Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERITONITIS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KDP

Yang diampu oleh dosen Ibu N. Nina Putri C, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun

Ani Rahmawati 217053

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN PERITONITIS

A. PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ
perut (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir
atau difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau
aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai
dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular dan sering
dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis). Apabila tidak ditemukan
sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagai primary
peritonitis. (Fauci et al, 2008). Peritonitis adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah
selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah
dalam. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi
atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi
bakteri.

B. KLASIFIKASI:
1. Peritonitis primer
Terjadi umumnya pada anak-anak dengan syndrome nefritis atau sirosis hati
lebih banyak terdapat pada anak-anak perempuan daripada laki-laki. Peritonitis
terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum melalui aliran darah
atau pada pasien perempuan melalui saluran genital.
2. Peritonitis sekunder
Peritonitis terjadi apabila kuman masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah
yang cukup banyak. Biasanya ddari lumen saluran cerna. Peritonium sekunder
ini bisa juga karena masuknya bakteri melalui saluran getah bening diagfragma.
Tetapi apabila banyak kuman masuk secara terus-menerus akan terjadi
peritonitis. Apabila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambun,
makanan, tinja, Hb, dan jaringan nekrotik atau bila imunitas menurun biasanya
terdapat campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis. Seringnya
adalah kuman-kuman aerob dan an aerob. Peritonitis juga sering terjadi apabila
ada sumber intra peritoneal seperti appendiksitis, diverticulitis, salpingitis,
kolesitits, pangkreatitis, dan lain sebagainya. Trauma bisa menyebabkan
perforasi dan akhirnya menyebabkan peritonitis. Penyebab perforasi/ yang
menyebabkan rupture pada saluran cerna adalah perforasi setelah endoskopi,
katerisasi. Selain itu peritonitis bisa terjadi setelah perforasi spontan pada tukak
peptic atau pengganasan saluran cerna, tertelannya benda asing yang tajam.
3. Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum.
Yang menimbulkan peritonitis adalah:
a. Kateter ventrikulo – peritoneal yang dipasang pada pengobatan hidrosefalus
b. Kateter peritoneal – jugular untuk mengurangi asites
c. Continous ambulatory peritoneal dialysis.

C. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
- Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
- Appendisitis yang meradang dan perforasi
- Tukak peptik (lambung / dudenum)
- Tukak thypoid o Tukan disentri amuba / colitis
- Tukak pada tumor
- Salpingitis
- Divertikulitis Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus
alpha dan beta hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.
- Operasi yang tidak steril
- Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi
peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon
terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta
merupakan peritonitis lokal.
- Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
- Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk
pula peritonitis granulomatosa.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang
saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis.
Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.

D. PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga
abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi
tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material. Awalnya material masuk ke
dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan
dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan
bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti
oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar
Pathway Post Op Laparatomi

Trauma abdomen, perdarahan,


peritonitis, sumbatan pada usus,
massa abdomens

Hospitalisasi

Respon
Rencana pembedahan
fisiologis

Laparotomi
(pembedahan abdomen)

Selaput perut terbuka

pemasangan
Terpasang Pembentukan Post Laparotomi Terbentuknya kantong
selang drainase stoma kolostomi
NG/usus

NYERI Luka insisi Kerusakan Gangguan


Keluaran cairan Integritas Kulit Citra Tubuh
melalui selang
banyak Perubahan status Pergerakan
Adanya Peningkatan Leukosit
kesehatan terbatas
Takut luka
Resiko Tinggi terbuka
Kekurangan RESIKO
Volume Cairan Respon TINGGI
fisiologis INFEKSI Gangguan
Hambatan Pola Tidur
Kemampuan
Berpindah
Ansietas
Gelisah Susah tidur
E. TANDA DAN GEJALA
1. Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita
peritonitis umum.
2. Demam
3. Distensi abdomen
4. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung
pada perluasan iritasi peritonitis.
5. Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang
jauh dari lokasi peritonitisnya.
6. Nausea
7. Vomiting
8. Penurunan peristaltik

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak lokal dan seluruh
rongga abdomen menjadi terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab
umum dari kematian pada peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau
hipovolemik. Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, yang terutama
berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus (Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).
Menurut Corwin (2000 : 528) komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah sepsis
dan kegagalan multiorgan. Dua komplikasi pasca operatif paling umum adalah
eviserasi luka dan pembentukan abses. Luka yang tiba-tiba mengeluarkan drainase
serosanguinosa menunjukan adanya dehisens luka (Brunner & Suddarth, 2002 :
1104).

G. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


Diagnosis dari peritonitis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran klinis,
pemeriksaan laboratorium dan X-Ray
a. Gambaran klinis
Gambaran klinisnya tergantung pada luas peritonitis, berat peritonitis dan jenis
organisme yang bertanggung jawab. Peritonitis dapat lokal, menyebar, atau
umum. Gambaran klinis yang biasa terjadi pada peritonitis bakterial primer
yaitu adanya nyeri abdomen, demam, nyeri lepas tekan dan bising usus yang
menurun atau menghilang. Sedangkan gambaran klinis pada peritonitis bakterial
sekunder yaitu adanya nyeri abdominal yang akut. Nyeri ini tiba-tiba, hebat, dan
pada penderita perforasi (misal perforasi ulkus), nyerinya menjadi menyebar
keseluruh bagian abdomen. Pada keadaan lain (misal apendisitis), nyerinya
mula-mula dikarenakan penyebab utamanya, dan kemudian menyebar secara
gradual dari fokus infeksi. Selain nyeri, pasien biasanya menunjukkan gejala
dan tanda lain yaitu nausea, vomitus, syok (hipovolemik, septik, dan
neurogenik), demam, distensi abdominal, nyeri tekan abdomen dan rigiditas
yang lokal, difus atau umum, dan secara klasik bising usus melemah atau
menghilang. Gambaran klinis untuk peritonitis non bakterial akut sama dengan
peritonitis bakterial.
Peritonitis bakterial kronik (tuberculous) memberikan gambaran klinis adanya
keringat malam, kelemahan, penurunan berat badan, dan distensi abdominal;
sedang peritonitis granulomatosa menunjukkan gambaran klinis nyeri abdomen
yang hebat, demam dan adanya tanda-tanda peritonitis lain yang muncul 2
minggu pasca bedah.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang
meningkat dan asidosis metabolik. Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal
mengandung banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit;
basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur. Biopsi peritoneum per kutan atau
secara laparoskopi memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang khas, dan
merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.
c. Pemeriksaan X-Ray
Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan
usus besar berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi.
d. Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan
dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan
foto polos abdomen 3 posisi, yaitu : (rasad)
1. Tiduran telentang ( supine ), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior ( AP ).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
horizontal proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal, proyeksi AP.
Gambaran radiologis pada peritonitis secara umum yaitu adanya kekaburan
pada cavum abdomen,preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan
adanya udara bebas subdiafragma atau intra peritoneal.

H. TERAPI
1. Prinsip umum terapi:
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai,
dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal,
pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya,
bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan
menghilangkan nyeri.
2. Resusitasi cairan
Resusitasi dengan larutan saline isotonik sangat penting. Pengembalian
volume intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran
oksigen, nutrisi, dan mekanisme pertahanan. Keluaran urine tekanan vena
sentral, dan tekanan darah harus dipantau untuk menilai keadekuatan
resusitasi.
3. Terapi antibiotika
Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri
dibuat. Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian
diubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan
pada organisme mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika
berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase bedah. Harus tersedia
dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena bakteremia akan
berkembang selama operasi.
4. Laparotomi
Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan
operasi laparotomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah
yang menghasilkan jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka
serta ditutup. Jika peritonitis terlokalisasi, insisi ditujukan diatas tempat
inflamasi. Tehnik operasi yang digunakan untuk mengendalikan
kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat patologis dari saluran
gastrointestinal. Pada umumnya, kontaminasi peritoneum yang terus
menerus dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi
viskus yang perforasi.
5. Lavase peritoneum
Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang difus, yaitu dengan
menggunakan larutan kristaloid (saline). Agar tidak terjadi penyebaran
infeksi ketempat yang tidak terkontaminasi maka dapat diberikan antibiotika
( misal sefalosporin ) atau antiseptik (misal povidon iodine) pada cairan
irigasi. Bila peritonitisnya terlokalisasi, sebaiknya tidak dilakukan lavase
peritoneum, karena tindakan ini akan dapat menyebabkan bakteria
menyebar ketempat lain.
6. Tidak dianjurkan melakukan rrainase (pengaliran)
Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan, karena pipa
drain itu dengan segera akan terisolasi/terpisah dari cavum peritoneum, dan
dapat menjadi tempat masuk bagi kontaminan eksogen. Drainase berguna
pada keadaan dimana terjadi kontaminasi yang terus-menerus (misal fistula)
dan diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang tidak dapat direseksi
Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Pada Pasien
Peritonitis Di Rumah Sakit Bhayangkara Tk II Sartika Asih
Tanggal 05 Oktober 2021

1. PENGKAJIAN

I. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. R
Jenis Keleamin : Perempuan
Umur : 27 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah


Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Selajam 002/001 Ds. Pasir mulya
Tanggal Masuk RS : 2 Oktober 2021

No. Register : 21006385


Ruangan/Kamar : Ruang Fajar
Tanggal Pengkajian : 5 Oktober 2021
Diagnosis Medis : Peritonitis

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Nia
Umur : 46 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Orang Tua

Pekerjaan : Swasta
Alamat : Selajam 002/001 Ds. Pasir mulya

2. STATUS KESEHATAN

a. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)

- Saat MRS : klien mengatakan nyeri pada bagian abdomen seperti


ditusuk tusuk.

- Saat ini :

Provocative/palliative :

Nyeri disebabkan oleh karena post op laparatomi. Hal yang dapat


memperbaiki keadaan adalah dengan mengatur posisi senyaman
mungkin

Quantity/quality :

Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk dengan skala nyeri 4.


Ketika di observasi klien tampak lemas dan meringis

Region :

Nyeri dirasakan dibagian abdomen, rasa nyerinya menyebar

Severity :

Klien mengatakan nyeri pada bagian perut mengganggu pada saat


mobilisasi dan klien mengatakan skala nyeri 4.

Time :

Klien mengatakan nyeri bertambah pada waktu ditekan atau dilepas


dengan durasi satu sampai tiga menit

2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Klien datang dengan keluhan nyeri perut, nyeri dirasakan diseluruh
lapang perut sejak pukul 03.00 pagi. 4 hari yang lalu klien mengeluh
nyeri perut sebelah kanan, susah BAB dan susah untuk kentut,
terdapat juga keluhan mual dan muntah.

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Klien mengatakan mengkonsumsi obat paracetamol dan ibuprofen

b. Status Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah dialami

Klien pernah mengalami penyakit seperti : peritonitis

2. Pernah dirawat

Klien mengatakan pernah dirawat pada tahun 2 tahun lalu

3. Alergi

Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi

4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)

Klien mengatakan tidak ada kebiasaan merokok, kopi, alkohol dll

5. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

c. Diagnosa medis dan therapy

- Diagnosa medis : post op LE

- Terapi :

- RL 20 tts/mnt

- Ceftriaxone 2x2

- Keterolak 3x1

- Ranitidin 2x1

d. Genogram

3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan

Pasien mengatakan sakitnya ini adalah ujian dan menerima keadaan


serta tetap berserah diri kepada Allah SWT.

b. Pola Nutrisi-Metabolik

Sebelum Sakit :

Klien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi, ikan/daging dan


sayur sayuran. Klien minum air putih kurang lebih 6-7 gelas/hari

Saat Sakit :

Klien mengatakan nafsu makan berkurang sehingga klien hanya makan


sedikit, karena klien mengeluh mual dan muntah pada saat makan atau
minum

c. Pola Eliminasi

1. BAB

Sebelum Sakit :

Klien mengatakan biasanya BAB 1x sehari, pada pagi hari dengan


konsistensi lembek, berwarna kuning, dan bau khas feses, tidak terdapat
darah dalam feses.

Saat Sakit :

Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, dan


berwarna kuning, baunya khas feses, tanpa darah dan lendir.

2. BAK

Sebelum Sakit :

Klien mengatakan biasanya BAK 4-6 kali dengan warna kekuningan


dan bau khas urin

Saat Sakit :

Klien mengatakan sudah kencing sebanyak 5 kali dengan warna kuning


pekat, bau khas urin, dan tidak terdapat darah dalam urin dengan jumlah
urin

d. Pola aktivitas dan latihan

1. Aktivitas

Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan 
minum
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
Mandi 
Gosok gigi 
Mencuci rambut 
Menggunting 
kuku
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total

2. Latihan
Sebelum sakit :
Klien mengatakan bisa beraktivitas sehari-hari seperti pergi ke tempat
kerja
Saat sakit :
Klien mengatakan mampu untuk mobilisasi di atas tempat tidur
berpindah

e. Pola kognitif dan Persepsi


Klien sudah mengetahui penyakit yang dideritanya dan sudah pernah
dirawat di rumah sakit. Klien mengatakan datang ke rumah sakit saat ini
karena nyeri pada bagian perut sudah mengkonsumsi obat namun nyeri
tidak berkurang dan harus dilakukan operasi karena klien ingin cepat
sembuh, klien mau mengikuti pengobatan dan perawatan yang dilakukan
pada klien.

f. Pola Persepsi-Konsep diri


a. Gambaran diri
Klien mengatakan penyakit ini adalah ujian dari Allah SWT

b. Identitas diri
Klien sebagai seorang anak yang bekerja sebagai wiraswasta

c. Peran diri
Klien merasa sedih karena tidak dapat bekerja seperti biasanya

d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa pulang dan
berkumpul dengan keluarganya

e. Harga diri
Klien menerima keadaan dan berserah diri kepada Allah

g. Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit tidur 6-8 jam/hari dengan kualitas baik
(nyenyak)
Saat sakit :
Klien mengatakan tidur 5 jam/hari dengan kualitas tidur tidak nyenyak
dan sering terbangun

h. Pola peran-Hubungan
Hubungan klien dengan keluarga baik, semenjak sakit hubungan klien
dengan orang lain berkurang
i. Pola seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : -
Saat sakit : -

j. Pola toleransi stress-koping


Jika klien punya masalah, klien selalu membicarakan masalahnya dengan
orang tuanya, karena orang tua yang paling dekat dengan klien. Selama
dirawat di RS pasien membutuhkan dukungan dari keluarganya,klien
menunjukkan keadaan emosi yang stabil dan pasien tidak bicara bila
tidak ditanya.

k. Pola nilai-kepercayaan (spiritual)


Klien beragama agama Islam, sebelum dirawat di RS klien
menjalankan ibadahnya, tetapi selama dirawat di RS klien tidak
menjalankannya, klien yakin kalau penyakit yang dideritanya saat ini
adalah cobaan dari Allah SWT.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6

b. Tanda-tanda vital
Nadi : 86x/mnt
Suhu : 36,8 C
TD : 115/75 mmHg
RR : 16x/mnt

c. Keadaan fisik
Klien tampak lemas dan pucat

a. Kepala dan leher


- Kepala :
Kulit kepala bersih tanpa ketombe, kusut, tidak terdapat benjolan pada
kepala, rambut berwarna hitam dan tidak ada nyeri tekan.
- Mata
Bentuk mata simetris, schlera anicterik, konjungtiva anemis, pupil
isokor, terdapat kantong mata di kedua mata, mata tampak sayu
- Hidung
Bentuk hidung simetris, hidung tampak bersih, penciuman baik dan
tidak terdapat sekret
- Telinga
Telinga tampak bersih, tidak merasa nyeri pada kedua telinganya,
pendengaran baik dan tidak terdapat benjolan pada kedua telinganya
- Mulut
Mukosa bibir sedikit kering, lidah pecah-pecah dan kotor, tonsil tidak
membesar
- Leher
Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

b. Dada
Bentuk dada simestris, frekuensi nafasnya 16x/mnt
Paru :
Suara nafas vesicular, tidak ada suara tambahan
Jantung :
Bunyi jantung normal, tidak ada bunyi tambahan, bunyi murmur tidak
ada

c. Payudara dan ketiak


Tidak terkaji

d. Abdomen
Terdapat luka post operasi laparatomi, bising usus 8x/mnt, nyeri tekan
(+)
e. Genetalia
Tidak terkaji

f. Integumen
Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit >3 dtk

g. Ekstremitas
Atas dan bawah : pada ekstremitas klien kekuatan otot klien normal
kanan dan kiri, jari-jari lengkap, tidak ada edema, CRT <3 dtk

h. Neurologis
Status mental dan emosi
Klien tampak lesu, penampilannya rambut sedikit berantakan, saat bicara
suara pelan dan lambat, dan afek datar.
Pengkajian saraf kranial
1) Nervous Olfaktoris/ N I
Klien mampu mengidentifikasi bau dengan baik.

2) Nervous Optikus/ N II

Klien mampu melihat dengan baik.

3) Nervous Okulomotoris/ N III, Trochlearis/ N IV, Abdusen/ N VI

Pergerakan bola mata klien baik.


4) Nervous Trigeminus/ N V
Klien mampu membedakan rasa panas, dingin, tajam dan tumpul.

5) Nervous Fasialis/ N VII

Klien mampu berekspresi senyum, walaupun sedikit meringis.

6) Nervous Vestibulocochlearis/ N III

Klien mampu mendengar dengan baik.

7) Nervous Glossopharingeus/ N IX, Vegus/ N X

Klien mampu membuka mulutnya, mengunyah makanan dan


menelannya.
8) Nervous Aksesoris/ N XI
Klien dapat menahan saat diberi tahanan
9) Nervous Hipoglosus /N XII
Klien dapat menggerakan lidahnya

Pemeriksaan reflek

d. Pemeriksaan penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
pemeriksaaan
Segmen netrofil 89 % 50-70
Lekosit 11.000 /mm3 4000-10000
Pemerikasaan tanggal 02-10-2021

2. Pemeriksaan radiologi
3. Hasil konsultasi
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain

2. Analisa data
No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1 Ds : Peritonitis Gangguaan rasa

- Klien mengeluh sulit nyaman ; Nyeri


tidur
- Klien mengeluh nyeri Hospitalisasi
dirasakan menyebar di
bagian abdomen
- Klien mengeluh nyeri
dibagian abdomen dengan
skala nyeri 4 (0-10)
Do : Rencana
pembedahan
Wajahnya tampak
Meringis
Laparatomi
Segmen netrofil : 89 %
(pembedahan abdomen)
Leukosit : 11.000/mm3
TD : 115/75 mmHg
RR : 16 x /menit Selaput perut terbuka

HR : 86 x /menit
T : 36,8 C Post laparatomi

Luka insisi

Nyeri

Ds : Gangguan pola tidur


Nyeri
- Klien mengatakan sulit
2
tidur Perubahan status
kesehatan

Do :
Respon fisiologis
- Klien terbaring di
tempat tidur, tampak
Susah tidur
lemas
- Tidur 5-6 jam/hari Gangguan pola tidur
(tidak nyenyak)
TD : 110/75 mmHg
RR : 16 x /menit
HR : 87 x /menit

T : 36,8 C

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan post op laparatomi


eksplorasi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

4. PERENCANAAN
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx

1 Setelah dilakukan 1. identifikasi 1. Untuk mengetahui


tindakan keperawatan lokasi, karakteristik, perubahan dalam
3x24 jam diharapkan durasi, frekuensi, lokasi dapat menunjuk
nyeri teratasi/ terkontrol kualitas, itensitas nyeri kan terjadinya
dengan 2. Anjurkan mengambil komplikasi.
Kriteria hasil : posisi yang nyaman
2. Untuk meminimalkan
a. Keluhan nyeri 3. Jelaskan tujuan, manfaat, nyeri karena gerakan
menurun batasan dan jenis 3. Untuk meningkat kan
b. Ekspresi wajah relaksasi yang tersedia relaksasi dan
klien rileks (mis. Musik, mediasi, meningkat kan koping
napas dalam, relaksasi klien dengan
otot progresif) memfokus kan
perhatian
4. Anjurkan menggunakn
4. Menghilan gkan nyeri
analgetik secara tepat

2 Setelah dilakukan 1. Untuk mengetahui


1. Identifikasi faktor
tindakan keperawatan faktor yang
pengganggu tidur
3x24 jam diharapkan mengganggu tidur
2. Identifikasi pola 2. Untuk meningkatkan
Menunjukkan
aktivitas dan tidur kenyamanan sebelum
gangguan pola tidur
lakukan prosedur untuk tidur
membaik dengan
meningkatkan
Kriteria Hasil : 3. Untuk menjelaskan
kenyamanan (mis. Pijat,
a. Keluhan sulit
tidur menurun pengaturan posisi) pentingnya tidur cukup
selama sakit
b. Kebisingan 3. Jelaskan pentingnya tidur
menurun cukup selama sakit 4. Untuk mendapatkan
kenyamanan saat tidur
4. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
5. Implementasi
No. Intervensi Implementasi EVALUASI Hari/tgl/waktu Ttd/paraf
Dx
1 1. identifikasi lokasi, 1. Mengkaji nyeri, S : Klien mengatakan Selasa
karakteristik, catat lokasi, nyeri didaerah
durasi, frekuensi, durasi, intensitas perutnya
kualitas, itensitas (skala 0-10) dan O:
nyeri skala nyeri 4
karakteristiknya
2. Anjurkan TTV
(dangkal,tajam,
mengambil posisi konstan) TD : 100/ 60 mmHg
yang nyaman 2. Pertahankan RR : 20 x /menit HR :
3. Jelaskan tujuan, posisi 102 x /menit
manfaat, batasan Semifowler sesuai T : 36,6 C
dan jenis relaksasi indikasi. Wajahnya tampak
yang tersedia (mis. 3. Berikan meringis.
Musik, mediasi, tindakan A : Masalah teratasi
napas dalam, kenyamanan sebagian.
relaksasi otot (nafas dalam,
P : Intervensi
progresif) latihan relaksasi) dilanjutkan.
4. Anjurkan 4. Berikan
menggunakn terapi antipiretik
analgetik secara sesuai program
tepat medic
2.
1. Identifikasi faktor 1. Mengganti sprei S : Klien mengatakan
sulit tidur, tidur 5-6
pengganggu tidur 1x/hari
jam/hari
2. Mengatur posisi O : keadaan umum
2. Identifikasi pola
senyaman lemah
aktivitas dan tidur
mungkin A:
lakukan prosedur
3. Menjelaskan TTV
untuk
meningkatkan pentingnya tidur TD : 110/60 mmHg

kenyamanan (mis. cukup selama RR : 22 x /menit

Pijat, pengaturan sakit HR : 90 x /menit T

posisi) : 36,7 C
A : Masalah belum
3. Jelaskan
teratasi
pentingnya tidur
P : Intervensi dilanjutkan
cukup selama sakit

4. Sediakan tempat
tidur dan
lingkungan yang
bersih dan nyaman
No. Intervensi Implementasi EVALUASI Hari/tgl/waktu Ttd/paraf
Dx
1 1. Kaji keluhan 1. Mengkaji laporan S : Klien mengatakan Kamis
nyeri, catat nyeri, catat nyeri didaerah
lokasi, durasi, lokasi, durasi, perutnya
intensitas (skala 0- intensitas (skala 0- O:
10) dan 10) dan Skala nyeri 2
karakteristik nya karakteristiknya TD : 100/ 60 mmHg
(dangkal, tajam, (dangkal,tajam, RR : 22 x /menit
konstan). konstan)
2. Anjurkan HR : 88 x /menit
2. Pertahankan
mengambil posisi T : 36,6 C
posisi Semifowler
yang nyaman Wajahnya tampak
sesuai indikasi.
3. Jelaskan tujuan, 3. Berikan meringis.
manfaat, batasan A : Masalah teratasi
tindakan kenyamanan
dan jenis relaksasi sebagian.
(nafas dalam, latihan
yang tersedia P : Intervensi
relaksasi)
(mis. Musik, dilanjutkan.
4. Berikan
mediasi, napas
terapi antipiretik
dalam, relaksasi
sesuai program medic
otot progresif)
4. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
2. 1. Mengganti sprei S : Klien mengatakan
1. Identifikasi
sulit tidur
faktor 1x/hari
O : keadaan umum
pengganggu 2. Mengatur posisi lemah
tidur senyaman mungkin
TTV
2. Identifikasi pola 3. Menjelaskan
TD : 115/70 mmHg
aktivitas dan pentingnya tidur
RR : 20 x /menit
tidur lakukan cukup selama sakit
HR : 100 x
prosedur untuk /menit
meningkatkan T : 36,7 C
kenyamanan A : Masalah belum
(mis. Pijat, teratasi
pengaturan P : Intervensi
posisi) dilanjutkan

3. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
4. Sediakan tempat
tidur dan
lingkungan yang
bersih dan nyaman
No. Intervensi Implementasi EVALUASI Hari/tgl/waktu Ttd/paraf
Dx
1 1. Kaji keluhan 5. Mengkaji laporan S : Klien mengatakan Jumat
nyeri, catat nyeri, catat nyeri sudah hilang
lokasi, durasi, lokasi, durasi, O : keadaan umum
intensitas (skala intensitas (skala 0- baik, skala nyeri 0
0-10) dan 10) dan A : Masalah teratasi
karakteristik nya karakteristiknya P : Intervensi
(dangkal, tajam, (dangkal,tajam, dihentikan
konstan). konstan)
2. Anjurkan 6. Pertahankan
mengambil posisi Semifowler
posisi yang sesuai indikasi.
nyaman 7. Berikan
3. Jelaskan tujuan, tindakan
manfaat, batasan kenyamanan (nafas
dan jenis
dalam, latihan
relaksasi yang
relaksasi)
tersedia (mis.
8. Berikan
Musik, mediasi,
terapi antipiretik
napas dalam,
sesuai program
relaksasi otot
medic
progresif)
4. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang
dengan analgetik
atau tindakan
medis
TGL DX PERKEMBANGAN TTD/PARAF
06-10-2021 1 S : Klien mengatakan nyeri didaerah perutnya,
skala nyeri 4
O:

2. TTV
1. Identifikasi faktor 1. Mengganti sprei S : Klien mengatakan
TD : 100/ 60 mmHgbisa tidur dengan
pengganggu tidur 1x/hari
nyenyak, 6-8/hari
2. RR : 20 x posisi
Mengatur /menit O : keadaan umum
2. Identifikasi pola
HR : 102 x /menitbaik
senyaman
aktivitas dan tidur
T : 36,6 C
mungkin
lakukan prosedur TTV
3. Wajahnya cara
Menjelaskan tampak TD
meringis.
: 120/70 mmHg
untuk
A : Masalah teratasi sebagian.
meningkatkan membuat RR : 20 x
P : Intervensi dilanjutkan.
kenyamanan (mis. lingkungan rumah
I : pemberian obat /menit HR : 80memonitor tanda-
dan direncakan
tanda
yang vital, mengkajix nyeri
aman /menit
Pijat, pengaturan
E : klien mengeluh nyeri
posisi) R: tidak ada rencanaTkeperawatan
: 36,5 C yang berubah.
07-10-2021 1 S : Klien mengatakan nyeri didaerah
A : Masalah perutnya
teratasi
3. Jelaskan
O:
pentingnya tidur P : Intervensi
Skala nyeri 2
cukup selama sakit dihentikan
TD : 100/ 60 mmHg
4. Sediakan tempat
tidur dan lingkungan RR : 22 x /menit
yang bersih dan HR : 88 x /menit
nyaman T : 36,6 C

Wajahnya tampak meringis.


A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
I : pemberian obat dan direncakan memonitor tanda-
tanda vital, mengkaji nyeri
I. E: klien merasakan
CATATAN PERKEMBANGAN nyeri
(SOAPIER)
R: tidak ada rencana keperawatan yang berubah.
08-10-2021 S : Klien mengatakan nyeri sudah hilang
O : keadaan umum baik, skala nyeri 0
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I: memonitor tanda-tanda vital.
E: klien merasakan sudah tidak nyeri
R: tidak ada rencana keperawatan yang berubah.
06-10-202 2 S : Klien mengatakan sulit tidur, tidur
5-6jam/hari
O : keadaan umum lemah
TTV
TD : 110/60 mmHg
RR : 22 x /menit
HR : 90 x /menit
T : 36,7 C
A : Masalah belum teratasi

Anda mungkin juga menyukai