan cairan melancarkan
2000 ml/hari, dalam proses
jika tidak pernapasan
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik Kolaborasi
batuk efektif 1. Untuk
mengeluarkan
Kolaborasi secret yang dapat
membuat adanya
1. Kolaborasi hambatan pada
pemberian saluran nafas
bronkodilator, Intervensi
ekspektoran, Pendukung
mukolitik, jika (Dukungan
perlu. Ventilasi)

Intervensi Observasi
Pendukung 1. Untuk
(Dukungan mengetahui
Ventilasi) adanya kelelahan
pada otot bantu
Observasi nafas
1. Identifikasi 2. Untuk
adanya mengetahui
kelelahan otot adanya
bantu napas perubahan pada
2. Identifikasi efek status
perubahan pernapasan
posisi terhadap 3. Untuk
status mengetahui
pernapasan status respirasi
3. Monitor status dan oksigenasi
respirasi den seperti adanya
oksigenasi (mis kedalaman napas
frekuensi dan , penggunaan
kedalaman otot bantu
napas, napas ,bunyi
penggunaan otot napas
bantu napas, tambahan ,satura
bunyi napas si oksigen
tambahan,
saturasi Terapeutik
oksigen) 1. Untuk
mempertahankan
Terapeutik kepatenan jalan
1. Pertahankan nafas
kepatenan jalan 2. Untuk
napas memberikan
2. Berikan posisi posisi nyaman
semi Fowler pada saat
atau Fowler melakukan
3. Fasilitasi Oksigenasi
mengubah 3. Untuk
posisi senyaman memberikan rasa
mungkin nyaman dan
4. Berikan aman
oksigenasi 4. Untuk
sesuai memberikan
kebutuhan (mis kebutuhan
nasal kanul, oksigenasi sesuai
masker wajah, dengan
masker kebutuhan
rebreathing atau 5. Untuk
non rebreathing) memudahkan
5. Gunakan bag- saat melakukan
valve mask, jika tindakan oksigen
perlu
Edukasi
Edukasi 1. Untuk
1. Ajarkan memberikan
melakukan teknik relaksasi
teknik relaksasi napas dalam
napas dalam 2. Untuk
2. Ajarkan memberikan rasa
mengubah aman dengan
posisi secara melakukan
mandiri pengubahan pada
3. Ajarkan teknik posisi secara
baluk efektif mandiri
3. Untuk
Kolaborasi mengeluarkan
1. Kolaborasi secret
pamberian
bronkhodilator, Kolaborasi
jika perlu 1. Untuk
memberikan
pengobatan
Oksigen
4. Defisit nutrisi b.d Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
Ketidakmampuan dilakukan (Manajement (Manajement
menelan tindakan Nutrisi) Nutrisi)
makanan, keperawatan
Ketidakmampuan selama 1×24
mencerna jam Observasi Observasi
makanan, diharapkan 1. Identifikasi 1. Untuk
Ketidakmampuan status nutrisi status nutrisi mengetahui
mengabsorbsi membaik, 2. Identifikasi status nutrisi
nutrien, dengan alergi dan 2. Untuk
Peningkatan Kriteria hasil: intoleransi mengetahui
kebutuhan 1. Kekuatan makanan alergi dan
metabolisme, otot menelan 3. Identifikasi intoleransi
Faktor psikologis meningkat makanan yang makanan
( mis. stres ) 2. Verbalilasi disukai 3. Untuk
DS: keinginan 4. Identifikasi mengetahuimak
1. Nafsu makan untuk kebutuhan anan yang
menurun meningkatka kalori dan disukai
DO: n nutrisi jenis nutrien 4. Untuk
1. Berat badan meningkat 5. Monitor mengetahui
menurun 3. Penyiapan asupan kebutuahan
minimal 10% dan makanan kalori dan jenis
dibawah penyiapan 6. Monitor berat nutrien
rentang ideal makanan badan 5. Untuk
2. Membran yang aman 7. Monitor hasil mengetahui
mukosa pucat meningkat pemeriksaaan asupan
4. Sikap laboratorium makanan
terhadap Terapeutik 6. Untuk
makanan/min 1. Lakukan oral mengetahui
uman sesuai hygiene berat badan
dengan sebelum makan, 7. Untuk
tujuan jika perlu mengetahuikea
kesehatan 2. Sajikan daan pasien
meningkat makanan secara dari apat
5. Frekuensi menarik dan penunjang
makan suhu yang Terapeutik
membaik sesuai 1. Untuk menjaga
6. Nafsu makan 3. Berikan kebersihan mulut
memebaik seplemen pasien
7. Membran makanan, jika 2. Supaya porsi
mukosa perlu makan habis
membaik 3. Untuk
Edukasi menambah nafsu
1. Anjurkan posisi makan
duduk, jika
mampu Edukasi
1. Untuk membuat
Kolaborasi pasien lebih
1. Kolaborasi nyaman dan
dengan ahli mengurangi
giziuntuk sesak
menentukan
jumlah kalori Kolaborasi
dan jenis 1. Untuk
nutrien yang menentukan
dibutuhkan, jika status gizi
perlu. pasien.

Intervensi Intervensi
Pendukung Pendukung
(Dukungan (Dukungan
kepatuhan kepatuhan
program program
pengobatan) pengobatan)

Observasi Observasi
1. Identifikasi 1. Untuk
kepatuhan mengidentifikasi
menjalani kepatuhan
program menjalani
pengobatan program
pengobatan
Terapeutik
1. Buat komitmen Terapeutik
menjalani 1. Untuk menjaga
program kepatuhan
pengobatan menjalani
dengan baik program
2. Buat jadwal pengobatan
pendampingan dengan baik
keluarga untuk 2. Untuk pasien
bergantian merasa ada
menemani teman menjalani
pasien selama program
menjalani pengobatan , jika
program perlu
pengobatan, jika 3. Untuk
perlu mencatatan
3. Dokumentasika segala aktivitas
n aktivitas selama menjalani
selama proses
menjalani pengobatan
proses 4. Untuk medapat
pengobatan informasi hal-hal
4. Diskusikan hal- yang dapat
hal yang dapat mendukung atau
mendukung atau menghambat
menghambat berjalannya
berjalannya program
program pengobatan
pengobatan 5. Untuk memberi
5. Libatkan dukungan
keluarga untuk program
mendukung pengobatan yang
program dijalani
pengobatan
yang dijalani Edukasi
1. Untuk
Edukasi memberitahukan
1. Informasikan program
program pengobatan yang
pengobatan harus dijalani
yang harus 2. Untuk
dijalani memberitahukan
2. Informasikan manfaat yang
manfaat yang akan diperoleh
akan diperoleh jika teratur
jika teratur menjalani
menjalani program
program pengobatan
pengobatan 3. Untuk
3. Anjurkan memberikan
keluarga untuk dukungan
mendampingi mendampingi
dan merawat dan merawat
pasien selama pasien selama
menjalani menjalani
program program
pengobatan pengobatan
4. Anjurkan pasien 4. Untuk menemani
dan keluarga pasien dan
melakukan keluarga
konsultasi ke melakukan
pelayanan konsultasi ke
kesehatan pelayanan
terdekat, jika kesehatan
perlu terdekat, jika
perlu
5. Intoleransi Setelah Intervensi utama Intervensi Utama
aktifitas b.d dilakukan (Manajemen (mananajemen
ketidakseimbanga tindakan energi) energi)
n antara suplai keperawatan
dan kebutuhan selama 1×24 Observasi Observasi
oksigen, Tirah jam 1. Identifikasi 1. Untuk
baring, diharapkan gangguan fungsi mengetahui
Kelemahan, toleransi tubuh yang gangguan fungsi
Imobilitas d.d aktivitas mengakibatkan tubuh yang
DS: meningkat, kelelahan mengakibatkan
1. Mengeluh dengan 2. Monitor kelelahan
lelah Kriteria hasil: kelelahan fisik 2. Untuk
2. Dispnea 1. Saturasi dan emosional mnegetahui
saat/setelah oksigen 3. Monitor pola kelelahan fisik
aktivitas meningkat dan jam tidur dan emosional
3. Merasa tidak 2. Kemudahan 4. Monitor lokasi 3. Untuk
nyaman dalam dan mengetahui pola
setelah melakukan ketidaknyamana dan jam tidur
beraktivitas aktivitas n selama 4. Untuk
4. Merasa lemah sehari-hari melakukan mengetahui
DO: meningkat aktivitas lokasi dan
1. Frekuensi 3. Keluhan ketidaknyamana
jantung lelah Terapeutik n selama
meningkat menurun 1. Sediakan melakukan
>20% dari 4. Dispnea lingkungan aktivitas
kondisi saat nyaman dan

istirahat aktivitas rendah stimulus Terapeutik

2. Tekanan darah menurun ( mis. Cahaya, 1. Untuk

berubah >20% 5. Dispnea suara, memberikan

dari kondisi setelah kunjungan ) kenyamanan

istirahat aktivitas 2. Fasilitasi duduk pada pasien

3. Sianosis menurun di sisi tempat 2. Agar pasien

6. Sianosis tidur, jika tidak tidak merasa

menurun dapat berpindah bosan dan

7. Tekanan atau berjalan mengurangi

darah sesak
membaik Edukasi
8. Frekuensi 1. Anjurkan Edukasi
nafas melakukan 1. Untuk pasien
membaik aktivitas secara lebih produktif
bertahap lagi
2. Anjurkan 2. Untuk dapat
menghubungi memantau
perawat jika kesehatan pasien
tanda dan gejala 3. Untuk
kelelahan tidak mengurangi
berkurang kelelahan
3. Anjurkan
strategi coping Kolaborasi
untuk 1. Untuk memantau

mengurangi asupan makanan

kelelahan yang adekuat

Kolaborasi
1. Kolaborasi Intervensi

dengan ahli gizi pendukung


tentang cara (Dukungan
meningkatkan ambulasi)

asupan makanan
Observasi

Intervensi 1. Untuk

pendukung mengetahui

(Dukungan adanya nyeri

ambulasi) atau keluhan


fisik lainnya

Observasi 2. Untuk

1. Identifikasi mengetahui

adanya nyeri toleransi fisik

atau keluhan melakukan

fisik lainnya ambulasi

2. Identifikasi 3. Untuk
toleransi fisik mengetahui
melakukan frekuensi jantung
ambulasi dan tekanan
3. Monitor darah sebelum
frekuensi memulai
jantung dan ambulasi
tekanan darah 4. Untuk
sebelum mengetahui
memulai kondisi umum
ambulasi selama
4. Monitor kondisi melakukan
umum selama ambulasi
melakukan
ambulasi Terapeutik
1. Untuk
Terapeutik memberikan
1. Fasilitasi mobilisasi fisik,
melakukan jika perlu
mobilisasi fisik, 2. Untuk membuat
jika perlu pasien lebih
2. Libatkan nyaman dan
keluarga untuk tidak kaku
membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi

9. DAFTAR PUSTAKA

Hurst, M., 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikah-Bedah, Vol.1. Jakarta: Egc
Black, J.M. & Hawks, J.H., 2014. Keperawatan Medical Bedah : manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 3. Indonesia: Elsevier.
Muttaqin, A., 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
LeMone, P., Burke, K.M. & Bauldoff, G., 2016 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Ed. 5, Vol.4.Jakarta: EGC
Tana, L. Et al., 2016. Sensitifitas dan spesifisitas Pertanyaan Gejala Saluran Pernapasan
dan Faktor risiko untuk Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Buletin penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4.
Suddarth, B. &., 2015. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.12.
Jakarta: EGC.
PDPI, 2011. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Soeroto, A.Y & Suryadinata, H., 2014. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Ina J Chest adn
Emerg Med. Vol.1, No.2.
Wahid, A & Suprapto, I., 2013. Keperawatan Medical Bedah: Asuhan Keperawatan
Pada Gangguan Respirasi. Jakarta : CV. Trans Info Media
PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 Cetakan III
(Revisi). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 Cetakan II.Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. I
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PPOK
DI RUANG MELATI RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn I
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak bekerja
Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : kawin
Golongan darah :-
NO. CM : 00.40.96.56
Tanggal masuk : 16 Mei 2022
Tanggal pengkajian : 18 Mei 2022
Diagnose medis : PPOK (Penyakit Paru Obstrusi Kronis)
Alamat : kp batu tumpang RT 04/01 KEL. Tegalsari
KEC. Tegalwaru Kab. Purwakarta
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Pahri
Umur : 54 Tahun
Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh lepas
suku bangsa : Indonesia
hubungan dengan klien : Indonesia
alamat : KP. Cantilan RT 11/06 KEL. Warung Jeruk
KEC. Tegalwaru Kab. Purwakarta
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Sesak nafas (dyspnea)
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan keluhan sesak nafas kurang lebih 2 hari ,klien
mengatakan sesak seperti ditekan-tekan,sesak serta nyeri dirasakan bagian
dada dengan skala 2/10, sesak bertambah jika klien melakukan aktivitas dan
berkurang ketika diberi oksigen dan istirahat
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit : hipertensi, magh
Riwayat perawatan di RS : tidak ada
Riwayat penyakit berat : tidak ada
Riwayat Alergi : tidak ada
Riwayat Kecelakan : tidak ada
Riwayat operasi : tidak ada
Riwayat pengobatan terakhir : pengobatan penyakit magh
d. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram

X X X X

X X X X X

: LAKI-LAKI
: PEREMPUAN

: LAKI-LAKI MENINGGAL

: PEREMPUAN MENINGGAL

: PASIEN

3. Data psikologi,sosiao, dan spiritual


a. Data psikologi
1) Penampilan
Klien masih ingin memperhatikan penampilan
2) Status emosional
Klien sabar dan menerima keadaan sakitnya
3) Konsep diri
 Gambar diri : klien bersyukur memiliki tubuh seperti ini
 Harga diri : percaya akan adanya tuhan
 Ideal diri : klien mengaakan ingin cepat sembuh
 Identitas : klien berstatus kawin (menikah)

b. Data social
1) Hubungan social
Klien mengatakan hubungan antar masyarakat harmonis tidak ada
masalah
2) Faktor kultur social
Klien mengatakan tidak hubungan kultur social dengan penyakitnya
3) Pola hidup
Klien mengatakan akan hidup dengan pola hidup yang sehat
4) Keluarga
Klien tinggal dengan istri dan anak bungsunya, klien mengatakan
hubungan antar keluarga tidak ada masalah
c. Data spiritual
1) Keyakinan akan kesembuhan
Klien mengatakan yakin bahwa dia akan sembuh
2) Keyakinan kepada tuhan
Klien memiilki keyakinan kepada tuhan yang kuat
3) Penerimaan diri terhadap penyakit
Klien mengatakan menerima penyakitnya selama ini
4) Pelaksanaan ibadah
 Sebelum di rumah sakit : klien mampu beribadah sendiri
 Sesudah dirumah sakit : klien beribadah dibantu keluarga
4. Lingkungan
a. Rumah
 Kebersihan : klien mengatakan lingkungannya selalu bersih
 Polusi : klien mengatakan lingkungan rumah nya jauh dari
polusi
 Bahaya : klien mengatak lingkungan rumah nya tidak
berbahaya
b. Pekerjaan
 Kebersihan : klien sudah tidak bekerja
 Polusi : klien sudah tidak bekerja
 Bahaya : klien sudah tidak bekerja
5. Pola akktivitas sehati-hari (ADL)

NO JENIS PENGKAJIAN DIRUMAH DIRUMAH


SAKIT
1. Makanan
Frekuensi 3x1 3x1
Jenis Nasi,Ikan,Sayur Nasi,Ikan,Sayur
Porsi Normal Normal
Cara Via oral Via oral
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Minum
Frekuensi 6 gelas/hari 6 gelas/hari

Jenis Air putih Air putih

Cara Via Oral Via Oral

Keluhan Tidak ada Tidak ada

Pola Eliminasi
1. BAB
5x/hari 2x/hari
Frekuensi
Padat Padat
Konsistensi
Kuning Kuning
Warna
Khas Khas
Bau
Cara
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
2. BAK
2x/ hari 1x/ hari
Frekuensi
Padat Padat
Konsistensi
Kuning Kuning
Warna
Khas Khas
Bau
Cara
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
C Pola Istirahat Tidur
1. Malam
Lama tidur 4-6x jam 4-6x jam

Kwalitas tidur Kurang nyenyak Kurang nyenyak

Keluhan Sesak saat Sesak saat

2. Siang malam malam

Lama tidur
Kwalitas tidur 2-3x jam 2-3x jam

Keluhan Kurang nyenyak Kurang nyenyak

Kebiasaan menggunakan Sesak saat Sesak saat

obat tidur malam malam


Tidak Tidak
D Personal Hygiene
1. Mandi 2x1 hari Dilap
2. Gosok gigi 2x1 hari -
3. Ganti pakaian 2x1 hari 1x
4. Cara Dilakukan Dibantu
secara mandiri keluarga
5. Keluhan Tidak ada
Tidak ada
E Pola Aktivitas
- Kegiatan dalam bekerja Mandiri Dibantu
- Waktu bekerja Mandiri Dibantu
- Kegiatan waktu luang Mandiri Dibantu
- Keluhan dalam beraktivitas Sesak saat Sesak saat
beraktivitas beraktivitas
- Olahraga Sudah lama Tidak ada
tidak
- Keterbatasan dalam hal Tidak ada Tidak ada
menggunakan pakaian,
berhias
F Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Meroko Sudah lama Sudah lama
- Frekuensi tidak meroko tidak meroko
- Jumlah 1 hari
- Lama pemakaian
b. Minuman keras Tidak ada Tidak ada

- Jumlah/hari
- Lama pemakaian
Tidak ada Tidak ada
- Ketergantungan obat
(Alasannya)

6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Keadaan : Composmentis
Tekanan darah : 180/100 MmHg
Nadi : 111 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,0 ◦C
BB/TB : 50/160 Kg/Cm
b. Pemeriksaan fisik persistem
1) System penglihatan
Posisi mata simetris, tidak memakai alat bantu penglihatan
(kacamata),pergerakan mata normal,sclera tidak ikterik, tidak ada nyeri
tekan pada mata
2) System wicara
Tidak ada kesulitan dalam berbicara
3) Sistem pernafasan
Jalan nafas tidak efektif,klien mengeluh sesak nafas (dyspnea), klien sesak
nafas saat melakukan aktivitas, klien mengeleuh nyeri pada dada tapi tidak
berkepanjangan, terdapat suara ronkhi dan wheezing,klien mengeluh
batuk, sputum sulit dikeluarkan, penggunaan otot bantu nafas, nafas
cuping hidung, pola nafas cepat, klien menggunakan alat bantu nafas
oksigen via nasal canul 4 ml/liter
4) System kardiovaskuler
Nadi abnormal ( 111x/menit),tidak ada edema,temperature kulit
baik,warna kulit sama dengan kulit lainnya,pengisian kapiler < 2 detik
5) System pencernaan
Keadaan mulut bersih, bising usus normal, nyeri di lambung
6) System persyarafan
GCS (Glow Comma Skale) composmentis , eye : 4, Verbal : 5, motoric : 6
=15
7) System imun
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
8) System integument
Keadan rambut,kuku,kulit dalam keadaan baik
9) System musculoskeletal
Keterbatasan gerak karena jiak bergerak teralualu berat klien sesak, pasien
terlihat letih
10) System perkemihan
Tidak ada nyeri tekan pada daerah ginjal, tidak ada distensi kandung
kemih, klien tidak menggunakan kateter
c. Data penunjangan

NO PARAMETER HASIL Nilai normal


HEMATOLOGI
1. Hemoglobin 11,9 g/dL 12,1 – 17,6 g/dL
2 Hematokrit 28,5 % 36-47 %
3 Leukosit 12,6 10^3/µL 4.4 -11.3 10^3/µL
4 Eritrosit 3,75 10^6/ µL 4 – 5,2 10^6/ µL
5 Trombosit 610 10^3/ µL 139 – 33510^3/ µL
6 MCV 76 fL 78 – 95 fL
7 MCH 24,3 pg 26 – 32 pg
8 MCHC 31,9 g/dL 32 – 36 g/dL
9 Hitung jenis 1
 Basophil 0% 0–1 %
 Eosinophil 2% 2–4%
 Batang 0% 3 – 5%
 Segmen 88 % 50 – 70%
 Limfosit 5% 25 – 40 %
 Monosit 5% 2–8%
KIMIA
10 Gula darah sewaktu 131 mg/dL <140 mg/dL
11 Ureum 12 mg/dL 10-50 mg/dL
12 Creatinin 0,52 mg/dL 0.6-1.2 mg/dL
13 Natrium 142 mmol/L 135-145 mmol/L
14 Kalium 3,5 mmol/L 3,5-5,5 mmol/L
15 Clorida 98 mmol/L 96 – 106 mmol/L
16 Gula darah puasa 96 mg/dL <126 mg/dL
17 Gula darah dalm 2
118 mg/dL < 140 mg/dL
jam pp

d. Penatalakssanaan
1) Penatalaksaan medis

NAMA CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1. Ceftriaxone 2 x 1 gr Intra vena Antibiotic
2. Pantoprazole 1 x 4 mg Intra vena Untuk px magh
3. Ambroxol 3x1 Oral Untuk px pbatuk
4. NAC 3x1 Oral Untuk mengencerkan
dahak
5. Fulmicort 1x1 Nebulizer Untuk px asma
.6. Ranitidine 2x1 Intra vena Untuk px magh
7. MP 2 x 62,5 Intravena Untuk anti inflamasi
8. Combivent Tiap 8 jam Nebulizer Untuk px asma
sekali

2) Penatalaksaan keperawatan
a) Mengatur posisi klien semi fowler
b) Memberikan oksigen via nasal kanul 4 ml/liter
c) Menganjurkan pasien untuk relaksasi jika merasakan sakit pada
dadanya
d) Menganjurkan klien minum air hangat
e) Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan fisioterapi dada

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


.
1. DS: Faktor risiko Bersihkan
1. Klien mengatakan sesak  Jalan Nafas
nafas dan batuk Iritasi jalan nafas Tidak Efektif
DO: 
1. Klien sulit mengeluarkan Hipersekresi lendir dan
dahak inflamasi peradangan
2. Terdapat suara tambahan 
ronkhi (+), wheezing (+) Peningkatan sel-sel goblet
3. Pola nafas berubah cepat 
4. Respirasi : 26 x/menit Penurunan silia

PPOK

Batuk tidak efektif

Bersihkan jalan nafas tidak
efketif
2. DS: PPOK Pola Nafas
Klien mengeluh sesak nafas  Tidak Efektif
(dipsneu) Bronkiolus menyempit dan
tersumbat
DO : 
Penggunaan otot bantu nafas Nafas pendek
(+) 
Nafas cuping hidung (+) Gangguan pola nafas
Pola nafas berubah cepat (+) 
Respirasi : 26 x/menit Pola nafas tidak efektif
3. DS: Obstruksi alveoli Intoleransi
1. Klien mengatakan sesak  Aktivitas
nafas bila melakukan Alveoli mengalami kolaps
aktivitas 
2. Klien mengeluh lelah Penurunan ventilasi paru
DO: 
1. Tekanan darah : 180/100 Kerusakan campuran gas
MmHg 

2. Nadi : 111 x/menit Kelemahan



ADL dibantu

Intoleransi aktifitas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan nafas d.d Klien
mengatakan sesak nafas dan batuk,Klien sulit mengeluarkan dahak,Terdapat
suara tambahan ronkhi (+), wheezing (+),Pola nafas berubah cepat (Respirasi :
26 x/menit)
2. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas d.d Klien mengeluh sesak
nafas (dipsneu),Penggunaan otot bantu nafas (+),Nafas cuping hidung (+),Pola
nafas berubah cepat (+) (Respirasi : 26 x/menit)
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
d.d Klien mengatakan sesak nafas bila melakukan aktivitas ,Klien mengeluh
lelah (Tekanan darah : 180/100 MmHg, Nadi : 111 x/menit)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari /
No Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
tanggal
1. 18/05/2022 Bersihkan jalan nafas Setelah Latihan Batuk Latihan Batuk
tidak efektif b.d dilakukan Efektif Efektif
Hipersekresi jalan nafas tindakan
d.d Klien mengatakan keperawatan Observasi Observasi
sesak nafas dan selama 2×24 1. Identifikasi 1. Untuk
batuk,Klien sulit jam kemampuan mengetahui
mengeluarkan diharapkan batuk kemampuan
dahak,Terdapat suara bersihan jalan 2. Monitor adanya batuk pasien
tambahan ronkhi (+), nafas retensi sputum 2. Untuk
wheezing (+),Pola nafas meningkat, 3. Monitor tanda mengetahui
berubah cepat (Respirasi : dengan dan gejala adanya retensi
26 x/menit) Kriteria hasil: infeksi saluran sputum
1. Batuk napas 3. Untuk
efektif 4. Monitor input mengetahui tanda
meningkat dan output dan gejala infeksi
2. Produksi cairan (mis saluran napas
sputum jumlah dan 4. Untuk
menurun karakteristik) mengetahui
3. Wheezing intake dan output
dan ronkhi Terapeutik cairan pada
menurun 1. Atur posisi pasien
4. Dispneu semi-Fowler
membaik atau Fowler Terapeutik
5. Pola nafas 2. Pasang perlak 1. Untuk
membaik dan bengkok di memberikan rasa
pangkuan pasien nyaman dan
3. Buang sekret memperlancar
pada tempat sirkulasi
sputum pernafasan
2. Untuk
Edukasi mempermudah
1. Jelaskan tujuan dalam tindakan
dan prosedur serta kebersihan
batuk efektif 3. Untuk mencegah
2. Anjurkan tarik terjadinya infeksi
napas dalam nasokomial
melalui hidung
selama 4 detik, Edukasi
ditahan selama 2 1. Agar pasien
detik, kemudian mengetahui
keluarkan dari tujuan dan
mulut dengan tindakan apa
bibir mencucu yang akan
(dibulatkan) dilakukan
selama 8 detik 2. Untuk
3. Anjurkan memberikan rasa
mengulangi aman dan
tarik napas nyaman pada
dalam hingga 3 pasien dengan
kali teknik relaksasi
4. Anjurkan batuk 3. Untuk membuat
dengan kuat pasien lebih
langsung setelah tenang
tarik napas 4. Untuk
dalam yang ke-3 mengurangi atau
mengeluarkan
Kolaborasi dahak
1. Kolaborasi
pemberian Kolaborasi
mukolitik atau 1. Untuk
ekspektoran, mengencerkan
jika perlu dahak agar
mudah
dikeluarkan

2. 18/05/2022 Pola nafas tidak efektif Setelah Manajemen Jalan Manajamen Jalan
b.d Hambatan upaya dilakukan Napas Napas
nafas d.d Klien mengeluh tindakan
sesak nafas keperawatan Observasi Observasi
(dipsneu),Penggunaan selama 2×24 4. Monitor pola 4. Untuk
otot bantu nafas jam napas mengetahui pola
(+),Nafas cuping hidung diharapkan (frekuensi, napas pasien
(+),Pola nafas berubah Pola nafas kedalaman, 5. Untuk
cepat (+) (Respirasi : 26 meningkat, usaha napas) mengetahui
x/menit) dengan 5. Monitor bunyi apakah ada bunyi
Kriteria hasil: napas tambahan tambahan
1. Dipsnea (mis. gurgling, 6. Untuk
menurun mengi, mengetahui
2. Penggunaan wheezing, jumlah, warna
otot bantu atau yang
nafas ronkhi kering) lainnya pada
menurun 6. Monitor sputum sputum
3. Pernafasan (jumlah, warna,
cuping aroma) Terapeutik
hidung 9. Untuk
menurun Terapeutik memberikan rasa
9. Pertahankan nyaman dan
kepatenan jalan memperlancar
napas dengan sirkulasi
head tilt dan mekanisme
chin-lift (jaw- pernapasan
thrust jika 10. Untuk
curiga trauma mengurangi/men
servikal) gencerkan
10. Posisikan tingkat sputum
semi-Fowler 11. Agar pasien
atau Fowler dapat batuk dan
11. Berikan mengeluarkan
minum hangat sputum
12. Lakukan 12. Untuk
fisioterapi dada, mengatasi jalan
jika perlu napas yang
13. Lakukan tersumbat
penghisapan 13. Untuk
lendir kurang membantu
dan 15 detik memperlancar
14. Lakukan pernapasan
hiperoksigenasi 14. Mengurangi
sebelum sesak pada
penghisapan pasien
endotrakeal 15. Untuk
15. Keluarkan mengetahui
sumbalan benda perkembangan
padal dengan atau kelainan
forsep McGill respirasi
16. Berikan 16. Untuk
oksigen, jika mengetahui
perlu adanya kelainan
pada pola napas
Edukasi
3. Anjurkan Edukasi
asupan cairan 2. Untuk
2000 ml/hari, melancarkan
jika tidak dalam proses
kontraindikasi pernapasan
4. Ajarkan teknik
batuk efektif Kolaborasi
2. Untuk
Kolaborasi mengeluarkan
secret yang dapat
2. Kolaborasi membuat adanya
pemberian hambatan pada
bronkodilator, saluran nafas
ekspektoran, Intervensi
mukolitik, jika Pendukung
perlu. (Dukungan
Ventilasi)
Intervensi
Pendukung Observasi
(Dukungan 4. Untuk
Ventilasi) mengetahui
adanya kelelahan
Observasi pada otot bantu
4. Identifikasi nafas
adanya 5. Untuk
kelelahan otot mengetahui
bantu napas adanya
5. Identifikasi efek perubahan pada
perubahan status
posisi terhadap pernapasan
status 6. Untuk
pernapasan mengetahui
6. Monitor status status respirasi
respirasi den dan oksigenasi
oksigenasi (mis seperti adanya
frekuensi dan kedalaman napas
kedalaman , penggunaan
napas, otot bantu
penggunaan otot napas ,bunyi
bantu napas, napas
bunyi napas tambahan ,satura
tambahan, si oksigen
saturasi
oksigen) Terapeutik
6. Untuk
Terapeutik mempertahankan
6. Pertahankan kepatenan jalan
kepatenan jalan nafas
napas 7. Untuk
7. Berikan posisi memberikan
semi Fowler posisi nyaman
atau Fowler pada saat
8. Fasilitasi melakukan
mengubah Oksigenasi
posisi senyaman 8. Untuk
mungkin memberikan rasa
9. Berikan nyaman dan
oksigenasi aman
sesuai 9. Untuk
kebutuhan (mis memberikan
nasal kanul, kebutuhan
masker wajah, oksigenasi sesuai
masker dengan
rebreathing atau kebutuhan
non rebreathing) 10. Untuk
10. Gunakan bag- memudahkan
valve mask, jika saat melakukan
perlu tindakan oksigen

Edukasi Edukasi
4. Ajarkan 4. Untuk
melakukan memberikan
teknik relaksasi teknik relaksasi
napas dalam napas dalam
5. Ajarkan 5. Untuk
mengubah memberikan rasa
posisi secara aman dengan
mandiri melakukan
6. Ajarkan teknik pengubahan pada
baluk efektif posisi secara
mandiri
Kolaborasi 6. Untuk
2. Kolaborasi mengeluarkan
pamberian secret
bronkhodilator,
jika perlu Kolaborasi
2. Untuk
memberikan
pengobatan
Oksigen
3. 18/05/2022 Intoleransi aktifitas b.d Setelah Manajemen mananajemen
ketidakseimbangan antara dilakukan energi energi
suplai dan kebutuhan tindakan
oksigen, d.d Klien keperawatan Observasi Observasi
mengatakan sesak nafas selama 2×24 5. Identifikasi 5. Untuk
bila melakukan jam gangguan fungsi mengetahui
aktivitas ,Klien mengeluh diharapkan tubuh yang gangguan fungsi
lelah (Tekanan darah : toleransi mengakibatkan tubuh yang
180/100 MmHg, Nadi : aktivitas kelelahan mengakibatkan
111 x/menit) meningkat, 6. Monitor kelelahan
dengan kelelahan fisik 6. Untuk
Kriteria hasil: dan emosional mnegetahui
Keluhan lelah 7. Monitor pola kelelahan fisik
menurun dan jam tidur dan emosional
1. Dipsneu 8. Monitor lokasi 7. Untuk
saat dan mengetahui pola
aktivitas ketidaknyamana dan jam tidur
menurun n selama 8. Untuk
2. Frekuensi melakukan mengetahui
jantung aktivitas lokasi dan
membaik ketidaknyamana
Terapeutik n selama
3. Sediakan melakukan
lingkungan aktivitas
nyaman dan
rendah stimulus Terapeutik
( mis. Cahaya, 3. Untuk
suara, memberikan
kunjungan ) kenyamanan
4. Fasilitasi duduk pada pasien
di sisi tempat 4. Agar pasien
tidur, jika tidak tidak merasa
dapat berpindah bosan dan
atau berjalan mengurangi
sesak
Edukasi
4. Anjurkan Edukasi
melakukan 4. Untuk pasien
aktivitas secara lebih produktif
bertahap
5. Anjurkan lagi
menghubungi 5. Untuk dapat
perawat jika memantau
tanda dan gejala kesehatan pasien
kelelahan tidak 6. Untuk
berkurang mengurangi
6. Anjurkan kelelahan
strategi coping
untuk Kolaborasi
mengurangi 2. Untuk memantau
kelelahan asupan makanan
Kolaborasi yang adekuat
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi Intervensi
tentang cara pendukung
meningkatkan (Dukungan

asupan makanan ambulasi)

Intervensi Observasi

pendukung 5. Untuk

(Dukungan mengetahui

ambulasi) adanya nyeri


atau keluhan
Observasi fisik lainnya
5. Identifikasi 6. Untuk
adanya nyeri mengetahui
atau keluhan toleransi fisik
fisik lainnya melakukan
6. Identifikasi ambulasi
toleransi fisik 7. Untuk
melakukan mengetahui
ambulasi frekuensi jantung
7. Monitor dan tekanan
frekuensi darah sebelum
jantung dan memulai
tekanan darah ambulasi
sebelum 8. Untuk
memulai mengetahui
ambulasi kondisi umum
8. Monitor kondisi selama
umum selama melakukan
melakukan ambulasi
ambulasi
Terapeutik
Terapeutik 3. Untuk
3. Fasilitasi memberikan
melakukan mobilisasi fisik,
mobilisasi fisik, jika perlu
jika perlu 4. Untuk membuat
4. Libatkan pasien lebih
keluarga untuk nyaman dan
membantu tidak kaku
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI


NO EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN /JAM KEPERAWATAN
1. Bersihkan jalan nafas 18/05/2022 18/05/2022
tidak efektif b.d 1. Mengidentifikasi S : klien
Hipersekresi jalan kemampuan mengatakan masih
nafas d.d Klien batuk sedikit sesak dan
mengatakan sesak Respon : batuk
nafas dan batuk,Klien 2. Menganjurkan O : klien sudah
sulit mengeluarkan tarik nafas dalam mulai bisa batuk
dahak,Terdapat suara Respon : efektif,klien masih
tambahan ronkhi (+), 3. Memposisikan terlihat sedikit
wheezing (+),Pola pasien semi lemah
nafas berubah cepat fowler Tanda-tanda vital :
(Respirasi : 26 Respon : TD : 180/100
x/menit) 4. Memonitor mmHg
tanda-tanda Suhu ; 36,0◦C
vital ,Tekanan Respirasi : 26
darah, x/menit
nadi,suhu,respiras Nadi : 111 x /menit
i A : masalah belum
Respon : teratasi
5. Menganjurkan P : intervensi
klien untuk dilanjutkan
minum air hangat
Respon :
6. Mengajarkan
klien untuk batuk
efektif
Respon :
7. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian terapi
medis :
 Ambroxol 3
x1 via oral
 NAC 3 x1 via
oral

2. Pola nafas tidak 18/05/2022 18/05/2022


efektif b.d Hambatan 1. Memonitor bunyi S :Klien
upaya nafas d.d Klien tambahan (ronkhi mengatakan masih
mengeluh sesak nafas dan wheezing) sedikit sesak
(dipsneu),Penggunaan Respon : O : otot bantu nafas
otot bantu nafas 2. Memonitor pola mulai
(+),Nafas cuping nafas berkurang ,pola
hidung (+),Pola nafas Respon : nafas belum
berubah cepat (+) 3. Memposisikan membaik,
(Respirasi : 26 paasien semi Nafas cuping
x/menit) fowler hidung mulai
Respon : sedikit menurun
4. Memonitor tanda- Tanda-tanda vital:
tanda vital TD : 180/100
(tekanan mmHg
darah ,nadi,respir Suhu ; 36,0◦C
asi,suhu) Respirasi : 26
Respon : x/menit
5. Melakukan Nadi : 111 x /menit
fisioterapi dada A : masalah belum
Respon : teratasi
6. Berkolaborasi P : intervensi
dengan dokter dilanjutkan
memebrikan
terapi medis :
 Combivent
tiap 8 jam via
nebulizer
 Fulmicort 1 x
1 via nebulizer
3. Intoleransi aktifitas 18/05/2022 18/05/2022
b.d 1. Memonitor S : klien
ketidakseimbangan kelelahan fisik mengatakan masih
antara suplai dan Respon : sedikit sesak jika
kebutuhan oksigen, 2. Menganjurkan beraktifitas
d.d Klien mengatakan tirah baring O : klien masih
sesak nafas bila istirahat sedikit terlihat
melakukan Respon : lemah
aktivitas ,Klien A : masalah belum
mengeluh lelah teratasi
(Tekanan darah : P :intervensi
180/100 MmHg, Nadi dilanjutkan
: 111 x/menit)

DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI


NO EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN /JAM KEPERAWATAN
1. Bersihkan jalan nafas 19/05/2022 19/05/2022
tidak efektif b.d 1. Mengidentifikasi S : klien
Hipersekresi jalan kemampuan mengatakan sesak
nafas d.d Klien batuk dan batuk sudah
mengatakan sesak Respon : berkurang
nafas dan batuk,Klien 2. Menganjurkan O : klien sudah bisa
sulit mengeluarkan tarik nafas dalam batuk efektif,sesak
dahak,Terdapat suara Respon : menurun, sputum
tambahan ronkhi (+), 3. Memposisikan menurun , pola
wheezing (+),Pola pasien semi nafas sudah
nafas berubah cepat fowler membaik
(Respirasi : 26 Respon : Tanda-tanda vital :
x/menit) 4. Memonitor TD : 170/100
tanda-tanda mmHg
vital ,Tekanan Suhu ; 36,5◦C
darah, Respirasi : 23
nadi,suhu,respiras x/menit
i Nadi : 99 x /menit
Respon : A : masalah teratasi
5. Menganjurkan P : intervensi
klien untuk dihentikan
minum air hangat
Respon :
6. Mengajarkan
klien untuk batuk
efektif
Respon :
7. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian terapi
medis :
 Ambroxol 3
x1 via oral
 NAC 3 x1 via
oral

2. Pola nafas tidak 19/05/2022 19/05/2022


efektif b.d Hambatan 1. Memonitor bunyi S :Klien
upaya nafas d.d Klien tambahan mengatakan sesak
mengeluh sesak nafas (ronkhi dan berkurang
(dipsneu),Penggunaan wheezing) O : penggunaan otot
otot bantu nafas Respon : bantu nafas
(+),Nafas cuping 2. Memonitor pola menurun,pola nafas
hidung (+),Pola nafas nafas membaik,
berubah cepat (+) Respon : Nafas cuping
(Respirasi : 26 3. Memposisikan hidung menurun
x/menit) paasien semi Tanda-tanda vital:
fowler TD : 170/100
Respon : mmHg
4. Memonitor Suhu ; 36,5◦C
tanda-tanda vital Respirasi : 23
(tekanan x/menit
darah ,nadi,respir Nadi : 99 x /menit
asi,suhu) A : masalah teratasi
Respon : P : intervensi
5. Melakukan dihentikan
fisioterapi dada
Respon :
6. Berkolaborasi
dengan dokter
memebrikan
terapi medis :
 Combivent
tiap 8 jam via
nebulizer
 Fulmicort 1 x
1 via nebulizer
3. Intoleransi aktifitas 19/05/2022 19/05/2022
b.d 1. Memonitor S : klien
ketidakseimbangan kelelahan fisik mengatakan sesak
antara suplai dan Respon : sudah berkurang
kebutuhan oksigen, 2. Menganjurkan ketika aktifitas
d.d Klien mengatakan tirah baring O : keluhan lelah
sesak nafas bila istirahat klien
melakukan Respon : menurun,sesak
aktivitas ,Klien nafas saat aktifitas
mengeluh lelah menurun, nadi
(Tekanan darah : membaik
180/100 MmHg, Nadi Nadi : 99 x /menit
: 111 x/menit) A : masalah teratasi
P :intervensi
dihentikan

F. CATATAN PERKEMABANGAN

NO HARI/TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


1. 19/05/2022 S : klien mengatakan sesak dan batuk sudah berkurang
O : klien sudah bisa batuk efektif,sesak menurun, sputum
menurun , pola nafas sudah membaik
Tanda-tanda vital :
TD : 170/100 mmHg
Suhu ; 36,5◦C
Respirasi : 23 x/menit
Nadi : 99 x /menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I : Implementasi dihentikan
E : bersihan jalan nafas meningkat
R : memberikan latihan batuk efektif
2. 19/05/2022 S :Klien mengatakan sesak berkurang
O : penggunaan otot bantu nafas menurun,pola nafas
membaik,
Nafas cuping hidung menurun
Tanda-tanda vital:
TD : 170/100 mmHg
Suhu ; 36,5◦C
Respirasi : 23 x/menit
Nadi : 99 x /menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I : implementasi dihentikan
E : pola nafas membaik
R : memberikan manajemen jalan nafas
3. 19/05/2022 S : klien mengatakan sesak sudah berkurang ketika aktifitas
O : keluhan lelah klien menurun,sesak nafas saat aktifitas
menurun, nadi membaik
Nadi : 99 x /menit
A : masalah teratasi
P :intervensi dihentikan
I : implementasi dihentikan
E : toleransi aktifitas meningkat
R.: memberikan manajemen energy

BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data di dapatkan subjek asuhan keperawatan
pertama pada pasien Tn.H dengan usia 73 tahun, ,pada saat di lakukan pngkajian
klien datang dengan keluhan sesak nafas lebih dari 2 hari, klien mmengatakan
sesak seperti di tekan tekan ,sesak serta nyeri di rasakan bagian dada dengan skala
2 dari (1-10),sesak bertambah jika klien melakukan aktivitas dan berkurang Ketika
di beri oksigen dan istirahat.

B. DIGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose yang di temukan pada Tn..H yaitu :
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan nafas d.d Klien
mengatakan sesak nafas dan batuk,Klien sulit mengeluarkan dahak,Terdapat
suara tambahan ronkhi (+), wheezing (+),Pola nafas berubah cepat (Respirasi :
26 x/menit)
2. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas d.d Klien mengeluh sesak
nafas (dipsneu),Penggunaan otot bantu nafas (+),Nafas cuping hidung (+),Pola
nafas berubah cepat (+) (Respirasi : 26 x/menit)
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, d.d Klien mengatakan sesak nafas bila melakukan aktivitas ,Klien
mengeluh lelah (Tekanan darah : 180/100 MmHg, Nadi : 111 x/menit)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Latihan batuk efektif: Identifikasi kemmpuan batuk.Monitor adanya
retensi sputummonitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas.Monitor
input dan output cairan (mis jumlah dan karakteristik).Atur posis Fowler
atau semi Fowler.Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien.Buang
secret pada tempat sputum.Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif.Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hdung selama 4 detik,di
tahan selama 2 detik,kemudian keuarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik.Anjurkan mengulangi Tarik nafas
dalam hingga 3 kali.Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik
nafas dalam yang ke-3.Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran,jika perlu.
B. Menejemen jalan nafas : monitor pola nafas (frekuensi, kedalamanan, usaha
nafas). Monitor bunyi nafas tambahan(mis. Gurgling mengi, weezing, rongkhi
kering). Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) pertahankan kepatenan jalan
nafas dengan head till dan chin-lift (jawa thrust jika curiga trauma
servikal).posisikan semi-fowler atau fowler.Berikan minuman hangat .Lakukan
fisioterapi dada,jika perlu.Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik.Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakea.Keluarkan
sumbalan benda padal dengan forsep McGill.Berikan oksigen,jia
perlu.Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,jika tidakkontraindikasi.Ajarkan
Teknik batuk efektif.Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika perlu.
C. Menejemen energi : Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan.Monitor krlrlahan fisik dan emosional.Monitor pola dan jam
tidur.Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan
aktivitas.Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya,suara,kunjungan).Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak
dapat berpindah atau berjalana.Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap.Anjurkan menghubungi perawata jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang.Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya.Identifiksi toleransi
fisik melakukan ambulasi.Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi.Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi.Fasilitasi melakukan mobilisisai jika perlu..Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam melakukan ambulasi.

D. IMPLEMENTASI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari lima proses keperawatan, yaitu
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan. Dimana di dalam proses keperawatan tersebut
lebih ditekankan pada pengkajian pernafasan yang berhubungan dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi. Diangnosa yang mucul dalam gangguan kebutuhan oksigenasi,
yaitu Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, Pola Nafas Tidak Efektif, dan Intoleransi
Aktifitas. Intervensi menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
B. Saran
1. Bagi Ruang Melati
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada gangguan kebutuhan oksigenasi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penerapan asuhan keperawatan
gangguan kebutuhan oksigenasi secara tepat dan dapat mendokumentasikan hasil
tindakan yang telah dilakukan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran untuk menghasilkan
perawat-perawat yang profesional, terampil dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan terutama pada gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.

Anda mungkin juga menyukai