Anda di halaman 1dari 115

FRAKTUR, DISLOKASI DAN

CEDERA JARINGAN LUNAK

Dr. Yogi Prabowo, SpOT


Dept. Orthopaedi & Traumatologi
FKUI/RSCM
Nama : Dr. Yogi Prabowo, SpOT
Tempat/tgl lahir : Jakarta, 8 September 1973
Email : prabowo.yogi@yahoo.com
Pekerjaan : Staf Orthopedi Divisi Orthopaedi dan
Traumatologi FKUI/RSUPNCM
Pendidikan :
• Pendidikan Dokter Umum FKUI 1992-1998
• Pendidikan Dokter Spesialis Orthopedi & Traumatologi FKUI 2003-2008
• Training Onkologi Orthopedi FKUI-RSCM 2009-2012
• Trauma Fellowship MHH Hannover Germany May-Juni 2012
• Training in Dept Hand & Microsurgery, National University Singapore Jan-Feb
2013
• Fellowship Oncology Orthopaedi University Sains Malaysia Juni-Sept 2013
• Pendidikan Diploma 1 Tissue Banking, National University of Singapore 2012-
2013
• BSN Advanced Casting Course, Goa India, Maret 2014

Aktifitas :
• Dokter PTT TimKesGab Depkes-TNI-POLRI Konflik Maluku 2000-2001
• Staf Onkologi Orthopedi Departmen Orthopedi & Traumatologi FKUI-RSCM
2009-skrg
• Kepala Tissue Bank UPT Sel Punca RSCM 2013-skrg
• Dokter Orthopedi RS Sahid Sahirman
• Ka Sub Pelayanan Medik IGD RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, 2015
Trauma Muskuloskeletal
• Merupakan 60-80% penyebab trauma
terbanyak
• Etiologi : kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
kerja, kekerasan, bencana alam
• Jarang mengancam nyawa (life threathening),
tetapi sering mengancam ekstremitas (limb
threathening)
FRAKTUR /PATAH TULANG ?
Epidemiologi
• Fraktur pada Anak : kecelakaan, child
abuse
• Fraktur pada orang dewasa : KLL
• Fraktur pada orang tua (> 65 thn) : fraktur
patologis akibat osteoporosis : fraktur
distal radius, fraktur colum femur, fraktur
tulang punggung
Epidemiologi
• WHO 2011 & 2012 : KLL pembunuh
terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung
koroner dan TBC.
• WHO 2011 : sebanyak 67 % korban KLL
 usia 22 – 50 tahun (usia produktif)
Epidemiologi
• Data Kepolisian RI thn 2012 terjadi
109.038 kasus kecelakaan dengan korban
meninggal dunia sebanyak 27.441 orang,
dengan potensi kerugian sosial ekonomi
sekitar Rp 203 triliun - Rp 217 triliun per
tahun (2,9% - 3,1 % dari Pendapatan
Domestik Bruto/PDB Indonesia
Anatomi Tulang
SISTEM SKELETAL

Anatomi
tulang
diliputi dan
dikelilingi..
.

Pembuluh
darah

sendi
SISTEM OTOT
RANGKA
Biomekanik Trauma

• Adalah semua informasi yang kita dapat dari


sebuah proses trauma hingga tergambar
seperti sebuah lukisan
• Tujuan : penolong dapat memperkirakan
dengan tepat organ-organ yang cedera dan
akibat yang dialami oleh pasien tersebut.
DEFINISI
• Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas
tulang ,tulang rawan dan
epifisis.
• Kerusakan tulang ini
biasanya disertai
kerusakan jaringan lunak
Tanda-tanda klasik dari Fraktur
1. Adanya riwayat
trauma
2. Timbul rasa nyeri
3. Pembengkakan
4. Deformitas
5. Nyeri setempat dan
nyeri sumbu
6. Krepitasi
7. Fungsio laesa
Fraktur Tertutup
• Fraktur tertutup adalah putusnya
kontinuitas tulang, tulang rawan dan
epifisis tanpa ada perlukaan pada kulit
Fraktur Terbuka
• Fraktur terbuka adalah
fraktur yang disertai
perlukaan pada kulit
sehingga fragmen
fraktur berhubungan
dengan dunia luar
• Meningkatkan resiko
infeksi
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Ramon Gustilo :

• Derajat I : pin point wound


kontaminasi ringan
kerusakan jaringan lunak minimal
energi trauma yang ringan
fraktur simpel
• Derajat II : luka lebih dari 1 cm, memar sederhana
kerusakan jaringan tidak luas, flap atau avulsi
energi trauma yang moderate
fraktur simple , transverse, oblique atau kominutif ringan
• Derajat III : high velocity
kerusakan jaringan luas dan gangguan neurovaskuler
fraktur segmental atau kominutif
Dibedakan lagi menjadi IIIA, IIIB, dan IIIC.
Fraktur Terbuka derajat IIIB
Dislokasi/subluksasi

• Dislokasi adalah tergesernya permukaan tulang sendi


satu terhadap lainnya yang membentuk persendian, bisa
komplit bisa juga inkomplit (subluksasi).
• Resiko nekrosis tulang rawan (avaskular nekrosis)
• Gejala : nyeri dan gerakan sendi terbatas serta terasa
ada hambatan
• Pada keadaan fase akut, reposisi mudah
• Kasus neglected reposisi sulit  tindakan bedah
• manuver reposisi tertutup gagal pada fase
akutkemungkinan terjadi button hole
DISLOKASI
SENDI LUTUT
• Cedera berat
– Cedera ligamen
• ACL, PCL,
Posterolateral
Corner
• LCL, MCL
– Cedera vaskuler
– Cedera saraf
peroneal >> Tibialis
Trauma Jaringan Lunak
Dapat mengenai otot, tendon, ligamen,
pembuluh darah, saraf, dan kulit
• Memar (contusion)
• Putus /robek (rupture)
– Overstrecth
– Putus total/ partial
Klasifikasi Fraktur
1. Berdasarkan terjadinya trauma:
trauma langsung (direct)
tidak langsung (indirect).
2. Berdasarkan besar-kecilnya energi trauma :
Fraktur sederhana (simple fracture)
Fraktur kominutif
3. Berdasarkan bentuk garis fraktur :
Komplit atau inkomplit
Transversal, oblique atau spiral
Kompresi
Green stick fracture atau Plastic fracture.
4. Berdasarkan klinis :
fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Komplikasi Fraktur
• Komplikasi Segera
Komplikasi Lokal :
Cedera kulit : perlukaan
Cedera vaskuler : ruptur, kontusio, atau spasme arteri-vena
Cedera saraf
Cedera otot : ruptur otot
Cedera organ dalam (viscera)
Komplikasi Jauh (sistemik) :
Cedera multipel
Syok Hemoragik
• Komplikasi Dini
Komplikasi Lokal :
Nekrosis kulit
Gas gangrene
Sindroma kompartemen
Trombosis vena
Infeksi sendi (artritis septik) dan infeksi tulang (osteomyelitis)
Nekrosis avaskular (kematian tulang)
Komplikasi Fraktur
Komplikasi Jauh (sistemik)
Emboli lemak
Emboli paru
Pneumonia
Tetanus
• Komplikasi Lambat
Kekakuan sendi yang menetap (stiffness)
Degeneratif artritis
Malunion, non union, atau delayed union
Osteomyelitis kronis
Reflex Symphathetic Dystrophy (Sudeck’s atrophy)
Myositis ossificans
Tardy nerve palsy
Sindroma Kompartemen
• Adalah suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan
didalam kompartemen otot yang tertutup yang dapat
mengganggu neurovaskuler ekstremitas
Etiologi
1. fraktur elbow (suprakondiler humerus), fraktur
antebrachii, fraktur tibia, serta fraktur tulang –tulang
metakarpal dan metatarsal.
2. pemasangan gips yang terlalu ketat
3. latihan otot yang berlebihan (over exercise),
4. dan lain-lain.
Sindroma Kompartemen
Gejala Klinis
• Tanda-tanda klasik sindroma
kompartemen adalah 5 P (pain,
paresthesia, pallor, paralysis,
pulselessnes).
• Bulae pada kulit
• tanda yang signifikan yaitu
strecth pain dan paresthesia, 
dekompresi fasciotomi.
• Tekanan didalam kompartemen
dapat diukur  peningkatan
tekanan dengan selisih lebih
dari 30 mmHg  fasciotomi
Volkmann’s Contracture
Kedaruratan Trauma Ekstremitas
1. Fraktur terbuka
2. Fraktur dengan gangguan/cedera
neurovaskuler
3. Dislokasi
Kedaruratan Trauma ekstremitas
• Penanganan awal sesuai dengan prosedur ATLS termasuk primary
survey dan secondary survey yaitu:
A : Airway
B : Breathing
C : Circulation
D : Disability
E : Exposure
F : Facility
• Penatalaksaan awal cedera ekstremitas, yaitu penilaian faktor
resiko pada cedera muskuloskeletal dan pencegahan infeksi dan
kerusakan lebih lanjut yang dapat terjadi dengan melakukan
splinting dan dressing luka.
• Pembuatan X-ray sebaiknya dilakukan sesudah pembidaian , oleh
karena akan memudahkan transportasi, mengurangi kerusakan
lebih lanjut, mengurangi rasa sakit dan menghentikan perdarahan.
Fraktur Terbuka
Prinsip penanganan fraktur terbuka adalah :
1. Tindakan darurat segera (emergency)
2. Evaluasi kegawat kelangsungan hidup
(life threathening injury- ATLS)
3. Antibiotika yang tepat dan adekuat
4. Debridemen dan irigasi yang cukup
5. Stabilisasi fraktur dengan fiksasi luar atau
dalam
6. Penutupan luka yang baik
7. Kalau perlu cancelous bone grafting
8. Rehabilitasi anggota yang terkena
9. Rehabilitasi pasien secara keseluruhan
Fraktur dengan Cedera Vaskuler
• Ada dua jenis fraktur yang dapat
menimbulkan syok hemoragik
yaitu :
– fraktur pelvis (panggul)
– fraktur femur
• Kedua keadaan ini merupakan
kondisi emergensi yang harus
segera ditangani
• pembuluh darah dapat juga terluka
sebagai akibat dari posisi fragmen
. Oleh karena itu penting untuk
melakukan pemeriksaan sirkulasi
distal fraktur.
Fraktur dengan Cedera Saraf
Hebert Seddon pada tahun 1943 :
Neuropraxia : regangan saraf, sembuh spontan
tanpa intervensi
Axonotmesis : interupsi axon pada segmen saraf,
selubung saraf yang intak , akibat
fraktur tertutup atau dislokasi.
Neurotmesis : saraf putus total,diakibatkan luka
terbuka. perlu intervensi pembedahan.
Fraktur dengan Cedera Saraf

Pada fraktur tulang vertebrae atau


trauma multipel curiga adanya
cedera spinal, maka harus segera
dilakukan pemasangan collar neck
dan atau long spine board.

• trauma kepala dengan


penurunan
kesadaran
• trauma multipel
• jejas diatas klavikula
Trauma Ekstremitas Atas
Fraktur Klavikula
Fraktur Humerus
Fraktur Elbow
(supracondyler humerus)
Fraktur Elbow
Dislokasi Elbow
Fraktur Monteggia
Fraktur Antebrachii
Fraktur Galeazzi
Fraktur distal Radius
Fraktur Tangan
Trauma Ekstremitas Bawah
Fraktur Neck femur
Fraktur Femur
Fraktur Supracondyler Femur
Fraktur Patella
• Mekanisme trauma
– Benturan langsung
• Pemeriksaan fisik
– Bengkak
– Lutut tdk dapat diluruskan
– nyeri
Fraktur Tibial Plateau
• Xrays: AP/Lateral +/- traction films
• CT scan
Fraktur Tibial Plateau
• Mekanisme cedera : jatuh dari
ketinggian, olahraga berat,
kecelakaan lalu lintas
• Resiko cedera pembuluh darah
dan saraf
• Resiko sindroma kompartemen
Fraktur Tibia
Fraktur Ankle
Fraktur Metatarsal
TATALAKSANA FRAKTUR &
CEDERA MUSKULOSKELETAL
Tujuan
• Tujuan tindakan penanggulangan cedera
musculoskeletal menurut definisi
orthopaedi adalah untuk mencapai
rehabilitasi pasien secara maksimum dan
utuh dilakukan dengan cara medik, bedah
dan modalitas lain untuk mencapai tujuan
terapi.
4R

• Recognition
• Reduction
• Retaining
• Rehabilitation
RICE
Pada sprain atau contusion, sebaiknya
dilakukan tindakan dengan cara yaitu
dengan :
1. Rest (istirahat)
2. Ice ( kompres es)
3. Compression (balut tekan)
4. Elevation ( tinggikan bagian yang
cedera)
Imobilisasi
• Imobilisasi adalah cara mengistirahatkan bagian
yang cedera dengan pembidaian (splinting).
dengan syarat mengunci (blok) 2 sendi,
proksimal dan distal tulang yang fraktur
Gunanya untuk :
• Mengurangi rasa sakit
• Mencegah kerusakan lebih lanjut
• Mengurangi dan menghentikan perdarahan
• Memudahkan transportasi
Kondisi Emergency
Ada 3 hal yang perlu mendapat tindakan
segera pada cedera sistem
musculoskeletal yaitu bila terdapat :
1. Fraktur terbuka
2. Fraktur tertutup dengan gangguan
neurovaskuler (misalnya Compartement
syndrome)
3. Dislokasi sendi
Vacuum Matras
Equipments Air Splint

Sam Splint

Splint Traction
PENANGANAN FRAKTUR TERTUTUP

REPOSISI / REDUKSI
• Sebagian besar fraktur tertutup ditangani
secara konservatif.
• Reposisi fraktur dilakukan pada fraktur
displace dalam waktu 12 jam setelah
trauma.
• Reduksi dan reposisi dilakukan dengan
posisi yang adekuat dan kesegarisan
(alignment) normal.
REPOSISI / REDUKSI

• Ada 3 metode yang digunakan pada


reduksi, yaitu :
• Manipulasi tertutup
• Traksi mekanik
• Reduksi terbuka dengan cara operasi.
RETAINING / IMOBILISASI

Setelah dilakukan reposisi, maka posisi


fraktur dapat dipertahankan (retaining)
dengan cara-cara :
1. Traksi
2. Pemasangan gips Plaster of Paris
3. Functional bracing
4. Fiksasi interna dengan implant (plate-screw
atau intremedulery nail)
5. Fiksasi eksterna
TRAKSI DALAM ORTHOPAEDI

• Tujuan traksi yaitu mempertahankan


panjang suatu ekstremitas,
mempertahankan kesegarisan (alignment)
maupun keseimbangan (stability) pada
fraktur.
Traksi Kulit (skin
traction)
• terapi sementara
(temporary splint)
• beban 6 kg
• harus diganti maksimal tiap
2 minggu
• Komplikasi traksi kulit
meliputi : kerusakan pada
kulit (bulae) dan cedera
saraf tepi (cedera nervus
peroneus).
Traksi Hamilton – Russel

Traksi Bryant
Jenis traksi kulit
Traksi Tulang (Skeletal Traction)

• memasang steimann pin pada tulang).


• Terapi definitif
• Balance Skeletal Traction pada fraktur
femur
• Komplikasi : infeksi pada pin (pin tract
infection dan pin yang kendur (pin
loosening, fracture disease terdiri dari :
kekakuan sendi (joint stiffness), osteoporosis
(disuse osteoporosis) dan atropi otot.
FIKSASI EKSTERNA
FIKSASI INTERNA
Konservatif/
OPERASI Casting
• Mobilisasi dini • Mobilisasi lambat
• Latihan dini
mencegah fracture • Fracture disease
disease • Tidak merusak
• Merusak blood blood supply
supply
• Anatomical • Tidak anatomical
reduction reduction
• Lebih nyaman • Kurang nyaman
• Mahal
• Murah
TEHNIK APLIKASI TAPING-STRAPPING
PADA CEDERA OLAH RAGA

• Tehnik taping banyak digunakan dalam


pencegahan (preventif), pengobatan
(treatment), dan rehabilitasi pada cedera
olahraga.
• Taping adalah aplikasi adhesive tape yang
elastis atau non elastis untuk menyokong
(support) dan melindungi (protect) sendi,
ligamen dan jaringan lunak dengan limitasi
minimal dari fungsi.
Fungsi taping-strapping

• Untuk melindungi dan merawat


ekstremitas yang cedera selama program
rehabilitasi
• Untuk mencegah terjadinya cedera pada
ekstremitas yang aktif (olah raga)
Bahan dan Alat

• Non Adhesive Bandage


– Cohesive underwrap (busa lapisan dalam)/
Tensoban
– Elastic bandage (elastic verban)
Elastic Verban
Bahan dan Alat
• Adhesive Bandage
– Rigid Tape/ Strappal
– Semirigid-flexible / Tensoplast
FINGER-BUDDY SYSTEM
• Indikasi : sprained finger
• Tujuan : melindungi jari yang cedera
dengan splinting terhadap jari sebelahnya
CEDERA
OLAHRAGA
• Cedera olahraga mengenai
sistem musculoskeletal
dapat dibagi menjadi 3
bagian penting yaitu :
– Cedera jaringan lunak :
tendon atau otot
– Cedera jaringan keras :
tulang atau sendi
– Cedera sendi : ligamen,
meniscus, simpai
Knee Anatomy
Knee Anatomy

aafp.org.knee anatomy
CEDERA SENDI LUTUT
• Fraktur
• Dislokasi
• Ruptur Ligamen (robek/putus)
• Ruptur/robek Meniscus
• Cedera tulang rawan
Sprain / Sprained joint
• cedera yang mengakibatkan robekan (tearing )
pada kapsul sendi atau ligamen akibat terpuntir
atau tarikan.
• Klinis :
– nyeri
– tidak ada pembengkakan atau hanya sedikit bengkak
– tidak ada tanda memar (bruises)
– Nyeri terlokalisir pada ligamen tertentu.
Pengobatan :
• terapi suportif dengan analgetik anti inflamasi
• meyakinkan penderita untuk latihan (exercise) secara
dini .
Strain / Strained ligament
• adalah strectching atau robekan mikroskopik
(microscopic tear) dari ligamen akibat gaya puntiran
atau tekukan (bending). Ligamen dapat robek tetapi
sendi tetap stabil .
• Gejala yang timbul meliputi nyeri, bengkak dan memar
(bruise) sekitar sendi.
• Pengobatan :
– sendi diistirahatkan dan diimobilisasi dengan tapping-strapping
sampai nyeri akut berkurang .
– Ice packs
– obat anti inflamasi non steroid diberikan .
– Setelah bengkak berkurang atau hilang segera latihan gerak
sendi secara aktif (active movement) dan latihan kekuatan otot
(muscle strengthening).
Ruptur ligamen
• adalah putus total dari ligament sehingga sendi
tidak stabil (unstable)
• Lokasi :
– lutut, pergelangan kaki, jari-jari, dan jempol.
• Klinis :
– nyeri yang sangat berat
– perderahan dibawah kulit
– hemarthrosis dan pembengkakan sendi
– Pemeriksaan stabilitas sendi tidak dapat dilakukan
karena nyeri atau dapat dilakukan dengan
pembiusan.
Pengobatan ruptur ligamen
• Ruptur ligamen sebagian besar diterapi secara
konservatif :
– mengontrol nyeri dan pembengkakan,
– pembidaian sendi (splintage),
– pendinginan dengan ice packs
– anti inflamasi non steroid.
• Hemarthrosis  diaspirasi.
• Setelah bengkak dan nyeri berkurang , splinting diganti
dengan brace untuk memulai latihan gerak sendi
• ligamen yang ruptur sembuh spontan dengan fibrosis
bila tanpa tension dalam 4-6 minggu.
Ruptur ACL

• Mekanisme : hiperekstensi

• Sendi lutut bengkak dan efusi

• Nyeri

• Instability
Pemeriksaan Fisik ACL
Pemeriksaan ACL

• Lachman –
best
• Pivot Shift –
diagnostic
• Anterior
drawer –
chronic tear
ACL MRI

• Akurasi 95%
• Low signal intensity
• Saggital view
• Acute injury high signal
intensity on T2 image
• Bone bruising
Pengobatan ACL Rupture
• Operative vs. Non-operative
Non-operative
• Pembidaian/ Brace
• Pakai tongkat /kruk
• Latihan tekuk lutut dini
Operative

Arthroskopi
rekonstruksi
Ruptur MCL

• Mechanism = valgus stress


• Sulit berdiri dan berjalan
• Nyeri
Cedera MCL
Pemeriksaan Fisik
• Nyeri
• Tidak stabil
• Bandingkan dengan tungkai sebelah
Terapi Cedera MCL

• Non-surgical
• RICE
• Brace
• Pembedahan
Cedera PCL
• Mekanisme cedera : Forced flexion
• Nyeri
• Masih stabil
Pemeriksaan PCL
• Test Posterior drawer Grade I - III
• Quadriceps active test
• Post sag sign
Non-operative
• Latihan agresif
• Penguatan Quadriceps
Pengobatan Operatif PCL
Cedera Meniscus

• Mechanism cedera :
puntiran

• Nyeri

• Lutut sulit ditekuk


Cedera Meniscus
Pemeriksaan Fisik

• Joint line
tenderness
– IR/ER

• Decreased ROM
• McMurray’s test
• Apley’s
compression test
Meniscus MRI
Grading of Meniscal Tears: MRI

• I: globular changes
• II: linear changes not to
margin
• III: linear to sup/inf margin
• IV: complex linear changes
• Only grade III and IV visible
on arthroscopy
Pengobatan cedera Meniskus

• Nonoperative Acute Rehab


– ROM, Quad setting
• Bracing (hinged knee brace)
• Operative
– Partial Menisectomy

– Meniscal Repair
(peripheral)

– Meniscus Implants

– Total Menisectomy-
outdated
PENYEMBUHAN FRAKTUR
Bone blood supply

• Endosteal
– Inner 2/3rds
• Periosteal
– Outer 1/3rd
• Disrupted by a fracture
• Further damaged by
surgery
Penyembuhan Fraktur

• Indirect healing (Penyembuhan


sekunder, pembentukan kalus)
• Direct healing ((penyembuhan primer)
Fase Penyembuhan Fraktur
Sekunder
1. Fase Hematoma
2. Fase Pembentukan Soft callus
3. Fase Pembentukan Hard Callus
4. Fase Remodeling
Fase Hematoma

• Hematoma
• Inflamasi
• 0- 2 minggu
• Ekstremitas
diistirahatkan total
Fase Pembentukan Kalus
• Soft Callus
– 2– 6 minggu
– 10% strain at failure
• Hard Callus
– 6 minggu – 3 bulan
– 2% strain at failure
Fase Remodeling
• Tidak tampak
garis fraktur pada
X-ray
• Rekanalisasi
• Remodeling
– 3 bulan – 1 tahun
– Wolff’s law
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai