Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan
pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth, 2001). Bronchopneu monia
disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang
menyebabkana bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh
eksudat yang berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang
terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan
atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan
tubuh.

2. Anatomi Fisiologi

1
a. Anatomi
Sistem pernapasan terdiri atas:
- Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara
ke dan dari paru-paru. Jalan naps ini berfungsi sebagai penyaring
kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirupkan ke dalam paru-paru.
- Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut
ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring,orofaring dan
laringgofaring.
- Laring
Sturktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkin terjadinya vokalisasi,
melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara.
Dan terdiri atas : epiglotis,glotis,kartilago tiroid, kartilago krikoid,
kartilago aritenoid dan pita suara.
- Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16-20 cincin yang
dari tulang-tulang rawan.
- Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
- Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar tediri dari
gelembung alveoli. Paru-paru di bagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-
paru kanan dan kiri , dimana paru-paru kanan terdiri atas 3 lobus dan
paru-paru kiri terdiri 2 lobus.

2
b. Fisiologi
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap
yaitu :
- Ventilasi
Ventilasi merupakan proses dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan
pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan
ekspirasi.
- Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
- Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO1 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, curah jantung, kondisi pembuluh
darah, latihan, eritrosit dan Hb.

3. Etiologi

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan


oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

3
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

4. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae
atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran
pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di
tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi
saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler
dan alveoli.
b. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

4
5. Pathway Keperawatan

5
6. Manifestasi Klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, Takipnea, bunyi nafas di atas
area yang menglami konsolidasi, krekels dan ronchi

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :

1. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara
C, Long, 1996 : 435)
3. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
4. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

b. Pemeriksaan Radiologi :

1. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

6
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C,
Long, 1996 : 435)
2. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

8. Penatalaksanaan
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan
pemberian bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x
500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

9. Komplikasi
a. Atelektasis : Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistomik
e. Endokarditis : peradangan pada endokardium.
f. Meningitis : Peradangan pada selaput otak.

7
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas.
2) Riwayat Keperawatan.
a) Keluhan utama.
klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan
atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
c) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan
dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak
menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena

8
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan
infeksi sekunder.
g) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h) Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
3) Pemeriksaan persistem.
a) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b) Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan klien sulit bernapas,
pernapasan cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk
produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan
tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada
daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas
dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c) Sistem pencernaan.
klien malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama,
mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan personde.
d) Sistem eliminasi.
klien menderita diare, atau dehidrasi,
e) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus
pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g) Sistem endokrin.

9
Tidak ada kelainan.
h) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering.
i) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 /
m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan
test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak
rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah
tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :
- Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan
OMA.
- Luas daerah paru yang terkena.
- Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu
atau beberapa lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

b. Diagnosa Keperawatan

10
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan
batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses
infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan
muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
6. Defisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh,
kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.

11
c. Rencana keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Bersihan NOC: · Pastikan kebutuhan oral / tracheal
1 Jalan Nafas berhubungan · Respiratory status : suctioning.
dengan: Ventilation · Berikan O2 ……l/mnt,
· Infeksi, disfungsi · Respiratory status : metode………
neuromuskular, hiperplasia Airway patency · Anjurkan pasien untuk istirahat dan
dinding bronkus, alergi jalan · Aspiration Control napas dalam
nafas, asma, trauma Setelah dilakukan tindakan · Posisikan pasien untuk
· Obstruksi jalan nafas : keperawatan selama memaksimalkan ventilasi
spasme jalan nafas, sekresi …………..pasien · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tertahan, banyaknya mukus, menunjukkan keefektifan · Keluarkan sekret dengan batuk atau
adanya jalan nafas buatan, jalan nafas dibuktikan suction
sekresi bronkus, adanya dengan kriteria hasil : · Auskultasi suara nafas, catat adanya
eksudat di alveolus, adanya · Mendemonstrasikan batuk suara tambahan
benda asing di jalan nafas. efektif dan suara nafas · Berikan bronkodilator :
DS: yang bersih, tidak ada · ………………………
· Dispneu sianosis dan dyspneu · ……………………….
DO: (mampu mengeluarkan · ………………………
· Penurunan suara nafas sputum, bernafas dengan · Monitor status hemodinamik
· Orthopneu mudah, tidak ada pursed · Berikan pelembab udara Kassa
· Cyanosis lips) basah NaCl Lembab
· Kelainan suara nafas (rales, · Menunjukkan jalan nafas · Berikan antibiotik :
wheezing) yang paten (klien tidak …………………….
· Kesulitan berbicara merasa tercekik, irama …………………….
· Batuk, tidak efekotif atau nafas, frekuensi · Atur intake untuk cairan
tidak ada pernafasan dalam rentang mengoptimalkan keseimbangan.
· Produksi sputum normal, tidak ada suara · Monitor respirasi dan status O2
· Gelisah nafas abnormal) · Pertahankan hidrasi yang adekuat
· Perubahan frekuensi dan · Mampu untuk mengencerkan sekret
irama nafas mengidentifikasikan dan · Jelaskan pada pasien dan keluarga
mencegah faktor yang tentang penggunaan peralatan : O2,
penyebab. Suction, Inhalasi.
· Saturasi O2 dalam batas
normal
· Foto thorak dalam batas
norma
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
2 Berhubungan dengan : · Respiratory Status : Gas · Posisikan pasien untuk
-ketidakseimbangan perfusi exchange memaksimalkan ventilasi
ventilasi · Keseimbangan asam
· Pasang mayo bila perlu
-perubahan membran Basa, Elektrolit · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kapiler-alveolar · Respiratory Status · : Keluarkan sekret dengan batuk atau
ventilation suction

12
DS: · Vital Sign Status · Auskultasi suara nafas, catat
- sakit kepala ketika bangun Setelah dilakukan adanya suara tambahan
- Dyspnoe tindakan keperawatan · Berikan bronkodilator ;
- Gangguan penglihatan selama …. Gangguan -………………….
DO: pertukaran pasien teratasi -………………….
- Penurunan CO2 dengan kriteria hasi: · Barikan pelembab udara
- Takikardi · Mendemonstrasikan · Atur intake untuk cairan
- Hiperkapnia peningkatan ventilasi dan mengoptimalkan keseimbangan.
- Keletihan oksigenasi yang adekuat · Monitor respirasi dan status O2
- Iritabilitas · Memelihara kebersihan · Catat pergerakan dada,amati
- Hypoxia paru paru dan bebas dari kesimetrisan, penggunaan otot
- kebingungan tanda tanda distress tambahan, retraksi otot
- sianosis pernafasan supraclavicular dan intercostal
è -warna kulit abnormal (pucat,· Mendemonstrasikan · Monitor suara nafas, seperti
kehitaman) batuk efektif dan suara dengkur
- Hipoksemia nafas yang bersih, tidak · Monitor pola nafas : bradipena,
- hiperkarbia ada sianosis dan dyspneu takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
- AGD abnormal (mampu mengeluarkan cheyne stokes, biot
- pH arteri abnormal sputum, mampu bernafas · Auskultasi suara nafas, catat area
-frekuensi dan kedalaman dengan mudah, tidak ada penurunan / tidak adanya ventilasi
nafas abnormal pursed lips) dan suara tambahan
· Tanda tanda vital dalam · Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
rentang normal ststus mental
· AGD dalam batas normal· Observasi sianosis khususnya
· Status neurologis dalam membran mukosa
batas normal · Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat tambahan
(O2, Suction, Inhalasi)
· Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung

Hipertermia NOC: NIC :


3 Berhubungan dengan : Thermoregulasi · Monitor suhu sesering mungkin
· penyakit/ trauma · Monitor warna dan suhu kulit
· peningkatan metabolisme Setelah dilakukan · Monitor tekanan darah, nadi dan
· aktivitas yang berlebih tindakan keperawatan RR
· dehidrasi selama………..pasien · Monitor penurunan tingkat
menunjukkan : kesadaran
DO/DS: Suhu tubuh dalam batas · Monitor WBC, Hb, dan Hct
· kenaikan suhu tubuh diatas normal dengan kreiteria · Monitor intake dan output
rentang normal hasil: · Berikan anti piretik:
· serangan atau konvulsi · Suhu 36 – 37C · Kelola
(kejang) · Nadi dan RR dalam Antibiotik:………………………..
· kulit kemerahan rentang normal · Selimuti pasien

13
· pertambahan RR · Tidak ada perubahan · Berikan cairan intravena
· takikardi warna kulit dan tidak ada · Kompres pasien pada lipat paha dan
· Kulit teraba panas/ hangat pusing, merasa nyaman aksila
· Tingkatkan sirkulasi udara
· Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
· Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
· Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
· Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: · Kaji adanya alergi makanan


4 kurang dari kebutuhan a. Nutritional status: · Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake · Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan · Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi. selama….nutrisi kurang membuat catatan makanan harian.
DS: teratasi dengan indikator: · Monitor adanya penurunan BB dan
· Nyeri abdomen · Albumin serum gula darah
· Muntah · Pre albumin serum · Monitor lingkungan selama makan
· Kejang perut · Hematokrit · Jadwalkan pengobatan dan
· Rasa penuh tiba-tiba setelah· Hemoglobin tindakan tidak selama jam makan
makan · Total iron binding· Monitor turgor kulit
DO: capacity · Monitor kekeringan, rambut kusam,
· Diare · Jumlah limfosit total protein, Hb dan kadar Ht
· Rontok rambut yang · Monitor mual dan muntah
berlebih · Monitor pucat, kemerahan, dan
· Kurang nafsu makan kekeringan jaringan konjungtiva
· Bising usus berlebih · Monitor intake nuntrisi
· Konjungtiva pucat · Informasikan pada klien dan
· Denyut nadi lemah keluarga tentang manfaat nutrisi
· Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
· Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
· Kelola pemberan anti emetik:.....
· Anjurkan banyak minum
· Pertahankan terapi IV line
· Catat adanya edema, hiperemik,

14
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval

Intoleransi aktivitas NOC : NNIC :


5 Berhubungan dengan : Self Care : ADLs
· · Observasi adanya pembatasan klien
· Tirah Baring atau
Toleransi aktivitas
· dalam melakukan aktivitas
imobilisasi Konservasi eneergi
· · Kaji adanya faktor yang
· Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
· Ketidakseimbangan antara tindakan keperawatan· Monitor nutrisi dan sumber energi
suplei oksigen selama
dengan …. Pasien yang adekuat
kebutuhan bertoleransi terhadap· Monitor pasien akan adanya
Gaya hidup yang
aktivitas dengan Kriteria kelelahan fisik dan emosi secara
dipertahankan. Hasil : berlebihan
DS: Berpartisipasi
· dalam· Monitor respon kardivaskuler
· Melaporkan secara verbal aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas (takikardi,
adanya kelelahan atau
disertai peningkatan disritmia, sesak nafas, diaporesis,
kelemahan. tekanan darah, nadi dan pucat, perubahan hemodinamik)
· Adanya dyspneu atau
RR · Monitor pola tidur dan lamanya
ketidaknyamanan saat
Mampu
· melakukan tidur/istirahat pasien
beraktivitas. aktivitas sehari hari· Kolaborasikan dengan Tenaga
DO : (ADLs) secara mandiri Rehabilitasi Medik dalam
· Keseimbangan aktivitas merencanakan progran terapi yang
· Respon abnormal dari dan istirahat tepat.
tekanan darah atau nadi · Bantu klien untuk mengidentifikasi
terhadap aktifitas aktivitas yang mampu dilakukan
· Perubahan ECG : aritmia, · Bantu untuk memilih aktivitas
iskemia konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
· Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
· Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
· Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
· Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
· Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
· Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas

15
· Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
· Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

Defisit Volume Cairan NOC: NNIC :


6 Berhubungan dengan: · Fluid balance · Pertahankan catatan intake dan
· Kehilangan volume cairan · Hydration output yang akurat
secara aktif · Nutritional Status : Food· Monitor status hidrasi ( kelembaban
· Kegagalan mekanisme and Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat,
pengaturan Setelah dilakukan tekanan darah ortostatik ), jika
tindakan keperawatan diperlukan
DS : selama….. defisit volume· Monitor hasil lab yang sesuai
· Haus cairan teratasi dengan dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
DO: kriteria hasil: osmolalitas urin, albumin, total
· Penurunan turgor kulit/lidah· Mempertahankan urine protein )
· Membran mukosa/kulit output sesuai dengan usia· Monitor vital sign setiap 15menit –
kering dan BB, BJ urine normal, 1 jam
· Peningkatan denyut nadi, Tekanan darah, nadi,· Kolaborasi pemberian cairan IV
·
penurunan tekanan darah, suhu tubuh dalam batas· Monitor status nutrisi
penurunan volume/tekanan normal · Berikan cairan oral
nadi · Tidak ada tanda tanda· Berikan penggantian nasogatrik
· Pengisian vena menurun dehidrasi, Elastisitas sesuai output (50 – 100cc/jam)
· Perubahan status mental turgor kulit baik,· Dorong keluarga untuk membantu
· Konsentrasi urine meningkat membran mukosa lembab, pasien makan
· Temperatur tubuh tidak ada rasa haus yang· Kolaborasi dokter jika tanda cairan
meningkat berlebihan berlebih muncul meburuk
· Kehilangan berat badan · Orientasi terhadap waktu· Atur kemungkinan tranfusi
secara tiba-tiba dan tempat baik · Persiapan untuk tranfusi
· Penurunan urine output · Jumlah dan irama· Pasang kateter jika perlu
· HMT meningkat pernapasan dalam batas· Monitor intake dan urin output
· Kelemahan normal setiap 8 jam
· Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
· pH urin dalam batas
normal
· Intake oral dan intravena
adekuat

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta :


EGC
2. Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL
3. Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba
Medika
4. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
5. Nettina, Sandra M. (1996)Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

17

Anda mungkin juga menyukai