Depressed
Terbuka / tertutup
Perdarahan
Cedera Otak
Intrakranial Basis Kranii
Anterior
Fokal Difus Media Posterior
Gangguan saraf
kranial
Gangguan nafas
• Depressed
Basilar Skull Fractures
Basilar Skull Fractures
• Anterior basilar skull fracture:
– Rhinorrhea
– Racoon eyes
– Ganguan penciuman
– Gangguan visus / gerak bola mata
• Middle fossa basilar skull fracture:
– Battle sign
– Otorrhea
– Haemotympanum
– Gangguan pendengaran (CN VIII)
– Paresis CN VII perifer
Cedera Otak Fokal
• Kontusio cerebri
– Daerah yang kontak dengan permukaan
tulang
– Fracture contusion
– Gliding contusion
– Intermediary contusion
– Herniation contusion
Cedera Otak Fokal
• Perdarahan intrakranial
– EDH
• Tertetak antara lapisan tulang cranium (tabula interna dan
duramater)
• Menurut gambaran CT scan: gambaran lesi biconvex
• Lucid interval → 14-21%
• Sumber perdarahan: ruptur a. Meningea media, fraktur
tulang, ruptur sinus venosus
– SDH
• Terletak antara lapisan duramater dan arachnoid
• Biasanya lesi countrecoup
• Gambaran lesi bulan sabit / crescent shape
• Sumber perdarahan: ruptur vena gantung (bridging
vein)
– ICH
• 20% kasus trauma
• Progresifitas dari kontusi
• Lokasi tersering: temporal dan orbitofrontal
Cedera Otak Difus
• SAH Traumatika dan Vasospasme (PTV)
– Disebabkan cedera hebat, akselerasi-deselerasi
angular
– PTV (posttraumatic vasospasm) →
memperburuk outcome
– Gejala khas pada pasien: Kaku kuduk (+)
• IVH
– Kadang disertai perdarahan intraparenkim
– Berpotensi menyebabkan hidrosefalus
Cedera Otak Difus
• Concussion → akselerasi rotasional
• Cedera otak difus (DAI)
– Akselerasi – deselerasi angular dan rotasional
– Strich hemorrhages → corpus callosum,
periventrikel 3, kapsula interna, ganglia basal,
batang otak
Tatalaksana Cedera Kepala
GOAL → mencegah terjadinya cedera otak sekunder
Primary survey :
A : Airway + C-spine control
B : Breathing + ventilasi adekuat
C : Circulation + kontrol perdarahan
D : Disability + status neurologis (mini neurologis):
- GCS
- pupil (isokor/anisokor, refleks cahaya)
- motorik paresis +/- (kontralateral)
E : Eksposure
Glasgow Coma Scale
Tatalaksana Cedera Kepala
Secondary survey:
Anamnesis
Keluhan utama
Onset
Mekanisme cedera
Sign and simptoms
Pre-hospital care
AMPLE
Pemeriksaan fisik lengkap (Head to toe
examination)
DC cath, NGT/OGT
Tatalaksana Khusus TTIK
• Head up 30o – 45o → memperlancar aliran vena
& CSF
• Kontrol TD → target sistol ≥ 90mmHg
(pertahankan volume intravaskular)
• Oksigenasi (pertahankan PaO2 ≥ 80 atau SatO2
≥ 95%)
• Obat-obatan:
– Antibiotik
– Analgetik
– Antagonis H2 reseptor
– Asam tranexamat
Tatalaksana khusus
• Hiperventilasi ringan (PaCO2 30-
35mmHg)
• Hipotermia ringan (maksimum 35oC)
• Mannitol (0.25-1 gr/KgBB/pemberian) tiap
4-6 jam
• Hypertonic saline (NaCl 3%)
• Furosemid
• Sedasi kuat / Induced koma (barbiturat)
Pemeriksaan Penunjang
• Lab
– Darah Rutin
– Na, K, GDS, Ur, Cr, SGOT/GPT
– AGD
• Skull X-ray
• Head CT scan
Indikasi CT scan kepala
• Kesadaran menurun
• (GCS<15).
• Ada fraktur tulang kepala pada x-ray
• Gejala fraktur basis cranii
• Nyeri kepala hebat dan muntah menetap yang
tidak hilang dengan analgetik kuat
• Cedera penetrasi
• Kejang
• Amnesia
• Defisit neurologi (lateralisasi)
Tatalaksana Operatif
• Debridement / elevasi (fraktur depressed)
• Evakuasi perdarahan (EDH, SDH, ICH)
• Diversi CSF
• Kraniektomi Dekompresi
PERTANYAAN
Spinal Cord Injury
Anatomi
SCORE ASIA
Tipe dan Lokasi Trauma
A. Complete spinal cord injury (Grade A)
• Unilevel
• Multilevel
B. Incomplete spinal cord injury (Grade
B, C, D)
Sindroma Kausa Utama Gejala Klinis
Brown-Sequard Trauma tembus, 1. Paresis UMN ipsilateral di bawah lesi dan LMN setinggi lesi
Syndrome Kompresi 2. Gangguan eksteroseptif (nyeri dan suhu) kontralateral
3. Gangguan proprioseptif (raba dan tekan) ipsilateral
Sindroma Spinalis Cedera yang 1. Paresis LMN setinggi lesi, UMN dibawah lesi
Anterior menyebabkan HNP 2. Dapat disertai disosiasi sensibilitas
pada T4-6 3. Gangguan eksteroseptif, proprioseptif normal
4. Disfungsi spinkter
Sindroma Spinalis Hematomielia, Trauma 1. Paresis lengan > tungkai
Sentral Servikal spinal 2. Gangguan sensorik bervariasi di ujung distal lengan
3. Disosiasi sensibilitas
4. Disfungsi miksi, defekasi, dan seksual
Sindroma Spinalis Trauma, infark arteri 1. Paresis ringan
Posterior spinalis posterior 2. Gangguan eksteroseptif punggung, leher, dan bokong
3. Gangguan propioseptif bilateral
Sindroma Konus Trauma lower sacral 1. Gangguan motorik ringan, simetris
Medullaris cord 2. Gangguan sensorik, bilateral, disosiasi sensibilitas
3. Nyeri jarang, relative ringan, simetris, bilateral pada perineum
dan paha
4. Refleks Achilles -, patella +, bulbocavernosus -, anal –
5. Disfungsi spinkter, ereksi, dan ejakulasi.
Sindroma Kauda Equina Cedera akar saraf 1. Gangguan motorik sedang sampai berat, asimetris
lumbosakral 2. Gangguan sensibilitas, asimetris, tidak ada disosiasi sensibilitas
3. Nyeri sangat hebat, asimetris
4. Gangguan reflex bervariasi
5. Gangguan spinkter timbul lambat, ringan, jarang terdapat
disfungsi seksual
Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos
Foto Vertebra posisi AP/LAT/Oblique dengan
sesuai letak Lesi.
• Foto cervikal lateral: Mulai dari C1
hingga C7-T1.
• Foto thoracolumbal dan lumbosakral
(AP & Lateral)
CT Scan
MRI