Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PERITONITIS GENERALISATA DI RUANG


RAWAT INAP WING UTARA LANTAI III RSU PAYANGAN

OLEH :

I GUSTI AGUNG DIANA RATRI ASTUTI


229012896

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

PERITONITIS GENERALISATA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial
tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. Peritonitis
merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang
melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya.
Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan
sekitarnya melalui perforasi usus seperti ruptur appendiks atau
divertikulum karena awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang
steril.Selain itu juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang iritan
seperti asam lambung dari perforasi ulkus atau empedu dari perforasi
kantung empeduatau laserasi hepar. Pada wanita sangat dimungkinkan
peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba fallopi atau
rupturnya kista ovari.
Peritonitis adalah peradagan pada peritonium yang merupakan
pembungkus dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon
inflamasi atau supuratif dari peradangan yang disebabbkan oleh iritasi
kimiawi atau invasi bakteri (Santosa, Budi, 2019).
Peritonitis Generalisata adalah suatu proses inflamasi local atau
menyeluruh pada peritoneum (membrane serosaa yang melapisi rongga
abdomen dan menutupi visera abdomen) yang terjadi akibat penyebaran
infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka
tembus abdomen yang tersebar luas pada permukaan peritoneum
(Sjamsuhidayat & Jong, 2017).

2. Etiologi
1) Infeksi bakteri
a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
b. Appendisitis yang meradang dan perforasi
c. Tukak peptik (lambung / dudenum)
d. Tukak thypoid
e. Tukan disentri amuba / colitis
f. Tukak pada tumor
g. Salpingitis
h. Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha
dan beta hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang
paling berbahaya adalah clostridium wechii.
2) Faktor ekstrinsik (dari luar)
a. Operasi yang tidak steril
b. Trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, ruptur hati
c. Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida,
terjadi peritonitis yang disertai pembentukan jaringan
granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut
juga peritonitia granulomatosa serta merupakan peritonitis
local.
d. Melalui toba fallopius seperti cacing enterobiusvermikularis,
terbentuk pula peritonitis granulomatosa.
3) Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut
seperti rasang saluran pernafasan bagian atas, otitis media,
mastoiditis, glomerulonephritis. Penyebab utama adalah
streptokokus atau penmokokus.

3. Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa.Kantong-kantong nanah (abses)
terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi
satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi
dapat menetap sebagai pita - pita fibrosa, yang akan dapat
mengakibatkan obstuksi usus. Peradangan menimbulkan akumulasi
cairan karena kapiler dan membran mengalami kebocoran. Jika
defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat
menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius,
sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan
banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi
dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan
curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding
abdomen mengalami oedem.Oedem disebabkan oleh permeabilitas
pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut
meninggi.Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan
lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan
oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal
menyebabkan hipovolemia.Hipovolemia bertambah dengan adanya
kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya
cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan
penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis
umum.Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi
atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen
usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan
oliguria.Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus
yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus
dan mengakibatkan obstruksi usus. Sumbatan yang lama pada usus
atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena adanya
gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik
usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat
berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial,
pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah
sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau
ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran
bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui
mulut dari makan dan air yang tercemar. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus
dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis
yang mengalami hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan
perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya
terjadi pada penderita yang demam selama kurang lebih 2 minggu
yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh
nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang
merosot karena toksemia. Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh
perangsangan peritonium yang mulai di epigastrium dan meluas
keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi
lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis
akut. Penderita yang mengalami perforasi ini tampak kesakitan
hebat seperti ditikam di perut.Nyeri ini timbul mendadak terutama
dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh
asam lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian
menyebar keseluruh perut menimbulkan nyeri seluruh perut pada
awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut
fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan
rangsangan peritonium berupa mengenceran zat asam garam yang
merangsang, ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai
kemudian terjadi peritonitis bakteria.
Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh
penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid,
fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan,makin lama mukus tersebut makin banyak,
namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan oedem, diapedesis
bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga oedem
bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau ganggren
dinding apendiks, sehingga menimbulkan perforasi dan akhirnya
mengakibatkan peritonitis baik lokal maupun general.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma
tumpul abdomen dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan
sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritonial.Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari
organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia
sampai dengan kolon yang berisi feses.Rangsangan kimia onsetnya
paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian
atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan
segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat
sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi
gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen
karena perangsangan peritonium.

4. Pathway
(Terlampir)

5. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Peritonitis bakterial primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara
hematogen pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus
infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial,
biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis
bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Spesifik : misalnya Tuberculosis
2. Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis dan
Tonsilitis.
Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya
malnutrisi, keganasan intraabdomen, imunosupresi dan
splenektomi.Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan
sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus
sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
b. Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau
perforasi tractus gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada
umumnya organisme tunggal tidak akan menyebabkan
peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat
memperberat terjadinya infeksi ini. Bakterii anaerob, khususnya
spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob
dalam menimbulkan infeksi.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat
memperberat suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari:
- Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar
masuk ke dalam cavum peritoneal.
- Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis
yang disebabkan oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga
feces keluar dari usus. - Komplikasi dari proses inflamasi
organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.
c. Peritonitis tersier, misalnya:
- Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
- Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.
Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung,
sepertii misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan
urine.
d. Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
- Aseptik/steril peritonitis
- Granulomatous peritonitis
- Hiperlipidemik peritonitis
- Talkum peritonitis

6. Manifestasi Klinis
1) Syok (Neurogerik, hipovolemik atau septik)
2) Demam, distensi abdomen
3) Nyeri tekan abdomen dan rigitas yang lokal, difus atrofi umum
tergantung pada perluasa iritasi peritonitis
4) Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi
pada daerah yang jatuhnya dari lokasi peritonitisnya
5) Nausea, vomiting, penurunan peristaltic
(Nurarif, Kusuma, 2015)

7. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak


local dan seluruh rongga abdomen menjadi terkena pada sepsi
umum. Sepsis adalah penyebab umum dari kematian pada
peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau
hipovolemik. Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus,
yang terutama berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus
(Brunner & Suddarth, 2017). Menurut Corwin (2020), komplikasi
yang terjadi pada peritonitis ialah sepsis dan kegagalan multiorgan.
Dua komplikasi pasca operatif paling umum adalah Eviserasi luka
dan Pembentukan abses. Luka yang tiba- tiba mengeluarkan
drainase serosanguinosa menunjukkan adanya dehisens luka
(Brunner & Suddarth, 2017).
8. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan


saluran cerna dengan memuasakan pasien, pemberian antibiotic
yang sesuai, dekompresi saluran cerna dengan penghisapan
nasogastric atau intestinal, penggantian cairan dan elektrolit yang
hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan focus septic
(apendik) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan
mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan
nyeri. (Nurarif, Kusuma, 2015).
Prinsip umum dalam menangani infeksi intra abdominal
ada 4, antara lain:
a. Control infeksi yang terjadi
b. Membersihkan bakteri dan racun
c. Memperbaiki fungsi organ
d. Mengontrol proses inflamasi
Eksplorasi laparatomi segera perlu dilakukan pada pasien dengan
akut peritonitis.

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Laboratorium
1) Analisa gas darah (AGD) : Alkalosis respiratori dan asidosis
mungkin ada.
2) Sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih besar dari
20.000 Sel darah merah mungkin meningkat, merupakan
hemokonsentrasi.
3) Hemoglobin dan hematocrit mungkin rendah bila terjadi
kehilangan darah.
4) Protein/ albumin serum : mungkin menurun karena
penumpukan cairan (di intra abdomen).
5) Amilase serum : biasanya meningkat
6) Elektrolit serum : hypokalemia mungkin ada.
b. X-ray
1) Foto polos abdomen 3 posisi (anterios, pascaerior, lateral) dan
didapatkan:
a) Ileus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis
b) Usus halus dan usus besar
c) Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus
perforasi
2) Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma
a) Parasentesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung
darah, pus/eksudat, emilase, empedu dan kretinum.
b) CT abdomen dapat menunjukkan pembentukan abses
(Nurarif, Kusuma, 2015)
Pathway

Infeksi bakteri Secara langsung dari luar


1. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal 1. Operasi yang tidak steril
2. Appendicitis yang meradang dan perforasi 2. Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide
3. Tukak peptic (lambung/ duodenum) 3. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, rupture hati
4. Tukak pada tumor 4. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis.
5. Salpingitis
6. Diverticulitis kuman
Respon peradangan pada peritoneum dan organ didalamnya
Penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen
Pembentukan eksudat fibrinosa atau abses pada peritoneum

Peritonitis

Pre Op Post Op

Prosedur invasif
Respon Gangguan Peradangan Respon sistemik
psikologis gastrointestinal peritonium Terputusnya kontinuitas jaringan

Pelepasan berbagai Menuju hipotalamus


Mual, muntah, Luka insisi
Ansietas mediator kimiawi
kembung
(histamine, Menganggu
bradikinin) termoregulasi
Intake nutrisi
tidak adekuat Port de entry Pelepasan berbagai Mobilitas
Suhu tubuh meningkat mediator kimiawi terganggu
Merangsang (histamine, bradikinin)
Anoreksia, saraf nyeri di Resiko Infeksi
penurunan BB cerebrum Aktivitas
Hipertermi Merangsang saraf menurun
Defisit Nutrisi Nyeri Akut nyeri di cerebrum

Gangguan
Nyeri Akut
Mobilitas
Fisik
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien dengan post laparotomy peritonitis biasanya
didapatkan keluhan utama yaitu nyeri pada luka operasi, mual, muntah, distensi
abdomen, badan terasa lemas.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu. Biasanya klien berkemungkinan memiliki
riwayat pembedahan pada perut, memeiliki riwayat penyakit gastro
intestinal seperti apendiksitis, memilki riwayat tertusuk di bagian perut.
2) Riwayat kesehatan sekarang. Riwayat kesehatan sekarang biasanya
ditemukan pada saat pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan
menggunakan teknik PQRST, yaitu:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Biasanya keadaan umum klien lemah dan letih
b) Biasanya tingkat kesadaran klien composmentis
c) TTV : Biasanya RR meningkat, biasanya tekanan darah naik
2) Kepala
Mengamati bentuk kepala, tidak ada hematoma atau edema, perlukaan
(rincian luka, adanya jahitan, dan kondisi luka).
a) Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak
anemis, dan sklera tidak ikterik
b) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakan polip dan simetris
kiri dan kanan.
c) Bibir :Biasanya bibir pucat
d) Gigi :Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
e) Lidah : Biasanya klien tidak mengalami pendarahan lidah
f) Leher . Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau
kelenjar getah bening dan pembesaran vena leher.
3) Dada/ Thorak
a) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan
b) Palpasi : Biasanya fremitus lemah kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya terdengar sonor
d) Auskultasi : Biasanya terdapat bunyi vesicular.
4) Jantung
a) Inspeksi : Biasanya letak ictus cordis normal yang berada pada ICS
5 pada linea med clavicularis sinistra selebar 1 cm. Ictus cordis tidak
terlihat.
b) Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba
c) Perkusi : Biasanya tidak ada nyeri
d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
5) Perut/ Abdomen
a) Inspeksi
Pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi
menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan
gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan
pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang
membuncit dan tegang atau distended.
b) Auskultasi
Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau
menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang
lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus
paralitik). Sedangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat terdengar
normal
c) Palpasi
Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak
dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian
yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans
muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang
mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni
adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi
berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan. Pada saat
pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk
melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau
tekanan setempat.
d) Perkusi
Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara
bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui
pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan
peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen
hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.
6) Genital
Biasanya tidak terpasang kateter
7) Ekstremitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas
8) Sistem Integumen
Biasanya turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan.
9) Data Pola nutrisi metabolic
Pada pasien peritonitis akan mengalami mual. Comit dapat muncul akibat
proses patologis organ 'iseral seperti obstruksi atau secara sekunder akibat
iritasi peritoneal, selain itu ter1adi sitensi abdomen, bising usus menurun,
dan gerakan peristaltik usus menurun.
10) Pola eliminasi
Pada pasien peritonitis ter1adi penurunan produksi urin, ketidakmampuan
defekasi
11) Pola aktivitas dan latian
Pada pasien peritonitis mengalami letih, sulit ber1alan. Ketidakmampuan
pergerakan sendi terbatas,, kekuatan otot mengalami kelelahan
12) Pola kognitif dan perseptual
Pada pasien peritonitis didapatkan mengalami kesulitan tidur karena nyeri.
13) Pola persepsi diri
Pada pasien peritonitis mengalami perubahan emosional.
14) Pola seksualitas dan reproduksi
Pada pasien peritonitis, wanita berhubungan dengan kehamilan, 1ulah anak,
menstruasi,
pernah pernah ter1angkit ter1angkit penyakit penyakit menular menular
sehingga sehingga menghindari menghindari akti'itas akti'itas seksual.
seksual. Pada pasien
yang telah atau sudah menikah akan ter1adi perubahan.
15) Pola peran dan hubungan
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan mengalami hambatan dalam men1alankan perannya selama sakit.

2. Diagnosa
Pre Operasi Post Operasi

1. (D. 0077) Nyeri akut berhubungan 1. (D. 0077) Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis dengan agen pencedera fisik
(inflamasi) ditandai dengan (prosedur operasi) ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif (mis. Waspada, bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, posisi menghindari nyeri), gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas tekanan darah meningkat, pola napas
berubah. berubah.
2. (D. 0130) Hipertermia berhubungan 2. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik
dengan proses penyakit ditandai berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai dengan mengeluh mengeluh sulit
normal, kulit merah, takikardia, menggerakkan ekstremitas, kekuatan
takipnea, kulit terasa hangat otot menurun, rentang gerak (ROM)
3. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan menurun, nyeri saat bergerak,
dengan ketidakmampuan enggan melakukan pergerakan,
mengabsorbsi nutrient ditandai merasa cemas saat bergerak, sendi
dengan napsu makan menurun, kaku, gerakan tidak terkoordinasi,
kram/nyeri abdomen, berat badan gerakan terbatas, fisik lemah
menurun minimal 10% di bawah 3. (D.0142) Risiko infeksi
rentang ideal, bising usus hiperaktif, berhubungan dengan prosedur
otot pengunyah lemah, otot menelan invasive
lemah, membrane mukosa pucat,
serum albumin turun, diare
4. (D.0080) Ansietas berhubungan
dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan ditandai dengan merasa
bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi,
sulit berkonsentrasi, tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur, mengeluh
pusing, anoreksia, palpitasi, merasa
tidak berdaya, frekuensi nadi
meningkat, frekuensi napas
meningkat, tekanan darah meningkat,
kontak mata buruk, sering berkemih
3. Intervensi
Pre Operasi
No Daignosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 D. 0077 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan SIKI: (I.08238) Manajemen Nyeri Observasi
berhubungan keperawatan selama …x 24 jam,
Observasi 1) Dengan mngetahi lokasi,
dengan agen diharapkan masalah keperawatan
karakteristik dan durasi dan
pencedera fisiologis pasien dapat teratasi dengan 1) lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas
(inflamasi) kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri kita bisa memberikan
SLKI : (L.08066) Tingkat nyeri
terapi yang sesuai untuk pasien.
Nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
2) Untuk mengetahui tingkat nyeri
1. Kemampuan menuntaskan 3) Identifikasi respon nyeri non
pasien
aktivitas mningkat verbal
3) Respon nonverbal dapat
2. Keluhan nyeri menurun 4) Identifikasi faktor yang
menunjukkan indikasi nyeri pada
3. Meringis menurun memperberat dan memperingan
pasien
4. Sikap protektif menurun nyeri
4) Dengan mengetahui factor yang
5. Gelisah menurun 5) Identifikasi pengaruh nyeri pada
memperberat nyeri perawat
6. Sulit tidur menurun kualitas hidup
mampu memberikan terapi yang
7. Frekuensi nadi membaik 6) Monitor keberhasilan terapi
tepat.
8. Pola nafas membaik komplementer yang sudah
5) Untuk mengetahui adanya
9. Tekanan darah membaik diberikan
kualitas hidup yang berkurang
7) Monitor efek samping karena adanya nyeri
penggunaan analgetik 6) Untuk mengevaluasi tindakan
Terapeutik yang telah diberikan
7) Dengan mengetahui adanya efek
8) Berikan teknik nonfarmakologis
samping obat yang diberikan
untuk mengurangi rasa nyeri
perawat dapat memberikan
(mis. TENS, hypnosis,
terapi yang tepat pada paisen.
akupresur, terapi musik,
Terapeutik
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi 8) Untuk mengurangi nyeri yang
terbimbing, kompres dirasakan pasien
hangat/dingin, terapi bermain) 9) Untuk mencegah peningkatan
9) Control lingkungan yang rasa nyeri yang dirasakan pasien
memperberat rasa nyeri (mis. 10) Untuk meningkatkan istirahat
Suhu ruangan, pencahayaan, pasien
kebisingan) 11) Untuk menentukan tindakan
10) Fasilitasi istirahat dan tidur yang tepat untuk mengurangi
11) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
nyeri dalam pemilihan strategi Edukasi
meredakan nyeri
12) Agar pasien mngetahui nyeri
Edukasi
yang dialami
12) Jelaskan penyebab, periode, dan 13) Agar pasien mampu meredakan
pemicu nyeri nyeri secara mandiri
13) Jelaskan strategi meredakan nyeri 14) Agar pasien mampu
14) Ajarkan teknik nonfarmakologis menggunakn teknik
untuk mengurangi rasa nyeri nofarmakologis secara mandiri
Kolaborasi Kolaborasi

15) Kolaborasi pemberian analgetik, 15) Untuk mengurangi nyeri yang


jika perlu dirasakan pasien
2 D. 0130 Setelah diberikan asuhan SIKI : (I.15506) Manajemen
Hipertermia keperawatan selama …x 24 jam, Hipertermia
berhubungan diharapkan masalah keperawatan
Observasi
dengan proses pasien dapat teratasi dengan Observasi
penyakit kriteria hasil 1. Identifikasi penyebab hipertermia
1) Dengan mengetahui penyebab
(mis. Dehidrasi, terpapar
SLKI : (L. 14134) nyeri, perawat mampu
lingkungan panas, penggunaan
Termoregulasi merencanakan tindakan yang
incubator)
sesuai
1. Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh
2) Mengetahui perubahan suhu
2. Suhu kulit membaik 3. Monitor kadar elektrolit
tubuh pasien
3. Tekanan darah membaik Terapeutik
3) Suhu tubuh yang tinggi memicu
4. Takipnea menurun
4. Sediakan lingkungan yang dingin ketidakseimbangan kadar
5. Longgarkan atau lepaskan elektrolit dalam tubuh
pakaian
6. Berikan cairan oral Teapeutik
7. Lakukan pendinginan eksternal
4) Lingkungan yang dingin
(mis. Compress hangat)
memberikan rasa nyaman dan
8. Berikan oksigen, jika perlu
menurunkan suhu tubuh pasien
Edukasi
5) Melonggarkan pasien membuat
9. Anjurkan tirah baring evaporasi dalam tubuh dapat
Kolaborasi bekerja dengan baik
6) Mencegah dehidrasi
10. Kolaborasi pemberian cairan dan
7) Menurunkan suhu tubuh pasien
elektrolit intravena,jika perlu
8) Mencegah sesak akibat panas
Edukasi

9) Mencegah kelelahan
Kolaborasi

10) Mencegah dehidrasi,


mempertahankan kadar dan
keseimbangan elektrolit dalam
tubuh
3 D. 0019 Defisit Setelah diberikan asuhan SIKI (I.03119) Manajemen Nutrisi
nutrisi berhubungan keperawatan selama …x 24 jam,
Observasi
dengan diharapkan pasien tidak
ketidakmampuan mengalami defisit nutrisi dengan 1. Identifikasi status nutrisi Observasi
mengabsorbsi kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi atau
1. Mengetahui status nutrisi
nutrient intoleransi makanan
SLKI (L.03030) Status Nutrisi pasien
3. Identifikasi makanan yang
2. Menghindari alergi atau
1. Porsi makan yang disukai
intoleransi makanan pada
dihabiskan meningkat 4. Identifikasi perlunya
pasien
2. Berat badan membaik penggunaan selang nasogastric
3. Meningkatkan napsu makan
3. IMT membaik 5. Monitor asupan makanan
pasien
6. Indentifikasi perlunya
4. Memenuhi kebutuhan nutrisi
penggunaan selang nasogastric
pasien melalui selang
7. Monitor berat badan
nasogastric yang langsung
8. Monitor hasil pemeriksaan
masuk ke dalam lambung
laboratorium
5. Asupan nutrisi dapat
Terapeutik
mempengaruhi berat badan
9. Lakukan oral hygine sebelum pasien
makan jika perlu 6. Makanan bisa masuk
10. Berikan suplemen makanan, langsung ke lambung karena
jika perlu ketikdakmampuan pasien
11. Berikan makanan tinggi serat untuk memasukan makanan
untuk mencegah konstipasi melalui oral
12. Berikan makanan tinggi kalori 7. Mengetahui apakah pasien
dan tinggi protein mengalami
13. Hentikan pemberian makanan penurunan/kenakan berat
melalui selang nasogastric jika badan
asupan oral dapat ditoleransi 8. Hasil pemeriksaan lab yang
Edukasi menurun menunjukkan
adanya kekurangan
14. Anjurkan posisi duduk, jika
kebutuhan ntrisi pasien
mampu
Terapeutik
Kolaborasi
9. Memberikan rasa nyaman
15. Kolaborasi dengan ahli gizi
pada mulut sebelum meulai
untuk menentukan jumlah
makan
kalori dan jenis nutrisiyang
10. Menambah nafsu makan
dibutuhkan, Jika perlu
pasien
11. Konstipasi menyebabkan
perut terasa penuh sehingga
pasien tidak nyaman dan
merasa perutnya penuh
12. TKTP mengandung banyak
protein sehingga dapat
memenuhi kebutuhan energy
pasien
13. Jika pasien sudah bisa
memasukan pasien melalui
oral
Edukasi

14. Posisi duduk bertujuan


mencegah terjadinya tersedak
ketika pasien sedang makan
Kolaborasi

15. tindakan kolaborasi dapat


membantu kesembuhan
pasien
4 D. 0080 Ansietas Setelah diberikan asuhan SIKI : (I.09314) Reduksi Ansietas Observasi
berhubungan keperawatan selama …x 24 jam
Observasi 1) Kondisi, waktu dan stressor
dengan diharapkan masalah keperawatan
tertentu dapat meningkatkan
kekhawatiran pasien dapat teratasi dengan 1) Identifikasi saat tingkat anxietas
ansietas pasien
mengalami kriteria hasil berubah (mis. Kondisi, waktu,
2) Untuk mengetahui kemampuan
kegagalan SLKI : Tingkat ansietas stressor)
klien dalam mengambil
(L.09093) 2) Identifikasi kemampuan
keputusan
1. Verbalisasi khawatir kondisi mengambil keputusan
3) Tanda verbal dan noverbal dapat
yang dihadapi menurun 3) Monitor tanda anxietas (verbal
menjadi indikasi ansietas pasien
dan non verbal)
2. Perilaku gelisah menurun Terapeutik Terapeutik
3. Peilaku tegang menurun
4) Ciptakan suasana terapeutik 4) Untuk membina hubungan saling
4. Keluhan pusing menurun
untuk menumbuhkan percaya
5. Pucat menurun
kepercayaan 5) Untuk mengurangi rasa cemas
6. Pola tidur membaik
5) Temani pasien untuk mengurangi pasien
7. Frekuensi pernafasan
kecemasan , jika memungkinkan 6) Dengan memahami situasi yang
membaik
6) Pahami situasi yang membuat membuat pasien ansietas,
8. Frekuensi nadi membaik
anxietas perawat mampu memberikan
9. Tekanan darah membaik
7) Motivasi mengidentifikasi situasi tindakan yang tepat
yang memicu kecemasan 7) Agar pasien mengetahui
Edukasi penyebab cemas yang dirasakan
Edukasi
8) Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami 8) Agar pasien mengetahui
9) Informasikan secara factual prosedur yang akan dilakukan
mengenai diagnosis, pengobatan, 9) Agar pasien mengetahui
dan prognosis kondisinya.
10) Anjurkan keluarga untuk tetap 10) Untuk mengurangi rasa cemas
bersama pasien, jika perlu yang dirasakan pasien
11) Anjurkan mengungkapkan 11) Untuk mengetahui perasaan
perasaan dan persepsi pasien
12) Agar pasien merasa lebih
12) Latih teknik relaksasi nyaman
Kolaborasi Kolaborasi

13) Kolaborasi pemberian obat anti 13) Untuk mengurangi rasa cemas
anxietas, jika perlu pasien

Post Operasi
No Daignosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 D. 0077 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan SIKI: (I.08238) Manajemen Nyeri Observasi
berhubungan keperawatan selama …x 24 jam,
Observasi 1) Dengan mngetahi lokasi,
dengan agen diharapkan masalah keperawatan
karakteristik dan durasi dan
pencedera fisik pasien dapat teratasi dengan 1) lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas
(prosedur operasi) kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri kita bisa memberikan
SLKI : (L.08066) Tingkat nyeri
terapi yang sesuai untuk pasien.
Nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
2) Untuk mengetahui tingkat nyeri
1. Kemampuan menuntaskan 3) Identifikasi respon nyeri non
pasien
aktivitas mningkat verbal
3) Respon nonverbal dapat
2. Keluhan nyeri menurun 4) Identifikasi faktor yang
menunjukkan indikasi nyeri pada
3. Meringis menurun memperberat dan memperingan
pasien
4. Sikap protektif menurun nyeri
4) Dengan mengetahui factor yang
5) Identifikasi pengaruh nyeri pada
5. Gelisah menurun kualitas hidup memperberat nyeri perawat
6. Sulit tidur menurun 6) Monitor keberhasilan terapi mampu memberikan terapi yang
7. Frekuensi nadi membaik komplementer yang sudah tepat.
8. Pola nafas membaik diberikan 5) Untuk mengetahui adanya
9. Tekanan darah membaik 7) Monitor efek samping kualitas hidup yang berkurang
penggunaan analgetik karena adanya nyeri
Terapeutik 6) Untuk mengevaluasi tindakan
yang telah diberikan
8) Berikan teknik nonfarmakologis
7) Dengan mengetahui adanya efek
untuk mengurangi rasa nyeri
samping obat yang diberikan
(mis. TENS, hypnosis,
perawat dapat memberikan
akupresur, terapi musik,
terapi yang tepat pada paisen.
biofeedback, terapi pijat, aroma
Terapeutik
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres 8) Untuk mengurangi nyeri yang
hangat/dingin, terapi bermain) dirasakan pasien
9) Control lingkungan yang 9) Untuk mencegah peningkatan
memperberat rasa nyeri (mis. rasa nyeri yang dirasakan pasien
Suhu ruangan, pencahayaan, 10) Untuk meningkatkan istirahat
kebisingan) pasien
10) Fasilitasi istirahat dan tidur 11) Untuk menentukan tindakan
11) Pertimbangkan jenis dan sumber yang tepat untuk mengurangi
nyeri dalam pemilihan strategi nyeri
meredakan nyeri Edukasi
Edukasi
12) Agar pasien mngetahui nyeri
12) Jelaskan penyebab, periode, dan yang dialami
pemicu nyeri 13) Agar pasien mampu meredakan
13) Jelaskan strategi meredakan nyeri nyeri secara mandiri
14) Ajarkan teknik nonfarmakologis 14) Agar pasien mampu
untuk mengurangi rasa nyeri menggunakn teknik
Kolaborasi nofarmakologis secara mandiri
Kolaborasi
15) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu 15) Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien
2 D.0054 Gangguan Setelah diberikan asuhan SIKI: (I.05173) Dukungan 1. Mengetahui adanya nyeri atau
mobilitas fisik keperawatan selama …x 24 jam Mobilisasi keluhan fisik lain untuk
berhubungan diharapkan pergerakan pasien mengetahui tempat pasien tidak
Observasi
dengan nyeri kembali mandiri, dengan kriteria bisa melakukan aktivitas
hasil: 1. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Mengetahui batas toleransi dalam
keluhan fisik lainnya beraktivitas
SLKI: (L.05042) Mobilitas
2. Identifikasi toleransi fisik 3. Mengetahui keadaan umum
Fisik
melakukan pergerakan pasien sebelum memulai
1. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi untuk mengetahui
meningkat tekanan darah sebelum memulai sampai batas mana pasien mampu
2. Kekuatan otot meningkat mobilisasi melakukan mobilisasi
3. Rentang gerak (ROM) Terapeutik Terapeutik
meningkat
4. Fasilitasi aktivitas ambulasi 4. Membantu dalam peningkatan
(TIM Pokja SLKI DPP PPNI,
dengan alat bantu (pagar tempat aktivitas dengan menggunakan
2019)
tidur) alat bantu
5. Fasilitasi melakukan pergerakan 5. Membantu pasien dalam
6. Libatkan keluarga untuk meningkatkan pergerakan
membantu pasien dalam 6. Membantu pasien agar lebih aktif
meningkatkan ambulasi Edukasi
Edukasi
7. Memberikan edukasi kepada
7. Jelaskan tujuan dan prosedur pasien mengenai prosedur
ambulasi ambulasi
8. Anjurkan melakukan ambulasi dini 8. Membantu pasien dalam
9. Ajarkan ambulasi sederhana yang meningkatkan respon motoric dan
harus dilakukan (duduk dari mencegah terjadinya kaku otot
tempat tidur, duduk disisi tempat 9. Membantu pasien dalam
tidur, pindah dari tempat tidur ke meningkatkan respon motoric dan
kursi) mencegah terjadinya kaku otot

3 D. 0142 Resiko Setelah dilakukan asuhan SIKI : (I. 14539) Pencegahan Infeksi Observasi
infeksi berhubungan keperawatan selama …x 24 jam, Observasi
dengan prosedur diharapkan masalah keperawatan
1) Monitor tanda dan gejala infeksi 1) Mengetahui tanda dan gejala
invasif. pasien dapat teratasi dengan
local dan sistemik infeksi local dan sistemik agar
kriteria hasil
Terapeutik dapat memberikan terpai yang
SLKI : (L.14137) Tingkat tepat untuk pasien
2) Batasi jumlah pengunjung
infeksi Terapeutik
3) Beikan perawatn kulit pada area
1. Kebersihan tangan edema 2) Untuk mencegah terjadinya
meningkat 4) Cuci tangan sebelum dan sesudah interaksi yang bisa menularkan
2. Kebersihan badan kontak dengan pasien dan infeksi
meningkat lingkungan pasien 3) Untuk mencegah terjadinya
3. Demam menurun 5) Pertahankan teknik aseptic pada infeksi
4. Kemerahan menurun pasien berisko tinggi 4) Untuk mencegah terjadinya
5. Nyeri menurun Edukasi infeksi
6. Bengkak menurun Edukasi
6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7) Ajarkan cara mencuci tangan 5) Agar pasien mengetahui tanda
dengan benar dan gejala infeksi
8) Ajarkan etika batuk 6) Menjaga kebersihan tangan
9) Ajarkan cara memeriksa kondisi 7) Mencegah terjadinya penularan
luka atau luka operasi infeksi melalui batuk
10) Anjurkan meningkatkan asupan 8) Agar pasien dapat memeriksa
nutrisi kondisi luka atau luka operasi
11) Anjurkan meningkatkan asupan dengan benar
cairan 9) Untuk menjaga asupan nutrisi
Kolaborasi pasien
10) Untuk menjaga balance cairan
12) Kolaborasi pemberian imunisasi,
pasien
jika perlu
Kolaborasi

11) Untuk meningkatkan daya tahan


tubuh pasien
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudaah berhasil dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth.2017.Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi


12.Jakarta:EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kumusa. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem
Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2017
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai