Anda di halaman 1dari 16

SEPSIS

Pembimbing :
Disusun Oleh : dr. M.F Susanti Handayani, Sp. An
Puput pujiama
(2013730085)

Stase Anestesi RSUD Sayang Cianjur


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah jakarta
2017
Definisi

Sepsis didefinisikan sebagai adanya (suspek atau terbukti) infeksi bersama-sama


dengan manifestasi dari infeksi sistemik. Sepsis yang berat didefinisikan sebagai
sepsis plus, sepsis yang menginduksi disfungsi organ atau hipoperfusi jaringan.
Sepsis merupakan keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa dimana terjadi
disregulasi respon tubuh terhadap infeksi. Secara klinis dapat di jabarkan bahwa
disfungsi organ terdapat peningkatan skor sequential organ failure assesment
(SOFA) > 2 poin atau lebih yang berhubungan dengan peningkatan resiko kematian
dirumah sakit >10%
Kriteria sepsis menurut european society of intensive care medicine’s dan the
society of critical care medicine’s pada tahun 2016.
DIAGNOSIS
Tindakan tes diagnostik pada pasien dengan sindrom sepsis atau dicurigai sindrom
sepsis memiliki dua tujuan. Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan
lokasi infeksi dan juga menentukan tingkat keparahan infeksi untuk membantu dalam
memfokuskan terapi.
Menurut panduan SSC 2016, penegakan diagnosis sepsis berdasarkan skoring
qSOFA (Sequential Organ Failure Assessment) yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Gejala Umum

Demam (> 38,3oC)


Hipotermia (< 36oC)
HR > 90x/m
Takipneu
Perubahan status mental
Edema signifikan atau keseimbangan cairan positif (> 20 mL/kg lebih dari 24
jam)
Hiperglikemia (glukosa plasma > 140/dL atau 7,7 mmol/L) dan tidak diabetes
Inflamasi
Leukositosis (>12.000 µL-1)
Leukopenia (<4.000 µL-1)
Hitung sel darah putih normal dengan > 10% ditemukan bentuk imatur
C-Reactive Protein Plasma > 2 standar deviasi diatas nilai normal
Prokalsitonin plasma > 2 sd diatas nilai normal

Hemodinamik

• Hipotensi arteri (TDS < 90 mmHg, MAP < 70 mmHg atau TDS turun > 40
mmHg pada dewasa)
Disfungsi Organ

Hipoksemia arterial (PaO2/ FiO2)


Oliguria akut (jumlah urin < 0,5mL/kg/jam selama minimal 2 jam) meskipun resusitasi cairan adekuat
Peningkatan kreatinin > 0,5 mg/dL atau 44,2µmol/L
Koagulasi abnormal (INR > 1,5 atau aPTT > 60 detik)
Ileus (tidak terdengar suara usus)
Trombositopenia (< 100.000 µL-1)
Hiperbilirubinemia (bilirubin plasma total > 4mg/dL atau 70µmol/L)

Perfusi Jaringan

• Hiperlaktatemia (> 1mmol/L)


• Penurunan refil kapiler
TATALAKSANA
- resusitasi cairan : Ringer Laktat , Ringer Asetat Malat,
- terapi antimicrobial
- Obat-obatan Vasoaktif
- Terapi Steroid
RINGER LAKTAT
cairan yang isotonis didalam darah yang merupakan cairan pengganti, ini tergolong
larutan kristaloid. Pada umumnya digunakan untuk luka bakar, syok, dan cairan
preload pada operasi. Cairan ini memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma.
Satu liter cairan ringer laktat memiliki kandungan 130 mEq ion natrium setara
dengan 131 mmol/L, 111 mEq ion klorida setara dengan 109 mmol/L, 28 mq laktat
setara dengan 29 mmol/L, 4 mEq ion kalium setara dengan 4 mmol/L, 3 mEq ion
kalsium setara dengan 1,5 mmol/L. Anion laktat yang terdapat dalam ringer laktat
akan dimetabolisme di hati dan diubah menjadi bikarbonat untuk mengkoreksi
keadaan asidosis, sehingga ringer laktat baik untuk mengkoreksi asidosis. Laktat
dalam ringer laktat sebagian besar dimetabolisme melalui proses glukoneogenesis.
Setiap satu mol laktat akan menghasilkan satu mol bikarbonat.
RINGER ASETAT MALAT
. Ringer asetat malat berbeda dengan ringer laktat. Cairan ini mengandung anion
asetat dan malat yang dapat dimetabolisme di hati menjadi bikarbonat. Asetat dan
malat akan dimetabolisme di hati menjadi bikarbonat, satu mol asetat akan diubah
menjadi satu mol bikarbonat sedangkan satu mol malat akan dirubah menjadi dua
mol bikarbonat. Malat bekerja dalam waktu lebih lama dibandingkan asetat, oleh
karena itu kombinasi asetat dan malat merupakan pilihan yang baik dalam suatu
cairan. B.Braun mengatakan bahwa ringer asetat malat lebih baik dari ringer laktat
karena ringer asetat malat lebih isotonis. Ringer asetat malat memiliki kadar natrium,
kalium dan magnesium yang hampir sama dengan plasma, sedangkan konsentrasi
klorida memilki kadar yang sedikit lebih tinggi dalam rangka mencapai osmolaritas
fisiologis.
TERAPI STEROID
Pada respons neurohumoral terhadap syok sepsis, banyak pasien menunjukkan
cadangan adrenal inadekuat, atau adanya insufisiensi adrenal relatif (RAI-relative
adrenal insufficiency). Mekanisme RAI kompleks dan belum Universitas Sumatera
Utara 34 dipahami, namun nampaknya disebabkan sebagian oleh kaskade inflamasi
yang menyebabkan pelepasan atau respons inadekuat terhadap
adrenokortikotropin, dikombinasikan dengan resistensi steroid perifer pada tingkatan
reseptor. RAI harus dipertimbangkan secara klinis berbeda dengan insufisiensi
adrenal absolut, oleh karena RAI biasanya hilang seiring dengan perbaikan syok
sepsis. Pasien dengan RAI oleh karenanya tidak memerlukan terapi penggantian
steroid setelah perbaikan syok.

Anda mungkin juga menyukai