0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
53 tayangan5 halaman
Panduan ini membahas penatalaksanaan cedera otak ringan, yang ditandai dengan skor GCS 14-15 setelah trauma. Pemeriksaan meliputi status neurologis, jejas kepala, dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan kepala bila diperlukan. Penatalaksanaannya berupa observasi di rumah sakit sambil memantau kondisi neurologis, dan pasien dapat pulang bila membaik atau dilakukan tindakan lebih lanjut bila membur
Panduan ini membahas penatalaksanaan cedera otak ringan, yang ditandai dengan skor GCS 14-15 setelah trauma. Pemeriksaan meliputi status neurologis, jejas kepala, dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan kepala bila diperlukan. Penatalaksanaannya berupa observasi di rumah sakit sambil memantau kondisi neurologis, dan pasien dapat pulang bila membaik atau dilakukan tindakan lebih lanjut bila membur
Panduan ini membahas penatalaksanaan cedera otak ringan, yang ditandai dengan skor GCS 14-15 setelah trauma. Pemeriksaan meliputi status neurologis, jejas kepala, dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan kepala bila diperlukan. Penatalaksanaannya berupa observasi di rumah sakit sambil memantau kondisi neurologis, dan pasien dapat pulang bila membaik atau dilakukan tindakan lebih lanjut bila membur
RSUD Dr. MOEWARDI 2017-2020 Cedera Otak Ringan (ICD-10 : S06.0 Concussion) 1. Pengertian Cedera Otak Ringan adalah cedera otak yang diklasifikasikan berdasarkan (Definisi) tingkat kesadaran yang diukur dengan menggunakan skor GCS (Glasgow Coma Scale) 14-15 yang diukur 30 menitsetelah trauma, disertai dengan adanya oedema cerebri (S06.1/Traumatic Brain Injury) atau tidak, dan adanya tanda-tanda klinis encephalopathy (G93.4/ Encephalopathy unspecified) atau tidak. 2. Anamnesis Identitas pasien: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pekerjaan, Alamat – Keluhan utama – Mekanisma trauma – Waktu dan perjalanan trauma – Pernah pingsan atau sadar setelah trauma – Amnesia retrograde atau antegrade – Keluhan : Nyeri kepala seberapa berat, penurunan kesadaran, kejang, vertigo – Riwayat mabuk, alkohol, narkotika, pasca operasi kepala – Penyakit penyerta : epilepsi, jantung, asma, riwayat operasi kepala, hipertensi dan diabetes melitus, serta gangguan faal pembekuan darah 3. Pemeriksaan Primary Survey Fisik Pemeriksaan Evaluasi Perhatikan, catat, dan perbaiki A. Airway Patensi saluran napas ? Obstruksi ? Suara tambahan ? B. Breathing Apakah oksigenasi Rate dan depth Efektif…. ? Gerakan dada Air entry Sianosis C. Circulation Apakah perfusi Pulse rate dan volume Adekuat …..? Warna kulit Capilary return Perdarahan Tekanan darah D. Disability Apakah ada kecacatan Tingkat kesadaran- ( status neurologis ) neurologis …? menggunakan sistem GCS,pupil (besar, bentuk, reflek cahaya, bandingkan kanan-kiri) E. Exposure Cedera organ lain… ? Jejas, deformitas, dan (buka seluruh pakaian) gerakan ekstremitas. Evaluasi respon terhadap perintah atau rangsang nyeri
Secondary Survey
Panduan Praktik Klinis KSM Bedah Saraf 1
Pemeriksaan Status Generalis Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, serta pemeriksaan khusus untuk menentukan kelainan patologis, dengan metode: – Dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki atau, – Per organ B1 – B6 (Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone)
Pemeriksaan fisik yang berkaitan erat dengan cedera otak adalah:
1. Pemeriksaan kepala Mencari tanda : a. Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub galeal, luka terbuka, luka tembus dan benda asing. b. Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis periorbita (brill hematoma), ekimosis post auricular (battle sign), rhinorhoe, dan otorhoe serta perdarahan di membrane timpani atau leserasi kanalis auditorius. c. Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla (Lefort), fraktur rima orbita dan fraktur mandibula, perdarahan konjungtiva, perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di mata. d. Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit yang berhubungan dengan diseksi karotis 2. Pemeriksaan pada leher dan tulang belakang. Mencari tanda adanya cedera pada tulang servikal dan tulang belakang dan cedera pada medula spinalis. Pemeriksaan meliputi jejas, deformitas, status motorik, sensorik, dan autonomik.
Pemeriksaan Status Neurologis
Pemeriksaan status neurologis terdiri dari : a. Tingkat kesadaran : berdasarkan skor Glasgow Coma Scale (GCS). Cedera otak berdasar GCS, yang dinilai setelah stabilisasi ABC diklasifikasikan cedera otak ringan dengan GCS 14 – 15 b. Saraf kranial : dilakukan pemeriksaan saraf kranial I sampai dengan XII c. Motoris dan sensoris: bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah mencari tanda lateralisasi d. Autonom: bulbo cavernous reflek, cremaster reflek, spingter reflek, reflek tendon, reflek patologis dan tonus spingterani (jika ada kecurigaan cedera medulla spinalis). 4. Kriteria 1. Anamnesis sesuai diatas Diagnosis 2. Pemeriksaan klinis sesuai diatas 3. Pemeriksaan imaging sesuai di atas 5. DiagnosisKerja Cedera Otak Ringan (Concussion) S06.0 6. Diagnosis - Intoksikasi alkohol Banding - Stroke 7. Pemeriksaan X-foto kepala : Penunjang 1. Bila jejas cukup besar; cari garis fraktur, aerokel, darah dalam sinus paranasalis, shift glandula pinealis, fragmen tulang dan korpus alienum 2. Tidak untuk mencari fraktur basis 3. Penderita yang memerlukan CT-scan kepala tidak perlu dibuat X- foto kepala. X-foto vertebra servikal: 4. Menyingkirkan adanya cedera servikal 2 X-foto thoraks: 5. Mencari cedera penyerta CT Scan Kepala: 6. Untuk mencari lesi intracranial 7. Bisa disertai dengan gambaran scalp hematom dan fraktur kalvaria 8. Tatalaksana* - Tirah Baring - Pemeriksaan neurologis secara periodik - Bila kondisi membaik, pasien dipulangkan dan control kembali, - Bila kondisi memburuk dilakukan CT Scan ulang dan penatalaksanaan sesuai protocol cedera otak berat. - Indikasi CT scan kepala : 1. GCS ≤ 13 setelah resusitasi 2. Deteriorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih, hemiparese, kejang 3. Nyeri kepala atau muntah menetap 4. Terdapat tanda fokal neurologis 5. Terdapat tanda fraktur atau kecurigaan fraktur 6. Trauma tembus atau kecurigaan trauma tembus 7. Evaluasi pasca operasi 8. Pasien multi trauma 9. Indikasi social
Penatalaksanaan Cedera Otak Ringan:
- Dirawat di rumah sakit untuk observasi, pemeriksaan neurologis secara periodik. - Bila kondisi membaik, pasien dipulangkan dan control kembali, bila kondisi memburuk dilakukan CT Scan ulang dan penatalaksanaan sesuai protocol cedera kepala sedang/ berat. - Pastikan jalan nafas pasien bebas, berikan oksigenasi dan imobilisasi leher sebelum cedera cervical dapat disingkirkan, bila perlu intubasi. - Head Up 30o - Berikan cairan sesuai dosis berat badan (normal saline) untuk resusitasi agar tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfusi darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl. - Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain, GCS dan pemeriksaan batang otak secara periodik. - Berikan manitol (atau cairan hypertonic saline) dengan dosis 1 gr/kg BB diberikan secepat mungkin pada penderita dengan ancaman herniasi dan edema cerebri. - Berikan obat-obatan anti kejang (phenitoin) jika penderita kejang, piracetam, citicholin, H2 blocker (ranitidin/ omeprazole), analgetik, antibiotika (cephalosporin generasi III), anti muntah (ondancentron), anti vertigo (flunarizin), acetazolamide, dan neuro activator (Neuroaid) - Pemberian neuropeptide (Semax) tetes hidung untuk membantu pemulihan kesadaran. 9. Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Saraf 10. Kompetensi Merah Kuning Hijau Biru
Panduan Praktik Klinis KSM Bedah Saraf 3
PPDS** Diagnosis 4 4 4 4 Pengelolaa 4 4 4 4 nmedis Prosedur 4 4 4 4 11. Edukasi Penjelasan kepada pasien dan keluarganya: Perjalanan penyakit, prognosis, dan komplikasi yang mungkin terjadi Terapi dan tindakan yang akan diberikan beserta keuntungan dan kerugian Tata cara perawatan 12. Prognosis Ad Vitam (Hidup) : Dubia ad bonam Ad Sanationam (sembuh) : Dubia ad bonam Ad Fungsionam (fungsi) : Dubia ad bonam Prognosis dipengaruhi: - Usia - Status neurologisawal - Jarak antara trauma dan tindakan bedah - Edema cerebri - Kelainan intrakranial lain seperti kontusional, hematom subarachnoid, dan hematom epidural - Faktor ekstrakranial 13. Tingkat Terapi : I Evidens*** 14. Tingkat Medikamentosa Rekomendasi 15. Penelaah kritis 1. DR. Untung Alifianto, dr., Sp BS 2. Hanis Setyono, dr.,Sp BS 3. Ferry Wijanarko, dr.,Sp BS 4. Geizar Arsika Ramdhana, dr.,Sp BS 16. Indikator Perbaikan status neurologis. Medis 17. Kepustakaan J Claude Hemphill, III, MD, MAS.Traumatic brain injury: Epidemiology, classification, and pathophysiology. Uptodate. 2016. J Claude Hemphill, III, MD, MAS&Nicholas Phan, MD, FRCSC, FACS. Management of acute severe traumatic brain injury. Uptodate. 2015. Monica S Vavilala, MD&Robert C Tasker, MBBS, MD. Severe traumatic brain injury in children: Initial evaluation and management . Uptodate. 2017. Randolph W Evans, MD, FAAN. Concussion and mild traumatic brain injury. Uptodate. 2015. 2. "NINDS Traumatic Brain Injury Information Page". National Institute of Neurological Disorders and Stroke. September 15, 2008. Retrieved 2008-10-27. 3. Andrew IR Maas, MD, Nino Stocchetti, MD&Ross Bullock, MD. Moderate and severe traumatic brain injury in adults . TheLancet.com. 2008 4. Langston T.Holly, M.D., Daniel F.Kelly, M.D., George J.Counelis, M.D., ThaneBlinman, M.D., David L.McArthur, Ph.D., M.P.H., 4 and H. GillCryer, M.D.Cervical spine trauma associated with moderate and severe head injury: incidence, risk factors, and injury characteristics. JNS. 2002. 5. Greenberg, Mark S. Head Trauma. Handbook of Neurosurgery. 6th Ed. Thieme. 2001.
Surakarta, Komite Medik Ketua KSM Bedah Saraf Ketua