Oleh :
Ima Maili Shofiyani, S.Ked
Mukhlissatus Sholichah, S.Ked
Pembimbing :
dr Luky S, Sp.S
DEFINIS
I
a. Duramater
Selaput yang keras; terdiri atas
jaringan ikat fibrosa yang
melekat erat pada permukaan
dalam dari kranium.
Terdiri dari 2 lapisan: endosteal
dan meningeal, terdapat sinus
vena diantara kedua lapisan tsb.
b. Arachnoid
Suatu membran fibrosa yang
tipis, halus dan avaskular.
c. Piamater
Membrana vaskular yang dengan
erat membungkus otak, meliputi
gyri dan masuk kedalam sulci yang
paling dalam.
KLASIFIKASI
2. Non trauma
Sumber
a. pasien dengan konsumsi perdarahan:
obat-
bridging veins di subdural
obat antikoagulan
arteri kortikal
b. Aneurisma Lokasi perdarahan: di daerah parietal, sebagian
c. Tumor intra kranial di daerah temporal, fissura interhemisferik
d. Post operasi
PATOFISIOLOGI
TANDA-TANDA HERNIASI OTAK
Tanda-tanda
peningkatan TIK
Penurunan kesadaran
Pupil anisokor
Hemiparesis
kontralateral
1, subfalcine; 2, herniation of the
Kejang uncus and hippocampal gyrus of the
temporal lobe into the tentorial
Lucid interval notch, causing pressure on the third
nerve and
mid-brain; 3, brainstem caudally;
4, cerebellar tonsils through foramen
magnum
GEJALA KLINIS DIAGNOSIS
a. Nyeri kepala penurunan a. ANAMNESIS
kesadaran b. PEMERIKSAAN FISIK
b. Mual dan muntah c.PEMERIKSAAN
PENUNJANG
c. Gangguan motorik
LABORATORIUM
d. Anisokor pupil
FOTO KEPALA
CT-Scan
MRI
CT-SCAN
DIAGNOSIS BANDING
a. Stroke
b. Encephalitis
c. Abses otak
d. Adverse drugs reactions
e. Tumor otak
f. Perdarahan subarachnoid
g. Hydrocephalus
PENATALAKSANAAN
1. Non-operatif / Medikamentosa
Intubasi dan oksigenasi
Elevasi kepala 30
Cairan isotonis untuk resusitasi
Manitol 0,25-1 g/kgBB
Furosemid 0,3-0,5 mg/kgBB
Antikonvulsan (Fenitoin) untuk mengatasi kejang 15-20
mg/kgBB
Neurotropik
Citicoline 1 g/hari
Piracetam 24-30 mg/hari
2. Operatif, jika:
a. Mortalitas 60-70 %
a. Medis : kejang dan infeksi (16,9%)
b. SDH akut yang sedikit (diameter
b. Operasi : massa subdural,
< 1 cm), prognosanya baik
hematom intraparenkim, atau tension
c. Operasi pada SDH kronis
pneumocephalus (2,3% )
prognosis sekitar 90 % kasus
c. Meningitis atau abses serebri (< 1
sembuh total.
%)
d. SDH disertai lesi parenkim otak
mortalitas > tinggi sekitar 60 %.
CEDERA KEPALA
EDH
Definisi
Adalah perdarahan intra kranial yang terjadi
karena fraktur tulang tengkorak dalam ruang
antara tabula interna kranii dengan
duramater
KLASIFIKASI
BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1. Komosio serebri : tidak ada jaringan otak yang rusak tp hanya
kehilangan fungsi otak sesaat (pingsan < 10 mnt) atau amnesia pasca
cedera kepala.
2. Kontusio serebri : kerusakan jar. Otak + pingsan > 10 mnt atau
terdapat lesi neurologik yg jelas.
3. Laserasi serebri : kerusakan otak yg luas + robekan duramater +
fraktur tl. Tengkorak terbuka.
BERDASARKAN GCS:
1. GCS 13-15 : Cedera kepala ringan CT scan dilakukan bl ada
lucid interval/ riw. kesdran menurun. evaluasi kesadaran, pupil,
gejala fokal serebral + tanda-tanda vital.
2. GCS 9-12 : Cedera kepala sedang prks dan atasi gangg. Nafas,
pernafasan dan sirkulasi, pem. Ksdran, pupil, td. Fokal serebral,
leher, cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.
3. GCS 3-8 : Cedera kepala berat : Cedera multipel. + perdarahan
intrakranial dg GCS ringan /sedang.
Etiologi
Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi
dibedakan atas koup kontusio dimana lesi
terjadi pada sisi benturan, dan tempat
benturan. Pada kepala yang relatif diam
biasanya terjadi lesi koup, sedang bila
kepala dalam keadaan bebas bergerak akan
terjadi kontra koup.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kepala, mata, hidung,
ekstremitas bila tdpt luka diberikan
penanganan, ukuran luka dicatat..
Pemeriksaan neurologis : GCS, tanda
tekanan intrakranial meningkat
(pusing/sakit kepala, mntah, kedran
menurun, kdg kejang). Pupil, defisit
neurologis lain (lateralisasi, paresis saraf
kranialis ).
Rontgen kepala, CT scan otak
EPIDURAL HEMATOM
Gejala (trias klasik) :
1. Interval lusid.
2. Hemiparesis/plegia.
3. Pupil anisokor.
Diagnosis akurat dg CT scan kepala : perdarahan
bikonveks atau lentikuler di daerah epidural.
Gejala yang sering tampak