Anda di halaman 1dari 19

REFARAT

METABOLISME PENGLIHATAN WARNA

Oleh :
Kinasih Wahyu Ningtyas1161050067
Adella Swethari Samosir 1161050242
Jessica Levina1261050028
Rangga Ivananda Darmawan 1261050037
Daniel Dionisius Sianipar 1261050043
Ni Komang Ayu Tamara 1261050049
Andi Athaya Tenri Ampareng 1261050065
Faras Afif Berlian 1261050089

Pembimbing:
dr. Gilbert W. Simanjuntak, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

PERIODE 11 DESEMBER 2017 – 20 JANUARI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

Warna memiliki makna dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan

organisme.Bukan hanya manusia tetapi juga binatang dan tumbuhan berkepentingan dengan

warna.Manusia dapat memanfaatkan warna baik untuk berbagai kepentingan kehidupan sehari-

hari maupun untuk menggali ilmu dan pengetahuannya.Warna dapat dilihat oleh manusia karena

adanya alat indera penglihatan.

Dalam kehidupan sehari-hari warna sering digunakan untuk menarik perhatian misalnya

di dalam dunia perdagangan, periklanan digunakan kombinasi warna agar suatu produk menjadi

menarik.Lampu pengatur lalu lintas juga menggunakan warna.Militer menggunakan kombinasi

warna agar dapat mengaburkan penglihatan musuh.Bahkan warna dan kombinasinya dapat

mempengaruhi situasi seperti menimbulkan rasa tenang, membangkitkan suasana gembira,

murung, sedih dan marah.Manusia menggunakan warna pakaian agar dapat menarik perhatian,

bahkan kombinasi warna yang digunakan untuk merias wajahpun yang sering digunakan

perempuan dimaksudkan agar kelihatan tambah cantik dan menarik.

Dahulu orang memilih warna hanya berdasarkan kepada perasaannya saja, tetapi masa

sekarang dengan kemajuan teknologi memilih warna merupakan pengetahuan tersendiri yang

dilakukan dengan percobaan-percobaan di laboratorium sehingga dapat menghasilkan warna dan

kombinasinya yang hampir tak terbatas jumlahnya.

Di dalam teori warna dikenal istilah warna dasar yang terdiri dari merah, kuning dan biru,

warna ini disebut dengan warna primer.Selain istilah tersebut dikenal juga warna sekunder,
warna tersier, lingkaran warna, hue, warna monokromatis, warna analog, warna komplementer

dan warna kontras.Warna-warna tersebut sering dipilih oleh manusia untuk memenuhi “rasa”

yang dimiliki dan diinginkannya.

Penglihatan warna merupakan salah satu fungsi visual yang sangat penting dalan

kehidupan sehari-hari.Seorang dapat menikmati keindahan, kalau orang tersebut mempunyai

fungsi penglihatan warna yang normal. Pekerjaan-pekerjaan tertentu juga sangat membutuhkan

daya beda warna yang baik, misalnya pekerja yang berhubungan dengan sinyal warna, pelukis,

tukang cat, dan pencelup tekstil.

Kekurangan dalam persepsi penglihatan pada pelukis misalnya, akan menghasilkan

lukisan dengan warna yang sedikit banyak agak khas karena kompensasi pemberian warna.

Fenomena penglihatan warna normal telah dijelaskan secara singkat untuk memahami

cacat penglihatan warna.

Teori penglihatan warna telah lama diusulkan oleh Helmholtz. Menurut teori ini ada tiga

jenis kerucut di retina, yaitu kerucut merah,hijau dan biru. Masing-masing kerucut memiliki

absorbansi maksimum untuk warna merah, hijau, dan biru masing-masing, namun kurva

absorbansinya saling tumpang tindih.

Kekurangan dalam persepsi warna dapat menyebabkan beberapa kerugian.Kekurangan

dalam persepsi warna dapat menyebabkan beberapa kerugian.Kekurangan dalam persepsi warna

dikenal sebagai buta warna.

Teori penglihatan warna telah lama dikemukakan oleh Young dan Helmholtz. Teori ini

mengatakan bahwa pada mata terdapat 3 macam konus, yaitu konus merah, hijau, dan biru, yang

berturut-turut mempunyai penyerapan maksimum untuk warna merah, hijau, dan biru. Di

samping itu ketiga konus mempunyai spektrum penyerapan yang tumpeng tindih.Teori ini telah
banyak di uji oleh Para ahli, dan teori ini merupakan teori penglihatan warna yang sampai

sekarang dianut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 FISIOLOGI PENGLIHATAN

Retina merupakan bagian mata yang peka terhadap cahaya.Retina mengandung

fotoreseptor yang terdiri dari sel-sel kerucut yang berfungsi untuk penglihatan warna, dan sel-sel

batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih dan penglihatan di dalam

gelap. Bila sel batang ataupun kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melalui lapisan sel

saraf yang berurutan dalam retina itu sendiri dan pada akhirnya ke dalam serabut nervus optikus

dan korteks serebri. (Sherwood, guyton n hall)

Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya.Karena

adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin dalam

aqueous humor.Iris memiliki berbagai bercak, garis yang bersifat unik bagi setiap

orang.Sehingga iris menjadi dasar bagi teknologi identifikasi terkini.(Sherwood)

Sinar atau cahaya, adalah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket

energi yang dinamai foton yang berjalan dalam bentuk gelombang.Jarak antar dua puncak

gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Panjang gelombang dalam spectrum

elektromagnetik berkisar dari 10-14 m hingga 104 m. Selain memiliki panjang gelombang yang

bervariasi, energy cahaya juga bervariasi dalam intensitasnya, yaitu amplitudo atau tinggi

gelombang. Fotoreseptor di mata, hanya peka dalam panjang gelombang antara 400 dan 700

nm.Karena itu, cahaya tampak hanyalah sebagian kecil dari spectrum elektromagnetik total.Sinar
dari berbagai panjang gelombang dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda-beda.

(Sherwood, guyton n hall)

Gambar 1.Sifat suatu gelombang elektromagnetik. (Sherwood)

Gambar 2.Spektrum elektromagnetik.(Sherwood)

Baik sel batang maupun sel kerucut, mengandung bahan kimia yang akan terurai bila

terpajan cahaya dan akan merangsang serabut-serabut saraf yang berasal dari mata. Bahan kimia
peka cahaya dalam sel batang disebut rodopsin, sedangkan dalam sel kerucut disebut pigmen

kerucut atau pigmen warna. (guyton n hall)

Bila retina mendadak mendapatkan cahaya, akan terjadi hiperpolarisasi sementara. Pada

sel batang proses ini berlangsung selama lebih dari 1 detik dan mencapai puncaknya dalam

waktu kurang lebih 0,3 detik. Sedangkan dalam sel kerucut proses tersebut berlangsung 4 kali

lebih cepat dari sel batang. (guyton)

Retina mengandung sel batang tiga puluh kali lebih banyak daripada sel kerucut (100 juta

sel batang dibandingkan dengan 3 juta sel kerucut per mata).Sel kerucut lebih banyak di macula

lutea dibagian tengah retina, sedangkan sel batang banyak terdapat dibagian perifer.Sel batang

memberi penglihatan hanya dalam bayangan abu-abu, sementara sel kerucut memberi

penglihatan warna.Sel kerucut memiliki sensitivitas rendah terhadap cahaya, tetapi sel ini

memiliki ketajaman (kemampuan membedakan dua titik yang berdekatan) tinggi.Oleh karena itu,

sel kerucut digunakan untuk penglihatan siang hari, yang berwarna dan tajam.Sebaliknya sel

batang memiliki ketajaman rendah tetapi sensitivitasnya tinggi, sehingga sel ini berespon

terhadap sinar temaram malam hari. (Sherwood, guyton n hall)

Sensitivitas mata terhadap cahaya bergantung pada jumlah fotopigmen peka cahaya yang

ada di sel batang dan sel kerucut.Saat kita berpindah dari tempat terang ke gelap, rhodopsin yang

terurai sewaktu pajanan sinar matahari secara bertahap dibentuk kembali.Akibatnya, sensitivitas

mata perlahan meningkat sehingga dapat melihat di dalam keadaan yang gelap.Sebaliknya saat

kita berpindah dari tempat gelap ke tempat terang sel batang, yang sedemikian peka terhadap

cahaya, maka rhodopsin diuraikan sehingga fotopigmen sel batang tidak lagi dapat berespon

terhadap sinar.Selain itu, mekanisme adaptif sentral mengubah mata dari sistem batang ke sistem
kerucut.Dengan demikian hanya sel batang yang kurang peka yang digunakan untuk penglihatan

terang.(Sherwood)

Tabel 1. Perbedaan Sel Batang dan Sel Kerucut

SEL BATANG SEL KERUCUT


100 juta per retina 3 juta per retina
Penglihatan dalam bayangan abu-abu Penglihatan warna
Sensitivitas tinggi Sensitivitas rendah
Ketajaman rendah Ketajaman tinggi
Penglihatan malam Penglihatan siang
Banyak konvergensi di jalur retina Sedikit konvergensi di jalur retina
Lebih banyak di tepi Terkonsentrasi di fovea

II.2 METABOLISME PENGLIHATAN WARNA

Persepsi visual sangat dipengaruhi oleh struktur anatomi mata.Korneadan lensa bekerja

bersama seperti lensa kamera untuk memfokuskan bayangan sehingga dapat ditangkap oleh

retina yang terletak di belakang mata, yang bertindak seperti film pada kamera.Struktur-struktur

inilah yang berpengaruh terhadap presepsi warna.

Bayangan yang masuk ke bola mata akan diproyeksikan ke retina. Retina merupakan

lapisan setipis lembaran jaringan yang terletak dibagian belakang bola mata berisi sel-sel

fotoreseptor seperti sel batang dan kerucut yang akan mengubah bayangan yang masuk menjadi

impuls-impuls saraf yang akan diteruskan ke otak. Di bagian inilah, proses penglihatan warna

berlangsung.
Terdapat bagian saraf retina yang terdiri dari tiga lapisan sel yang peka rangsang :

1. Lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) yang mengandung sel batang dan sel

kerucut,

2. Lapisan tengah sel bipolar,

3. Lapisan dalam sel ganglion. Akson-akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optik,

yang keluar dari retina tidak tepat di bagian tengah. Titik di retina tempat saraf optik

keluar dan pembuluh darah berjalan disebut diskus optikus (Sherwood, 2011)

Gambar 3. Anatomi Retina Mata


Bagian fovea terdiri dari sel kerucut namun bentuknya menyerupai batang.Perbedaan

penting antara sel batang dan kerucut adalah fungsinya.Fungsi sel batang adalah untuk melihat

dalam kondisi kurang cahaya sedangkan sel kerucut bertugas untuk penglihatan dengan cahaya

yang cukup.Fovea terutama berfungsi untuk penglihatan cepat dan rinci.Fovea sentralis dengan

diameter hanya 0,3 milimeter, hampir seluruhnya terdiri atas sel-sel kerucut (Guyton dan Hall,

2010). Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, di sini fotoreseptornya adalah sel

kerucut, dan bagian retina paling tipis (Riordan-eva dan Witcher, 2010). Daerah tepat di sekitar

fovea, makula lutea juga memiliki konsentrasi sel kerucut yang tinggi dan ketajaman lumayan.

Namun, ketajaman makula lebih rendah daripada fovea, karena ada lapisan sel ganglion dan

bipolar di atasnya.

Fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Segmen luar (paling dekat dengan koroid), bagian ini mendeteksi rangsangan cahaya.

Segmen ini, berbentuk batang pada sel batang dan kerucut pada sel kerucut,

2. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoresetor. Bagian ini mengandung

perangkat metabolik sel,

3. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap ke

sel bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena stimulasi

cahaya ke sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan (Sherwood, 2011).

Segmen luar terdiri dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa gepeng yang

mengandung banyak molekul fotopigmen peka cahaya. Fotopigmen mengalami perubahan

kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar.Perubahan yang dipicu oleh cahaya dan pengaktifkan

fotopigmen ini melalui serangkaian tahap menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang
akhirnya menghasilkan potensial aksi.Potensial aksi menyalurkan informasi ini ke otak untuk

pemprosesan visual.

Fotopigmen terdiri dari dua komponen :

1. Opsin yang merupakan suatu protein,

2. Retinen, suatu turunan vitamin A yang terikat di bagian dalam molekul opsin. Retinen

adalah bagian fotopigmen yang menyerap cahaya (Sherwood, 2011).

Terdapat empat fotopigmen berbeda, satu di sel batang dan masing-masing satu di ketiga

jenis sel kerucut.Keempat fotopigmen ini menyerap panjang gelombang sinar yang berbeda-beda

(Sherwood, 2011).Bahan kimia yang peka cahaya dalam sel batang disebut rodopsin; tiga bahan

kimia peka cahaya dalam sel kerucut, disebut pigmen warna merah, hijau dan biru, mempunyai

komposisi sedikit berbeda dari rodopsin (Guyton dan Hall, 2010). Substansi rodopsin pada sel

batang merupakan kombinasi dari protein skotopsin dengan pigmen karotenoid retinal. Retinal

tersebut merupakan bentuk tipe khusus yang disebut 11-cis retinal.Bentuk cis retinal adalah

bentuk yang penting sebab hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan dengan skotopsin agar

dapat bersintesis menjadi rodopsin. Prinsip-prinsip fotokimiawi pada siklus penglihatan rodopsin

dan penguraiannya oleh energi cahaya , yang sama pula dapat diterapkan pada pigmen sel

kerucut (Guyton dan Hall, 2010).

Retina mengandung sel batang 30 kali lebih banyak daripada sel kerucut (100 juta sel

batang dibandingkan 3 juta sel kerucut per mata).Sel kerucut lebih banyak di makula lutea pada

bagian tengah retina.Dari titik ini keluar, konsentrasi sel kerucut berkurang dan konsentrasi sel
batang meningkat.Sel batang paling banyak di perifer.Perbedaan antara sel batang dan sel

kerucut adalah sel kerucut memberi penglihatan warna sedangkan sel batang memberi

penglihatan hanya dalam bayangan abu-abu.Sel kerucut memiliki sensitivitas rendah terhadap

cahaya, “dinyalakan” hanya oleh sinar terang siang hari, tetapi sel ini memiliki ketajaman

(kemampuan membedakan titik yang berdekatan) tinggi.Manusia menggunakan sel kerucut

untuk penglihatan siang hari, yang berwarna dan tajam.Sel batang memiliki ketajaman rendah

tetapi sensitivitasnya tinggi sehingga sel ini berespons terhadap sinar temaram malam hari

(Sherwood, 2011).

Setiap jenis sel kerucut sensitif terhadap panjang gelombang yang berbeda.Berdasarkan

responsivitasnya, sel kerucut dibagi menjadi 3 macam, S cone, M cone, L cone,

sedangkan sel batang hanya terdiri dari satu tipe sel. Penamaan ini berdasarkan pada sensitivitas

sel terhadap panjang gelombang cahaya short wavelength, middle wavelength, dan long

wavelength.

a. 420 nm: sel kerucut biru atau "S" kerucut untuk panjang gelombang pendek (short-

wavelength light),

b. 530 nm: sel kerucut hijau atau "M" kerucut untuk panjang gelombang menengah (middle-

wavelength light),

c. 560 nm: merah kerucut atau " L" kerucut untuk gelombang panjang (long-wavelength

light) (Deeb dan Motulsky, 2011).


Gambar 4. Panjang Gelombang Cahaya

Ada juga yang menamakan panjang gelombang ini sebagai RGB (red, green, dan blue)

namun, penamaan SML dirasa lebih tepat. Pada sel kerucut, terdapat 3 tipe yang menampilkan

warna, sedangkan sel batang hanya satu macam, menunjukkan bahwa sel batang tidak mampu

mengidentifi kasi warna.Sel S tersebar merata pada seluruh retina, namun tidak terdapat di

daerah tengah fovea.Perbandingan jumlah L:M:S adalah 12:6:1

Mekanisme penglihatan warna dapat dijelaskan menurut teori-teori di bawah ini:

1. Teori trikromatik

Pada teori ini, dikenal 3 reseptor yang sensitive terhadap 3 spektrum warna yaitu merah, hijau,

dan biru. Gambaran warna muncul karena rasio signal dari 3 reseptor warna yang dikirim ke otak
dibandingkan sampai menampilkan warna. Teori trikromatik ini tidak diragukan, tetapi tidak

dapat menjelaskan fenomena

transmisi ke otak.

2. Teori Hering’s opponent colors

Hering mengajukan teori lawan warna dengan observasinya meliputi penampilan warna,

kontras warna, foto setelah jadi, dan defi siensi penglihatan warna. Hering mencatat

penemuannya bahwa warna tertentu tidak terjadi secara bersamaan, contohnya kemerahan-

kehijauan dan kekuningankebiruan. Hering menemukan bahwa kontras warna ikut berpengaruh

untuk membedakan warna yang berpasangan.

3. Teori modern opponent colors

Teori ini bertentangan dengan teori trikromatik. Teori ini menyatakan bahwa warna yang

diterima di reseptor warna dikirim ke retina untuk diubah sinyalnya dan baru dikirim ke otak

Penglihatan warna, presepsi berbagai warna, bergantung pada berbagai rasio stimulasi

ketiga tipe sel kerucut terhadap bermacam-macam panjang gelombang tertentu dari sinar yang

sampai ke fotoreseptor retina (Sherwood, 2011).Benda- benda tertentu di lingkungan misalnya

matahari, api, dan lampu pijar, mengeluarkan cahaya, tetapi bagaimana bias melihat benda

seperti kursi, pohon, dan orang yang tidak mengeluarkan cahaya? Pigmen- pigmen di berbagai

benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu sinar yang sampai kepada mereka

dari sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan

benda.Berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan untuk melihat benda- benda

tersebut.Panjang gelombang ini juga merupakan panjang gelombang untuk puncak sensitivitas

cahaya untuk setiap tipe sel kerucut, yang dapat mulai digunakan untuk menjelaskan bagaimana

retina dapat membedakan warna (Guyton dan Hall, 2010). Misalnya panjang gelombang yang
terlihat sebagai biru tidak merangsang sel kerucut merah atau hijau sama sekali tetapi

merangsang sel kerucut biru secara maksimal( presentase stimulasi maksimal untuk sel kerucut

merah, hijau, dan biru masing-masing adalah 0:0:100). Sensasi kuning, sebagai perbandingan,

berasal dari rasio stimulasi 83:83:0, dengan sel kerucut merah dan hijau masing-masing

dirangsang hingga 83% maksimal, sementara sel kerucut biru tidak sama sekali. Rasio untuk

hijau adalah 31:67:36, dan demikian seterusnya, dengan berbagai kombinasi menghasilkan

sensai warna yang berbeda-beda. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya,

sementara hitam adalah tidak adanya cahaya.(Sherwood, 2011).

Derajat eksitasi masing-masing sel kerucut terkode dan ditransmisikan dalam jalur-jalur

parallel terpisah ke otak.Pusat penglihatan warna di korteks penglihatan primer

mengombinasikan dan memproses masukan-masukan ini untuk menghasilkan presepsi warna,

dengan menyertakan obyek dalam perbandingan dengan latar belakangnya.Karena itu konsep

warna berada dalam konsep pikiran masing-masing. Sebagian besar dari subjek yang berbeda

dapat sepakat tentang warna apa yang dilihat karena memiliki jenis sel kerucut yang sama seta

menggunakan jalur-jalur saraf yang mirip untuk membandingkan keluaran sel-sel

tersebut.Namun kadang-kadang seseorang tidak memiliki sel kerucut jenis tertentu, sehingga

penglihatan warna mereka adalah produk diferensial dari hanya dua jenis sel kerucut, suatu

keadaan yang dinamai buta warna. Orang dengan gangguan penglihatan warna ini tidak saja

mempresepsikan warna secara berbeda, tetapi mereka juga tidak mampu membedakan antara

merah dan hijau.

Bila panjang gelombang elektromagnetik yang diterima terletak di antara kedua pigmen

sel kerucut, maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008). Masukan-masukan warna
tersebut di kombinasikan dan diproses pada pusat penglihatan warna di korteks penglihatan

primer pada otak dan inilah yang akan menghasilkan presepsi warna (Sherwood, 2011).
BAB III

KESIMPULAN

Pengelihatan warna merupakan salah satu fungsi visual yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi bagian pada mata yang dapat memberikan warna yaitu

pada Retina. Retina mengandung fotoreseptor yang terdiri dari sel-sel kerucut yang berfungsi

untuk pengelihatan warna, dan sel-sel batang terutama berfungsi untuk pengelihatan hitam dan

putih dalan dalam gelap. Bila sel batang ataupun kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan

melalui lapisan sel saraf yang berurutan dalam retina itu sendiri dan pada akhirnya ke dalam

serabut nervus optikus dan korteks serebri. (Sherwood, guyton n hall)

Bila panjang gelombang elektromagnetik yang diterima terletak di antara kedua pigmen

sel kerucut, maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008). Masukan-masukan warna

tersebut di kombinasikan dan diproses pada pusat penglihatan warna di korteks penglihatan

primer pada otak dan inilah yang akan menghasilkan presepsi warna (Sherwood, 2011).

Teori penglihatan warna telah lama diusulkan oleh Helmholtz. Menurut teori ini ada tiga

jenis kerucut di retina, yaitu kerucut merah,hijau dan biru. Masing-masing kerucut memiliki

absorbansi maksimum untuk warna merah, hijau, dan biru masing-masing, namun kurva

absorbansinya saling tumpang tindih.

Kekurangan dalam persepsi warna dapat menyebabkan beberapa kerugian.Kekurangan

dalam persepsi warna dapat menyebabkan beberapa kerugian.Kekurangan dalam persepsi warna

dikenal sebagai buta warna. Pada Penderita buta warna mereka pada uumumnya tidak mampu

membedakan antara merah dan hijau.


Seseorang tidak memiliki sel kerucut jenis tertentu, sehingga penglihatan warna mereka

adalah produk diferensial dari hanya dua jenis sel kerucut, suatu keadaan yang disebut sebagai

buta warna. Orang dengan gangguan penglihatan warna ini tidak saja mempresepsikan warna

secara berbeda, tetapi mereka juga tidak mampu membedakan antara merah dan hijau.

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang mekanisme pengelihatan warna yaitu

Teori Trikromatik (3 reseptor yang sensitive terhadap 3 spektrum warna yaitu merah, hijau, dan

biru dan langsung transmisi ke otak), Teori Hering’s opponent colors (warna tertentu tidak

terjadi secara bersamaan, contohnya kemerahan-kehijauan dan kekuningan kebiruan), Teori

modern opponent colors (warna yang diterima di reseptor warna dikirim ke retina untuk diubah

sinyalnya dan baru dikirim ke otak, Teori ini bertentangan dengan teori trikromatik).

Teori penglihatan warna telah lama dikemukakan oleh Young dan Helmholtz. Teori ini

mengatakan bahwa pada mata terdapat 3 macam konus, yaitu konus merah, hijau, dan biru, yang

berturut-turut mempunyai penyerapan maksimum untuk warna merah, hijau, dan biru. Di

samping itu ketiga konus mempunyai spektrum penyerapan yang tumpeng tindih.Teori ini telah

banyak di uji oleh Para ahli, dan teori ini merupakan teori penglihatan warna yang sampai

sekarang dianut.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai