Anda di halaman 1dari 9

SECTION II

Kelainan Muskuloskeletal
11. Kelainan Degeratif pada Sendi dan Jaringan yang
berhubungan
Penuaan Normal dari Kartilago Sendi  Pada usia >60 tahun  25% wanita dan
 Kehilangan proteoglycan yang gradual 15% pria mengalami gejala yang
 kolagen fibril kehilanga support dan berkaitan dengan penyakit sendi
kartilago menjadi terkoyak (shredded) degeneratif
atau fibrillation  kartilago semakin  Pada usia >80 tahun  80% wanita dan
kurang efektif baik sebagai shock pria mengalami penyakit sendi
absorber dan sebagai permukaan yang degeneratif
terlubrikasi  degenerative joint b. Etiologi
disease  Penyakit Sendi Degeneratif Idiopatik
Penyakit Sendi Degeneratif Primer
(Osteoarthritis)  Penyakit Sendi Degeneratif Sekunder
a. Insidensi  kongenital, infeksi, cedera, metabolik,
 Tipe arthritis yang paling umum. dll
 Abnormalitas kongenital e. Prognosis
c. Patogenesis dan Patologi di Sendi  Deteriorasi progresif, peningkatan nyeri,
Synovial loss of motion. Disabilitas apabila terjadi
 Degenerasi kartilago artikular pada hip joint dan spine
Degenerasi biokimia paling awal pada f. Terapi
penyakit sendri dimulai dari kartilago   Pertimbangan psikologis
hilangnya proteoglikan dari matrik   Obat-obatan terapeutik.
chondromalacia, hilangnya elastisitas  Alat-alat ortopedik
pada sendi  Physical theapy
 Degenerasi dan sklerosis tulang  Orthopedic Surgical Operation 
subkondral profilaksis dan terapeutik
 Hipertrofi membran synovial dan - Arthrodesis
proses fibrotik kapsula fibrosa - Arthroplasty
 Kontraktur karena spasme otot - Asthroscopic debridement
Otot mengontrol sendi dengan - Prostethic joint replacement .
mengembangkan spasme sebagai
Penyakit Sendi Degeneratif pada Tulang
respon nyeri hingga terjadi kontraktur
Belakang
d. Fitur Klinis dan Diagnosis
Bentuk dan Fungsi Sendi Tulang
 Tanda dan Gejala  Nyeri, joint
crepitus, articular gelling, swelling, Belakang
retriksi gerak sendi aktif dan pasif  Intervertebral disc joint
 Pemeriksaan radiologis   Posterior facet joint
penyempitan celah sendi, kista dan Penyakit Sendi Degeneratif pada Tulang
sklerosis subchondral, pembentukan Belakang Lumbal
osteofit, remodelling sendi, a. Etiologi
inkongruenitas Faktor mekanik, kimiawi, cedera spesifik,
 Pemeriksaan cairan synovial  spondylolisthesis, infeksi neoplasma
peningkatan konten mucin dan b. Patogenesis dan Fitur Klinis
peningkatan viskositas.  Degenerasi diskus
 Instabilitas segmental
 Hiperekstensi segmental
 Penyempitan segmental c. Fitur klinis dan diagnosis
 Hernoasi dari diskus intervertebralis  Pembengkakan dan instabilitas pada
 Spinal stenosis sendi Nyeri, krepitasi dan instabilitas
c. Klasifikasi penyebab Low back pain sendi
 Vescerogenic, Vasculogenic,  Peningkatan ROM pasif
Neurogenic, Spondylogenic (Lesi  Aspirasi sendi  cairan synovial yang
osseous, lesi jaringan lunak), Psikogenik banyak dan dapat ditemukan darah
d. Terapi  Evaluasi neurologis  kelainan
Metode terapi : neurologis yang mendasari
 Pertimbangan psikologis  Radiografis  area rarefaction iregular,
 Obat-obatan terapaeutik sklerosis, masa longgar pada sendi,
 Bed rest subluksasi, dislokasi.
 Apparatus ortopedik d. Terapi
 Terapi fisik  Injeksi intraarticular radioactive colloidal
 Manipulasi spinal gold
 Chemonucleolysis  Penggunaan braces dan crutches
 Pembedahan  Pembedahan  angka kesuksesan
 Rehabilitasi rendah dan harus dihindari
Nonarticular Rheumatism
Penyakit Sendi Degeneratif pada a. Myofascial Pain Syndrome
Tulang Belakang Servikal (Fibrositis)
 Fitur klinis
a. Patogenesis dan patologi Deep pain, Trigger point, Kekakuan
Sama dengan patogenesis penyakit sendi sendi, Aspek psikogenik
degeneratif pada tulang belakang lumbar.  Terapi
b. Fitur klinis dan diagnosis Meyakinkan pasien; Nyeri dikurangi
 Iritasi ganglion saraf servikal  nyeri dengan panas, pijatan, analgesik ringan;
radikular. Injeksi hidrocortisone lokal
 Nyeri pada leher, limitasi gerakan b. Penyakit Tendon dan Kapsula
 Radiografis  penyempitan celah Degeneratif
diskus, osteofit  Insidensi  usia >40 tahun
c. Klasifikasi penyebab nyeri pada leher  Etiologi  suplai darah pada tendon
dan lengan dan sendi yang mengalami penurunan
Klasifikasi penyebab pada low back pain  Patogenesis dan Patologi
dapat diaplikasikan disini. Local necrosis  dystrophic calcification
d. Terapi  calcific tendinitis  pathological tear
 Pengistirahatan leher dengan cervical  Penyakit Degeneratif pada Tendon
ruff, cervical brace dan Kapsula Bahu
 Traksi intermiten  Calcific Supraspinatus Tendinitis
 Arthrodesis pembedahan (Rotatot Cuff Tendinitis)
Penyakit Sendi Neuropatik (Charcot’s - Acute calcific supraspinatus tendinitis
joint) - Chronic calcific supraspinatus
a. Insidensi dan Etiologi tendinitis
 Syphilitic tabes dorsalis  paling  Robekan pada Musculotendinous
sering cuff
 Neuropati diabetikum - Robekan parsial
- Robekan total
 Syringomyelia
 Bicipital tendinitis dan tenosynovitis
b. Patogenesis dan Patologi
 Ruptur tendon biceps
Presipitasi cedera  kerusakan kartilago
sendi, absorbsi tulang subchondral, fragmen  Adhesive capsulitis ot the shoulder
tulang dan kartilago yang patah  kapsula (Frozen shoulder)
fibrosa dan ligamen meregang  sendi tidak  Shoulder hand syndrome
stabil  subluksasi dan dislokasi  Penyakit tendon degeneratif pada
siku
- Tennis elbow (lateral epicondylitis)  Depuytren’s Contracture dari facia
- Golfer’s elbow (Medial epicondylitis) palmar
 Penyakit degeneratid pada tangan  Ganglion
dan pergelangan  Cyst
- de Quervain’s tenovaginitis stenosans - Popliteal cyst (Baker’s cyst)
- Digital tenovaginitis stenosans - Meniscal cyst
(Trigger finger atau Snapping finger)  Bursitis
 SECTION III
Cedera Muskuloskeletal

15. Fraktur dan Cedera Sendi – Fitur Umum


Insidensi dan Signifikansi Umum terlibat, pasien dapat merasakan
 Age of Injury atau Age of Tramua sensasi tulang yang patah
 Cedera menyebabkan  Penderitaan  Pemeriksaan Fisik :
fisik, Mental distress, Hilangnya waktu o Inspeksi : swelling, deformitas,
 Progressive deterioration pergerakan abnormal, ekimosis.
Fraktur dan Cedera yang Berkaitan o Palpasi : tenderness yang
 Fraktur  terhentinya kontinuitas terlokalisasi, muscle spasm.
secara struktural o Penilaain terhadap kondisi klinis
 Cedera jaringan lunak yang melibatkan secara umum pada pasien.
otak, spinal cord, viscera thorax dan  Pencitraan Diagnostik.
abdomen, arteri mayor, saraf tepi e. Penyembuhan Normal pada Fraktur
a. Faktor Fisik yang Menyebabkan Fraktur  Faktor yang penting dalam
 Derajat elastisitas dan fleksibilitas tulang penyembuhan tulang  faktor mekanis
 Korteks tulang  tension failure. (immobilisasi) dan faktor biologis
 Gaya kausatif  cedera langsung (growth factors)  TGFβ, IGF, PDGF,
(direct injury) dan cedera tidak langsung dan 7 jenis BMP.
(indirect injury) 1. Penyembuhan Fraktur pada Cortical
 Bending (angulatory) force Bone (Diaphyseal bone, Tubular bone
 Twisting (torsional, rotional) force a) Efek Awal dari Fraktur
 Pulling (traction) force Fracture hematoma  terjadi karena
 Crushing (compression) force perdarahan internal
b) Penyembuhan Tahap Awal
b. Istilah Deskriptif yang berkaitan dengan
Sel osteogenic  periosteum (external
Fraktur:
callus) dan endosteum (internal callus)
 Site/Situs
 osteogenic callus  primary woven
 Extent/Ekstensi
type of bone.
 Konfigurasi/Configuration c) Tahapan Penggabungan Klinis
 Hubungan fragmen fraktur satu sama endochondral ossification  Clinical
lain union
 Hubungan fraktur ke lingkungan luar d) Tahapan Konsolidasi (Radiographic
 Komplikasi/Complication . Union)
c. Hubungan Cedera Terhadap Periosteum Konsolidasi fraktur dengan sound bony
d. Diagnosis Fraktur dan Cedera yang union (radiographic union)
Berkaitan 2. Penyembuhan Fraktur
 Anamnesis  mekanisme jatuh,  Proses penyembuhan langsung antara
twisting injury, direct blow, atau korteks antar fragmen fraktur 
kecelakaan lalu lintas Primary bone healing
 Gejala umum  nyeri terlokalisir yang  Keterlibatan callus fraktur internal dan
diperparah dengan pergerakan, eksternal  Secondary bone healing.
penurunan fungsi pada daerah yang
3. Penyembuhan Fraktur pada Tulang Komplikasi jauh  syok
Cancellous (Tulang Methaphyseal dan Komplikasi dini Komplikasi lokal 
sequale
Cuboidal)  pembentukan callus internal Komplikasi jauh 
atau endosteal emboli, tetanus
4. Penyembuhan Fraktur pada Kartilago Komplikasi lambat Komplikasi lokal
Komplikasi jauh  renal
Intraarticular calculi, neurosis
 Jika tereduksi sempurna  local j. Prinsip Umum terapi fraktur
degenerative arthritis. 1. First, do no harm
 Jika terdapat gap  jaringan fibrous  2. Dasar terapi ialah diagnosis yang akurat
perubahan degeneratif. dan prognosis
 Iregularitas permukaan sendi yang 3. Memilih terapi dengan tujuan spesifik
fraktur  inkongruensi sendi  4. Kooperasi dengan Laws of Nature
degenerative arthritis. 5. Membuat terapi yang relaistis dan
5. Penyembuhan Fraktur yang Melibatkan practical
Epiphyseal Plate 6. Memilih terapi untuk pasien sebagai
Inklusi lempeng epifisis pada fraktur seorang individu
dapat mengganggu prosis k. Metode Spesifik Terapi Fraktur Definiif
penyembuhan fraktur dan menambah 1. Metode Terapi Spesifik pada Fraktur
risiko gangguan pertumbuhan lokal. Tertutup
f. Waktu yang Dibutuhkan untuk  Proteksi saja (tanpa reduksi atau
Penyembuhan Fraktur tanpa Komplikasi immobilisasi)
 Usia pasien :  Immobilisasi dengan external splinting
 Situs dan Konfigurasi dari Fraktur (tanpa reduksi)
 Displacement Awal dari Fraktur  Reduksi tertutup dengan manipulasi diikuti
 Suplai Darah ke Fragmen immobilisasi
g. Penialaian Penyembuhan Fraktur pada  Reduksi tertutup dengan traksi kontinu
Pasien. diikuti dengan immobilisasi
 Klinis  memberikan gaya (bending,  Reduksi tertutup diikuti dengan bracing
twisting, dan kompresi)  tidak fraktur fungsional
mendeteksi pergerakan  clinically  Reduksi tertutup dengan manipulasi diikuti
united dengan fiksasi tulang eksternal
 Reduksi tertutup dengan manipulasi diikuti
 Radiologis  adanya bony callus
dengan fiksasi tulang internal
namun garis fraktur masih dapat
 Reduksi terbuka diikuti dengan fiksasi
terlihat  clinical union  proteksi
tulang internal
hingga mencapai radiographic
 Eksisi fragmen fraktur dan penggantian
consolidation  fraktur line obliterasi
dengan endoprosthesis
 kavitas medulla pada fraktur shaft
2. Terapi untuk Fraktur Terbuka
dan trabekula pada fraktur tulang
cancellous  remodelling phase.  Pertimbangan  mencegah infeksi
dan mencapai union tulang
h. Penyembuhan Fraktur Abnormal
 Klasifikasi Fraktur terbuka 
1. Malunion
klasifikasi Gustilo Anderson 
2. Delayed union
berdasar keparahan cedera jaringan
3. Nonunion fibrous union, false joint
lunak.
(pseudoarthrosis)
 Aspek terapi pada fraktur terbuka :
i. Komplikasi Fraktur
 Pembersihan luka
Komplikasi segera Komplikasi lokal  kulit,
vaskuler, neurologis,  Eksisi jaringan yang tidak vital
muskular, visceral (debridement)
 Tatalaksana fraktur  Evaluasi radiologis  fitur tipikal dari
 Penutupan luka subluksasi atau dislokasi
 Terapi antibakteri f. Penyembuhan normal dari ligamen .
 Pencegahan tetanus  Robekan parsial  sembuh dengan baik
l. Anestesi untuk Pasien dengan fraktur  Robekan total  sembuh dengan
m. After Care dan Rehabilitasi pasien dengan jaringan dibrosa.
fraktur  Waktu yang dibutuhkan untuk
 Untuk mencapai pengembalian fungsi penyembuhan ligamen bervariasi
 Rehabilitasi pasien dimulai segera g. Komplikasi dislokasi dan cedera yang
hingga pasien dapat kembali normal berhubungan
atau near normal.  Komplikasi lokal dini  infeksi (septis
 Pertimbangan aspek-aspek lain arthritis), avascular necrosis
o. Tipe Spesial Fraktur  Komplikasi lambat  persistent joint
1. Stress fracture (fatigue fractures) stiffness, persistent joint instability,
2. Fraktur patologis dislokasi rekuren, posttraumatic arthritis
Dislokasi dan Cedera yang berkaitan h. Prinsip umum tata laksana cedera sendi
a. Stabilitas sendi normal:  Sama dengan 6 prinsip tatalaksana pada
- Kontur resiprokal dari permukaan sendi fraktur
yang berlawanan  Reduksi
- Integritas dari kapsul fibrous dan  Medika mentosa  NSAID jangka
ligamen pendek
- Protective power muscle yang i. Tipe spesifik cedera sendi
menggerakkan sendi
 Contusion
b. Faktor fisik yang mengakibatkan cedera  Ligamentous sprain
sendi  Dislokasi dan subluksasi
Faktor fisik  memaksa sendi diluar range
 Torn ligamen / robekan total ligamen
normal  tension failure
Cedera Otot
c. Istilah deskriptif dalam cedera sendi
 Ruptur muscle bundle
 Cedera pada ligamen
 Strain
o Ligamentum sprain
o Ligamentum strain
o Ligamentum tear
o Ligamentum avulsion
 Derajat instabilitas sendi
o Occult joint instability
o Subluxation
o Dislocation
d. Cedera yang berhubungan dengan
kapsula fibrosa
 Intracapsular dislocation
 Extracapsular dislocation
e. Diagnosa cedera sendi
 Pemeriksaan fisik  instabilitas sendi,
nyeri pada peregangan, muscle
spasm, swelling, deformitas,
pergerakan abnormal, tenderness
Cedera Tendon b. Cedera tendon terutup
a. Cedera tendon tertutup
16. Fraktur dan Cedera Sendi Spefisik pada Anak-anak
Penampakan khusus pada fraktur dan  Distal Third of Radius and Ulna
dislokasi pada anak Incomplete.
1. Fraktur lebih sering terjadi pada anak  Middle Third of Radius and Ulna
2. Periosteum yang lebih kuat dan lebih  Proximal Third of Radius and Ulna
aktif b. Siku dan Lengan Atas.
3. Penyembuhan patah tulang lebih cepat.  Pulled Elbow
4. Masalah khusus diagnosis  tampilan  Proximal Radial Epiphysis
radiografi yang bervariasi.  Dislokasi Siku
5. Koreksi Spontan dari Deformitas Residu  Medial Epicondyle
Tertentu  Angulasi, Aposisi  Lateral Condyle
inkomplit, Shortening, Rotation  Supracondylar Fracture of the
6. Perbedaan komplikasi Humerus
7. Penekanan yang berbeda pada metode  Fraktur shaft Humerus
pengobatan c. Bahu
8. Robekan pada Ligamen dan Diislokasi Proximal Humeral Epiphysis  biasanya
jarang Terjadi menunjukan tipe II fracture-separation.
9. Kurangnya Toleransi Pada Kondisi d. Klavikula
Kehilangan Darah Yang Banyak
Tulang belakang
Tipe fraktur pada Anak
a. Cervical spine
a. Fraktur yang melibatkan lempeng epifisis
(Epiphyseal Plate)  Subluksasi rotatorius dari sendi
- Diagnosis: pembengkakan lokal, atlantoaxial
dislokasi, atau cidera ligament. - Tanda dan gejala : deformitas dan
- Klasifikasi Salter-Harris untuk Cidera nyeri pada leher yang akut dan
Epiphyseal Plate  tipe I – V persisten.
- Prognosis : bergantung pada tipe - Radiografis : sendi atlantoaksial yang
cidera, usia anak, suplai darah pada asimetris
epifisis, metode reduksi, luka terbuka - Terapi : traksi ringan kontinue dengan
atau tertutup, dan kecepatan dan gaya head halter, cervical ruff
dari cidera  Subluksasi Anterior dari sendi
- Pertimbangan Khusus dalam atlantoaxial
Perawatan  tatalaksana segera dan - Terjadi misal karena jatuh pada kepala
komunikasi dengan orang tua - Terapi : reduksi subluksasi dengan
b. Birth Fracture traksi kontinu, stabilisasi sendi dengan
 Clavicle  tulang yang paling rentan arthrodesis
patah selama persalinan  Subluksasi pada tulang belakang
 Humerus  berhubungan dengan cidera servikal lainnya
nervus radialis - Terapi : direduksi dengan halovest
atau arthrodesis
 Femur paling mungkin terjadi selama
b. Thoracic Spine
persalinan bayi dengan posisi frank
Fraktur kompresi pada corpus vertebralis dapat
breech
diakibatkan karena jatuh  immobilisasi dan
 Tulang Belakang  sangat jarang
proteksi
terjadi, pada keadaan serius
c. Lumbar Spine
menyebabkan paraplegia
 Fraktur dapat menyebabkan cedera pada
Fraktur dan Dislokasi Spesifik
cauda equina
Tangan  Terapi : reduksi tertutup dari
a. The Wrist and Forearm diakibatkan dari siplacement, immobilisasi, arthrodesis.
sering jatuh di mana kekuatan Kaki
ditransmisikan dari tangan ke radius dan a. Fraktur pada metatarsal
ulna.
 Diakibatkan crushing injury
 Distal Radial Epiphysis
 Terapi : Manipulasi untuk realignment, Karena m. iliopsoas dan glutei  menarik
elevasi, walking cast fragmen pada posisi fleksi, rotasi eksternal,
b. Fraktur avulsi pada dasar metatarsal dan abduksi  traksi skeletal kontinue
kelima Panggul dan Pelvis
 Diakibatkan cedera inversi mendadak a. Fraktur pada Femoral Neck
 Terapi : walking cast  Pada anak  unstable
c. Fraktur pada Os Calcis  Terapi : reduksi tertutup dengan fiksasi
 Karena fraktur crush atau kompresi internal perkutan.
 Terapi : bed rest, elevasi, open reduction  Komplikasi : nonunion, deformitas coxa
internal fixation vara progresif, posttraumatic avascular
Ankle dan Tungkai Bawah necrosis
a. Cedera pada lempeng epifisis fibula b. Cedera tipe 1 pada epifisis proksimal
distal femur
 Cedera tipe 1  Jarang terjadi namun serius  risiko
 Cedera tipe 2 avascular necrosis  fiksasi internal
 Cedera tipe 3 c. Dislokasi traumatis pada pinggul
 Cedera tipe 4  Diagnosis : deformitas, ekstensi,
 Cedera tipe 5 abduksi, rotasi ekternal
b. Fraktur pada Tibia  Terapi : emergensi  reduksi terutup
 Pada anak  fraktur tibia biasanya dengan trkasi  hip spica cast 
undisplaced dan stable  Terapi immobilisasi
dengan reduksi tertutup.  Komplikasi : posttraumativ avascular
 Pada displaced fracture  risiko cedera necrosis
pada arteri dan terjadinya sindroma Pelvis
kompartemen a. Diagnosis : swelling, tenderness, fraktur
Lutut dan Paha unstable, derformitas
 Cedera yang paling signifikan  keterlibatan b. Terapi : emergensi  risiko syok
lempeng epifisis c. Fraktur pelvis stabil  fraktur yang tidak
melampaui pelvic ring dan tidak
 Dislokasi patela
mengganggu stabilitas pelvis
- Diagnosis :
d. Fraktur pelvis tidak stabil  separasi
o Pemeriksaan fisik : swelling,
sempurna dari symphisis pubis dan
hemarthrosis
terbukanya pelvic ring.
o Radiografi : skyline view
Child Abuse
- Tatalaksana : reduksi manipulasi
tertutup, immobilisasi  Fraktur pada anak di bawah 3 tahun
- Komplikasi : dislokasi patella rekuren tidak terlalu umum  diperkirakan
setidaknya 25%  disebabkan oleh
 Internal Derangements dari lutut
penganiayaan anak.
Robekan meniskus dapat terjadi karena
cedera akibat olahraga  Diagnosis: korban tidak dibawa segera,
 Fraktur pada femoral shaft anamnesis ke orangtua kurang jelas dan
dibuat buat dan tidak sesuai dengan
 Diagnosis : deformitas, unstabilitas
klinis
 Tatalaksana :
- Usia <5 tahun : skin traction, hip  Temuan klinis : memar multiple
spica cast, Bryant’ traction, Thomas dengan tingkat kesembuhan yang
splint berbeda
- Usia 5- 10 tahun : skin traction   Tatalaksana : perawatan di rumah sakit,
reduksi tertutup  hip spica atau blind pelaporan ke pihak berwenang
insertion intramedullary nails
- Usia >10 tahun : traksi  blind
insertion rigid and locked
intramedullary nail
 Komplikasi : Volkmann’s ischemia
 Fraktur pada Regio Subtrochanteric pada
Femur

Anda mungkin juga menyukai