Disusun Oleh :
Dosen pengajar :
Mata kuliah :
TA. 2020/2021
JAKARTA
1
LAPORAN PENDAHULUAN
APPENDIKSITIS
1. Definisi Appendiksitis
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usu buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Inflamasi akut pada apendiksitis verniformis dan merupakan penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat. (Brunner & Suddarth, 2014). Apabila terjadi proses
peradangan yang timbul secara mendadak pada daerah apendiks maka disebut dengan
apendiksitis akut (Permenkes, 2014). Apendiksitis akut merupakan masalah
kegawatdaruratan abdominal yang paling umum terjadi (Humes, 2016). Peradangan
apendiksitis yang mengenai semua lapisan dinding organ, dimana patogenis utamanya
diduga karena obstruksi pada lumen yang disebabkan oleh fekalit (feses keras yang
terutama disebabkan oleh serat ) (Wim de Jong et al, 2015).
2. Klasifikasi
1. Apendiksitis akut
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan faktor pencetusnya
disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limfe,
fikalit (tinja/batu), tumor apendiks dan cacing askaris yang dapat menyebabkan
sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasite (E. histolytica).
2. Apendiksitis rekurens
2
Yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong
dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan yang apendiksitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun apendiksitis tidak pernah kembali kebentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendiksitis kronis
Apendiksitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara maroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh di dinding apendiks, sumpatan parsial atau lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi.
3. Manifestasi Klinis
3
4. Anatomi Fisiologi Apendiksitis
1. Anatomi
Apendiksitis merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang
kira-kira 10cm dan berpangkal pada sekum. Apediks pertama kali tampak saat
perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans
sekum. Pada saat antenatal dan postnatal. Pertumbuhan dari sekum yang berlebih
akan menjadi apendisitis yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.
Pada bayi apendiksitis berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan
menyempit kea rah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya 12 insidens
apendiksitis pada usia tersebut. Apendiksitis memiliki lumen sempit dibagian
proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea coli
yang menyatu di persambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi
apendiksitis. Gejala klinik apendiksitis ditemukan oleh letak apendiksitis. Posisi
apendiksitis adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul)
31,01%, subcaecal (dibawah sekum) 2,26% preileal (di depan usus halus) 1% dan
postileal (dibelakang usus halus) 0,4%.
2. Fisiologi
Apendiksitis menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara
normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan
aliran lendir di muara apendiksitis tampaknya berperan pada pathogenesis
apendiksitis, immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh gut Associated
Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
appendiks ialah imunoglobulin A (Ig-A). Immunoglobulin ini sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus,
serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun,
pengangkatan apendiks tidak memengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah
jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan
seluruh tubuh.
4
5. Patofisiologi
6. Diagnosa Keperawatan
5
7. Pathway
APPENDIKSITIS
Hipertermia
Nyeri akut
Operasi
Luka insisi
Anastesi
Defisit
Kerusakan jaringan
Pintu masuk kuman anastesi
ansieta
Nyeri akut
Mual muntah
Spinal cord Nyeri6 di persepsikan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Paraf &
Tgl. No. Keperawatan Rencana Tindakan
Hasil nama jelas
(PES)
22-06- 1. Nyeri akut b.d Setelah diberikan 1. Identifikasi skala nyeri Amorizqya
agens-agens tindakan 2. Identifikasi lokasi nyeri
2021
penyebab keperawatan 3. Beri posisi nyaman
4. Monitor ttv pasien
cendera 3x24jam diharapkan
5. Kolaborasi dengan
biologis pasien mampu pemberian obat analgesik
mencapai kriteria 6.Ciptakan lingkungan yang
hasil sebagai aman dan nyaman
berikut : 7. Ajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam
1.Keluhan nyeri
menurun
2.Tekanan darah
membaik
2. Amorizqya
22-06- Defisit nutrisi Setelah diberikan 1.Identifikasi makanan yang
b.d tindakan disukai
2021
ketidakmamp keperawatan 2.Monitor berat badan
uan mencerna 3x24jam diharapkan 3.Monitor asupan makanan
4.Identifikasi alergi dan
makanan pasien mampu
intoleransi makanan
mencapai kriteria 5.Identifikasi status nutrisi
hasil sebagai 6.Monitor ttv pasien
berikut :
1.Porsi makanan
yang dihabiskan
meningkat
2.Nyeri abdomen
menurun
3.Pengetahuan
tentang pilihan
makanan yang
sehat meningkat
7
4.Nafsu makan
membaik
5.Membran mukosa
membaik
Setelah diberikan
22-06- tindakan
Gangguan Amorizqya
keperawatan 3x24 1.Identifikasi pola aktivitas
2021 pola tidur b.d
3. dan tidur
kurang kontrol jam diharapkan
2.Identifikasi faktor
tidur pasien mampu
pengganggu tidur
mencapai kriteria 3.Identifikasi obat tidur
hasil sebagai dikosumsi
berikut : 4.Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
1.Keluhan susah 5.Menjelaskan pentingnya
tidur menurun tidur cukup selama sakit
6.Monitor ttv
2.Keluhan tidak
puas tidur menurun
4.Keluhan istirahat
tidak cukup
menurun
5.Kemampuan
beraktivitas
meningkat
8
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani. (2013). Kamus Perawat: Definisi Istilah Dan Singkatan Kata-Kata dalam
Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Nurarif dan Kusuma. (2015). Keperawatan medical bedah volume 2. Jakarta: EGC.
PPNI (2018). Standar Luarani Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
9
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
10