POST-OPERATIVE FRAKTUR
CERVICAL
Pendahuluan
Fraktur cervical?
• Inervasi : Cervikalis
M. longisimus Cervicis
• Origo : procesus artikularis dari tiga
M. Rectus Capitis Minor atau empat vertebrae cervikalis bagian
• Origo : Tuberculum posterior atlas bawah.
• Insertion : Os occipitalis dibawah • Insertion : Processus martoideus os
linea nuchea inferior temporal
• Inervasi : Servikalis
• Inervasi : Cervikalis
Grup otot lateral fleksi
• Berada pada bidang gerak frontal dengan axis sagital,
Lingkup gerak sendi normal 45’ dan otot penggerak
lateral Fleksi leher :
M. Rectus Capitis lateralis
• Origo : Procesus tranversus
atlas
• Insertion : Procesus jugularis
os okisipitale
• Inervasi : Cervikal 1 dan 2
Trauma
5. Peningkatan 8. Komplikasi
7. Menekan
tekanan 6. Edema
ujung saraf
(syndrome
intrakapiler compartement)
Klasifikasi
Berdasarkan Mekanisme Trauma
1. Trauma Hiperfleksi
Subluksasi anterior
• Ligament posterior robek’
• Ligamnet anterior utuh
• Angulasi posterior pada
lokasi kerusakan ligament
• Jarak melebar antara
prosesus spinosus
• Bersifat stabil
Bilateral interfacetal
dislocation
• Robekan ligament
longitudinal anterior
• Robekan ligament posterior
tulang leher
• Dislokasi posterior corpus
vertebra
• Tidak stabil
Flexion tear drop fracture
• Kerobekan ligamen
longitudinal anterior dan
posterior
• Fraktur avulse antero-inferior
korpus vertebra
• Fragmen tulang berbentuk
segitiga pada bagian antero-
inferior korpus vertebrae
• Tidak stabil
Wedge Fracture
• Vertebra terjepit sehingga
berbentuk baji.
• Ligament longitudinal
anterior dan kumpulan
ligament posterior utuh
sehingga lesi ini bersifat
stabil
Clay shovelers fraktur
• Fleksi tulang leher dimana
terdapat kontraksi ligament
posterior tulang leher
mengakibatkan terjadinya
fraktur oblik pada prosesus
spinosus, biasanya pada
CVI-CVII atau Th1
2. Trauma Fleksi-rotasi
• Terjadi dislokasi interfacetal
pada satu sisi.
• Lesi stabil
• Tampak dislokasi anterior
korpus vertebra.
Trauma Fleksi-rotasi
a. Tampak Lateral b. Tampak AP
c. Tampak oblik
3. Trauma Hiperekstensi
Hangmans fracture
• Terjadi fraktur arkus
bilateral dan dislokasi
anterior C2 terhadap C3
4. Ekstensi-rotasi
• Terjadinya fraktur pada
prosesus artikularis satu
sisi
5. Kompresi vertical
Bursting fracture dari atlas
(jeffersons fracture)
• Terjadinya fraktur ini akibat
diteruskannya tenaga
trauma melalui kepala ke
tulang leher.
Bursting fracture vertebra
servikal tengah dan bawah
Klasifikasi berdasarkan
derajat kestabilan
• Stabil
Utuhnya komponen ligament-skeletal pada
saat terjadinya pergeseran satu segmen
tulang leher terhadap lainnya.
Dianggap stabil: jika bagian yang terkena
tekanan hanya bagian medulla spinalis
anterior, komponen vertebral tidak
bergeser dengan pergerakan normal,
ligamen posterior tidak rusak sehingga
medulla spinalis tidak terganggu, fraktur
kompresi adalah contoh cedera stabil.
• Tidak Stabil
Cedera tidak stabil artinya cedera yang
dapat bergeser dengan gerakan
normal karena ligamen posteriornya
rusak atau robek, Fraktur medulla
spinalis disebut tidak stabil jika
kehilangan integritas dari ligamen
posterior.
Menentukan stabil atau tidaknya fraktur
membutuhkan pemeriksaan radiograf
Jenis Fraktur Cervical
Fraktur Atlas C 1
• Jatuh dari ketinggian,
kepala menopang badan,
daerah cervical mendapat
tekanan hebat.
• Condylus occipitalis pada
basis crani dapat
menghancurkan cincin
tulang atlas. Jika tidak ada
cedera angulasi dan rotasi
maka pergeseran tidak
berat dan medulla spinalis
tidak ikut cedera.
Fraktur Kompresi Corpus
Vertebral
• Tipe kompresi lebih sering
tanpa kerusakan
ligamentum spinal namun
dapat mengakibatkan
kompresi corpus vertebralis.
Sifat fraktur ini adalah tipe
stabil.
Fraktur Flexi Subluksasi
Vertebral Cervical
• Fraktur ini terjadi saat
pergerakan kepala kearah
depan yang tiba-tiba
• Vertebra yang miring ke
depan diatas vertebra yang
ada dibawahnya
• Ligament posterior dapat
rusak, medulla spinalis
mengalami kontusio dalam
waktu singkat.
Fleksi dislokasi dan
fraktur dislokasi cervical
• Mekanisme terjadinya
fraktur hampir sama dengan
fleksi subluksasi
• Posterior ligamen robek dan
posterior facet pada satu
atau kedua sisi kehilangan
kestabilannya.
• Jika dislokasi atau fraktur
dislokasi pada C7 –Th1
maka posisi ini sulit dilihat
dari posisi foto lateral
Whiplash injury
• Mekanisme cedera pada
cedera jaringan lunak yang
terjadi bila leher tiba-tiba
tersentak ke dalam
hiperekstensi.
• Ligament longitudinal
anterior meregang atau
robek dan diskus mungkin
juga rusak.
Fraktur Pada Cervical Ke -
7 (Processus Spinosus)
• Prosesus spinosus C7 lebih
panjang dan prosesus ini
melekat pada otot.
• Adanya kontraksi otot akibat
kekerasan yang sifatnya
tiba-tiba akan menyebabkan
avulsi prosesus spinosus.
• Fraktur ini nyeri tetapi tak
berbahaya
Tata laksana
Terapi pembedahan
• Tujuan utama terapi pembedahan adalah melakukan
dekompresi terhadap medulla spinalis dan melakukan
instrumentasi stabilisasi jika memang didapati keadaan tulang
cervical yang tidak stabil. (Fiksasi interna dengan plate screw)
• Prognosis: sangat tergantung dari beratnya cedera dan
lamanya pertolongan hingga tindakan pembedahan
• Pada fraktur dilakukan operasi harus dalam waktu 6-12 jam
pertama (tidak mutlak, sesuaikan dengan berbagai faktor)
• Salah satu contoh terapi operatif: Laminektomi
Mengangkat lamina untuk menghilangkan kompresi medulla
dan radiks.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Upper extremities
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Rotasi
Lower extremities
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Rotasi
4. Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal
5. Aktivitas Fungsional
6. Lingkungan Aktivitas
b) Pemeriksaan Spesifik
1. MMT
⁻ Group otot fleksi jari-jari
⁻ Group otot ekstensi jari-jari
⁻ Group otot fleksi elbow
⁻ Group otot ekstensi elbow
Interpretasi data Ada/tidak kelemahan otot untuk
extremitas superior
2. Pemeriksaan ROM dengan goniometer
• ROM aktif
• ROM pasif
Catatan : jangan melakukan gerakan overhead.
Interpretasi data : Ada/tidak keterbatasan ROM pada
extermitas atas dan bawah.
3. Palpasi
• Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada spasme
• Teknik : Meraba atau menekan bagian yang akan
dipalpasi
Interpretasi data : Ada/idak ada spasme pada otot leher
3) Diagnosis : “Gangguan Fungsional Akibat Post-op Fraktur
Cervical.”
4) Problematik Fisioterapi
a. Nyeri
b. Kelemahan otot
c. Keterbatasan ROM
5) Program Rencana Tindakan Fisioterapi
Tujuan :
a. Jangka pendek
‒ Immobilisasi
‒ Menurunkan nyeri
‒ Mencegah atrofi
‒ Mencegah stiffness
b. Jangka panjang
‒ ROM : mengembalikan ROM pada semua gerakan
tanpa menciptakan deficit neurologis
‒ Muscle strength : mengembalikan dan memelihara
kekuatan otot paracervical dan scapular. Meliputi
trapesius dan otot upper extremities. Otot gluteus juga
terganggu jika autologous bone graft dilakukan untuk
tujuan fusion. Otot pada ekstremitas bawah mungkin
atrofi karena bed rest atau cedera neurologi dan
memerlukan penguatan.
‒ Fungsional : mengembalikan fleksibility cervical spine
untuk aktifitas fungsional yang mandiri.
6) Intervensi Fisioterapi
Immobilisasi dengan menggunakan cervical orthosis, hal ini
dikarenakan :
- dapat memberikan penekanan yang repetitip pada lokasi frakture
pada penggunaan brace
- Fiksasi yang lebih besar disediakan dalam rigid collar orthosis
ketika penahanan dari occiput, mandible atau sternum atau
ekstensi thorax ditambahkan (sebagai contoh, Philadelphia dan
four poster collar).
- Four-poster dan Philadelphia cervical collar memberikan
immobilisasi yang lebih mantap pada cervical, mengontrol
geragan dari occiput hingga shoulder. Rigid collar tanpa ekstensi
badan dan kepala yang cukup kuat dapat memebatasi gerak
cervical. Bagaimanapun, ini tidak cukup kuat, khususnya untuk
membatasi gerak occiput – C1-2 segmental motion.
Yang perlu diingat!!!
Pada umumnya penggunaan soft cervical
brace tidak direkomendasikan, karena
memberikan support yang terbatas pada
frakture cervical dan kurang baik untuk
membatasi gerak cervical. Sebagian besar
immobilisasi cervical dilakukan pada posisi
netral, sedekat mungkin dengan
kenyamanan pasien.
Gambar Cervical Orthosis
Muscle strength
Dilanjutkan dengan abdominal isometric exercise, gluteal dan quadriceps
sets, ankle isotonic pada lower extremities untuk mememlihara kekuatan
dan mencegah deep vein thrombotic dengan memelihara venous pump
mechanism pada sistem pembuluh darah vena. Lanjutkan dengan latihan
penguatan ekstremitas atas.
Aktifitas fungsional
• Lanjutkan dengan log-rolling untuk side to side bed mobility.
• Untuk transfer lakukan seperti sebelumnya. Pasien mungkin masih
membutuhan bantuan untuk duduk.
• Untuk personal hygiene pasien masih memerlukan bantuan untuk
perawatan diri, seperti: berpakaian dan toileting.
Gait
• Lanjutkan ambulasi menggunakan assistive device seperti sebelumnya.
• Pasien dapat lanjut menggunakan wide-based gait untuk support dan
stabilitas.
• Ayunan lengan meningkat seiring dengan berkurangnya nyeri.
Weight bearing
• weight bearing sesuai tooleransi disertai bantuan
Fase III (Further ROM and Strengthening)
4-8 minggu
Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan neurologis, sesuaikan orthosis dan
periksa tempat pin.
ROM
• Otot pada cervical sudah mulai recover untuk memberikan
beberapa control.
• Walaupun begitu lokasi fraktur masih belum stabil tidak
ada gerakan yang diperbolehkan.
• Lanjutkan dengan Range Of Motion exercise untuk upper
dan lower extremities.
Muscle strength
• Jangan lakukan penguatan untuk otot cervical, karena
penyembuhan fraktur belum lengkap.
• Lanjutkan dengan latihan isometric pada abdomen dan
latihan penguatan pada ekstremitas atas dan bawah, tetap
dengan immobilisasai cervical.
Aktifitas fungsional
• Pasien bisa mengurus dirinya di tempat tidur tanpa bantuan.
• Untuk transfer, pada point ini pasien bisa melakukannya
dengan mandiri.
• Untuk personal hygine pasien sudah mampu melakukan
beberapa kegiatan sendiri. Kecuali pasien dengan halo vest
masih memerlukan bantuan, seperti saat berpakaian.
Gait
• Sebagian besar pasien telah mencapai kestablian dan
keseimbangan saat berdiri dan tidak lagi memerlukan
assistive device.
• Tapi bagaimanapun juga beberapa pasien masih
memerlukan bantuan walker dan cane. Gait cenderung
normal.
Weight bearing
• Full weightbearing
Fase IV (Progresive ROM, Functional and
Strengthening)
8-12 minggu
Orthose dapat dihentikan pada pasien yang telah
mengalami penyembuhan fraktur secara komplit.
Akan tetapi apabila penyembuhan fraktur belum
terjadi, kenakan halo vest selama 12 minggu. Halo
vest dapat diganti dengan hard cervical collar jika
telah terjadi penyembuhan.
ROM
• Gentle active Range Of Motion dapat diberikan pada pasien yang sudah
melepas orthose pada 10 hingga 12 minggu selama tidak terjadi
instabilitas.
• Setelah melakukan latihan ROM, pasien akan lebih nyaman untuk
menggunakan soft collar untuk sementara waktu.
• Gentle passive Range Of Motion dapat diberikan pada pasien pada
penyembuhan usia 12 minggu.
• Latihan ini memungkinkan pasien untuk mendapatkan ROM fisiologis
maksimum.
• Passive Range Of Motion diberikan pada posisi flexi, extensi dan
rotasi. Karena stiffness dan nyeri, khususnya pada posisi extensi, pasien
dianjurkan untuk melakukan gentle active-assistive exercise.
• Active stretching pada otot trapesius dan sternocleidomastoideus harus
diberikan untuk membantu side banding dan rotasi dari leher.
Muscle strength
• Sesekali gerakan full ROM dapat dicapai, intensitas latihan penguatan
dapat ditingkatkan.
• Latihan penguatan dan stretching pada otot sternocleidomastoid dan
trapesius bisa mulai diberikan untuk mencegah stiffness lebih parah dan
membantu gerakan rotasi.
• Dimulai dengan isometric strengthening pada otot paracervical. Pasien
menekan kepala dengan satu tangan sambil memberikan tahanan.
• Dilanjutkan dengan active-assitive exercise pada ekstriemitas atas dan
bawah dengan menggunakan beban. Kemudian dilanjutkan latihan
penguatan isometric abdominal.
Aktifitas fungsional
• Pada saat ini pasien sudah bisa mandiri untuk mengurus diri dan tidak
memerlukan assistive device untuk ambulasi. Kecuali melibatkan kasus
neurologi atau pasien tua yang masih memerlukan assistive device
untuk stabilitas.
• Pasien bisa mulai berenang, hindari jogging untuk mengurangi
penekanan pada spine. Jalan cepat diizinkan dan olahraga kontak harus
dihindari.
• Pasien bisa mengemudi setelah 12 minggu, ketika fraktur sudah
sembuh dan halo vest sudah dilepaskan.
• Dengan syarat, sabuk pengaman aman, kursi pengemudi nyaman dan
aman terutama untuk daerah leher dan menggunakan spion lebar
apabila pengemudi susah rotasi leher.
• Sesekali pasien mengenakan soft collar untuk memberikan rasa
nyaman.
Gait
• pola jalan sudah normal
Fase V (Functional and Intensifiede Program)
12-16 minggu
Hentikan penggunaan orthosis, evaluasi penyembuhan luka terutama di pin
site, lakukan pemeriksaan neurologi termasuk test reflek dan muscle
strength test. Hindari melakukan olahraga kontak dan aktifitas fisik yang
berat.
ROM
• Active Range Of Motion, Gentle Passive Range Of Motion Untuk
Cervical
• Active stretching pada otot trapesius dan sternocleidomastoideus harus
diberikan untuk membantu side banding dan rotasi dari leher.
• Gentle passive range of motion dapat diberikan pada pasien untuk
mencapai ROM fisiologis maksimum, lakukan dengan lembut dan
aman.
Strengthening
• Isometric Strengthening Exercise Untuk Otot Cervical Spine.
• Lanjutan dari fase sebelumnya, dimulai dengan isometric strengthening pada
otot paracervical. Pasien menekan kepala dengan satu tangan sambil
memberikan tahanan.
• Dilanjutkan dengan active-assitive exercise pada ekstriemitas atas dan bawah
dengan menggunakan beban.
• Juga latihan isometric pada otot abdominal.
Aktifitas fungsional
• Ambulasi dan transfer secara mandiri. Pasien dapat melakukan berbagai
kegiatan untuk menunjang aktifitas kesehariannya.
• Olahraga berenang dapat dilakukan dengan memperhatikan segala aspek
keamanannya. Berjalan cepat juga direkomendasikan.
• Pasien juga bisa menyetir dengan menyesuaikan jok pengemudi nyaman dan
aman. Pastikan juga sabuk keselamtan dalam kondisi siap dan aman.
Weight bearing
• Full weight bearing
7) Evaluasi