Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPRAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA HEMOROID RS PAYANGAN

Oleh :
Nama : IB. Ambara Dwi Payana

NIM : 229012926

Kelompok :5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
2022
1. Konsep Hemoroid

A. Definisi

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah

anus yang berasasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid

eksterna dan hemoroid interna. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada

di bawah kulit (sub kutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah

pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa) di atas atau dibawah linea

dentate (NANDA NIC NOC 2013). Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi

dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas

spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal. (

Suzanne C. Smeltzer, 2006)

B. Klasifikasi

1. Hemoroid Interna

Hemorid interna terbagi menjadi 4 derajat :

a. Derajat I

Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya

dapat di temukan dengan proktoskopi.

b. Derajat II

Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,

tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.

c. Derajat III

Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi

harus di dorong.
d. Derajat IV

Suatu saat ada timbul keadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak

dapat di masukan lagi (permanen). Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di

ikuti infeksi.

2. Hemoroid Eksterna.

Varices pada vena pleksus hemoroid inferior (hemoroid terjadi didalam otot sfingter

ani)

C. Etiologi

Faktor predisposisi merupakan faktor penyebab yang berasal

dariherediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi. Sedangkan sebagai

faktorpresipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan

peningkatantekanan intra abdominal). Menurut Tambayong (2000) faktor

predisposisidapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah

akibat darihipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke

dalamsaluran anus dan rectum. Apabila terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahanmaka

akan menimbulkan nyeri. Darah segar sering tampak sewaktu defekasiatau mengejan.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umumterjadi pada usia 50-an.

50% individu mengalami berbagai tipe hemoroidberdasarkan vena yang

melebar. Faktor penyebab terjadinya hemoroidadalah sebagai berikut:

1.Mengedan pada buang air besar yang sulit

2.Pola buang air besar yang salah (lebih banyak

menggunakan jamban duduk, terlalu lama duduk di

jamban sambil membaca)


3.Peningkatan tekanan intra abdomen kerena tumor

(tumor usus, tumor abdomen)

4.Kehamilan (tekanan jenis pada abdomen dan perubahan

hormonal)

5.Usia tua

6.Konstipasi kronik

7.Diare kronik

8.Diare akut yang berlebihan

9.Hubungan seks peranal

10. Kurang minum air

11. Kurang makan makanan berserat

12. Kurang olahraga/ imobilisasi

13. Keturunan/genetik

Epidemologi, hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% pendudukan

berusia lebih dari 25 tahun. Keadaan ini tidak mengancam jiwa tapi dapat

menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman.


D. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche

(colok dubur) Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal

tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan

biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila

hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis

pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur

ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

2.Anoskopy

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang idak menonjol keluar.

Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam

posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam

mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.

Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam

lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan

membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,

derajatnya, letak besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani

dan tumor ganas harus diperhatikan.

3.Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan

disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena

hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses

harus diperiksa terhadap adanya darah samar.


4.Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy

5. Laboratorium : Eritrosit, Leukosit, Hb

2. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Data Fokus

a. Data Subyektif

Pasien mengeluh :

- Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah anus

- Adanya rasa gatal pada daerah anus

- Adanya pembengkakan pada pinggir anus (penonjolan yang keluar dari anus)

- Adanya pengeluaran lendir yang berlebihan pada anus.

- Adanya darah segar menetes dari anus

- Adanya feces yang keluar bercampur dengan darah segar

- Pasien mengungkapkan pola sexual yang dialami

- Pasien mengatakan bab yang keras ataupun mengatakan bab encer terus

menerus dalam waktu lama

- Pasien mengungkapkan pola dietnya (Makanan yang kurang berserat) dan

kurang minum air.

- Pasien mengungkapkan tentang aktifitas sehari-hari (apakah pekerjaannya

mengharuskan pasien untuk banyak duduk atau berdiri lama)

- Pasien mengungkapkan riwayat penyakit yang pernah dialami seperti

pembesaran prostat bagi laki-laki dan riwayat persalinan pada wanita.


- Pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang

dialaminya.

b. Data obyektif

- Tampak adanya tonjolan/massa yang keluar pada daerah anus (prolaps)

- Anus tampak kemerahan/iritasi dan tampak adanya pruritus

- Adanya darah segar yang keluar menetes dari anus

- Tampak adanya mukus/lendir bahkan pus yang keluar dari anus.

- Adanya strangulasi pada daerah anus

- Pasien tampak pucat, conjunctiva pucat

- Pasien tampak meringis dan sulit saat berjalan maupun duduk

- Pasien tampak gelisah dan cemas

3. Diagnosis Keperawatan

Pada asuhan keperawatan atau Askep Hemoroid dengan pendekatan sdki slki dan

siki, beberapa diagnosa keperawatan yang sering timbul, luaran dan kriteria hasil, serta

intervensi yang bisa dilakukan antara lain:

1) Gangguan Integritas kulit dan jaringan b/d Faktor mekanis dan perubahan sirkulasi

(D.0129)

Luaran: Integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125)

- Elastisitas meningkat

- Hidrasi dan perfusi jaringan meningkat

- Kerusakan jaringan menurun

- Kerusakan lapisan kulit menurun

- Nyeri menurun
- Perdarahan dan kemerahan menurun

- Suhu kulit, sensasi, dan tekstur membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Perawatan Integritas Kulit (I.11353)

Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,

perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan

mobilitas)

- Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring

- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare

- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering

- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)

- Anjurkan minum air yang cukup

- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

- Anjurkan meningkat asupan buah dan saur

- Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime

b. Perawatan Luka (I.14564)

- Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau

- Monitor tanda tanda infeksi lepaskan balutan dan plester secara perlahan

- Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu

- Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non toksik,sesuai kebutuhan

- Bersihkan jaringan nekrotik


- Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu

- Pasang balutan sesuai jenis luka

- Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka

- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

- Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien

- Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan

protein1,25-1,5g/kgBB/hari

- Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam

amino),sesuai indikasi

- Jelaskan tandan dan gejala infeksi

- Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein

- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

- Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik biologis mekanis,autolotik),

jika perlu

- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

2) Konstipasi b/d ketidakcukpan serat (D.0049)

Luaran: Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)

 Kontrol pengeluaran feses meningkat

 Mengejan saat defekasi menurun

 Distensi abdomen menurun

 Terasa massa pada rektal menurun

 Nyeri abdomen menurun


 Kram abdomen menurun

 Konsistensi feses membaik

 Frekuensi defekasi membaik

 Peristaltik usus membaik

Intervensi keprawatan:Manajemen konstipasi

 Periksa tanda dan gejala konstipasi

 Periksa pergerakan usus dan karakteristik feses

 Identifikasi faktor resiko konstipasi

 Jelaskan etiologi masalah dan alasan Tindakan

 Anjurkan peningkatan asupan cairan jika tidak ada kontraindikasi

 Ajarkan cara mengatasi konstipasi / impaksi

 Anjurkan diet tinggi serat

 Lakukan masase abdomen jika perlu

 Lakukan evakuasi feses secara manual jika perlu

 Berikan enema atau irigasi jika perlu

 Kolaborasi penggunaan obat pencahar jika perlu

3) Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik dan fisiologis (D.0077)

Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)

 Keluhan nyeri menurun

 Merigis menurun

 Sikap protektif menurun


 Gelisah dan kesulitan tidur menurun

 Anoreksia, mual, muntah menurun

 Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun

 Pola napsa dan tekanan darah membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Nyeri (I.08238)

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respon nyeri non verbal

 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

 Monitor efek samping penggunaan analgetic

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,

aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi

bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri

 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


Daftar Pustaka

Lohsiriwat V. 2012. Hemorrhoids: from basic pathophysiology to clinical


management. World journal of gastroenterology, 18(17).
https://doi.org/10.3748/wjg.v18.i17.2009

Parswa Ansari. 2021. Hemorrhoids. Hofstra Northwell-lenox Hill Hospital, New


York. Merck Manual

Pamela.C.A.et.al.2008. Nursing: Understanding Disease. Lippincott William &


Wilkins : Norristown Road.

Jennifer Whitlock. 2021. Causes and Risks Factors Of Hemorrhoids. Verywell


Health. https://www.verywellhealth.com/common-causes-of-hemorrhoids-3156970

Kyle R Perry MD. 2019. Hemorrhoids. Med Scape. Emedicine.


https://emedicine.medscape.com/article/775407-overview

PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan


II. DPP PPNI. Jakarta

PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan


II. DPP PPNI. Jakarta

PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan


II. DPP PPNI. Jakarta

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Med
Action Publishing

Anda mungkin juga menyukai