Anda di halaman 1dari 39

MANAGEMENT OF TRAUMA

CAPITIS

JACKY TUAMELLY
Curriculum Vitae
Nama: Jacky Tuamelly
Tempat, Tanggal Lahir: Ternate, 9 Juni 1965

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan


• S1- FK UKI Jakarta tahun 1991
• Spesialis Bedah- FK UNSRAT Manado tahun 2005
• Instruktur ATLS, BTCLS tahun 2007
• Instruktur DSTC Kolegium Bedah tahun 2012
• Observer Urologi Rotterdam tahun 2014
• Mengikuti Konferensi WHO tahun 2019
Pembicara
• “Penanganan Cedera Kepala di Maluku” Tahun
2016 Kaohsiung, Taiwan
• “Penanganan Cedera Kepala” Tahun 2017 Belitung
• “Trepanation at Rural Hospital” Tahun 2019 P2B2
Manado
Talaksana Trauma Capitis
di IGD

General Survey
precuation ABC
sekunder

Diagnosis Klinis
Pem.
Diagnosis Pasti & Pem.
Neurologis
tambaham

Menentukan
tatalaksana
Prinsip Tatalaksana Trauma Capitis

Penanganan Mencegah &


cedera otak menangani cedera
primer otak sekunder

Optimalisasi
Rehabilitasi
metabolisme otak
Stabilisasi Sistem Kardiorespirasi (ABC) & Disabilitas

PEMERIKSAAN EVALUASI PERHATIKAN, CATAT, & PERBAIKI

A. Airway Patensi saluran napas? Obstruksi?


Suara tambahan?
B. Breathing Apakah oksigenasi efektif? Rate dan depth
Gerakan dada
Air entry
Sianosis
C. Circulation Apakah perfusi adekuat? Pulse rate dan volume
Warna kulit
Capilarry return
Perdarahan
Tekanan darah
D. Disability (status neurologis) Apakah ada kecacatan neurologis? Tingkat kesadaran menggunakan sistem
GCS atau AVPU.
Pupil (besar, bentuk, refleks cahaya,
bandingkan kanan-kiri)
E. Exposure (buka seluruh Cedera organ lain? Jejas, deformitas dan gerakan
pakaian) ekstremitas.
Evaluasi respon terhadap perintah atau
rangsang nyeri
Secondary Survey

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan Neurologis
Anamnesis
Identitas pasien
Keluhan Utama
Mekanisme Trauma
Waktu & perjalanan trauma
Pernah pingsan atau sadar setelah drauma
Amnesia retrograde atau antegrade
Keluhan
Riwayat alkohol dll
Penyakit penyerta
Pemeriksaan fisik umum

• Jejas di kepala
Pemeriksaan •

Tanda patah dasar tengkorak
Tanda patah tulang wajah
kepala • Tanda trauma mata
• Auskultasi bunyi bruit pada arteri karotis

Pemeriksaan • Jejas
Leher dan •

Deformitas
Status motorik
Tulang • Sensorik
Belakang • Autonomik
Pemeriksaan Neurologis

Tingkat Saraf
Funduskopi
kesadaran Kranial

GCS 14-15 Saraf II-III Edema pupil

Tanda lesi
Perdarahan
GCS 9-13 saraf VII
pre retina
perifer

Retinal
GCS 3-8
detachment
Pemeriksaan Foto Polos
Kepala
• INDIKASI
Gejala
Kehilangan Nyeri kepala
neurologis
kesadaran menetap
fokal

Curiga luka Jejas kulit


Keluar LCS
tembus kepala

Deformitas Sulit menilai GCS 15- tanpa


tulang kepala klinis keluhan
Pemeriksaan CT-Scan
INDIKASI
GCS ≤ 13 setelah
resusitasi

Deteorisasi
Indikasi sosial
neurologis

Nyeri kepala,
Multitrauma
muntah

Evaluasi Pasca Tanda fokal


operasi neurologis

Trauma Tembus Tanda Fraktur


Epidural Hematoma (EDH) adalah
suatu perdarahan yang terjadi di
antara tulang dan lapisan duramater.

Subdural hematoma (SDH) adalah


suatu perdarahan yang terdapat pada
rongga diantara lapisan duramater
dengan araknoidea
Epidural Hematoma (EDH)
Hematoma epidural (EDH) terletak di luar duramater tetapi di dalam
rongga tengkorak.

Cirinya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung.

Sering terletak di daerah temporal atau temporo­parietal yang


disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat retaknya tulang
tengkorak.
Dapat terjadi akibat perdarahan vena, karena tidak jarang EDH terjadi
akibat robeknya sinus venosus terutama pada regio parieto-oksipital
dan fora posterior.

Perdarahan epidural bila ditolong segera pada tahap dini, prognosisnya


sangat baik karena kerusakan langsung akibat penekanan gumpalan
darah pada jaringan otak tidak berlangsung lama
Epidural Hematoma (EDH)

Waktu
• EDH tanpa melihat • Craniotomi 
GCS dg Vol > 30cc • EDH akut dg koma evakuasi terbaik
• EDH akut (GCS <9)
(GCS <9)
• Pupil anisokor

Indikasi
Metode
pembedahan
Epidural Hematoma (EDH)
Ketebalan
Volume hematom
Midline shift
CT scan kepala evaluasi pada pasien non
operatif dilakukan 6-8 jam setelah trauma.
Epidural Hematoma (EDH)
Pasien EDH vol <30cc dan GCS <9, pupil anisokor
 tindakan evakuasi
Pasien EDH vol <30cc, ketebalan <15mm,
pergesaran midline <5mm, tanpa melihat GCS,
pupil isokor  manajemen non operatif agresif
Subdural hematoma (SDH)

suatu perdarahan yang terdapat pada rongga


diantara lapisan duramater dengan araknoidea
Indikasi Pembedahan

• SDH AKUT • SDH KRONIS


Pasien SDH tanpa • Terdapat gejala
melihat GCS klinis penurunan
Pasien SDH GCS > 9  kesadaran dan
monitoring TIK defisit neurologis
Pasien SDH GCS < 9 fokal atau kejang
• Ketebalan lesi >1cm
SDH akut dengan indikasi pembedahan maka
harus dilakukan cepat.
COB & komplikasi SDH akut  kematian utama
Cedera otak primer yang terjadi pada hasil akhir
lebih penting dari efek SDH sehingga mengontrol
TIK lebih penting dari evakuasi hematom.
Pembedahan Pada Perdarahan
Parenkim Otak

Pasien GCS 6-8 perdarahan daerah


frontal/temporal, vol perdarahan >20cc,
pergeseran struktur midline ≥ 5mm & kompresi
sisterna.
Perdarahan parenkim dengan vol perdarahan
>50 cc
Perdarahan parenkim & tanda deteriorasi
neurologis progresif sesuai lesi.
TREPANASI / KRANIOTOMI
Suatu tindakan membuka tulang kepala yang
bertujuan mencapai otak untuk tindakan
pembedahan definitif yaitu Epidural Hematoma
(EDH), Subdural Hematoma (SDH)
Sudah ada sejak jaman neolitik.
Tujuannya pengobatan penyakit dalam dan
menyingkirkan roh jahat.
Peralatan
Awalnya pisau berujung runcing, bor tangan
hingga bor elektrik
Teknik Operasi
Burr hole explorasi
 Tentukan areanya : disisi pupil yang dilatasi, kontra lateral hemiparese.

 Burr hole I : ditemporal walaupun frakturnya dilokasi yang berbeda. Bila positif
lanjutkan dengan craniotomy. Bila negatif lakukan langkah burr hole selanjutnya

 Burr hole II : difrontal

 Burr hole III : di parietal, bila negatif dilakukan disisi sebaiknya.

 Ada yang menambahkan burr hole IV difossa posterior

 Incisi linier dan bila perlu dilanjutkan dengan question mark.

 Bila duramater tampak tegang dan kebiruan tapi clothing belum ditemukan
sebaiknya dilakukan lebih dahulu burr hole bilateral baru dilakukan mengintip
duramater karena sering subdural tersebut hanya lapisan tipis.
Epidural Hematom :
 Lokasi: 50% ditemporal, 15%-20% di frontal dan sisanya di occipital,
fossa posterior dan parietal

 Bila ada mix lessi (hipodens dan hiperdens) curigai adanya gangguan
pembekuan darah

 Teknik :
a.Incisi bentuk question mark atau tapal kuda
b.Burr hole I di daerah yang paling banyak clothing
biasanya dilobus temporal, biperlu dilanjutkan dulu kraniektomi
kecil dan evakuasi clothing untuk mengurangi tekanan, lalu
dilanjutkan kraniotomi untuk mengevakuasi massa.
c.Bila duramater tegangkebiruan lakukan intip dura dengan incisi
kecil
d.Kemudian duramater dijahit dan dilakukan gantung dura
Subdural hematom :
lokasi paling sering ditemporal dan parietal

incisi bentuk tapal kuda atau question mark

Kraniotomi seexpose mungkin dan bila ada


clothing kecil dan tidak jelas terlihat sebaiknya
ditinggalkan.

 duramater dibuka dan dievakuasi clothingnya


duramater dijahit waterproof, bila swelling tidak
dapat dikontrol, biarkan terbuka dan tulang tidak
dipasang dan langsung diflap.
Intracerebral hematom :
lokasi : 80% -90% di temporal dan frontal

kraniotomi secara prinsip sarna dengan


perdarahan intrakranial lainnya

perdarahan dirawat dengan bipolar, surgicel

durameter dijahit waterproof


Hematoma fossa posterior

80% -100% pasien EDH fossa posterior disertai


fraktur os occipitalis

bila ada EDH supra dan infra tentorial, 30%


disertai hidrocefalus

incisi kulit linier/stick golfdi para median atau midline

konservatif bila simptom minimal dan stabil


terutama bila ada fraktur di atas sinus
Fraktur Depresi Os Frontal
Fraktur Kompresi Os Parieto occipital
Corpus Alienum Os Frontalis Dextra
Head Injury
(Epidural
Hematom)
Pasien EDH
Trepanasi SDH
Pasien Post Trepanasi
Kesimpulan
EDH :
Perdarahan epidural bila ditolong segera pada tahap dini, prognosisnya
sangat baik karena kerusakan langsung akibat penekanan gumpalan darah
pada jaringan otak tidak berlangsung lama

SDH :
Cedera otak primer yang terjadi pada hasil akhir lebih penting dari efek
SDH sehingga mengontrol TIK lebih penting dari evakuasi hematom

ICH :
Pasien GCS 6-8 perdarahan daerah frontal/temporal, vol perdarahan
>20cc, pergeseran struktur midline ≥ 5mm & kompresi sisterna.
Perdarahan parenkim dengan vol perdarahan >50 cc
Danke

Anda mungkin juga menyukai