Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan peningkatan kesejahteraan penduduk, angka harapan hidup

masyarakat meningkat. Hal ini menjadi salah satu indikasi keberhasilan dari

pembangunan nasional. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan

kesejahteraan tersebut adalah faktor pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang

dimaksud berupa pemberian program-program kesehatan yang bersifat kuratif,

preventif, promotif dan rehabilitatif. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat (P2M) di

Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Tahun 2015 yang berpusat di

Br. Tegeh, merupakan salah satu dari upaya pemberian layanan kesehatan yang

bersifat kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif tersebut. Sesuai dengan Tri

Dharma Perguruan Tinggi, salah satu pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi

yaitu Dharma ketiga adalah Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat ( P2M ), peran

serta mahasiswa dalam masyarakat tidaklah dibatasi pada kewajiban akademis dan

lingkungan kampus saja, namun Mahasiswa dituntut untuk secara kritis mampu

terlibat lebih aktif dalam upaya pembangunan nasional, yang dapat dilakukan melalui

proses belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan yang diiringi pula dengan kerja

nyata di lingkungan.

KINEMATIKA IV | 1
Pemilihan lokasi di Desa Angseri dilihat dari segi penduduk dan keadaan

geografisnya. Sebagian besar penduduk Desa Angseri bermata pencaharian sebagai

petani yang dalam melakukan pekerjaannya mengaktifkan sebagian besar sistem

fungsi gerak tubuh. Selain itu kondisi geografi Desa Angseri yang memiliki cuaca

yang dingin juga diperkirakan dapat memicu terjadinya gangguan dalam sistem

fungsi gerak tubuh. Dengan melihat kondisi tersebut, pelaksanaan P2M yang

diselenggarakan oleh Universitas Dhyana Pura Jurusan Fisioterapi dengan nama

KINEMATIKA IV dengan tema “Peningkatan Kualitas Gerak dan Kemampuan

Fungsional Tubuh Dalam Usaha Untuk Menuju Masyarakat Sehat”., bertujuan untuk

memberikan pelayanan Fisioterapi dalam upaya untuk mengetahui gangguan fungsi

gerak apa saja yang dialami oleh masyarakat desa Angseri dan berusaha untuk

memberikan penanganan yang maksimal sehingga diharapkan masyarakat desa

Angseri dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari sefungsional mungkin.

Pada P2M di desa Angseri yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 juli sampai

dengan 5 Juli 2015, pelayanan kesehatan yang diberikan oleh mahasiswa jurusan

Fisioterapi Universitas Dhyana Pura diberikan selama 2 hari, dari mulai tanggal 3 Juli

sampai dengan tanggal 4 juli 2015. Selama dua hari pemberian pelayanan, total warga

yang mendapatkan pelayanan fisioterapi dari kelompok 11 adalah sebanyak 10 orang,

yang seluruhnya lansia yang berusia mulai dari 52 tahun sampai dengan 83 tahun.

Batasan-batasan lansia menurut WHO, meliputi: a) Usia pertengahan (middle age),

antara 45 sampai 59 tahun, b) Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun, c)

KINEMATIKA IV | 2
Lanjut usia tua (old), antara 75 dan 90 tahun, d) Usia sangat tua (very old), di atas 90

tahun. Di Indonesia saat ini telah terjadi pergeseran jenis penyakit yang ada di

masyarakat dari penyakit infeksi kearah penyakit non infeksi ataupun penyakit

degeneratif, hal ini terjadi karena dampak positif dari perbaikan kualitas pelayanan

kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan juga karena adanya peningkatan

kesejahteraan masyarakat (Ikawati, 2011).

Pada P2M di desa Angseri dari sejumlah warga yang telah mendapatkan

penanganan fisioterapi diketahui bahwa keluhan gangguan fungsi gerak masyarakat

desa Angseri terdiri dari keluhan mengenai gangguan neuromuscular,

musculoskeletal sampai dengan keluhan cardiovaskulo-pulmonal, dan dari 10 warga

yang telah mendapatkan penanganan dari kami, gangguan fungsi gerak yang dialami

adalah kekakuan dan nyeri otot, gangguan fungsional akibat nyeri pada persendian,

dan keluhan sesak nafas.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam laporan minat kali ini kami tertarik

untuk mengangkat permasalahan mengenai gangguan sesak nafas dan bagaimana

memberikan penanganan Chest Fisioterapi yang tepat, efektif dan efisien, sehingga

diharapkan dapat mengurangi keluhan yang dialami warga. Maka dari itu kami

mengambil judul “Penatalaksanaan Chest Fisioterapi Pada Keluhan Sesak Nafas di

Br. Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan”.

KINEMATIKA IV | 3
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses terjadinya gangguan sesak nafas ?

b. Bagaimana hasil data dari Kuisioner Kelelahan Umum dengan 30 Item

Pertanyaan dan Nordic Body Map warga dengan keluhan sesak nafas?

c. Bagaimana hasil data dari form pemeriksaan fisioterapi dari warga yang

mengalami gangguan sesak nafas?

d. Bagaimana penatalaksanaan Chest Fisioterapi pada gangguan sesak nafas?

1.3 Ruang Lingkup Kasus

Kegiatan P2M KINEMATIKA IV ini diikuti oleh 122 orang mahasiswa

fisioterapi dan dihadiri oleh 124 orang masyarakat desa Angseri. Pada kegiatan P2M

KINEMATIKA IV ini kami selaku kelompok 11 telah memberikan pelayanan

fisioterapi kepada 10 orang warga masyarakat desa Angseri yang seluruhnya adalah

lansia berusia antara 52 tahun sampai dengan 83 tahun, yang memiliki keluhan antara

lain : 6 orang mengalami kekakuan dan nyeri otot, 3 orang mengalami gangguan

fungsional akibat nyeri pada persendian dan 1 orang lagi mengalami gangguan sesak

nafas. Kami kelompok 11 sepakat untuk mengangkat permasalahan mengenai

gangguan pada sesak nafas dan bagaimana memberikan penanganan fisioterapi dada

pada gangguan sesak nafas.

KINEMATIKA IV | 4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pernapasan

2.1.1 Pengertian

Pernapasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke

sel untuk proses metabolisme dalam rangka menghasilkan energi dan

keluarnya karbondioksida sebagai zat sisa metabolisme dari sel ke udara

secara bebas. Sistem pernapasan merupakan suatu rangkaian saluran udara

yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler

alveoli (Price & Wilson, 2006).

2.1.2 Anatomi Pernapasan

Menurut Price & Wilson (2006) anatomi penghantar udara yang membawa

udara ke dalam paru meliputi: a) Hidung dengan rongga bermukosa,

berambut, memiliki kelenjar minyak dan keringat untuk menyaring,

melembabkan dan menghangatkan udara serta menangkap benda asing yang

masuk ke saluran pernapasan. b) Faring adalah pipa berotot yang meliputi

nasofaring, orofaring dan laringofaring dari dasar tengkorak sampai

persambungan dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. c)

KINEMATIKA IV | 5
Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot

yang mengandung pita suara, bermuara sampai ke trakea. d) Trakea dibentuk

oleh cincin tulang rawan dengan panjang sekitar 12,5 cm dengan struktur

trakea dan bronkus disebut pohon trakheobronkhial. e) Bronkus bercabang

menjadi bronkiolus dan bercabang lebih kecil sampai bronkiolus terminalis

dan bronkiolus respiratorius menuju alveolus. f) Paru mengisi rongga dada

yang terletak di sebelah kanan dan kiri rongga dada, terdiri atas jaringan

parenkhim, alveolus-alveolus yang berisi udara serta pembuluh darah kapiler

pulmonal yang bersirkulasi.

Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru

kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir tengah

dan gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu

gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput

paru-paru (pleura).

Gambar 1. Anatomi paru, paru menempati sebagian besar rongga toraks

KINEMATIKA IV | 6
2.1.3 Fisiologi Pernapasan

Pernapasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru dengan pompa ventilasi yang

terdiri atas dinding dada, otot diafragma, isi dan dinding abdomen serta pusat

pernapasan di otak. Otot pernapasan primer adalah diafragma yang berbentuk kubah,

berada pada dasar torak yang memisahkan torak dengan abdomen sedangkan otot

pernapasan tambahan terdiri dari otot intercosta eksterna dan interna, otot sterno

cleidomastoidius dan elevator scapula. Otot pernapasan dipersyarafi oleh nervus

phrenikus yang mengendalikan otot diafragma dan otot dinding abdomen yang terdiri

dari rectus abdominis, obligus internus dan eksternus serta trasversus abdominis

(Guyton & Hall, 2006).

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk

pertukaran gas.

1. Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk

sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih

kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

KINEMATIKA IV | 7
b. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara

tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga

dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih

besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon

dioksida keluar.

2. Pernapasan perut

Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya

dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga

rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot

diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga

dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih

besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon

dioksida keluar.

KINEMATIKA IV | 8
2.2 Sesak Nafas

2.2.1 Pengertian Sesak Nafas

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan

napas yang pendek danpenggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat

ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboliparu, penyakit paru interstisial

atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru(emfisema,

bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006). Perasaan yang dirasakan

oleh seseorang mengenai ketidaknyamanan atau kesulitan dalam bernapas. Sesak

napas dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem pernapasan (hidung,

tenggorokan paru-paru) atau gangguan yang berasal dari luar paru-paru (jantung).

Merupakan sensasi tidak nyaman yang dirasakan individu pada bagian saluran

nafas dan bersifat subyektif (Basuki,2008). Hal ini berakibat : menghambat

aktifitas fisik, menghambat fungsi sosial, menimbulkan rasa takut, menimbulkan

ancaman dalam hidupnya.

2.2.2 Faktor Pencetus Sesak Nafas

1 Peningkatan mekanika pernapasan

2 Kelemahan otot pernapasan

3 Peningkatan O2 (demam)

4 Low cardiac output

5 Penurunan kapasitas paru

KINEMATIKA IV | 9
6 Deconditioning

7 Gangguan ventilasi / perfusi

2.2.3 Tanda Sesak Nafas

1 Peningkatan jumlah frekuensi napas (dewasa >20x/menit; anak

>30x/menit; bayi>40x/menit).

2 Kebiruan pada sekitar bibir, ujung-ujung jari.

3 Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, mengi

2.2.4 Etiologi Sesak Nafas

Sesak Nafas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan

penyebabnya, yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non

organik (berupa gangguan psikis yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak

nafas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan organ pernapasan, tetapi

penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat menyebabkan

terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena

gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan

metabolisme lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas.

Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses

peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran

pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula).

KINEMATIKA IV | 10
ETIOLOGI SESAK NAFAS

FISIOLOGIS PATOLOGI PSIKOLOGIS FARMAKOLOGI

 Olahraga  Paru Cemas Obat Jantung dan


 Ketinggian  Jantung Paru menginduksi
(Hiperventilasi)
 Anemia pernapasan
 Obesitas

Bagan 1. Etiologi Sesak Nafas

2.2.5 Patofisiologi Sesak Nafas

1 Oksigenasi jaringan berkurang Penyakit yang menyebabkan kecepatan

pengiriman oksigen ke jaringan berkurang seperti pendarahan.

2 Kebutuhan oksigen meningkat Peningkatan kebutuhan oksigen secara

tiba – tiba akan memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk proses

metabolism.

3 Kerja pernafasan meningkat Otot pernafasan dipaksa bekerja lebih

kuat karena adanya penyempitan saluran pernafasan.

4 Rangsangan pada sistem syaraf pusat Akibat penyakit – penyakit yang

menyerang sistem syaraf pusat.

5 Penyakit neuromuskuler penyakit yang menyerang otot diafragma.

KINEMATIKA IV | 11
2.3 Penatalaksanaan Chest Fisioterapi

Adalah salah satu teknik dari fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita

penyakit respirasi baik bersifat akut maupun kronis, sangat efektif dalam upaya

mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien yang fungsi parunya

terganggu (Helmi, 2005). Tujuan, intervensi terhadap dyspnea (sesak napas), upaya

mengeluarkan sekret, memperbaiki ventilasi, mengembalikan dan memelihara fungsi

otot- otot pernapasan, membantu membersihkan sekret dari bronkus, mencegah

penumpukkan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Teknik yang

digunakan dalam chest fisioterapi terdiri dari teknik yang bersifat pasif dan aktif.

Teknik yang bersifat pasif seperti penyinaran, relaksasi, postural drainase, perkusi

dan vibrasi, sedangkan yang bersifat aktif seperti latihan/pengendahan batuk, latihan

bernafas dan korelasi sikap.

2.3.1 Infra Red ( IR )

Merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang paling mudah dijumpai. Infra

red dapat dibagi berdasarkan cahaya tampak dan cahaya tak tampak. Selain itu

IR juga dapat dibagi menjadi 2 yaitu gelombang panjang (non penetrating) dan

gelombang pendek (penetrating). Gelombang panjang (non penetrating)

memiliki panjang gelombang diatas 12.000 A sampai dengan 150.000 A, daya

penetrasi sinar ini hanya sampai pada lapisan superficial epidermis yaitu

sekitar 0,5 mm. Gelombang pendek (penetrating) memiliki panjang gelombang

antara 7.700 A sampai 12.000 A, daya penetrasi lebih dalam dari pada

KINEMATIKA IV | 12
gelombang panjang dan merupakan comfortable heating (Sumber Fisis dan

Elektrofisika, hal 53).

- Tujuan IR : (Syamsul Rizal dalam Guruh Hariyanto, 2002)

 Meningkatkan proses metabolisme.

 Vasodilatasi pembuluh darah.

 Pigmentasi.

 Mempengaruhi saraf sensoris.

 Mengaktifkan kerja kelenjar keringat.

 Mengembangkan pH dalam tubuh

- Indikasi IR : (Guruh Hariyanto, 2011)

 Peradangan

 Gangguan sirkulasi darah

 Nyeri pada bahu (Rotator Cuff Muscles)

 Ulkus (dapat disembuhkan oleh terapi infrared diathermi karena

adanya efek peningkatan vaskularisasi)

- Kontraindikasi IR : (Guruh Hariyanto, 2011)

 Luka terbuka

 Gangguan sensibilitas

 Insufisiensi darah

 Diabetes Mellitus

 Demam

KINEMATIKA IV | 13
 Infeksi Akut

 Penyinaran langsung pada mata karena dapat menyebabkan katarak

- Efek Terapeutik : (Rafandi, 2001)

 Relief of pain ( mengurangi / menghilangkan rasa sakit)

Penyinaran sinar infra merah merupakan salah satu cara yang

efektif untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Ada

beberapa pendapat mengenai mekanisme pengurangan rasa nyeri ini,

yaitu :

a) Apabila diberikan mild heating, maka pengurangan rasa nyeri

disebabkan oleh adanya efek sedative pada superficial nerve

ending (ujung-ujung syaraf sensoris superfisial)

b) Apabila diberikan stronger heating, maka akan terjadi counter

irritation yang akan menimbulkan pengurangan rasa nyeri.

c) Rasa nyeri ditimbulkan oleh karena adanya akumulasi sisa-sisa

hasil metabolisme yang disebut zat “P” yang menumpuk di

jaringan. Dengan adanya sinar infra merah yang memperlancar

sirkulasi darah, maka zat “P” juga akan ikut terbuang, sehingga

rasa nyeri berkurang / menghilang.

d) Rasa nyeri bisa juga ditimbulkan oleh karena adanya rasa

pembengkakan, sehingga pemberian sinar infar merah yang

KINEMATIKA IV | 14
dapat mengurangi pembengkakan, juga akan mengurangi rasa

nyeri yang ada.

 Muscle relaxation (relaksasi otot)

Seperti diketahui bahwa relaksasi akan mudah dicapai bila

jaringan otot tersebut dalam keadaan hangat dan rasa nyeri, dapat juga

menaikkan suhu / temperature jaringan, sehingga dengan demikian

bisa menghilangkan spasme otot dan membuat relaksasi.

 Increased blood supply (meningkatkan suplai darah)

Adanya kenaikan temperature akan menimbulkan vasodilatasi,

yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan darah ke jaringan

setempat, hal ini terutama terjadi pada jaringan superficial dan efek ini

sangat bermanfaat untuk menyembuhkan luka dan mengatasi infeksi

dijaringan superficial. Dengan demikian maka sinar infra merah ini

sangat membantu meningkatkan suplai darah ke jaringan-jaringan

yang diobati.

 Menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme ( Elimination of Waste

Products)

KINEMATIKA IV | 15
Gambar 2. Infra Red (IR)

2.3.2 Postural Drainage ( PD )

Postural Drainage adalah suatu intervensi fisioterapi untuk memobilisasi

sekresi dalam segmen paru ke saluran pernafasan dengan cara menempatkan

pasien dalam berbagai posisi sehingga gravitasi membantu dalam proses

drainase atau pengeluaran sekret.

Indikasi dan tujuan dari postural drainage menurut Kisner dan Colby (2007)

yakni sebagai berikut :

1) Mencegah akumulasi sekresi pasien dengan risiko komplikasi paru.

2) Pasien dengan penyakit paru yang berhubungan dengan peningkatan

produksi atau viskositas lendir, seperti bronkitis kronis dan cystic

fibrosis.

3) Pasien dengan tirah baring lama.

4) Pasien yang telah menerima anestesi umum dan yang mungkin

memiliki sayatan menyakitkan yang membatasi pernafasan dan batuk

pasca operasi.

5) Setiap pasien yang menggunakan alat bantu pernafasan jika ia cukup

stabil untuk mentoleransi pengobatan.

6) Menghilangkan akumulasi lendir dari paru-paru.

7) Pasien dengan penyakit paru-paru akut atau kronis.

8) Pasien yang umumnya sangat lemah atau berusia lanjut.

KINEMATIKA IV | 16
Sedangkan kontraindikasi dari postural drainage menurut Kisner dan

Colby (2007) yakni sebagai berikut :

1) Hemoptisis berat

2) Kondisi akut yang tidak diobati seperti: edema paru berat, gagal

jantung kongestif, efusi pleura berat, dan pneumothorax.

3) Cardiovascular Instability, seperti cardiac arrythmia, hipertensi berat

atau hipotensi, infark myokard, dan unstable angina.

4) Cranial Surgery ( jika tidak menyebabkan menyebabkan tekanan I

ntracranial dan postural drainage dapat dimodifikasi).

Prosedur : Fisioterapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang

terjadi selama PD, posisi dari pasien dapat dilihat pada gambar 3 dan 4, PD

dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih dari

40 menit, tiap satu posisi 3 – 10 menit dan dilakukan sebelum makan pagi dan

malam atau 1 – 2 jam sesudah makan.

Postural Drainage memiliki beberapa macam posisi sesuai dengan letak lendir

(sputum) atau sesuai anatomi dari paru-paru dan tracheobrochial. Dengan tiap

posisi berbeda tujuan untuk tiap segmen di lobus, berikut ilustrasi gambar

posisi postural drainage :

KINEMATIKA IV | 17
Gambar 3. Posisi Postural Drainage untuk paru kanan dan kiri lobus bagian atas.

(Kisner dan Colby, 2007).

KINEMATIKA IV | 18
Gambar 4. Posisi Postural Drainage untuk kanan dan kiri lobus bagian

bawah. (Kisner dan Colby 2007)

2.3.3 Pursed Lip Breathing Exercise ( PLB )

Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup

udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih

dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di perpanjang.

Terapi rehabilitasi paru-paru dengan pursed lips breathing ini adalah cara

KINEMATIKA IV | 19
yang sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga

tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2013).

Tujuan dari pursed lips breathing ini adalah untuk membantu klien

memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan dalam,

membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, mencegah kolaps dan

melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan

tekanan jalan napas selama ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara yang

terjebak (Smeltzer & Bare, 2013).

Langkah-langkah atau cara melakukan pursed lips breathing ini adalah dengan

cara menghirup napas melalui hidung sambil menghitung sampai 3 seperti

saat menghirup wangi bunga mawar. Hembuskan dengan lambat dan rata

melalui bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot-otot abdomen.

(Merapatkan bibir meningkatkan tekanan intratrakeal; menghembuskan

melalui mulut memberikan tahanan lebih sedikit pada udara yang

dihembuskan). Hitung hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui

bibir yang dirapatkan seperti saat sedang meniup lilin. Sambil duduk dikursi:

Lipat tangan diatas abdomen, hirup napas melalui hidung sambil menghitung

hingga 3, membungkuk ke depan dan hembuskan dengan lambat melalui bibir

yang dirapatkan sambil menghitung hingga 7 (Smeltzer & Bare, 2013).

Tahap mengerutkan bibir ini dapat memperpanjang ekshalasi, hal ini akan

mengurangi udara ruang rugi yang terjebak dijalan napas, serta meningkatan

pengeluaran CO2 dan menurunkan kadar CO2 dalam darah arteri serta dapat

KINEMATIKA IV | 20
meningkatkan O2, sehingga akan terjadi perbaikan homeostasis yaitu kadar

CO2 dalam darah arteri normal, dan pH darah juga akan menjadi normal

(Muttaqin, 2013).

Gambar 5. Pursed Lip Breathing Exercise ( PLB )

2.3.4 Tehnik Clapping

Clapping adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan tangan, dalam

posisi telungkup serta dengan gerakan fleksi dan ekstensi wrist secara ritmis.

Teknik ini sering digunakan dengan dua tangan. Sering disebut clapping

KINEMATIKA IV | 21
dengan menggunakan kedua tangan membentuk mangkok dengan gerakan

fleksi dan ekstensi dari sendi pergelangan tangan secara ritmis pada

permukaan dinding dada passien yang meliputi seluruh segmen paru (Webber,

2007)

Pada anak-anak clapping dapat dilakukan dengan dua atau tiga jari. Teknik

dengan satu tangan dapat digunakan sebagai pilihan pada clapping yang

dilakukan sendiri. clapping yang dilakukan tidak boleh menimbulkan

perasaan tidak nyaman dan tidak boleh dilakukan secara keras untuk

mencegah stimulasi sensoris pada kulit. Clapping seperti halnya dengan

perkusi menunjukkan hasil perubahan peningkatan tekanan intratoracic

(Flower et al) tetapi tidak menunjukan korelasi dengan peningkatan

pembersihan sekresi bronchiale. Tujuan dilakukannya Clapping adalah untuk

mengeluarkan sekresi bronkus yang kental dan melekat dari bronkeolus ke

bronkus lalu ke trackea, hanya di lakukan di posterior selama 3 sampai 5

menit hati-hati pada orang tua karena adanya kontraindikasi berupa post

operasi dan trauma dada, juga osteoporosis berat dan haemoptysis.

Prosedur :

1 Dilakukan dengan kedua telapak tangan membentuk seperti mangkok

dan dengan ringgan ditepukkan pada dinding dada dalam gerakan yang

berirama di atas segmen paru yang terdapat sputum yang akan di

alirkan.

KINEMATIKA IV | 22
2 Kemudian kedua pergelangan tangan secara bergantian melakukan

gerakan fleksi dan ekstensi sehingga dada/bagian segmen paru yang

akan ditangani di tepuk dengan cara yang tidak menimbulkan nyeri.

Gambar 6. Pada saat Clapping telapak tangan membentuk seperti mangkuk (sumber : The

Emily Center, Phoenix Children Hospital 2009)

2.3.5 Sustained Maximum Inspiration Breathing Exercise ( SMI )

Latihan ini menekankan pada inspirasi maksimal ditambah dengan penahanan

pada akhir inspirasi maksimal selama 2 sampai 3 hitungan (Kohn,2004)

SMI bertujuan untuk merangsang terbukanya sistem collateral pada saluran

nafas sehingga udara masuk ke alveolus dan mendorong mukus di saluran

nafas kecil melalui mekanisme batuk.

KINEMATIKA IV | 23
BAB III

METODELOGI

3.1 Pendekatan Pengelolaan Kasus

Pada kegiatan KINEMATIKA IV ini kami membagi tugas secara merata

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing – masing angkatan. Metode yang

kami gunakan adalah metode kuisioner.

Pelaksana Kegiatan Sasaran

Mengisi Kuisioner 30 Item Pertanyaan dan Masyarakat


Angkatan 4
Nordic Body Map Questionaire Desa Angseri

Masyarakat
Angkatan 3 Mengisi Form Assessment hingga Diagnosa
Desa Angseri

Masyarakat
Angkatan 2 Melakukan Intervensi dan Re – Evaluasi
Desa Angseri

Tabel 1. Tabel Pelaksanaan Kegiatan

 Kuisioner Kelelahan Umum dengan 30 Item Pertanyaan

Merupakan teknik pengumpulan data yang berisikan 30 pertanyaan

mengenai kelelahan yang dirasakan oleh individu.

- Pertanyaan 1-10 menggambarkan kondisi umum dari individu.

KINEMATIKA IV | 24
- Pertanyaan 11-20 menggambarkan motivasi dari individu.

- Pertanyaaan 21-30 menggambarkan kondisi fisik individu.

 Nordic Body Map

Merupakan teknik kuisioner berupa tabel dan gambar yang berisikan

pertanyaan seputar sakit yang dirasakan dan letak sakit yang dialami

individu.

 Assesmen

Pemeriksaan dan evaluasi pada perorangan atau kelompok nyata atau yang

berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan

atau kondisi kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit

(history taking), screening, tes khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil

pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam sebuah penyakit yang

pernah dialami.(KEPMENKES 1363)

 Intervensi

Pencegahan ketidaknormalan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan, dan

cidera. Diimplementasikan dan dimodifikasi untuk mencapai tujuan yang

disepakati. (KEPMENKES 1363)

3.2 Instrumen

Alat - alat dan sarana pendukung :

1. Kuisioner dengan 30 item pertanyaan, Nordic Body Map, Form

Pemeriksaan Fisioterapi

KINEMATIKA IV | 25
2. Alat dokumentasi berupa kamera dan alat tulis, untuk membuktikan

secara langsung kegiatan yang sedang kita lakukan.

3. Fisiokit ( Sphygmomanometer, stetoskop, goniometer, mid line )

4. Bed, Kain Pantai, Infra Red (IR), Baby oil.

KINEMATIKA IV | 26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kuisioner Kelelahan Umum dengan 30 Item Pertanyaan & Nordic Body Map

Questionare

Pada tanggal 3 sampai dengan 4 Juli 2015, kami mengadakan kunjungan ke

Desa Angseri, Banjar Tegeh, dalam Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat

(P2M). Dan sebelum meberikan pelayanan, kami mengumpulkan data keluhan

warga, berupa kuesioner dengan 30 item pertanyaan kelelahan umum dan

Nordic body map.

Berikut adalah hasil kuesioner kelelahan umum yang diberikan :

Nama : Dadong Sudarya

Umur : 83 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Kawin

Pekerjaan : Petani

Tabel 2. Kuesioner Kelelahan Umum Dengan 30 Item Pertanyaan

No Pertanyaan Ya/Tidak

1 Apakah saudara merasa berat di bagian kepala ? Ya

KINEMATIKA IV | 27
2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan ? Ya

3 Apakah kaki saudara merasa berat ? Ya

4 Apakah saudara menguap ? Tidak

5 Apakah pikiran saudara merasa kacau ? Ya

6 Apakah saudara merasa mengantuk ? Tidak

7 Apakah saudara merasa ada beban pada mata ? Ya

8 Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam Ya

bergerak ?

9 Apakah saudara merasa sempoyongan dalam berdiri ? Ya

10 Apakah ada perasaan ingin berbaring ? Tidak

11 Apakah saudara merasa susah berfikir ? Ya

12 Apakah saudara merasa lelah untuk berbicara ? Tidak

13 Apakah perasaan saudara menjadi gugup ? Ya

14 Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi ? Ya

15 Apakah saudara tidak dapat memusatkan perhatian Ya

terhadap sesuatu ?

16 Apakah saudara mempunyai kecendrungan untuk lupa ? Ya

17 Apakah saudara merasa kurang percaya diri ? Ya

18 Apakah saudara merasa cemah terhadap sesuatu ? Tidak

19 Apakah saudara merasa tidak dapat mengontrol sikap ? Tidak

20 Apakah saudara merasa tidak tekun dalam pekerjaan ? Tidak

KINEMATIKA IV | 28
21 Apakah saudara sakit kepala ? Ya

22 Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu ? Ya

23 Apakah saudara merasa nyeri di bangian punggung ? Ya

24 Apakah nafas saudara merasa tertekan/sesak ? Ya

25 Apakah saudara merasa haus ? Tidak

26 Apakah saudara merasa serak ? Ya

27 Apakah saudara merasa pening ? Ya

28 Apakah kelopak mata saudara merasa kejang ? Ya

29 Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor) ? Tidak

30 Apakah saudara merasa kurang sehat ? Ya

 Pembahasan Kuisioner Kelelahan Umum Dengan 30 Item Pertanyaan

Dari hasil Kuesioner dengan 30 Item Pertanyaan dapat disimpulkan :

 Bedasarkan pertanyaan nomor 1-10 menggambarkan kondisi umum

yang kurang baik karena 70% dari 10 item tersebut Dadong Sudarya

merasakan kelelahan dan kekakuan pada tubuhnya, merasa berat di

bagian kepala, merasa lelah pada seluruh badan, kaki terasa berat,

pikiran terasa kacau, ia merasakan ada beban pada matanya hal ini

mungkin disebabkan karena Dadong Sudarya pernah melakukan

operasi katarak , dan ia juga merasa sempoyongan ketika berdiri,

KINEMATIKA IV | 29
namun dalam keadaan lelah Dadong Sudarya tidak merasa ngantuk

setelah bekerja atau pada saat beraktivitas.

 Berdasarkan pertanyaan nomor 11-20 menggambarkan kondisi

motivasi Dadong Sudarya yang sekitar 60% keadaan pasien sulit untuk

berkonsentrasi dan memusatkan pikiran. Dan 40% kondisi pasien

mampu untuk tetap mengontrol sikap dan mampu menahan perasaan

cemas.

 Bedasarkan pertanyaan 21-30 menggambarkan kondisi fisik dan

gangguan yang dialami Dadong Sudarya. Berdasarkan data kuesioner

tersebut diketahui bahwa ia mengalami gangguan pada daerah bahu

dan punggung, selain itu juga gangguan sesak nafas.

Nordic Body Map Qustionare

Tabel 3. Nordic Body Map Questionare

No Lokasi Tingkat Keterangan :

kesakitan Tidak terasa sakit (A)

0 Sakit kaku pada leher atas A Sedikit sakit (B)

1 Sakit kaku pada leher bawah A Sakit (C)

2 Sakit pada bahu kiri A Sangat sakit (D)


3 Sakit pada bahu kanan B

KINEMATIKA IV | 30
4 Sakit pada lengan atas kiri A

5 Sakit pada punggung C

6 Sakit pada lengan atas kanan A

7 Sakit pada pinggul A

8 Sakit pada pantat (buttock) A

9 Sakit pada pantat (Buttom) A

10 Sakit pada siku kiri A

11 Sakit pada siku kanan A

12 Sakit pada lengan bawah kiri A

13 Sakit pada lengan bawah kanan A

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri A

15 Sakit pada pergelangan tangan A

kanan

16 Sakit pada tangan kiri A

17 Sakit pada tangan kanan A

18 Sakit pada paha kiri A

19 Sakit pada paha kanan A

20 Sakit pada lutut kiri B

21 Sakit pada lutut kanan B

22 Sakit pada betis kiri B

23 Sakit pada betis kanan B

KINEMATIKA IV | 31
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri A

25 Sakit pada pergelanagn kaki kanan A

26 Sakit pada kaki kiri B

27 Sakit pada kaki kanan B

Keterangan Gambar :
Putih : Tidak terasa sakit

Hijau : Sedikit sakit

Kuning : Sakit

Merah : Sangat sakit

Gambar 7. Penampang Nordic Body Map Dadong Sudarya

 Pembahasan Nordic Body Map

KINEMATIKA IV | 32
Dilihat dari gambar dapat kita ketahui bahwa Dadong Sudarya memiliki rasa

sedikit sakit pada bahu kanan, sakit pada punggung, kaki kiri dan kaki kanan.

4.2 Form Pemeriksaan Fisioterapi

FORM PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

ASSESSMENT

DIAGNOSA UMUM

Identitas Pasien

Nama : Dadong Sudarya

Umur : 83 tahun

Status : Kawin

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Br. Tegeh, desa Angseri

Pekerjaan : Petani

Hobi : -

Agama : Hindu

No Hp / Telp : -

ANAMNESA KHUSUS FORM PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Keluhan Utama
ASSESMENT
DIAGNOSA UMUM
Pasien mengeluh sesak nafas terutama pada malam hari, batuk berdahak. kaku
Identitas
pada Pasien
tungkai sampai kaki.
Nama : Nyoman Ngentiasa
KINEMATIKA IV | 33
Umur : 52 tahun
Status : Kawin
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas terkadang disertai
dengan nyeri di dada bagian kiri. Sesak nafas dirasakan lebih sering muncul
pada malam hari atau pada saat suhu udara yang dingin. Awalnya pasien
sering mengalami sakit batuk yang hilang timbul sejak dua tahun terakhir.
Sesak nafas tidak membaik dengan perubahan posisi, namun pasien merasa
lebih ringan bernafas pada posisi miring ke kanan. Batuk yang diderita pasien
disertai dengan adanya secret pada saluran nafas.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pada saat anamnesa dilakukan, pasien mengatakan belum pernah melakukan


pemeriksaan fisik sebelumnya, sehingga tidak diketahui adanya riwayat
penyakit dahulu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Kakak pasien juga menderita sesak nafas dan alergi.

KINEMATIKA IV | 34
Riwayat Penyakit Sosia

Tidak ada

PEMERIKSAAN UMUM

Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan Darah : 140 / 90 mmHg

Denyut Nadi : 112x permenit

Pernafasan : 28x permenit

Temperatur : 36oC

Tinggi Badan : tidak dilakukan

Berat Badan : tidak dilakukan

Inspeksi

Statis : Kelopak mata pasien terlihat sedikit pucat, nafas pasien


terlihat cepat dan kesulitan saat mengambil nafas dengan mulut sedikit
mengerut. Pola pernafasan pasien adalah pernafasan dada. garis bahu
asymetris dengan bahu kanan terlihat sedikit lebih tinggi.

Dinamis : Pasien datang berjalan ditopang oleh menantunya, dengan


langkah yg sedikit pelan, terkadang pasien terlihat menarik nafas panjang.
Gerakan dada kiri terlihat sedikit tertinggal

Palpasi

Adanya
Dinamisnyeri tekan pada
: pasien daerah
datang dada, tidak terdapat perbedaan suhu. tonus
sendiri
otot pada bagian dada dan leher teraba sedikit meningkat. Pada bagian dada
sebelah kiri teraba ruang iga yang menyempit dan cekung dibandingkan dada
sebelah kanan. Pada pemeriksaan ekspansi thoraks gerakan thoraks tidak
simetris, gerakan dada sebelah kiri terlihat lebih lambat.
KINEMATIKA IV | 35
Perkusi

Pada saat perkusi dilakukan suara di bagian dada sebelah kiri terdengar redup

Auskultasi

Ronchi : (+)

Wheezing : (+)

Kemampuan Fungsional

Kemampuan fungsioal pasien terganggu terutama pada saat harus berjalan


jarak jauh atau melakukan aktivitas fisik yang cukup berat.

Mahasiswa Assessment 1

Warga ____________________

____________________ Mahasiswa Assessment 2

_____________________

Pemeriksaan Spesifik

PFGD : ROM, normal.

Pemeriksaan mobilisasi sangkar thoraks.

Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil ekspansi kurang dari 3,5
cm, yakni antara 2-2,5cm

KINEMATIKA IV | 36
Diagnosis Fisioterapis
Impairment : Sesak nafas, Nyeri dada kiri, dan batuk disertai
adanya sekret

Functional Limitation : Pasien kesulitan bernafas jika harus berjalan


jauh, atau melakukan aktifitas fungsional yang
cukup berat. Pasien sulit tidur dengan posisi
terlentang.

Disability /

Participation of Restriction : Tidak dapat melakukan aktifitas sebagai petani

Intervensi
Infra Red

Postural Drainage

Clapping

Pursed lip breathing (PLB) dan Sustained Maximal Inspiration (SMI)

Edukasi

Re - Evaluasi

Respon pasien merasa lebih nyaman setelah dilakukan terapi

Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg

Denyut nadi teraba mengalami penurunan menjadi 88x/menit

Frekuensi pernafasan menurun menjadi 24x/menit

Sekret dapat dikeluarkan setelah dilakukan clapping dan PLB

KINEMATIKA IV | 37
Warga Mahasiswa Terapis

___________________ _____________________

 Pembahasan Form Pemeriksaan Assessment

a. Biodata pasien

Diperlukan untuk memberikan informasi yang dapat menunjukkan tahap

perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan

pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap

kejadian penyakit. Usia pasien dalam hal ini memberikan informasi yang

sangat penting mengenai etiologi penyakit, karena usia Dadong Sudarya

termasuk golongan lansia Old

b. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh

pasien. dari keluhan utama terapis dapat menentukan prioritas intervensi yang

akan dilakukan. Pasien datang dengan keluhan utama gangguan pada

kebutuhan oksigen dan karbondioksida atau sesak nafas (dyspnea),

peningkatan produksi sputum, batuk, dan chest pain.

c. Perkusi

Perkusi yang dilakukan di daerah dada pasien terdengan sedikit redup.

KINEMATIKA IV | 38
d. Auskultasi

Merupakan suatu proses untuk mendengarkan dan menginterpresentasikan

suara yang timbul dari thorak. Ini bertujuan untuk mengetahui gangguan

ventilasi atau gangguan pembersihan jalan nafas (adanya mukus). Alat yang

digunakan adalah Stetoscope. dari pemeriksaan auskultasi yang dilakukan

terdengar suara ronchi halus, terutama disegmen paru sebelah kiri.

e. Kemampuan Fungsional

Pasien merasa sakit saat mengangkat dan menurunkan tangan kiri, selain itu

pasien merasa nyeri saat melakukan endorotasi.

f. Pemeriksaan Spesifik

Untuk mengetahui pengembangan paru dalam kasus inspirasi dan ekspirasi.

Alat yg digunakan adalah mid line.

Tabel 4. Pengukuran sangkar toraks

Daerah yang diukur Inspirasi Ekspirasi Ekspansi

Axilla 91 cm 89 cm 2 cm

Intercostalis V 94 cm 92,5 cm 1,5 cm

Procesus Xiphoideus 85 cm 82,5 cm 2,5 cm

KINEMATIKA IV | 39
g. Intervensi

 Infra Red (IR)

Infra red digunakan untuk memberikan efek thermal berupa sinar yang
menghasilkan panas, sehingga diharapkan dapat memberi rasa hangat pada
daerah dada pasien dan efek panas juga diharapkan mampu merileksasi otot
bagian dada yang mengalami sedikit peningkatan tonus akibat sesak nafas.

Prosedur penggunaan IR :

1 Objek dipersilahkan duduk dengan nyaman, kemudian diminta untuk

melepaskan pakaian.

2 Mengarahkan infra red pada daerah yang akan diterapi yaitu pada

daerah dada dan punggung.

3 Mengatur jarak 45 cm antara lampu dan permukaan kulit.

4 Menyalakan alat, mengusahakan posisi infra red tegak lurus dengan

daerah yang diterapi.

5 Waktu terapi yaitu 10 menit, dosis yang digunakan adalah

submitis/normalis dimana pasien merasakan hangat.

 Postural drainage (PD)

Dilakukan untuk mengeluarkan sekret dari paru-paru, dengan mempergunakan

gaya berat dari sekret itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk mencegah

terkumpulnya sekret dalam saluran napas, dan mempercepat pengeluaran sekret,

sehingga tidak memperluas area paru yang mengalami atelektasis. Selain itu,

KINEMATIKA IV | 40
pasien juga dianjurkan untuk berbaring pada sisi normal sehingga paru-

paru yang kolaps mendapat kesempatan untuk kembali berkembang.

Alat dan Bahan

a. Stetoskop

d. Segelas air hangat

e. Sputum pot

f. Tissue

g. Tempat duduk atau kursi

Prosedur :

1 Pilih postural drainage yang tepat yaitu dengan melakukan

auskultasi bagian paru untuk melihat letak sputum Karena

atelektasis terutama terjadi pada lobus inferior, maka pasien di

instruksikan untuk mengambil posisi duduk, atau posisi tidur

miring ke kanan, dengan bagian bawah dada ditopang oleh bantal,

sehingga pasien berada pada posisi rileks.

2 Lakukan teknik perkusi dan clapping dengan cara memposisikan

telapak tangan seperti mangkuk selama kurang lebih selama 1-2

menit

3 Minta pasien menarik nafas dan lakukan vibrasi saat mengeluarkan

nafas, ulangi sampai pernapasan 3 kali.

KINEMATIKA IV | 41
4 Minta pasien untuk tarik nafas dalam dan batuk untuk

mengeluarkan secret. Jika dalam posisi berbaring tidak bisa batuk

ganti dalam posisi duduk.

5 Auskultasi kembali untuk memastikan pembersihan secret

6 Reposisi, perkusi dan vibrasi area dada pada posisi drainage sesuai

ketentuan hasil auskultasi tersebut dimana letak secret.

7 Tindakan dapat diulangi setelah pasien istirahat.

 Clapping

Prosedur :

1 Pasien pada posisi tidur miring ke kanan, kearah terapis.

2 Clapping dilakukan dengan kedua telapak tangan membentuk seperti

mangkok dan dengan ringan ditepukkan pada punggung pasien dalam

gerakan yang berirama di atas segmen paru yang terdapat sputum yang

akan di alirkan.

3 Kemudian kedua pergelangan tangan secara bergantian melakukan

gerakan fleksi dan ekstensi sehingga dada/bagian segmen paru yang

akan ditangani di tepuk dengan cara yang tidak menimbulkan nyeri.

KINEMATIKA IV | 42
 Pursed Lip Breathing ( PLB )

Tehnik pernafasan PLB atau pernafasan bibir merupakan tehnik pernafasan

yang bertujuan untuk membantu meningkatkan ventilasi secara optimal dan

pembukaan jalan udara. Respon yang diharapkan klien mampu bernafas

dengan dalam dan dapat mengembangkan paru-parunya dengan sempurna,

klien mampu untuk batuk produktif.

Prosedur :

1 Bantu pasien duduk di tempat tidur

2 Instruksikan pasien untuk menarik nafas melalui hidung dengan

lambat.

3 Kemudian pasien diminta untuk menghembuskan nafas secara

perlahan melalui mulut dengan bibir mencucu membentuk huruf O

seperti sedang meniup balon.

4 Ulangi langkah diatas sebanyak 6x

 Sustained Maximal Inspiration ( SMI )

Latihan ini menekankan pada inspirasi maksimal ditambah dengan penahanan

pada akhir inspirasi maksimal selama 2 sampai 3 hitungan (Kohn,2004)

Prosedur : Sama seperti langkah-langkap PLB diatas, namun pada saat

maksimal inspirasi pasien diminta untuk menahan nafas selama 3x hitungan

dan kemudian menghembuskan nafas. Latihan diulang sebanyak 3 sampai

dengan 6 x.

KINEMATIKA IV | 43
h. Re – Evaluasi

Pada proses re – evaluasi ini kami melakukan pengukuran tekanan darah,

denyut nadi dan frekuensi pernafasan, yang setelah dilakukan pengukuran ulang

terjadi penurunan, dan pasien merasa lebih baik

Selanjutnya kami juga memberikan edukasi kepada pasien agar dapat

dilakukan di rumah dengan tujuan untuk membantu pasien mengurangi dan

mencegah terjadinya sesak nafas. Edukasi yang kami berikan adalah :

1 Keluarga diminta untuk ikut mengingatkan pasien untuk mengulang

latihan PLB dan SMI dirumah, namu latihan tidak dilakukan lebih dari

6 x tiap kali latihan.

2 Keluarga diminta melakukan penjemuran di pagi hari antara jam 07.00

– 09.00 WIB bila cuaca memungkinkan selama 10 – 15 menit.

3 Pasien dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang hangat disaat

cuaca dingin dan pada malam hari.

4 Apabila dahak sulit keluar, pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi air

hangat.

KINEMATIKA IV | 44
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, hasil kegiatan dan pembahasan seperti

yang telah diuraikan di depan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Dari hasil yang diperoleh dari Assesment, Anamnesis, Diagnosa,,

mendapatkan hasil yaitu :

1. Kegiatan P2M di Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten

Tabanan berjalan dengan lancar, dan warga masyarakat cukup antusias

dalam mengikuti kegiatan pelayanan masyarakat yang diberikan oleh

mahasiswa fisioterapi Universitas Dhyana Pura.

2. Dari Kegiatan P2M di Desa Angseri, mahasiswa mengetahui

gangguan fungsi gerak apa saja yang mungkin terjadi pada masyarakat

yang sebagian besar bekerja sebagai petani, mahasiswa mampu

mengidentifikasi gangguan yang terjadi, nyeri otot dan sendi,

kekakuan sendi, keterbatasan lingkup gerak sendi, gangguan pada

pernafasan dan lain lain.

3. Pada Laporan minat ini kami mengidentifikasi gangguan pada salah

satu warga yang bernama Dadong Sudarya, beliau didiagnosa diduga

KINEMATIKA IV | 45
mengalami gangguan sesak nafas akibat penurunan fungsi pernafasan

karena usia atau degenerative, sehingga dalam aktifitasnya sehari –

hari terganggu. Dan dari pelayanan fisioterapi yang telah diberikan,

ternyata mampu membantu mengurangi gangguan sesak nafas yang

dialami oleh Dadong Sudarya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kegiatan P2M, pembahasan dan simpulan di atas kami

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada mahasiswa P2M, diharapkan kegiatan Bakti Sosial yang

diselenggarakan oleh panitia P2M supaya di ikuti dengan baik dan

dapat bermanfaat bagi mahasiswa, Universitas Dhyana Pura jurusan

Program Studi Fisioterapi dan masyarakat di desa Senganan

Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan.

2. Kepada panitia P2M diharapkan lebih ketat dalam pengawasan

dilakukannya dalam kegiatan ini supaya dapat bermanfaat dan

terlaksana secara maksimal.

KINEMATIKA IV | 46
DAFTAR PUSTAKA

ANSHAR, SUDARYANTO, 2011, BIOMEKANIK ( OSTEOKINEMATIKA DAN

ARTHROKINEMATIKA ), KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR, INDONESIA

Hariyanto, Guruh. 2011. Infrared Diathermy [online] available at

https://www.scribd.com/doc/61051317/Infrared-Diathermy. (10 Juli 2015)

KUNTONO PURBO,DKK, 1993, SUMBER FISIS, PUSAT PENDIDIKAN

TENAGA KESEHATAN

Monica Sitti. 2014. Capsulitis Adhesiva [online] available at

https://www.scribd.com/doc/208498875/capsulitis-adhesiva (10 Juli 2015)

Ruth Octavt. 2013. Terapi Manual [online] available at

https://www.scribd.com/doc/127770318/TERAPI-MANUAL-

doc#download (10 Juli 2015)

Sugijanto. 2012. Standard Operation Prosedur (SOP) Musculoskeletal. Jakarta.

Universitas Esa Unggul

Sujatno, Kuntono H, Wahyono Y, dkk. 2002. Sumber Fisis; Jurusan Fisioterapi

Politeknik Kesehatan, Surakarta

KINEMATIKA IV | 47

Anda mungkin juga menyukai