MEDULLA SPINALIS
Dr. RIZAL TUMEWAH, Sp.S(K)
Bagian Neurologi FK UNSRAT
RSUP Prof. dr. RD Kandou Manado
PENDAHULUAN
ANATOMI & FISIOLOGI
30 Kolumna Vertebralis.
• 7 vertebra Cervical
• 12 vertebra Thoracalis
• 5 vertebra Lumbal
• 5 vertebra Sacral
• 1 Coccygeal.
31 Saraf Spinal
• 8 Cervical
• 12 Thoracalis
• 5 Lumbal
• 5 Sacral
• 1 Coccygeal.
• MS silindris yg memanjang & berada di dlm
canalis vertebralis. Mrpkan lanjutan dr medula
oblongata ke arah caudal. Mempunyai ukuran pjg
45 cm dan berat 30 gr.
Sistem otonom
Dpt terjd gangguan
Mixie
TRAUMA MEDULLA SPINALIS
• Definisi:
• Suatu keadaan dimana columna vertebralis mengalami fraktur dan
dislokasi atau ke- duanya.
• Akibat trauma terhadap tulang belakang dapat mengenai:
Tulang, MS, Ligamentum atau radiks
• Lokasi yang sering:
• Fraktur tdk mempunyai predileksi
• Dislokasi sering pada C1-2, C5-6, T11-12
• Setelah bbp mgg refleks respons terhadap rangsang mulai timbul (mulai
lemah kemudian makin kuat).
• Awalnya timbul: refleks fleksi yang khas yaitu tanda babinski (+)
• Fleksi tripel pada pergelangan kaki, sendi lutut dan paha.
• Beberapa bulan: Rangsang pada kulit tungkai maka otot perut
berkontraksi
• Hiperhidrosis, pengosongan kadung kencing dan rectum secara otomatis
atau refleks massa.
KOMOSIO MS
Berdasarkan Fungsi:
• Grade A – complete: motorik/ sensorik (-) sp seg S4-5
• Grade B – incomplete: sensorik (-) tp motorik (+) sp seg S4-5.
• Grade C – incomplete: motorik (+) + kekuatan motorik < 3
• Grade D – incomplete: idem C, kekuatan motorik ≥ 3
• Grade E – normal: sensorik/ motorik normal
Berdasarkan Tipe dan lokasi
Complete spinal cord injury: ASIA/ IMSOP grade A:
• Uni level
• Multiple level
Incomlete Spinal cord injury: ASIA/ IMSOP grade B,C & D.
1. Cervico-Medullary Syndrome
2. Central cord Syndrome
3. Anterior cord Syndrome
4. Posterior cord Syndrome
5. Brown Sequard Syndrome
6. Radix Syndrome
7. Conus Medullaris Syndrome
Complete Cauda Equina injury: ASIA/ IMSOP grade A
Complete Cauda Equina injury: ASIA/ IMSOP grade B, C & D
Ad.1. Cervico-Medullary Syndrome
• Kasus jarang
• Kelemahan dari batas lesi kebawah dan gangguan propioseptif
Ad. 5. Radix Syndrome
Setinggi kerusakan lesi:
• Kelumpuhan LMN
• Nyeri radikuler
• Lecutan C5-7 menyebabkan nyeri radikuler
ireversibel neuralgia radikularis traumatik
Di bawah lesi
• Kelumpuhan UMN
• Gangguan sensorik segmental
• Gangguan otonom
Ad. 6. Conus Medullaris Syndrome
Gejala klinik
- Tdk ditemukan kelumpuhan
- Ggn sensorik daerah sadel, perineum, bokong
- Ggn otonom
- Retensio urine
- Impotensi
Ad. 7. Cauda Equina Syndrome
Gejala klinik
- Gangguan motorik:
Kelumpuhan LMN asimetrik
Atrofi otot
- Ggn otonom:
* retensio urine (overflow incontinence)
* inkontinensia alvi
* impotensi
GAMBARAN KLINIK DAN TOPIS SINDROM KOMPERSI MS
TATALAKSANA TRAUMA MS DI LOKASI
• Pengelolaan cedera kolumna vertebralis, khususnya cedera leher
(whiplash injury) relative sukar.
• setiap kasus ditangani dengan cara yang berbeda karena variasi klinis dan
faktor kesulitan.
• Tindakan Emergensi
• Ditempat kejadian: hati hati waktu pemindahan (hindari mobilisasi, fleksi, ekstensi).
• Setelah ditempatkan diatas tandu, harus di immobilisasi dgn cervical collar atau
mengganjal dgn bantal pasir.
• Selama perjalanan tidak boleh melakukan manipulasi.
• Perhatikan tingkat kesadaran dan pernapasan pasien. Dapat terjadi apnoe akibat
paralisis otot interkostal (Oksigenasi bila perlu pasang tube)
TATALAKSANA TRAUMA MS DI RS
• KONSERVATIF
• SIMTOMATIK
TUJUAN
- Pertahankan fungsi MS yg utuh
- Perbaiki yang rusak
Prinsip tatalaksana
1. Segera imobilisasi dan diagnosis dini
2. Stabilisasi tulang yang trauma
3. Cegah progresivitas gangguan MS
4. Rehabilitasi dini
PERAWATAN di RS
• Mulai pemindahan dari mobil keruang rawat (periksa) harus hati
hati.
• Bila ada gangguan kontrol vasomotor sebabkan
• Hipotensi pasang IV line
• Dilatasi gaster pasang nasogastric tube
• Retensio urine pasang kateter
• Cegah dekubitus ubah posisi tiap 2 jam
• Obat : kortikosteroid
INDIKASI OPERASI:
• Poliomielitis subs.grisea
• Leukomielitis subs.alba
• Mielitis transversa seluruh potongan melintang MS
• Mielitis disseminata Lesi multipel tersebar sepanjang sumbu vertikal.
• Meningomielitis
• Meningoradikulitis
• Pakimeningitis
LP :
- Blok LCS (-)
- Pleositosis sedang (20 – 200 mm) terutama limfosit
- Prot (50 – 120 mg / 100 ml)
- Glukosa N
Th/ Glukokortikoid
ARAKNOIDITIS
• Abad 19:
• syphilis, gonorrhea dan tuberkulosis.
• Penting perdarahan subarakhnoid dan pembedahan.
• Akhir-akhir ini:
• Infeksi , trauma, bedah spinal, myelografi, injeksi streroid epidural,
Anastesi epidural, Obat-obat intraspinal lumbar fungsi multipel,
stenosis spinalis
PATOFISIOLOGI
Burton (1978)
Patologi arakhnoiditis terdiri dari tiga tahap yaitu:
0. Kompressi extradural
1. Perubahan-perubahan lokal post operasi
2. Arakhnoiditis pada level single
3. Arakhnoiditis pada multiple level
4. Myelografi blok sekunder karena Arakhnoiditis
5. Arakhnoiditis progressif
GEJALA KLINIS
• sangat kompleks dan hanya dengan gambaran klinis sulit untuk
mendiagnosa.
• Gejala –gejala awal nyeri : terbakar, tersengat dan nyeri yang
menetap meningkat pada saat beraktifitas.
• Gejala lainnya berupa:
• Tonus otot meningkat.
• Refleks tendon menurun disertai kelemahan pada tungkai .
• Geli dan adanya rasa baal merupakan gambaran yang umum.
• Gangguan proprioceptif
DIAGNOSIS
PATOGENESIS
Mengenai corpus vertebra rusak Sequester diskus intervertebral Kolaps kifosis gibus
• Biasanya torak atas & tengah
• Abses paravertebralis
• Ggn vaskuler
• Penekanan abses dapat menembus keluar daerah inguinal
Kerusakan M.S akibat P.Pott tjd mll kombinasi 4 tingkat :
Gambaran Klinis
Awal :
• Nyeri radikuler dada perut
• Paraparese progresif
• Deformitas tulang & nyeri ketok (-)
Biasa juga gejala motorik timbul akut
Diagnosa
Foto thorax & vertebra/ CT Scan/ MRI
Tes tuberculin
LP : tanda “blok LCS”
• Tek. Rendah
• Queekensteedt (-)
• Sindrom Foin: kadar protein LCS beku
Therapi
• Anti tuberkulosa
• Decompresi M.S
• Menghilangkan produk infeksi
• Stabilisasi vertebra dgn graf tulang
• Fisioterapi
Medikamentosa
• Kombinasi OAT selama 6-9 bulan pada spondilitis Tuberkulosa.
• Pada kasus yang melibatkan beberapa vertebra dianjurkan pengobatan selama 9-
12 bulan.
• Kombinasi yang digunakan paling sedikit terdiri dari 3 jenis OAT dan salah satunya
harus bersifat bakterisidal.
• Diberikan pada 2 bulan pertama dilanjutkan dengan INH dan Rifampisin sampai
masa terapi selesai.
Dosis yang digunakan adalah:
• INH 300 mg oral
• Rifampisin 10 mg/KgBB, tidak melebihi 600 mg.
• Pirazinamid dosis yang diberikan adalah 15-30 mg/KgBB
• Etambutol 15-25 mg/KgBB
• Streptomisin 15 mg/KgBB, tidak melebihi 1 g/hari.
TUMOR MS
- Myeloma 19 Lymphoma
Neurofibroma 15 78% 18 %
Lymphoma 14
- Lain 7
Intradural Dewasa Anak
Meningioma 22 Intramedular
Lain 4 2 18 %
- Lain 1 Lain 64 %
TUMOR METASTASE
• Penderita muda
• Perempuan > laki-laki
• Intradural (selalu)
• Tumbuh lambat
• Tatalaksana :
operasi baik kecuali jika letaknya ant, sulit dieksisi, bisa rekuren
SCHWANNOMA / NEUROFIBROMA
• Benigna
• Tumbuh lambat
• Disemua level vertebra, tumbuh dari radix posterior
• Terletak pd kanalis spinalis a/ intervertebral foramina “dumbbell”
• Biasanya bersama Neurofibromatosis (Von Recklinghausen disease)
• Cenderung pd usia 30 – 60
• Nyeri radikuler, berat malam hari
• Dapat kompresi MS
• Myelografi : lesi intradural / extrameduler
• Foto kolumna vertebral obliq pelebaran foramen intervertebral
• Penatalaksanaan : op
TUMOR INTRAMEDULER
• Jarang
• Hampir selalu pertumbuhan lambat astrositoma (grade I dan II)
• Laporan lain frek sama astrositoma dan ependimoma
• Onset gradual
• Ggn sensib nyeri dan suhu, tumor meluas sel kornu anterior ggn /
kelemahan LMN setinggi lesinya dan UMN di bawah lesi
• Foto kel.vertebra: pelebaran jarak interpedikuler a/ scalloping korpus
vertebra
• Myelografi : massa intermeduler
• CT Scan
EPENDIMOMA KAUDA EKUINA
GAMBARAN KLINIS
• Lk > Pr, biasa 25 – 40 thn
• Syrings biasa pd cervical bawah & Thoracal atas (bisa meluas ke medulla
oblongata atau ke bawah lumbal)
• Bila terjadi di medula oblongata disebut syringobulbi
Dissociated sensori loss (pain & temp. terganggu tetapi proprioceptif baik) pd
daerah tangan.
- Kerusakan sel-sel kornu anterior :
kelumpuhan LMN (atrofi dll)
- Serabut-serabut otonom : ggn miksi /
defekasi spastic bladder. Sering-
sering kencing
- Syringobulbia :
- Horner syndroma
- Parese N.VI, VII, V (onion skin) lemnikus
medialis
- Parese N.VII
- N.III
- LP : ~ tekanan N
~ protein meningkat
~ Q terganggu bila block (+)
Kelainan lain : pertumbuhan Abnormal
• Klippel feil Syndrom (Fusi)
• Platibasia
• Spina bifida
• Cervical Rit
Defenisi:
Terjadinya degenerasi pd sel-sel kornu anterior medula spinalis dan
inti-inti motorik batang otak.
Tr.piramidalis klinis atrofi otot yg progresif terutama tangan & otot-
otot yg innervasi batang otak & gejala traktus piramidalis (UMN)
Dikenal 5 variasi klinis :
1. Progressive muscular atrofi
gejala-gejala LMN pd tangan & tungkai
paling baik > 10 thn
2. Progresive bulbar palsy.
Otot-otot yg dipersarafi batang otak :
• Atrofi lidah bln IX / X
• Atropy muka
• Paling jelek : + 18 bln
3. Amyotropic lateral sclerosis :
• Gej. UMN & LMN
• 3 – 4 thn
4. Primary lateral sclerosis
• Spastisitas extremitas
• Sampai 10 thn
5. Bulbar – Pseudo bulbar palsy
• Kelemahan otot-otot bulbar tak ada atrofi & tp spastis
• Ketawa & menangis yg explosif & tak terkontrol
AMYOTROPHIC LATERAL SCLEROSIS
Teori-teori diduga :
1. Abiotrofi
2. Slow virus polio
3. Autoimun (imunologik)
4. Intoksikasi (logam berat: Ph, Co, Fe, Zn, Hg dan
beta methyl amino L alanine)
5. Trauma
6. Kombinasi
PATOGENESIS
1. Hilangnya neuron motorik di kornu anterior MS & BO.
2. Hilangnya sel Beta pada korteks sereri & degenerasi trac
korticospinal.
GAMBARAN KLINIS
• Kelemahan otot bersifat simetris disertai atrofi.
• Dimulai otot tenar & hipotenar jari-jari tangan.
• Menjalar sampai ke otot lengan atas & bahu.
• Stadium lanjut otot bulber dapat terganggu.
• Reflex tendon meningkat & ekstensor plantar (+)
• Tak ditemukan gangguan sensibilitas.
GAMBARAN KLINIS :
• Paresthesia ekstremitas (jari-jari kaki kemudian tangan)
• Gait ataxia
• Paraparese spastica
• ok infeksi tract. Uriaria (ggn spinchter)
• Ggn mental : irritabiliti (comfusion, psychosis, paranoid)
Therapy :
• B12 parenteral seumur hidup
• Psychotherapy.
MULTIPEL SKLEROSIS
PENDAHULUAN
• Charcot 1968:
• Peny. Demielinisasi
• Masa muda /remaja terutama wanita (2:1)
• Daerah dingin
• Prevalensi tinggi ( 30-80/100 ribu pddk.)
• AS (utara), Kanana, Eropa Utara
• Prevalensi rendah (6-14/100 ribu pddk)
• AS & Eropa (selatan) + Equator
• Daerah Tropis prevalensi (5/ 100 ribu pdkk)
Indonesia :
• Verhaart (1931) 12 kasus demielinisasi.
• 5 dari 12 kasus otopsi
• 1 kasus khas Multipel Sklerosis
DEFINISI:
• Penyakit autoimun kronik dengan hilangnya mielin & axon tetap baik.
• Demielinisasi inflamatif fokal bersifat episodik, relaps atau progresif pada Subs alba, n.optikus, batang
otak, serebellum dan MS .
• Terjadi defisit neurologi rekuren.
• Prognosis: Relaps-remisi MS dan 10 th kemudian progresif-sekunder MS dgn cacat permanen dan hasil
akhir selalu buruk.
• 50% pasien membutuhkan bantuan untuk berjalan selama 15 tahun dari onset.
ETIOLOGI
• Belum diketahui
• Teori :
Intoksikasi
Keracunan pb
Tromboflebitis
def. gizi =sdh di tglk
infeksi bertahan virus Masa inkubasi > 15 thn blm ditemukan
PATOGENESIS
MAKROSKOPIS
Otak dan MS normal
Pot. Melintang: daerah demiel btk tdk t’atur
Bentuk : merah muda abu-abu
• Terdapat infiltrasi perivaskuler dari monosit dan limfosit di
sekeliling lesi dan menimbulkan area indurasi multiplel
pada otak sehingga disebut Multipel Sklerosis
MIKROSKOPIS
Fase akut beda fase menahun
• Lesi baru
“cuffing” ruang Virchow- Robin Sel-sel limfosit Proliferasi mikroglia parenkim
Demielinisasi inflamtorik
• Lesi Lama demyelinisasi + astrogliosis Oligodendroglia hilang
• Fase lanjut degenarasi Waller Dlm Plaque Sklerotik IgG
LOKASI LESI
• MS dpt ditemukan :
• Tr. Piramidalis
• Kol. Post MS
• Sekitar Ventrikel
• Batang Otak
• Ped. Serebeli
• Saraf & tr. Optikus
• Vena-vena besar
GAMBARAN KLINIS 1
Awal serangan pertama kali timbul adalah Neruritis opticus uni/
bilateral, (optalmoplegia inter-nuklear). Pmx (ref. pupil, visus ↓,
persepsi warna terganggu dan scotoma sentral. Funduskopi:
fase akut papil: normal, hiperemis atau neuritis retrobulbar,
fase kronis: atrofi papil
GAMBARAN KLINIS 2
• Sensorik : pada badan, muka atau kombinasi
• Extroseptif:
• Rasa baal (numbness)
• Kesemutan (parastesia)
• Rasa terbakar (disestesi)
• Hiperestesia
• Propioseptif terganggu:
• Rasa vibrasi dan diskriminasi 2 titik biasanya bilateral
• Biasanya mengalami remisi dalam bbrp bulan
• Serebellum: jarang mejadi gejala utama
• Ataksia serebelar
• Scanning (monotonus) speech.
• Intension Tremor dan saccadic dysmetria.
• Nistagmus (horizontal atau vertikal)
GAMBARAN KLINIS 3
• Medula Spinalis:
• Paraplegia yang tidak simetris:
• Brown Sequard syndrom
• Mielitis transversa
• Gangguan sensorik sesuai level
• Gangguan SSO (miksi dan defikasi)
• Refleks patologis (+)/ hiperrefleks bilateral
tanpa gangguan motorik.
GAMBARAN KLINIS 4
• Memori:
• Jangka pendek dan panjang terganggu
• Atensi dan emosi berupa iritabilitas
1. PUNGSI LUMBAL
Leukosit : > 50/mm3 (50% pasien)
Total protein : < 100 mg/dl (40% pasien)
Gammaglobulin ↑ 12 % total protein (60%-70% pasien)
Oligoclonal band (90% pasien) ----elekroforesis
Myelin basic protein (70% pasien)
2. NEUROIMAGING
MRI abnormal 95% pasien MS (lebih sensitif).
CT SCAN abnormal ⅓ pasien MS.
MRI dapat memprediksi demielinisasi berkembang klinis definitif.
• CT Scan:
- Hipodens periventrikulus trigonum
• CT Scan + Xenon Enhancement
- Mielin m’rap Xenon 20 eka Hs
- Daerah demielinisasi tdk menyerap Xenon plak sklerotik (bercak hipodens)
3. EVOKED POTENTIALS
Mendukung diagnosis Multipel Sklerosis.
VEPs → konduksi abnormal nervus II.
VEPs (+) pada 90% definitif MS, 50% mungkin MS, 25% curiga MS.
BAERs (+) pada 50% definitif MS, 20% mungkin MS.
SSEPs (+) pada 70% definitif maupun mungkin MS.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
• Ensefalomielitis diseminata akuta
• Tumor MS & tumor cerebri
• Lues Serebrospinalis
• Peny. Degeneratif lain
THERAPI
• Istiraht adekuat
• Kortikosteroid
• Imunosupresif
• Plasmaforesis & interferon
• Terapi Psikis
• Fisioterapi
PROGNOSIS
• Membaik dekade terakhir
• Kemampuan hidup 22-25 th
• Hindari faktor pencetus
Prolaps Diskus/HNP
Robekan pada diskus dapat menekan
medspin dan nerve root nyeri
kesemutan, kelumpuhan dan gangguan
otonom.
Dx: X-ray, CT scan atau MRI.
Tx:
• Konservatif
• Operatif bila konservatif gagal dan
terdapat defisit neurologis
Spondylolisthesis
• Spondylolisthesis
kondisi dimana terdapat defek
pada bagian spinal yang
menyebabkan verlebra bergeser
ke salah satu sisi
Tx:
• Konservatif
• Operatif : Spinal fusion surgery.
Stenosis Spinal
• 75% kasus terjadi pada daerah
lumbal.
• Penyebab :
- congenital.
- degenerative.
- trauma.
- aging process
- herniated discs.
- spondylolisthesis.
- bone spurs
Diagnosis Stenosis spinal
• Anamnesis
• PF
• Penunjang : Ro
Myelography
CT
MRI
Therapi : Konservatif
Operatif : laminektomi
foramenoktomi
disektomi