Agus Budi
A. Pendahuluan
● Epidemiologi hidrosefalus kongenital byk di afrika
● Hidrosefalus Kongenital/ pd bayi menganggu tumbang anak
● Rata2 dialami pada keluarga sosek rendah
● Definisi hidrosefalus: keadaan patologis menyebabkan ketidakseimbangan
produksi dan penyerapan cairan serebrospinal → akumulasi dlm ventrikel →
peningkatan tekanan intrakranial → makrosefalus
● Fungsi LCS: membawa O2, zat metabolisme, peredam trauma
● Aliran LCS
LMN
Substansi grisea: neuron motorik >>>
6. Lesi otot
a. Distrofia muskulorum: krn faktor patologi kromosomal
b. Miopati: (-) herediter & infeksi
c. Miositis: infeksi
7. Paralisis periodik
a. Paralisis periodik hipokalemik familial
b. Paralisis periodik hiperkalemik familiah
c. Paralsis periodik normokalemik: tanda spt hipokalemik tp
berlangsung lama
8. Gangguan gerakan histerik: lumpuh tp tidak ada tanda UMN & LMN.
Pasien penuh ketegangan & kecemasan
● fisiologis kesadaran
1. terjaga (wakeful→awareness): input semua informasi sensoris →
peningkatan aktivitas RAS → korteks → output motorik (membuat
kita terjaga)
*consciousness = wakeful + awareness
2. tidur: penurunan aktivitas RAS
peningkatan-penurunan ini bersifat reversibel (siklus). bila ada
gangguan RAS (common cause: aging) → gangguan siklus
tidur-terjaga/gangguan kesadaran
*kenapa bisa terjadi perubahan (penurunan-peningkatan)? karena
tergantung dr pengaruh NT
(kolinergik/histaminergik/hormon/noradrenergik/serotonergik)
B. Etiologi penurunan kesadaran
1. proses difus/multifokal: metabolik, infeksi, konkusio (sistemik)
2. lesi supratentorial: hemoragik, infark, tumor (lobus cerebrum)
3. lesi infratentorial: hemoragik, infark, tumor, abses (di batang otak &
cerebellum)
C. Patofisiologis penurunan kesadaran
1. gangguan di thalamus, korteks → minimally consciousness (ngantuk)
2. gangguan di batang otak → lock-in syndrome
3. gangguan di thalamus, kedua hemisfer → vegetative state (wakeful, tp tidak
aware)
4. gangguan di korteks, hemisfer, thalamus, batang otak → koma
5. gangguan di semua bagian otak → brain dead
D. Klasifikasi penurunan kesadaran
1. gangguan kesadaran (-) kelainan fokal (-) kaku kuduk (difus/sistemik):
disebabkan gangguan iskemik, gangguan metabolik, intoksikasi, infeksi
sistemik, hipertermia, epilepsi
2. gangguan kesadaran (-) kelainan fokal (+) kaku kuduk (meninges-related):
meningitis, enchepalitis, perdarahan subarachnoid
3. gangguan kesadaran (+) kelainan fokal: hemoragik, tumor, infark, abses
E. diagnosis
1. anamnesis: etiologi neurologis VITAMINS (Vaskuler, Infeksi, Trauma,
Autoimun, Metabolik, Idiopatik, Neoplasma), faktor risiko (penykit ginjal,
hati, jantung, paru), tanda klinis (perubahan suasana hati/tingkah laku,
lumpuh, demensia, gangguan fungsi luhur)
2. px fisik: periksa komponen kesadarannya (pola pernapasan, refleks pupil,
gerak bola mata, respon okulovestibular)
*pola pernapasan
a. cheyne stokes (dalam-dangkal-apnea): lesi hemisfer bilateral, batang
otak baik
b. hiperventilasi neurogenik sentral (>25x/menit): lesi tegmentum
c. apneustik (inspirasi-apnea): lesi batang otak
d. kluster: lesi pons
e. ataksik (tidak teratur): lesi MO (keadaan preterminal)
*pupil
a. posisi di tengah, ukuran normal, (-)refleks pupil: lesi fokal midbrain
kecil=myosis
c. pupil unilateral dilatasi, (-)refleks pupil: tekanan pd N.III → herniasi
uncal
dilatasi=midriasis
d. pupil bilateral dilatasi, (-)refleks pupil: herniasi sentral, iskemia,
hipoksia, intoksikasi (luminal, atropin, skopolamin, glutetimid) → lesi
mesencephalon
normal: +
c. refleks okulovestibular: koma
PEMERIKSAAN LAIN
5. Glukosa urin
6. proinsulin (kadar sangat rendah)
7. insulin (kadar lebih tinggi dr proinsulin, tp tetep sulit)
● syarat: pasien non-obese, puasa, sehat
● metode px: RIA, immunoassay, IDMS
● normal: 12-150 pmol/L
*Kenapa insulin ga dideteksi? Kadarnya sangat rendah (12-150
pmol/L), waktu paruh sebentar. Bisa aja si tp pake immunoassay
(mahal, lab khusus)
8. c-peptide
● metode px: IDMS
● c-peptide dieksresi di ginjal → deteksi kadar urin c-peptide
9. glukagon
● metode px: RIA, immunoassay
● nilai rujukan bervariasi → jika >500x nilai normal, kemungkinan
neoplasma sel-α
10. Advanced Glycation End products (AGES)
11. Fruktosamin (Glukosa yang berikatan dg gugus amin protein)
● Menggambarkan kontrol DM 3-6 minggu
● I: alternatif dr HbA1c dan glycated albumin
● waktu paruh lebih cepat dr glycated albumin dan tidak stabil
● kadar
a. normal: 2-2.8 mmol/L
b. memuaskan: 2.8 - 3.2
c. sedang: 3.2 - 3.7
d. jelek: >3.7
12. 1.5 anhydroglucitol (1.5 Ag)
● t1/2 panjang
● lebih sensitif thd perubahan glukosa (2-6 mgg)
● DM, uremia: kadar serum 1.5 Ag rendah
F. Tatalaksana
1. Melakukan pemantauan gula darah mandiri (PGDM) setelah edukasi dr nakes
terlatih
*Jika dilakukan oleh keluarga, ketidakakuratan mencapai 90%
*Cara yang benar: pijat jari yg akan ditusuk, pasang strip ke glukometer, u/
jari kecil (2-3 mm), jangan pijat jari pas udh ditusuk (nanti yg keluar cuma
plasma)
*faktor yg mempengaruhi hasil PGDM:
1. faktor intrinsik penyandang: positif palsu (hematokrit rendah, O2
rendah, asam urat tinggi), negatif palsu (hematokrit tinggi,
hipertrigliserida)
2. faktor keterampilan: strip ga tepat masuk ke glukometer, alkohol ga
ditunggu kering (darah jadi terencerkan), penekanan jari tidak tepat,
darah kurang
3. faktor glukometer: strip rusak/kadaluwarsa, baterai lemak, layar
buram → pembacaan terganggu
4. faktor terapi: positif palsu (hemodialisis rutin, icodextrin dialisat) ,
negatif palsu (O2 tinggi), obat (acetaminophen, asam askorbat,
L-dopa)
2. Sasaran pengendalian DM: kontrol kadar glukosa dg pemeriksaan lab
(HBA1c< 7% sdh baik, IMT 18.5-22,9) liat di tabel parameternya
G. Pemeriksaan untuk komplikasi DM
1. Albumin urin kuantitatif
● (+) albumin urin adalah pertanda;
a. kerusakan membran glomerulus (pd inflamasi dan demam)
b. DM
c. latihan berlebih, kehamilan
d. ISK
e. postural proteinuria benigna
● Normalnya, secara kuantitatif, ada dlm jumlah sedikit
3. Benda keton
● keton (asam asetoasetat, aseton, hidroksi butirat) dihasilkan ketika
lemak dijadikan sumber energi
● Asam asetat, aseton (gampang menguap → pemeriksannya harus
segera)
● kurang spesifik untuk DKA, mungkin penyebab ketonuria selain DKA
banyak (?)
● metode: keton + nitroprusid → warna ungu
Sindrom metabolik
A. Pendahuluan
● Meningkatkan risiko penyakit KV & DM
● Sekelompok gejala kelainan metabolik
● Tanda utama: obesitas sentral (LPF≥80, LPM≥90) , hiperglikemia (GDP≥100),
hiperlipidemia (TG>150), HDL rendah (<40), LDL tinggi, hipertensi
(>130/>85)
● faktor risiko: obesitas, DM, hipertensi, PJK, lipodistrofi, umur, gaya hidup
B. Patomekanisme
● Resistensi insulin → >>>FFA
C. Kontrol nafsu makan
1. Faktor psikologis (>>>)
2. Kultural
3. Hormon: leptin (dihasilkan oleh adiposit) & ghrelin
Leptin >>>→ pusat makan otak → stop intake
Leptin <<< → intake makanan
ghrelin >>> → intake makanan
Resistensi leptin → intake makanan
D. Pemeriksaan lab
1. HOMA IR
● Butuh pengukuran kadar insulin terlebih dahulu
● lalu, masukin kadar glukosa dan insulin yg tlah diketahui ke rumus;
E. Rangkuman
HIPOTIROID KONGENITAL-dr.Dhian
A. Pendahuluan
● Prevalensi: F>>M, sindrom down>> → retardasi mental
● Fisiologis:
1. Periode neonatus: janin pakai T4/T3 ibu → brojol (T4/T3 masih
rendah) → udara dingin (30 menit sesudah lahir) → stimulasi
produksi T4/T3 (T3>>>T4)
*Kadar puncak: T3=90 menit, T4=1 minggu
2. TRH (hipotalamus) → ↑TSH (sel basofil hipofisis anterior) → T4,T3
(tiroid) → sel-sel tubuh
*TSH= thyrotropin-releasing-hormone, TSH=
thyroid-stimulating-hormone
*T4/T3 berperan sebagai umpan balik negatif
● Anatomi
Embriologi: dr pangkal lidah (jd mirip kelenjar ludah) → turun sepanjang
garis tengah leher → berhenti setinggi C3
*disgenesis ektopik tiroid= tiroid terletak lebih atas dr lokasi normal
Struma - + +/- - -
*Jalur primer= 1,2,3. Jalur sekunder= 4a,4b
Klasifikasi hipotiroidisme kongenital (bds penyebab dan kemungkinan sembuh)
Primer menetap Primer transien Sekunder Sekunder
menetap/hipopit transien
uitarism
D. Manifestasi klinis
1. General: cebol, ikterus, letargi (kurang aktif)
2. Kepala: wajah khas, ubun2 melebar, kulit kering, burik rambut kasar,
makroglosia
3. Mental: retardasi, sulit diajak/diajar bicara
4. Abdomen: hernia umbilikalis, perut buncit, miksedema, udem skrotum,
konstipasi
5. Otot: hipotoni, mudah tersedak
E. Diagnosis dan diferensial diagnosis
1. Anamnesis: tanyakan faktor risiko
2. Px fisik: lihat manifestasi klinis
3. Px lab: kadar TSH,T4,T3,TBG
4. x-ray: umur tulang (pd pasien pendek), kardiomegali, myxedema, pelebaran
sela turcica (hipopituitarisme)
5. USG
6. Sidik tiroid
F. Tatalaksana
1. Tujuan: mengembalikan fungsi metabolisme esensial, optimalkan tum-bang
anak, mengembalikan maturitas otak yang normal
2. Obat: sodium levotiroksin. Dosis tergantung usia: neonatus (10-15), 0-3 bulan
(8-10), 3-6 bulan (7-10), 6-10 bulan (6-8), 1-5 tahun (4-6), 6-12 tahun (3-5),
>12 tahun (3-4)
3. Diet: sumplementasi yodium, pembatasan makanan yg mengandung
goitrogen (menghambat yodium): asparagus, bayam, brokoli, kubis, kacang,
lobak, selada, susu kedelai
4. Pemantauan klinis: tum-bang anak
5. Pemantauan laboratoris: pemantauan kadar hormon FT4,TSH setelah 2-4
minggu pengobatan → tiap 1-2 bulan (tahun pertama) → 2-3 bulan (tahun
ke-2,3), x-ray (evaluasi hemiskeleton),
*T4 normal: 10-16
*TSH <10
6. Pemantauan psikometrik (IQ)
7. Uji skrining TSH: tusuk bagian lateral tumit dg lancet → tetesi darah ke kertas
filter
G. Prognosis
● Lebih cepat skrining, pengobatan adekuat → baik
● Baru diobati pd usia 4-6 minggu → belum terlalu terlambat! → harapannya
IQ tidak beda jauh dengan populasi kontrol
● Kasus berat, terlambat skrining, prngobatan inadekuat slm 2 tahun pertama
→ kelainan intelektual & neurologis
● Tuli sensorineural, gangguan berjalan, motorik kasar/halus, ataxia, tonus otot
meningkat/menurun, gangguan bicara, short attention spain
durasi 4:dosis kecil 6-8 jam >12 jam 12-24: 10-24 jam
5-6:dosis detemer
besar 24: glargine
1. pankreas
a. sel-a (peningkatan glukagon): inhibitor DPP-4, GLP-1
b. sel-b (penurunan insulin): SU, TZD, biguanide, inhibitor DPP-4, GLP-1,
2. lemak
● terjadi lipolisis → toleransi glukosa, resistensi insulin: TZD
(meningkatkan sensitisasi insulin)
3. hati (glukoneogenesis: biguanide, TZD, GLP-1, DPP-4)
4. otot (toleransi glukosa, resistensi insulin: biguanide, TZD (sensitisasi insulin)
5. usus: DPP-4, acarbose
6. ginjal: inhibitor SGLT-2
7. otak (Pada DM, terjadi polifagi: GLP-1 (menekan pusat lapar, menurunkan
resistensi insulin)
OBAT PENYAKIT ADRENAL - dr. Bening
A. Pendahuluan
● Hipotalamus (CRF) → hipofisis anterior (ACTH) → adrenal (suprarenal):
1. Kortek: glomerulosa (aldosterone/mineralokortikoid), fasciculata
(kortisol/glukokortikoid), retikularis (androgen)
2. Medula: epinefrin
*CRF= corticotropin-releasing factor
*ACTH=adeno-corticotropin hormone → utama ke fasciculata → kortisol
oleh krn itu peningkatan aldosteron, tidak menginhibisi ACTH
● Fx kortisol: pengaturan tekanan darah, respon stress (glukoneogenesis,
glikogenolisis, metabolisme asam amino, metabolisme lemak), meningkatkan
kadar gula darah. meningkat di pagi hari (jam 8) → menurun di sore hari (jam
4)
a. ↑kortikosteroid → hiperglikemia → produksi insulin → aktivitas lipogenik &
anti-lipolitik → gangguan redistribusi lemak (cushing syndrome) → buffalo
hump, moon face, hilangnya lemak di ekstremitas
b. ↓kortikosteroid → psikotik, depresi, apatis,
Produksi mengikuti irama sirkadian (tinggi di pagi hari, menurun pada sore
hari). Efek: antiinflamasi (imunosupresan), peningkatan glukagon plasma oleh
pankreas
● Fx aldosterone: ↑ absorpsi Na, ekskresi K → ↑volume plasma → ↑TD
a. hiperkortisisme
eksresi H+ & K+ di ginjal → alkalosis, hipokalemia, hipertensi
b. hipokortisisme/addison:
retensi H+ & K+ di ginjal → asidosis, hiperkalemia, hipotensi, permeabilitas PD
meninggi, respons vasomotor berkurang, jantung mengecil, CO turun → kolaps
KV
● Fx androgen: pertumbuhan ciri seks sekunder.
● Bentuk tidak aktif/prodrug: prednison, kortison
● Perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan
B. Klasifikasi
Glukokortikoid
1. Short acting: hydrocortisone, cortisone, cortisol, kortikosterone,
2. Intermediate: prednisone, prednisolone, methylprednisolone, triamcinolone,
fluprednisolone
3. Long-acting: betamethasone, dexamethasone, paramethasone
Mineralocorticoid
1. Fludrocortisone: diberikan u/ kekurangan aldosterone/addison disease)
C. Farmakokinetik
● A: di usus, cukup baik. desoksi- tidak efekif pd pemberian oral. iv: peak cepat,
im: durasi lama.
● M: di hepar & non-hepar → metabolit nonaktif
D. Sediaan: topikal (krim, salep, lotion), Iv, Im, Intrasinovia, aerosol l
E. Indikasi
1. Autoimun (RA): kortikosteroid memberi efek antiinflamasi
2. Alergi (asma): (awal) berikan dosis besar 60-100 mg IV setiap 6 jam → jika
mereda, beri 40-60 mg/hari oral
3. Replacement therapy: insufisiensi primer & sekunder, hiperplasia adrenal
kongenital (CAH), insufisiensi adrenal akut & kronis
F. Efek samping (penggunaan dosis besar, terus-menerus, dan penghentian tiba-tiba)
1. penggunaan berkepanjangan: infeksi sekunder (jamur,TB), hiperglikemia,
tukak lambung, osteoporosis, gangguan cairan-elektrolit
2. henti pengobatan tiba2: Insufisiensi adrenal akut (demam, myalgia, malaise)
G. Kontraindikasi: DM, hipertensi, tukak lambung, infeksi berat, gangguan KV, ibu
hamil&laktasi
H. Penghambat kortikosteroid: mitotan, metyrapone & aminoglutetimid (u/ cushing
syndrome, tumor adrenal)
OBAT OBESITAS & DISLIPIDEMIA - dr. Fajar
OBESITAS
A. Pendahuluan
● 13% populasi dunia mengalami obesitas (M11%,F15%)
● Lingkar pinggang F>80 cm, M>90 cm
● Obesitas= food intake>>,energy expenditure<<
● Drug induced obesity (>>food intake)
obat
obat
b. Sekresi insulin
c. Efek insulin
7. Gejala
UTAMA/KLASIK: 3P + penurunan BB + 1 pemeriksaan penunjang (+) → (+)DM
8. Kriteria diagnosis DM
a. DM
● Gejala klasik + 1 px penunjang (GDP/GDS)
● Tidak ada gejala khas + 2 px penunjang (GDP,GDS,TTGO, HBA1c)
● Pada lansia: gejala tidak khas, tp datang dg komplikasi
b. DM dengan komplikasi KAD
c. DM dengan komplikasi HHS