A. Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang
kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa (Jitwiyono & Kristiyanasari, 2012).
B. Etiologi
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer
(peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organviseral), atau
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Secara
umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses
abdomen (lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, namun
biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Kira - kira 10-30%
pasien dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.
Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan kelenjar getah
bening ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari 1% dari semua kasus peritonitis
primer.
Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis sekunder, disebabkan
infeksi ketika datang ke peritoneum dari gastrointestinal atau saluran bilier. Kedua kasus
peritonitis sangat serius dan dapat mengancam kehidupan jika tidak dirawat dengan cepat.
Penyebab iatrogenik umumnya bersal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk
pankreas, saluran empedu dan kolon juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan
operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.
Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi non infeksi, insiden peritonitis sekunder
(akibat pecahnya jahitan operasi seharunsnya kurang dari 2 %. Operasi untuk penyakit
inflamasi (misalnya apendisitis, diventikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi beresiko kurang
dari 10% terjadi peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Resiko terjadinya peritonitis
sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya terlibatan duodenum, pancreas perforasi
kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan transfusi yang pasif.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit
berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin.
C. Patofisiologi
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni
dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi,
syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-
lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan
mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena
adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai
usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaituobstruksi usus
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada
ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi
yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan
karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman S.
Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan
mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi
ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi
ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam selama kurang lebih 2 minggu
yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan,
defansmuskuler, dan keadaan umum yang merosot karena toksemia.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga
tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses.
Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi
dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah
trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon,
mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu
untukberkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena
perangsangan peritoneum.
D. Klasifikasi
a. Peritonitis Bakterial Primer
b. Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)
c. Peritonitis Tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh jamur. Peritonitis yang sumber kumannya tidak
dapat ditemukan. Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan
langsung, sepertii misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
1. Aseptik/steril peritonitis
2. Granulomatous peritonitis
3. Hiperlipidemik peritonitis
4. Talkum peritonitis
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau
pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme
antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan
atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina
bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-
pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan
imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau
HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati
toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan
penderita geriatric.
Tanda gejala yang lain juga terjadi :
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan,
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
F. Komplikasi
b. Komplikasi lanjut
1. Adhesi
2. Obstruksi intestinal rekuren
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Test laboratorium
1. Leukositosis
2. Hematokrit meningkat
3. Asidosis metabolic
b. X. Ray
H. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1. Selama kehamilan
·
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
·
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
2. Selama persalinan
3. Selama nifas
· Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada
hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-
kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat
bersama dengan wanita-wanita dalam nifas.
b. Penatalaksanaan Medis
c. Pengobatan
A. Pengertian
Infeksi payudara merupakan peradangan yang terjadi di payudara akibat infeksi kuman.
Biasanya infeksi payudara, atau secara medis disebut mastitis, lebih banyak dialami oleh
wanita yang sedang menyusui. Setidaknya 5 dari 100 ibu menyusui pernah mengalami
infeksi payudara.
a. Cara menyusui yang kurang tepat sehingga hanya sedikit ASI yang dikeluarkan saat bayi
menghisap payudara ibu.
b. Ibu jarang mengosongkan payudaranya, misalnya ibu menyusui bekerja tetapi tidak rutin
memompa ASI setiap 3–4 jam.
c. Menyusui hanya pada satu sisi payudara saja.
Bakteri dari mulut bayi juga dapat masuk dan menyebabkan infeksi pada
payudara. Bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi juga biasanya ditemukan
pada kulit, bahkan ketika tidak ada infeksi yang terjadi. Jika bakteri masuk ke
jaringan payudara, maka bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dan
menyebabkan gejala yang menyakitkan.
Mastitis non-laktasi atau infeksi yang terjadi pada wanita tidak menyusui
dapat juga terjadi pada wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk
wanita yang menjalani operasi pengangkatan jaringan payudara dengan terapi
radiasi dan wanita dengan risiko menderita diabetes.
Beberapa gejala mirip infeksi adalah tanda kanker payudara, tetapi hal ini
sangat jarang terjadi. Jika Anda curiga mengalami hal tersebut, segera periksakan
diri Anda ke dokter spesialis.
Jika infeksi terus kambuh, ASI dapat dikirim ke laboratorium untuk menentukan
bakteri apa yang mungkin menjadi penyebab infeksi payudara.
D. Gejala
Gejala infeksi payudara dapat terjadi secara tiba-tiba dan gejalanya dapat meliputi:
E. Pengobatan
Anda dapat terus menyusui saat mengonsumsi antibiotik, tetapi jika merasa tidak
nyaman saat menyusui, Anda dapat menggunakan pompa payudara untuk mengurangi
pembengkakan dan mencegah hilangnya suplai ASI pada bayi.
Jika Anda mengalami abses karena infeksi parah pada payudara, mungkin perlu
dibedah (diinduksi secara klinis) dan dikeringkan. Ini akan membantu infeksi payudara
cepat sembuh. Anda dapat terus menyusui, tetapi Anda perlu berkonsultasi mengenai
laktasi tentang cara merawat abses.
F. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi payudara adalah: