Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atrium septal defect (ASD) merupakan kebocoran pada septum atrium atau

dinding yang membatasi antara atrium kanan dan kiri. Defek ini akan

menyebabkan pirau dari kiri ke kanan karena tekanan di atrium kiri lebih

besar daripada atrium kanan. Hal ini menyebabkan kelebihan volume pada

ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan dan atrium terdilatasi dan hipertrofi

serta arteri pulmonal juga ikut terdilatasi. Atrial Septal Defect (ASD) adalah

penyakit jantung kongenital asianotik yang paling sering ditemukan pada pasien

dewasa dengan insidensi 10% dari defek jantung kongenital asianotik pada dewasa

(terjadi pada 0,8% bayi lahir) (Kurniawaty, 2016).

Pada kasus ASD (Arium Septal Defect) darah yang mengandung oksigen

dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan dan dapat mengalir menuju arteri

pulmonalis. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat

ukuran dan compliance dari atrium tersebut. Pada suatu saat sindroma

Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah

berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga

sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen

akibatnya terjadi hipoksia dan sianosis.


Pasien pasca ASD (Atrium Septal Defect) biasanya akan mengalami problem

pada kapasitas fisik seperti penurunan endurance, penurunan mobilitas sangkar

thoraks, spasme otot upper trapezius, postur tubuh yang tampak kifosis dan

pada kemampuan fungsional belum mampu berjalan jauh sehingga pasiean

akan mengalami ketergantungan ringan.

Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus ASD (Atrial Septal Defect) ini sangat

penting dikarenakan untuk mengembalikan kemampuan fungsional dan daya tahan

kardiovaskuler. Peran fisioterapi pada pasien ASD (Atrium Septal Defect)

pasca operasi untuk mengurangi problem yaitu breathing exercise untuk

mengoptimalkan oksigenasi, latihan mobilisasi thoraks untuk mengembangkan

thoraks, latihan endurance untuk kekuatan daya tahan otot - otot respirasi,

meningkatkan daya tahan tubuh, oleh karena itu intervensi fisioterapi harus sesuai

dengan kasus yang ada agar manfaat yang diharapkan fisioterapi pada jangka

pendek dan jangka panjang dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Atrium Septal Defect (ASD)?

2. Bagaimana patofisiologi Atrium Septal Defect (ASD)?

3. Apa saja Problematik fisioterapi pasca operasi Atrium Septal Defect

(ASD)?

4. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada pasien post operasi Atrium

Septal Defect (ASD)?


C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah, didapatkan tujuan yakni sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui definisi penyakit Atrium Septal Defect (ASD)

2. Dapat mengetahui patofisiologi Atrium Septal Defect (ASD)

3. Dapat mengetahui problematic fisioterapi pasca operasi Atrium Septal

Defect (ASD)

4. Dapat mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada pasien post operasi

Atrium Septal Defect ( ASD )

D. Manfaat Makalah

Adapun manfaat dari makalah ini adalah :

1. Bagi perkembangan keilmuan fisioterapi yaitu untuk mengetahui proses

penatalaksanaan fisioterapi pada Atrium Septal Defect (ASD) dan

memahami serta memperluas pengetahuan tentang Atrium Septal Defect

(ASD)

2. Bagi pembaca atau masyarakat agar pembaca atau masyarakat paham akan

pentingnya fisioterapi pada kasus Atrium Septal Defect (ASD)


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Atrial Septal Defect (ASD)

1. Pengertian Atrial Septal Defect (ASD)

ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada

septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi

septum interatrial semasa janin.

Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu

lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium

kiri dan atrium kanan).Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak

kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan.Kelainan ini

menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD.

ASD menunjukkan terdapatnya (lubang) abnormal antara atrium

kanan dan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup. Defek sekat atrium

adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui

sekatnya karena kegagalan pembekuan sekat. Defek ini dapat berupa defek

sinus venosus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka

pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekunder

yaitu kegagalan pembentukan septum sekunder dan efek septum primum

adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat

antara bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini

harus ditutupi dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran


darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya

syndrome Eisemenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka

pembedahan di kontraidikasikan.Tindakan bedah berupa penutupan dengan

menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambah defek

dengan sepotong dakron.

Gambar 2.1 Anatomi Jantung

2. Klasifikasi ASD

Menurut Kurniawaty, 2016, berdasarkan lokasi lubang, klasifikasi ASD

diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu :

a. Ostium Primum (ASD 1), terletak dibagian bawah sekat primum,

mungkin disertai kelainan katup mitral, dibagian bawah hanya di batasi

oleh sekat ventrikel, dan terjadi karena gagal pertumbuhan sekat

primum. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I, Defek sinus

Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II.

b. Ostium Secundum (ASD 2), terletak di tengah sekat atrium. Defek ini

juga terletak pada foramen ovale.


c. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan

Atrium Kanan.ini terletak di bagian superior dan posterior sekat,

diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan. Juga dekat dengan

salah satu muara vena pulmonalis.

3. Etilogi ASD

Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa

faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian

ASD.

Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:

a. Faktor Prenatal.

1) Ibu menderita infeksi Rubella

2) Ibu alkoholisme

3) Umur ibu lebih dari 40 tahun

4) Ibu menderita IDDM

5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu

b. Faktor genetic

1) Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB

2) Ayah atau ibu menderita PJB

3) Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down

4) Lahir dengan kelainan bawaan lain

4. Patofisiologi ASD

Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah

yang mengandung oksigendari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan


tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melaluidefek tersebut merupakan suatu

proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut.Normalnya setelah

bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada

ventrikelkiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan

berkurang. Hal ini juga berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan

ventrikel kanan meningkat.

Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang

terus meningkat shunt dari kiri kekanan biasa berkurang. Pada suatu saat

sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus

bertambah berat.Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri

sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah

oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

Apabila lubang ASD besar, aliran pirau dari kiri ke kanan yang

terjadi secara terus menerus danberlangsung lama dapat menyebabkan

beban volume pada jantung kanan, mengakibatkanterjadinya dilatasi atrium

dan ventrikel kanan. Anulus katup trikuspid dan arteri pulmonerbeserta

annulus katupnya akan melebar, mengakibatkan regurgitasi trikuspid dan

pulmunonal,kadang disertai penebalan ringan daun katup.Dilatasi yang

terjadi pada ventrikel kanan akan mendorong septum ventrikel kearah

ventrikel kiridan menyebabkan fungsinya terganggu. Deformitas ventrikel

kiri juga dapat mengakibatkanprolaps katup mitral yang terkadang disertai

regurgitasi.Kelebihan volume yang berlangsung lama ke sirkulasi pulmoner

akan berakibat dilatasi jaringanvaskular pulmoner. Secara mikroskopis akan


terlihat penebalan pada bagian medial muskulardari arteri dan vena

pulmoner, terjadi juga muskulerisasi dari arteriol. Pada beberapa kasus,ASD

akan berkembang menjadi hipertensi pulmoner berat dan penyakit vaskular

pulmoneryang irreversibel.

5. Manifestasi ASD

a. Bayi

- Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,

kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi, dispnea, khususnya setelah

kerja fisik seperti makan, menangis dan mengejan.

- Keletihan.

- Pertumbuhan dan perkembangan buruk

- Kadang-kadang mengalami infeksi saluran pernafasan.

- Kesulitan makan.

- Diastolik meningkat.

- Sistolik Rendah.

- Bising jantung tak normal.

- Palpitasi.

b. Anak – anak

- Kerusakan pertumbuhan dan perkembangan.

- Tubuh lemah, keletihan.

- Nafas tersengal – tersengal dan dipsnea saat aktivitas.

- Cardiomegaly.

- Diastolik meningkat.
- Sistolik Rendah

- Bising jantung tak normal

- Palpitasi.

B. Problematik/ Diagnosis Fisioterapi

1. Impairment

- Nyeri pada letak incisi yaitu disternum

- Batuk disertai dahak sulit keluar

- Penurunan ekspansi thorax

- Penurunan kekuatan otot AGA dan AGB

2. Functional Limitation

- Pasien belum mampu makan secara mandiri

- Pasien belum mampu berjalan secara mandiri

- Pasien belum mampu toileting secara mandiri

- Pasien belum mampu dressing secara mandiri

3. Disability/ Participation restriction

- Pasien belum mampu melakukan aktifitasnya sebagai pekerja baby spa.

C. Program Fisioterapi

1. Tujuan Jangka Panjang

- Meningkatkan kemampuan fungsional pasien seperti makan, mandi,

berjalan, dressing, toileting secara mandiri.

2. Tujuan Jangka Pendek

- Mengurangi nyeri pada sternum

- Mengeluarkan sputum dengan batuk efektif


- Meningkatkan ekspansi thorax

- Menjaga fleksibilitas otot AGA dan AGB

D. Teknologi Intervensi Fisioterapi

 General ROM exc berupa Active assisted exc, Active exc, serta Passive exc

pada AGA dan AGB

 Active neck exc

 Breathing Exercise berupa Pursed lip breathing & Diafragma breathing)

 Chest Therapy and Postural Drainage

 Latihan Transfer Ambulasi

 Latihan dengan menggunakan voldyne


E. Underlying Proccess

Anda mungkin juga menyukai