Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEBIDANAN IBU DENGAN PERITONITIS

2.1 Pengertian
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan
meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membrane serosa yang melingkupi
kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnyah. Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi
peradangan lingkungan sekitarnyah melalui perforasi usus seperti rupture appendiks atau
divertikulum karena awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. Selain itu juga dapat
diakibatkan oleh materi kimia yang irritan seperti asam lambung dari perforasi ulkus
atau empedu dari perforasi kantung empeduatau laserasi hepar. Padawanita sangat dimungkinkan
peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau rupturnya kista
ovari. Kasus peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.

2.2 Etiologi
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah SpontaneousBacterial Peritonitis (SBP) dan
peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena ninfeksi intra abdomen,tetapi biasanya terjadi
pada pasien yangasites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehingganmenjadi
translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi
penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik.
Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan
abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites pathogen
yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella
pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif
yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%,dan golongan
Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri. Peritonitis
sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi
transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritonealterutama disebabkan
bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Peritonitis tersier terjadi karena
infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang
adekuat, bukan berasal dari kelainan organ, pada pasienperitonisis tersier biasanya timbul abses
atau flagmon dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis
steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium,
dan substansi kimia lain atau prses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya
penyakit Crohn)

2.3 Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel
menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.Perlekatan biasanya
menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak
dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalamikebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka
dapatmenimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin,
dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari
kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara
retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya
meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami
oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut
meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem
seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan
retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan
suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen
usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh
menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang
meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena
adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai usaha
untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaituobstruksi usus yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi
obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan
nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada
rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman S.
Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai
jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi ditempat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya
terjadi pada penderita yang demam selama kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala,
batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defansmuskuler, dan keadaan
umum yang merosot karena toksemia.
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di
epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi lambung
dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi
ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama
dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu
dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar keseluruh perutmenimbulkan nyeri seluruh perut
pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis
kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan rangsanganperitoneum berupa mengenceran zat asam
garam yang merangsang, ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian
terjadi peritonitis bakteria.
Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalamibendungan,makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem
bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan nekrosis atau ganggren dinding apendiks sehingga menimbulkan perforasi dan
akhirnya mengakibatkan peritonitis baik lokal maupun general.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut,
mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia
onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya
didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala
peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala
karena mikroorganisme membutuhkan waktu untukberkembang biak baru setelah 24 jam timbul
gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.

2.4  Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Peritonitis Bakterial Primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavumperitoneum
dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.Penyebabnya bersifat
monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer
dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Spesifik : misalnya Tuberculosis
2.      Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.
   Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan   
   intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi

Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus
eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
b.      Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus
urinarius. Pada umumnya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yangfatal.
Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi
ini. Bakteriianaerob,khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob
dalam menimbulkan infeksi.
1.   Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal.
2.   Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh
      bahankimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
3.   Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.
c.       Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.Merupakan peritonitis yang
disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas,
dan urine.
d.      Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
1.    Aseptik/steril peritonitis 
2.    Granulomatous peritonitis
3.    Hiperlipidemik peritonitis
4.    Talkum peritonitis

2.5  Tanda dan Gejala


Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien
yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri
abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber
infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak
sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karenairitasi peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic
inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita
dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi,
atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik,
syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan paraplegia dan penderita geriatric.

2.6  Komplikasi
1) Eviserasi Luka
2) Pembentukan abses

2.7  Pemeriksaan Penunjang
1. Test laboratorium
 Leukositosis
 Hematokrit meningkat
 Asidosis metabolik
2. Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :Illeus merupakan
penemuan yang tak khas pada peritonitis.Usus halus dan usus besar dilatasi.Udara bebas dalam
rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.

BAB III
PENGKAJIAN DATA

Tanggal / jam : 24 September 2016/ 13.45 WIB


Tempat           : RS.Awal Bros Batam
RM                 : 122001

A.    Data Subyektif


1. Identitas
Nama istri        : Ny.P                                      Nama suami    : Tn. S
Umur               : 36 th                                      Umur               : 40 th
Agama             : Islam                                     Agama             : Islam
Suku/bangsa    : Jawa/Indo                             Suku/bangsa    : Jawa/Indo
Pendidikan      : SMA                                      Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         : IRT                                        Pekerjaan        : swasta
Alamat             : Bengkong Palapa 2                Alamat           : Bengkong Palapa 2        

2. Keluhan utama
ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah kanan sampai mengganggu aktivitas, badan
terasa panas dan menggigil
3. Riwayat Kesehatan
    a. Riwayat Kesehatan Ibu
         Ibu Mengatakan Tidak Memiliki Riwayat Penyakit Menular Seperti Hiv,Tbc, Hepatitis Dan
      Riwayat Penyakit Keturunan Seperti Asma , Jantung, Hipertensi.
    b. Riwayat Kesehatan Keluarga
   Ibu Mengatakan Keluarga Tidak Memiliki Riwayat Penyakit Menular Seperti Hiv,Tbc, Hepatitis
Dan Riwayat Penyakit Keturunan Seperti Asma , Jantung, Hipertensi.
4. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche : 12 Tahun
Siklus Menstruasi : 28 Hari
Lamanya : 7-9 Hari
Banyaknya : 4-5 Kali Ganti Pembalut Dalam Sehari
Konsistensi Darah : Cair
Keluhan : Nyeri Saat Haid
5.  Status perkawinan
• Istri                                                                                  
Perkawinan ke        : I (satu)
Lama perkawinan   : ± 8 tahun
Umur kawin            : 27 tahun

6.  Riwayat kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 16 th
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : ± 6-7 hari
Banyaknya : ± 2-3 kotex / hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Keluhan : Disminorea (+), flor albus (-)
HPHT : 4 – 2 -16.
HPL : 11 – 11- 16
7.      Riwayat Kehidupan Seksual :
Frekuensi : Tidak Di Tanyakan
Keluhan : Tidak Di Tanyakan
8.      Riwayat kehamilan sekarang
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke 2 usia kehamilan 42 – 43 minggu.
- Ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin (trimester 1 : 3 kali, trimester 2 : 3 kali, trimester
3 : 12 kali ).
- Keluhan selama hamil : - Trimester 1 : Mual, muntah dan pusing.
- Trimester 2 : Tidak ada keluhan.
- Trimester 3 : Sering kencing & sakit pada punggung.
- Ibu sudah mendapatkan imunisasi 2 kali.
- Penyuluhan yang pernah didapat : nutrisi tentang ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada
kehamilan dan tanda-tanda persalinan.
- Tx : zat besi, kalsium dan vitamin.
B. Objektif
1.      Keadaan Umum       : Baik
Kesadaran                : Compsmatis
       Keadaan Emosional : Stabil
2.      Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 Mmhg
Suhu                : 37
Nadi                : 77 X/I
Pernapasan      : 20 X/I
Berat Badan    : 60 Kg
3.         Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak Ada Ketombe, Kulit Kepala Bersih
Muka   : Tidak Anemis
Mata    : Sclera Tidak Ikterik, Konjungtiva Tidak Anemis
Hidung : Tidak Ada Secret , Bersih
Mulut : Tidak Ada Karies Gigi , Tidak Ada Stomatitis.
Telinga : Tidak Ada Serumen,Bersih , Tidak Ada Gangguan Pendengaran
Leher   : Tidak Ada Pembengkakan Vena Jugularis Dan Kelenjar Tiroid
Dada   : Pernafasan Teratur,
Mamae : Putting Susu Menonjol , Tidak Ada Hiperpigmentasi Areola
Abdomen : Nyeri Tekan Pada Abdomen Bagian Bawah, dan panas.
Kandung Kemih : Kosong
Genetalia Luar : Tidak Di Lakukan
Anus : Tidak Di Lakukan
Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak ada pembengkan, tidak ada nyeri tekan.
Bawah : simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, tidak ada varies.
C. ANALISA Ny P usia 36 tahun GII P10A0 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date +
bekas sc.
I. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHANDS : - Ibu mengatakan
hamil yang ke 2 dengan usia kehamilan 42-43 mgg
- HPHT : 4 -2 – 07
- TP : 11 -11 -07
DO : - K/U ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 88 kali/menit
- S : 39º C
- RR : 24 kali/menit
- TFU ½ px- pst,pada fundus teraba bokong, puki, bagian bawah janin sudah masuk  PAP
Masalah : Cemas menghadapi persalinan, gangguan rasa nyaman
Kebutuhan :
- Dukungan emosional
- meningkatkan personal hiegine ibu
- peningkatan pola nutrisi

II. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL DAN PENANGANANNYA


persalinan anjuran
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk dilakukan induksi persalinan
IV. INTERVENSI
Tanggal : 27 November 2016 Jam : 13.30 WIB
Dx : Ny P usia 36 tahun GII P10A0 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
Tujuan : Setelah dilakukan askeb diharapkan dalam waktu 2 jam ibu dalam keadaan baik dan ibu
mengerti keadaannya saat ini.
Kriteria : - TTV dalam batas normal (T : 110/70 – 130/90 mmHg, S : 36 – 37 ºC, N : 76 – 88
x/menit, RR : 16 – 20 x/menit).
Intervensi :
1.      Lakukan pendekatan dengan pasien.
R/ Terjalin hubungan baik dengan pasien sehingga pasien lebih kooperatif terhadap setiap
tindakan yang kita lakukan.
2.      Berikan dukungan psikologis pada pasien.
R/ Ibu lebih tenang dan dapat menerima keadaan.
3.      Observasi TTV.
R/ deteksi dini adanya kelainan.
4.      Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn pemberian therapi.
R/ Fungsi dependent bidan.

V.  IMPLEMENTASI
Tanggal 27 November 2007
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
13.40 - Menganjurkan px untuk tidur dan bed tres total.
1.  Membantu semua kebutuhan ibu seperti memberi minum, menyuapi makanan dan membantu
BAK. 14.00 – Memberikan dukungan pada ibu supaya tidak usah takut dan cemas
2. Banyak ber do`a agar semuanya berjalan dengan lancar
14.20 - Memasang infuse dengan cairan RL (24 tetes)+ oksitosin drip (24 tetes)
3. Memeriksa TTV :
- T : 120/80 mmHg - N : 84 x/menit
- S : 36º C - RR : 22 x/menit

VI. EVALUASI
Tanggal 27 November 2026 Jam 14.20 WIB.
S : Px mengatakan nyeri pada bekas operasi.
O : - K/U Ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 84 x/menit
- S : 36º C
- RR : 22 x/menit
- Perdarahan : ± 250 cc
A : Dapat teratasi.
P : -Perawatan luka operasi
- Nutrisi di tingkatkan ( tidak pantang makanan )
- Minum obat secara teratur

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam
rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut
pelvioperitonitis.
Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi,
penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual, infeksi dari
rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung, peritonitis dapat terjadi setelah suatu
pembedahan, dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal), iritasi tanpa infeksi.
Patofisologi peritonitis adalah reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara perlekatan
fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai
pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Prinsip umum
terapi pada peritonitis adalah
1.      Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena.
2.      Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas.
3.      Terapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.
4.      Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab.

4.2 Saran
Kita sebagai seorang perawat dalam mengatasi masalah peritonitis di masyarakat dapat
memberikan berbagai cara untuk mencegah peritonitis dan diharapkan mahasiswa/i dapat
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang mengalami peritonitis yang sesuai
dengan apa yang dipelajari.

Daftar Pustaka

Silvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


ECG ; JakartaDiagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 Prima Medika : Jakarta
Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta

 Peritonitis,http://www.medikastore.com/med/peritonitis_pyk.php?dktg=7&UID
200705.

Anda mungkin juga menyukai