DEFINISI
• Suatu trauma mekanik terhadap kepala baik
secara langsung/ tdk langsung yg
menyebabkan gangguan fungsi neurologis
yaitu gg fisik, kognitif, fx psikososial baik
sementara maupun permanen
EPIDEMIOLOGI
• Laki laki >> perempuan
– Laki laki lebih banyak yg berkendara
• Usia muda >> tua
– Krn kebanyakan kelompok ini terpengaruh o/
kehidupan sosial yg tdk bertanggung jawab
ETIOLOGI
• Benturan/jatuh akibat kecelakaan
• Kompresi/penetrasi o/ benda tajam, tumpul atau
ledakan
• Menurut brain injury association of america :
– Terjatuh
– Kecelakaan lalu lintas
– Kecelakaan secara umum
– kekerasan
MEKANISME TRAUMA
• Akselerasi
Apabila kepala bergerak ke suatu arah, dgn tiba tiba ada suatu
gaya yg kuat searah dgn gerakan kepala, maka kepala akan
mendapat percepatan pada arah tersebut
• Deselerasi
Apabila kepala bergerak dgn cepat ke suatu arah scr tiba tiba &
dihentikan oleh suatu benda
• Rotasi
Apabila tengkorak tiba tiba mendapat gaya mendadak shg
membentur sudut terhadap gerakan kepala. Co/ menghindar
KLASIFIKASI
• Menurut ATLS (advance trauma life support
2004)
1. Mekanisme cedera
2. Berat cedera kepala
3. Morfologi
4. Lokasi anatomi
1. Mekanisme cedera
Cedera kepala tumpul
Jatuh
Pukulan benda tumpul
Kecelakaan lalu lintas
Cedera tembus/tajam
Luka tembak
Luka tusuk
2. Berat cedera kepala
Glassglow coma scale (GCS) berfungsi u/ menentukan secara kuantitatif
kelainan neurologis & deskripsi berat penderita cedera kepala u/ menentukan
tingkat kesadaran pasien trauma kapitis
Cedera kepala ringan (CKR)
o GCS 14-15
o Tidak ada defisit neurologis
o Tidak ada kelainan pd CT SCAN otak
o Tidak memerlukan tindakan operasi
o Lama dirawat di RS <48 jam
Cedera kepala sedang (CKS)
o GCS 9-13
o Ada defisit neurologis
o Ditemukan kelainan pd CT SCAN otak
o Perlu di operasi u/ lesi intrakranial
o Dirawat di RS setidaknya <48 jam
Cedera kepala berat (CKB)
o Bila dlm waktu 48 jam setelah trauma nilai GCS <8
o Triad cushing : nadi turun, TD naik, RR turun
o Hampir 100% CKB cacat permanen
3. Morfologi
A. Fraktur kranium Dapat terjadi pd bagian
kalvaria (rongga tengkorak) atau basis cranii
(dasar tengkorak), gambaran fraktur:
a. Linear garis fraktur tunggal
b. Drastic tjd pada sutura shg terjadi pemisahan
sutura cranial
c. Comminuted pecahan, tulang menjadi rusak
dengan 2 atau lebih, berkeping keping
d. Depressed fragmen patahan ke dorong ke
belakang
B. Lesi Intrakranial
a. Lesi fokal
Hematoma epidural paling parah ada talk and die
Hematoma subdural
Hematoma subarachnoid
Hematoma intraserebral Hematoma
intraparenkimal
Hematoma intraserebelar
b. Lesi difus
Komusio serebri ringan
Komusio serebri berat
Komusio serebri klasik
4. Lokasi anatomi
a. Kalvarium (atap tengkorak)
• Fraktur pada tulang pembentuk spt os. Frontal, os. Parietal,
os. Temporal, os. oksipital
b. Basis kranii (dasar tengkorak)
• Fraktur pd basis cranii yg terdiri dari fossa anterior, media,
posterior
• Gambaran klinis :
– Racoon eye’s sign (ekimosis periorbital)
– Battle sign (ekimosis retro aurikuler/ belakang telinga)
– Rinorhae, ottorae (kebocoran css)
– Hemotimpanum (perdarahan daerah membran timpani)
– Paresis facialis
•
KARAKTERISTIK
Jenis trauma
TRAUMA
– Trauma kepala tertutup fragmen tengkorak yg masih utuh pada kepala setelah terluka, co/
pukuran kuat scr tiba tiba
– Trauma kepala terbuka luka yg menembus sampai duramater
• Fraktur
– Simple : retak pada tengkorak tanpa cedera pada kulit
– Linear of hair line : retak pada cranial yg berbentuk garis halus tanpa depresi
– Depressed : retak pd kranial dgn depresi ke arah otak
– Compound : retak/ kehilangan kulit & retak jadi serpihan pd kranial
• Memar kerusakan jaringan subkutn. Dimana pemb darah kapiler pecah, shg
darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tdk rusak, menjadi bengkak dan merah
kebiruan
• Laserasi (luka robek) disebabkan o/ benda tumpul/runcing. Terjadi kerusakan
seluruh kulit & jaringan bawah kulit. Menimbulkan jaringan parut
• Abrasi luka yg tidak dalam (superfisial), tidak sampai jar subkutan tapi sangat
nyeri
• Avolsi apabila kulit & jar bwh kulit terkelupas, tetapi sebagian berhubungan
dengan tulang kranial
DIAGNOSA
• Anamnesa
– Gg kesadaran / interval lucid hematom
– Perdarahan/ otorhae/ rinnorhae basis cranii
– Amnesia traumatik (aterograde/retrograde) komusio
• Px fisik
– ABC & GCS
– Px ada/ tidaknya otorhae, racoon eye, battle sign
• Px nervus kranialis (III, IV, VI)
• Px fx motorik refleks fisiologis & patologis
• Px. Penunjang
– CT SCAN
– Px darah lengkap
PENATALAKSANAAN
1. Primary survey u/ menstabilkan kondisi pasien, mencegah
second brain damage.
– A (AIRWAY) : bebaskan jalan napas
– B (Breathing): pola respirasi depresi pernapasan,
hipo/hiperventilasi), saturasi O2 > 92 %
– C (circulation) : atasi / hindari syok, TD sistol > 90 mmHg
– D (disability) : cari defisit neurologis
2. Secondary survey px dan tindak lanjut setelah pasien stabil
– Px fisik, px penunjang ( px. Laboratorium, radiologi, RO kepala, CT
SCAN, RO cervical
PENATALAKSANAAN
• FARMAKOLOGI
1. Cairan IV
2. Hiperventilasi
3. Diuretik
4. Barbiturat
5. Antikonvulsan
PENATALAKSANAAN
• Non farmakologi
– Pembedahan
– Edukasi:
• Posisi tidur di tinggikan 20 – 30 derajat dg kepala dan dada satu
bidang berfungsi u/ drainase vena otak menjadi lancar
• Apabila pasien mendapatkan terapi pembedahan rujuk spesialis
bedah perawatan pasca bedah
– Monitor kondisi umum & neurologis
– Buka jahitan pada hari ke 5-7
– Tindakan kranioplasti 6-8 minggu kemudian
• Follow up
– CT SCAN kontrol post operasi pd kesadaran yang tidak membaik
• Psien dirawat bila :
– Ada gangguan orientasi
– Sakit kepala dan muntah
– Tidak ada yg mengawasi di rumah
– Rumah jauh / sulit u/ kembali
PROGNOSIS
• dubia
PATOFISIOLOGI
An. Laki2 (16 thn)
Mengendarai motor dengan kecepatan tinggi
Trauma kapitis
Hematoma epidural
Herniasi otak
Herniasi otak