FARMAKOTERAPI 1
“STROKE DAN HIPERTENSI”
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Andreas dal andy
2. Brilian hendrico
3. Maria Yusnita
4. Sang Saifudin
5. Nurul hidayah
1.1 Batasan
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak akibat
terhambatnya aliran darah keotak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
sembuhdengancacat, ataukematian (Junaidi, 2011). Stroke merupakanserangan pada
otak yang timbul secara mendadak dimana terjadinya gangguan fungsi otak sebagian
atau menyeluruh akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah tertentu di otak, yang mengakibatkan sel-sel otak kekurangan oksigen
atau zat-zatmakanan dan akhirnya menyebabkan kematian sel dalam waktu yang
relative singkat (Nastiti, 2012).
Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian
khusus. Stroke menempati penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. World Health Organisation (WHO) tahun
2015, memperkirakan terdapat 20 juta orang yang akan meninggal dunia karena
stroke, disertai dengan meningkatnya kematian akibat penyakit jantung dan kanker.
Di Amerika Serikat sekitar 795.000 orang setiap tahunnya mengalami stroke, dimana
610.000 orang mengalami serangan stroke yang pertama dan 134.000 orang
meninggal akibatstroke (Nastiti, 2012).
Hipertensi merupakan factor risiko utama untuk terjadinya stroke, hipertensi
sering disebut the silent killer karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke
sebesar 6 kali, seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Semakin tinggi tekanan darah seseorang makaakan semakin tinggi
pula risiko terjadinya stroke. Hipertensi merusak dinding pembuluh darah yang akan
menyebabkan terjadinya penyumbatan bahkan pecahnya pembuluh darah di
otak(Nastiti, 2012).
Data mengenai factor risiko utama memicu terjadinya stroke yaitu hipertensi
juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari World Health Organization
(WHO) 2015, satudari lima orang dewasa diseluruh dunia mengalami peningkatan
tekanan darah. Prevalensi masyarakat mengalami hipertensi di seluruh dunia sekitar
972 juta orang atau 26,4%. Pada tahun 2030 kemungkinan hipertensi akan meningkat
menjadi 29,2%. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta diantaranya berada di
negara maju dan sisanya 639 jutaberada di negara berkembang.
1.2 Etiologi
1. Etiologi Penyebab stroke menurut Rendi dan Margareth (2015) :
a. Infarkotak (80%)
1) Emboli Emboli kardiogenik, fibrilasi atrium dan aritmialain, thrombus mural dan
ventrikelkiri, penyakaitkatub mitral atau aorta, endokarditis (infeksiatau non infeksi).
2) Emboli paradoksal Emboli arkus aorta, aterotrombotik (penyakit pembuluh darah
sedang-besar), penyakit eksrakanial, arterikarotis interna, arterivertebralis.
3) Penyakit intracranial Arterikarotis interna, arteriserebri interna, arteribasilaris,
lakuner (oklusiarteri perforanskecil).
b. Pendarahanintraserebral (15%) Hipertensi, malformasiarteri-vena, angipatiamiloid.
c. Pendarahansubaraknoid (5%)
d. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark/pendarahan) Trobus sinus dura,
diseksiarterikarotis/vertebralis, vaskulitissistem sarafpusat, penyakitmoya-moya
(oklusiarteribesar intra cranial yang progresif), migren, kondisihi perkoagulasi,
penyalah gunaan obat, dan kelainan hematologist (anemiaselsabit, polisistema,
atauleukemia), sertamiksoma atrium.
1. Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah
M., 2012) :
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah
menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi
c) Diitkonsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak
yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembang nyapenyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alcohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi
karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertens
sekunder disebabkan oleh beberapapenyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta
yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada
aorta toraksiatau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskularginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama
penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan
c) satu atau lebih arteribesar, yang secara langsung membawa darah keginjal.
Sekitar 90% lesiarteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklerosisatau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, sertaperubahan struktur
serta fungsi ginjal.
d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume
expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah
beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal ataukorteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatantekananvaskuler
k) Merokok.
2) Hipertensi
Menurut Nurarif& Kusuma (2015), tanda dan gejala hipertensi
dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terjadi agnosa jika tekanan arteri tidak
diukur.
b. Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis bebera papasien
yang menderita hipertensi mengalami sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesaknafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, kesadaran
menurun.
1.5 Penatalaksanaan
PROFIL PENDERITA
Umur : 65 tahun
BB/TB : 70 kg/178 cm
setiap hari
Simvastatin 10 mg PO seebelum
tidur setiap hari
Darah
WBC 5,9x103/mm3 3,2 – 10 x103/mm3
Na 140 mEq/L 135 – 144 mEq/L
K 4,2 mEq/L ≥ 18 tahun : 3,6 –
4,8 mEq/L
Cl 103 mEq/L 97 - 106 mEq/L
BUN 10 mg/dL 5-18 mg/dL
aPTT 25,3 detik 21-45 detik
BAB III
PROFIL PENGOBATAN
Pada pengobatan untuk pasien mengalami stroke karena tekanan darah 185/110
mmg/dl diberikan dual antiplatelet yang berfungsi untuk meninngkatkan kecepatan
rekalinasasi spontan dan perbaikan mikvaskular salah satunya yang efektif yaitu aspirin dan
clopidogrel karena sesuai dari guidline dan alogaritma pada stroke iskemik yang diberikan
untuk terapi trombolitik, dilakukan juga terapi pecegahan stroke iskemik akut yaitu :
1. Pembedahan Pembedahan (Surgical Intervention)
Pembedahan yang dilakukan meliputi carotid endarcerectomy, dan
pembedahan lain. Tujuan terapi pembedahan adalah mencegah
Carotidendarterectomy diindikasikan untuk pasien dengan stenois lebih dari
70%
2. Intervensi Endovaskuler
kekambuhan TIA dengan menghilangkan sumber oklusi lebih dari 70%.
Intervensi Endovaskuler terdiri dari: angioplasty and stenting, mechanical clot
distruption dan clot extraction. Tujuan dari intervensi endovaskuler adalah
menghilangkan trombus dari arteri intrakarnial
Pada pengobatan hipertensi stadium II diberikan ramipril dikombinasikan dengan
amplodipine, penggunaan amplodipine dilanjutkan karena mengkombinasikan dengan obat
golongan ACE, dilakukan juga terapi.
Untuk terapi non farmakologi atau evaluasi pada pasien penderita stroke dan
hipertensi adalah dengan cara:
1. Mengurangi makanan minuman cepat saji
2. Mengurangi makanan yang mengandung kalium (garam)
3. Istirahat yang cukup
4. Minum obat secara teratur dan tepat waktu
5. Hindari stres agar tekanan darah tidak naik
6. Makan makanan yang sehat seperti sayuran dan buah-buahan
7. Mengurangi aktivitas yang berat
Terapi farmakologi
1. Aspirin
Indikasi: profilaksis penyakit cerebrovaskuler atau infrag miokard
Efek samping: bronkuspasme mual muntah nyeri ulserasi dan perdarahan saluran cerna
perdarahan rahim trombositopenia tinnitus
Dosis: 150 sampai 300 mg dan dosis pemeliharaan 75 sampai 100 mg setiap harinya untuk
jangka panjang
2. Clopidogrel
Indikasi: mencegah kejadian aterotrombosit pada pasien yang menderita infrag
miokard stroke iskemik atau penyakit arteri perifer sindrom koroner akut
Efek samping: dispepsia nyeri perut diare perdarahan mual muntah gastritis perut kembung
konstipasi tukak lambung usus besar sakit kepala pusing leukopenia
Dosis: dosis awal 1 x300 mg per hari lalu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1x 75 MG
per hari
3. Ramipril
Indikasi: penderita hipertensi dal dengan menurunkan tekanan darah
Efek samping: hipotensi gangguan fungsi ginjal batuk kering yang menetap angioederm ruam
kulit gangguan pengecapan gangguan saluran cerna mual muntah dispepsia diare konstipasi
dan nyeri abdomen
Dosis: dosis awal 1 x 2,5 MG per hari dosis pemeliharaan 2,5-5 /MG per hari dosis maksimal
10 mg per hari terapi pada infak miokard akut 2,5-10 mg per hari dalam 1 atau 2 dosis .
4. Amlodipin
Indikasi: hipertensi profilaxis angina
Efek samping: edema prettybial gangguan tidur sakit kepala letih hipertensi tremor aritmia
takikardia mual nyeri perut ruam kulit wajah memerah
Dosis: dosis awal 1 x 5 MG per hari dosis maksimal 10 mg per hari pasien lanjut usia atau
gangguan fungsi hati dosis awal 1 x 2,5 MG per hari
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada pengobatan pasien dengan penderita kasus stroke dan hipertensi dapat disimpulkan
bahwa:
a. Pada pengobatan untuk pasien mengalami stroke karena tekanan darah 185/110
mmg/dl diberikan dual antiplatelet yang berfungsi untuk meninngkatkan kecepatan
rekalinasasi spontan dan perbaikan mikvaskular salah satunya yang efektif yaitu
aspirin dan clopidogrel karena sesuai dari guidline dan alogaritma pada stroke
iskemik yang diberikan untuk terapi trombolitik.
b. Pada pengobatan hipertensi stadium II diberikan ramipril dikombinasikan dengan
amplodipine, penggunaan amplodipine dilanjutkan karena mengkombinasikan dengan
obat golongan ACE, dilakukan juga terapi.
6.2 Saran
Monitoring terhadap pasien yang mendapat rtPA (alteplase), pemberian aspirin ditunda
sampai 24 jam selama 21 hari pada pasien dengan stroke minor,dan menggunakan
antiplatelet dual (aspirin danclopidogrel) untuk mencegah resiko stroke sekunder dan
pemberian obat antihipertensi ramipril yang dikombonasikan dengan obat golongan CCB
danditerapi.
DAFTAR PUSTAKA
Nastiti, Dian. Gambaran faktor risiko kejadian stroke pada pasien stroke rawat inap di R
Krakatau Medika. Jakarta: Universitas Indonesia, 2012
Mohamad bachrudin,2015 MODEL DIAGNOSTIK STROKE BERDASARKAN
GEJALA KLINIS. Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika