Anda di halaman 1dari 52

SPINAL CORD INJURY

Oleh :

RATRI SULISTYAWATI. Kep Ns


SPINAL CORD INJURY
Spinal cord injury adalah kerusakan
spinal cord yang menyebabkan
hilangnya fungsi sensoris dan motoris
INSIDENS
 Angka kejadian spinal cord injuri di USA 12.000 –
15.000 per tahun
 10.000 diantaranya mengalami paralisis permanen
 Pada umumnya terjadi pada usia muda 15 – 35
tahun, laki-laki lebih sering dibanding wanita
ETIOLOGI
 Penyebab utama adalah karena trauma
 50% oleh karena kecelakaan sepeda motor
 Penyebab lain oleh karena terjatuh dari
ketinggian,menyelam dan olah raga
 Kasus kecil terjadi oleh karena penyakit
(Rheumatoid artthritis dan osteoporosis)
SUSUNAN SARAF PUSAT
SSP terdiri
 OTAK
 Serebrum
 Batang Otak
 Otak kecil
 SUMSUM TULANG BLKG
 Servikal
 Torakal
 Lumbal
 Sakral
 koksigeal
MEKANISME INJURY
 Ada 4 mekanisme yang mendasari terjadinya
spinal cord injury
1. Hyperfleksia
2. Hiperextensi
3. Vertikal compression
4. Exceesive rotation
Hyperfleksia
 Terjadi ketika kepala tiba-tiba dan dengan penuh
kekuatan terjadi flexi yang ekstrem
 Biasanya terjadi karena kecelakaan dan menyelam
 Fleksi injuri pada thorak dan lumbal bagian bawah
terjadi ketika tubuh tiba-tiba mengalami fleksi,
biasanya disebabkan jatuh dalam posisi terduduk
Mekanisme trauma
Hiperextensi
 Biasanya terjadi karena kecelakaan mobil dimana
biasanya benturan berasal dari belakang atau
terjatuh dengan posisi dagu terbentur
 Kepala tiba-tiba mengalami akselerasi diikuti oleh
deslerasi,hal ini menyebabkan robekan dan tarikan
ligamen longitudinal anterior,fraktur dan
subluksasi vertebar dan mungkin terjadi ruptur
intervertebralis

Hiperextensi
Biasanya terjadi karena
kecelakaan mobil
dimana biasanya
benturan berasal dari
belakang atau terjatuh
dengan posisi dagu
terbentur
Vertikal compression
 Biasanya
disebabkankarena
kecelakaan saat
menyelam, jatuh dalam
keadaan terduduk
terjatuh dengan
landasan jatuh pada
kaki
Exceesive rotation
 Biasanyaterjadi terputarnya kepala atau leher
melewati ambang toleransi norma range
Medula spinalis terputus total
Akan terjadi gangguan fungsional tubuh
1. Refleks voluntar pada bagian tbuh yang
dipersyarafi segmen MS akan hilang
selamanya
2. Semua sensasi yang tergantung pada integritas
lintasan asendens MS akan hilang
3. Syok spinal
KLASIFIKASI SPINAL CORD INJURI
A. Sindrom yang menyebabkan parsial paralisis
1. Central cord sindrom
2. Anterior cord sindrom
3. Brown – sequard sindrom
4. Posterior cord sindrom
5. Conus medularis sindrom
B. Complete transection
1. Spinal shock
2. spasticity
1. Central cord sindrom
 Umumnya disebabkan karena hiperekstensi-
hiperfleksi injuri yang menyebabkan
kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah
 Kelemahan biasanya disebakan karena
adanya perdarahan dan edema pada spinal
cord
2.Anterior cord sindrom
 Lesi terletak pada bagian spinal cord anterior
yang biasanya menyebabkan kehilangan
fungsi motorik dan menurunnya sensasi
nyeri, sensasi terhadap sentuhan dan getaran
 Gangguan pada bagian ini biasanya
permanen
3.Brown – sequard sindrom
 Biasanya lesi memotong atau atau merusak
sebagian corda
 Manifestasinya berupa ipsilateral motor
paralisis,kehilangan sensasi nyeri dan
temperatur kontralateral
4. POSTERIOR CORD . CONUS MEDULARIS
SINDROM SYNDROM
- Biasanya jarang terjadi injury pada
terjadi T12 –L1
- Manifestasinya kehilangan fungsi
kehilangan sensasi control blader dan
motorik, pain dan bowel
temperatur
SPINAL SHOCK
 Disorganisasi fungsi medula yg timbul untuk
sementara waktu, segera timbul setelah terjadinya
trauma
 Dapat bertahan beberapa jam sampai beberapa
bulan
 Manifestasi klinis ; hilangnya reflek tendon dalam,
hilangnya kontrol temperatur, paralisis usus dan
blader, ketidakstabilan TD dan nadidan hilangnya
kemamp postur tubuh
SPASTICITY
 Adalah peningkatan tonus atau kontraksi otot yang
menyebabkan gerakan menjadi kaku
 Meskipun keadaan ini sangat mengganggu, tetapi
klien diharapkan tetap melakukan aktifitas sambil
melatih ektrimitas sesuai kemampuan
Cidera medula spinalis servikal
 Berakibat fatal karena dapat mengganggu otot2 pernafasan
 Cidera C1 :
 memiliki sedikit /tdk sama sekali sensasi
sensorik/kontrol motorik pd kepala….tergantung pd
ventilator
 Cidera C2 dan C3 :
 sedikit dapat mengendalikan leher dan menegakkan
kepala
 Saraf otot pernaf tamb sebagian dpt dipertahankan
 Dpt tdk memakai ventilator untuk beberapa saat
Cidera C4 :
dapat tidak menggunakan ventilator sesaat
walaupun kapasitas ventilasi tidak normal
- cidera C5 :
Dapat mengendalikan kepala leher, bahu,
diafragma dan pengendalian siku
- Cidera C6 :
pengendalian pergelangan tangan masih dapat
dipertahankan sebagian
- Cidera C7 :
dpt ekstensi siku sempurna,fleksi pergelangan
tangan
- cidera C8-T1:
dpt mengendalikan jari tangan dengan cukup baik
dan dapat hidup normal
Cidera medula spinalis torako lumbal
 Biasanya paraplegi
 Mekanisme cidera biasanya cidera fleksi akibat jatuh
terduduk/cidera hiperekstensi yang menyebabkan
fr.kompresi
 Cidera T2-T12 ;
 Dapat mengendalikan anggota gerak atas dengan sempurna
 Cidera L1-L5 :
 Masih dapat menegendalikan tungkainya dg sempurna
tergantung pd tingkat cidera
 Penderita berjalan dengan bantuan tongkat
 Cidera S1-S5 :
 Mengalami disfungsi usus dan blader
Pemeriksaan diagnostik

X ray
 CT scan
 MRI
Akibat trauma medula spinalis
1. Spinal Concussion
tidak didapatkan kerusakan yang nyata pada medula spinalis
dg penyembuhan sempurna setelah beberapa hari/atau jam
2. Kontusio spinalis
Kerusakan jaringan medula spinalis yang sering
sebagai akibat
- fraktur dislokasi vertebrata
- Prolaps diskus intervertebralis
- Fragmentasi tulang
75% kasus menunjukkan perbaikan spontan, 25%
didapatkan lesi yang komplit
3. Kompresi spinallis
Bisa terjadi akibat fraktur kompresi,HNP dan
hematoma ekstradural

4. Hematomelia
Terjadinya perdarahan di sentral kanalis spinalis
yaitu dijaringan medula spinalis
Klasifikasi gangguan neurologis
 Frankel mengklasifikasikan ggn neurologis akibat
trauma medulla spinalis sbb:
1.Frankel A
Komplit, disfungsi motorik dan sensoris dibawah
level lesi (Kelumpuhan total dibawah lesi)
2. Frankel B
Hanya ada sensoris.fungsi motor paralisis dibawah
lesi dg sedikit ada fungsi sensoris
3. Frankel C
“motor useless” kekuatan motorik masih
ada tetapi tidak berfungsi dibawah lesi
4. Frankel D
“ Motor useful “ kekuatan motor masih
ada dan dapat difungsikan dengan atau
alat bantu
5. Frankel E
Tidak ada gejala neurologis, funsi
sensoris dan motoris masih baik
Penaganan trauma medula spinalis
1. Tindakan darurat
Kemungkinan adanya cidera servikal dg cidera
kepala hrs selalu dipikirkan

pertolongan pertama
Tehnik transportasi
AIRWAY
 Pada klien tak sadar
Sumbatan jalan nafas
paling sering oleh
pangkal lidah
 Bebaskan jalan nafas
 Gunakan tehnik
manuver yang aman
jawtrust
 Pikirkan pemasangan
endotrakeal tube
Jalan nafas obstruksi Jalan nafas bebas
BREATHING
 Adanya gerakan paradoksal breathing
mengindikasikan pemakaian ventilator dam
menunjukkan prognasa yang buruk
 Kerusakan dibawah C6 menyebabkan kelumpuhan
otot intercostal yang pada orang normal
menggasilkan 60% Tidal Volume
SIRKULASI
 Terjadi bila cidera pada level T4 keatas
 Disfungsi saraf otonom yaitu
hilangnya pengaruh simpatis :
 pd tonus pembulah darah arteri

hipotensi
 Pada jantung tonus vagal meningkat

bradikardi
TINDAKAN DI RUMAH SAKIT
 PRINSIP PENANGANANNYA

 KONSERVATIF
 OPERATIF
KONSERVATIF
 Klien dibaringkan ditempat tidur dg alas keras dan
rata, lutut dialasi bantal, telapak kaki diberi
tumpuan untuk mencegah terjadinya drop foot
 Pada fr dislokasi cervikal klien dipasang collar
brace,minerva jaket atau hakovest
 Pada fr torakal atau torakolumbal dipasang gibs
body atau taylor brace
OPERATIF
 Dilakukan bila
 Adanya defisit neurologis yang memburuk
 Trauma penetrans pd columna vertebralis
 Adanya fragmentasi/benda asing pada canalis spinalis
 Masih terjadi dislokasi yang berat meskipub sudah
dilakukan traksi adekuat
 Adanya penekanan pada canalis spinalis atau adanya
penyempitan shg terjadi bloking LCS
PRINSIP2 TINDAKAN KEPERAWATAN
Pd klien trauma tlg belakang pasca operasi prinsip
tindakannya :
 Mempertahankan kestabilan dan posisi sejajar
sumbu tubuh
 Mencegah komplikasi
 Membantu memenuhi KDM
 Memberi support mental
MASALAH2 YANG MUNGKIN TERJADI
I.Masalah pernafasan
1. Kegagalan pernafasan akut ( Kelumpuhan
otot pernaf ) dan kronis ( Penurunan reflek
batuk)
2. Obstruksi jalan nafas ( lidah jatuh/sekret)
3. Infeksi-----sekret yang menumpuk menjadi
media pertumb kuman juga karena tehnik
suction yg tidak aseptik
II. Sirkulasi
1. Hipotensi
2. Perdarahan
III. Nyeri
Terjadi karena iritasi pada radix yang terkena
pada daerah trauma
IV. Masalah eliminasi uri
1. Ggn fungsi kandung kemih ( vesika urinaria
dipersyarafi s. parasimpatik yg berpusat di Sakral III- IV)
2. Infeksi sal kemih
V. Masalah sistem pencernaan
1. Ggn fungsi pencernakan dpt berupa dilatasi
lambung, hilangnya kontrol defekasi
2. Hilangnya sensasi sensorik (ketidak mampuan
menghindar dr bahaya)
3. Ulkus dekubitus ( Tirah baring yang lama )
VI. Masalah persendian
1. Kontraktur ( immobilisasi)
2. Spastisitas ( putusnya huh antara pusat2 otak
dg refleks2 diotak dg refleks spinal yan berada
dibawah lesi
VII. Poikilotermi
 Gangguan pengaturan suhu tubuh yang
disebabkan oleh :
- Terputusnya laur afferent ke pusat pengutaran suhu
tubuh di hypotalamus
- Vasidilatasi pembuluh darah
- Hilangnya kemampuan menggigil
VIII. Stress psikologi
- Hilangnya fungsi seksual
- Hilangnya pekerjaan
- Gangguan sosialisasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ggn perfusi jaringan spinal cord b.d adanya kompresi
2. Bersihsn jalan nafas tak efeftif b.d menurunnya refleks
batuk
3. Pola nafas tdk efektif b.d kelumpuhan otot 2 pernasan
4. Ggn mobilitas fisik b.d kelumpuhan ekstrimitas
5. Ggn eliminasi alvi/uri b/d kelumpuhan spingter
6. Resti ggn integritas kulit b.d immobilisasi
7. Resti terjadinya injuri b.d penurunan sensasi
Dx. Pola nafas tdk efektif b.d kelumpuhan otot 2
pernasan
 Tujuan klien menunjukkan pola nafas efektif
 Kriteria hasil :
 Irama nafas teratur
 Tidak didapatkan distress pernafasan
 Analisa gas darah dan tanda vital dalam batas normal
Rencana Tindakan
1. Observasi pola nafas ( irama, kedalaman dan frek
2. Observasi tanda gawat nafas ; sesak, pernaf cuping hidung,
keringat banyak dan gelisah, sianosis pe kesadaran )
3. Observasi kemampuan f. sensoris & motoris u/memastikan
irama dan pola nafas
4. Obsevasi vital sign
5. Berikan oksigenasi ssi kebutuhan
6. Lakukan breathing exercise bila tdk ada kontra indikasi
7. Kolaborasi pemasangan respirator
8. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah
OTOT- OTOT PERNAFASAN
 Otot2 inspirasi : ICS eksterna
 Otot 2 bantu nafas
 Sternokleidomastodeus : mengankat sternum
 Skalenus : meninggikan iga 1 & 2
 Trapeziuzs : memfiksir bahu

 Otot2 ekspirasi
 ICS interna
 Otot2 dinding perut
 Rektus obdominalis
 Eksternal oblique
 Internal oblique
 Tranversus abdominalis
Neurogenik shock
 Flaccid paralisis
 Areflekxia
 Biasanya o.k cervical/injuri upper thorak
 Kembali dlm 24-48 jam
 BCR paling awal kembali
 Awal takikardi & hipertensi kmd hipotensi dan
bradikardi ( berbeda dg S.cardiogenik,
S.Hipovolemik, S. Septik )
 Treatmen : pemberian cairan isotonik
Kriteria pemasangan ventilator …………..
 RR > 35X/mnt
 BGA dengan O2 mask Pa O2< 70 mmHg
 Pa Co2 > 60 mmHg
 Aa Do2 dg 02 100% > 350 mmHg N < 200
 Vital capasity < 15 ml / kg BB
Akibatnya: tetraplegia Foto x-ray C1-C7

Anda mungkin juga menyukai