TINJAUAN PUSTAKA
Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh prosesus ciliaris masuk
melewati kamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui pupil.
Setelah melewati kamera okuli anterior cairan humor aquos menuju trabekula
meshwork ke angulus iridokornealis dan menuju kanalis Schlemm yang akhirnya
masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan melewati jaringan trabekulum
sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar dari mata melalui
3
otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui sklera
atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-
15%).
2.2. GLAUKOMA
4
2.2.2. Glaukoma Sekunder
a. Epidemiologi
Sebanyak 5.655 pasien baru menghadiri klinik mata selama masa studi,
1660 (29,4%) didiagnosis dengan glaukoma dari yang glaukoma primer 1561
(94,0%) sedangkan sekunder adalah 99 (6,0%). Para pasien dengan glaukoma
sekunder, laki-laki: perempuan rasio 1,3: 1, rentang usia itu 30-73 tahun, dan usia
rata-rata adalah 55 tahun. glaukoma sekunder ditemukan unilateral di 76,5% dan
bilateral di 23,5%. Spektrum glaukoma sekunder yang post traumatic glaukoma
25 (25,2%), lensa terkait glaukoma 16 (16,2%), steroid diinduksi glaukoma 14
(14,2%), neovascular glaucoma 12 (12,1%), uveitic glaukoma 10 (10,1%),
pseudoexfoliation glaukoma 10 (10,1%), pigmen glaukoma 6 (6,1%), aphakic
glaukoma 6 (6,1%). Mayoritas (80%) dari pasien dengan glaukoma neovascular
dan glaukoma uveitic disajikan di diagnosis dengan gangguan penglihatan berat
dan kebutaan pada mata yang terkena. 1
5
dan menimbulkan defek transiluminasi iris. Sindrom ini paling sering terjadi pada
pria miopia berusia antara 25 dan 40 tahun yang memiliki bilik mta depan yang
dalam dengan sudut bilik mata depan yang lebar.
2. Glaukoma Pseudoeksfoliasi
Dislokasi Lensa
6
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau secara spontam,
misalnya pada sindrom marfan. Dislokasi anterior dapat menimbulkan sumbatan
pada apertura pupil yang menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi
posterior ke dalam viterus juga berkaitan dengan glaukoma meskipun
mekanismenya belum jelas. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerusakan sudut
pada waktu dislokasi traumatik.
Intrumesensi Lensa
Glaukoma Fakolitik
Uveitis
7
peningkatan tekanan intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan.
Anyaman trabekula dapat tersumbat oleh sel-sel radang dari bilik mata depan,
disertai edema sekunder, atau kadang-kadang dapat terlibat dalam proses
peradangan secara spesifik mengenai sel-sel trabekular (trabekulitis). Salah satu
penyebab meningkatnya tekanan intraokular pada individu dengan uveitis adalah
penggunaan streoid topikal. Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan
fungsi trabekula yang permanen, sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang
neovaskularisasi sudut, semua kelainan tersebut meningkatkan kemungkinan
galukoma sekunder. Sindrom-sindrom uveitis yang cenderung berkaitan dengan
glaukoma sekunder adalah siklitis heterokromik Fuchs, uveitis anterior akut
terkait-HLA-B27, dan uveitis akibat herpes zoster dan herpes simpleks.
Tumor
8
5. Sindrom Iridokornea Endotel (ICE), (Atrofi Iris Esensial, Sindrom
Chandler, Sindrom Nervus Iris)
Kelainan idiopatik pada dewasa muda yang jarang ini biasanya unilateral dan
bermanifestasi sebagai dekompensasi kornea, glaukoma, dan kelainan iris
(corectopia dan polycoria).
Cedera contusio bola mata dapat disertai dengan peningkatan dini tekanan
intraokular akibat perdarahan ke dalam bilik mata depan (hipema). Darah bebas
menyumbat anyaman trabekular, yang juga mengalami edema akibat cedera.
Terapi awal dilakukan dengan obat-obatan, tetapi mungkin di perlukan tindakan
bedah tindakan bedah bila tekanannya tetap tinggi, yang kemungkinan besar
terjadi bila ada episode perdarahan kedua.
Cedera kontusio berefek lambat pada tekanan intraokular, efek ini tinggal
timbul akibat kerusakan langsung pada sudut. Selang waktu antara cedera dan
timbulnya galukoma mungkin menyamarkan hubungan tersebut. Secara klinis,
bilik mata depan tampak lebih dalam daripada mata yang satunya, dengan
gonioskopi memperlihatkan resesi sudut. Terapi medis biasanya efektif, tetapi
mungkin di perlukan tindakan bedah.
9
6. Glaukoma Setelah Tindakan Bedah Okular
Galukoma Neovaskular
Neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) dan sudut bilik mata depan paling
sering disebabkan oleh iskemia retina yang luas seperti yang terjadi pada
retinopati diabetik stadium lanjut dan okusi vena centralis retiane iskemik.
Galukoma mula-ula timbul akibat sumbaan sudut oleh membran fibrovaskular,
tetapi kontraksi membran selanjutnya menyebabkan penutuan sudut.
10
Galukoma neovaskular yang telah terbentuk sulit diatasi dan terapi sering
tidak memuaskan. Baik rangsangan neovaskularisasi maupun peningkatan tekan
intraokular perlu ditangani. Pada banyak kasus, terjadi kehilanan penglihatan dan
diperlukan prosedur siklodekstruktif untuk mengontrol tekanan intraokular.
11
2.3. PENILAIAN GLAUKOMA SECARA KLINIS 2
Tonometri
Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan dengan alat yang menggunakan lensa
khusus untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari gonioskopi
secara diagnostik dapat membantu mengidentifikasi sudut yang abnormal dan
menilai lebar sudut kamera okuli anterior.
12
Pemeriksaan Lapangan Pandang
Gangguan lapangan pandang pada glaukoma dapat mengenai 30 derajat
lapangan pandang bagian central. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya
bintik buta. Cara pemeriksaan lapangan pandang dapat menggunakan automated
perimeter (misal: Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann,
Friedmann field analyzer, dan layar tangent.
Terapi Medis
13
Timolol maleat merupakan β-adrenergik non selektif baik β1 atau β2.
Timolol tidak memiliki aktivitas simpatomimetik, sehingga apabila diteteskan
pada mata dapat mengurangi tekanan intraokuler. Timolol dapat menurunkan
tekanan intraokuler sekitar 20-30%. Reseptor β- adrenergik terletak pada epitel
siliaris, jika reseptornya terangsang aktifitas sekresinya akan meningkatkan inflow
humor aquos melalui proses komplek enzim adenyl cyclase-reseptor sehingga
menurunkan produksi humor aquos.
Farmakodinamik golongan β-adrenergic bloker dengan cara menekan
pembentukan humor aquos sehingga tekanan intraokuler dapat turun. Sedangkan
farmakokinetiknya sebagian besar diserap dengan baik oleh usus secara peroral
sehingga bioavaibilitas rendah, dan memiliki kadar puncak dalam plasma
mencapai 1 sampa 3 jam. Kebanyakan golongan β-adrenergic bloker memiliki
waktu paruh antara 3 sampai 10 jam. Waktu ekskresi yang dibutuhkan ginjal
untuk mengeluarkan obat golongan ini dapat diperpanjang apabila terdapat
hambatan aliran darah yang menuju ke hati atau hambatan enzim hati.
Penggunaan obat golongan ini dalam jangka lama dapat mengakibatkan
kontraindikasi berupa obstruksi jalan napas kronik. Indikasi pemakaian diberikan
pada pasien glaukoma sudut terbuka sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau
kombinasi terapi dengan miotik.
Indikasi lainnya dapat diberikan pada glaukoma inflamasi, hipertensi
okuler dan glaukoma kongenital.
14
tekanan intraokuler awal. Efek maksimal dari apraklonidin dalam menurunkan
tekanan intraokuler dapat terjadi sekitar 3-5 jam setelah pemberian terapi.
Indikasi penggunaan apraklonidin untuk mengontrol peningkatan akut
tekanan intraokuler pasca tindakan laser. Sedangkan kontraindikasi pemakaian
obat ini apabila pasien dengan mono amin oksidase (MAO) dan trisiklik depresan
karena mempengaruhi metabolisme dan uptake katekolamin.
15
intraokuler karena konsentrasi di prosesus siliaris mencapai 2-10μM. Penghambat
karbonat anhidrase topikal (dorsolamid) dapat menurunkan tekanan intraokuler
sebesar 15-20%.
Indikasi pemberian untuk mengontrol glaukoma baik jangka pendek maupun
jangka panjang, sebagai obat tunggal atau kombinasi. Indikasi lain untuk
mencegah kenaikan tekanan intraokuler pasca bedah intraokuler. Efek samping
lokal yang dijumpai seperti mata pedih, keratopati pungtata superfisial, dan reaksi
alergi. Efek samping sistemik jarang dijumpai seperti metalic taste, gangguan
gastrointestinal dan urtikaria.
16
Obat yang digunakan dalam menurunkan volume vitreus dapat menggunakan
obat hiperosmotik dengan cara mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air
tertarik keluar dari vitreus dan menyebabkan pengecilan vitreus sehingga terjadi
penurunan produksi humor aquos. Penurunan volume vitreus bermanfaat dalam
pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan maligna yang menyebabkan
pergeseran lensa kristalina ke anterior yang menyebabkan penutupan sudut (
glaukoma sudut tertutup sekunder ).
17