Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK CARDIOGENIK

OLEH:
PUTRI DJ. DOHANIS
NIM: PO7120422068

Preceptor Ruangan Preceptor Institusi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU PROGRAM
STUDI PROFRESI NERS PALU
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK CARDIOGENIK

A.   Definisi
Syok kardiogenik adalah gangguan fungsi sirkulasi mendadak

dan kompleks yang mengakibatkan hipoksia jaringan akibat

 berkurangnya curah jantung pada keadaan volume intravaskular yang cukup


( Djener, 2015 )
Syok kardiogenik adalah gangguan hemodinamik yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung untuk memberikan asupan darah yang adekuat kepada
jaringan untuk memenuhi kebutuhan basal. Syok kardiogenik merupakan suatu
kondisi hipotensi persisten dan hipoperfusi jaringan akibat

kegagalan fungsi jantung dengan volume intravaskular dan tekanan pengisian ventrikel kiri
yang memadai. Dengan kata lain pada syok kardiogenik
terjadi penurunan curah jantung sistemik yang dapat mengakibatkan hipoksemia
jaringan dalam kondisi volume intravaskular yang cukup (Califf & Bengston,2008)

B.   Klasifikasi
Syok dapat dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin lama semakin berat.

1.   Tahap I, syok berkompensasi (non-progresif), ditandai dengan respons


kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran

lebih lanjut.
2.   Tahap II, tahap progresif, di tandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi
dan kemunduran fungsi organ.
3.   Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian (Muttaqin, 2009).
C.   Etiologi
Syok Kardiogenik dapat disebabkan oleh iskemia ventricular

 primer, masalah struktural dan disritmia. Penyebab paling utama adalah

infark miokard akut yang menyebabkan kehilangan 40% atau lebih fungsi
miokardium mungkin terjadi setelah salah satu infark miokard besar
(biasanya dinding anterior), atau mungkin kumulatif sebagai akibat dari

 beberapainfark miokard yang lebih kecil atau infarkmiokard pada pasien dengan
disfungsi ventrikel yang sudah ada sebelumnya. Masalah structural
 pada sistem kardiopulmonari dan disritmia juga menyebabkan syok kardiogenik. Jika
mereka mengganggu aliran darah ke jantung.
Faktor penyebab syok kardiogenik adalah :
1.   Gangguan kontrakilitas miokardium

2.   Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti


 paru dan/ atau hipoperfusi iskemik
3.   Infark miokard akut
4.   Komplikasi dari infark miokard akut, seperti ruptur otot papilla, ruptur septum,
atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat)
syok kardiogenik pada pasien dengan infark yang lebih kecil

5.   Stenosis katup
6.   Miokrditis (inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)

7.   Kardiomiopati (miokardiopati, gangguan otot jantung yang tidak diketahui


penyebabnya)
8.   Trauma jantung
9.   Tamponade jantung akut 10. Komplikasi
bedah jantung (Reny, 2010)

D.   Manifestasi Klinis
Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oligouri, vasokontriksi
perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada

kardiogenik syok(Rilantoro,2008).
Arythmia akan muncul dalam bentuk yang bervariasi yang merupakan
perubahan ekstrem dari kenaikan denyut jantung, ataupun kerusakan miokard.
Dengan adanya kerusakan miokard, enzim-enzim

kardiak pada pemeriksaan laboratorium akan meningkat (Rilantoro,2008).


Sebagian besar penderita kardiogenik syok dengan edema paru disertai
naiknya PCWP, LVEDP (Left Ventrikel Diastolic Pressure). Edema paru akan
mencetuskan dyspnoe yang berat ditunjukkan dengan meningkatnya kerja nafas,
sianosis, serta krepitasi. Sedang kardiogenik syok yang tidak tertangani akan diikuti
gagal multi organ, metabolik asidosis, kesadaran yang menurun sampai koma, yang
semakin mempersulit penanganannya(Rilantoro,2008).

Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah

 berdasarkan:
Keluhan Utama Syok Kardiogenik 1. 
Oliguri (urin < 20 mL/jam)
2.   Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut)
3.    Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik
1.  Tensi turun < 80-90 mmHg. 2. 
Takipneu dan dalam.
3.   Takikardi.

4.    Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.


5.   Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6.   Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar. 7. 
Sianosis.
8.  Diaforesis (mandi keringat). 9. 
Ekstremitas dingin.
10. Perubahan mental.
A.   Patofisiologi dan Pathway

Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi

 patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah


jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke

organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen
ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan
iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa. Tanda
klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah,
hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan
haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat
penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri
pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat
penting untuk mengkaji

 beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan.


Peningkatan tekananakhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan

(LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa

 jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.


B.   Pemeriksaan Penunjang
1.   EKG ; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia
dan kerusakan pola.
2.   ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3.   Rontgen dada; menunjukan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam
 pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4.   Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5.   Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri koroner.
6.   Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic.

7.   Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF

memperburuk PPOM.
8.   AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.

9.   Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan

 jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK


dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH) (Bakta, 2009).

C.   Komplikasi

Penderita cedera sedang hingga kepala berat sangat rentan mengalami


komplikasi, baik sesaat setelah trauma atau beberapa minggu setelahnya
 jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:

1.   Penurunan kesadaran, seperti penurunan kesadaran hingga koma,


kematian sel otak (brain death), locked-in syndrome, dan kondisi
2.   Kejang-kejang berulang atau disebut juga dengan epilepsi pasca- trauma.
3.   Kerusakan saraf yang dapat memicu masalah lainnya seperti

kelumpuhan otot wajah, penglihatan ganda hingga kehilangan kemampuan


melihat, sulit menelan, dan kerusakan pada indra
 penciuman.
4.   Kerusakan pembuluh darah yang berpotensi memicu stroke dan
 pembekuan darah.
5.   Infeksi akibat bakteri yang masuk diantara luka atau tulang yang patah. Jika tidak
diobati, kondisi ini dapat menyerang sistem saraf lainnya dan menyebabkan
penyakit meningitis.

6.   Pembendungan cairan otak di mana cairan serebrospinal terkumpul

 pada ruang ventrikel otak dan menimbulkan peningkatan tekanan otak


7.   Penyakit degenerasi otak, meliputi demensia pugilistika, penyakit Alzheimer, dan
penyakit Parkinson (Bakta, 2009).

D.   Pencegahan
Mencegah serangan jantung merupakan langkah utama untuk menghindari syok
kardiogenik. Terdapat banyak langkah pencegahan sederhana yang bisa kita lakukan.
Diantaranya adalah :

1.   Mengontrol tekanan darah tinggi (hipertensi) dengan membatasi

garam dan alkohol membantu menjaga hipertensi.


2.   Jangan merokok.
3.   Mempertahankan berat badan yang sehat (ideal).
Kelebihan berat badan berkontribusi untuk serangan jantung dan gagal

 jantung, seperti tekanan darah tinngi, penyakit jantung dan diabetes.


4.   Menjaga pola makan.
Menurunkan kolesterol dan lemak jenuh dalam diet anda. Makan kurang
kolesterol dan lemak terutama lemak jenuh dapat menguranggi resiko penyakit
jantung .

5.   Berolahraga secara teratur.


Latihan dapat menurunkan tekanan darah anda, meningkatkan tingkat high-
density lipoprotein (HDL) kolesterol dan meningkatkan kesehatan jantung dan
pembuluh darah anda. Hal ini juga dapat

membantu mengontrol berat badan, mengendalikan diabetetes dan menguranggi


stress.

I.   Managemen Keperawatan
Pencegahan syok kardiogenik adalah salah satu tanggung jawab utama

 perawat di area keperawatan kritis. Tindakan pencegahan termasuk mengidentifikasi


pasien pada risiko dan pengkajian serta manajemen status kardiopulmuner pasien.
Pasien dalam syok kardiogenik mungkin memiliki sejumlah diagnosis keperawatan,
tergantung pada perkembangan penyakit.

Prioritas keperawatan diarahkan terhadap :


1.   Membatasi permintaan oksigen miokard. 2. 
Peningkatan pasokan oksigen miokard.
3.   Mempromosikan kenyamanan dan dukungan emosional.

4.   Mempertahankan pengawasan terhadap komplikasi.


Langkah-langkah untuk membatasi kebutuhan oksigen miokard meliputi :

1.   Pemberian analgesik, sedatif, dan agen untuk mengontrol afterload dan


disritmia.
2.   Posisi pasien untuk kenyamanan. 3. 
Membatasi aktivitas.
4.  Menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman. 5. 
Memberikan dukungan untuk mengurangi kecemasan.

6.  Memberikan pemahaman terhadap pasien tentang kondisinya (Idrus A, 2010).

J.   Penanganan Syok
Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal yang
pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban dalam keadaan syok
adalah :

a.  Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk

 penolong maupun yang ditolong (contoh keadaan berbahaya : di

tengah kobaran api)


 b.  Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway)
c.   Periksa pernafasan korban (Breathing)
d.   Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation)
e.   Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear
f.   Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal dengan
selimut)

g.   Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu

 bantuan medis tiba.


K.   Penanganan Syok di Rumah Sakit
1.   Pengawasan dan pencegahan
2.   Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggap darurat

3.   CPR berkualitas tinggi secepatnya 4. 


Defribilasi cepat
5.   Bantuan hidup lanjut dan perawatan pasca serangan jantung
a)   Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya
dilakukan intubasi.
 b)  Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan masker
untuk mempertahankan PO2 70 - 120 mmHg
c)   Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang
ada harus diatasi dengan pemberian morfin

d)   Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam


basa yang terjadi.
e)   Bila mungkin pasang CVP
f)   Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti
hemodinamik (AHA, 2015).
Medikamentosa :
a)  Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
 b)  Anti ansietas, bila cemas.
c)   Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi

d)   Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit


e)   Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi
 jantung tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m
f)   Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m.bila ada dapat diberikan amrinon IV
g)    Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
h)   Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
 jaringan
i)   Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel

(Cuculich and Kates,2009).


L.   Penanganan Syok di Luar Rumah Sakit
1.   Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggapan darurat.

2.   CPR berkualitas tinggi secepatnya 3. 


Defriblilasi cepat
4.   Layanan medis darurat dasar dan lanjut
5.   Bantuan hidup lanjut dan perawatan pasca serangan jantung (AHA,
2015)
ASUHAN KEPERAWATAN

A.   Pengkajian

  1. Pengkajian primer
a.  Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi

 pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya

 benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap

 jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan
seperti snoring. 

 b.  Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu

 pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi


 pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma

 pada dada. 
c.   Circulation  : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi. 

d.   Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.


e.   Eksposur

1)   Paparkan tubuh pasien secara luas


2)   Memeriksa dan meraba bagian belakang untuk kelainan,
menggunakan tindakan pencegahan tulang belakang leher untuk
menggulingkan pasien jika ada kemungkinan trauma. Juga, periksa
kulit untuk ruam, lesi jelas lainnya dan tanda- tanda trauma

3)   Perhatikan setiap bau tertentu tentang pasien,


4)   Mengukur suhu rektal
2. pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat


memanfaatkan format AMPLE (alergi, medikasi,
 past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai

dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang
lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.
3.   Sirkulasi 
a.   Gejala: riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.

 b.  Tanda: tekanan darah turun <90 mmHg atau dibawah, perubahan

 postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau
lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilitas

ventrikel. Gejala hopoperfusi jaringan kulit; dioforesis (kulit lembab) pucat,


akral dingin, sianosa, vena-vena pada punggung
tangan dan kaki kolaps.
4.   Eliminasi
a.   Gejala: produksi urine <30ml/jam
 b.  Tanda: oliguri
5.    Nyeri atau ketidaknyamanan
a.   Gejala: nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada

dada anterio substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang,


wajah, tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung, leher, dengan kualitas chrusing, menyempit,
berat, tertekan, dengan skala biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin
dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.

 b.  Tanda: wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang,

mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau


irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna

kulit atau kelembaban bahkan penurunan kesadaran.


B.   Diagnosa
Masalah keperawatan yang muncul :
1.   Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung

2.   Intoleransi aktivitas ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan


kebutuhan, adanya iskemik/nekrotik jaringan miokard 
3.   Gangguan rasa aman nyaman / nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik, trauma

4.   Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan difusi neouromuskular  

C.   Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi

(Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :


efektif b/d menurunnya
curah jantung, 1.
  Circulation status Peripheral Sensation
hipoksemia jaringan, Management
2.
  Tissue Prefusion : cerebral
asidosis dan (Manajemen sensasi
kemungkinan thrombus Kriteria Hasil : perifer)
atau emboli 1.   Monitor adanya
1.   Mendemonstrasikan status sirkulasi
yang ditandai dengan : daerah tertentu yang
Definisi : 2.   Tekanan systole dandiastole dalam hanya peka terhadap
rentang yang diharapkan  panas/dingin/tajam/tu
Penurunan pemberian 3.   Tidak ada ortostatikhipertensi mpul
oksigen dalam kegagalan 2.   Monitor adanya
memberi makan jaringan 4.   Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan
 pada tingkat kapiler intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)  paretese
5.   mendemonstrasikan kemampuan
3.   Instruksikan keluarga
kognitif yang ditandai dengan: untuk mengobservasi
kulit jika ada lsi atau
6.    berkomunikasi dengan jelas dan sesuai laserasi
dengan kemampuan 4.   Gunakan sarun tangan
7.   menunjukkan perhatian, konsentrasi dan
orientasi untuk proteksi
8.   memproses informasi
5.   Batasi gerakan pada
9.   membuat keputusan dengan benar kepala, leher dan
 
10. menunjukkan fungsi sensori motori  punggung
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
6.   Monitor kemampuan
mambaik, tidak ada gerakan gerakan
BAB
involunter
7.   Kolaborasi pemberian

analgetik
8.   Monitor adanya
tromboplebitis
9.   Diskusikan menganai

 penyebab perubahan
sensasi

Diagnosa  Tujuan  Intervensi 


1.   (00092)Intoleransi
aktivitas berhubungan  NOC  NIC
dengan 1.   Self care: ADLs 1.   Monitor TTV sebelum
ketidakseimbangan
antara suplai oksigen 2.   Toleransi aktivitas Dan segera setelah
dan kebutuhan, 3.  Konservasi energy aktivitas, khusunya bila
adanya  pasien menggunakan
iskemik/nekrotik Kriteria: vasolidator.
 jaringan miokard. Domain 1.   Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 2.   Membatu pasien dalam
disertai peningkatan tekanan darah, nadi melakukan perawatan
4. dan RR   diri sesuai indikasi.
Aktivitas/istirahat 2.   Mampu melakukan aktivitas sehari-hari 3.   Berikan edukasi kepada
Kelas 3. (ADLs) secara mandiri 
Keseimbangan Energi  3.   Tanda-tanda vital dalam batas  Pasien atau keluarga
normal(120/90 mmhg)  untuk menghindari
 peringatan tekanan
abdomen, contohnya
mengejan pada saat
defekasi.
4.   Kolaborasi tentang
mengimplementasikan
 program rehabillitasi
 jantung atau aktivitas. 
Diagnosa Tujuan Intervensi
2.  (00132) Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Management Nyeri (140)
 b.d Agen cedera selama 3X24 Jam, diharapkan nyeri
a.  Kaji tingkat nyeri,
 biologis.  berkurang dengan kriteria :
Domain 12. Kontrol Nyeri (1605) meliputi: lokasi,
karakteristik, durasi,
Kenyamanan Kelas 1.   Pasien dapat mengenal faktor
frekuensi, kualitas,
1.  penyebab nyeri intensitas/beratnya
Kenyamanan fisik. nyeri, faktor-faktor
2.   Pasien dapat melaporkan nyeri  presipitasi
 berkurang.   b.  Berikan informasi
3.   Klien dapat mengekspresikan nyeri
tentang nyeri
c.   Ajarkan teknik relaksasi
dengan wajah yang tidak meringis. 
nafas dalam atau distraksi
d.   Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
e.   Kolaborasi dengan
Dokter untuk pemberian
obat analgetik.
Diagnosa Tujuan  Intervensi 

4.   (00032)Pola Nafas
tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 1.   Buka jalan nafas, gunakan
jam, diharapkan pola nafas tidak teknik chin lift atau jaw
Difusi
 Neouromuskular    efektif dapat diatasi dengan criteria Hasil : 1.  thrust bila perlu
Domain Mendemontrasikan batuk efektif dan 2.   Posisikan pasien untuk
4. memaksimalkan ventilasi
Aktivitas/istirahat suara nafas yang bersih, tidak ada 3.   Identifikasi pasien
Kelas 4. Respon siapnosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,mampu bernafas  perlunya
kardiovaskuler/pul
monal dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 pemamasanganalat jalan
2.   Menunjukan jalan nafas yang paten
nafas buatan
(pasien tidak merasa tertekik,irama 4.   Pasang mayo bila perlu
nafas,frekuensi pernafasan,dalam 5.   Lakukan fisioterapi dada
rentang normal,tidak ada suara nafas
abnormal)  bila perlu
3.   Tanda tanda vital dalam rentang normal
6.   Kelurkan batu dengan cara
(tekanan darah, pernafasan, nadi) 
 batuk atau section
7.   Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
8.   Lakukan section paada
mayo
9.   Berikan bronkodilator bila
 perlu
10.  Berikan pelembab udara
kasaa basa NACl lembab
11.  Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
kesimbangan
12.  Monitor respirasi dan
status O2 
13.  Bersihkan mulut,hidung
dan secret area
14.  Pertahankan jalan nafas
yang paten 
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/15116125/Klasifikasi_Syok diakses pada tanggal 29 September


2018 pukul 10.00 WIB
https://www.scribd.com/doc/225745447/ASKEP-SYOK-KARDIOGENIK diakses pada
tanggal 29 September 2018 pukul 10.30 WIB
Mubin. 2008. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan terapi, Edisi 2.

EGC: Jakarta

Rack CE. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 3. EGC. Jakarta. 2010.

Hal 243-249

Reny, Yuli. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Rilantoro, L.
I, dkk. 2008. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai penerbit Fakultas
Kedokteran UI

http://search.proquest.com/results.bottompagelinks:gotopage/2?t:ac=47468FFF5
94E4F98PQ/1#scrollTo
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
 sistem Kardiovaskular dan Hematodologi . Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai