Anda di halaman 1dari 40

KELOMPOK 5

PLEXUS
BRACHIALIS

Mukti Ali Akbar .P. (2018 – 115)


Ardia Firmanysah (2018 – 118)
Mellindyah Dinanda .W. (2018-124)
Rezma Latuamury (2018 – 130)
Riza Daeng .S. (2018 – 135)
Nurisa Fatoni (2018 – 142)
Anatomi Pleksus Brachialis

Sekumpulan saraf kompleks yang mengatur di


ekstremitas atas berasal dari akar saraf pada
serviks (leher) dan upper trunk (torso) dari akar
sumsum tulang belakang c5-t1. (Sakellariou et al.,
2014)
Akar/Root Sensoris Motorik Gerak
C5 Batas lateral Deltoid, Abduksi
bahu atas supraspinatus, shoulder da
hingga ke elbow infraspiantus, fleksi elbow
rhomboid
C6 Lateral, lengan Biceps,
bawah hingga brachioradilis,
ke jempol brachialis
C7 Jari telunjuk- Triceps, wrist Ekstensor wrist
tengah bagiang fleksor dan
depan dan ekstensor, lat.
belakang dorsi, pec.
mayor
C8 Jari kelingking- Finger extensor Fungsi tangan
manis sampai dan fleksor
pergelangan
tangan ke atas
T1 Axilla dan Semua otot kecil Flail upper limb
Lengan bagian di lengan
tengah
ETIOLOGI PLEXUS
BRACHIALIS

Mekanisme yang umum yang menyebabkan plexus brachialis


adalah penarikan yang kuat pada anggota gerak atas menjauh
dari tubuh. Cedera seperti ini biasanya berasal dari kecelakaan
sepeda motor atau kecelekaan kendaraan bermotor kecepatan
tinggi. Plexus brachialis Ini menyebabkan gejala berupa
clawed hand yang mengakibatkan hilangnya fungsi nervus
ulnaris dan otot intrinsic tangan yang dipersarafinay (Shin
dkk,2005).

Shin, A.Y., Spinner, R.J., Steinmann, S.P., Bishop, A.T. 2005. Adult traumatic
brachial plexus injuries. Orthop Shug
LANJUTAN

Penyebab paling umum pada Brachial Plexus


Injury adalah traksi pada kecelakaan motor dengan
kecepatan tinggi. Korban biasanya mendarat di
tanah dengan posisi kepala dan bahu bergerak
berjauhan yang menyebabkan sudut acromio-
mastoid meningkat.Tekanan pada plexus ini
dapat menyebabkan robek dan avulsi pada akar
pleksus brakialis. (Bhandari dkk., 2012)

Bhandari, P.S, H.S. Bhatoe, M.K. Mukherjee, Prabal Deb. 2012. Management
Strategy in Post Traumatic Brachial Plexus Injuries. The Indian Journal of Neurotrauma.
Vol 9. 19-29: 4 April 2012: 20.
PATOFISIOLOGIS PLEXUS
BRACHIALIS

 Plexus brachialis terjadi akibat benturan keras sendi bahu yang mengakibatkan robekan pada
terminal plexus  karena tarikan yang kuat antara leher dan bahu atau ( ekstremitas atas dengan
trunk )  kemudian terjadi penjempitan dan muncul patologis saraf diantara dua titik  pada
titik proksimal di medulla spinalis dan akar syaraf ( nerver root junction )  sedangkan pada
titik distal berada pada bagian neuromuscular junction  menyebabkan perubahan processus
coracoideus sebagai pengungkit saat hiper abduksi yang kuat pada bahu mengalami perubahan
gaya  kemudian terjadi kecepataan tarikan yang menentukan terjadinya kerusakan saraf 
sehingga terjadilah cederah pada akar saraf C5-Th1.

Songcharoen P. 1995.Brachial Plexus Injury in Thailand: a


report of 520 cases, Microsurgery 16:35-9
PATOFISIOLOGI PLEXUS
BRACHIALIS
Pada Cidera pada plexus brachialis bagian atas (C5-C6) biasanya terjadi apabila
lengan berada pada samping tubuh karena kosta pertama bertindak sebagai tumpuan
yang meengerahkan gaya traksi segaris dengan plexus bagian atas. Ketia lengan
digerakkan degan keras dan terabduksi di atas kepala, saraf-saraf yang letaknya lebih
rendah (C8-T1) lebih rentan cidera, karena gayanya menjadi terarahkan segaris
dengan C7.Cidera pada plexus yang lebih rendah sering terjadi pada keadaan lengan
terangkat karena coracoid bertindak sebagai titik tumpu seperti di atas. Cidera plexus
yang lebih rendah mungkin lebih sering terjadi karena adanya ligament radikular
transversum yang membantu menahan gaya tarikan pada C5, C6, dan C7, C8 dan T1
tidak memiliki ligament ini (foster dkk,2008)

Foster, M.R, Chaput, C., Prode, R.A. 2008. Traumatic Brachial Plexus
Injuries. Medicine. Vol 2. 3
Tanda dan gelajala
Ditandai dengan adanya paralisis pada otot deltoid, otot biceps, otot ekstensor karpi radialis brevis dan ekstensor
karpi radialis longus, kadang – kandang juga otot supraspinatus dan infraspinatus yang disebabkan Karena tergangguna
otot yang terdinerfasi oleh percabangan syaraf plexus brachialis. Kemudian akan menyebabkan hilangnya gerakan
abduksi, adduksi, fleksi dan ekstensi shoulder, endorotasi dan eksorotasi shoulder, gerakan fleksi dan ekstensi elbow,
gerakan dorso fleksi dan palmar fleksi, serta kadang-kadang adanya hilang rasa sensoris di area dermaton C5-Th1 dan
atrofi bahkan kontraktur pada grup otot fleksor dan ekstensor lengan (Kimberly, 2009).
Kasus
Seorang pengemudi ojek online memiliki keluhan nyeri menjalar pada leher
hingga lengan. Pasien tersebut merasakan lemah pada lengan sebelah kirinya,
bisa digerakkan dengan terbatas dan tidak dapat melawan gravitasi. Dua minggu
sebelumnya, pasien memiliki riwayat jatuh dari motor hingga overstretch pada
bahu sebelah kiri. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya penyakit
penyerta. Kondisi lengan kiri pasien sudah drop dan menunjukkan adanya
pengecilan masa otot. Nilai VAS pada kondisi diam adalah (5), gerak (6) dan
tekan (7). Pemeriksaan vital menunjukkan penurunan denyut nadi pasien.
Keterangan Umum Pasien

● Nama : Mr Budi
● Umur : 25 tahun
● Jenis Kelamin : Laki - laki
● Agama : Islam
● Pekerjaan : Ojek online
● Alamat : JL. Pegangsaan Timur
DATA – DATA MEDIS RUMAH SAKIT

 DIAGNOSIS MEDIS
Lesi Plexus Brachialis

 CATATAN KLINIS
-
 RUJUKAN DARI DOKTER
-
Segi Fisioterapi
● Pemeriksaan subyektif
Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada bagian leher hingga lengan pada
bagian kiri, pasien mengatakan lengan bisa digerakkan dengan
terbatas dan tidak mampu melawan gravitasi
2.Riwayat Penyakit Sekarang
(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap perkembangan, gambaran perkembangan,
dll)

pasien jatuh dari kendaraan roda duanya dua minggu yang lalu hingga pasien
merasakan overstretch atau tarikan berlebihan pada bahu kirinya, pasien merupakan
seorang pengemudi ojek online. setelah kejdian tersebut pasien mengeluhkan rasa nyeri
menjalar pada leher hingga lengan kiri, pasien juga merasa lemah pada lengan sebelah
kirinya. saat ini kondisi lengan kiri pasien sudah drop dibandingkan lengan kanan.
pasien juga merasakan nyeri saat diam, gerak dan saat ditekan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

4. Riwayat Penyakit Penyerta


(-) Tidak ada

5. Riwayat Pengobatan
6. Anamnesis Sistem

a. Kepala dan Leher : (+) Nyeri menjalar


b. Kardivaskular : (+) Denyut nadi melemah
c. Respirasi : (-) Tidak ada keluhan
d. Gastrointestinal : (-) Tidak ada keluhan
e. Urogenital : (-) Tidak ada keluhan
f. Musculoskeletal : (+) Kelemahan otot
g. Nervoum : (+) Radicular pain
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda Tanda vital
Tekanan Darah : 120/90
Denyut Nadi : 60x/menit
Pernapasan : 19x/menit
Temperatur : 36℃
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 50 kg
b) Inpeksi ( Statis & Dinamis )
Statis : Pasien datang ke klinik sendirian, pasien terlihat menahan rasa sakit, dan
lengan kiri pasien terlihat drop arm.
Dinamis : Pasien terlihat kesusahan menggerakan lengan kiri

c) Palpasi
(+) Terdapat atrofi
(+) Nyeri tekan

d) Perkusi
(-) Tidak dilakukan

e) Ausskultasi
(-) Tidak dilakukan
f) Gerak Dasar
Gerak Aktif

Gerakan Nilai ROM


Dekstra Sinistra
abduksi 170-0 F= 50-0

adduksi 40-0 F= 10-0

fleksi 160-0 S= 60-0

ekstensi 60-0 S= 10-0


f) Gerak Dasar
Gerak Pasif

Regio ROM Endfeel

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Adduksi 45 25 Soft Soft

Abduksi 175 55 Soft Soft

Fleksi 170 70 Firm Firm

Ekstensi 70 15 Firm Firm

Gerak isometric : Pasien tidak dapat melawan gravitasi


f) Kognitif, Intra-Personal, Inter-Personal

Kognitif : Pasien mampu menerima apa yang diucapkan oleh terapis


Intra – personal : Pasien memiliki keinginan kuat untuk sembuh
Inter- personal : Pasien tidak didampingi oleh keluarganya
PEMERIKSAAN SPESIFIK
A. Pemeriksaan kekuatan otot
Manual Muscle Testing = 2- (tidak full ROM, dan tidak dapat melawan gravitasi

Nama Otot Nilai Sinistra


Fleksor shoulder 2-
Ekstensor shoulder 2-
endorotator shoulder 2-
eksorotator shoulder 2-
Abduktor shoulder 2-
Adductor shoulder 2-
horizontal abduktor 2-
horizontal adductor 2-
2
fleksor wrist
ekstensor wrist 2
fleksor wrist 2
ekstensor wrist 2
PEMERIKSAAN SPESIFIK
B. Pemeriksaan Nyeri
Visual Analogue Scale (VAS)
Nyeri diam : 5
Nyeri tekan : 7
Nyeri gerak : 6

C. Pemeriksaan Sensibilitas:
Dapat merasakan sedikit sensasi panas dan dingin
Dapat merasakan sedikit sensasi tajam dan tumpul

D. Pengukuran Atrofi dengan Antropometri

lengan kanan lengan kiri (cm)


titik patokan dari
acromion ke distal
10 cm 30 cm 28

20 cm 26 cm 24

30 cm 24 cm 23

40 cm 21 cm 20
TEST SPESIFIK
A. Drop Arm Test
Drop arm test dilakukan dengan cara pasien diminta mengankat bahunya setinggi
90° dan terapis memfiksai pergelangan tangan pasien, minta pasien untuk
menurunkan bahunya secara perlahan.

B. Upper Limb Tension Test

1. ULTT 1 (Median Nerve)

Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan beberapa tahapan gerakan seperti


Shoulder girdle depression, Shoulder abduction, Shoulder external rotation,
Forearm Supination, Wrist and Finger extension, Elbow extension.
2. ULTT 2 (Median & Radialis Nerve)

Pemeriksaan ULTT median nerve dilaksanakan dengan memberikan beberapa tahapan gerakan seperti Shoulder
girdle depression, Elbow extension, Exorotation of the whole arm, Wrist, finger and thumb extension.
Sedangkan pemeriksaan Radial Nerve dilakukan dengan memberikan gerakan Shoulder girdle depression,
Elbow extension, Medial rotation of the whole arm, Wrist, finger and thumb flexion. Hasil pemeriksaan Median
Nerve negatif karena pasien tidak mengalami nyeri kesemutan pada fosa kubiti,juga tidak merasakan nyeri
menjalar ke bawah dominasi sepanjang sisi anterior lengan bawah dan tangan (3 jari pertama dan separuh jari ke
empat). Hasil pemeriksaan Radial Nerve positif karena pasien merasaka nyeri kesemutan ada fosa kubiti,
menjalar ke bawahdominasi sepanjang sisi radial lengan bawah dan tangan (ibu jari / sisi radial).
UNDERLYING PROCESS
trauma

overstretch
(bahu kiri)

traksi/penarikan yang kuat antara leher


dengan bahu

cedera akar saraf c5-c6 plexus brachialis

Anatomi Impairment Functional Limitation Disability

neuro - Tidak bisa melakukan


muscle gerakan abduksi shoulder dan -kesulitan melakukan kegiatan
fleksi elbow sehari-hari
kelemahan otot motorik sensorik - tidak dapat menggerakkan -kesulitan BAB & BAK
yang diinervasi c5- bahu dan lengan secara bebas
kelemahan otot nyeri menjalar pada
kekuatan otot -Tidak dapat mengendarai
yang diinervasi c5- akar saraf c5-c6
c6
sepeda motornya sehingga
aktivitasnya sebagai ojek
ROM atau Lingkup nyeri gerak, nyeri diam, online terhambat
drop lengan sinistra
gerak sendi dan nyeri tekan

keterbatasan gerak
latihan gerak ROM ES dengan arus IDC
aktif dan pasif

aktif assited dan


pasif exercise
DIAGNOSIS FISIOTERAPI

FUNCTIONAL
IMPAIRMENT DISABILITY
LIMITATION

keterbatasan gerak, Tidak bisa melakukan kesulitan melakukan


penurunan ROM, gerakan abduksi kegiatan sehari-hari
drop lengan sinistra, shoulder dan fleksi kesulitan BAB & BAK,
nyeri gerak, diam, elbow, tidak dapat tidak dapat
dan tekan menggerakkan bahu mengendarai sepeda
dan lengan secara motornya sehingga
bebas, aktivitasnya sebagai
ojek online terhambat
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

Quo ad cosmeticam : Bonam


PROGRAM/RENCANA
FISIOTERAPI
Tujuan treatment :

a. Jangka pendek :

 Mengurangi nyeri
 Meningkatkan kekuatan otot

b. Jangka Panjang
 Peningkatan kemampuan fungsional otot
 Memulihkan dan mencegah cedera berulang
RENCANA TINDAKAN

Teknologi Fisioterapi :

a. ES (Electrical Stimulation) dengan IDC (interrupted direct current)


tujuan : untuk mengurangi rasa nyeri

b. Terapi Latihan :
active passive dan active resisted
tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki
ROM, dan mengatasi atrofi
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

Quo ad cosmeticam : Bonam


PELAKSANAAN
FISIOTERAPI
1. Electrical Stimulation
F= 3x/Minggu
I= 3-6 repetisi
T=10 menit
T=TENS
2. Strengthening Excercise
F=2x/ minggu
I=5-10 repetisi
T=10 menit
T= active passive dan active resisted

Musculoskeletal rehabilitation clinic


HASIL EVALUASI AKHIR
A. Manual Muscle Testing (MMT)

Nama Otot Nilai Sinistra


Fleksor shoulder 3
Ekstensor shoulder 3
endorotator shoulder 3
eksorotator shoulder 3
Abduktor shoulder 3
Adductor shoulder 3
horizontal abduktor 3
horizontal adductor 3
3
fleksor wrist
ekstensor wrist 3
fleksor wrist 3
ekstensor wrist 3
HASIL EVALUASI AKHIR
B. Tes Sensibilitas
jenis tes Nilai
T1 T2 T3 T4 T5 T6
tajam/tumpul 3/5 3/5 3/5 4/5 4/5 4/5

panas/dingin 2/5 2/5 2/5 3/5 3/5 3/5

C. Pemeriksaan Nyeri (VAS)


jenis nyeri Nilai

nyeri diam 4

nyeri gerak 5

nyeri tekan 5
HASIL EVALUASI AKHIR
D. Pemeriksaan Atrofi dengan Antropometri
lengan kanan lengan kiri (cm)
titik patokan dari T1 T2 T3 T4 T5 T6
acromion ke distal
10 cm 30 cm 28 28 28 28 29 29

20 cm 26 cm 24 24 24 24 25 25

30 cm 24 cm 23 23 23 23 23 24

40 cm 21 cm 20 20 20 20 21 21

E. Pemeriksaan Drop Arm Test


Hasil pemeriksaan positif, karena pasien merasakan nyeri dan tidak mampu melakukan tes
secara sempurna.

F. Pemeriksaan ULTT

-ULTT 1 hasil pemeriksaan positif karena pasien mengalami nyeri pada fosa kubiti, juga
nyeri menjalar ke bawah sepanjang sisi anterior dan radial lengan bawah dan tangan, pasien
juga mengalami sensasi kesemutan pada 3 jari pertama, dan ada subyek yang merasa terulur
pada depan bahu.
-ULTT 2a, Hasil pemeriksaan Median Nerve negatif karena pasien tidak mengalami nyeri
kesemutan pada fosa kubiti,juga tidak merasakan nyeri menjalar ke bawah dominasi
sepanjang sisi anterior lengan bawah dan tangan (3 jari pertama dan separuh jari ke empat).

-ULTT 2b, Hasil pemeriksaan Radial Nerve positif karena pasien merasaka nyeri kesemutan
ada fosa kubiti, menjalar ke bawahdominasi sepanjang sisi radial lengan bawah dan tangan
(ibu jari / sisi radial).
EDUKASI

 Pasien diminta tetap melakukan home exercise

 Keluarga harus tetap mendukung kelanjutan proses terapi pasien


Daftar pustaka
Leinberry, C. F., & Wehbé, M. A. (2004). Brachial plexus anatomy. Hand Clinics,
20(1), 1–5. https://doi.org/10.1016/S0749-0712(03)00088-X

Sari, P. E. B., Ariningrat, I. G. A., & Veerasingam, K. V. (2017). Trauma Pleksus


Brakhialis. 1302006031, 1–20.

Sakellariou, V. I., Badilas, N. K., Mazis, G. A., Stavropoulos, N. A., Kotoulas, H.


K., Kyriakopoulos, S., Tagkalegkas, I., & Sofianos, I. P. (2014). Brachial Plexus
Injuries in Adults: Evaluation and Diagnostic Approach. ISRN Orthopedics, 2014,
1–9. https://doi.org/10.1155/2014/726103

Thatte MR, Babhulkar S, cedera pleksus Hiremath A. Brachial pada orang dewasa:
Diagnosis dan strategi perawatan bedah. Ann Indian Acad Neurol . 2013; 16 (1):
26-33. doi: 10.4103 / 0972-2327.107686

Anda mungkin juga menyukai