Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS PERFORASI GASTER

DI RUANGAN ICU RSUD LABUANG BAJI

OLEH :

MELISA, S.Kep

7119351716

CI INSTITUSI CI LAHAN

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PERFORASI GASTER

A. KASUS Perforasi Gaster

B. DEFINISI
Perforasi gaster merupakan suatu bentuk kerusakan yang terjadi pada
gaster. Penyebab perforasi gastrointestinal adalah ulkus peptikum, inflamasi
divertikulum kolon sigmoid, appendiksitis, kerusakan akibat trauma tumpul atau
tajam, perubahan pada kasus penyakit kronis, kolitis ulserasi dan tumor ganas
serta syndroma arteri mesenterika superior. Akibat dari perforasi gaster
biasanya akan terjadi kontaminasi bakteri dalam rongga perut yang dapat
menyebabkan terjadinya peritonitis dan merupakan suatu kasus kegawatan
bedah.

C. ETIOLOGI
Beberapa penyebab terjadinya perforasi gaster adalah :
1. Perforasi Non Trauma, misalnya :
a. Akibat volvulus gaster karena overdistensi dan iskemia
b. Adanya faktor presdisposisi : komplikasi akut ulkus gaster. Penyebab ulkus
gaster adalah infeksi Helicobacter pylori, obat-obatan OAINS, kortikosteroid, gaya
hidup, stres psikologi.
c. Perforasi oleh malignasi intra abdomen atau limfoma
d. Benda asing yang dapat menyebabkan perforasi esophagus, gaster, atau usus
yang berakibat menjadi infeksi intra abdomen, peritonitis dan sepsis.
2. Perforasi Trauma
a. Trauma iatrogenik misalnya setelah pemasangan pipa nasogastrik saat
endoscopi.
b. Luka penetrasi abdomen yang tembus hingga dada (trauma tajam)
c. Trauma tumpul pada gaster
D. PATOFISIOLOGI
Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster
normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster.
Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster beresiko terhadap
kontaminasi peritoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran cairan asam lambung ke
rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika kebocoran tidak
ditutup dan partikel makanan mencapai rongga peritoneal, peritonitis kimia bertahap
menjadi peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara
peritonitis kimia awal sampai peritonitis bakterial kemudian.

Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi akut.


Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk
flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang diakibatkan di
area memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas
bakterisid dari granulosit, yang mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit,
degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih
banyak cairan ke area abses, dan pembesaran abses abdomen. Jika tidak diterapi,
bakteremia, sepsis general, kegagalan multi organ, dan syok dapat terjadi.

E. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis dari perforasi gaster antara lain :
1. Nyeri seperti ditikam di epigastrium (fase akut)
2. Nyeri saat bergerak atau saat ditekan (defans muskuler)
3. Jika terjadi peritonitis akan timbul hipertermi, takikardia, hipotensi, dan
penderita tampak letargik.
4. Peristaltik usus menurun
5. Hematemesis

F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita perforasi gaster, yaitu :
1. Infeksi luka
Angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri pada gaster jika
terjadi peritonitis.
2. Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan
luka operasi) dapat terjadi segera atau lambat. Factor-faktor berikut ini
dihubungkan dengan kegagalan luka operasi:
a. Malnutrisi
b. Sepsis
c. Uremia
d. Diabetes mellitus
e. Terapi kortikosteroid
f. Obesitas
g. Batuk yang berat
h. Hematoma (dengan atau tanpa infeksi)
3. Abses abdominal terlokalisasi
4. Kegagalan multiorgan dan syok septik
a. Septikemia adalah proliferasi bakteri dalam darah yang menimbulkan
manifestasi sistemik, seperti kekakuan, demam, hipotermi (pada
septikemia gram negative dengan endotoksemia), leukositosi atau
leucopenia (pada septicemia berat), takikardi, dan kolaps sirkuler
b. Syok septik dihubungkan dengan kombinasi hal-hal berikut:
1) Hilangnya tonus vasomotor
2) Peningkatan permeabilitas kapiler
3) Depresi myocardial
4) Pemakaian leukosit dan trombosit
5) Penyebaran substansi vasoaktif kuat, seperti histamine, serotonin, dan
prostaglandin, menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
6) Aktivasi komplemen dan kerusakan endotel kapiler
7) Infeksi gram negative dihubungkan dengan prognosis yang lebih buruk
dari gram positif, mungkin karena hubungan dengan
endotoksemia c. Gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit,
dan pH d. Perdarahan mukosa gaster
Komplikasi ini biasanya dihubungkan dengan kegagalan system multiple
organ dan mungkin berhubungan dengan defek proteksi oleh mukosa
gaster
e. Obstruksi mekanik
Sering disebabkan karena adesi post operatif
G. PATHWAY

Non Trauma Trauma

Kerusakan mukosa gaster Hipoksia jaringan

Mual Peningkatan asam lambung Aktivasi mediator nyeri

Muntah Iritasi mukosa lambung Thalamus korteks cerebri

Nyeri
Penurunan nafsu makan Perforasi gaster epigastric Nyeri akut

Ketidakseimbangan nutrisi Pecahnya pembuluh Risiko


kurang dari kebutuhan darah intra abdomen perdarahan
tubuh
Kekurangan
volume cairan

Hipotensi dan
Risiko infeksi Hematemesis Anemia Peritonitis takikardia

Hipertermi
Ketidakefektifan

perfusi jaringan
Hipoksia
perifer

Risiko syok
Takipnea

Ketidakefektifan pola napas

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien perforasi gaster adalah :
1. Pemeriksaan radiologi
a. Foto rontgen dan foto polos abdomen
b. MRI / CT Scan
c. USG BOF
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi lengkap
b. Serum elektrolit
c. Urine lengkap

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan perforasi gaster yaitu :
1. Pemasangan NGT
2. Rehidrasi cairan dan elektrolit
3. Pemberian antibiotik
4. Terapi pembedahan

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut
4. Risiko perdarahan
5. Risiko syok
6. Risiko infeksi
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
8. Hipertermi
9. Mual
10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas Pasien dan Wali

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum


antara lain:

1) Nyeri

Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien
untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah
saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri,
perawat dapat melakukan pendekatan PQRST

2) Mual muntah

Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan


dan biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari
gastrointestinal.

3) Kembung dan Sendawa (Flatulens).

Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat


mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui
mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektum.

4) Ketidaknyamanan Abdomen

Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang


berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari
pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan
abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri.

5) Diare

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare


dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di
dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran
cerna. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit
terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat
tersebut di kolon berkuran.

6) Konstipasi

Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Hal


ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan
BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap
keluar sewaktu feses berada di usus besar. Orang yang sehari-
harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.
b. Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan apakah pada setiap keluhan yang terjadi bemberikan dampak


terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan
berat badan. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat
tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau
ukurannya dari pada nama dan dosisnya.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat
yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.

d. Riwayat penyakit dan riwayat MRS

Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka


perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan,
berapa lama dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada
saluran gastrointestinal.

e. Riwayat penggunaan obat-obatan

Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi
kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan

f. Riwayat alergi

3. Pemerikasaan fisik

a. Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum


terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian
anamnesis.

b. Ikterus: konsentrasi bilirubin dalam darah mengalami peningkatan


abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan
berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan.

c. Kaheksia dan atrofi: kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan


secara fisiologis dapat menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi
tubuh terlihat kurus dan lemah).

d. Pigmentasi kulit: pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh


gangguan fumgsi hati, hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit
sehingga memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan
pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris, daerah-
daerah yang tertekan, dan mulu

e. Status mental dan tingkat kesadaran

f. Bibir: bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta
adanya lesi.
g. Rongga mulut: pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai
kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti.

h. Abdomen: urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi,


auskultasi, palpasi, dan perkusi.

4. Pemeriksaan Penunjang Radiologi, USG, CT-Scan

5. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul adalah :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Ditandai dengan: hipotensi, takikardia, pengisian kapiler lambat, urine


pekat/menurun, berkeringat, hemokonsentrasi.

b. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan


hipovolemia.

Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Ditandai dengan: peningkatan tegangan, gelisah, mudah terangsang,


takut, gemetar, takikardi, kurang kontak mata, menolak, panik atau
perilaku menyerang.

d. Nyeri berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga
oral.

Ditandai dengan: mengkomunikasikan gambaran nyeri, berhati-hati


dengan abdomen, postur tubuh kaku, wajah mengkerut, perubahan
tanda vital.

e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi/informasi.

Ditandai dengan: permintaan informasi, pernyataan salah konsep,


terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan

1. Ketidakefektifan NOC: NIC:


pola nafas Status pernafasan (0415) Airway Management Airway Management
Status Pernafasan: a. Kaji kepatenan jalan nafas a. Mengidentifikasi apakah terdapat
ventilasi (0403) pasien obstruksi akibat adanya sekret pada
Setelah dilakukan tidakan jalan nafas pasien, menjadi pedoman
keperawatan selama 1x24 dalam menentukan intervensi
jam, pola nafas kembali b. Obstruksi secret pada bronkus akibat
efektif. Kriteria hasil: b. Auskultasi suara nafas, catat peningkatan produksi mucus sehingga
a. RR dalam batas normal adanya suara tambahan menimbulkan suara ronkhi
(15-20x/menit c. Posisi pasien yang tepat akan
b. Irama nafas normal c. Posisikan pasien untuk membantu udara yang keluar masuk
c. Tidak ada tanda sianosis memaksimalkan ventilasi paru-paru berjalan optimal
d. Pengembangan dada d. Obstruksipada bronkus dapat
simetris d. Monitor respirasi dan status menyebabkan penurunan intake O2
O2 saat inspirasi sehingga tubuh
mengalami kekurangan O2
e. Air hangatmampu membantu
pengenceran secret
e. Anjurkan klien untuk minum f. Obat b
air hangat melebarkan jalan nafas pasien
f. Kolaborasi dalam pemberian mukolitik dapa
obat bronkodilator dan pengenceran sekret.
mukolitik Terapi Oksigen (3320)

terdapat hambatan di jalan nafa


Terapi oksigen (3320)
a. Pertahankan kepatenan jalan akan me
nafas oksigen
b. Monitor aliran oksigen
mempertahankan kelembapan m
c. Periksa perangkat pemberian hidung
oksigen
signifikan , jumlah harus ditingk
d. Monitor efektifitas terapi
oksigen mengembalikan pola nafas m
normal
e. Berikan terapi oksigen melalui
O2 nasal jika sianosis klien
sudah berkurang dan
maintanance
2. Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui kondisi umum pasien
Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji skala nyeri (skala PQRST) 2. Mengetahui tingkat nyeri pasien
keperawatan selama 1 x 24 3. Atur posisi pasien senyaman 3. Mengurangi rasa nyeri
jam nyeri pasien dapat mungkin
teratasi 4. Anjurkan teknikrelaksasi 4. Mengurangi rasa nyeri
Kriteria Hasil: (napas dalam)
1. Pasien tidak meringis 5. Kolaborasi: pemberian 5. Analgesik dapat memblok reseptor
kesakitan analgesik nyeri pada susunan saraf pusat
2. Menunjukkan teknik
relaksasi secara individu
yang efektif
3. Skala nyeri berkurang 1 -
3
3. Kekurangan NOC: Cerebral Oedema management
volume cairan - Fliud balance 1. Catat karakteristik muntah dan 1. Mengetahui intake dan output
berhubungan - Hydration atau drainase 2. Memantau kondisi kesehatan pasien
dengan - Nutritional status : food 2. Awasi tanda-tanda vital 3. Memberikan posisi senyaman pasien
perdarahan and fliud intake 3. Pertahankan tirah baring, 4. Memposisikan syok
Setelah dilakukan tindakan mencegah muntah, dan 5. Mencegah terjadinya kekurangan
keperawatan selama 1 X 24 tegangan pada saat defekasi volume cairan
diharapkan pasien 4. Tingkatkan kepala tempat tidur
menunjukkan perbaikan selama pemberian antasida
keseimbangan cairan dengan 5. Kolaborasi pemberian
kriteria hasil : cairan/darah sesuai dengan
1. Balance cairan sesuai indikasi
antara intake dan output
2. TTV dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai


dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam P (perencanaan) dan
menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan (Walid, 2014).

Evaluasi
Menurut Walid (2014), evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Untuk memudahkan mengevaluasi digunakan komponen
SOAP, yaitu :

S : Data Subjektif

Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan


keperawatan.

O : Data Objektif

Hasil observasi perawat secara langsung mengenai keluhan klien setelah


dilakukan tindakan keperawatan.

A : Analisis

Suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi sesuai


interpretasi dari data subjektif dan data objektif.

P : Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutka, dihentikan, dimodifikasi,


atau ditambahkan dari perencanaan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta. Medica
Aesculpalus, FKUI.
BulechekG.M., Butcher H.K., Dochterman J.M., Wagner C. 2013. Nursing
th
Interventions Classifications (NIC). 6 edition. Mosby: Elsevier Inc.
Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Gleadle, J. 2007. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Helmi ZN. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T. H. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Moorhead S., Johnson M., Maas M.L., Swanson E. 2013. Nursing Outcomes
th
Classifications (NOC): Measurement of Health Outcomes. 5 edition.
Mosby: Elsevier Inc.
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Smeltzer, S. Bare, B. Hinkle, J. & Cheever, K. 2010. Brunner & Suddarth’s
th
Textbook of Medical Surgical Nursing. 11 edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik. Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah
(PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.
Waugh, A., Grant A. 2014. Ross and Wilson Anatomy & Physiology in Health and
th
Illness. 12 edition. Churchill Livingstone: Elseiver (China) Ltd.

Anda mungkin juga menyukai