PERITONITIS
Disusun
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN PERITONITIS
A. PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ
perut (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir
atau difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau
aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai
dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular dan sering
dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis). Apabila tidak ditemukan
sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagai primary
peritonitis. (Fauci et al, 2008). Peritonitis adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah
selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah
dalam. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi
atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi
bakteri.
B. KLASIFIKASI:
1. Peritonitis primer
Terjadi umumnya pada anak-anak dengan syndrome nefritis atau sirosis hati
lebih banyak terdapat pada anak-anak perempuan daripada laki-laki. Peritonitis
terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum melalui aliran darah
atau pada pasien perempuan melalui saluran genital.
2. Peritonitis sekunder
Peritonitis terjadi apabila kuman masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah
yang cukup banyak. Biasanya ddari lumen saluran cerna. Peritonium sekunder
ini bisa juga karena masuknya bakteri melalui saluran getah bening diagfragma.
Tetapi apabila banyak kuman masuk secara terus-menerus akan terjadi
peritonitis. Apabila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambun,
makanan, tinja, Hb, dan jaringan nekrotik atau bila imunitas menurun biasanya
terdapat campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis. Seringnya
adalah kuman-kuman aerob dan an aerob. Peritonitis juga sering terjadi apabila
ada sumber intra peritoneal seperti appendiksitis, diverticulitis, salpingitis,
kolesitits, pangkreatitis, dan lain sebagainya. Trauma bisa menyebabkan
perforasi dan akhirnya menyebabkan peritonitis. Penyebab perforasi/ yang
menyebabkan rupture pada saluran cerna adalah perforasi setelah endoskopi,
katerisasi. Selain itu peritonitis bisa terjadi setelah perforasi spontan pada tukak
peptic atau pengganasan saluran cerna, tertelannya benda asing yang tajam.
3. Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum.
Yang menimbulkan peritonitis adalah:
a. Kateter ventrikulo – peritoneal yang dipasang pada pengobatan hidrosefalus
b. Kateter peritoneal – jugular untuk mengurangi asites
c. Continous ambulatory peritoneal dialysis.
C. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
- Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
- Appendisitis yang meradang dan perforasi
- Tukak peptik (lambung / dudenum)
- Tukak thypoid o Tukan disentri amuba / colitis
- Tukak pada tumor
- Salpingitis
- Divertikulitis Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus
alpha dan beta hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.
- Operasi yang tidak steril
- Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi
peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon
terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta
merupakan peritonitis lokal.
- Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
- Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk
pula peritonitis granulomatosa.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang
saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis.
Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.
D. PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga
abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi
tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material. Awalnya material masuk ke
dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan
dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan
bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti
oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar
Pathway Post Op Laparatomi
Hospitalisasi
Respon
Rencana pembedahan
fisiologis
Laparotomi
(pembedahan abdomen)
pemasangan
Terpasang Pembentukan Post Laparotomi Terbentuknya kantong
selang drainase stoma kolostomi
NG/usus
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak lokal dan seluruh
rongga abdomen menjadi terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab
umum dari kematian pada peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau
hipovolemik. Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, yang terutama
berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus (Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).
Menurut Corwin (2000 : 528) komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah sepsis
dan kegagalan multiorgan. Dua komplikasi pasca operatif paling umum adalah
eviserasi luka dan pembentukan abses. Luka yang tiba-tiba mengeluarkan drainase
serosanguinosa menunjukan adanya dehisens luka (Brunner & Suddarth, 2002 :
1104).
H. TERAPI
1. Prinsip umum terapi:
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai,
dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal,
pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya,
bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan
menghilangkan nyeri.
2. Resusitasi cairan
Resusitasi dengan larutan saline isotonik sangat penting. Pengembalian
volume intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran
oksigen, nutrisi, dan mekanisme pertahanan. Keluaran urine tekanan vena
sentral, dan tekanan darah harus dipantau untuk menilai keadekuatan
resusitasi.
3. Terapi antibiotika
Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri
dibuat. Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian
diubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan
pada organisme mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika
berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase bedah. Harus tersedia
dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena bakteremia akan
berkembang selama operasi.
4. Laparotomi
Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan
operasi laparotomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah
yang menghasilkan jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka
serta ditutup. Jika peritonitis terlokalisasi, insisi ditujukan diatas tempat
inflamasi. Tehnik operasi yang digunakan untuk mengendalikan
kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat patologis dari saluran
gastrointestinal. Pada umumnya, kontaminasi peritoneum yang terus
menerus dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi
viskus yang perforasi.
5. Lavase peritoneum
Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang difus, yaitu dengan
menggunakan larutan kristaloid (saline). Agar tidak terjadi penyebaran
infeksi ketempat yang tidak terkontaminasi maka dapat diberikan antibiotika
( misal sefalosporin ) atau antiseptik (misal povidon iodine) pada cairan
irigasi. Bila peritonitisnya terlokalisasi, sebaiknya tidak dilakukan lavase
peritoneum, karena tindakan ini akan dapat menyebabkan bakteria
menyebar ketempat lain.
6. Tidak dianjurkan melakukan rrainase (pengaliran)
Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan, karena pipa
drain itu dengan segera akan terisolasi/terpisah dari cavum peritoneum, dan
dapat menjadi tempat masuk bagi kontaminan eksogen. Drainase berguna
pada keadaan dimana terjadi kontaminasi yang terus-menerus (misal fistula)
dan diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang tidak dapat direseksi
Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Pada Pasien
Peritonitis Di Rumah Sakit Bhayangkara Tk II Sartika Asih
Tanggal 05 Oktober 2021
1. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Jenis Keleamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
Nama : Nia
Umur : 46 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Orang Tua
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Selajam 002/001 Ds. Pasir mulya
2. STATUS KESEHATAN
- Saat ini :
Provocative/palliative :
Quantity/quality :
Region :
Severity :
Time :
2. Pernah dirawat
3. Alergi
- Terapi :
- RL 20 tts/mnt
- Ceftriaxone 2x2
- Keterolak 3x1
- Ranitidin 2x1
d. Genogram
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum Sakit :
Saat Sakit :
c. Pola Eliminasi
1. BAB
Sebelum Sakit :
Saat Sakit :
2. BAK
Sebelum Sakit :
Saat Sakit :
1. Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Mandi
Gosok gigi
Mencuci rambut
Menggunting
kuku
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
2. Latihan
Sebelum sakit :
Klien mengatakan bisa beraktivitas sehari-hari seperti pergi ke tempat
kerja
Saat sakit :
Klien mengatakan mampu untuk mobilisasi di atas tempat tidur
berpindah
b. Identitas diri
Klien sebagai seorang anak yang bekerja sebagai wiraswasta
c. Peran diri
Klien merasa sedih karena tidak dapat bekerja seperti biasanya
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa pulang dan
berkumpul dengan keluarganya
e. Harga diri
Klien menerima keadaan dan berserah diri kepada Allah
h. Pola peran-Hubungan
Hubungan klien dengan keluarga baik, semenjak sakit hubungan klien
dengan orang lain berkurang
i. Pola seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : -
Saat sakit : -
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 86x/mnt
Suhu : 36,8 C
TD : 115/75 mmHg
RR : 16x/mnt
c. Keadaan fisik
Klien tampak lemas dan pucat
b. Dada
Bentuk dada simestris, frekuensi nafasnya 16x/mnt
Paru :
Suara nafas vesicular, tidak ada suara tambahan
Jantung :
Bunyi jantung normal, tidak ada bunyi tambahan, bunyi murmur tidak
ada
d. Abdomen
Terdapat luka post operasi laparatomi, bising usus 8x/mnt, nyeri tekan
(+)
e. Genetalia
Tidak terkaji
f. Integumen
Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit >3 dtk
g. Ekstremitas
Atas dan bawah : pada ekstremitas klien kekuatan otot klien normal
kanan dan kiri, jari-jari lengkap, tidak ada edema, CRT <3 dtk
h. Neurologis
Status mental dan emosi
Klien tampak lesu, penampilannya rambut sedikit berantakan, saat bicara
suara pelan dan lambat, dan afek datar.
Pengkajian saraf kranial
1) Nervous Olfaktoris/ N I
Klien mampu mengidentifikasi bau dengan baik.
2) Nervous Optikus/ N II
Pemeriksaan reflek
d. Pemeriksaan penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
pemeriksaaan
Segmen netrofil 89 % 50-70
Lekosit 11.000 /mm3 4000-10000
Pemerikasaan tanggal 02-10-2021
2. Pemeriksaan radiologi
3. Hasil konsultasi
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain
2. Analisa data
No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1 Ds : Peritonitis Gangguaan rasa
HR : 86 x /menit
T : 36,8 C Post laparatomi
Luka insisi
Nyeri
Do :
Respon fisiologis
- Klien terbaring di
tempat tidur, tampak
Susah tidur
lemas
- Tidur 5-6 jam/hari Gangguan pola tidur
(tidak nyenyak)
TD : 110/75 mmHg
RR : 16 x /menit
HR : 87 x /menit
T : 36,8 C
3. Diagnosa Keperawatan
4. PERENCANAAN
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx
posisi) : 36,7 C
A : Masalah belum
3. Jelaskan
teratasi
pentingnya tidur
P : Intervensi dilanjutkan
cukup selama sakit
4. Sediakan tempat
tidur dan
lingkungan yang
bersih dan nyaman
No. Intervensi Implementasi EVALUASI Hari/tgl/waktu Ttd/paraf
Dx
1 1. Kaji keluhan 1. Mengkaji laporan S : Klien mengatakan Kamis
nyeri, catat nyeri, catat nyeri didaerah
lokasi, durasi, lokasi, durasi, perutnya
intensitas (skala 0- intensitas (skala 0- O:
10) dan 10) dan Skala nyeri 2
karakteristik nya karakteristiknya TD : 100/ 60 mmHg
(dangkal, tajam, (dangkal,tajam, RR : 22 x /menit
konstan). konstan)
2. Anjurkan HR : 88 x /menit
2. Pertahankan
mengambil posisi T : 36,6 C
posisi Semifowler
yang nyaman Wajahnya tampak
sesuai indikasi.
3. Jelaskan tujuan, 3. Berikan meringis.
manfaat, batasan A : Masalah teratasi
tindakan kenyamanan
dan jenis relaksasi sebagian.
(nafas dalam, latihan
yang tersedia P : Intervensi
relaksasi)
(mis. Musik, dilanjutkan.
4. Berikan
mediasi, napas
terapi antipiretik
dalam, relaksasi
sesuai program medic
otot progresif)
4. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
2. 1. Mengganti sprei S : Klien mengatakan
1. Identifikasi
sulit tidur
faktor 1x/hari
O : keadaan umum
pengganggu 2. Mengatur posisi lemah
tidur senyaman mungkin
TTV
2. Identifikasi pola 3. Menjelaskan
TD : 115/70 mmHg
aktivitas dan pentingnya tidur
RR : 20 x /menit
tidur lakukan cukup selama sakit
HR : 100 x
prosedur untuk /menit
meningkatkan T : 36,7 C
kenyamanan A : Masalah belum
(mis. Pijat, teratasi
pengaturan P : Intervensi
posisi) dilanjutkan
3. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
4. Sediakan tempat
tidur dan
lingkungan yang
bersih dan nyaman
No. Intervensi Implementasi EVALUASI Hari/tgl/waktu Ttd/paraf
Dx
1 1. Kaji keluhan 5. Mengkaji laporan S : Klien mengatakan Jumat
nyeri, catat nyeri, catat nyeri sudah hilang
lokasi, durasi, lokasi, durasi, O : keadaan umum
intensitas (skala intensitas (skala 0- baik, skala nyeri 0
0-10) dan 10) dan A : Masalah teratasi
karakteristik nya karakteristiknya P : Intervensi
(dangkal, tajam, (dangkal,tajam, dihentikan
konstan). konstan)
2. Anjurkan 6. Pertahankan
mengambil posisi Semifowler
posisi yang sesuai indikasi.
nyaman 7. Berikan
3. Jelaskan tujuan, tindakan
manfaat, batasan kenyamanan (nafas
dan jenis
dalam, latihan
relaksasi yang
relaksasi)
tersedia (mis.
8. Berikan
Musik, mediasi,
terapi antipiretik
napas dalam,
sesuai program
relaksasi otot
medic
progresif)
4. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang
dengan analgetik
atau tindakan
medis
TGL DX PERKEMBANGAN TTD/PARAF
06-10-2021 1 S : Klien mengatakan nyeri didaerah perutnya,
skala nyeri 4
O:
2. TTV
1. Identifikasi faktor 1. Mengganti sprei S : Klien mengatakan
TD : 100/ 60 mmHgbisa tidur dengan
pengganggu tidur 1x/hari
nyenyak, 6-8/hari
2. RR : 20 x posisi
Mengatur /menit O : keadaan umum
2. Identifikasi pola
HR : 102 x /menitbaik
senyaman
aktivitas dan tidur
T : 36,6 C
mungkin
lakukan prosedur TTV
3. Wajahnya cara
Menjelaskan tampak TD
meringis.
: 120/70 mmHg
untuk
A : Masalah teratasi sebagian.
meningkatkan membuat RR : 20 x
P : Intervensi dilanjutkan.
kenyamanan (mis. lingkungan rumah
I : pemberian obat /menit HR : 80memonitor tanda-
dan direncakan
tanda
yang vital, mengkajix nyeri
aman /menit
Pijat, pengaturan
E : klien mengeluh nyeri
posisi) R: tidak ada rencanaTkeperawatan
: 36,5 C yang berubah.
07-10-2021 1 S : Klien mengatakan nyeri didaerah
A : Masalah perutnya
teratasi
3. Jelaskan
O:
pentingnya tidur P : Intervensi
Skala nyeri 2
cukup selama sakit dihentikan
TD : 100/ 60 mmHg
4. Sediakan tempat
tidur dan lingkungan RR : 22 x /menit
yang bersih dan HR : 88 x /menit
nyaman T : 36,6 C