Anda di halaman 1dari 3

Trauma Kapitis

- Akibat pecahnya a.meningea media & sinus venosus


TRAUMA KAPITIS - Tanda klinis:
Klasifikasi trauma kapitis  Lucid interval (+)
a. Patologi  Kesadaran makin menurun
- Commusio cerebri  Late hemiparese kontralateral
- Contusio cerebri  Pupil anisokor
- Laceratio cerebri  Babinski (+) kontralateral
b. Lokasi lesi  Fraktur di daerah temporal
- Lesi difus - EDH di fossa posterior
- Lesi kerusakan vaskuler otak Gejala dan tanda klinis:
- Lesi fokal:  Lucid interval tidak jelas
 Kontusio dan laserasi serebri  Fraktur kranii oksipital
 Hematoma intrakranial  Kehilangan kesadaran cepat
# EDH
 Gangguan serebellum, batang otak dan pernapasan
# SDH
 Pupil isokor
# Hematoma intraparenkim: SAH, ICH, perdarahan
- CT scan kepala: gambaran hiperdens (perdarahan) di
intraserebellar
tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah temporal
c. Derajat kesadaran ~ SKG
dan bikonveks
Kategori SKG Gamb klinik CT scan
kepala
B. SDH
Minimal 15 Pingsan (-) deff neuro (- Normal
- Terjadi antara duramater – arakhnoid akibat robeknya
)
“bridging vein”
Ringan 13-15 Pingsan < 10 menit, Normal - Jenis:
deff neuro (-) 1. Akut : interval lucid 0-5 hari
Sedang 9-12 Pingsan > 10 menit - < Abnormal 2. Subakut : interval lucid 5 hari – bbrp minggu
6 jam, deff neuro (+) 3. Kronik : interval lucid > 3 bulan
Berat 3-8 Pingsan > 6 jam, deff Abnormal - Gejala dan tanda klinis:
neuro (+)  Sakit kepala
Jika CT abnormal berupa perdarahan intrakranial,  Kesadaran menurun +/-
dimasukkan “berat”
- Penunjang:
CT scan otak: gambaran hiperdens (perdarahan) diantara
PENEGAKAN DIAGNOSIS duramater dan arachnoid, umumnya karena robekan dari
bridging vein, dan tampak seperti bulan sabit
1. Anamnesis:
- Onset C. ICH
- Mode of injury Perdarahan parenkim otak, disebabkan karena pecahnya
- Ada/tidak gangguan kesadaran arteri intraserebral mono atau multiple
- Ada/ tidak lucid interval
- Kelemahan, merot, pelo D. FRAKTUR BASIS KRANII
- Muntah, nyeri kepala, kejang, ggn penglihatan, ggn 1. Anterior
pendengaran Gejala & tanda klinis:
- Adanya perdarahan: otore, rhinore, - keluarnya LCS melalui hidung / rinore
- Amnesia - perdarahan bilateral periorbital echymosis/racoon eye
- RPD - anosmia
- Riw penggunaan obat2an, alkohol 2. Media
2. Pemeriksaan umum dan neurologis: Gejala dan tanda klinis
- Vital sign - Keluarnya LCS dari telinga/ otore
- SKG - Ggn N. VII & VIII
- Brill hematome, battle sign, otore, rhinore, echymosis 3.Posterior
periorbita bilateral Gejala & tanda klinis:
- Adanya kemungkinan fraktur/trauma thorax/trauma Bilateral mastoid echymosis/ battle’s sign
abdomen Penunjang diagnostik:
- Defisit neuro fokal: lateralisasi, reflex - Memastikan LCS secara sederhana dg tes halo
- Pemx neurologis: tanda-tanda herniasi, refleks batang - Brain HR CT dan irisan 3 mm (50% +)
otak(reflex cahaya, kornea, doll’s eye, gag)
- Monitor pola nafas E. DAI
- Ggn otonom Gejala dan tanda klinis:
- Funduskopi - Koma lama post trauma kapitis (prolonged koma)
3. Foto skull ap/lat/tangensial - Disfungsi saraf otonom
4. Foto polos lain sesuai indikasi (foto servikal) - Demam tinggi
Dari foto polos dilihat adanya fraktur linier, impresi,
terbuka/tertutup Penunjang diagnostik:
5. CT scan kepala (lihat kontusio, edema cerebri, perdarahan) CT scan kepala:
Awal  normal, tdk ada tanda perdarahan, edema, kontusio
A. EDH Ulangan setelah 24 jam – edema otak luas
- Terjadi antara tabula interna – duramater
- Hematoma masif

1
Trauma Kapitis

F. SAH TRAUMATIKA - Letak rumah jauh ato sulit kembali ke RS


Gejala & tanda klinis:
- Kaku kuduk KONSENSUS DI RUANG RAWAT
- Nyeri kepala A. Kritikal – SKG 3-4 di ICU
- Bisa didapati gangguan kesadaran B. Sedang – berat  SKG 5-12
Penunjang diagnostik: 1. Lanjutkan penanganan ABC
CT scan kepala: perdarahan di R. Subarachnoid 2. Pantau tanda vital (suhu, RR, TD), pupil, SKG, gerakan
ekstremitas, sampai px sadar. Pantauan dilakukan tiap 4
KONSENSUS MANAJEMEN DI IRD jam, lama pantauan sampai px mencapai SKG 15
Penanganan sesuai beratnya trauma, dg urutan: Dijaga jgn terjadi kondisi sbb:
1. Survei primer  stabilisasi kondisi px: TDS < 90 mmHg
- A: bebaskan jalan napas  k/p intubasi Suhu > 38 ‘C
- B: pastikan pernapasan adekuat target SaO2 > 92% RR > 20x/m
- C: pertahankan TDS > 90 mmHg  pasang infus iv  NaCl 3. Cegah kemungkinan TIK meningkat dg:
0,9% atau RL, hindari cairan hipotonis, k/p beri vasopressor - Posisi kepala ditinggikan 30’
dan/inotropik - k/p diberikan manitol 20% (hati2 KI).
- D: cek VS, SKG, pupil, pemeriksaan neurologi cepat - Berikan analgetika, k/p sedasi jangka pendek
(lateralisasi, RP), luka2, Anamnesa AMPLE (alergi, 4. Atasi komplikasi
medication, past illness, last meal, event related to injury) - Kejang: profilaksis OAE` selama 7 hari utk cegah
2. Survei sekunder  pemx lanjutan stlh px stabil immediate dan early seizure pd kasus resiko tinggi
- E: laboratorium (DL, RFT, GDA, SE, BGA, UL), radiologi - Infeksi akibat fraktur basis kranii/fraktur terbuka:
(foto skull AP/lat/tangensial, CT scan kepala, lain2 sesuai profilaksis AB sesuai dosis inf intrakranial 10-14
indikasi) hari
- F: manajemen terapi: - GI – perdarahan lambung
 Siapkan operasi sesuai indikasi - Demam
 Siapkan masuk ruang rawat - DIC: px dg trauma kapitis tertutup cenderung
 Penanganan luka2 mengalami koagulopati akut
 Pemberian tx obat2an sesuai kebutuhan 5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roboransia, neuroprotektan, nootropik sesuai indikasi
INDIKASI OPERASI PX TRAUMA KAPITIS: C. Trauma kapitis ringan (komosio cerebri)
1. EDH: 1. Dirawat 2x24 jam
 > 40 cc dg MLS pd temporal/frontal/ parietal dg fx batang 2. Tidur dg kepala ditinggikan 30’
otak masih baik 3. Obat-obat simtomatik seperti analgetik, anti emetik, dll
 > 30 cc pd fossa posterior dg tanda penekanan batang otak sesuai indikasi
ato hidrosefalus dg fx batang otak msh baik
 EDH progresif KONSENSUS NEURORESTORASI DAN
NEUROREHABILITASI
 EDH tipis dg penurunan kesadaran bkn indikasi operasi
1. Evaluasi defisit neurologi
2. SDH:
a. Parese n. Cran,
 SDH luas (>40cc / > 5mm) dg GCS >6, fx batang otak
b. Parese motorik
masih baik c. Ggn sensorik
 SDH tipis dg penurunan kesadaran bukan indikasi operasi d. Ggn otonom
 SDH dg edema serebri/kontusio serebri disertai MLS dg fx e. Koordinasi
batang otak msh baik f. Neurobehaviour
3. ICH pasca trauma g. Status mental neuro lengkap
Indikasi operasi ICH pasca trauma: 2. Membuat program restorasi berdasar acuan baku sesuai
a. Penurunan kesadaran progresif defisit yg didapatkan
b. HT dan bradikardi dan tanda2 ggn napas (cushing reflex) 3. Membuat discharge planning
c. Perburukan defisit neurologi fokal 4. Mengirim px ke pusat rehabilitasi
d. Fraktur impresi > 1 diploe
e. Fraktur kranii dg laserasi serebri
f. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intrakranial)
g. Edema serebri berat yg disertai tanda TIK meningkat,
dipertimbangkan operasi dekompresi

KASUS RINGAN
1. Pemeriksaan status umum dan neurologi
2. Perawatan luka2
3. Px dipulangkan dg observasi ketat oleh keluarga selama 48 jam
Bila selama dirumah:
- Px cenderung mengantuk
- Sakit kepala yg makin berat
- Muntah proyektil
 Harus segera ke RS
4. Pasien perlu dirawat bila:
- Ada ggn orientasi (waktu&tempat)
- Sakit kepala dan muntah
- Tdk ada yg mengawasi di rumah

2
Trauma Medula Spinalis

TRAUMA MEDULA SPINALIS - Dekompresi lambung pada distensi


- Kepentingan nutrisi enteral
A. KLASIFIKASI 5. Pemeriksaan umum dan neurologis khusus
1. ASIA/IMSOP - Jika tdp fraktur / dislokasi kolumna vertebralis:
Klasifikasi ditegakkan pada 72 jam – 7 hari post trauma Servikal: pasang kerah fiksasi leher, jangan dimanipulasi dan
a. Berdasarkan impairment scale disamping kiri-kanan leher diberi bantal pasir
Gr Tipe Ggn medspin ASIA/IMSOP Torakal: lakukan fiksasi (torakolumbal brace)
A Komplit Tdk ada fx motorik & sensorik sampai Lumbal : fiksasi dengan korset lumbal
S4-S5
B Inkomplit Fx sensorik masih baik tp motorik PEMERIKSAAN PENUNJANG
terganggu smp segmen sakral S4-S5
C Inkomplit Fx motorik terganggu dibawah level, tp
a. Lab: darah perifer lengkap, UL, GDA, BUN/SK, BGA
otot otot2 motorik utama masih punya
kekuatan <3 b. Radiologi : foto vertebra AP/lat/odontoid sesuai letak lesi
D Inkomplit Fx motorik terganggu dibawah level, CT scan/MRI jika foto polos masih meragukan atau akan dilakukan operasi
otot2 motorik utama punya kekuatan >3 c. Pemeriksaan lain
E Normal Fx motorik dan sensorik normal EKG bila ada aritmia jantung

b. Berdasarkan tipe dan lokasi trauma PEMBERIAN KORTIKOSTEROID


1. Complete SCI (grade A)
a. Unilevel Bila dx ditegakkan < 3 jam post trauma berikan:
b. Multilevel
2. Incomplete SCI (grade B,C,D) Methylprednisolon 30mg/kgBB iv bolus selama 15 menit, ditunggu selama
a. Cervicomedullary syndrome 45 menit (tidak diberikan MP dalam kurun waktu itu), selanjutnya
b. Central cord syndrome diberikan infus kontinyu MP selama 23 jam dengan dosis 5,4 mg/kgBB/jam
c. Anterior cord syndrome
d. Posterior cord syndrome Bila 3-8 jam, idem, hanya infus MP dilanjutkan untuk 47 jam
e. Brown sequard syndrome
f. Conus medullary syndrome Bila > 8 jam tidak dianjurkan pemberian MP
3. Complete cauda equina syndrome (grade A)
4. Incomplete cauda equina syndrome (grade B,C,D) TATALAKSANA DI RUANG RAWAT

OTOT-OTOT UTAMA 1. Perawatan umum


- Lanjutkan ABC sesuai keperluan
- Lengan: otot fleksor (elbow flexor), otot ekstensor tangan (wrist - Usahakan suhu badan tetap normal (jika lesi diatas C8,
extensor), otot ekstensor ( elbow extensor), otot fleksor jari-jari (finger termoregulasi tdk ada)
flexor-distal phalanx of middle finger), abduktor jari (finger abductor- - Jika ada ggn miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan
little finger) jika ada retensi alvi, berikan laksan/klisma
- Tungkai: otot fleksor panggul (hip flexor) otot ekstensor lutut (knee 2. Pemeriksaan neurofisiologi klinis –SSEP
extensor), otot dorsofleksi pergelangan kaki (ankle dorsoflexion), otot 3. Medika mentosa
panjang ekstensor jari (long toe extensor), otot fleksor plantar a. Lanjutkan MP (cegah proses sekunder)
pergelangan kaki (ankle plantar flexor) b. Antispastisitas otot sesuai klinis
c. Analgetik
TATALAKSANA PREHOSPITAL d. Cegah dekubitus, k/p pakai kasur khusus
e. Cegah DVT dg stoking kaki khusus ato fisioterapi. Klo perlu
1. Stabilisasi manual diberikan antikoagulan (heparin/LMWH)
2. Membatasi fleksi dan gerakan2 lain f. Mencegah proses sekunder (radikal bebas, dll) dg antioksidan (vit
3. Penanganan imobilitas vertebra dengan kolar leher dan vertebral brace C,E)
g. Stimulasi sel saraf dg GM-1 ganglioside dimulai dlm waktu 72 jam
TATALAKSANA DI IRD sejak onset s.d 18-32 hari
h. Tx obat lain sesuai indikasi, seperti AB bila ada infeksi
1. A (irway): menjaga jalan napas bebas i. Memperbaiki sel saraf yg rusak dg stem sel (in future)
2. B(reathing): mengatasi ggn pernapasan kalo perlu lakukan intubasi 4. Operasi
endotrakeal (pd cedera medspin servikal atas) dan pemasangan alat Waktu operasi
bantu napas supaya oksigenasi adekuat - Antara 24 jam sd 3 minggu
3. C(irculation): memperhatikan tanda2 hipotensi, tjd karena pengaruh - Tindakan operatif awal (<24 jam) lbh bermakna menurunkan
pd sistem saraf ortosimpatis perburukan neurologis, komplikasi dan outcome skor motorik 1
a. Syok hipovolemik (hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin/basah) tahun post trauma
Tindakan: beri cairan kristaloid (NaCl 0,9%/RL) k/p dengan
koloid (mis albumin 5%) Indikasi operasi:
b. Syok neurogenik (hipotensi, bradikardi, ekstremitas hangat/kering)
pemberian cairan tdk akan menaikkan tensi (awasi edema paru) - Ada fraktur, pecahan tulang menekan medspin
maka harus diberi obat vasopresor: - Gambaran neurologis progresif memburuk
- Dopamin utk menjaga MAP > 70 - Fraktur, dislokasi yg labil
- Bila perlu adrenalin 0,2 mg sc - Tjd herniasi diskus intervertebralis yg menekan medspin
- Dan boleh diulangi 1 jam kemudian - Konsultasi bedah saraf/ ortho sesuai indikasi
4. Pasang foley cateter utk monitor produksi urine dan cegah retensi
urine, pasang NGT (hati-hati pada cedera servikal) dg tujuan untuk:

Anda mungkin juga menyukai