HT EMERGENCY
OLEH :
NIM : PO7120422081
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HT EMERGENCY
A. PENGERTIAN
Hipertensi emergensi adalah keadaan gawat medis ditandai dengan tekanan darah
sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan organ target akut
(Aronow, 2017).
Hipertensi emergensi juga didefinisikan sebagai peningkatan berat pada tekanan darah
(> 180/120 mmHg) yang terkait dengan bukti kerusakan organ target yang baru atau memburuk
(Whelton et al., 2017).
Hipertensi emergensi ditandai oleh peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik
atau keduanya, yang terkait dengan tanda atau gejala kerusakan organ akut (yaitu sistem saraf,
kardiovaskular, ginjal). Kondisi ini memerlukan pengurangan tekanan darah segera (tidak harus
normalisasi), untuk melindungi fungsi organ vital dengan pemberian obat antihipertensi secara
intravena (Cuspidi and Pessina, 2014). Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah
utama dan sering mendadak, terkait dengan disfungsi organ target progresif dan akut. Hal ini
dapat terjadi sebagai kejadian serebrovaskular akut atau fungsi serebral yang tidak teratur,
sindrom koroner akut dengan iskemia atau infark, edema paru akut, atau disfungsi ginjal akut.
Tekanan darah sangat tinggi pada pasien dengan kerusakan organ target akut yang sedang
berlangsung, dan merupakan keadaan gawat medis yang sebenarnya, yang memerlukan
penurunan tekanan darah segera (walaupun jarang
ke kisaran normal) (Elliott et al., 2013).
Hipertensi emergensi merupakan kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai
kerusakan organ target akut yang progresif. Pada keadaan ini diperlukan tindakan penurunan
tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit-jam. (Turana et al., 2017).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipertensi darurat (emergency hypertension) yaitu
kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolic
≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga
tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam.
B. ETIOLOGI
Berikut ini adalah penyebab hipertensi emergensi (Alwi et al., 2016):
8. Epistaksis berat.
C. KLASIFIKASI
Hipertensi emergensi termasuk salah satu kelompok krisis hipertensi.
Sindroma klinis krisis hipertensi meliputi (Alwi et al., 2016):
6. Mual, muntah
(Vidt, 2014; Alwi et al., 2016)
2.1.1 Komplikasi
1. Ensefalopati hipertensi
2. Infark serebral
3. Pendarahan intraserebral
4. Retinopati
7. Diseksi aorta
9. Eklampsia
(Cuspidi and Pessina, 2014; Turana et al., 2017)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium awal dan penunjang yang dilakukan disesuaikan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan serta ketersediaan fasilitas. Berikut
pemeriksaan penunjang bagi pasien hipertensi emergency (Alwi et al., 2016):
1. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
H. PENTALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan hipertensi emergensi tergantung pada jenis kerusakan organ. Pada stroke
iskemik akut tekanan darah diturunkan secara perlahan, namun pada kasus edema paru akut atau
diseksi aorta dan sindroma koroner akut maka penurunan tekanan darah dilakukan dengan
agresif. Penurunan tekanan darah bertujuan menurunkan hingga < 25% MAP pada jam pertama,
dan menurun perlahan setelah itu. Obat yang akan digunakan awalnya intravena dan selanjutnya
secara oral, merupakan pengobatan yang direkomendasikan (Turana et al., 2017). Secara umum,
penggunaan terapi oral tidak disarankan untuk hipertensi emergensi (Whelton et al., 2017),
sebaiknya menggunakan parenteral (Whelton et al., 2017; Elliott et al., 2013). Obat yang cukup
sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral
yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Pada orang dewasa dengan hipertensi emergensi, disarankan masuk ke unit perawatan
intensif (ICU), dilakukan pemantauan secara terus-menerus terhadap tekanan darah dan
kerusakan organ target dengan pemberian obat parenteral yang tepat. Tekanan darah sistolik
harus dikurangi menjadi < 140 mmHg selama satu jam pertama dan < 120 mmHg pada diseksi
aorta.
I. Pengkajian skunder
1. Identitas pasien
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan
2. Riwayat kesehatan
3. Pola fungsional
1. Aktivitas/ Istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
1) Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
4. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit
ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
1) Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
8. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body Mass Index) yaitu berat dalam
kg dibagi tinggi dalam m².
5. Diagnosa Keperawatan
6. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
2) Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
3) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer c; Auskultasi tonus jantung dan
bunyi napas
3) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
4) Catat edema umum
5) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung
6) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
7) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
8) Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan
leher, meninggikan kepala tempat tidur
9) Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
10) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
11) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
12) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring
2) Tinggikan kepala tempat tidur
3) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
4) Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5) Amati adanya hipotensi mendadak f; Ukur masukan dan pengeluaran
6) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program h; Pantau elektrolit,
BUN, kreatinin sesuai program
4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
6) Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
7. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
8. Evaluasi
3. Pengetahuan-perilaku
Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikankeluarga
dapat menjelaskan manfaat dari tindakan keperawat