Anda di halaman 1dari 72

RANGKUMAN MATA KULIAH KEPERAWATAN NEUROVASKULER

(MATERI SEBELUM UTS & UAS)

Nurul Istiqomah

2017720216

8A

Dosen Koordinator :
Ns. Wati Jumaiyah, MKep., Sp.KMB

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
MATERI SEBELUM UTS

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM NEUROVASKULER

Dosen : Ns. Wati Jumaiyah, MKep., Sp.KMB

 Nervous system :
-Otak besar : telemchepalon &diencephalon
-Otak kecil
-Brainsteam : midbrain, pons, medulla oblongata
-Spinal cord : white and grey white
-Peripheral nervous system.
 Fungsi saraf

- untuk mendeteksi perubahan dan rasa sensasi

- menghantarkan informasi dari satu tempat ketempat lain

- mengolah informasi untuk digunakan segera atau disimpan untuk kemudian hari saat
dibutuhkan.

 System saraf : system koordinasi pengaturan tubuh berupa impuls → system saraf pusat
→ proses impuls →−−∓++ +¿ -perintah untuk memberi tanggapan
 Elemen saraf

-neuron

- sinaps yaitu memberi informasi neuron menuju ke sel lain

- neurotransmitter yaitu menyampaikan pesan antara satu sel saraf ke saraf target otot,
kelenjar dan bagian lain dalam tubuh.

 Tengkorak fungsi : untuk melindungi otak dari cedera


 Meningen fungsi : selaput pembungkus otak
- Scull
- Durameter
- Arachnoid
- Sunarachnoid
- Piameter
 Fungsi CSF Adalah
- Menyokong dan melindungi otak dan spinal cord
- Menjaga spinal cord tetap basah
- Transportasi nutrisi
- Mempertahankan TIK
 Karakteristik CSF normal yaitu jernih, adanya sel mononuclear, tidak adanya
mikroorganisme, basa / alkali, dan tak bau

 Otak besar berfungsi untuk berfikir, menganalisa, logika, Bahasa, kecerdasan, IQ


- Frontal : depan. Fungsi : berfikir, perencanaan, penyelesaian, control piker
- Parietal : sulkus sentralis. Fungsi : bertanggung jawab, rasa nyeri, perabaan, tekenan
permukaan tubuh
- Temporal : lateral. Fungsi : menerima dan merangsan suara, area wernick untuk
pemahaman Bahasa.
- Occipital : posterior occipital. Fungsi : mengenali objek lewat indra penglihatan dan
memahami kata-kata tertulis.
 Korteks frontal
- Girus presentasi : pusat pergerakan
- Area brocca : saraf saraf fisia, bicara dan arti Bahasa berada di frontal kiri,

Afasia broca yaitu gangguan bicara

- Korteks orbitofrontal : berada dibagian orbital


- Bulbus olfaktorius : untuk penciuman/bau
 Korteks pariental
- Korteks somatosensorik primer (girus post sentral) : proses rasa & infromasi
proprioseptif (bertanggung jawab atas anggota tubuh)
- Korteks asosiasi somatosensorik : membantu integrase dan interprestasi sensasi
relative terhadap posisi tubuh dan orientasi ruangan. Dapat membantu dengan
koordinasi visuamotor.
- Korteks gustatory primer : tempat melibatkan interprestasi sensori rasa.

 Lobus oksipital
- Korteks visua primer : daerah otak yang bertugas untuk penglihatan penetuan ukuran,
warna, cahaya, gerak (motion)
- Area asosiasi visual : menafsirkan informasi yang didapat di korteks visual primer.
 Korteks temporal
- Korteks audiotori primer : untuk pendengaran
- Korteks olfactory primer : menafsirkan bau lewat bolus
- Area wernick :pengertian Bahasa, di lobus temporal kiri
Afasia wernick : pengertian Bahasa dihambat, kata & kalimat tidak jelas
dimengerti, dan pembentukan kalimat dihambat.
 Brainsteam (batang otak) berada di tempat keluar nervous cranialis

Fungsi :

- Pusat pernapasan, kardiovaskuler dan pencernaan


- Pengaturan reflex otot yang b/d keseimbangan dan postur
- Penerima dan pengintregasi input sinaptik dari medulla spinalis, aktivasi korteks
cerebrum.
- Pengatur suhu tidur.

 Hipotalamus berada di bawah thalamus dipucuk brainsteam.

Untuk mengontrol beberapa fungsi tubuh seperti :

- Mengontrol system otonom


- Pusat respons emosi dan prilaku
- Mengatur suhu
- Mengatur intake makanan
- Mengatur keseimbangan cairan dan rasa haus
- Mengontrol siklus bangun tidur
- Mengontrol system endokrin
 Vaskularisasi otak

1. arteri otak :

- arteri carotis interna : arteri cerebri anterior, dan arteri cerebri media
- arteri vertebralis : vertebralis beranastomosis dengan A. vertebralis kontralateral :
arteri basiliaris

2. vena otak :

- vena cerebra externa : V. serebri superior, V. serebri media superfisialis, V.


serebri media profunda
- vena cerebra interna
PENGANTAR NEUROVASKULER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dosen : dr. Jofizal Jannis

A. Pengertian
Pembuluh darah di susunan saraf yang mempengaruhi fungsi daerah yang diperdarahi
dapat mengalami aterosklerosis sehingga dapat menyumbat aliran. Dapat ditekan oleh karena
edema atau massa di otak, dapat karena peradangan dan infeksi di otak, dapat juga akibat
traumatic brain injury. Dalam hal ini khusus apa yang terjadi saat penuaan otak (proses
degeneratif).

B. Perubahan otak pada lansia (Perubahan Degeneratif)

 Perubahan struktur pembuluh darah


 Perubahan fisiologi otak
 Perubahan kimiawi otak

QS. Al-Hasyr (59) : 18

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
C. Penciptaan Manusia
Sperma dan ovum membentuk zigot → janin → bayi → anak → remaja → dewasa →
dewasa tua → lansia

QS. Ali-Imran (190-191)

Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

D. Penuaan Sukses
1. Pikun menyangkut fungsi otak
2. Penurunan fungsi otak kiri akan pikun, dan otak kanan akan linglung

QS. As-Sajdah (32) : 7-9

Artinya :
“(Dialah Allah) yang menjadikan segala ciptaan-Nya indah, dan Dia memulai
penciptaan manusia dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya dari air
yang hina (air mani), kemudian Dia sempurnakan kejadian (fisiknya) dan Dia 
tiupkan Ruh-Nya, dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, Pelihatan, dan hati
(akal fikiran ), nemun sedikit sekali kamu yang bersyukur”.
E. Akal, Demensia dan Pikun
1. Akal merupakan anugerah terbesar yang terdapat di otak.
2. Orang demensia akan terjadi penurunan memori dan daya ingat. Tidak mengenal tempat
tinggal
3. Gejala Demensia
1. Sulit berbahasa merupakan proses awal
2. Disorientasi waktu/tempat
3. Fungsi kecerdasan mengalami gangguan
4. Perubahan tingkah laku
5. Perubahan perlaku
4. Gejala lanjut:
1. Kehilangan inisiatif
Gejala demensia tidak disadari oleh penderita tetapi dikeluhkan oleh orag disekitarnya.
5. Proses demensia ada penyebabnya:
a. Penyakit degenerative
b. Gangguan vascular
c. Kekurangan vit B12
d. Infksi otak
e. Tumor otak
f. Kejang
g. Trauma kepala
h. Peyakit autoimun
i. Keracunan zat kimia
6. Pikun merupakan demensia progresif dimana terjadi kelainan struktur otak , tidak ada
kelainan jiwa atau pengaruh obat.
QS. An-Nahl (16) : 70

Artinya :
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada
F. Usia Sukses
1. Proses penuaan dapat terdiri dari penuaan normal, penuaan patologis, penuaan optimal,
dan penuaan sukses. Sehingga membutuhkan komunikasi, imajinasi, sosialisasi,
spiritualisme, music, dan emosi
2. Komunikasi dapat dilakukan dengan lingkungan yaitu dapat intrapersonal dan
interpersonal sehingga tercapainnya tujuan.
3. Imajinasi merupakan bentuk pikiran konstruktif yang membutuhkan upaya mental
4. Sosialisasi yaitu dengan menjalin silaturahim dengan kerabat
5. Pusat Spiritualisme terletak di otak bagian samping sehingga keputusan spiritual
tergantung dari fungsi otak tersebut.
6. Music disebut sebagai mental jogging yang diatur oleh otak kanan. Musik yang tenang
dan lembut disebut gidza al-ruh, sehingga dianggap sebagai sarana pengembangan
spiritualitas.
7. Emosi diatur oleh system limbic sehingga senantiasa belajar sabar.
KONSEP MANAJEMEN STROKE

Dosen : dr. Jovizal Jannis

Stroke (Serangan otak) harus dikenal cepat seperti Heart Attack (Serangan jantung) Gejala
klinis :

 Tindakan trombolisis
 Disabilitas kronik : penyebab kecacatan no-1.
 Kekambuhan stroke cukup tinggi.
 Penyebab kematian no 1(15,4%).
 Kejadian stroke 463/100.000

 Apa itu stroke ?

Serangan otak atau brain attacks terjadi jika aliran darah ke otak tersumbat atau jika
pembuluh darah otak pecah.

 Akibat stroke

Kematian sel saraf di daerah yang tidak menerima aliran darah, sehingga terjadi kelainan
sesuai dengan lokalisasi.

 Sirkulasi Serebral

Otak (serebral) kita mendapat asupan darah dari arteri karotis interna dan arteri vertebra
yang kemudian membentuk “circle willis”. Tidak seperti di organ lain, volume darah dan
cairan ekstravaskular di otak relatif konstan. Jika terjadi perubahan akan menyebabkan
perubahan resiprokal pada bagian lain. Kecepatan aliran darahnya pun rangenya relatif
sempit, rata-rata kecepatan aliran darah ke otak adalah sebesar 55 ml/menit/100 gram.

Otak paling mudah mengalami iskemia. Gangguan aliran darah ke otak selama 5 detik
saja dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Jika berlanjut dan jaringan mengalami
iskemia dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang irreversibel.

Definisi Stroke

Stroke adalah perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke
bagian orak. Dua jenis stroke yang utama adalah Iskemik dan Hemoragik.

1. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik
itu sumbaran akibat thrombosis (penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan du
pembuluh darah) atau embolik (pecahan gumpalan darah / udara / benda asing yang
berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah di otak).
Tanda gejala :
 Serangan sepintas/RIND
 Trombosis Serebri
 Infark Lakunar
 Emboli Serebri

2. Stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah ke otak karena tekanan yang
tinggi atau hipertensi. Sisanya biasanya terjadi akibat rupture atau pecahnya anurisme
yaitu pembuluh darah yang bertekstur tipis dan mengembang atau bisa juga karena
rupture pada Atero Veno Malformation (AVM), yaitu bentuk yang tidak sempurna dari
pembuluh darah arteri dan vena. Tanda gejala :
 ISH
 SAH

 Bagian - bagian otak


1. Area Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus frontalis superior pada
lobus frontalis korteks otak besar. Area ini berperan pada proses bahasa, serta
kemampuan dan pemahaman berbicara.

2. Area Wernicke adalah bagian dari otak manusia yang berada di bagian korteks otak
besar, pada bagian posterior kiri dari gyrus temporalis superior, mengelilingi korteks
pendengaran, di fissura Sylvian (bagian pertemuan lobus temporalis dan parietalis otak).
kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan afasia yang akan mengganggu
kemampuan pemahaman berbahasa dan tetap dapat berbicara dengan lancar tetapi yang
dibicarakan susah dimengerti.

Bagian bagian yang lainnya :

1. Lobus frontal (bagian depan) yang mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku, memori,
emosi, dan kepribadian. Bagian otak ini juga berperan dalam fungsi intelektual, seperti
proses berpikir, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan
perencanaan.
2. Lobus parietal (atas) yang mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan, nyeri, dan
suhu. Lobus ini juga mengendalikan orientasi spasial atau pemahaman tentang ukuran,
bentuk, dan arah.
3. Lobus temporal (samping) yang mengendalikan indra pendengaran, ingatan, dan emosi.
Lobus temporal kiri juga berperan dalam fungsi bicara.
4. Lobus oksipital (belakang) yang mengendalikan fungsi penglihatan.

Heart Attack

 Nyeri > menonjol, respon thd nyeri lebih cepat


 Gejala klinik stereo-tipe : nyeri dada menjalar, sesak, dan muntah
 Masyarakat lebih mengenal
 Kognisi biasanya normal
Brain attack

 Nyeri sangat jarang/(-)


 Gejala klinik sangat bervariasi
 Kurang mengenal gejala stroke (brain attack)
 Sering kognisi tidak normal

Unmodifiable Risk Factors

 Usia
 Gender
 Ras
 Latar belakang keluarga
 Prior stroke or TIA
 Serangan jantung

Transient Ischaemic Attack (TIA) :

Terjadi bila suplai darah ke bagian otak terputus Gejala TIA biasanya terjadi tiba tiba sama
dengan stroke tapi kurang 24 jam.

Modifiable Risk Factors

 Hipertensi
 Hyperkholesterolemia
 Diabetes Mellitus
 Stroke sebelumnya
 Penyakit jantung
 Merokok
 Obesitas

Faktor Risiko (FR) Stroke ..

1. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah

 Usia

65 tahun FR 2x

75 tahun FR 4x

85 tahun FR 8x

 Jenis kelamin

laki-laki FR 1,3x wanita

 Ras/Etnik

Afrika: Amerika FR 2x

2. Faktor resiko yg dapat diubah

Pasca stroke : FR 10x

Hipertensi : FR 6x (jika tensi > 140/90 mmHg)

Peny Jantung : FR 6x

LVH : FR 4x

Merokok : FR 2x

Penanganan Cepat Stroke


 Gejala - gejala stroke :

 Kelemahan, kesemutan atau lumpuh/lemah se sisi tubuh


 Tiba-tiba kabur satu atau kedua mata
 Bicara tidak jelas, hanya mengerti pernyataan sederhana
 Hilang keseimbangan atau koordinasi, terutama jika dengan gejala lain.
 Tiba-tiba sakit kepala hebat, jarang seperti ini

 Pencegahan Stroke

1. Pencegahan promotif : pada orang sehat dengan FR negatif tujuan nya untuk mencegah
FR dengan cara gaya hiduo sehat.
2. Pencegahan primer : pada orang denga FR positif dengan tujuan mencegah TIA atau
stroke dengan cara gaya hidup sehat dan kendalikan FR
3. Pencegahan sekunder : pada oasien oasca TIA atau stroke dengan tujuan mencegah
TIA/stroke terulang, mencegah VaD, meningkatkan QoL, mencegah indirek gangguan
vaskuler serius lainnya dengam cara gaya hidup sshat, kendalikan FR, terapi obat dan
bedah.
 Pengelolaan Fase Pre-Stroke

1. Promotif : Gaya hidup sehat, Gizi seimbang, Olah raga dan Stop rokok
2. Prevensi primer : Gaya Hidup sehat, Jaga faktor risiko, Antitrombotik, Trombektomi
3. Prevensi sekunder : Gaya Hidup sehat, Jaga faktor resiko, Antitrombotik, Trombektomi,
Angiopalsty serebral

Golden Hour

 Stroke sering terlambat


 Bila Stroke Iskemik sebelum 4,5 serangan, rTpA pilihan utama unt kesembuhan
 Monitoring pembuluh darah dengan TCD belum rekanalisasi , dilakukan intra arterial
trombolisis atau trombektomi
 Tindakan trombektomi masih bisa dilakukan 10 jam serangan

Goals Of Treatment :

 Identifikasi cepat di ED penetapan


 Evaluasi cspat di ED
 Waktu 4,5 jam
 Door to CT scan : < 25 menit
 Ct to Radiologist Reading : < 20 menit
 IV TPA administration : < 15 menit

Respon Time and Golden Hour

 Pasien tiba di IGD dg dx Stroke pemeriksaan pasien oleh triage :anamnesis, lab.,
NIHSS) : 10 Menit
 Diskusi oleh tim (termasuk keputusan R-7TPA) : 15 Menit
 CT Scan kepala : 15 menit
 Hasil CT Scan / lab., 45 menit
 Pemberian R-TPA (bila pasien memenuhi kriteria inklusi) : 60 menit

Pada stroke iskemik yang pedlu di lakukan :

 Pasien mungkin cocok untuk "clot busting" drugs ; r-TPA


 Langkah cepar dan koordinasi segera
 IV R-TPA dapat dibedikan dalam 4,5 jam pertama awita stroke
 Perkiraan respons "60 menit dari door to needle"

 Kompliaksi

1. Aspirasi dan pneumonia


2. Infeksi saluran kemih
3. DVT dan PE
4. Maagh
5. Kejang
6. Agitasi
7. Falls
8. Disfagia dan makan

 Manajemen Stroke

1. Terapi Umum : monitoring, pulmonary and air way care, fluid balance, blood pressure,
metabolisme glukosa, suhu tubuh.
2. Terapi Khusus : Terapi trombolitik dan Pengobatan awal trtrombotik.
Terapi trombolitik : (NINDS1, ECASS I2 +II3, ATLANTIS4) : I.v. R-TPA (0,9 mg/kg,
max 90 mg) diberikan dalam waktu 3 jam dari onset stroke, biasanya pada ps stroke
iskemik akut.
Terapi antiplatelet : aspirin di uji di RCT besar dalam akut (<48 jam) stroke, penurunan
yang signifikan terlihat pada kematian dan ketergantungan (NNT 70) dan kekambuhan
stroke (NNT 140), fase 3 uji coba untuk glikoprotein IIb-IIIa antagonist abciximab
dihentikan ssbelum waktunya karena tingkat oeningkatan bledding
3. Rehabilitasi atau Fisioterapi
 Rehabilitas awal :
 Lebih dari 40% stroke membutuhkan rehabilitasi aktif
 Rehabilitasi aktif dimulai dini, hal ini agar pasien untuk stabil secara klinis
 Rehabilitasi pasif di berikan jika pasien tidak sadar atau lumpuh
 Rehabilutasi di lanjutkan selama pemulihan berlangsung

 Action :

 Merujuk ke fisioterapist atau terapist fisik 24 jam asesmen dan tidak ada masalah
motorik
 Merujuk pasien ke OT bila terdapat gangguan keterampilan seperti mandi, berkendara
dan berpakaian
 Merujuk pasien ke terapi bicara bila ada masalah menelan dan komunikasi
 Merujuk ke doktef rehab bila ada masalah menyangkut pencegahan komplikasi
ARITMIA DALAM NEUROVASKULER
Dosen : Ns. Ii Ismail, S.Kep., M.Kep

A. Konsep Dasar EKG Metode angka “3”


E (Elektro) terdiri dari:

- Sifat listrik jantung

 Otomatisasi yaitu kemampuan sel otot jantung untuk memulai impuls listrik tanpa
distimulasi oleh saraf atau sumber lainnya.

 Rangsangan yaitu kemampuan sel-sel jantung untuk merespons rangsangan listrik


(sumber listrik, mekanik, atau kimia)

 Konduktivitas yaitu kemampuan sel janung untuk menerima impuls listrik da


mengirimkan impuls ke sel jantung yang berdekatan.

 Kontraktilitas yaitu kemampuan miokardium untuk memendekan serat ototnya


sebagairespons terhadap stimulus listrik

 Reflaktilitas yaitu lamanya waktu istirahat yang dibutuhkan setelah periode


depolarisasi dan kontraksi otot.
- Sistem konduksi

 SA Node nilai normal 60-100 x/menit (sebagai pemimpin yang akan terjadi denyut
jantung)

 AV Node nilai normal 40-60 x/menit (kemampuannya lebih rendah, gardu listrik
yang ke 2)

 Furkinje nilai normal 20-40 x/menit (jauh lebih rendah diterima oleh ventrikel)

Jika SA Node terganggu akan langsung dibackup oleh AV Node, dan jika SA Node
dan AV Node terganggu akan dibackup oleh serabut furkinje.

Jika SA Node, AV Node, dan Furkinje tidak berfungsi dan jantung juga tidak
berfungsi maka pasien belum tentu mati petugas akan segera lakukan resusitasi
jantung dan paru. Normal denyut jantung orang dewasa 60-100 x/menit

- Elektrofisiologi

Kelistrikan jantung dipengaruhi oleh kadar elektrolit dalam tubuh.

 Natrium

 Kalium

 Kalsium

K (Kardiak)

- Anatomi jantung

 Ruang jantung

Atrium kanan berfungsi menerima darah yang banyak karbon dioksida dari seluruh
tubuh dan membawanya menuju ventrikel kanan.

Atrium kiri berfungsi menerima darah yang banyak oksigen dari paru - paru dan
membawanya menuju ventrikel kiri.
Ventrikel kanan berfungsi untuk memompa darah kotor dari jantung ke paru-paru

Ventrikel kiri berfungsi untuk memompa darah bersih dari jantung ke seluruh
tubuh.

 Lapisan jantung

Pericardium melapisi dan melindungi jantung

Endocardium mengatur kontraksi jantung, membantu perkembangan jantung, dan


dapat mengatur komposisi darah pada jaringan jantung.

Myocardium (cardiac muscle) merangsang kontraksi jantung untuk memompa


darah dari ventrikel dan melemaskan jantung untuk memungkinkan atrium untuk
menerima darah.

 Katup jantung

Jantung memiliki 4 katup yang memastikan darah mengalir ke arah yang benar.
Empat katup yang ada termasuk katup mitral, katup trikuspid, katup pulmoner, dan
katup aorta.

- Arteri coroner

Ingat angkat 3 ada 3 pembuluh darah yang menduplai kebutuhan akan oksigen dan
nutrisi jantung diantaranya adalah

Right coronary artery/RCA) – Arteri ini mengalirkan darah ke serambi kanan dan
bilik kanan

Left anterior descending (LAD) berfungsi mengalirkan darah ke bagian depan dan
kiri jantung.

Circumflex (LCX) berfungsi mengalirkan darah ke bagian belakang dan sisi luar
jantung.

- Sistem sirkulasi

Dimulai ketika darah yang mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru,
dipompa keluar oleh jantung melalui ventrikel kiri ke aorta, selanjutnya ke seluruh
tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya
paling kecil (kapiler).

G (Grafik)

- Kertas EKG

Ukuran kertas EKG: ada dua garis yaitu garis horizontal dan ventrikal dan ada
kotak besar, satu kotak besar terdiri dari 5 kotak kecil garis horizontal dan 5 kotak
kecil garis ventrikal, ukuran dari satu kotak kecil 1 mm jadi dalam 1 kotak besar
ukuran nya 5 mm.

Standar perekaman

Speed: 25 x/detik Kecepatan Sesuai Standar.

Jika akan memulai merekam EKG pastikan kecepatan sudah diatur 25 mm x/menit.
Hubungan antara 25 mm x/detik dengan kotak EKG 1mm= 25 mm x/menit adalah
0,04 detik.

Nilai tiap kotak dari kertas EKG

- Sadapan EKG

 Sadapan bipolar (Lead I, II dan III)

 Sadapan unipolar ektermitas (Lead aVR, aVL, aFV)

 Sadapan unipolar precordial (Lead V1,V2,V3,V4,V5 dan V6)

Gelombang PQRST

Suami P: sudah terjadi depolarisasi atrium

Istri QRS: hasil dari depolarisasi ventrikel

Anak T: hasil dari repolarisasi ventrikel


EKG normal

Ingat angkat 3 dalam grafik EKG

 Garis isoelektrik adalah garis yang menghubungkan garis yang satu dan yang
lainnya

 Depleksi positif adalah garis yang ke atas PRT

 Depleksi negative adalah garis yang kebawah QS

P= 1 kotak kecil keatas

Q= 2 kotak kecl kebawah

R= 10 kotak kecil keatas

S= 3 kotak kecil kebawah

T= 2 otak kecil keatas

Gelombang P : depleksi positif pertama karena dia ada diatas garis isoelektrik

Gelombang Q : depleksi negative pertama pada kompel QRS

Gelombang R : depleksi positif pada QRS

Gelombang S ; depleksi negative setelah gelombang R

Gelombang T : deplesi positif terakhir pada kurva EKG

- Komplek QRS jika hanya muncul ½ saja tetap depolarisasi ventrikal atau
gelombang sinus

- Kata kunci memahami gelombang P yang normal?


Ingat angka 3 : tinggi dan lebarnya kurang dari 3 kotak

B. Interpretasi EKG Dalam Metode Angka “3”

Sinus Rythm : - Reguler

- HR 60-100 x/m
- P normal > 3KK diikuti QRS & T
- PR = 3-5 KK QRS 1,5 – 3KK

Interpretasi HARUS

 V = 25 mm dan 10 mv = Kalibrasi 1
 Reguler / ireguler = gunakan penggasris, lihat jarak R – R / hitung KB dari R-R
 HR

Irama Teratur 300/KB 1500/KK

Irama Tak Teratur = Ambil EKG strip 6 detik = 30 KB

Ada berapa kompleks QRS x 10

Speed = 25 300 : 4 = 75 Sinus Karena P Q R semua gel normal

Bradicardi : Sinus Teratur tapi , < 60

Tacicardi : Sinus Teratur tapi > 100

Kalau speed 50 tapi HR = 37,5 maka dikali 2 = 75 (tetap Sinus Rhythm)

Karakteristik pacemaker utama & normal

a. SA Node = Sinus Gel P diikuti kompleks QRS dan T


60 – 100 x Bradi = < 60x Taci = > 100x

b. AV Node = Rhythm Junctional gel P Terbalik di depan /back QRS tak terlihat
40 – 60 x Akselerasi Junc Ritme = 60 – 100
Junc Tacicardi = > 100
C. ARITMIA dengan metode Angka "3"

Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa merasakan
irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia normal terjadi pada
kondisi jantung yang sehat. Namun bila terjadi terus menerus atau berulang, aritmia bisa
menandakan adanya masalah pada organ jantung.

Jenis - jenis aritmia, yaitu:

 Atrial fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur.
 AV blok, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat.
 Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat.
 Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut
 Ventrikel fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung hanya bergetar.

Klasifikasi Aritmia DDracup, 1995):

3. Aritmia Minor
Tidak memerlukan tindakan segera sebab tidak mengganggu sirkulasi dan tidak berlanjut
ke aritmia yang serius, biasanya memerlukan terapi.
4. Aritmia Mayor
Menimbulkan gangguan penurunan curah jantung dan dapat berlanjut ke aritmia
mengancam jiwa. Memerlukan tindkaan segera dan terapi.
5. Aritmia mengancam jiwa
Aritmia yang memerlukan resusitasi segera untuk mencegah kematian

Gelombang EKG :

Ventrikel Fibrilasi
 Irama : tidak teratur
 Frekuensi (HR) : tidak dapat dihitung / >350 x/mnt
 Gelombang P : tidak ada
 Gelombang QRS : tidak dapat dihitung, bergelombang dan tidak teratur

Asitol

 Irama : tidak ada


 Frekuensi (HR) : tidak ada
 Gelombang P : tidak ada
 Gelombang QRS : tidak ada

Sinus Ritme

 Irama : teratur
 Frekuensi (HR) : 60 sd 100 x/mnt
 Gelombang P : normal, setiap gel.P selalu diikuti gel QRS dan ada
 Interval PR : normal ( 0,12 - 0,20 detik )
 Gelombanf QRS : normal ( 0,06 - 0,12 )
 Catatan : semua gelombang sama

Sinus Takikardi

 Irama : teratur
 Frekuensi (HR) : > 100 x/menit
 Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti komplek QRS dan T
 Interval PR : normal
 Komplek QRS : normal

Sinus Bradikardi

 Irama : teratur
 Frekuensi (HR) : < 60 x/menit
 Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti komplek QRS dan T
 Interval PR : normal
 Komplek QRS : normal

Sinus Aritmia

 Irama : tidak teratur


 Frekuensi : biasanya antara 60-100 kali/menit
 Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti kompleks QRS, T
 Interval PR : normal
 Kompleks QRS : normal
 Catatan : semua gelombang sama

Sinus Arest

4. Irama : teratur, kecuali pada yang hilang


5. Frekuensi : biasanya 60 kali/menit
6. Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti kompleks QRS
7. Interval PR : normal
8. Kompleks QRS : normal
9. Catatan : hilangnya gelombng P, QRS dan gelombang T tidak menyebakan jarak antara R
-R

Sino Atrial Block (SA block)

 Irama : tidak teratur


 Frekuensi : biasanya antara 60-100 kali/menit
 Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti kompleks QRS, T
 Interval PR : normal
 Kompleks QRS : normal
 Catatan : terdapat episode hilangnya sau atau lebih gelombang P, QRS, T menyebabkan
kelipatan jarak antara R-R

Atrial Fibrilasi (AF)

 Irama : tidak teratur


 Frekuensi (HR) : bervariasi (normal [60-100], lambat [<60], atau cepat [>100])
 Gelombang P : tidak dapat di identifikasi, sering teflihat keriting
 Interval PR : tidak dapat dihitung
 Kompleks QRS : normal

Atrial Fluter (AFL)

9. Irama : biasanya teratur, bisa juga tidak teratur


10. Frekuensi (HR) : bervariasi (normal [60-100], lambat [<60], atau cepat [>100])
11. Gelombang P : tidak normal, seperti gigi gergaji, tedaur dan dapat dihitung, misalnya P :
QRS (2:1, 3:1, atau 4:1)
12. Interval PR : tidak dapat dihitung
13. Kompleks QRS : normal

Wandering Atrial Pacemaker (WAP)

 Irama : sering tidak teratur


 Frekuensi (HR) : 60-100 klai/menit
 Gelombang P : bentuk dan ukuran dari beat ke beat setidaknya tiga
 Interval PR : bervariasi
 Kompleks QRS : normal

Junctional Ritem (JR)

5. Irama : teratur
6. Frekuensi (HR) : 40 - 60 kali/menit
7. Gelombang P : tedbalik di depan atau di belaang gelombang QRS
8. Intedval PR : kurang dari 0,12 dstik atau tidak dapat dihitung
9. Komplsks QRS : normal

Junctional Takikrdi (JT)

 Irama : teratur
 Frekuensi (HR) : > 100 kali/menit
 Gelombang P : tidak ada atau terbalik di depan/dibelakang gel. QRS
 Interval PR : tidak dapat di hitung atau memendek
 Kompleks QRS : normal

Atrio Ventrikulef Blok (AV block) Derajat I

 Irama : teratur
 Frekuensi (HR) : Biasanya antara 60-100 kali/menit
 Gelombang P : Normal, selalu diikuti gelombang QRS
 Interval PR : memanjang, konstan > 0.20 detik
 Kompleks QRS : normal

Atrioventrikuler Blok (AV Block) Derajat II Mobitz 1 (Wenchebah)

 Irama : tidak teratur


 Frekuensi (HR) : 60 - 100 kali/menit atau kurang dari 60 menit
 Gelombang P : normal, tetapi ada satu gelombang P yangbtidak diikuti gelombang QRS
 Interval PR : makin lama makin panjang sampai ada gelombang P yang tidak diikuti
dengan gelombang QRS, kemudian siklus makin panjang dan berulang
 Kompleks QRS : normal

Atrioventrikuler Blok (AV block) Derajat II Mobitz 2

 Irama : umumnya tidak teratur, kadang bisa teratur


 Frekuensi (HR) : biasanya lambat, kurang dari 60 kali/menit
 Gelombang P : normal, ada satu atau lebih gelombang P yang tidak di ikuti gelombang
QRS.
 Interval PR blok : normal/memanjang secara konstan kemudian ada blok
 Kompleks QRS : normal

Atroventrikuler blok Derajat III (total AV block)

 Irana : teratur
 Frekuensi (HR) : kurang dari 69 kali/menit
 Gelombang P : normal, tetapi gslombang P dan kompleks QRS berdiri sendiri-ssndiri
sehingga gelombang P kadang di ikuti gelombang QRS kadang tidak
 Interval PR : berubah-ubah
 Kompleks QRS : normal atau lebih dari 0,12 detik

Supraventrikel takikardi (SVT)

4. Irama : teratur
5. Frekuensi (HR) : > 150 kali/menit
6. Gelombang P : tidak ada atau tidak jelas
7. Interval PR : tidak dapat di nilai
8. Kompleks QRS : normal

Right Bundle Branch Block (RBBB)

 Irama : teratur
 Frekuensi HR : umumnya normal antara 60 - 100 kali/menit
 Gelombang P : normal, setiap gelombang P sslalu gelombang QRS dan T
 Interval PR : normal
 Kompleks QRS : lebar lsbih dari 0,12 detik

Left Bundle Branch Block (LBBB)

 Irama : teratur
 Frekuensi HR : umumnya normal antara 60 - 100 kali/menit
 Gelombang P : normal, setiap gelombang P sslalu gelombang QRS dan T
 Interval PR : normal
 Kompleks QRS : lebar lsbih dari 0,12 detik

Idioventrikuler Ritem (IVR)

 Irama : teratur
 Frekuensi : 20 - 40 kali/menit
 Gelombang P : tidak terlihat
 Intedval PR : tidak ada
 Kompleks QRS : lebar (> 0.12 detik)

Akselerasi Idioventrikuler Ritem (AIVR)


 Irama : teratur
 Frekuensi : 4. - 100 kali/menit
 Gelombang P : tidak terlihat
 Interval PR : tidak ada
 Kompleks QRS : lebar (> 0.12 detik)

Ventrikel Takikardi (VT)

4. Irama : teratur
5. Frekuensi : > 100 kali/menit
6. Gelombang P : tidak terlihat
7. Interval PR : tidak ada
8. Kompleks QRS : lebar (> 0.12 detik)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE


Dosen : Ns. Wati Jumaiyah, MKep., Sp.KMB

 Pengkajian
 Mukadimah :

- Pengkajian neurologis merupakan data dasar, diagnosis masalah, mengelola


perawatan klien, evaluasi.
- Pengkajian neurologis : penilaian anatomis dan fungsional
- Pengkajian : wawancara (riwayat), pemeriksaan fisik dan diagnosis

 Riwayat:

a. Data biografi
b. Keluhan utama
c. Riwayat masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga

 Data biografi :

a. Data demografi : identitas, nama


b. Data administrative : alamat
c. Data asuransi

Keluhan utama
- Nyeri kepala : lokasi nyeri, bagaimana sifatnya, dalam bentuk serangan atau terus
menerus, apakah progresif, makin berat atau makin sering? Mengganggu aktifita sehari-
hari?
- Muntah : apakah disertai rasa mual atau tidak? Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak,
seolah-olah isi perut dicampakkan keluar (proyektil)?
- Vertigo : seolah sekeliling bergerak, berputar, apakah disertai rasa mual atau muntah,
tinnitus (telianga berdenging, berdesis)?
- Gangguan penglihatan (visus) : ketajaman penglihatan menurun satu atau kedua mata
melihat double (diplopia) ?
- Pendengaran : perubahan pendengaran, tinitus (diarea temporalis)
- Saraf otak lainnya: adakah gangguan pada penciuman, pengcapan, saliva (pengluaran air
ludah), lakrimasi (pengeluaran air mata), kelemahan otot wajah? Bicara jadi cadel dan
pelo? Suara berubah, jadi serak, atau bindeng (disfosia), atau mengecil/hilang (afonia)?
Apakah bicara jadi cadel dan pelo (disartria)? Sulit menelan ( disfagia)?
- Fungsi luhur : bagaimana dengan memori? Pelupa? Apakah anda menjadi sukar
mengemukakan isi pikiran (disfasia, afasia motorik) atau sulit memahami pembicaraan
orang lain (disfasia, afasia sensorik)? Kemampuan membaca (aleksia) dan menulis?
Ada dipusat bicara broka dan wernik, broka masuk di wilayah frontal hanya ada
disebelah kiri lebih. Wernik berada ditemporalis, artikulasi bagus tetapi kalau tidak
diserang diarean motoriknya tetapi kemampuan motoriknya sulit.
- Kesadaran : mendadak kehilangan kesadaran, tidak mengetahui apa yang terjadi di sekitar
? merasa lemah dan seperti mau pingsan (sinkop)?
- Motorik : tremor, lemah, atau lumpuh (tanagn, lengan, kaki, tungkai)?
- Sensibilitas : rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar
- Saraf otonom : buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi), dan nafsu seks (libido),
retensio atau inkontinenesia uria atau alva?

 Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sbelumnya, diabetes mellitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator,
obat-obat adiktif, dan kegemukan.

 Riwayat penyakit keluarga

- Biasannya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi


- Diabetes mellitus
- Riwayat stroke

 Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan abnormalitas fungsi neurologis


- Urutan yang dianjurkan :
1. Tanda vital
2. Status mental ( termasuk bahasa dan komunikasi)
3. Kepala, leher, punggung
4. Saraf kranial
5. System motoric
6. Fungsi sensorik
7. Refleks
8. System saraf otonom

 Tanda vital

- Riwayat hipertensi
- Cedera medulla spinalis : hipotensi, bradikardi, hipotermia
- TIK : peningkatan TD

 Status mental
- Tingkat kessadaran
- Orientasi
- Memori
- Suasana hati dan afek
- Performa intelektual
- Pengambilan keputusan
- Bahasa dan komunikasi

Pemeriksaan 12 saraf kranial

1. Olfaktorius (penciuman): aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang menyengat
2. Optikus (penglihatan) : membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar,
jelas atau tidak
3. Okulomotorius (kontriksi dan dilatasi pupil) : kaji arah pandangan, ukuran reaksi pupil
terhadap pantulan cahaya dan akomodasinya

System motorik

Pemeriksaan kekuatan otot : (untuk ekstremitas atas dan bawah)

5 = dapat melawan gaya gravitasi dan tahanan berat

4 = dapat melawan gaya gravitasi dan tahanan ringan atau sedang

3 = dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan

2 = otot dapat bergerak tanpa adanya tahanan

1 = kontraksi otot minimal terasa tanpa adanya gerakan

0 = tidak adanya gerakan

Diagnose keperawatan
Hambatan mobilitas

 Penurunan kapasitas mobilitas


 Penurunan kapasitas adaptif intracranial
 Gangguan menelan
 Gangguan memori
 Gangguan berkemih (eliminasi urine)
 Gangguan wicara
 Deficit pengetahuan
 Ketidakpatuhan
 Hargadiri rendah
 Citra tubuh

MATERI SEBELUM UAS


17 JULI 2021

Nama: Nurul Istiqomah

Kelas: 8A

Materi: Stroke dan Dekubitus

Pemateri: Rohman Azzam


Ulkus decubitus adalah lesi yang disebabkan oleh tekanan (pressure) yang lama yang
mengakibatkan kerusakan jaringan dibawahnya, biasanya terjadi pada area dimana terdapat
penonjolan tulang. Sedangkan decubitus adalah perubahan integritas kulit pada area kulit yang
terdapat penonjolan tulang di bawahnya yang terjadi sebagai akibat penekanan lama oleh beban
badan.

Etiologi:

- Penekanan (pressure)
- Gesekan (friction)
- Tarikan (shearing)

Faktor Resiko:

- Immobilitas dan inaktivitas


- Nutrisi an-adekuat
- Inkontinensia feses & urine
- Menurunnya status mental/kesadaran
- Menurunnya sensasi
- Panas (demam) tinggi
- Usia tua/lanjut
- Poisi yang buruk
- Injeksi berulang pd tempat yg sama
- Permukaan benda yang keras
- Penggunaan alat pengurang penekanan yang salah
- Padding lemak dan otot yang tidak memadai karena atrofi yang tidak digunakan dan/atau
malnutrisi. 
- Merokok

Stadium Ulkus Dekubitus:


 Tahap 1: Area kemerahan pada kulit yang ketika ditekan tidak memucat (tida berubah
menjadi putih) menunjukkan perkembangan kulit yang rusak
 Tahap 2: Kehilangan sebagian kulit (ketebalan sebagian: epidermis dan/atau dermis),
Terdapat abrasi, blister atau lubang dangkal (ulkus disuperficial)
 Tahap 3: Kehilangan kulit full-thickness (ketebalan penuh/nekrosis s.d. jar subkutan
bahkan meluas kebawahnya, tetapi tidak melewati fasciaTampak lubang dalam dengan
atau tanpa kerusakan jaringan didekatnya.
 Tahap 4: Kehilangan kulit full-thickness dg destruksi yg luas, Nekrosis jaringan/
kerusakan otot, tulang, struktur penyokong, seperti tendon atau kapsul sendi, dan
Terbentuk sinus.
Pengkajian:
- Alat untuk menilai tekanan ulkus:
 Sistem Skoring NORTON
 Sistem Skoring SAHANNON
 Sistem Skala BRADEN
 Skala Waterlow
Pemeriksaan Fisik:
- Lokasi lesi
- Ukuran lesi (cm): panjang, lebar dan kedalamannya
- Kaji tahapan ulkus
- Warna luka dan lokasi nekrosis
- Kondisi batas (tepian) luka
- Integritas kulit disekitarnya
- Tanda infeksi (kemerahan, hangat, pembengkakan, nyeri, bau, eksudat (catat warna
eksudat).

Diagnose Keperawatan:
1. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
2. Gg/kerusakan integritas kulit (I/II)
3. Gg/kerusakan integritas jaringan (III/IV)
Management Pasien Stroke dengan Penurunan Kesadaran

Anatomi brain (otak)

 Lobus frontal fungsinya untuk berfikir, berencana, pengorganisasian dan pemecahan


masalah, emosi, control prilaku dan kepribadian.

 Lobus pariental fungsinya untuk persepsi, memahami dunia, seni dan mengeja.

 Lobus temporal fungsinya untuk memori, pemahaman, dan bahasa

 Lobus oksipital fungsinya untuk visi

 Kortek sensori fungsinya untuk sensasi

 Kortek motoric fungsinya untuk gerakan

Stroke harus dikenal dengan cepat, sama seperti serangan jantung, karena:

 Gejala kelinis

 Penyebab kematian

 Tingginya angka kejadian stroke

 Tingginya angka kekeambuhan stroke

 Disabilitas kronis: ini merupakan penyebab kecacatan nomor 1

Stroke merupakan sindrom neurologis dikarakteristikan bertahap atau cepat terjadi selama 24

jam atau lebih karena pasokan O2 dan nutrisi ke area lokal diotak terganggu akibat bekuan atau

pecah yang mengakibatkan kerusakan otak. Stroke ada 2 jenis yaotu stroke iskemik (infak) dan

perdarahan. Dampak dari stroke sesuai dengan bagian otak yang terganggu, lesi structural pada

otak bisa mengakibatkan Penurunan Kesadaran dan Peningkatan Tekanan Intrakranial.


Kesadaran adalah kondisi awas-waspada, siaga, sadar terhadap lingkungan, tempat dan waktu.

Dua aspek kesadaran 1) bangun (wakefulness) dan ketanggapan (awareness).

Penurunan kesadaran merupakan kegawatan medik dan neurologic terjadi pada semua tingkat

usia dan perlu penanganan segera, lanjutan dari kondisi penyakit, akibat penyakit, penyulit

penyakit dan kejadian tidak terduga.

 Definisi penurunan kesadaran

Tidak ada respon fisiologis terhadap stimulus eksternal atau kebutuhan dalam diri sendiri

- Kesadaran berkabut (clouding of consciousness)

- Confusion

- Obstundasi

- Stupor

- Koma

- Vegetative

 Pusat pengaturan kesadaran

- Serabut transversal retikulus dari batang otak sampai talamus

- Dilanjutkan dengan formasio activator reticularis, yang mengubungkan talamus dengan

korteks serebri

 Fisiologi kesadaran
Fungsi kompleks dikontrol RAS dan komponen

RAS yang terintegrasi

Formatio retikularis mengubungkan RAS otak

tengah, ke hipotalamus dan ke talamus.

 Patofisiologi

STROKE  RAS (kompresi langsung dan kurang O2 dan glukosa)  kerusakan pada

struktur RAS (kerusakan yang menghantarkan ke pusat dan kerusakan yang menghantarkan

dari pusat ke area batang otak  tidak dapat mempertahankan kesadaran  terjadi

Penurunan Kesadaran

Perbedaan stroke dan non stroke

- Stroke terbagi menjadi 2 yaitu koma supratentorial dan koma infratentorial

- Non stroke : koma metabolic

 Manifestasi Klinis

Tingkat kesadaran Respon mata Respon


Supratentorial Pupil kecil reaktif Cheyne strokes
Otak tengah bagian Pupil diatas (unilateral, Hiperventilasi neurogenik
atas bilateral), menetap sentral, regular, pernafasan
ditengah dalam
Pons bagian atas Menetap ditengah, pin Apneustik regular,
point periodik apneu
Pons bagian bawah Pupil pin point Kluster: inspirasi,
ekspirasi ireguler diantara
periodik apneu
Medulla Pupil pin point, menetap Ataksia: sangat ireguler
ditengah dengan periodik apneu

 Alogaritma pasien KOMA

KOMA  ABCs dan C-Spine  pengkajian neurologis  pemeriksaan GCS  FOUR

SCORE  penilaian batang otak  okulovestibulat refleks

 Penyebab KOMA

Tiga kemungkinan:

1. Penyebab structural : trauma brain injury, stroke iskemik akut, intraserebral hemoragik,

meningitis dan ensepalitis.

2. Penyebab nonstructural : onset gejala yang progresif dan bertahap dan riwayat

pengobatan, alcohol atau penggunaan obat-obatan terlarang, atau paparan racun

lingkungan

3. Penyebab yang tidak jelas

 Perawatan pasien stroke dengan KOMA


Oksigenasi, Nutrisi, Kebersihan diri, Mobilisasi (cegah DVT), Eliminasi, Psikologis,

Perawatan post operasi, dan Pencegahan komplikasi

 Tatalaksana komplikasi KOMA

- Pneumonia : oral hygene, fisioterapi punggung dan dada, mobilisasi

- Luka tekan : mobilisasi dan perawatan kulit

- Infeksi : hand hygene

- Kontraktur : Range of motion

- Manajemen Bowel dan bladder

ASKEP SYSPHAGIA
YANI SOFIANI

Peranan system saraf dalam proses menelan

Proses menelan diatur oleh system saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

 Tahap afferent/ sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring
langsung akan berespons dan menyampaikan perintah
 Perintah diterima oleh pusat penelanan di medulla oblongata/ batang otak (kedua sisi)
pada trunkus solitaries di bagian dorsal (berfungsi untuk mengatur fungsi motoric
proses menelan) dan nucleus ambigius yang berfungsi mengatur distribusi implus
motoric ke motor neuron otot yang berhubungan dengan proses menelan
 Tahap efferent/motoric yang menjalankan perintah.

DYSPHAGIA : KESULITAS MENELAN

 Terjadi hmpir 50 % klien strok dengan kelemahan unilateral

PROSES MENELAN

 ORAL  V, VII DAN XII


 FARINGEAL  IX DAN X
 ESOFAGEAL  X

3 FASE MENELAN

 Fase oral = makanan dikunyak oleh mulut dan didorong ke didinding posterior faring
oleh gerak volunteer lidah, lalu timbul reflex menelan
 Fase faringeal = reflex palatum molle dan uvula menutup rongga hidung laring
terangkat menutup glottis. Konteraksi m.kontriktor faringeus mendorong bolus
melewati epiglottis menuju faring dan memasuki esophagus.
 Fase esophageal = relaksasi m.krokofaringeus  bolus masuk esophagus.
Gelombang peristaltik mendorong bolus menuju sfingter esophagus distal. Terjadi
relaksasi otot sfingter esophagus  bolus masuk ke lambung

PENGKAJIAN

Kondisi yang biasa ditemukan:

 Klien lansia
 Klien makan dikunyahnya lama
 Makanan tidak bisa ditelan
 Menelan makanan sering batuk

Keluhan:

• Sulit menelan

• Batuk sebelum menelan makanan atau minuman

• Tersedak

• Makanan tidak ditelan

• Muntah

• Menelan berulang2

TES FUNGSI MENELAN

• Keutuhan mulut, gigi, uvula

• Lidah ==> Gerakan, kekuatan

• Tes menelan ==> perawat merasakan Gerakan saat klien menelan

• Pastikan apakah klien bisa batuk


• Uji dengan air

MASALAH KEPERAWATAN

• Gangguan menelan  masalah keperawatan (SDKI)

 Dukungan perawatan diri makan/minum (Intervensi utama) (SIKI)

 Pencegahan aspirasi (Intervensi utama) (SIKI)

 Manajemen nutrisi (intervensi tambahan)

 pemberian makanan (intervensi tambahan)

LATIHAN

Latihan menelan:

• MASAKO  Gigit lidah klien menelan

• Mandelson Maneuver  klien menelan, saat jakun naik, tahan 5detik, telan

• Supraglotik swallow  tahan napas, menelan, batuk  dilakukan dengan cepat

Posisi saat menelan:

• Chin tuck  saat menelan menunduk

• Head turn  saat menelan menoleh kearah yang normal

• Posisi duduk 900

VIDIO SWALLOWING
menelan terjadi dalam dua tahap oral yaitu tahap faring dan esophagus di awal menelan bolus
makanan secara sukarela ditekan oleh lidah ke atas terhadap langit-langit mulut dan mundur
menuju faring di respon terhadap aktivasi faring reseptor tekanan pusat menelan di medula
memulai refleks yang mencegah masuknya makanan ke saluran pernapasan lorong-lorong uvula
berkontraksi yang memblokir saluran hidung dari faring otot laring berkontraksi menutup glotis
di bagian atas trakea dengan menyelaraskan vokal dengan erat lipatan epiglotis berayun ke
bawah glotis tertutup dengan all Airways terhentinya pernapasan untuk sementara dihambat
sebagai esofagus bagian atas sfingter melemaskan ferengi menjebak bolus ke kerongkongan oral
tahap faring selesai dan bernafas dilanjutkan selama tahap esofagus gelombang peristaltik primer
yang diprakarsai oleh pusat menelan mendorong bolus melalui kerongkongan sebagai bolus
berjalan melalui kerongkongan bagian bawah sfingter esofagus berelaksasi memungkinkan
makanan yang masuk ke lambung jika bolus lengket dan melekat pada gelombang peristaltik
sekunder esophagus dipicu oleh pleksus intrinsik di titik ketegangan ini benar-benar jelas lumen
esofagus untuk menyelesaikan menelan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILISASI DAN

TRANSPORTASI

 Pengertian Mobilisasi : Adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,

mudah, teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat.

Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak.

Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan tindakan

keperawatan. Mobilisasi diperlukan dalam rangka untuk:kemandirian diri, meningkatkan

kesehatan, memperlambat penyakit khususunya penyakit degeneratif, untuk aktualisasi.

 Macam-Macam Imobilitas :
1.Imobilitas fisik Yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik

yang disebabkan oleh factor lingkungan maupun keadaan orang tersebut.

2. Imobilitas intelektual Dapat disebabkan kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Pada kasus kerusakan otak.

3. Imobilitas emotional Dapat terjadi akibat pembedahan atau kehilangan seseorang yang

dicintai.

4. Imobilitas sosial Dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi

akibat penyakit.

 Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

1. Gaya hidup

2. Ketidakmampuan Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk

melaksanakan aktifitas kehidupan

 Ketidakmampuan primer : disebabkan oleh penyakit atau trauma (ex : penderita paralisi

oleh karena gangguan pada spinal cord akibat injury.

 Ketidakmampuan sekunder : terjadi dampak akibat ketidakmampuan secara primer, misal

kelemahan otot dan bedrest.Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap

mobilitas.

3. Tingkat energi

Energi dibutuhkan salah satunya adalah untuk mobilisasi, tiap individu mempunyai

energi yang bervariasi dan ada kecenderungan seseorang menghindar dari stressor dalam

rangka mempertahankan kesehatn fisik dan psikologis.

4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan mobilisasi, pada orang tua secara

fisiologis ada penurunan pada aktifitas dan mobilisasi dikaitkan dengan tingkat tumbuh

kembang orang sejak lahir sampai menjelang usia lanjut.

 Dampak Mobilisasi

1. Sistem pernafasan

2. Sistem kardiovaskuler

3. Sistem pencernaan

4. Sistem muskuloskletal

5. Sistem integument

6. Sistem perkemihan

 Tingkat mobilisasi :

1.Imobilitas komplit Dilakukan pada penderita yang mengalami gangguan tingkat

kesadaran.

2. Imobilitas parsial Pada klien dengan gangguan fraktur, misal fraktur pada

ekstrimitas bawah (kaki).

3. Imobilitas alasan pengobatan Hal ini dilakukan pada penderita yang dengan

gangguan pernafasan seperti sesak nafas tidak boleh naik turun tangga, atau pada

penderita penyakit jantung.


PENGKAJIAN

1. Riwayat :

- Gambaran gejala yang dialami saat ini, kapan mulai, gejala menurun/meningkat,

bagaimana mengatasinya

- Riwayat penyakit masa lalu: Penyakit pernafasan, trauma kepala/fraktur, infeksi sinus,

hidung,telinga, penyakit jantung, DM,Ca, pembedahan, bedah syaraf/telingga

2. Pengkajian fisik

- Tingkat kesadaran, Orientasi

- Reaksi pupil dan pergerakan mata

- Respon motorik, kaku kuduk, kernig’s, Bruzinski, nyeri kepala

- Tanda awal : Lethargi, perub memori & tingkah laku, ggn perhatian, -

Tanda penyakit lanjut: Stupor, nyeri kepala berat, nyeri otot, photo phobia,

Nistagmus, Disfungsi syaraf

- Hemiparesis, hemaplegia, tonus otot menurun

- Nausea, muntah, panas, Tachicardia

 Pemeriksaan Lab darah lengkap: HB, HT, LED, Ery, Lekosit, darah stroke

 Kultur darah

 CT-Scan, X-Ray

 Lumbal fungsi (kultur cairan otak, bila peningkatan sel darah putih, protein meningkat,

glukosa menurun,tekanan csf meningkat lebih 180 mmHg adanya infeksi)

 Diagnosa keperawatan : Gangguan mobilitas fisik B.D Defisit Neurologi, kelemahan

 Defisit ADL b.d kelemahan


 Gangguan Motorik : Latihan ROM 2 kali/sehari Untuk mempertahankan dan

meningkatkan kekuatan otot latihan harus dilakukan oleh fisioterapi 3-4 x/seminggu,

 Latihan berjalan: berdiri di sisi yang lemah atau dibelakang pasien

 Aktifkan tangan yang lemah

 Limited range of motion

a. Gangguan pergerakan (limited range of motion) secara umum disebabkan oleh

adanya pembengkakan disekitar sendi, kekakuan otot dan adanya rasa nyeri.

Menurut nlm.nih.gov penyebab terjadinya gangguan pergerakan pada sendi

adalah: rheumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis, ankylosing spondilitis,

cerebral palsy, fraktur, dislokasi, torticolis, syphilis, progeria, septic joint dan

ellis van creveld syndrome.

b. Kontraktur dan berbagai macam dampak negative dapat dicegah dengan

melakukan ROM exercise (latihan pergerakan sendi). ROM exercise dapat

menurunkan kekakuan sendi dan menjaga agar sendi tertap fleksibel. Selain itu,

ROM exercise dapat meningkatkan peredaran darah sehingga meningkatkan

proses penyembuhan klien.

2. TUJUAN ROM

a. meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot

b. mengurangi kekakuan

c. mencegah terjadinya pembekuan pada sendi akibat perjalanan penyakit.

d. mengurangi deformitas
3. BAGAIMANA ROM DILAKUKAN ?

a. Latihan dilakukan satu kali atau dua kali sehari.

b. Lakukan masing masing latihan 3 sampai 10 kali .

c. Latihan nafas hitung lalu keluarkan.

d. Mulai dengan lambat lalu kemudian secara bertahap dapat meningkat.

e. Coba untuk ROM secara maksimal sampai merasa merasa slight stretch.

f. Perhatikan wajah pasien jika merasa nyeri latihan diberhentikan

Gangguan Kognitif Pasien Stroke

Stroke
Suatu sindroma klinis yang onsetnya mendadak dengan disfungsi neurologik fokal (global),
berlangsung selama 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian.
Kognitif
Kemampuan atensi – konsentrasi, memori, bahasa, visuospatial dan fungsi eksekutif.
 Atensi: perhatian
 Konsentrasi: mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama.
 Memori: masa lalu dan masa kini, memori tertunda dan memori rekognisi.
 Bahasa: pengulangan, penamaan, pengertian verbal, kemampuan motorik bicara dan
kelancaran dalam berbicara.
 Visuospatial: kemampuan melihat tataruang 2 dan 3 dimensi dan arah.
 Fungsi eksekutif /kalkulasi, generalisasi, pemberian alasan, perencanaan dan membuat
keputusan

Domain Kognisi:
 Perception (Persepsi)
 Attention (Perhatian)
 Language (Bahasa)
 Memory (Daya ingat)
 Emotion (Emosi)
 Reasoning (Pertimbangan)

Fungsi Luhur: Fungsi luhur merupakan fungsi asosiasi dan integrasi tingkat tinggi (dari kortikal
pertama, kedua, asosiatif dengan bagian otak lainnya).

Rentang Respon Kognitif


Respon adaptif: Tegas, Respon maladaptif: Mudah lupa,
Ingatan utuh, Orientasi inkoheren, Kadang bingung,
lengkap, Persepsi akurat, disorientasi, Kadang mispersepsi - daya
Perhatian terfokus, ingat hilang, Kadang berpikir tdk
Koheren, pikiran logis mampu, Tidak jernih ambil keputusan,
Inkoheren

Mekanisme Kompensasi: Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif yang
maladaptif (regresi, denial, kompensasi) dipengaruhi perjalanan masa lalunya.

Sindrom Aphasia Demensia


 Global aphasia Adalah suatu sindroma penurunan
 Broca’s aphasia kemampuan intelektual progresif yang

 Wernick’s aphasia menyebabkan deteriorasi kognisi dan

 Conduction aphasia fungsional, sehingga mengakibatkan


gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
 Transcortical aphasia
aktivitas sehari-hari. (Asosiasi Alzheimer
 Anomic aphasia
Indonesia, 2003)

Dignosa
1. Gangguan komunikasi verbal
2. Kecemasan
3. Gangguan proses pikir
4. Koping keluarga tdk efektif
5. Gangguan persepsi sensori
6. Resiko terhadap cedera/trauma
7. Kerusakan interaksi sosial

Intervensi
 Tujuan jangka panjang: perbaikan gangguan kognitif seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan klien
 Tujuan jangka pendek: Kebutuhan dasar klien

1. Gangguan kognitif:
- Atensi & konsentrasi: hindari sesuatu yang menyebabkan pasien bingung (televisi, radio),
instruksi yang singkat, kontak mata langsung
- Orientasi: reorientasikan
- Memori: tempatkan barang ditempat yang sama, gunakan tanda atau gambar sebagai isyarat
- Kesadaran: lingkungan aman, mengingatkan pasien dengan lembut
- Penilaian
- Pemecahan masalah

2. Gangguan persepsi:
- Biarkan lampu menyala diruangan
- Pastikan keamanan klien : ruangan tidak licin, perabotan tidak berlebihan
- Jika memungkinkan, perawatan satu-satu → mudah untuk observasi dan reorientasi
- Orientasikan pada waktu, tempat dan orang

3. Gangguan Bahasa:
- Berikan pesan yang jelas
- Hindari memberikan pilihan
- Gunakan pernyataan langsung yang sederhana
- Health education
- Berikan informasi tentang penyebab delirium
- Ajarkan klien dan keluarga tentang pengobatan
- Informasikan tentang pencegahan stroke berulang

4. Gangguan demensia:
- Orientasi
- Berikan tanda yang jelas pada kamar klien dalam menggunakan namanya
- Anjurkan klien untuk menyimpan barang pribadi
- Gunakan lampu tidur
- Sediakan jam dan kalender

Management Pasien dengan Gangguan Bladder


Pemateri: Winda Yuniarsih

Inkontinesia urine adalah kondisi dimana seseorang kehilangan kemampuan untuk dapat
berkemih secara sadar. Keinginan yg kuat utk BAK, panik mencari toilet, ketakutan tidak
mampu menemukannya pada waktu yg tepat Membatasi & mengganggu kehidupan sehari- hari,
memyebabkan perasaan malu, cemas, takut, frustasi & depresi yg berat. Masalah umum terjadi
pada pasien stroke 44% – 69% pasien paska stroke mengalami incontinence

Jenis inkontinesia urine:

- Urge incontinensia urine: tidak mampu menahan BAK


- Stress incontinensia urine: pengeluaran urine dalam jumlah kecil secara tiba2 akibat
peningkatan tekanan intra abdoment
- Overflow incontinensia urine: pengeluaran urine dalam jumlah kecil, terus menerus
- Total incontinensia urine: kontrol berkemih hilang, sehingga urine keluar terus menerus,
atau sebaliknya tidk dalap mengeluarkan urine sehingga terjadi retensi

Gejala inkontinesia urine:

- Frekwensi : lebih dr 8x dlm 24 jam


- Nokturia : terbangun lebih dari 1 kali untuk berkemih
- Urgensi : keinginan yg kuat utk berkemih walaupun vesika belum terisi penuh
- Urge inkontinensia : dorongan yg kuat untuk BAK

Inkontinesia pada stoke:

- Hipotonik bladder
1. Flaccid bladder
2. Retensio
- Hipertonik bladder
 Hyperreflexic bladder
 Frekuensi
 Urgensi

Pengkajian:

- Riwayat spesifik medis, diagnostik, genitourinaria & pengunaan obat-obatan


- Eksplorasi gejala, frekwensi, durasi
- Penilaian kemampuan fungsional (ADLs)
- Pola pemasukan cairan
- Penilaian mobilitas & lingkungan sosial

Pemeriksaan Fisik:

- Evaluasi neurologis
- Pemeriksaan status mental
- Pemeriksaan abdoment bagian bawah ; pasien berbaring terlentang, inspeksi jika volume
luring dari 500cc, tdk ditemukan adanya tonjolan
- Perkusi ; dimulai dr area umbilikus hingga simpisis pubis, jika perkusi terdengar dulness,
menandakan adanya distensi. Bladder ultrasound untuk mendeteksi adanya distensi
- Palpasi : dr area umbilikus hingga simfisis, menggunakan ujung jari, untuk rasakan tepi atas
kandung kemih, jika volume lebih dari 150cc, vesika akan terasa lunak & bulat
- 6. Test penekanan akibat batuk untuk melihat adakah inkontinensia akibat stress
- 7. Estimasi volume residu setelah pengosongan jika kurang dari 50cc normal, 100-200cc
dianggap pengosongan vesika urinaria tdk sempurna
Pemeriksaan penunjang:

- Urinalisa & kultur untuk menyingkirkan kemungkinan hematuri, tumor, glukosuria, dll
- Test lanjutan: sistoskopi, test urodynamik & citometry

Strategi management bladder:

- Strategi prilaku
- Bladder stimulasi
- Pelvic floor exercise / kegel
- Alat untuk menampung urine ( diapers)
- Condom catheter
- Idwelling catheter
- Intermitten catheter
- Clien intermitten catheter ( CIC)
- Obat obatan

Mengukur keberhasilan management inkontinesia:

1. Derajat kesulitan pasien dan atau orang yg merawat


2. Motivasi
3. Tingkat kerjasama / kepatuhan
4. Prognosis secara keseluruhan, termasuk usia harapan hidup
5. Disesuaikan dengan kemampuan fisik & kognitif pasien
6. Catatan harian kandung kemih (bladder diary)
7. Terapi Perilaku: Edukasi ttng fungsi traktus urinarius bagian bawah pada pasien,
keluarga dan caregiver, Bladder diary (catatan harian kandung kemih)
 Bladder Re-Training /micturition training
 Training Kebiasaan (habit training)
 Miksi Terjadwal (timed voiding)
 Miksi atas perintah (promted voiding)

Stroke dengan PTIK (Peningkatan Ttekanan Intrakranial)


 Metabolism Otak

Otak merupakan ogan yang memiliki metabolism tinggi, berat otak 2% dari berat badan.

Aliran darah otak saat istirahat : 800 Ml/min, 15% cardiac output, dan konsumsi glukosa

25%

 Stroke dengan peningkatan TIK

Stroke iskemik: Edema => Volume jaringan bertambah dan terjadi peningkatan TIK

Stroke hemoragik :

- Hematoma => Peninggian TIK

- Edema perihematoma => PeninggianTIK

SAH:

- Edema => Peninggian TIK

- Sumbatan aliran LCS => penambahan volume LCS => peninggian TIK

- Sumbatan aliran LCS => edema hidrostatik => peninggian TIK

 Intracranial pressure: parameter tekanan dalam cranium yang dapat dilihat melalui ukuran

dan volume, normal tekanan intracranial 0-10 mmHg, 15 mmHg merupakan batas atas

normal (Hickey, 2014) atau 5-20 mmHg. Rata-rata volume intracranial orang dewasa 1700

ml (brain 1400 ml, csf 150 ml, blood 150 ml)

- Fisiologi dasar tekanan intracranial


Normal ICP dewasa 10-15 mmHg

Anak 3-7 mmHg

Bayi 1,5-6 mmHg

Neonatus <2 mmHg

- Komponen intracranial

- Mekanisme kompensasi TIK

 Pintas LCS ke ruang subarachnoid spinal

 Peningkatan absorbs LCS

 Penurunan produksi LCS

 Pintas darah vena keluar tengkorak

- Faktor yang dapat meningkatkan TIK


 Hipercapnia : PCO2 > 45 mmHg, penyebabnya penekanan pusat dibatang otak dan
nafas dangkal

 Hiperemi : PO2, 50 mmHg, penyebabnya kurang suplai O2, ventilasi kurang saat
suction atau intubasi, dan obstruksi jalan nafas

 Prosedur respirasi

 Melakukan suction

 PEEP => peningkatan tekanan intracranial => peninggian vena sentral => tekanan di
vena serebral => PTIK

 Obat vasodilator, obat anestetik, dan beberapa jenis antihistamin/antihipertensi

Posisi badan tertentu

 Trendelenburg (tengkurap), Fleksi panggul ekstrem, Angulasi leher dan fleksi leher

Kontraksi otot isometic menegangkan otot-otot tanpa memperpanjang.

Pengaruh emosional

 Pembicaraan yang mengecewakan (masalah prognosis dan hokum)

 Stimulasi lain : prosedur invasive, intervensi keperawatan yang menyebabkan nyeri

Maneuver valsava : mengedan, batuk, bersin, berusaha menggerakkan badan ditempat

tidur.

- Aktivitas yang dapat meningkatkan metabolism serebral

 Kejang

 Hipertermi (setiap kenaikan 10C meningkatkan 6%

- Tanda dan gejala awal PTIK


 Gelisah, irritabilitas, disfungsi pupil, penurunan kekuatan otot, defisi sendorok,

paresus nervus kranial, kadang nyeri kepala, tingkat kesadaran menurun, muntah

proyektil, nyeri kepala, temperature meningkat drastic, tingkat akhir, perubahan

pengelihatan (visual loss, diplopia), trias cuping (hipertensi, bradikardia, pernafasan

tidak teratur), edema pupil, hemiparises, hemiplegia, dan gangguan reflex batang

otak.

- Tatalaksana perawatan umum

 Posisi tidur: elevasi kepala 15-30 derajat dengan posisi kepala netral

 Manajemen nyeri dan agitasi

 Kehadiran, sentuhan dan suara keluarga

 Cegah aktivitas perawatan yang meningkatkan TIK: mika miki, memandikan dengan
tepat

 Praktek suction: Hiperoksigenasi

 Cegah hipertermi: juga suhu tubuh normal <37,50C

 Demam minggu pertama setelah stroke merupakan predictor independent terhadap


perburukan

 Jaga airway

 Pantau atau koreksi kelainan metabolic

- Tatalaksana khusus

 Hemikraniotomi dekompresif: dapat menurunkan mortilitas, bartel indeks lebih baik


pasien yang dibedah

 Mengurangi volume CSF


1. Kateter intracranial

2. Lumbal fungsi

3. Kateter lumbal

4. Manitol => efek vasokontraksi => mengurangi CBV (dosis 0,25-1 gr/KgBB)

5. Barbitural => vasokontraksi pembuluh darah serebral

6. Hipotermi => menurunkan metabolisme otak

7. Salin hipertonis: menurunkan ICP dan meningkatkan darah yang berdebar

Jenis-jenis Stroke

Pemateri: Rizky Anugrah

Stroke Iskemik

Ini adalah jenis stroke yang paling umum. Biasanya jenis stroke ini disebabkan oleh
penyumbatan arteri, suatu kondisi yang disebut aterosklerosis. Timbunan lemak terkumpul di
dinding arteri, membentuk zat lengket yang disebut plak. Seiring waktu, plak menumpuk.
Seringkali, plak menyebabkan darah mengalir tidak normal, yang dapat menyebabkan darah
menggumpal. Ada dua jenis gumpalan:

- Gumpalan yang tetap di tempat di otak disebut trombus serebral.


- Gumpalan yang terlepas dan bergerak melalui aliran darah ke otak disebut emboli serebral

Penyebab penting lain dari emboli serebral adalah jenis aritmia yang disebut fibrilasi atrium.
Penyebab lain dari stroke iskemik termasuk endokarditis, katup jantung yang abnormal, dan
memiliki katup jantung mekanis. Bekuan dapat terbentuk pada katup jantung, putus, dan berjalan
ke otak. Untuk alasan ini, mereka yang memiliki katup jantung mekanis atau abnormal sering
kali harus mengonsumsi pengencer darah.

Stroke Hemoragik
Penyebab utama kedua stroke adalah pendarahan di otak stroke hemoragik. Ini bisa terjadi ketika
pembuluh darah kecil di otak menjadi lemah dan pecah. Beberapa orang memiliki cacat pada
pembuluh darah otak yang membuat hal ini lebih mungkin terjadi. Aliran darah setelah
pembuluh darah pecah merusak sel-sel otak.

Faktor resiko stroke hemoragik:

- Tekanan darah tinggi adalah alasan nomor satu bahwa Anda mungkin mengalami stroke.
Risiko stroke juga meningkat berdasarkan usia, riwayat keluarga stroke, merokok, diabetes,
kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.
- Obat-obatan tertentu meningkatkan kemungkinan pembentukan gumpalan, dan karena itu
peluang Anda untuk stroke. Pil KB dapat menyebabkan pembekuan darah, terutama pada
wanita yang merokok dan yang berusia lebih dari 35 tahun.
- Pria lebih banyak terkena stroke daripada wanita. Tapi, wanita memiliki risiko stroke selama
kehamilan dan minggu-minggu segera setelah kehamilan.
- Penggunaan kokain, penyalahgunaan alkohol, cedera kepala, dan gangguan pendarahan
meningkatkan risiko pendarahan ke otak

Tanda dan gejala stoke hemoragik:

Gejala stroke tergantung pada bagian otak mana yang rusak. Dalam beberapa kasus, seseorang
bahkan mungkin tidak menyadari bahwa dia telah mengalami stroke. Biasanya, perkembangan
SUDDEN dari satu atau lebih dari berikut ini menunjukkan stroke:

- Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan, kaki, sisi wajah, atau bagian tubuh lainnya
- Mati rasa, kesemutan, penurunan sensasi
- Perubahan visi
- Bicara cadel, ketidakmampuan untuk berbicara atau memahami ucapan, kesulitan membaca
atau menulis
- Kesulitan menelan atau air liur
- Kehilangan ingatan
- Vertigo (sensasi berputar)
- Kehilangan keseimbangan atau koordinasi
- Perubahan kepribadian
- Perubahan suasana hati (depresi, apatis)
- Mengantuk, lesu, atau kehilangan kesadaran

Transient Ischemic Attack (TIA)

Jika satu atau lebih dari gejala ini muncul selama kurang dari 24 jam, itu mungkin serangan
iskemik transien (TIA). TIA adalah hilangnya fungsi otak sementara dan tanda peringatan untuk
kemungkinan stroke di masa depan.

Tanda dan pemeriksaan:

- Dalam mendiagnosis stroke, mengetahui bagaimana gejala berkembang adalah penting.


Gejalanya mungkin parah pada awal stroke, atau mungkin berkembang atau berfluktuasi
untuk satu atau dua hari pertama (stroke dalam evolusi). Setelah tidak ada kerusakan lebih
lanjut, stroke dianggap selesai.
- Selama pemeriksaan, dokter Anda akan mencari defisit neurologis, motorik, dan sensorik
tertentu. Ini sering berhubungan erat dengan lokasi cedera di otak. Pemeriksaan dapat
menunjukkan perubahan penglihatan atau bidang visual, refleks abnormal, gerakan mata
abnormal, kelemahan otot, penurunan sensasi, dan perubahan lainnya. Sebuah "bruit" (suara
abnormal yang terdengar dengan stetoskop) dapat terdengar di atas arteri karotis di leher.
Mungkin ada tanda-tanda fibrilasi atrium.
- Tes dilakukan untuk menentukan jenis, lokasi, dan penyebab stroke dan untuk
menyingkirkan gangguan lain yang mungkin bertanggung jawab atas gejala tersebut. Tes ini
meliputi:
 CT kepala atau MRI kepala -- digunakan untuk menentukan apakah stroke disebabkan
oleh perdarahan (perdarahan) atau lesi lain dan untuk menentukan lokasi dan luasnya
stroke.
 EKG (elektrokardiogram) - digunakan untuk mendiagnosis gangguan jantung yang
mendasarinya.
 Ekokardiogram - digunakan jika penyebabnya mungkin embolus (bekuan darah) dari
jantung.
 Dupleks karotid (sejenis ultrasound) - digunakan jika penyebabnya mungkin stenosis
arteri karotis (penyempitan pembuluh darah utama yang memasok darah ke otak).
 Monitor jantung -- dipakai saat berada di rumah sakit atau sebagai pasien rawat jalan
untuk menentukan apakah aritmia jantung (seperti fibrilasi atrium) mungkin bertanggung
jawab atas stroke Anda.
 Angiografi serebral (kepala) -- dapat dilakukan agar dokter dapat mengidentifikasi
pembuluh darah yang menyebabkan stroke. Terutama digunakan jika operasi sedang
dipertimbangkan.
 Pekerjaan darah dapat dilakukan untuk mengecualikan kondisi kekebalan atau
pembekuan darah yang tidak normal yang dapat menyebabkan pembentukan gumpalan.

Pengobatan:

- Tujuannya adalah untuk membawa orang tersebut ke ruang gawat darurat segera,
menentukan apakah dia mengalami stroke pendarahan atau stroke dari bekuan darah, dan
memulai terapi semuanya dalam waktu 3 jam sejak stroke dimulai.
- Obat trombolitik, seperti tPA, memecah gumpalan darah dan dapat mengembalikan aliran
darah ke area yang rusak. Orang yang menerima obat ini lebih cenderung memiliki
gangguan jangka panjang yang lebih sedikit. Namun, ada kriteria ketat untuk siapa yang
dapat menerima trombolitik. Yang paling penting adalah orang tersebut diperiksa dan
dirawat oleh tim khusus stroke dalam waktu 3 jam sejak gejala mulai. Jika stroke disebabkan
oleh pendarahan dan bukan pembekuan, perawatan ini dapat memperburuk kerusakan
sehingga diperlukan kehati-hatian untuk mendiagnosis penyebabnya sebelum memberikan
perawatan.
- Dalam keadaan lain, pengencer darah seperti heparin dan Coumadin digunakan untuk
mengobati stroke. Aspirin juga dapat digunakan.
- Obat lain mungkin diperlukan untuk mengontrol gejala terkait. Pembunuh rasa sakit
mungkin diperlukan untuk mengendalikan sakit kepala parah. Obat mungkin diperlukan
untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
- Nutrisi dan cairan mungkin diperlukan, terutama jika orang tersebut mengalami kesulitan
menelan. Nutrisi dan cairan dapat diberikan melalui tabung intravena (IV) atau tabung
makanan di perut (tabung gastrostomi). Kesulitan menelan mungkin bersifat sementara atau
permanen.
- Untuk stroke hemoragik, pembedahan seringkali diperlukan untuk menghilangkan darah
yang terkumpul dari otak dan untuk memperbaiki pembuluh darah yang rusak.
- Tujuan pengobatan jangka panjang adalah untuk memulihkan fungsi sebanyak mungkin dan
mencegah stroke di masa depan. Tergantung pada gejalanya, rehabilitasi meliputi terapi
wicara, terapi okupasi, dan terapi fisik. Waktu pemulihan berbeda dari orang ke orang.
- Terapi tertentu, seperti reposisi dan latihan rentang gerak, dimaksudkan untuk mencegah
komplikasi yang berhubungan dengan stroke, seperti infeksi dan luka baring. Orang harus
tetap aktif dalam keterbatasan fisik mereka. Kadang-kadang, kateterisasi urin atau program
kontrol kandung kemih/usus mungkin diperlukan untuk mengontrol inkontinensia.
- Keselamatan orang tersebut harus diperhatikan. Beberapa orang dengan stroke tampaknya
tidak memiliki kesadaran akan lingkungan mereka di sisi yang terkena. Yang lain
menunjukkan ketidakpedulian atau kurangnya penilaian, yang meningkatkan kebutuhan
akan tindakan pencegahan keselamatan. Untuk orang-orang ini, teman dan anggota keluarga
harus berulang kali memperkuat informasi penting, seperti nama, usia, tanggal, waktu, dan
tempat tinggal mereka, untuk membantu orang tersebut tetap berorientasi.
- Pengasuh mungkin perlu menunjukkan gambar orang tersebut, berulang kali menunjukkan
bagaimana melakukan tugas, atau menggunakan strategi komunikasi lainnya, tergantung
pada jenis dan tingkat masalah bahasa.
- Perawatan di rumah, asrama, penitipan anak dewasa, atau rumah pemulihan mungkin
diperlukan untuk menyediakan lingkungan yang aman, mengontrol perilaku agresif atau
gelisah, dan memenuhi kebutuhan medis.
- Modifikasi perilaku mungkin bermanfaat bagi sebagian orang dalam mengendalikan
perilaku yang tidak dapat diterima atau berbahaya.
- Konseling keluarga dapat membantu dalam mengatasi perubahan yang diperlukan untuk
perawatan di rumah. Perawat atau pembantu yang berkunjung, layanan sukarelawan, ibu
rumah tangga, layanan perlindungan orang dewasa, dan sumber daya komunitas lainnya
dapat membantu.
- Nasihat hukum mungkin tepat. Petunjuk di muka, surat kuasa, dan tindakan hukum lainnya
dapat mempermudah pengambilan keputusan etis mengenai perawatan seseorang yang
mengalami stroke.

Komplikasi:
- Masalah karena kehilangan mobilitas (kontraktur sendi, luka tekan)
- Kehilangan gerakan atau sensasi permanen pada bagian tubuh
- Patah tulang
- Spastisitas otot
- Hilangnya fungsi otak secara permanen
- Mengurangi komunikasi atau interaksi sosial
- Berkurangnya kemampuan untuk berfungsi atau merawat diri sendiri
- Rentang hidup berkurang
- Efek samping obat
- Aspirasi
- Malnutrisi

Diagnosa Keperawatan:

1. Perubahan perfusi jaringan serebral

2. Gangguan mobilitas fisik

3. Kurang mampu merawat diri

4. Gangguan komunikasi verbal

5. Perubahan sensori-persepsi

6. Perubahan pola eliminasi urine—incontinensia

7. Perubahan pola eliminasi bowel—konstipasi

8. Gangguan menelan

9. Bersihan jalan napas tidak efektif

10. Kerusakan/gangguan integritas kulit

11. Perubahan proses pikir

12. Risko cedera

13. Gangguan self-esteem


14. Koping individu tidak efektif

15. Isolasi sosial

Powerless

Tes Keseimbangan dan Koordinasi Pasien Stroke

Keseimbangan
Satu faktor yang dibutuhkan individu dalam melakukan gerak yang efektif dan efisiensi
selain fleksibilitas, koordinasi, kekuatan dan daya tahan dengan risiko jatuh yang
minimal agar dapat mempertahankan equilibrium baik statis maupun dinamis dalam
berbagai macam posisi tubuh

Koordinasi
Melakukan gerakan komplek secara halus dan efisien bergantung pada keutuhan fungsi
sensorik dan motorik serta fungsi serebelum (douglas, Nicol, & Robertson, 2013).

 Ekulibrium: Bagian penting dari pergerakan tubuh dalam


Gangguan
menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh
Fungsi
walaupun tubuh berubah posisi
Koordinas
 Non-Ekuilibrium: Gangguan gerakan anggota gerak yg
i
disengaja terutama gerakan halus

Tes Fungsi Koordinasi Ekuilibrium


1. Tes Romberg
Minta pasien berdiri tegak dengan kedua tumit saling bertemu. Pertama dengan mata
terbuka, lalau minta pasien untuk menutup mata selama 20 detik
 Lesi cerebral → waktu membuka dan menutup mata pasien kesulitan berdiri tegak dan
cenderung berdiri dengan kaki terbuka lebar.
 Ganguan Propioseptik → begitu menutup mata pasien kesulitan mempertahankan diri dan
jatuh
2. Tes tandem walking / tes heel to toe walking
Pasien diminta untuk berjalan pada satu garis lurus di atas lantai dengan cara
menempatkan satu tumit langsung di antara ujung jari kaki yang berlawanan, baik
dengan mata terbuka atau mata tertutup.
 Lesi cerebral → pasien tidak dapat menjalankan tes → disekuilibrium → tidak dapat
berdiri kokoh (cenderung jatuh) dan cara berjalan terganggu (langkah menjadi lebar-
lebar).
 Jika cenderung jatuh ke salah satu sisi → gangguan unilateral. Jika jalan sempoyongan ke
samping → Gangguan di Vermis

Tes Fungsi Koordinasi Non-Ekuilibrium


1. Tes Jari Hidung: Lesi cerebri → jika telunjuk tidak sampai di hidung tapi melewati /
sampai di pipi.
2. Tes pronasi-supinasi: Lesi cerebral → gerakan dilakukan lamban dan tidak tangkas.
3. Arm bounce: Tekanan ke bawah dan pelepasan tiba-tiba dari lengan pasien yang
terentang menyebabkan ayunan yang berlebihan.

Discharge Planning:
Suatu proses yang sistematis dalam pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dan
keluarga dalam menetapkan kebutuhan, mengembangkan dan mengimplementasikan
serta mengkoordinasi rencana perawatan yang mungkin dilakukan setelah pasien
pulang dari rumah sakit dalam upaya meningkatkan / mempertahankan derajat
kesehatannya (The Nurses Association of New Brunswick, 2002).
Evaluasi discharge planning → tingkat kekambuhan pasien
Lama hari rawat
Pengetahuan pasien

Anda mungkin juga menyukai