Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GIGITAN SERANGGA

(Insect Bite)

Disusun Oleh :

Erna Ristianti

NIM. 108117021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2020
A. PENDAHULUAN

Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat


gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap
toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang.
Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan.
Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun)
yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin
memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang
tersengat.

B. EPIDEMIOLOGI

Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi


yang sama di seluruh dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu
dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak
menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar kita.
Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak
labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini
yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti
di perkebunan, persawahan, dan lain-lain.

C. ETIOLOGI

Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi


menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan Non Venomous
(tidak beracun). Serangga yang beracun biasanya menyerang
dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini
merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara
menyuntikan racun atau bisa melalui alat penyengatnya.
Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit dan
menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang
menimbulkan rasa gatal.

Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa
menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelas Arthropoda
yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi
atas :

I. Kelas Arachnida
 Acarina
 Araneae (Laba-Laba)
 Scorpionidae (Kalajengking)

II. Kelas Chilopoda dan Diplopoda

III. Kelas Insecta

 Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et


corporis)
 Coleoptera (Kumbang)
 Diptera (Nyamuk, lalat)
 Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)
 Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)
 Lepidoptera ( Kupu-kupu)
 Siphonaptera ( Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex

D. PATOGENESIS

Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan


kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau sengatan antigen
yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun tubuh.
Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks.
Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan
histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul
disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang
dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang
timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat
dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan reaksi
delayed.

Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan


ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga
timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau
sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat
disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh
pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang
berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim
Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak
lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari
racun tersebut.

E. MANIFESTASI KLINIS
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan
menyengat manusia, yang memberikan respon yang berbeda
pada masing-masing individu, reaksi yang timbul dapat berupa
lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul
dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung
hilang atau juga akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal,
dan lesi nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada
kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh
atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya,
muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan dan
kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami
ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis.
Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai
pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga
tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing.
Infeksi sekunder adalah merupakan komplikasi tersering yang
bermanifestasi sebagai folikulitis, selulitis atau limfangitis.

Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga


dapat timbul terjadinya suatu reaksi alergi yang dikenal dengan
reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok biasanya disebabkan akibat
sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak menutup
kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini
akan mengakibatkan pembengkakan pada muka, kesulitan
bernapas, dan munculnya bercak-bercak yang terasa gatal
(urtikaria) pada hampir seluruh permukaan badan. Prevalensi
terjadinya reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira
0,4%, ada 40 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai 60 menit setelah sengatan.
Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya syok
dan kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian
nantinya. sehingga diperlukan penanganan yang cepat terhadap
reaksi ini.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan


adanya edema antara sel-sel epidermis, spongiosis,
parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear. Infiltrat
dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada
dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan
sebukan sel radang akut.
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan
laboratorium dimana terjadi peningkatan jumlah eosinofil
dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan tes tusuk
dengan alergen tersangka.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan


fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat
ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah yang
mempunyai resiko mendapat serangan serangga seperti di
daerah perkebunan dan taman. Bisa juga ditanyakan mengenai
kontak dengan beberapa hewan peliharaan yang bisa saja
merupakan vektor perantara dari serangga yang dicurigai telah
menggigit atau menyengat.

H. DIAGNOSIS BANDING
Reaksi yang diakibatkan oleh sengatan atau gigitan
serangga kebanyakan menyerupai erupsi kulit yang lainnya.
Seperti yang dapat dilihat reaksi yang diakibatkan oleh
serangga menunjukkan adanya papul-papul. Bila kita menduga
terjadi reaksi akibat gigitan atau sengatan serangga, maka kita
harus memperoleh anamnesis dengan cermat adanya kontak
dengan serangga, menanyakan tentang pekerjaan dan hobi dari
seseorang yang mungkin dapat menolong kita mendiagnosis
kelainan ini. Dibawah ini merupakan beberapa diagnosis
banding dari reaksi akibat gigtan atau serangan serangga antara
lain :

1. Prurigo : Biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik


yang gatal. Mengenai ekstremitas

terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah.

2. Dermatitis Kontak : Biasanya jelas ada bahan-bahan


kontaktan atau alergen, lesi sesuai dengan

tempat kontak
I. PENATALAKSANAAN

Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan


mengontrol terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal
biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal
sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion
atau gel dapat membantu untuk mengurangi gatal, dan juga
dapat diberikan antihistamin oral seperti diphenyhidramin 25-
50 mg untuk mengurangi rasa gatal. Steroid topikal dapat
digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari
sengatan atau gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan
pemberian antibiotik topikal maupun oral, dan dapat juga
dikompres dengan larutan kalium permanganat.

Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan


pemasangan tourniket proksimal dari tempat gigitan dan dapat
diberikan pengenceran Epinefrin 1 : 1000 dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB diberikan secara subkutan dan jika diperlukan dapat
diulang sekali atau dua kali dalam interval waktu 20 menit.
Epinefrin dapat juga diberikan intramuskuler jika syok lebih
berat. Dan jika pasien mengalami hipotensi injeksi intravena 1 :
10.000 dapat dipertimbangkan. Untuk gatal dapat diberikan
injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau
difenhidramin 50 mg. Pasien dengan reaksi berat danjurkan
untuk beristirahat dan dapat diberikan kortikosteroid sistemik.

J. PROGNOSIS

Prognosis dari gigitan serangga sebenarnya baik, tapi


tergantung jenis serangga serta racun yang dimasukkannya ke
dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi syok anafilaktik maka
prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan tepat.

K. KESIMPULAN

Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat


gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap
toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang.
Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak
labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini
yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga,
seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain. Secara
sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup
yaitu Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun).

Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi


yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate
dan reaksi delayed. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat
berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung
hilang atau juga akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal,
dan lesi nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada
kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh
atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada
awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area
gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang
mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo
nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat
menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang
terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita
masing-masing.
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat
ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah yang
mempunyai resiko mendapat serangan serangga. Terapi
biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol
terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya
merupakan keluhan utama, campuran topikal sederhana
seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel
dapat membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat
diberikan antihistamin oral. Steroid topikal dapat digunakan
untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau
gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian
antibiotik topikal maupun oral. Jika terjadi reaksi berat dengan
gejala sistemik dapat diberikan Epinefrin.
DAFTAR PUSTAKA

1 . Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit.


Indonesia. Jakarta : EGC ; 2000 p. 174-175

2. Rohmi Nur. Insect Bites. [online] 2006 [cited 2008 June 04] : [
3 screens]. Available from :

http://www.fkuii.org/tiki-index.php?page=Insect+Bites7

3. Bites and Sting. In: Bolognia JL Lorizzo JL, Rapini RP,eds.


Dermatology Volume.1. London: Mosby; 2003.p.1333-35

4. Ngan Vanessa. Insect Bites and Stings. [Online] 2008 [cited


2008 June 4] : [4 screnns].

Available from : http://www.dermnet.com/image.cfm?


imageID=1875

5. Rube J. Parasites, Arthropods And Hazardous Animals Of


Dermatologic Significance. In: Moschella SL, Hurley HJ, eds.
Dermatology Volume 1. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1985.p.1923-88
6. Wilson C.Arthropod Bites And Sting. In: Fitzpetrick TB Eisen
AZ, Wolf K, Freedberg IM,Austen KF.eds. Dermatology in
General Medicine, 4th ed.USA: McGraw-Hill; 1993.p.2685-95

7. Burns.D.A. Dissease Caused by Arthropoda and other


Noxious Animals. In: Rook, Wilkinson, Ebling.eds. Textbook of
Dermatology 7 th ed. London: Blackwell Science.1998.p.1085-
1125.

8. Elston Dirk M. Insect Bites. [Online] 2007. [cited 2008 June


4] : [16 screens]. Available from:
http://emedicine.com/derm/topic467.htm#section~Treatment.

9. Habif TP,ed.Clinical Dermatology: A. Color Guide To Diagnosis


and therapy. 4th ed.Edinburgh; Mosby; 2004.p.531-36

10. Hardin MD. Fire Ant Bite. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] :
[1 screen]. Available from :

http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/tamu/fireants5.html
11. Hardin MD. Bee Sting Picture. [Online] 2008 [cited 2008
June 4] : [1 screen]. Available from :

http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/dermnet/beesting1.ht
ml

12. New Zealand Dermatological Society Incorporated. Prurigo


Nodularis. [Online] 2008 [cited

2008 june 4] : [4 screens]. Availablel from :


http://www.dermnet.com/image.cfm?
imageID=1875&moduleID=8&moduleGroupID=216&group
index=0&passedArrayIndex=2

13. Wiryadi Be. Prurigo. In : Djuanda Adhi: Mochtar H, Siti A,


eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 3th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.1999.p.272-275

14. Kucenic MJ. Contact Dermatitis. [Online] 2007 [cited 2008


june 4] : [8 screens]. Available

from : http://www.umm.edu/imagepages/2387.htm
15. E. Duldner, Jr., MD. Insect Bites And Stings. [online] 2008
[cited 2008 june 4] : [5 screens].

Available from :
http://about.com/adam_health_tropic:79/12.pages/342.h

Anda mungkin juga menyukai