Anda di halaman 1dari 71

PENANGANAN AWAL CEDERA

KEPALA & TULANG BELAKANG


PADA LAYANAN PRIMER
dr. Arnanda Noor, Sp.BS, FINPS
Learning Objectives
• Epidemiology
• Langkah Tatalaksana Cedera Kepala & Tulang Belakang di IGD
• Algoritma Penatalaksaan Cedera Kepala & Tulang Belakang
• Tatalaksana Medikamentosa
• Rekomendasi Acuan Tatalaksana Pembedahan
Epidemiology
• Amerika : cedera kepala 500.000/th.
• 10% meninggal ditempat.
• 90% tertolong smp. RS.
• 80% cedera kepala ringan.
• 10% cedera kepala sedang.
• 10% cedera kepala berat.
• 20% cacat akibat cedera kepala
• Penyebab cedera kepala di Indonesia
mayoritas karena kecelakaan lalu lintas.
(RISKESDAS 2013)
- Penyebab kematian keempat 
Kecelakaan (50/100.000)  3%
fraktur vertebra  thoracolumbal
- < 30 th  60% defisit neurologis.
- Thorakal  cedera berat 
permanen
- INGAT : CEDERA MEDULA SPINALIS TIDAK
BISA DIPISAHKAN DENGAN TULANG
BELAKANG !!!
Ilustrasi kasus TRAUMA
Apa yang telah terjadi
MEKANISME TRAUMA

Apa yang sedang terjadi


Ancaman kehilangan nyawa( ABCDE)
Ancaman kehilangan kosmetik
Ancaman kehilangan organ
Ancaman ganguan kejiwaan
Ancaman kehilangan fungsi

Apa yang akan terjadi


HIDUP / CACAT MATI
Langkah Tatalaksana di IGD
1. General Precaution/Perlindungan Umum
2. Stabilisasi Sistem Kardiorespirasi (Airway, Breathing, Circulation)
dan Disabilitas  Primary Survey
3. Secondary Survey
4. Pemeriksaan Neurologis
5. Menentukan diagnosis klinis dan pemeriksaan tambahan
6. Menentukan diagnosis pasti
7. Menentukan tatalaksana
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
1. General Precaution
• Mencuci tangan dengan antiseptic • Kebersihan lingkungan
• Pemakaian sarung tangan • Benda tajam  hati-hati jarum
• Pemakaian masker dan goggles suntik/benda tajam lainnya
• Pemakaian Jubah Pelindung (gowns) • Resusitasi pasien  hindari resusitasi
• Linen  hindari dengan linen mouth to mouth
terkontaminasi • Penempatan pasien

COVID-19 alert!
Langkah Tatalaksana di IGD
2. Stabilisasi Sistem Kardiorespirasi (Airway, Breathing, Circulation) dan
Disabilitas  Primary Survey
Pemeriksaan Evaluasi Perhatikan, catat, perbaiki
A. Airway Patensi saluran napas? Obstruksi?
Suara tambahan?
B. Breathing Apakah oksigenasi efektif? Rate dan depth, gerakan
dada, air entry, sianosis
C. Circulation Apakah perfusi adekuat? Pulse rate dan volume,
warna kulit, CRT,
perdarahan, tekanan darah
D. Disability Apakah ada defisit Tingkat kesadaran
neurologis? menggunakan GCS/AVPU,
Pupil (besar, bentuk, RC)
E. Exposure Cedera organ lain? Jejas, deformitas, dan
Gerakan ekstremitas.
Evaluasi respon terhadap
perintah/rangsang nyeri
• Cedera awal  kerusakan neuron, glia, akson
• Delayed phase  cedera sekunder (hipoksia,
hipotensi, brain swelling)  TTIK ↑ 
outcome buruk
• Cedera sekunder  >> pada cedera kepala
berat  biasanya terjadi pada fase
prehospital atau selama perawatan intensif
Mekanisme Cedera Kepala
• Jenis dan berat cedera kepala  tergantung mekanisme

Cedera fokal  kontusi coup,


Jenis • Kontak langsung fraktur

benturan • Beban inersial

Cedera fokal SDH, kontusi kontra

Mekanisme • Translasional
• Rotasional
coup
Cedera difus concussion, DAI
/ tipe injuri • Angular

Besar dan Akselerasi rendah, waktu lama  cedera difus

durasi Akselerasi tinggi  cedera fokal


Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
3. Secondary Survey
Anamnesis
• Identitas pasien
• Keluhan utama
• Mekanisme trauma
• Waktu dan perjalanan trauma
• Pingsan/sadar setelah trauma
• Amnesia retrograde/antegrade
• Keluhan: nyeri kepala seberapa
berat, penurunan kesadaran,
kejang, pusing berputar
• Riwayat minum alkohol, narkotika,
pasca operasi kepala
• Penyakit penyerta: epilepsi,
jantung, asma, HT, DM,
ggn.pembekuan darah
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
3. Secondary Survey
Pemeriksaan Fisik
• Head to toe; atau SINAPTIP
S!
• Per organ: Breath-Blood-Brain-Bowel-Bladder-Bone
Yang terkait dengan cedera otak:
1.Pemeriksaan kepala:
• Jejas: hematoma subkutan, subgaleal, luka terbuka, luka Brill Hematoma Battle sign
tembus, beda asing
• Fraktur Basis Cranii: brill hematoma, battle sign,
rhinorrhea, otorrhea, perdarahan membran timpani,
laserasi kanalis auditorius
• Patah tulang wajah: fraktur maxilla (Lefort), fraktur rima
orbita, fraktur mandibula
• Trauma mata: perdarahan konjungtiva, bilik mata depan,
kerusakan pupil
• Auskultasi a.karotis  bruit yg berhubungan dgn diseksi
karotis
2.Pemeriksaan Leher dan Tulang Belakang:
Jejas, deformitas, status motorik, sensorik, autonomik
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
4. Pemeriksaan Neurologis
A. Tingkat Kesadaran

Eye opening (E) Verbal response (V)


4. Spontaneous 5. Oriented
4. Confused conversation
3. To speech 3. Inappropriate words
2. To pain 2. Incomprehensible sound
1. None 1. None

Motor response (M)


6. Obeys command
5. Localizes pain
4. Normal flexion (Withdrawal)
3. Abnormal flexion (Decorticate)
2. Extension (Decerebrate)
1. None
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
4. Pemeriksaan Neurologis

B. Saraf Kranial
• Saraf II-III, yaitu pemeriksaan pupil: besar & bentuk, RC, reflex konsensuil 
bandingkan kanan-kiri
• Tanda-tanda lesi saraf VII perifer
C. Funduskopi
• Tanda-tanda edema papil, perdarahan pre retina, retinal detachment
D. Motorik dan sensorik
• Bandingkan kanan-kiri, atas-bawah, mencari tanda lateralisasi
E. Autonomik
• Refleks bulbocavernous, cremaster, sfingter, tendon, refleks patologis, dan tonus
sfingter ani
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
5. Menentukan diagnosis klinis dan pemeriksaan tambahan
Berdasarkan GCS Berdasarkan Patogenesis:
• Cedera Kepala Ringan: GCS 14 - 15
Primary brain injury
• Cedera Kepala Sedang: GCS 9 - 13
1. Luka kulit kepala, subgaleal
• Cedera Kepala Berat: GCS 3 - 8 hematoma, linier fracture, depressed
fracture, skull base fracture
Berdasarkan Mekanisme: 2. Perdarahan otak
Tumpul 3. Diffuse axonal injury
• Kec. tinggi (KLLD > 60 km/jam) Secondary brain injury
• Kec. rendah (jatuh, dipukul) 4. Systemic disorders
Tajam / Tembus 5. Metabolic disorders
• Luka tembak
• Luka tembus lainnya:
• bacok, panah, tombak
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
5. Menentukan diagnosis klinis dan pemeriksaan tambahan

Indikasi Ct Scan Kepala • X ray kepala tidak


• Penurunan kesadaran, amnesia
direkomendasikan - 99,6 %
• Nyeri kepala menetap
gambaran normal
• Gejala neurologis fokal
• Jejas pada kulit kepala (Greenberg,headtrauma)
• Kecurigaan luka tembus
• Otorrhea/rhinorrhea
• Deformitas tulang kepala yg terlihat/teraba
• Kesulitan penilaian klinis; contoh: intoksikasi
alcohol/obat-obatan
• Pasien dengan GCS 15 namun memiliki resiko
benturan langsung/jatuh pada permukaan
keras, pasien usia > 50 tahun
• Indikasi sosial
Common Head CT Rules

• CCHR more specific (40-50%) than


NOC (12%)
• CCHR reduced need for CT by 48% vs
NOC (12%)
Common Head CT Rules
Pediatric – ‘High Risk’ Criteria
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
6. Menentukan diagnosis pasti

Skull fracture :
• Atap tengkorak :
• Linier / stellate
• Depressed / nondepressed
• Diastase Intracranial lesion:
• terbuka / tertutup • Focal:
• Dasar tengkorak : • Epidural
• Dengan / tanpa kebocoran LCS • Subdural
• Dengan / tanpa parese N VII • SAH
• Intracerebral
• Diffuse :
• Mild concussion
• Classic concussion
• Diffuse axonal injury
Diffuse axonal injury
CT SCAN KEPALA NON KONTRAS
AXIAL
• Soft tissue swelling
• Bone discontinuity
• Sulcus and gyrus
FRONTAL
• Sylvian fissure
HORN • Hyperdense mass -/+
• Lateral and third
ventricle
• Cistern
THIRD
VENTRIKEL • Midline shift
SKULL

BASAL
CISTERN
SOFT TISSUE/
SCALP
• Pergeseran otak sekunder (herniasi)
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
6. Menentukan diagnosis pasti

Linier Fracture
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
6. Menentukan diagnosis pasti

Diastase Fracture
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
6. Menentukan diagnosis pasti CONTUCIO
EDH SAH ICH SDH CEREBRI

FRACTURE
DEPRESSED IVH PNEUMOCHEPALUS SBF
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
7. Menentukan tatalaksana

Prinsip Tatalaksana:
• Penanganan primary brain injury
• Mencegah & menangani secondary brain injury
• Optimalisasi metabolisme otak
Pasien pulang • Rehabilitasi
atau dirawat?

Kriteria Pulang: Pesan saat Pulang:


• Sadar, orientasi baik, tidak pernah Pasien cedera kepala harap segera dibawa
pingsan ke RS apabila:
• Tidak ada defisit neurologis • Muntah makin sering
• Keluhan berkurang, muntah/nyeri kepala • Nyeri kepala atau pusing berputar
hilang memberat
• Tidak ada fraktur kepala/basis kranii • Gelisah atau kesadaran menurun
• Ada yang mengawasi di rumah • Kejang
• Tempat tinggal dekat dengan RS • Kelumpuhan anggota gerak
Langkah Tatalaksana Cedera Kepala di IGD
7. Menentukan tatalaksana

Kriteria Masuk RS: Kriteria Masuk R.Observasi Kriteria Masuk HCU:


• Disorientasi/Riwayat Intensif (ROI) • CT scan abnormal yang belum
pingsan/penurunan kesadaran
• GCS ≤ 8 indikasi op
• Keluhan dan gejala neurologik
termasuk nyeri kepala menetap • GCS ≤ 13 dengan TTIK • Pasien Cedera kepala
dan muntah • GCS < 15 dengan lateralisasi ringan/sedang yang tidak
• Kesulitan penilaian klinis: memenuhi kriteria masuk ROI
intoksikasi alcohol, epilepsi • GCS ≤ dengan hemodinamik dan memerlukan observasi
tidak stabil ketat
• Kondisi lain: ggn.koagulasi, DM
• Fraktur tengkorak • Cedera kepala dengan defisit • Pasien yang memerlukan
neurologis belum indikasi perawatan denga observasi
• CT scan abnormal
tindakan operasi ketat pasca pindah dari
• Tidak ada yang dapat observasi di ICU/ROI
rumah • Pasien pasca op
• Usia > 50 th
Algoritma Penatalaksaan Cedera Kepala Ringan

*IRD=IGD
ROI=R. Obs intensif
KRS=Keluar rumah sakit
Algoritma Penatalaksaan Cedera Kepala Sedang

*IRD=IGD
ROI=R. Obs intensif
Algoritma Penatalaksaan Cedera Kepala Berat
*IRD=IGD
ROI=R. Obs intensif
Tatalaksana Medikamentosa
Penatalaksanaan TTIK
• Hiperventilasi
Setelah resusitasi ABC, lakukan hiperventilasi terkontrol dgn tekanan
pCO2 27-30 (vasokonstriksi→aliran darah ke serebral berkurang)
• Drainase LCS:
• Bila hiperventilasi gagal
• Jangka pendek: drainage ventrikular
• Jangka panjang: Ventriculo Peritoneal Shunt
• Terapi Diuretik:
• Diuretik osmotik (manitol 20%) dosis 0,25-1 gram/kgBB: 200cc-150cc-
150cc selang 6 jam, bolus, diberikan selama 48-96 jam.
atau NaCl 3% dosis inisial 5 ml/kgBB dilanjut 2ml/kgBB tiap 6 jam.
• Loop diuretik (furosemid) dosis 40 mg/hari iv.
Tatalaksana Medikamentosa
Penatalaksanaan TTIK (2)
• Terapi Barbiturat:
• Diberikan bila TTIK tidak responsif terhadap terapi lainnya
• 10 mg/kgBB iv selama ½ jam, lanjut 2-3 mg selama 3 jam, kemudian
pertahankan kadar serum 3-4 mg% (dosis 1 mg/kgBB/jam).
• Setelah TIK terkontrol < 20 mmHg selama 24-48 jam, dosis
diturunkan bertahap selama 3 hari.
• Steroid:
Masih kontroversial, terbukti efektif pada TTIK ec SOL
• Posisi tidur:
• Kepala ditinggikan 20-300, kepala & dada pada 1 bidang
• Hindarkan fleksi / laterofleksi→ vena leher tak terjepit →drainase
vena otak lancar.
• Suhu tubuh:
Jaga suhu tubuh < 37,50C.
Rekomendasi Tatalaksana Medikamentosa
• Obat Anti Kejang
Profilaksis dengan fenitoin untuk menurunkan risiko kejang pasca trauma tipe awal:
Dosis loading dewasa  15-20 mg/kgBB dalam 100cc NS 0,9%
Dosis loading pediatri  10-20 mg/kgBB diikuti dosis rumatan 5 mg/kgBB/hari
dibagi 2-3 dosis

• Antibiotik Profilaksis pd Pemasangan ICP Monitor


Terutama untuk pemasangan ICP monitor jangka panjang  gol. Cephalosporin

• Analgetik
Dewasa: Ketorolac 30mg IV dosis tunggal atau 30mg/6 jam IV dengan dosis max
120mg/hari.
Rekomendasi Tatalaksana Medikamentosa
Tatalaksana medikamentosa lainnya:
• Kortikosteroid
• Sedatif/Tranquilizer
• Nutrisi
• Gastric Mucosal Protector & Acid Supressor Agent
• Citicoline
• Piracetam
• Neuropeptida
Rekomendasi Acuan Tatalaksana Pembedahan
• Depressed fracture

• > 1 tabula
• Terbuka
Rekomendasi Acuan Tatalaksana Pembedahan
EDH

Indikasi Pembedahan:
• Pasien EDH tanpa melihat GCS dengan
volume > 30 cc atau ketebalan > 15mm,
atau pergeseran midline >5 mm, atau
• Pasien EDH akut (GCS < 9) dan pupil
anisokor
Waktu:
Pasien EDH akut dengan koma (GCS < 9)
dan pupil anisokor dilakukan cito
pembedahan atau evakuasi
Rekomendasi Acuan Tatalaksana Pembedahan
SDH SDH Akut SDH Kronis
Indikasi Pembedahan: 1. Terdapat gejala klinis penurunan
1) Pasien SDH tanpa melihat GCS:
kesadaran maupun definisi neurologis
• Dengan ketebalan > 10 mm
• Atau midline shift > 5 mm pada CT-Scan fokal atau kejang
2) Semua pasien SDH dgn GCS < 9 harus dilakukan 2. Ketebalan lesi > 1 cm
monitoring TIK
3) Pasien SDH dengan GCS < 9:
a. Ketebalan SDH < 10 mm dan pergeseran
struktur midline jika mengalami penurunan
GCS lebih dari 2 poin atau lebih antara saat
kejadian dengan saat masuk ke RS
b. Dan atau jika didapatkan pupil yang dilatasi
asimetri atau fixed
c. Dan/atau TIK > 20 mmHg
Rekomendasi Acuan Tatalaksana Pembedahan
ICH

Indikasi Pembedahan:
• Pasien dengan GCS 6-8 dengan perdarahan
parenkim otak pada daerah frontal/temporal
dengan volume perdarahan > 20 cc, dengan
pergeseran struktur midline ≥ 5mm
dan/atau kompresi sisterna
• Perdarahan parenkim otak dengan volume
perdarahan > 50 cc
• Terdapat tanda deteriorasi neurologis yg
progresif sesuai lesi, hipertensi intracranial
yg refrakter dengan medikamentosa
Rekomendasi Acuan Tatalaksana Pembedahan

Fraktur Basis Cranii Indikasi Pembedahan:


• Kebocoran LCS setelah trauma yg
disertai meningitis
• Fraktur tulang temporal disertai
kelumpuhan otot wajah
• kebocoran LCS > 7 hari – Setelah gagal
konservatif (asetozolamid)
References
• Dhir B, Woods J. PECARN: Its relevance and importance in pediatric emergency care. Academic
Life in Emergency Medicine. 2020.
• Brain Trauma Foundation. Guidelines for the management of severe traumatic brain injury. 4th
ed. 2016
• Tim Neurotrauma RSUD dr. Soetomo. Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Edisi Kedua. 2014
• IDAI. Rekomendasi Penatalaksanaan Trauma Kepala. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2016
• Stiell I, Wells G, Vandemheen K, et al. The Canadian CT Head Rule for patients with minor
head injury. Lancet. 2001;357(9266):1391-1396.
• Haydel MJ, Preston CA, Mills TJ. Luber S, Blaudeau E, DeBlieux PMC. Indications for
computed tomography in patients with minor head injury. N Engl J Med 2000;343(2):100-
105.
Mekanisme Cedera

1. Hiperekstensi
2. Fleksi
3. Fleksi dan Kompresi serta distraksi posterior
4. Kompresi
5. Rotasi Fleksi
6. Translasi horizontal
Distraksi kompresi translasi
Anatomi Medulla Spinalis
• dinding kanalis vertebralis  vertebrae
dan ligamen
• lapisan jaringan lemak ekstradural yang
mengandung anyaman pembuluh darah
vena
• meninges, yang terdiri atas:
– dura mater (pachymeninx)
– arachnoid (leptomeninx)
– ruangan subarachnoid
– pia mater
Medulla
Spinalis
Definisi Cedera Medula Spinalis

Cedera medulla spinalis adalah kerusakan pada


sumsum tulang belakang yang mengakibatkan
hilangnya fungsi motorik atau sensorik.
Cedera Medulla Spinalis
• Paling berbahaya  terpotong, tertarik,
terpuntir atau kompresi
• Komplikasi cedera Medulla Spinalis
– Disrefleksia otonom
– Syok spinal
– Syok neurogenik
Patofisiologi Cedera Medula Spinalis
• Trauma  medula spinalis rusak  gangg
distribusi persarafan  sensoris, motorik
(sesuai dgn segmen MS yg cedera) dan
autonom
• Syok spinal  keadaan patologis akibat depresi
refleks fungsi cord bawah tingkat cedera,
dengan gang semua fungsi sensorimotor
• Gejala ini berlangsung sesaat setelah kejadian
sampai beberapa hari bahkan sampai enam mgg
ditandai hilangnya reflek dan flac id.
Patofisiologi Cedera Medula Spinalis
• Syok neurogenik dimanifestasikan oleh tiga
serangkai hipotensi, bradikardia dan hipotermia
• Syok terjadi karena inbalance antara simpatis dan
parasimatis
Jenis-jenis cedera medulla spinalis

Berdasarkan level  menilai level sensorik dan


motorik
Spinal cord syndrome
Tipe Deskripsi Tanda dan Gejala
Complete transection  seluruh traktus  kehilangan fungsi motorik
medulla spinalis (quadriplegi) dengan cervical cord
rusak transaction, paraplegia dengan
 hilangnya seluruh thoracic cord transaction
fungsi yang  flaksiditas otot
melibatkan medulla  kehilangan reflex dan fungsi
spinalis dibawah lesi sensorik di bawah lesi
 kerusakan komplit  atonus Bladder dan Bowel
dan permanen  Ileus paralityc
 Hilangnya tonus vasomotor pada
tubuh bagian bawah dan tekanan
darah yang tak stabil
 Hilangnya perspirasi di bawah lesi
 Kulit pucat dan kering
 Gangguan respirasi
Incomplete Transection
 Mengenai medulla spinalis  Defisit motorik lebih berat pada ekstremitas
bagian tengah atas dibandingkan ekstremitas bawah
Central Cord Syndrome  Biasanya akibat jejas  Gangguan kemih
hiperekstensi

 Oklusi pada arteri spinal  Hilangnya fungsi motorik di bawah lesi


anterior  Hilangnya rasa nyeri dan suhu di bawah
Anterior Cord Syndrome  Oklusi akibat tekanan dari lesi
fragmen tulang  Perabaan, tekanan, posisi dan vibrasi masih
baik

 Hemiseksi dari medulla  Paralisis ipsilateral atau paresis di bawah


spinalis lesi
Bown Sequard Syndrome  Paling sering pada luka tikan  Hilangnya perabaan, tekanan, vibrasi dan
dan tembak posisi pada ipsilateral di bawah lesi
 Kerusakan medulla spinalis  Hilangnya sensasi nyeri dan suhu
pada salah satu sisi saja kontralateral di bawah lesi

Posterior Cord Syndrome  Mengenai bagian posterior  Hilangnya sensasi vibrasi, psopriosptif dan
dari Medulla spinalis tekanan
 Sangat jarang terjadi
Pemeriksaan Neurologis

Penilaian terhadap fungsi Medulla Spinalis serta nerve


root serta integritas nervus perifer
Klasifikasi Frankel Cedera Medula Spinalis
Diagnosis
• Anamnesis
– Kecurigaan cedera vertebra (trauma) sangat penting
• Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan klinik punggung hampir selalu menunjukkan
tanda-tanda fraktur tak stabil namun fraktur remuk yang
disertai paraplegia umunya bersifat stabil.
• Pemeriksaan Penunjang
– Rontgen, CT scan dan MRI
Non-hemorrhagic and hemorrhagic Brown-Sequard Syndrome after stab
spinal cord injury wound with screwdriver
Diagnosa Cedera Medula Spinalis

C5 – Area pada deltoid


C6 – ibu jari
C7 – jari tangan tengah
C8 – kelingking
T4 – papilla mamae
T8 – proses xyphoid
T10 – umbilicus
T12 – simfisis
L4 – bagian medial betis
L5 – ruang di antara jari pertama
dan kedua jari dari kaki
S1 – Batas lateral pedis
S3 – Daerah tuberositas iskhii
S4 dan S5 – Daerah perianal
Penatalaksanaan cedera tulang belakang

• Ingat ABC
• Imobilisasi : collar,
manual
• Log roll bila
memindahkan pasien
• Imobilisasi
dipertahankan
sampai terbukti tidak
ada cedera
• Konsultasi ahli
Imobilisasi tulang belakang
Prognosis Cedera Medula Spinalis
• penelitian prospektif selama 27 tahun  rata-rata
harapan hidup px cedera medula spinalis lebih
rendah dibanding populasi normal.
• Penyebab kematian utama  komplikasi disabilitas
neurologik yaitu : pneumonia, emboli paru,
septikemia, dan gagal ginjal.
Definisi Fraktur Vertebra
Fraktur terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya atau
setiap retak atau patah pada tulang yang
utuh

Anatomi Vertebra
33 ruas tulang belakang 7 servikal, 12
torakal, 5 lumbal, 5 sakral, dan 4 tulang eko
Etiologi Fraktur Vertebra
• kecelakaan kendaraan bermotor
• jatuh,
• luka tembak
• kecelakaan olahraga dan
• kecelakaan industry
ANATOMI TULANG BELAKANG
Penatalaksanaan Cedera Medula Spinalis
• Imobilisasi
• Cairan intravena
• Obat-obatan
Bila cedera tjd sblm 8 jam metilprednisolon
diberikan dgn dosis tinggi 30 mg/kg dalam 15
menit pertama scr iv perlahan, diikuti dengan
infus 5,4 mg/kg/jam selama 23 jam
Metilprednisolon  m’hambat peroksidase dan
akan me asam arakidonat.
Komplikasi
• Kecacatan
• Ulcus decubitus
• Pneumonia
• Septikemia
Indikasi operasi pd cedera MS
• Perburukan progresif krn retropulsi tlg diskus atau
hematoma epidural
• Utk restorasi dan realignment kolumna vertebralis
• Dekompresi struktur saraf utk penyembuhan
• Vertebra yg tidak stabil
TERIMA KASIH….

Anda mungkin juga menyukai