Anda di halaman 1dari 80

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

POST-OPERATIVE FRAKTUR
CERVICAL
Pendahuluan
Fraktur cervical?

• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan


tulangan yang terjadi karena adanya tekanan pada
tulang yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997).
• Fraktur cervical adalah kerusakan/
discontinyuitas satu atau lebih dari
tujuh vertebra cervical pada leher.
Tujuh tulang leher disebut C1
hingga C7. Tulang leher mensuport
kepala dan memungkinkan untuk
menekuk leher dan memutar.
• Penyebab
ANATOMI FISIOLOGI
• Segment Cervical
Gerakan pada cervical lebih luas serta sudut facet
sendinya lebih kearah transversal dibandingkan
dengan thoracal atau lumbal. Cervical terdiri dari ruas
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
• Corpus vertebra kecil, pendek berbentuk segi
empat.
• Foramen vertebra berbentuk segi tiga dan besar.
• Processus transversus terletak di sebelah
processus articularis.
• Pada processus transversus terdapat foramen
costo transversarium yang dilalui oleh arteri dan
vena vertebralis.
• Processus transversus mempunyai dua tonjolan,
yaitu tuberculum anterior dan tuberculum
posterior, yang dipisahkan oleh sulcus spinalis
dan dilalui oleh nervus spinalis.
Pembagian segment cervical
• Atlanto occypitalis (C0 – C1)
Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang
dibentuk inferior articular face atlas
cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi
sehingga dikenal sebagai “yes joint”.
• Atlanto axialis (C1 – C2)
• Merupakan sendi sinovial jenis sendi
putar, dibentuk oleh atlas arc dengan dens
dimana gerak utamanya rotasi kanan-kiri,
sehingga dikenal sebagai “no joint”.
• Intervertebral joint (C2 – C7)
Gerakan ke segala arah, dengan gerakan
dominan seperti ekstensi, fleksi, dan
lateral fleksi.
• Facets dan Uncovertebral joint
Mulai dari C2 ke bawah membentuk
intervertebral joint atau facets dimana
terletak lebih pada bidang transversal.
Facet dibentuk oleh processus articular
inferior dengan processus articular
superior vertebra bawahnya
• Uncovertebral (uncinate) joint bukan
merupakan sendi yang sebenarnya tetapi
merupakan pertemuan tepi lateral corpus
vertebra cervicalis, yang berkembang dan
degenerasi sesuai umur. Uncovertebral
terdapat pada cervical spine saja, juga
sebagai stabilisasi dan mengarahkan
gerak segmental sehingga lebih dominan
fleksi-ekstensi.
Otot regio cervical
Grup otot fleksor
Gerakan fleksi pada bidang gerak sagital axis horizontal,
lingkup gerak sendi normal 50’. Otot penggerak fleksi:
M. Sternocledomastoid M. Scalenus Anterior
• Origo : Manubrium sterni dari • Origo : Procusus transverses
sepertiga tengah clavikula vertebrae cervical 3 – 6
• Insertion : Prosesus • Insertion : Tuberkulum costa
mastoideus dan seperdua pertama
lateral linea superior • Inervasi : Servikalis ke 2
• Inervasi : Aksesorius, plexus sampai ke 7
servicalis
M. Scalenus Medius
M. Longus Capitis • Origo : Procusus transverses
• Origo : Prosesus transverses vertebrae cervikalis 1 – 7
supinosus cervical 3 – 4 • Insertion : Permukaan atas iga
• Insertion : Bagian basilaris os pertama
oksipitalis • Inervasi : Servikalis ke 2
• Inervasi : Servikalis sampai ke 7
Grup otot ekstensor
• Berada pada bidang gerak sagital axis horizontal, lingkup
gerak sendi normal 60’ dan otot penggerak ekstensi leher:
M. Splenius Cervicis M. Obique Capitis Superior
• origo : Procesus spinosus • Origo : Procususu transverses atlas
• Insertion : Os Occipitalis dibawah linea
• insertion : Procesus mastoideus
nuchea inferior
dan linea nuchae inferior
• Inervasi : Spinalis
• inervasi : Cervikalis
M. Obique Capitis Inferior
M. Rectus Capitis Mayor • Origo : Spina epistrofei
• Origo : Spina epis trofei • Insertion : Pricessus transverses dan
• Insertion : Pars lateral linea processus mastoideus
nuchae inferior • Inervasi : Spinalis

• Inervasi : Cervikalis
M. longisimus Cervicis
• Origo : procesus artikularis dari tiga
M. Rectus Capitis Minor atau empat vertebrae cervikalis bagian
• Origo : Tuberculum posterior atlas bawah.
• Insertion : Os occipitalis dibawah • Insertion : Processus martoideus os
linea nuchea inferior temporal
• Inervasi : Servikalis
• Inervasi : Cervikalis
Grup otot lateral fleksi
• Berada pada bidang gerak frontal dengan axis sagital,
Lingkup gerak sendi normal 45’ dan otot penggerak
lateral Fleksi leher :
M. Rectus Capitis lateralis
• Origo : Procesus tranversus
atlas
• Insertion : Procesus jugularis
os okisipitale
• Inervasi : Cervikal 1 dan 2

M. Rectus capitis anterior


• Origo : Massa Lateral atlas
10
• Insertion : Pars basilaris os
oksipitale
• Inervasi : Cervikal 1 dan 2
Grup otot rotasi leher
• Lingkup gerak sendi normal 80’. Otot penggerak fleksi
leher:
M. Splenius Cervicis M. Sternocledomastoid
• origo : Procesus spinosus • Origo : Manubrium sterni dari
• insertion : Procesus sepertiga tengah clavikula
mastoideus dan linea nuchae • Insertion : Prosesus
inferior mastoideus dan seperdua
• inervasi : Cervikalis lateral linea superior
• Inervasi : Aksesorius, plexus
M. Scalenus Anterior servicalis
• Origo : Procusus transverses
vertebrae cervical 3 – 6
• Insertion : Tuberkulum costa
pertama
• Inervasi : Servikalis ke 2
sampai ke 7
Patofisiologi

Pembebanan Trauma Whisplash


aksial hiperfleksi/ injury
hiperekstensi

Trauma

Tipe vertikal Tipe dislokasi/


Tipe kompresi subluksasi
2. Kerusakan
4. Inflamasi
1. Patah kortrks, pembuluh
3. Hematoma kanal (vasodilatasi
darah, sumsum
Tulang tulang, jaringan medula plasma dan
lunak leukosit)

5. Peningkatan 8. Komplikasi
7. Menekan
tekanan 6. Edema
ujung saraf
(syndrome
intrakapiler compartement)
Klasifikasi
Berdasarkan Mekanisme Trauma
1. Trauma Hiperfleksi
Subluksasi anterior
• Ligament posterior robek’
• Ligamnet anterior utuh
• Angulasi posterior pada
lokasi kerusakan ligament
• Jarak melebar antara
prosesus spinosus
• Bersifat stabil
Bilateral interfacetal
dislocation
• Robekan ligament
longitudinal anterior
• Robekan ligament posterior
tulang leher
• Dislokasi posterior corpus
vertebra
• Tidak stabil
Flexion tear drop fracture
• Kerobekan ligamen
longitudinal anterior dan
posterior
• Fraktur avulse antero-inferior
korpus vertebra
• Fragmen tulang berbentuk
segitiga pada bagian antero-
inferior korpus vertebrae
• Tidak stabil
Wedge Fracture
• Vertebra terjepit sehingga
berbentuk baji.
• Ligament longitudinal
anterior dan kumpulan
ligament posterior utuh
sehingga lesi ini bersifat
stabil
Clay shovelers fraktur
• Fleksi tulang leher dimana
terdapat kontraksi ligament
posterior tulang leher
mengakibatkan terjadinya
fraktur oblik pada prosesus
spinosus, biasanya pada
CVI-CVII atau Th1
2. Trauma Fleksi-rotasi
• Terjadi dislokasi interfacetal
pada satu sisi.
• Lesi stabil
• Tampak dislokasi anterior
korpus vertebra.

Trauma Fleksi-rotasi
a. Tampak Lateral b. Tampak AP
c. Tampak oblik
3. Trauma Hiperekstensi
Hangmans fracture
• Terjadi fraktur arkus
bilateral dan dislokasi
anterior C2 terhadap C3
4. Ekstensi-rotasi
• Terjadinya fraktur pada
prosesus artikularis satu
sisi
5. Kompresi vertical
Bursting fracture dari atlas
(jeffersons fracture)
• Terjadinya fraktur ini akibat
diteruskannya tenaga
trauma melalui kepala ke
tulang leher.
Bursting fracture vertebra
servikal tengah dan bawah
Klasifikasi berdasarkan
derajat kestabilan
• Stabil
Utuhnya komponen ligament-skeletal pada
saat terjadinya pergeseran satu segmen
tulang leher terhadap lainnya.
Dianggap stabil: jika bagian yang terkena
tekanan hanya bagian medulla spinalis
anterior, komponen vertebral tidak
bergeser dengan pergerakan normal,
ligamen posterior tidak rusak sehingga
medulla spinalis tidak terganggu, fraktur
kompresi adalah contoh cedera stabil.
• Tidak Stabil
Cedera tidak stabil artinya cedera yang
dapat bergeser dengan gerakan
normal karena ligamen posteriornya
rusak atau robek, Fraktur medulla
spinalis disebut tidak stabil jika
kehilangan integritas dari ligamen
posterior.
Menentukan stabil atau tidaknya fraktur
membutuhkan pemeriksaan radiograf
Jenis Fraktur Cervical
Fraktur Atlas C 1
• Jatuh dari ketinggian,
kepala menopang badan,
daerah cervical mendapat
tekanan hebat.
• Condylus occipitalis pada
basis crani dapat
menghancurkan cincin
tulang atlas. Jika tidak ada
cedera angulasi dan rotasi
maka pergeseran tidak
berat dan medulla spinalis
tidak ikut cedera.
Fraktur Kompresi Corpus
Vertebral
• Tipe kompresi lebih sering
tanpa kerusakan
ligamentum spinal namun
dapat mengakibatkan
kompresi corpus vertebralis.
Sifat fraktur ini adalah tipe
stabil.
Fraktur Flexi Subluksasi
Vertebral Cervical
• Fraktur ini terjadi saat
pergerakan kepala kearah
depan yang tiba-tiba
• Vertebra yang miring ke
depan diatas vertebra yang
ada dibawahnya
• Ligament posterior dapat
rusak, medulla spinalis
mengalami kontusio dalam
waktu singkat.
Fleksi dislokasi dan
fraktur dislokasi cervical
• Mekanisme terjadinya
fraktur hampir sama dengan
fleksi subluksasi
• Posterior ligamen robek dan
posterior facet pada satu
atau kedua sisi kehilangan
kestabilannya.
• Jika dislokasi atau fraktur
dislokasi pada C7 –Th1
maka posisi ini sulit dilihat
dari posisi foto lateral
Whiplash injury
• Mekanisme cedera pada
cedera jaringan lunak yang
terjadi bila leher tiba-tiba
tersentak ke dalam
hiperekstensi.
• Ligament longitudinal
anterior meregang atau
robek dan diskus mungkin
juga rusak.
Fraktur Pada Cervical Ke -
7 (Processus Spinosus)
• Prosesus spinosus C7 lebih
panjang dan prosesus ini
melekat pada otot.
• Adanya kontraksi otot akibat
kekerasan yang sifatnya
tiba-tiba akan menyebabkan
avulsi prosesus spinosus.
• Fraktur ini nyeri tetapi tak
berbahaya
Tata laksana
Terapi pembedahan
• Tujuan utama terapi pembedahan adalah melakukan
dekompresi terhadap medulla spinalis dan melakukan
instrumentasi stabilisasi jika memang didapati keadaan tulang
cervical yang tidak stabil. (Fiksasi interna dengan plate screw)
• Prognosis: sangat tergantung dari beratnya cedera dan
lamanya pertolongan hingga tindakan pembedahan
• Pada fraktur dilakukan operasi harus dalam waktu 6-12 jam
pertama (tidak mutlak, sesuaikan dengan berbagai faktor)
• Salah satu contoh terapi operatif: Laminektomi
Mengangkat lamina untuk menghilangkan kompresi medulla
dan radiks.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

1. Anamnesis (auto anamnesis)


• Keluhan Utama
• Sifat keluhan
• Kondisi umum
• Riwayat keluarga
2. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
• Tekanan Darah
• Denyut nadi
• Pernapasan
• VAS
2. Inspeksi
• Statis
Dilihat dari Dilihat dari Dilihat dari
Anterior Lateral Posterior
Periksa simetris Periksa ada Periksa atrofi
bahu atrofi atau tidak atau tidak
3. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Upper extremities

Jenis Gerak Aktif Gerak Pasif Isometrik


Gerakan
Fleksi

Ekstensi

Abduksi

Adduksi

Rotasi

Lower extremities

Jenis Gerakan Gerak Aktif Gerak Pasif Isometrik

Fleksi

Ekstensi

Abduksi

Adduksi

Rotasi
4. Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal
5. Aktivitas Fungsional
6. Lingkungan Aktivitas

b) Pemeriksaan Spesifik
1. MMT
⁻ Group otot fleksi jari-jari
⁻ Group otot ekstensi jari-jari
⁻ Group otot fleksi elbow
⁻ Group otot ekstensi elbow
Interpretasi data Ada/tidak kelemahan otot untuk
extremitas superior
2. Pemeriksaan ROM dengan goniometer
• ROM aktif
• ROM pasif
Catatan : jangan melakukan gerakan overhead.
Interpretasi data : Ada/tidak keterbatasan ROM pada
extermitas atas dan bawah.
3. Palpasi
• Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada spasme
• Teknik : Meraba atau menekan bagian yang akan
dipalpasi
Interpretasi data : Ada/idak ada spasme pada otot leher
3) Diagnosis : “Gangguan Fungsional Akibat Post-op Fraktur
Cervical.”
4) Problematik Fisioterapi
a. Nyeri
b. Kelemahan otot
c. Keterbatasan ROM
5) Program Rencana Tindakan Fisioterapi
Tujuan :
a. Jangka pendek
‒ Immobilisasi
‒ Menurunkan nyeri
‒ Mencegah atrofi
‒ Mencegah stiffness
b. Jangka panjang
‒ ROM : mengembalikan ROM pada semua gerakan
tanpa menciptakan deficit neurologis
‒ Muscle strength : mengembalikan dan memelihara
kekuatan otot paracervical dan scapular. Meliputi
trapesius dan otot upper extremities. Otot gluteus juga
terganggu jika autologous bone graft dilakukan untuk
tujuan fusion. Otot pada ekstremitas bawah mungkin
atrofi karena bed rest atau cedera neurologi dan
memerlukan penguatan.
‒ Fungsional : mengembalikan fleksibility cervical spine
untuk aktifitas fungsional yang mandiri.
6) Intervensi Fisioterapi
Immobilisasi dengan menggunakan cervical orthosis, hal ini
dikarenakan :
- dapat memberikan penekanan yang repetitip pada lokasi frakture
pada penggunaan brace
- Fiksasi yang lebih besar disediakan dalam rigid collar orthosis
ketika penahanan dari occiput, mandible atau sternum atau
ekstensi thorax ditambahkan (sebagai contoh, Philadelphia dan
four poster collar).
- Four-poster dan Philadelphia cervical collar memberikan
immobilisasi yang lebih mantap pada cervical, mengontrol
geragan dari occiput hingga shoulder. Rigid collar tanpa ekstensi
badan dan kepala yang cukup kuat dapat memebatasi gerak
cervical. Bagaimanapun, ini tidak cukup kuat, khususnya untuk
membatasi gerak occiput – C1-2 segmental motion.
Yang perlu diingat!!!
Pada umumnya penggunaan soft cervical
brace tidak direkomendasikan, karena
memberikan support yang terbatas pada
frakture cervical dan kurang baik untuk
membatasi gerak cervical. Sebagian besar
immobilisasi cervical dilakukan pada posisi
netral, sedekat mungkin dengan
kenyamanan pasien.
Gambar Cervical Orthosis

Firm Cervical Soft Cervical


Collar Collar
Philadelphia Four-poster
cervical collar Halo-vest cervical collar
Four-Poster Brace
Halo - vest
• Philadelphia cervical collar
Fase Intervensi Fisioterapi
Fase I (Maximal Protection)
Hari 1 hingga minggu 1.
Cervical diimobilisasi dengan cervical collar/cervical brace. Gunakan halo
vest untuk immobilisasi maksimal.
Weight bearing :
• Pasien harus dimobilisasi menuju posisi duduk di bed atau kursi pada
hari pertama mengikuti kecocokan immobilisasi (internal fixaxi atau
external bracing).
• Ambulasi harus dimulai dengan bantuan sesuai dengan toleransi.
• Tilt table dapat digunakan untuk mengatasi hipotensi ortostatik.
• Kondisi umum harus dipantau secara terus-menerus.
• Pasien yang kembali dengan cervical traction harus dirawat bad rest
sampai tercapai stabilitas lebih lanjut dengan disertai penyembuhan
fracture.
• Gambar tilttable
ROM
‒ Tidak ada gerakan cervical yang dibolehkan hingga proses
penyembuhan fraktur komplit.
‒ Berikan aktif ROM lembut untuk ekstremitas atas.
Bagaimanapun juga ROM yang melewati kepala harap
dihindari. Berikan aktif ROM untuk ekstremitas bawah
untuk mencegah joint stiffness.
Muscle strength
‒ Beban 1 pound bisa digunakan untuk penguatan
ekstremitas atas sepanjang cervical tetap immobilisasi.
‒ Berikan latihan isometrik untuk otot abdominal. Untuk
memelihara kekuatan ekstremitas bawah, berikan gluteal
sets, quad sets dan ankle isotonic sets.
Aktifitas fungsional
• Bed mobility : log-rolling diperbolehkan untuk mobilitas dari sisi ke
sisi. Pasien dapat mobilisasi dengan bantuan untuk duduk.
• Transfers: sewaktu pasien dalam posisi duduk di bed, dia dapat berdiri
dengan sedikit bantuan dan berpindah duduk ke kursi. Pasien
memerlukan bantuan tilt table bila terjadi hipotensi ortostatic.
• Ambulation: pasien menggunakan peralatan bantuan seperti walker dan
can untuk stabilitas dan keseimbangan, karena ada kelemahan umum
dan nyeri.
• Personal hygine: Pada umumnya pasien mengalami kesulitan untuk
merawat diri karena immobilisasi cervical dan akan memerlukan
bantuan dalam berpakaian, kebersihan diri dan aktifitas harian lainnya.
Gait
Gerakan mengayun dari lengan atas bisa berkurang akibat nyeri. Push-off
dapat dikurangi untuk menghindari ketidakstabilan yang disebabkan oleh
dorongan ke depan tubuh.
Fase II (ROM, Early Strengthing and Functional)
2-4 minggu
Pemeriksaan fisik
• Dilanjutkan dengan pemeriksaan neurologis.
• Sesuaikan/setel orthosis sesuai kebutuhan. Cek maserasi
kulit di bawah brace. Cek tempat halo vest untuk drainase
atau dilepaskan untuk dibersihkan setiap hari dengan
hydrogen peroxydase.
• Pasien dengan luka gores pada dagu akibat cervical collar
harus diberikan alas di bawah dagu. Benang jahitan akan
dilepaskan pada hari ke 10 setelah operasi, kemudian
immobilisasai kembali dilakukan.
Radiography
pemeriksaan radiograph harus dilakukan untuk memantau
alignment.
ROM
• ROM pada cervical tidak diperbolehkan untuk mencegah displacement
frakture atau penekanan pada spinal.
• Spine tetap diimobilisasi. Belum terjadi penyembuhan tulang dan
ligament. Oleh karena itu, spinal cord tetap memiliki resiko mengalami
cedera.
• Dilanjutkan dengan ROM exercise untuk upper dan lower extremitas.
Perlu diingat kembali untuk mengindari overhead exercise untuk
ekstremitas atas.

Muscle strength
Dilanjutkan dengan abdominal isometric exercise, gluteal dan quadriceps
sets, ankle isotonic pada lower extremities untuk mememlihara kekuatan
dan mencegah deep vein thrombotic dengan memelihara venous pump
mechanism pada sistem pembuluh darah vena. Lanjutkan dengan latihan
penguatan ekstremitas atas.
Aktifitas fungsional
• Lanjutkan dengan log-rolling untuk side to side bed mobility.
• Untuk transfer lakukan seperti sebelumnya. Pasien mungkin masih
membutuhan bantuan untuk duduk.
• Untuk personal hygiene pasien masih memerlukan bantuan untuk
perawatan diri, seperti: berpakaian dan toileting.

Gait
• Lanjutkan ambulasi menggunakan assistive device seperti sebelumnya.
• Pasien dapat lanjut menggunakan wide-based gait untuk support dan
stabilitas.
• Ayunan lengan meningkat seiring dengan berkurangnya nyeri.

Weight bearing
• weight bearing sesuai tooleransi disertai bantuan
Fase III (Further ROM and Strengthening)
4-8 minggu

Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan neurologis, sesuaikan orthosis dan
periksa tempat pin.

ROM
• Otot pada cervical sudah mulai recover untuk memberikan
beberapa control.
• Walaupun begitu lokasi fraktur masih belum stabil tidak
ada gerakan yang diperbolehkan.
• Lanjutkan dengan Range Of Motion exercise untuk upper
dan lower extremities.
Muscle strength
• Jangan lakukan penguatan untuk otot cervical, karena
penyembuhan fraktur belum lengkap.
• Lanjutkan dengan latihan isometric pada abdomen dan
latihan penguatan pada ekstremitas atas dan bawah, tetap
dengan immobilisasai cervical.

Aktifitas fungsional
• Pasien bisa mengurus dirinya di tempat tidur tanpa bantuan.
• Untuk transfer, pada point ini pasien bisa melakukannya
dengan mandiri.
• Untuk personal hygine pasien sudah mampu melakukan
beberapa kegiatan sendiri. Kecuali pasien dengan halo vest
masih memerlukan bantuan, seperti saat berpakaian.
Gait
• Sebagian besar pasien telah mencapai kestablian dan
keseimbangan saat berdiri dan tidak lagi memerlukan
assistive device.
• Tapi bagaimanapun juga beberapa pasien masih
memerlukan bantuan walker dan cane. Gait cenderung
normal.

Weight bearing
• Full weightbearing
Fase IV (Progresive ROM, Functional and
Strengthening)
8-12 minggu
Orthose dapat dihentikan pada pasien yang telah
mengalami penyembuhan fraktur secara komplit.
Akan tetapi apabila penyembuhan fraktur belum
terjadi, kenakan halo vest selama 12 minggu. Halo
vest dapat diganti dengan hard cervical collar jika
telah terjadi penyembuhan.
ROM
• Gentle active Range Of Motion dapat diberikan pada pasien yang sudah
melepas orthose pada 10 hingga 12 minggu selama tidak terjadi
instabilitas.
• Setelah melakukan latihan ROM, pasien akan lebih nyaman untuk
menggunakan soft collar untuk sementara waktu.
• Gentle passive Range Of Motion dapat diberikan pada pasien pada
penyembuhan usia 12 minggu.
• Latihan ini memungkinkan pasien untuk mendapatkan ROM fisiologis
maksimum.
• Passive Range Of Motion diberikan pada posisi flexi, extensi dan
rotasi. Karena stiffness dan nyeri, khususnya pada posisi extensi, pasien
dianjurkan untuk melakukan gentle active-assistive exercise.
• Active stretching pada otot trapesius dan sternocleidomastoideus harus
diberikan untuk membantu side banding dan rotasi dari leher.
Muscle strength
• Sesekali gerakan full ROM dapat dicapai, intensitas latihan penguatan
dapat ditingkatkan.
• Latihan penguatan dan stretching pada otot sternocleidomastoid dan
trapesius bisa mulai diberikan untuk mencegah stiffness lebih parah dan
membantu gerakan rotasi.
• Dimulai dengan isometric strengthening pada otot paracervical. Pasien
menekan kepala dengan satu tangan sambil memberikan tahanan.
• Dilanjutkan dengan active-assitive exercise pada ekstriemitas atas dan
bawah dengan menggunakan beban. Kemudian dilanjutkan latihan
penguatan isometric abdominal.
Aktifitas fungsional
• Pada saat ini pasien sudah bisa mandiri untuk mengurus diri dan tidak
memerlukan assistive device untuk ambulasi. Kecuali melibatkan kasus
neurologi atau pasien tua yang masih memerlukan assistive device
untuk stabilitas.
• Pasien bisa mulai berenang, hindari jogging untuk mengurangi
penekanan pada spine. Jalan cepat diizinkan dan olahraga kontak harus
dihindari.
• Pasien bisa mengemudi setelah 12 minggu, ketika fraktur sudah
sembuh dan halo vest sudah dilepaskan.
• Dengan syarat, sabuk pengaman aman, kursi pengemudi nyaman dan
aman terutama untuk daerah leher dan menggunakan spion lebar
apabila pengemudi susah rotasi leher.
• Sesekali pasien mengenakan soft collar untuk memberikan rasa
nyaman.

Gait
• pola jalan sudah normal
Fase V (Functional and Intensifiede Program)
12-16 minggu
Hentikan penggunaan orthosis, evaluasi penyembuhan luka terutama di pin
site, lakukan pemeriksaan neurologi termasuk test reflek dan muscle
strength test. Hindari melakukan olahraga kontak dan aktifitas fisik yang
berat.

ROM
• Active Range Of Motion, Gentle Passive Range Of Motion Untuk
Cervical
• Active stretching pada otot trapesius dan sternocleidomastoideus harus
diberikan untuk membantu side banding dan rotasi dari leher.
• Gentle passive range of motion dapat diberikan pada pasien untuk
mencapai ROM fisiologis maksimum, lakukan dengan lembut dan
aman.
Strengthening
• Isometric Strengthening Exercise Untuk Otot Cervical Spine.
• Lanjutan dari fase sebelumnya, dimulai dengan isometric strengthening pada
otot paracervical. Pasien menekan kepala dengan satu tangan sambil
memberikan tahanan.
• Dilanjutkan dengan active-assitive exercise pada ekstriemitas atas dan bawah
dengan menggunakan beban.
• Juga latihan isometric pada otot abdominal.

Aktifitas fungsional
• Ambulasi dan transfer secara mandiri. Pasien dapat melakukan berbagai
kegiatan untuk menunjang aktifitas kesehariannya.
• Olahraga berenang dapat dilakukan dengan memperhatikan segala aspek
keamanannya. Berjalan cepat juga direkomendasikan.
• Pasien juga bisa menyetir dengan menyesuaikan jok pengemudi nyaman dan
aman. Pastikan juga sabuk keselamtan dalam kondisi siap dan aman.

Weight bearing
• Full weight bearing
7) Evaluasi

No Problematik Sebelum Sesudah Kesimpulan

1. Nyeri Nyeri menurun

2. Kelemahan otot Kekuatan otot


meningkat
3. Keterbatasan ROM meningkat
ROM
KESIMPULAN

• Frakture cervical adalah discontinyuitas tulang yang


disebabkan oleh rudapaksa atau patologis yang terjadi pada
region cervical (C1-C7).
• Berdasrakan mekanisme trauma, fracture cervical dapat
dibedakan menjadi trauma hiperfleksi, trauma fleksi-rotasi,
hiperekstensi, ekstensi-rotasi dan kompresi vertical.
• Berdasarkan kestabilannya dibedakan menjadi fraktur stabil
dan tidak stabil.
KESIMPULAN

• Frakture cervical adalah discontinyuitas tulang yang


disebabkan oleh rudapaksa atau patologis yang terjadi pada
region cervical (C1-C7).
• Berdasrakan mekanisme trauma, fracture cervical dapat
dibedakan menjadi trauma hiperfleksi, trauma fleksi-rotasi,
hiperekstensi, ekstensi-rotasi dan kompresi vertical.
• Berdasarkan kestabilannya dibedakan menjadi fraktur stabil
dan tidak stabil.
• Penatalaksanaan fisioterapi untuk post-operative fraktur
cervical dimulai dari proses assessment dan pemeriksaan fisik
lainnya, menentukan problematika fisioterapi, menentukan
planning, melakukan intervensi dan melakukan evaluasi.
• Untuk post-operative frakture cervical harus diintervensi
dengan hati-hati dan dilakukan dengan benar.
• Proses immobilisasi memegang peranan penting dalam proses
proteksi awal.
• Rehabilitasi untuk post-operative cervical disesuaikan dengan
umur pasien. Biasanya mengambil waktu hingga 6 bulan.
• Peran serta dan kerjasama dari semua disiplin ilmu
sangat diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien.
• setelah proses penyembuhan fraktur komplit, pasien
disarankan untuk mengutamakan safety dalam
melakaukan aktifitas fungsional dan disarankan
menghindari aktifitas berat dan aktifitas yang
melibatkan benturan (olahraga kontak).
SARAN
Penatalaksanaan fisioterapi untuk post-operative harus dilakukan
secara bertahap. Karena regio yang diintervensi tergolong vital.
Usahakan juga latihan ROM dilakukan sedini mungkin saat
intervensi dan agar benar-benar memperhatikan hal-hal yang boleh
dan tidak boleh dilakukan saat pemberian exercise.

Anda mungkin juga menyukai