Anda di halaman 1dari 50

TRAUMA KAPITIS

Dr. Fidha Rahmayani, Sp.s

1
Konsensus Keseragaman Diagnosis
SINONIM:
Trauma kapitis = Cedera Kepala = Head Injury =
Trauma Kranioserebral = Traumatic Brain Injury

DEFINISI:
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala
baik secara langsung yang menyebabkan gangguan
fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososial baik temporer maupun permanen.

2
Klasifikasi
Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan:
1. Patologi:
1. Komosio serebri
2. Kontusio serebri
3. Laserasio serebri

3
2. Lokasi lesi
1. Lesi diffus
2. Lesi kerusakan vaskuler otak
3. Lesi fokal
1. Kontusio dan Laserasi serebri
2. Hematoma Intrakranial
1.Hematoma Ekstradural (Hematoma epidural)
2.Hematoma subdural
3.Hematoma intraparenkhimal
1.Hematoma Subarakhnoid
2.Hematoma Intraserebral
3.Hematoma Intraserebellar

4
3. Derajat kesadaran berdasarkan SKG

Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan otak


Minimal 15 Pingsan (-), defisit Normal
neurologi (-)
Ringan 13 – 15 Pingsan < 10 menit, Normal
defisit neurologik (-)
Sedang 9 – 12 Pingsan > 10 menit s/d 6 Abnormal
jam defisit neurologik (+)
Berat 3–8 Pingsan > 6 jam, defisit Abnormal
neurologik (+)

Catatan:
1. Tujuan klasifikasi ini untuk pedoman triase di gawat darurat
2. Jika abnormalitas CT scan berupa perdarahan intrakranial, penderita
dimasukan klasifikasi trauma kapitis berat.
5
Diagnostik pasca perawatan

• Minimal (simple head injury)


SKG 15, tidak ada penurunan kesadaran, tidak
ada amnesia pasca trauma (APT), tidak ada
defisit neurologi

• Trauma kapitis ringan / mild head injury


SKG 13 – 15, CT Scan normal, Pingsan < 30
menit, tidak ada lesi operatif, rawat rumah sakit
< 48 jam, amnesia pasca trauma (APT) < 1 jam
6
• Trauma kapitis sedang/moderate head injury
SKG 9-12 dan dirawat >48 jam, atau SKG > 12
akan tetapi ada lesi operatif intrakranial atau
abnormal CT Scan, pingsan > 30 menit-24 jam,
APT 1-24 jam

• Trauma Kapitis Berat / severe head injury


SKG < 9 yang menetap dalam 48 jam sesudah
trauma, pingsan > 24 jam, APT > 7 hari

7
Skala Koma Glasgow
Nilai SKG orang dewasa
– Penjumlahan dari komponen mata + verbal + motorik
– Jumlah minimal 1+1+1=3 -koma dalam
– Jumlah maksimal 4+5+6=15 -kompos mentis – normal

Normal Skor pada anak:


– 6-12 bulan : 12
– 1-2 tahun : 13
– 2-5 tahun : 14
– > 5 tahun : 14

8
Skala Koma Glasgow

Buka mata

Nilai >1 tahun 0-1 tahun

4 Spontan Spontan

3 Dengan perintah verbal Dengan panggilan

2 Dengan nyeri Dengan nyeri

1 Tidak ada respon Tidak ada respon

9
Respon motorik terbaik
Nilai >1 tahun 0-1 tahun
6 Menurut perintah

5 Dapat melokalisasi nyeri Melokasi nyeri

4 Fleksi terhadap nyeri Fleksi terhadap


nyeri
3 Fleksi Abnormal (dekortikasi) Fleksi abnormal
(dekortikasi)
2 Ekstensi (deserebrasi) Ekstensi
(deserebrasi)
1 Tidak ada respon Tidak ada respon

10
Respon verbal terbaik
Nilai > 5 tahun 2-5 tahun 0-2 tahun
5 Orientasi baik dan Kata-kata Menangis yang
berbicara tepat sesuai
4 Disorientasi dan Kata-kata Menangis
berbicara tidak sesuai
3 Kata-kata yang tidak Berteriak Menangis yang
tepat; menangis tidak
sesuai/berteriak
2 Suara yang tidak Merintih Merintih
berarti
1 Tidak ada respon Tidak ada Tidak ada
respon respon
11
Pembagian trauma kapitis ringan dalam
trauma olahraga
Kehilangan Lamanya amnesia
kesadaran
Ringan/grade I Tidak; bingung; 5 – 15 min
concussion disorientasi
Sedang/grade II Tidak atau singkat 15 – 30 min
concussion (1-5 min)
Berat/grade III Ada (>5 min) > 1 jam
concussion

12
Penegakan diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan


1. Anamnesis
Trauma kapitis dengan/tanpa gangguan
kesadaran atau dengan interval lucid
Perdarahan/ottorhea/rhinorrhea
Amnesia traumatika (retrograd/anterograd)
2. Hasil pemeriksaan klinis Neurologis
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral,
tangensial.

13
4. Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk
fotoservikal.
Dari hasil foto dapat diperhatikan kemungkinan
adanya fraktur:
– Linier
– Impresi
– Terbuka/tertutup

5. CT Scan Otak: untuk melihat kelainan yang mungkin


terjauh berupa
– Gambaran kontusio
– Gambaran edema otak
– Gambaran perdarahan (Hiperdens)
– Hematoma epidural
– Hematoma subdural
– Perdarahan subarakhnoid
– Hematoam intraserebral
14
Pemeriksaan klinis umum dan neurologis

• Penilaian kesadaran berdasarkan skala koma


Glasgow (SKG)
• Penilaian fungsi vital tensi, nadi, pernafasan
• Ottorhea, rhinorrhea
• Ecchymosis periorbital bilateral / eyes / hematoma
kaca mata
• Ecchymosis mastoid bilateral / battle’s sign
• Gangguan fokal neurologik
• Fungsi motorik: lateralisasi, kekuatan otot
• Refleks tendon,refleks patologis
• Pemeriksaan fungsi batang otak :
15
• Ukuran besar, bentuk, isokor / anisokor & reaksi pupil
• Refleks kornea
• Doll’s eye phenomen
• Monitor pola pernafasan:
– Cheyne stokes ; lesi di hemisfer
– Central neurogenic hyperventilation; lesi di mesensefalon –
pons
– Apneustic breath; lesi di pons
– Ataxic breath; lesi di medulla oblongata
• Gangguan funsi otonom
• Funduskopi

16
Hematoma epidural
Perdarahan terjadi diantara tabula interna – duramater
Hematom massif, akibat pecahnya a.meningea media
atau sinus venosus.
Tanda diagnostik klinik:
• Lucid interval (+)
• Kesadaran semakin menurun
• Late hemiparese kontralateral lesi
• Pupil anisokor
• Babinsky (+) kontralateral lesi
• Fraktur didaerah temporal

17
18
19
Hematoma epidural di fossa posterior

Gejala dan tanda klinis:


• Lucid interval tidak jelas
• Fraktur kranii oksipital
• Kehilangan kesadaran cepat
• Gangguan serebellum, batang otak dan pernafasan
• Pupil isokor
Penunjang diagnostik:
CT Scan otak: gambaran hiperdens (perdarahan) ditulang
tengkorak dan dura, umumnya didaerah temporal, dan tampak
bikonveks.

20
Hematoma Subdural
Perdarahan yang terjadi diantara durameter – arakhnoid, akibat
robeknya “bridging vein” (vena jembatan)
Jenis
1. Akut : Interval lucid 0 – 5 hari
2. Subakut : Interval lucid 5 hari – bbrp minggu
3. Kronik : interval lucid > 3 bulan
Hematoma subdural akut
Gejala dan tanda klinis:
– Sakit kepala
– Kesadaran menurun + / -
Penunjang diagnostik:
CT Scan otak: gambaran hiperdens (perdarahan) diantara
durameter dan araknoid, umumnya karena robekan dari
bridging vein, dan tampak seperti bulan sabit
21
Hematom intraserebral
Perdarahan parenkhim otak, disebabkan oleh pecahnya arteri
intraserebral mono atau –multiple

FRAKTUR BASIS KRANII:


1. Anterior
Gejala dan tanda klinis:
- keluarnya cairan likuor melalui hidung / rhinorea
- perdarahan bilateral periorbital ecchymosis / racoon eye
- anosmia
2. Media
gejala dan tanda klinis:
- keluarnya cairan likuor melalui telinga / otorrhea
- Gangguan n. VII & VIII
22
3. Posterior
Gejala dan tanda klinis:
- Bilateral mastoid ecchymosis / battle’s sign
Penunjang diagnostik:
- Memastikan cairan serebrospinal secara
sederhana dengan tes halo
- scaning otak resolusi tinggi dan irisan 3 mm
(50%+) (high resolution and thin section)

23
24
25
Diffuse Axonal Injury (DAI)

Gejala dan tanda klinis:


- Koma lama pasca trauma kapitis (prolonged coma)
- Disfungsi saraf otonom
- Demam tinggi
Penunjang diagnostik:
CT scan otak:
- Awal – normal, tidak ada tanda adanya
perdarahan, edema, kontusio.
- Ulangan setelah 24 jam – edema otak luas.

26
PERDARAHAN SUBARAKHNOID
TRAUMATIKA
Gejala dan tanda klinis:
- Kaku kuduk
- Nyeri kepala
- Bisa didapati gangguan kesadaran

Penunjang diagnosis:
CT Scan otak: perdarahan (hiperdens) diruang
subarakhnoid

27
Konsensus Manajemen di Unit Gawat
Darurat

Penanggulangan Trauma Kapitis Akut


Penanganan emergensi sesuai dengan beratnya trauma
kapitis (ringan, sedang, berat);
1. Survei Primer, guna; menstabilkan kondisi pasien,
meliputi;
A = Airway (jalan nafas)
bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut dan dan
mengeluarkan darah, gigi yang patah, muntahan dan
sebagainya. Bila perlu lakukan Intubasi (waspadai adanya
fraktur tulang leher)

28
B = Breathing (pernafasan)
Pastikan pernafasan adekuat.
Perhatikan frekuensi, poal nafas dan pernafasan dada atau
perut dan kesetaraan pengembangan dada kanan dan kiri
(simetris). Bila ada gangguan pernafasan, cari penyebab
apakah terdapat gangguan pada sentral (otak dan batang
otak) atau perifer (otot pernafasan atau paru-paru). Bila
perlu, berikan oksigen seduai dengan kebutuhan dengan
target saturasi O2 > 92%

C = Circulation (sirkulasi)
Pertahankan tekanan darah Sistolik > 90 mmHg.
Pasang sulur intravena. Berikan cairan intervena drip, NaCl
0.9% atau Ringer. Hindari cairan hipotonis. Bila perlu
berikan obat vesopresor dan / inotropik.
29
D = Disability (untuk mengetahui interalisasi dan
kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi)
- Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu
- Skala koma glasgow
- pupil; ukuran, bentuk dan refleks cahaya
- pemeriksaan neurologi cepat; Hemiparesis,
refleks patologis
- Luka-luka
- Anamnesa: AMPLE (Allergies, Medications, Past
illness, last meal, event / environment rlated to
injury)

30
2. Survei Sekunder; meliputi pemeriksaan dan tindakan
lanjutan setelah kondisi pasien stabil
E = Laboratorium
Darah : Hb, Leukosit, hitung jenis lekosit, trombosit,
ureum, keatinin, gula darah sewaktu, analisis gas
darah dan elektrolit
Urine : Perdarahan (+) / (-)
Radiologi :
- Foto polos kepala, posisi AP, lateral, tangensial
- CT Scan otak.
- Foto lainnya sesuai indikasi (termasuk foto servikal)

31
F = Manajemen Terapi
- Siapkan untuk operasi pada pasien yang
mempunyai indikasi
- Siapkan untuk masuk ruang rawat
- Penaganan luka-luka
- Pemberian terapi obat-obatan sesuai kebutuhan

32
Indikasi Operasi Penderita trauma
kapitis
1. EDH (epidural Hematoma):
a. > 40 cc dengan midline shifting pada daerah temporal /
frontal / parietal dengan fungsi batang otak masih baik.
b. > 30 cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda
penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi
batang otak masih baik.
c. EDH progresif.
d. EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi
operasi.

33
2. SDH (Subdural hematoma):
a. SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS > 6,
fungsi batang otak masih baik.
b. SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan
indikasi operasi.
c. SDH dengan edema serebri / kontusio serebri
disertai midline shift dengan fungsi batang otak
masih baik.

3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma.


indikasi operasi ICH pasca trauma:
a. penurunan kesadaran progresif
b. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda
gangguan nafas (cushing refleks)
c. perburukan defisit neurologi fokal. 34
4. Fraktur impresi melebihi 1 (satu) diploe.
5. Fraktur Kranii dengan laserasi serebri
6. Fraktur kranii terbuka (pencegahan
infeksi intra-kranial)
7. Edema serebri berat yang disertai tanda
peningkatan TIK, dipertimbangkan
operasi dekompresi.

35
36
Kasus ringan (Simple Head Injury)
1. Pemeriksaan status umum dan neurologi
2. Perawatan luka-luka
3. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga
selama 48 jam.
bila selama dirumah terdapat hal-hal sebagai berikut;
- Pasien cendrung mengantuk
- Sakit kepala yang semakin berat
- muntah proyektil
4. Pasien perlu dirawat apabila ada hal-hal berikut
- ada gangguan orientasi
- Sakit kepala dan muntah
- Tidak ada yang mengawasi dirumah
- Letak rumah jauh atau sulit untuk kembali ke RS.
37
Konsensus diruang rawat
Pelayanan medis: tujuan yang paling utama dan tata
laksana trauma kapitis tertutup harus maksimal
terhadap proses fisiologi dari perbaikan otak itu
sendiri (Miller, 1978)
A. Kritikal – SKG 3-4
Perawatan di Unit Intensif Neurologi (Neurological ICU)/ ICU
(bila fasilitas tersedia)
B. Trauma kapitis sedang dan berat SKG 5-12
1. Lanjutkan penanganan ABC
2. Pantau tanda vital (suhu, pernafasan, tekanan darah),
pupil , SKG, gerakan Ekstremitas, sampai pasien sadar
1. Pantauan dilakukan tiap 4 jam
2. Lama pantauan sampai pasien mencapai SKG 15
38
Perhatian khusus harus diberikan untuk mencegah
terjadinya hipotensi. Tata laksana tradisonal meliputi
pembatasan cairan dalam mengurangi terjadinya
edema otak, kemungkina akan membahayakan
pasien, terutama yang telah banyak kehilangan
cairan.
dijaga jangan sampai kondisi berikut terjadi:
- tekanan darah sistolik < 90 mm Hg
- Suhu > 38 derajat celcius
- Frekuensi nafas > 20 x / menit

39
3. Cegah kemungkinan terjadinya tekanan
tinggi intrakranial, dengan cara;
1. Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
2. Bila perlu dapat diberikan Manitol 20% (hati-
hati kontradiksi). Dosis awal 1 gr/kg BB,
berikan dalam waktu ½ - 1 jam, drip cepat,
dilanjutkan pemberian dengan dosis 0,5 gr /
kg BB cepat, ½ - 1 jam setelah 12 jam dan
24 jam dari pemberian pertama
3. Berikan analgetika, dan bila perlu dapat
diberikan sedasi jangka pendek.

40
4. Atasi implikasi:
1. Kejang : profilaksis OAE selama 7 hari untuk
mencegah Immediate dan early seizure pada kasus
risiko tinggi.
2. Infeksi akibat fraktur basis kranii / fraktur terbuka :
profilaksis antibiotika, sesuai dosis infeksi
intrakranial, selama 10 – 14 hari
3. Gastrointestinal – perdarahan lambung
4. Demam
5. DIC : pasien dengan trauma kapitis tertutup
cenderung mengalami koagulaopati akut
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roboransia, neuprotektan (citicoline),
nootropik sesuai indikasi.
41
Trauma Kapitis Ringan (komosio
serebri)
• Di rawat 2 x 24 jam
• Tidur dengan posisi kepala ditinggikan 30
derajat
• Obat-obat simptomatis seperti analgetik ,
anti emetik, dan lain-lain sesuai indikasi
dan kebutuhan.

42
Konsensus Neurorestorasi dan
Neurorehibilitasi

• Evaluasi defisit neurologi


– Parese nerve kranialais
– Parese motorik
– Gangguan sensorik
– Gangguan otonom
– Koordinasi

43
– Neurobehavior (kognitif dan emosi):
• TOAG (tes orientasi dan Amnesia Galvenston) (diruang
rawat)
• MMSE (Minimental State Examination)
1. Dilakukan setelah nilai TOAG > 75
2. Diruangan
3. Bila ada penurunan nilai (<30), dikirim kedivisi
neurobehavior
 Status mental neuro lengkap (dilakukan di divisi
neurobehavior)
• Membuat program restorasi berdasarkan
acuan buku sesuai dengan defisit yang
didapatkan
• Membuat discharge planning
• Mengirim pasien kepusat rehabilitasi 44
45
46
47
48
49
50

Anda mungkin juga menyukai