Anda di halaman 1dari 48

TRAUMA MEDULA SPINALIS

PRESENTAN :
Syafnira Defiari Putri
Muhammad Zikra
Ane Laura
Wahdatul Fitri
Candra Firnando

PRESEPTOR :
dr.Yulson, Sp.S

SMF / BAGIAN NEUROLOGI


RUMAH SAKIT UMUM M. NATSIR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
Anatomi Columna
Vertebralis
• Columna vertebralis  cranium sampai
ujung os coccygis.
• Columna vertebralis terdiri dari 33
vertebra :
 Cervicalis (7)
 Thoracica (12)
 Lumbalis (5)
 Os Sacralis (5)
 Os Coccygis (4)
• Tulang vertebra memiliki korpus (anterior)  sebagai tumpuan beban.

• Korpus vertebrae dipisahkan  diskus intervetebralis dan disangga  anterior dan


posterior ( ligamentum longitudinal anterior dan posterior).
Anatomi Medulla
Spinalis
• Medulla Spinalis (MS)  massa jaringan saraf yang berbentuk
silindris memanjang dan menempati ⅔ atas canalis vertebra
(dari C1-L2).
• Panjang normal pada orang dewasa 42-45 cm.

• MS berawal dari ujung bawah medula oblongata di foramen


magnum  konus medularis  kauda equina yang lebih tahan
terhadap cedera

• Fungsi sumsum tulang belakang  mengadakan komunikasi


antara otak dan semua bagian tubuh dan bergerak refleks.
Struktur yang melindungi MS dari luar ke
dalam:
1. Dinding kanalis vertebralis (vertebra
dan ligamen)
2. Lapisan jaringan lemak (ekstradura)
yang mengandung anyaman pembuluh
darah vena
3. Duramater
4. Arachnoid
5. Ruang subarahnoid berisi cairan
serebrospinal
6. Piamater  kaya dengan pembuluh
darah, langsung membungkus
permukaan sebelah luar MS
Penampang transversal MS :
1. Substansia alba (putih)  mengelilingi substansia grisea
2. Substansia grisea / gray matter (kelabu)  seperti kupu-
kupu atau huruf H  banyak serat-serat saraf yang tidak
berselubung myelin dan kapiler-kapiler darah 
berwarna gelap.

• Gray matter dibagi ke dalam 10 lamina atau 4 bagian:


1. Kornu anterior/ventralis: mengandung serabut saraf
motorik (lamina VIII, IX dan sebagian VII)
2. Kornu posterior/dorsalis: membawa serabut saraf
sensorik (lamina I-VI)
3. Kornu intermedium: membawa serabut saraf
assosiasi (lamina VII)
4. Kornu lateral: bgn kornu intermedium pada segmen
torakolumbal, membawa serabut saraf simpatis
TRAUMA MEDULA SPINALIS
Definisi
Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang
belakang baik langsung maupun tidak langsung, yang
menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan
kecacatan menetap atau bahkan kematian.
Epidemiologi

Amerika : 10.000 kasus baru/ tahun

Indonesia : 12.000 kasus baru / tahun

Banyak dijumpai pada usia produktif 21- 40 th

Pria > Wanita , 4 :1

• The National Spinal Cord Injury Data Research Centre


• M S. Myelopati E.C. Fraktur Kompresi Vertebrata Lumbal
Etiologi
• Motor Vehicle accidents (39,08%)
• Falls (29,54%) • Cancer
• Multiple sclerosis (8,57%)
• Violence (14,41%)
• Arthritis

Traumatic Non-Traumatic
injuries injuries

• Football • Osteoporosis
(8,39%)
• Gymnastics • Inflammation of the spinal cord
• Diving into shallow water

National Spinal Cord Injury Statistical Center. Recent Trends in Causes of Spinal Cord Injury. 2015
Mekanisme
Cedera
Melalui mekanisme :
• Kompresi vertikal dengan anterofleksi (cedera fleksi)
• Dengan retrofleksi (cedera hiperekstensi) atau
• Cedera kompresi
Gambar Mekanisme cedera fleksi dan dislokasi dari C5-C6 dengan robekan
pada interspinous dan posterior longitudinal ligaments, kapsul facet, dan diskus
intervertebralis posterior.
Gambar Mekanisme cedera hiperekstensi.
Gambar cedera kompresi.
Patofisiologi
Molekuler
• Benturan dengan kompresi persisten
• Benturan dengan kompresi sementara,
Cedera • Distraksi
primer • Laserasi/ transection. 
Trauma pada
medulla • Syok neurogenik
spinalis • Gangguan vaskular berupa perdarahan dan iskemia-
reperfusi,
Cedera
• Eksitotoksisitas
sekunder • Kerusakan sekunder akibat kalsium, gangguan cairan-
elektrolit
• Cedera imunologis
• Apoptosis
• Gangguan fungsi mitokondria
• Dan proses lainnya.
Klasifikasi Sindroma Medula Spinalis

Berdasarkan letak lesi dan gejalanya, sindroma medula spinalis diklasifikasikan:


I. Sindroma medula spinalis komplit
II. Sindroma medula spinalis inkomplit:
– Sindroma Spinalis Anterior
– Sindroma Spinalis Sentral
– Sindroma Brown- Sequard ASIA
– Sindroma Spinalis Posterior
– Sindroma Konus Medularis
– Sindroma Kauda Equina
Sindroma Medula Spinalis Komplit
o Lesi transversa MS, myelopati transversa, transeksi komplit MS
• Etiologi:
 Trauma
 Tumor
 Infeksi
 Inflamasi
 Vaskuler
o Semua traktus desenden dan asenden terganggu dibawah lesi
o Mengganggu fungsi sensorik, motorik dan otonom
Sindroma Medula Spinalis Komplit
Sindroma Medula Spinalis Komplit

• Gejala Klinis
o Sensorik:
• Semua sensasi sensorik terganggu di bawah lesi, berbatas tegas
• Parestesia setinggi lesi
o Motorik:
• Kelumpuhan UMN
 Tetraplegi/paresis : diatas Cervical VIII
 Paraplegi/paresis : C VIII ke bawah
• Pertama kali terjadi fase syok spinal diikuti tanda-tanda kelumpuhan UMN
• Refleks dinding perut dan kremaster hilang
• Gejala kelumpuhan LMN setinggi lesi
Sindroma Medula Spinalis Komplit

o Otonom:
• Retensio urine dan konstipasi
• Anhidrosis, kulit kering di bawah lesi
• Disfungsi seksual
Sindroma Medula Spinalis Inkomplit
1. Sindroma Spinalis Anterior
• Etiologi:
 HNP akut
 Iskemik akut / infark krn oklusi a. spinalis ant
 Cedera hiperfleksi
 Area yang diinervasi a.spinalis anterior
terganggu
• Gejala klinis
 Paraplegia
 Ggn sensasi eksteroseptif
 Sensasi proprioseptif normal
 Disfungsi sfingter
2. Sindroma Spinalis Sentral
• Etiologi:
o Paling sering  Syringomieli
karakteristik berupa kavitas di sentral MS berisi cairan, sering di
servikal
o Jarang:
 Cedera akibat hiperekstensi leher
 Tumor intramedular
 Trauma
 Berkaitan dengan Penyakit Arnold Chiari tipe 1 dan 2, dan
Malformasi Dandy Walker
Sindroma spinalis sentral

• Gejala klinis:
o Sensorik:
 Disosiasi sensibilitas
 Sensasi nyeri dan suhu hilang di bahu dan lengan
 Sensasi getar dan proprioseptif baik
 Distribusi gangguan sensoris seperti memakai selendang
o Motorik:
 Paresis lebih berat pada anggota gerak atas dibanding bawah
 Dapat terjadi desakan thdp traktus piramidalis  paresis tungkai
spastik
Sindroma spinalis sentral

o Otonom:
Disfungsi miksi,
ereksi, dan seksual
3. Sindroma Brown-Sequard
o Hemilesi medula spinalis

• Etiologi:
o Trauma (Paling sering)
o Non trauma
Tumor, penyakit degeneratif, iskemia, perdarahan, infeksi
atau inflamasi
Sindroma Brown-Sequard
Sindroma Brown-Sequard

• Gejala :
a. Ipsilateral :
o Kelumpuhan UMN dibawah lesi  gangguan traktus kortikospinalis
o Anestesi/parestesi setinggi dermatom lesi  gangguan radiks posterior
o Gangguan proprioseptif (vibrasi, posisi)  gangguan funikulus dorsalis (kolumna
dorsalis)
b. Kontralateral
o Suhu dan nyeri terganggu dibawah lesi  gangguan traktus spinotalamikus lateral
4. Sindroma Kolumna Posterior
o Lesi pada kolumna posterior MS
• Etiologi:
 Trauma
 Infark spinalis posterior
 Desakan tumor
• Gejala klinis:
 Gangguan proprioseptif bilateral (posisi, getar, tekan)  hilang kemampuan
menyadari posisi anggota gerak  ggn berjalan (ataxia sensorik)
 Sensasi ekteroseptif (nyeri dan suhu) baik
 Motorik normal atau paresis ringan
Sindroma kolumna posterior
5. Sindroma Kornu Anterior
o Lesi pada sel kornu anterior
 Poliomielitis
 Progessive spinal muscular atrophy
6. Sindroma Gabungan Kornu
anterior dan traktus piramidalis
o Amyotropik Lateral Sklerosis
(ALS)
• Gejala klinis:
 Paresis flaksid (akibat ggn
pada kornu anterior) dan
paresis spastis (akibat
degeneratif traktus
piramidal)  gabungan
kelumpuhan UMN dan
LMN
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
01
PEMERIKSAAN FISIK
02

PEMERIKSAAN PENUNJANG
03
X- Ray Spinal

• Menentukan lokasi dan jenis


cedera tulang (fraktur atau
dislokasi)

Dislokasi Cervical 5 dan 6


CT- Scan Spinal
• Untuk menentukan tempat
luka/jejas, mengevaluasi
gangguan struktural

Hiperfleksi soft
tissue injury
MRI
• Untuk mengidentifikasi
kerusakan syaraf spinal,
edema dan kompresi

Tampak adanya Luka tusuk


TATA LAKSANA TRAUMA MEDULLA SPINALIS

pra-rumah
ABCD
sakit

Tatalaksana
Umum Kortikosteroid
di rumah
sakit
Khusus Operasi

Fisioterapi
Penatalaksanaan
1. Pra-rumah sakit
• Prinsip Advance Trauma Life Support (ATLS) : Primary Survey ABCD (Airway,
Breathing, Circulation, dissabality dan Secondary Survey.
• Tindakan Imobilisasi

2. Rumah sakit
• Umum: Prinsip awal sesuai (ATLS) yaitu : ABCD dan Secondary Survey dan
tindakan imobilisasi

40
Khusus
Kortikosteroid:
• a. Metil prednisolon 30 mg/kgBB bolus intravena selama 15 menit
dilanjutkan dengan 5,4 mg/kgBB/jam, 45 menit. Setelah bolus,
selama 23 jam hasil optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam
onsetb.
• B. Deksametason ( dosis : 16-48 mg/hari), tambahkan profilaksis
stres ulkus : antasid/antagonis H2-

41
Tindakan operasi diindikasikan pada :
a. Reduksi terbuka pada dislokasi
b. Fraktur servikal dengan lesi parsial medulla spinalis.
c. Cedera terbuka dengan benda asing/tulang dalam kanalis
spinalisd.
d. Lesi parsial medula spinalis dengan perdarahan yang progresif
Perawatan umum
a. Perawatan vesika urinaria dan fungsi defekasi
b. Perawatan kulit/dekubitusc. Nutrisi yang adekuat
c. Kontrol nyeri : analgetik, obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS), dll

Fisioterapi :
Terapi vokasional, dan psikoterapi
KOMPLIKASI
+ Neurogenik shock
+ Hipoksia
+ Instabilitas spinal
+ Ileus paralitik
+ Infeksi saluran kemih
+ Kontraktur
+ Dekubitus
+ Konstipasi

44
KESIMPULAN
+ Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang
belakang baik langsung maupun tidak langsung,
yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis, dapat
menyebabkan kecacatan menetap atau kematian.
Mekanisme cedera, antara lain cedera fleksi,
hiperekstensi, dan kompresi. Diagnosis dari trauma
medulla spinalis dilakukan secara pemeriksaan klinis
dan evaluasi radiologis.
45
KESIMPULAN
+ Penanganan cedera medulla spinalis, dimulai pada
saat evaluasi awal, dimana terjaminnya jalan nafas
menjadi prioritas utama, oksigenasi dan ventilasi
yang adekuat, dan dilanjutkan dengan terapi untuk
mencegah ataupun mengatasi komplikasi yang
terjadi. Tujuan penanganan medis pada cedera
medulla spinalis adalah keselamatan hidup serta
meminimalkan kerusakan neurologis akibat cedera
maupun komplikasinya.
46
KESIMPULAN
+ Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung
maupun tidak langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap
atau kematian. Mekanisme cedera, antara lain cedera fleksi, hiperekstensi,
dan kompresi. Diagnosis dari trauma medulla spinalis dilakukan secara
pemeriksaan klinis dan evaluasi radiologis. Penanganan cedera medulla
spinalis, dimulai pada saat evaluasi awal, dimana terjaminnya jalan nafas
menjadi prioritas utama, oksigenasi dan ventilasi yang adekuat, dan
dilanjutkan dengan terapi untuk mencegah ataupun mengatasi komplikasi
yang terjadi. Tujuan penanganan medis pada cedera medulla spinalis adalah
keselamatan hidup serta meminimalkan kerusakan neurologis akibat cedera
maupun komplikasinya.

47
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai