INDRA PENGLIHATAN
Dosen Pengampu :
Sri Rahayu, M.Biomed
Drs. Refirman DJ, M.Biomed
Dr. Rusdi, M.Biomed
Disusun oleh :
Kelompok 12
INDRA PENGLIHATAN
A. Tujuan Pembahasan
Dalam praktikum indra penglihatan, mahasiswa diharapakan mampu:
1. Mengetahui cara memeriksa refleks pupil pada mata.
2. Menganalisis refleks yang terjadi padsa pupil mata.
3. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan buta warna.
4. Menganalisis hasil pemeriksaan buta warna.
B. Tinjauan Pustaka
Mata adalah organ indra kompleks yang mampu memvisualisasikan lingkungan
dengan menerima dan memproses energi cahaya yang memasuki mata. Cahaya
berinteraksi dengan struktur dan saraf mata untuk membentuk gambar, Penyesuaian
antara otot mata, badan siliaris, dan iris mata yang dirangsang oleh beberapa saraf dikenal
sebagai refeks pupil.Refleks pupil akan menyempitkan pupil sebagai respons terhadap
cahaya, dan penyempitan pupil terjadi melalalui persarafan otot sfingter iris.
Diameter pupil biasanya 2-5 mm dan perdekaan penuaan terjadi penurunan 0.3
mm pada pupil standar yang dikaitkan dengan kekakuan iris. Untuk dapat melihat benda
dengan jelas, refleks pupil menjalankan fungsinya mengatur sinar masuk ke dalam bola
mata agar dapat diterima retina dalam jumlah yang cukup. Banyaknya cahaya yang
masuk ke mare melalui pupil sebnading dengan luas pupil. Kuantitas cahaya yang masuk
ke mata dapat berubah hingga 30 kali lipat sevagai akibat perubahan bukaan pupil.
Refleks pupil dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, refleks konsensual, refleks cahaya, dan
refleks pupil mata akibat akomidasi.
a. Refleks konsensual
Refleks konsensual atau refleks cahaya tak langsung terjadi ketika terjadi
penyinaraan terhadap pupil sesisi akan menimbulkan miosis pada pupil kedua
sisi. Miosisi pada pupil yang tidak disinari terjadi karena adanya pupil yang
disinari dikenal sebagai reaksi pupil konsesnsi.
b. Refleks cahaya
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengatur diameter pupil,
sebagai tanggapan terhadap intensitas cahaya yang jatuh pada retina mata.
Intensitas cahaya yang lebih besar menyebabkan pupil mengecil untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata dan begitu juga
sebaliknya ketika intensitas cahaya lebih rendah menyebabkan pupil
membesar unutk meningkatkan jumlah cahaya yang diterima mata. Refleks
cahaya pupil mengatur intensitas cahaya yang memasuki mata. Cahaya
diteruskan memalui nervus optikus, nucleus genikulatum lateral, nucleus
Edinger-Westphal dari N III dna ganglion silaris.
Salah satu kelainan dari yang terjadi pada indra penglihatan ialah buta warna.
Buta warna adalah kelemahan atau ketidakmampuan mengenal warna tertentu.
Kelemahan mengenal warna disebut dengan anomali, sedangkan istilah yang menyatakan
ketidakmampuan mengenal warna diakhiri dengan kata anopia. Kata awalan prot–
menyatakan bahwa mata seseorang mengalami kelemahan atau ketidakmampuan untuk
mengenal warna merah, sedangkan dueter untuk warna hijau dan istilah trit- untuk warna
kuning. Kelainan penglihatan warna terdapat pada penduduk umum kira-kira 8% dari
laki-laki dan 0,4% dari perempuan.
Penglihatan warna pada manusia diduga merupakan hasil kerja dari 3 jenis sel
kerucut, dimana masing-masing jenis mengandung zat peka cahaya yang berbeda dan
mempunyai kepekaan maksimum terhadap salah satu dari tiga warna dasar yaitu biru,
hijau, dan merah. 3 jenis kerucut yang ada masing-masing menyerap maksimum cahaya
dari bagian biru, hijau, dan kuning spektrum dimana sel kerucut dengan kepekaan
maksimum untuk bagian kuning spektrum ternyata juga cukup peka terhadap cahaya
merah. Orang mempunyai sistem 3 sel kerucut tetapi salah satunya mungkin lemah,
sehingga mengalami protanomali, deuteranomali, dan tritanomali disebut trikromat.
Dikromat adalah orang yang mmepunyai sistem 2 sel kerucut dapat menderita protanopia
dan tritanopia. Sedangkan orang dengan monokromat hanya memiliki sistem 1 sel
kerucut, sehingga henya daapt melihat warna hitam dan putih serta bayangan kelabu.
Untuk mengetahui adanya buta warna diperlukan pemeriksaan buta warna.
Daftar Pustaka
Barett, Kim., et al. (2012). Ganong’s review of medical physiology 24th Edition. New York:
McGraw-Hil Companies; alih bahasa, Brahm U. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Ganong Edisi 24. Jakarta: EGC.
Ganong, W.F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. (2016). Human physiology: from cells to systems (Ninth edition).
Belmont, CA: Brooks/Cole, Cengage Learning