Anda di halaman 1dari 14

ASSESMENT SISTEM SARAF

A. Pengertian Sistem Saraf


Saraf otak ada 12 pasang, memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan lokasi dan
jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti, karena itu perlu dipahami anatomi dan
fungsinya , serta hubungannya dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian
paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral (supranuklir). Bila ini rusak,hal ini
diikuti oleh degenerasi saraf perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling
berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja tanpa melibatkan
bagian lainnya.
Pemeriksaan fisik pada system saraf meliputi pengkajian fungsi-fungsi :
Saraf pusat Sistem saraf
Saraf otonom
Simpatis
Parasimpatis
Thorako Lumbalis
Sitem saraf otonom thorakal 1 s/d lumbal 2
Parasimpatis
Kranio sacral
Sacral 2,3dan 4 saraf cranial dan batang otak.
Peredaran darah otak dimuali dari : Arkus aorta ,aliran darah otak , arteri karotis komunis
interna dan arteri karotis komunis externa.
Bagian-Bagian Otak
hemisfer
1. Otak Depan cerebri
Talamus
Hipotalamus
2. Otak tengah / diencepalon
3. Otak belakang
Pos varolili
Medula oblongata
Serebelum
Otak dan sumsum tulang belakang diselmuti meningia yg bersifat melindungi struktur saraf
yg halus.
Meningia terdiri dari 3 lapisan : piamater, duramater dan arachnoid yang melekat pada otak dan
susum tulang belakang. Duramater melapisi tengkorak ( lapisan luar ). Lapisan dalam bersatu
dengan lapisan luar.
Daerah brocca yang ber hubungan dengan kemampuan bicara.Pada orang biasa daerah brocca
terletak pada hemisfer kiri, sedangkan pada orang yang kidal terletak pada hemisfer kanan.
Daerah wernicke,s yang berhubungan dengan kemampuan untuk kesan atas suara diterima dan
ditafsirkan ( mendengar ).
Bagian- bagian saraf yg mempersarafi dan fungsinya , serta cara pengkajiannya :
Nervus 1 : Olfaktorius, Nervus 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,dan 12.

B. Pengkajian Umum Sistem Neurologi


Gangguan Kesadaran
Isi Pikir : Fungsi kognitif dan fungsi afektif
Derajat Kesadaran yaitu terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan.
Gangguan Derajat Kesadaran.
Kerusakan cerebral yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme, defesiensi vitamin,
keracunan baik yang bersifat akutmaupun kronik, stroke, trauma kepala ,
hemoragic,peningkatanTIK.

Tekanan intrakranial meningkat


Penyebab : edema otak, perdarahan otak, tumor otak.
Gejala yang muncul : nyeri kepala, muntah karena tekanan meningkat pada medulla
oblongata. Pernapasan lambat karena tekanan dan anoksia medulla oblongata. Papila edema. Gangguan
motorik karena tekananpada area 4.
Kejang, kontrol spinkter hilang, impuls inhibisi,
gangguan , kesadaransensorik tekanan pada kortek & ascending reticular system.Gangguan regulasi
suhu karena tekanan pada hipotalamus.Ubun-ubun menonjol karena tekanan pada tulang tengkorak.

Tanda awal herniasi otak


Berpindahnya sebagian masa otak bagian supratentorial kedalam otak tengah.
Penilaian dilakukan :
Cepat dan akurat
Didasarkan atas respon pasien terhadap stimulus yang diberi : Suara ,sentuhan, nyeri, cahaya
Ketahui adanya komplikasi Pernapasan, cardiovascular, hilang reflex proteksi
Nilai pupil Gangguan lobus temporalis
Cek adanya peningkatan TIK Iskemia,aritmia,pulmonary arrest

Tanda tanda adanya Komplikasi


Tanda-tanda vital labil
Napas cheyne stokes , Biots
Tanda obstruksi nafas Lakukan pencegahan adanya aspirasi.

Gangguan Fungsi Kognitif


Menurun perhatian.
Menurunnya memory.
Penurunan kemampuan bahasa dan persepsi.
Penurunan kemampuan untuk membuat rencana.
Penyebab :
Kerusakan system limbic dari kortex cerebri
Penyakit metabolik
Hipotiroid
TIA
Intoksikasi obat
Gangguan cairan elektrolit
Penyakit degenaratif
Gangguan Memory :
Penyakit yang mengenai lobus temporal pda pusat memory:Trauma
kepala, tumor, hemoragik, infark, kejang, penyakit degeneratif.

Afasia
Tak mampu untuk bicara
Ada dua hemisfer pada otak, salah satu dominan. Jika terjadi kerusakan pada hemisfer dominan , maka
akan terjadi dua hal :
1. Tidak mampu dalam mengutarakan maksud.
2. Tidak mampu menangkap maksud.
Apasia dibagi dua :
1. Apasia motorik
Area brocca pada lobus frontal posterior anterior Tidak bisa untuk menyampaikan maksud.
Peran penting perawat Awas frustasi.
2. Apasia Sensorik
Area wernicke,s pada hemisfer kiri girus angular. Tidak mampumenangkap maksud dengan
cara biasa.
Peran perawat :
Apasia motorikPertanyaan dengan jawaban Ya dan tidak, antisipasi kebutuhan, gunakan alat
tulis.
Apasia Sensorik Gunakan komunikasi non verbal, beri petunjuk visual, bicara
pendek dan sederhana, Hindari pembicaraan abstrak.

Agnosia
Ketidakmampuan untuk mengenal dan interpretasikan suatu rangsang indera
Agnosia visual : tidak mampu mengenal fungsi suatu benda.
Agnosia warna
Agnosia muka
Agnosia taktil
Agnosia astereognosis : tidak mampu menyebutkan bentuk dan ukuran benda yang diraba.

Apraksia
Ketidak mampuan untuk mengerti , memformulasikan suatu perbuatan yang kompleks , tangkas
dan volunteer.
Penyebab : Lesi pada kedua hemisfer pada premotor area lobus frontal dan sebagian parietal.
Peran perawat : sama dengan Apasia
Gangguan Tingkah laku Dan Proses Pikir
Penyebab : Penyakit yang mengena pada lobus frontal seperti: trauma kepala, demensia alkoholik,
atropi cerebral.
Masalah yang dapat ditemukan yaitu :kepribadian influsif, konsentrasi menurun, mood labil, miskin
dalam mengambil keputusan.
Gejala yang mungkin muncul : sakit kepala, irritable, hypersensitif terhadap stimulus, pusing,
konsentrasi amat terbatas.

Gangguan pergerakan
Bersifat volunteer
Dipersarafi oleh motor kortex primer dan asosiasinya Lobus frontal,Basal
ganglion, Cerebelum, Saraf tepi

Gangguan motorik mata


Penyebab : Parese Nervus 3,4 dan 6
Tidak ada koordinasi antara ektra okuler.
Masalah :
Diplopia
Nistagmus Gerakan involunter
Strabismus
Intervensi : Tutup sebelah mata yang sakit
Gangguan membuka menutup mata
Penyebab : Parese saraf cranial 7
Ptosis
Exoftalmus
Masalah :
Ulserasi kornea
Gangguan penampilan
Intervensi : Tutup dengan kain tipis dan basah
Beri eye drops secara teratur
Jika nyeri terus menerus Tanda kerusakan kornea kolaborasi

Gangguan expresi muka


Penyebab :
Gangguan cerebellum korteks motorik dan batang otak
Kortiko bulbar inti saraf 7 Axon perifer N. 7
Masalah :
Gangguan bicara disartria (tidak mampu untuk menghasilkan suara).
Gangguan makan

Gangguan dalam mengelolah makanan dalam mulut


Menelan
Buka mulut
Mengolah
Mengunyah
Menelan
Penyebab : Parese Nervus 5.7.9.10 dan 12
Gangguan pergerakan extermitas paralisis :
Tetra parese
Hemi parese
Para parese
Imobilisasi butuh bantuan meningkat
Komplikasi :
Kerusakan kulit
Distensi bladder
Konstipasi
Osteo porosis
Temperatur
Suhu normal sangat penting untuk mempertahankan fungsi normal dari semua sel tubuh
Pusat : Hipotalamus : Dasar ventrikel III
Reflek spinal pada spinal cord fungsi autonom Dilatasi dan kontiksi pembuluh darah perifer,
hipotermia, hipertermia.
Eliminasi
Pusat pengendalian pada emua tingkat persarafan. Kortex motorik untuk menghambat
pengosongan bladder dan bowel.
Kortex sensorik : dapat mencetuskan distensi bladder dan bowel menahan dan mengeluarkan.
Pada alur kortex sacral pengendalian otonom Reflex berkemih.
Gangguan yang dapat terjadi:
Kerusakan lobus frontal Inkontinensia reflex neurologik bladder.
Kerusakan pada sekmen sacral autonomi neurologik bladder.
Dampak yang mungkin muncul :Over distensi, batu bladder, infeksi (cystitis).

Sakit kepala ( headache )


Sakit kepala atau sefalgia adalah suatu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada
kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit organik atau penyakit lain,
respon stress , vasodilatasi atau migrain , tegangan otot rangka ( sakit kepala tegang ), kombinasi
respon tersebut.
Penyebab :
Tumor intra cranial
Infeksi sistemik
Cedera Kepala
Hypoxia Cerebral
Penyakit kronik, mata, telingaStress
Klasifikasi :
Sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan . sedikit bukti fisiologis patologis atau uji
dianostik dapat mendukung diagnosa sakit kepala.
Sakit kepala mempunyai perbedaan manifestasi individual selama proses kehidupan, dan tipe sakit
kepala yang sama mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda diantara individu yang berbeda.
Sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
Migrain ( dengan dan tanpa aura )
Sakit kepala tegang
.Sakit kepala klaster
Patofisiologi :
Vasospasme arteri kepala Suplai nutrisi ke otak berkurangIschemia
berkepanjangan Dinding vascular fkasid tidak mempertahankan tonus ototTekanan darah
meningkatPembuluh darah berdilatasiPeregangan dinding arteriNeuro kinin.

Pengkajian
Temuanya tergantung pada jenis / penyebab dari sakit kepala tersebut
Riwayat yang lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk membedakan diagnostik.
Pengkajian meliputi :
Aktivitas / Istirahat :
Lelah, letih , malaise
Ketegangan mata
Kesulitan membaca
Insomnia
Sirkulasi :
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal
Pucat, wajah tampak kemerahan
Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
Neuro sensori :
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
Kenyamanan
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab peran

Saraf cranial xii


Saraf otak ada 12 pasang
Memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak
harus diperiksa dengan teliti, karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya , serta hubungannya
dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian paniten(infranuklir), pada inti
(nuklir)atau hubungannya kesentral (supranuklir).
Bila ini rusak,hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak
letaknya saling berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja
tanpa melibatkan bagian lainnya.

Anatomi Dan Fisiologi


Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik lidah, fungsi
otot ekstrinsik lidah ialah menggerakan lidah,dan otot intrinsic mengubah-ubah bentuk lidah. Inti saraf
ini menerima serabut dari kortex traktus priamidalis dari satu sisi, yaiti sisi kontra lateral. Dengan
demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah otak (stroke),misalnya di korteks dan
kapsula interna.
Pemeriksaan
Infeksi : Penderita di suruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak.
Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan dan ada
tidaknya atrofi, apakah lidah berkerut? Apakah lidah mencong?
Tremor lidah dapat di jumpai pada pasien yang sakit berat (lemah),demensia paralitik dan intoksikasi.
Fasikulasi dijumpai pada lesi nuklir, misalanya pada siringobulbi,kadang-kadang kita sulit
membedakan antara tremor dan fasikular terlebih lagi pada lidah yang tersungkur.Untuk memudahkan
perbedaanya, lidah diistirahatkan pada dasar mulut. Pada keadaan ini, tremor biasanya berkurang atau
menghilang. Pada Atetose didapatkan gerakan yang lidah terkendali,lidah sulit dijulurkan atau hal ini
dilakukan dengan sekoyong-koyong dan kemudian tanpa kendali ditarik secara mendadak.Jika terdapat
kumpulan pada dua sisi,lidah tidak dapat digerakan atau dijulurkan.Terdapat disatria (cadel,pelo)dean
kesukaran menelan, selain itu juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat terjatuh
kebelakang sehingga menghalangi jalan nafas.
Untuk menilai tenaga lidah kita suru penderita menggerakan lidahnya ke segalah jurusan dan
perhatikan kekuatan geraknya, kjemudian penderita di suruh menekankan lidahnya pada pipinya,kita
nilai daya tekanya dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar.Jika terdapat perasa lidah
bagian kiri lidah tidak dapat ditekankan kepipi sebelah kanan,tetapi kesebelah kiri dapat
Gangguan Pada Nervus XII Dan Penyebabnya
Lesi nervus dapat bersifat supra nuklir, misalnya pada lesi di kortex atau kapsula interna yang dapat di
debabkan oleh misalnya pada strok, dalam hal ini didapatkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya
atropi dan fasikular. Pada lesi nuklir didapatkan atropi dan fasikular hal ini disebabkan oleh
siringgobulbi,ALS,radang,gangguan peredaran darah dan neoplasma. Pada lesi infra nuklir didapatkan
atropi. Hal ini dapat disebabkan oleh proses diluar medulla oblongata tetapi masih di dalam tengkora,
misalnya trauma,fraktur dasar tulang tengkorak ,meningitis atau dapat juga oleh kelainan yang berada
di luar tulang tenkorak misalnya abses atau dislokasi vetebra servikalis.
Macam Pemeriksan Neurologi
1. Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan
Glasgow Coma Scala (GCS) :
Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar ( Compos
mentis ) pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1).
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal,
penulisannya X 5 6. Bila ada trakheotomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 X 6. Atau
bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 5 X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.

Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian
terlena lagi. Gelisah atau tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan
suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja.
Non verbal dengan menggunakan kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh
mnghindri tusukan).
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.

Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat.
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap
sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu.
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa

Gangguan fungsi cerebral meliputi :


Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi.
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.
2. Fungsi nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :
Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,
tembakau, alkohol,dll)
N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang.
N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata):
Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.III
N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip):
menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan
kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan
air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) :sama sperti N.III.
N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ):senyum, bersiul, mengerutkan
dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk
membedakan gula dengan garam.
N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) : test Webber dan Rinne. N.IX :
Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam).
N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) : menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air,
disuruh mengucap ah!
N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan
lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat
kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh
pasien melawan tahan.
N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian
dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.

3. Fungsi motorik
Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan, kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan
sendi.

Derajat kekuatan motorik :


5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
5. Refleks
Refleks superficial
Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari
lateral ke medial.
Respon : kontraksi dinding perut
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
Refleks tendon / periosteum
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan
setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit
pronasi.
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis.
Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara
pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus
berlangsung.
Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung
Refleks patologis
Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior Respon : ekstensi ibu jari
kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis
dari posterior ke anterior.
Respon : seperti babinsky
Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky
Stransky
Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti babinsky
Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo
Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman
Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan
dengan bgian ventral menghadap ke atas.
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku
Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
6. Refleks primitif
Sucking refleks
Cara : sentuhan pada bibir
Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu
Snout refleks
Cara : ketukan pada bibir atas
Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung
Grasps refleks
Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Respon : tangan pasien mengepal

Palmo-mental refleks
Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)

Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
a. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
b. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
c. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
d. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-
jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah
e. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri
maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai