Anda di halaman 1dari 40

Fraktur Cervical

dr. Eka Kurniawan Perangin - Angin


Pendahuluan

Kematian Kasus baru


6000 Akibat cedera tulang
belakang leher tiap tahun
5000 Quadriplegia akibat cedera
tulang belakang leher

4:1
Rasio Predileksi
Lebih banyak terjadi pada
pria daripada wanita
80% Terjadi pada usia 18-25
tahun
Pendahuluan
● Paling sering disebabkan oleh benturan kuat, atau trauma pukulan di kepala
● Merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera
● ±5% pasien denga cedera kepala juga mengalami cedera spinal
● 25% pasien dengan cedera spinal mengalami setidaknya cedera kepala ringan
● ± 55% trauma spinal terjadi pada region servikal
Tinjauan Pustaka
Anatomi
● Kolumna vertebralis terdiri dari
● 7 tulang servikal
● 12 torakal
● 5 lumbal
● 5 sacral
● 1 koksigis
● Tulang servikal paling rentan terhadap cedera
Anatomi
Anatomi
Medulla spinalis
● Awal: Ujung medulla oblongata
● Akhir: Sekitar L1 mjd konus medularis
● Traktus di medulla spinalis:
● Traktus kortikospinalis  posterolateral
medulla spinalis, mengatur kekuatan motorik
tubuh ipsilateral
● Traktus spinothalamikus  anterolateral
medulla spinalis, membawa sensasi nyeri
dan suhu
● Kolumna posterior  membawa sensasi
posisi (proprioseptif), getar dan sentuh
● Cedera MS  kehilangan fungsi sensorik
dan/atau motorik dibawah level tertentu
Dermatom
● Daerah kulit yang dipersarafi oleh akson sensoris
radiks saraf segmen tertentu
● Berguna dalam menentukan level trauma
● Dermatom servikal atas (C1-C4) sangat bervariasi
dalam distribusi ke kulit  tidak dipakai dalam
lokalisasi
● Daerah patokan:
● C3- area dia tas deltoid
● C6 - ibu jari
● C7 – jari tengah
● C8 – kelingking ● L4 – sisi medial betis
● T4 – papilla mamae ● L5 – ruas antara ibu jari dan
● T8 – prosesus xiphoideus telunjuk kaki
● T10 – umbilicus ● S1 – sisi lateral kaki
● T12 – simfisi pubis ● S3 – tuberositas iskium
● L4 – sisi medial betis ● S4 dan S5 – daerah perianal
Miotom
● Setiap radiks saraf mempersarafi lebih dari satu otot dan kebanyakan otot dipersarafi lebih dari
satu radiks (biasanya dua)
● Daerah otot penting:
● C5 – deltoid
● C6 – ekstensor pergelangan tangan (biseps, ekstensor karpi radialis lingus dan brevis)
● C7 – ekstensor lengan (triseps)
● C8 – fleksor jari-jari sampai ke jari tengah
● T1 – abductor jari kelingking
● L2 – fleksor paha
● L3,L4 – ekstensor lutut (quadriceps, reflex patella)
● L4,L5,S1 – fleksi lutut (hamstring)
● L5 – dorsofleksi pergelangan kaki dan ibu jari
● S1 – flekso plantar pergelangan kaki
Definisi dan Etiologi

Definisi Etiologi
Fraktur servikal  rusaknya Cedera spinal terjadi akibat
dan terputusnya kontinuitas patah tulang belakang
servikal Akibat hiperfleksi,
hiperekstensi, kompresi atau
rotasi tulang belakang
Kerusakan pada spinal 
permanen
Epidemiologi
● Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke
empat
● 3% trauma medula spinalis
● Insidensi laki-laki 5 kali lebih besar dari
perempuan
● 40% SCI karena KLL, 20% jatuh, 40% luka
tembak, sport, kecelakaan kerja
● Lokasi fraktur cervical tersering  C2, diikuti
C5 dan C6
Gambaran Klinis
Presentasi umum

1. Nyeri leher posterior pada palpasi prosesus spinosus


2. ROM terbatas yang berhubungan dengan nyeri
3. Kelemahan, mati rasa, atau parestesia di sepanjang nerve
roots yang terkena
Gambaran Klinis

Syok spinal Sindrom sumsum tulang


belakang bagian depan
Hilangnya rangsang yang berasal
dari pusat
Kelumpuhan flasid, anesthesia,
arefleksia, hilangnya perspirasi, Kelumpuhan otot lurik dibawah
gangguan fungsi rectum dan tempat kerusakan
kandung kemih, priapismus, Hilangnya sensasi nyeri dan suhu
bradikardia dan hipotermal pada kedua sisi
Pasca pulih  hiperrefleksia Sensari raba dan posisi tidak
teranggu
Gambaran Klinis

Cedera sumsum tulang Sindrom brown-sequard


belakang sentral

Jarang terjadi Jarang ditemukan


Tetraparese parsial Ipsilateral: Gangguan motorik
Gangguan pada ekstremitas dan hilangnya rasa vibrasi
bawah lebih ringan daripada Kontralateral: gangguan rasa
ekstremitas atas nyeri dan suhu
Daerah perianal tidak terngnanggu
Diagnosis
● Pasien sadar menilai keluhan dan melakukan pemeriksaan terhadap kelainan yang
terjadi
● Pasien penurunan kesadaran  serangkaian pemeriksaan penunjang
● Beberapa keadaan yang harus dicurigai sebagai cedera spinal
● Semua penderita pasca trauma yang tidak sadar
● Penderita yang mengalami gejala neurologis
● Penderita yang mengeluh nyeri gerak da nyeri tekan pada sepanjang daerah spinal
● Penderita yang jatuh dari ketinggian
● Penderita multiple trauma akibat kecelakaan lalu lintas
Diagnosis banding
● Acute torticollis
● Cauda Equina
● Cervical strain
● Hanging injuries
● Neck trauma
● Spinal cord infections
● Spinal cord injuries
● Spinal cord neoplasms
● Vertebral artery dissection
Klasifikasi - Level
● Level neurologis  segmen paling kaudal yang masih memiliki fungsi sensorik dan
motorik nomal di kedua sisi tubuh
● Cedera pada 8 segmen medulla spinalis servikal  tetraplegi
● Cedera di bawah T1  paraplegi
● Level tulang trauma  tulang vertebra yang mengalami kerusakan  menyebabkan
kerusakan medulla spinalis
Klasifikasi – Defisit
Neurologis
Cedera medulla spinalis dibagi menjadi :
● Paraplegi inkomplit
● Paraplegi komplit
● Tetraplegi inkomplit
● Tetraplegi komplit
Klasifikasi – Sindrom MS
● Central cord syndrome  hilangnya kekuatan motorik lebih banyak pada ekstremitas
atas dibandingkan dengan ekstremitas bawah  trauma hiperekstensi pada pasien
yang mengalami kanalis stenosis servikal sebelumnya
● Anterior cord syndrome  paraplegi dan kehilangan sensorik disosiasi dengan
hilangnya sensasi nyeri dan suhu  prognosis sindrom ini paling buruk
● Sindrom brown sequerd  kehilangan motorik ipsilateral dan hilangnya sensasi
posisi, disertai hilangnya sensasi suhu serta nyeri kontrolateral mulai satu atau dua
level di bawah level trauma  akibat hemiseksi medulla spinalis  trauma tembus
Klasifikasi – Jenis Spesifik
Salah satu atau kombinasi dari mekanisme trauma
berikut ini
● axial loading
● fleksi
● ekstensi
● rotasi
● lateral bending
● distraksi
Klasifikasi berdasarkan mekanismenya
Subluksasi anterior
Bilateral interfacetal
dislocation
Flexion tear drop fracture
Hiperfleksi
dislocation

Fleksi-rotasi Wedge fracture

Clay shovelers fracture


Berdasarkan mekanisme
trauma Fraktur dislokasi hiperekstensi
Hiperektensi
Hangmans fracture
Ekstensi-rotasi
Jeffersons fracture
Kompresi vertikal
Bursting fracture tengah dan
bawah
Subluksasi anterior
● Robekan pada ligament di posterior tulang leher
● Ligament longitudinal anterior utuh
● Lesi stabil
● Tanda :
● Angulasi ke posterior (kifosis) lokal pada tempat
kerusakan ligament
● Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
● Subluksasi sendi apofiseal
Bilateral interfacetal dislocation
● Robekan pada ligamen longitudinal anterior dan
ligamen-ligamen posterior servikal
● Lesi tidak stabil
● Diskolasi anterior korpus vertebrae
● Dislokasi total sendi apofiseal
Flexion tear drop fracture dislocation
● Fleksi + kompresi
● Robekan pada ligamen longitudinal anterior dan
ligamen posterior + fraktur avulse pada bagian antero-
inferior korpus vertebra
● Lesi tidak stabil
● Tulang servikal :
● Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian
antero-inferior korpus vertebrae
● Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
Wedge fracture
● Vertebra terjepit  berbentuk baji
● Ligament longitudinal anterior dan ligament posterior
utuh
● Lesi stabil
Clay shovelers fracture
● Fleksi tulang leher dimana
terdapat kontraksi ligament
posterior tulang leher
● Fraktur oblik pada prosesus
spinosus
● Biasanya pada CVI-CVII atau Th1
● Lesi stabil
Trauma Fleksi-rotasi
● Dislokasi interfacetal pada satu sisi
● Lesi stabil
● Kerusakan pada ligament posterior + kapsul
sendi apofiseal tetapi vertebra masih
terfiksasi baik
● Dislokasi anterior korpus vertebra
● Vertebra yang bersangkutan dan vertebra
proksimalnya dalam posisi oblik
● Vertebra distalnya tetap dalam posisi normal
Hangmans fracture
● Terjadi fraktur arkus bilateral C2 dan
dislokasi anterior C2 terhadap C3
Kompresi vertical
Vertikal axial compression melalui kepala, kondilus oksipitalis, ke
tulang leher

Bursting fracture dari atlas Bursting fracture vertebra


(jeffersons fracture) servikal tengah dan bawah
Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan

Stabil Tidak Stabil


Bagian yang terkena tekanan Cedera yang dapat bergeser
hanya bagian medulla spinalis dengan gerakan normal karena
anterior ligamen posteriornya rusak atau
Komponen vertebral tidak robek
bergeser dengan pergerakan Kehilangan integritas dari
normal ligamen posterior
Ligamen posterior tidak rusak
sehingga medulla spinalis tidak
terganggu
Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan

● Penentuan stabil/tidak  radiograf


● Radiografi minimal ada 4 posisi yaitu
● Anteroposterior
● Lateral
● Oblik kanan
● Oblik kiri
● Tiga unsur yang harus dipertimbangkan yaitu
● Kompleks posterior (kolumna posterior)
● Kompleks media
● Kompleks anterior (kolumna anterior)
Evaluasi
● Sistem skoring pada SCI  SLICS (Subaxial Cervical Spine Injury Classification System)
● Morfologi fraktur
● Tidak ada abnormalitas- 0
● Compression endplate disruption or vertebral body fracture - 1
● Burst - 2
● Distraction - 3
● Rotation or translocation - 4
● Kompleks Discoligamentous 
● Intact - 0
● Indeterminate - 1
● Disrupted - 2
● Status neurologis
● Intact - 0
● Root injury - 1 Skor SLICS :
● Complete spinal cord injury - 2 ● 1-3  bukan indikasi operasi
● Incomplete spinal cord injury - 3 ● 4  tidak tertentu
● Komresi MS kontinyu ● >4  indikasi operasi
● Disertai deficit neurologis- 1
Tatalaksana
Prinsip dasar
● Proteksi sepanjang columna vertebralis agar tidak terjadi gerakan baik fleksi, ekstensi,
rotasi maupun lateral bending  semi rigid servikal collar dan memfiksasi
penderita pada long spine board

Tujuan utama terapi pembedahan


● Melakukan dekompresi terhadap medulla spinalis dan melakukan instrumentasi
stabilisasi jika memang didapati keadaan tulang belakang yang tidak stabil

Prognosis
● Tergantung dari beratnya cedera dan lamanya pertolongan hingga tindakan
pembedahan
Tatalaksana
Pengelolaan suportif dan medikamentosa
● Bantuan ventilasi nafas pada penderita yang mengalami paralisis otot nafas
● Cairan intravena dan penanganan renjatan neurogenik
● Obat medikamentosa seperti : glukokortikoid steroid metilprednisolon dosis tinggi,
opiate reseptor antagonis nalokson, non glukokortikoid steroid tirilazad,
monocyaloganglioside

Prinsip umum
● Pikirkan selalu kemungkinan adanya cedera spinal
● Mencegah terjadinya cedera kedua
● Waspada akan tanda yang menunjukkan jejas lintang
● Lakukan evaluasi dan rehabilitasi
Tatalaksana
Tindakan
● Imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan)
● Optimaliasi ABC
● Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotoraks)
● Pemerikasaan neurologis untuk menentukan tempat lesi
● Pemeriksaan radiologis (kadang diperlukan)
● Tindak bedah (dekompresi,reposisi dan stabilisasi)
Tatalaksana
Traksi servikal
● Dua macam  Halter traction dan traksi skeletal
● Beban >5 kg
● Traksi skeletal dipasang di tengkorak pada lokasi di
atas telinga, pada titik di atas garis yang ditarik dari
prosesus mastoid ke meatus audiotorius eksternal
● Hrus dipantau ketat melalui pemeriksaan klinis
neurologis dan radiologis
● Kadang perlu obat penenang ringan dan/atau analgetika
selama traksi
Tatalaksana
Fiksasi jaket Halo
● Terdiri dari suatu cincin (HALO) logam yang berpaku untuk fiksasi
pada tengkorak
● Jaket plastic dan batang logam penghubung antara jaket dan halo yang
dapat diatur tingginya
● Menggantikan traksi skeletal yang sebelumnya telah dipasang

Penanganan operatif
● Ditujukan untuk stabilisasi
● Batang logam Luque yang diikat dengan kawat sublaminer
● Fiksasi segmental dari posterior kebanyakan diterapkan dengan
memakai sekrup pedikel, plat atau batang logam
Kesimpulan
● Fraktur servikal adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang servikal
● Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
● Fraktur akibat peristiwa trauma
● Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
● Fraktur patologik
● Gambaran klinis tergantung dari letak dan besarnya kerusakan yang terjadi
● Klasifikasi trauma servikal berdasarkan mekanismenya yaitu : hiperfleksi, fleksi-rotasi, hiperekstensi, ekstensi-
rotasi, kompresi vertical
● Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan yaitu; Stabil dan tidak stabil
● Setelah primary survei  pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan external  evaluasi radiographic
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai