Anda di halaman 1dari 26

LONTAR PENGEJUKAN LEYAK

No Bait Arti Penjelasan


Ong Awighnamastu nama Atas nama Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga tiada
sidem. mendapat halangan.
1 Iti pengejukan leyak, Inilah yang disebut dengan Dalam bait ini
nga, daging cakepane, pengejukan leyak, isi naskahnya disebutkan bahwa
1, pengejukan leyak, 2. terbagi atas beberapa bagian, yaitu : naskah
pengejukan leyak
bebayon, Yang pertama adalah tentang ini, terdiri dari
3. pematuh desti, pengejukan leyak, delapan bagian,
4. pangunduran tenget, yang kedua adalah tentang bebayon dimana satu
5. pepeteng leyak, (penebusan), dengan yang
6. Tatulah tungguh, yang ketiga adalah tentang pematuh lainnya saling
7. pematuh i Dukuh desti, berkaitan.
sakti, yang keempat adalah tentang
8. pengangkidan wong pengunduran tenget (menghilangkan
agering pengaruh tempat keramat),
sakalwiraning yang kelima adalah tentang
wenang angkid, pepeteng leyak,
karananya. yang keenam adalah tentang tatulak
tungguh,
yang ketujuh adalah tentang
pematuh I Dukuh sakti,
yang kedelapan adalah tentang
pengangkitan wong agering (cara
menghilangkan penyakit yang ada
dalam diri seseorang), demikianlah
adanya isi dan naskah pengejukan
leyak
2 Nihan pemandi Ini adalah cara untuk membuat Dalam bait ini,
mantra, rehangucap mantra menjadi bertuah, yaitu dijelaskan cara
swa, ping 3, ma, Ong dengan mengucapkan mantra ini 3x, membuat mantra
sakti (bertuah),
Sanghyang Brahma, adapun mantranya adalah sebagai yaitu dengan
Wisnu, Windu swanku berikut; Ong Sanghyang Brahma, menyatukan para
mandi, 3, pangucapku Wisnu, Windu ada pada diriku, mandi dewa dan cahaya
Sanghyang kedep, 3x (sempurnalah 3x), ucapanku dalam diri
solehku Sanghyang bagaikan knot yang cemerlang, sendiri, dan
Siddi, kedep siddi prilakuku bagaikan Sanghyang Siddi pengucapan
mandi mantranku, (yang amat sempurna), menjadi mantra
dilaksanakan tiga
Telas sempurnalah mantraku. Selesai. kali dengan
penuh keyakinan.
3 Angregep Dewa nawa Cara menyatukan diri atau pudran Dalam bait ini,
sanga. ma, Iswara dengan pars Dewata Nawa Sanga, dijelaskan cara
ring papusuhan, mantranya ; Bhatara Iswara ada di membuat mantra
sakti (bertuah),
Brahma ring hati, jantung, Bhatara Brahma ada di hati, yaitu dengan
Mahadewa ring Bhatara Mahadewa ada di ginjal, menyatukan para
ungsilan, Wisnu ring Bhatara Wisnu ada ada di empedu, dewa dan cahaya
ampru, Siwa ring Bhatara Siwa ada dipuncaknya hati dalam diri
hrdaya, mhi mantra. (yang merupakan asal keluarnya sendiri, dan
pengucapan
mantra) mantra
dilaksanakan tiga
kali dengan
penuh keyakinan.
4 Yan angeregep Jika menyatukan pikiran untuk Dalam bait ini
wisesa, idepaniya menjadikan diri sakti; renungkanlah disebutkan cara
Sanghyang Parama seolah-olah Sanghyang seseorang
membuat dirinya
wisesa, ring sabda, Paramawisesa ada pada suara, sakti, yaitu
Bhatara Guru Bhatara Guru ada dipangkal lidah, dengan merenung
bongkoling lidah. Sanghyang Bagawati berada manifestasi
Sanghyang Bagawati, ditengah-tengahnya lidah, Kalika ada Tuhan ada pada
madyaning lidah, dipuncaknya lidah, Jutiswara ada suara, ada pada
Kalika pucuking lidah, dipangkalnya lidah, dan Sanghyang pangkal lidah,
Jutiswara bongkoling Mahadewa ada di tengah-tengahya dipuncaknya
lidah, dan
lidah, Mahadewa, lidah. Selesai. ditengah-tengahn
madyaning lidah. ya lidah. Hal ini
dilaksanakan
dengan
kesungguhan hati
dan keyakinan
yang mantap.
5 Nihan pangangki Inilah cara menghilangkan penyakit Dalam bait ini
daning wong agering, orang, semua penyakit pada dijelaskan cara
sakalwiraning angkid hakekatnya dapat dihilangkan, menggilangkan
suatu penyakit,
wenang, kramanya caranya adalah membayangkan diri yang pada intinya
masagara putib, sebagai laut yang memiliki pasir semua penyakit
papusuhan, sagara berwarna-warni, yaitu ; pasir putih dapat
dadu, paparu, sagara ada dijantung, pasir dadu ada di disembuhkan.
abang ati, sagara paru-paru, pasir merah ada di hati, Cara yang
jingga, usus, sagara pasir jingga ada di perut, pasir ditunjuk adalah
kuning, ungsilan, kuning ada di ginjal, pasir hijau ada dengan
membayangkan
sagara ijo limpa, di limpa, pasir hitam ada di empedu,
diri sebagai laut
sagara ulur, ampru, pasir biru laut ada di eneban, pasir yang memiliki
sagara pelung, biru ada di puncaknya hati, semua ini pasir berwarna-
ineban, sagara biru kembalilah kealamnya prakerti maya, warni.
tumpuking ati, mulih ri kembalilah semua penyakit kepada Pasir putih
sang krti maya, ibu dan bapak, si ibu dan bapak yang dijantung, pasir
mulihing agering, mengobati penyakit yang berasal dadu di paru-
paru, pasir merah
mulih ring i meme, i dari alam prakerti maya, penyakit di hati, pasir
bapa i meme yang berasal dari Bhatara Brahma jingga di perut,
nambening geringe, kembalilah kepada Bhatara Brahma, pasir kuning di
sang krtimaya, yang bertempat tinggal di hati, Ang ginjal, pasir hijau
ngundurang suaranya, penyakit yang berasal dari di limpa, pasir
wengalana gering, Bhatara Wisnu kembali kepada hitam di empedu,
gering saking Bhatara Bhatara Wisnu, di empedu pasir biru laut di
eneban, pasir biru
Brahma, mulih maring tempatnya, Ong suaranya, penyakit di puncaknya
Bhatara Brahma, yang berasal dari Bhatara Iswara, hati, semua
genahnya ring ati, ang kembali kepada Bhatara Iswara, di dikembalikan ke
alam prakerti
sabdanya, lara saking jantung tempatnya, Mang suaranya, maya bersama
Bhatara Wisnu, mulih semuanya menetap pada tempatnya semua penyakit.
maring Bhatara masing-masing, janganlah sedih, Demikian pula
Wisnu, rung ampru poma 3x (perhatikan ini baik-baik). penyakit yang
genahnya, ung berasal dari tiga
sabdanya, lara saking dewa Brahma,
Bhatara Iswara, ring Wisnu dan
Iswara kembali
papusuhan genahnya, ke tempatnya
mang sabdanya, pada masing-masing
jenek, sire ring yang ada dalam
pasetananire, aja lara, tubuh kita.
poma 3x. Semua ini
hendaknya
diyakini dan
dibayangkan
demikian rupa,
bahwa semua
penyakit yang
ada dapat hilang
dari dalam tubuh
kita.
6 Iki kang putusan Ini adalah mantra yang amat Dalam bait ini
balyan, ring raganya, sempurna yang biasa dipergunakan dijelaskan bahwa
lekasakna rumuhun, oleh para dukun untuk mengobati mantra yang
ampuh untuk
purna jati ikang gring yang sakit, caranya adalah dengan menghilang
ring raganya, ma. mewujudkan mantra itu terlebih penyakit adalah
Brahma, Iswara, dahulu, maka jelaslah akan diketahui dengan
Wisnu jro balyan, dengan baik tentang penyakit yang mewujudkan
mawasta ki Gunem, ada di badan orang itu, mantranya Sanghyang Tri
megenah bungkahing adalah sbb; Dewa Brahma, Wisnu Murti, Brahma,
lidahku, tambanan dan Iswara adalah ada dalam badan Wisnu, dan
Iswara dalam
gumukune lara, sang Dukun, yang disebut dengan
tubuh, kemudian
matemu urip di toya, nama ki Gunem, yang terletak pada ucapkan mantra
matemu panga urip. pangkal lidahku, obatilah duniaku Ang, Ung, Mang
3, sa. bungkahing (badanku) yang sakit, semoga tiga kali,
lidah, ma. Mang, Ong, kehidupan menyatu dengan air, sarananya dengan
Mang, 3. Babayon menjadi hiduplah jadinya 3x, air ludah yang
Brahma, Wisnu, sarananya dengan mempergunakan ada di pangkal
lidah.
utama, temen, sing air ludah yang ada dipangkal lidah,
Dapat pula
srana wenang, ma. dengan mantra ; Mang, Ung, Mang. dilakukan dengan
Ong Sanghyang asti 3x. Permohonan yang ditujukan mernpergunakan
upti, aja pralina, kepada Dewa Brahma, dan Wisnu sarana apa saja
Sanghyang Guru adalah amat utama sekali, yaitu yang ada, tetapi
reka, angurip bayu, dengan mempergunakan sarana; tetap harus
Ang ira sakeng nabi, apa adanya, disertai dengan mantra; memohon pada
Ah ira sakeng Ong, dewa pencipta dan pemelihara Dewa Brahma,
Wisnu dan
pabahan upti kayu alam semesta, janganlah hendaknya Iswara
pramana apageh, paduka memiliki niat untuk
Ang, Ah, Ang jong. menghancurkan (diriku), Sanghyang
Babayon sma maswi, Gurureka yang menghidupkan
sembarakena ring tenaga, Ang keluar dari puser
pabahan, 3, ring paduka, Ah keluar dari ubun-ubun
slaning alis, 3, ring paduka, semogalah semua itu dapat
ulun ati, 3, ma, idepku melindungi diri hamba, Ang, Ah, Ang,
Sanghyang mrta Jeng.- Sarana yang dipergunakan
sanjiwani, maurip dalam permohonan itu adalah:
bayu sabda idep, ne maswi, yang dikunyah dan
wana urip, Ong jeng disemburkan ke ubun-ubun
sebanyak tiga kali, ketengah alis tiga
kali, kedada tiga kali, disertai mantra:
Akulah sebagai wujud Sanghyang
Merta Sanjiwani, yang dapat
menghidupkan bayu, sabda, idep
(tenaga, kata-kata dan pikiran,
menjadi hiduplah, Ong, Jeng.
7 Babyon anom, ma, Upakara (penebusan) yang ditujukan Dalam bait ini
Ong bayu Anoman, kepada Sang Anoman, mantranya; disebutkan
tka sakawetan, aputih Ong, bayu (tenaga) Anoman yang adanya upakara
penebusan yang
rupanira, panulih kita datang dari arah Timur, putih ditujukan kepada
maring papusuhan, warnanya, tempatnya dalam tubuh Sang Anoman
panuntun kita atma adalah di jantung, tuntunlah beserta
jiwatane si anu, ki jiwatmanya si anu (sebut namanya), saudaranya, yang
samanget, Ong, bayu tumbuhkanlah semangat dalam ada di dunia ini
Anggada tka dirinya. Ong, tenaga Anggada dan juga ada
sakakidul, abang datang dari arah Selatan, merah dalam tubuh kita,
mohonlah
rupanira, pamulih kita warnanya, tempatmu di ati, tuntunlah anugrahnya untuk
maring ati, panuntun jiwatmanya si anu (sebut namanya), dapat
kita atma jiwatane si berikan semangat padanya, Ong, menghilangkan
anu, kasamanget, tenaga Sugriwa, datang dari arah suatu penyakit,
Ong bayu Sugriwa tka barat, kuning warnanya, tempatmu agar seseorang
saka kulon, kuning diungsilan, tuntunlah jiwatmanya si menjadi sembuh.
rupanira, pamulih kita anu (sebut namanya), tumbuhkanlah
maring ungsilan, semangatnya, Ong, tenaga Anila dari
panuntun kita atma arah Utara, hitam warnanya,
jiwatane si anu, tempatnya di empedu, tuntunlah
kasemangat, Ong, jiwatmanya si anu (sebut namanya),
bayu Anila tka agar mereka memiliki semangat.
sakaler, ireng Ong, tenaga amat sakti, datangnya
rupanira, pamulih kita dari arah Tengah, rupanya lima
maring ampru, warna, tempatnya dipuncaknya ati,
panuntun kita atma tuntunlah jiwatmanya si anu (sebut
jiwatane si anu, namanya), kemata kiri dan kanan,
kasemangat, Ong, tetaplah jumlah atmanya si anu
bayu wisesa tka (sebut namanya) sebanyak 108,
saking tengah, Ong, semoga tenanglah tenaganya,
amancawama kuatlah tenaganya, bersemangatlah
rupanira, pamulih kita ia jadinya
maring tumpuking ati,
panuntun kita atma
jiwatane si anu,
maring patengah kiwa
klawan tengen, tetep
genep atma satus
kutus akutus, atmane
si anu, Ong bayu
tegteg, bayu mandel,
kesemanget.
8 Pengancing bayu, Penutup tenaga dalam diri, Dalam bait ini
ma, Ong sira mantranya : Ong, Sanghyang disebutkan agar
Sanghyang Pusering Pusering rat (Penguasa Alam seseorang
memusatkan
rat, aja sira aweh Semesta) janganlah hendaknya tenaganya dalam
maring jaba, pepet paduka ada diluar, tutuplah pintumu tubuh, dengan
lawangira dena becik, dengan sebaik-baiknya, hiduplah, penuh keyakinan,
tka urip, waras, 3, sa, dan sembuhlah, 3x, sarananya, bahwa suatu
maswi maswi (sejenis tumbuhan untuk penyakit yang
ramuan) ada dapat
dihilangkan,
sarana yang
dipergunakan
adalah masuri,
yaitu sejenis
tumbuhan untuk
ramuan.
9 Waneh babayu, Ada lagi upakara yang ditujukan Dalam bait ini
Wisnu pancarem, ma, kepada Bhatara Wisnu untuk mohon disebutkan
mulih Sanghyang wara nugrahanya, mantranya ; adanya upakara
yang ditujukan
bayu, atmane si anu, Kembalilah Sanghyang Bayu, kepada Bhatara
mulih kepabahan, kembalilah atmanya si anu kedalam Wisnu, untuk
kedep mandi diri si anu melalui ubun-ubunnya, mohon
mantranku. Babayon, semoga sempurnalah mantraku. waranugraNya
ma, idepku Upakara yang ditujukan kepada agar para dewa
Sanghyang naga Sanghyang Nagapuspa dan Bhatara yang ada dalam
puspa, Bhatara Bayu Bayu untuk memohon hidup, agar diri si sakit
kembali
urip, ring pabahan, tenaga kehidupan itu masuk melalui ketempatnya
bayu urip, masepuk ubun-ubun, yang dapat masing-masing
makila maya, sakti, 3, menghilangkan semua gangguan melalui ubun-
bayu waras si anu. dari alam taya, saktilah jadinya dan ubunnya.
Kaputusan Bhatari sehatlah tenaganya si anu.- Anugrah Disamping itu
Durga mresep dewek Bhatari Durga, yang menyebabkan disebutkan pula
wisesa sira, Bhatari diri menjadi sakti, beliau Bhatari memohon kepada
Durga, magenah ring Durga ada pada lidah bagian Bhatari Durga,
dengan
gebereng lidah misor, belakang, dalam keadaan demikian mengucapkan
haran Bhatari sapuh beliau disebut Bhatara Sapuh Jagat, mantra, agar
jagat, ma. Ung, Ang, mantranya; Ung Ang, Yang Bhatari tubuh menjadi
Yang Durga Wisesa Durga amat sakti, amat mulia dan kuat. Intinya
parama sidyam, amat utama. adalah memohon
utama dahat kepada Tuhan
Yang Esa dengan
bakti yang
mantap, pastilah
apa yang
diinginkan akan
tercapai adanya.
10 Iti babayon ma, Ong Ini adalah permohonan untuk Dalam bait ini
Hyang Guru, tumurun kesembuhan, mantranya; Ong disebutkan untuk
saking swarga, Hyang Guru, datang dari alam sorga, memohon
kesembuhan
atapakan garuda menunggang burung Garuda putih kepada Dewa
petak, acucuk emas, yang berparuh emas, manusia yang ada di sorga
manusia nira si anu paduka yang bernama si anu (sebut (Bhatara Guru)
aminta kayonan, namanya) mohon keselamatan, dan mohon
kadirga yusa rehen panjang umur, agar jiwatmatya si Sanghyang Atma
atma jiwane si anu, anu menjumpai keselamatan, hamba di semua penjuru
ken mulih maring mohon agar jiwanya dikembalikan agar masuk ke
tubuh si sakit.
daleming sarirane si kedalam badannya, semoga mereka Intinya adalah
anu, pada eling ring menjadi ingat akan dirinya sendiri memohon kepada
kayanira, Ong seperti sedia kala. Ong Sanghyang Tuhan Yang
Sanghyang Atma tka atma datang dan arah Timur, putih Maha Esa yang
saking purwa, putih rupanya, kembalilah kedalam ada di alam sorga
rupanira, mulih tubuhnya si anu, tempat stananya dan juga Beliau
maring daleming adalah dijantung, Ong Sanghyang ada dalam tubuh
kita, agar diri
sarirane si anu, atma datang dari arah tenggara, sendiri menjadi
kayangnira ring kembali kedalam badannya si anu, sembuh, sehat
papusuhan. Ong tempat stananya adalah di paru- walafiat. Mantra
Sanghyang Atma tka paru, Ong Sanghyang atma datang hanya sarana
maring, ghneyam, dan arah Selatan, merah rupanya, untuk menambah
mulih maring kembali ke dalam badannya si anu keyakinan kita,
daleming sarirane si tempat stananya dipangkalnya ati, bahwa diri kita
anu, kayangnire ring Ong Sanghyang atma datang dari sesungguhnya
adalah Atman,
paparu, Ong, Sang arah Barat Daya, coklat merah tua bukan tubuh ini.
atma tka saking rupanya, kembalilah kebadannya si
daksina, abang anu, tempat stananya di perut, Ong
rupanira, mulih Sanghyang atma datang dari arah
maring daleming Barat, kuning rupanya, kembali
sarirane si anu, kedalam badannya si anu, tempat
kayangnira ring stananya di ungsilan (ginjal), Ong
bungkahin ati, Ong Sanghyang atma datang dari Barat
Sanghyang Atma Laut, rupanya hijau tua, kembali
maring neriti, kapila kedalam tubuhnya si anu, tempat
rupanira, mulih stananya di limpa, Ong, ong
maring sarirane si Sanghyang atma datang dari arah
anu, kayangnira ring Utara, hitam rupanya, kembali
ungsilan, Ong kedalam tubuhnya si anu, tempat
Sanghyang Atma tka stananya di empedu, Ong,
wayabya, wilis Sanghyang atma datang dari arah
rupanira, mulih Timur Laut, biru rupanya, kembalilah
maring daleming kedalam badannya si anu,
sarirane si anu, tempatnya di ineban . Ong
kayanganira ring Sanghyang atma datang dari arah
limpa. Tengala, rupanya lima warna,
Ong Ong, Sanghyang kembalilah kedalam tubuhnya si anu,
atma tka saking utara, tempat stananya dipuncaknya ati,
ireng rupanira, mulih lengkaplah Sanghyang Atma semua
maring daleming datang, ingat akan tempatnya
sarire si anu, masing-masing di badan si anu, tidak
kayangnira ring berpindah-pindahlah si anu,
ampru, Ong sempurnalah hidupnya dan
Sanghyang atma tka sembuhlah hidup, 3x, Sang Bang,
saking tengah, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing,
amanca waraa Wang, Yang, sangat sempurnalah
rupanira, mulih mantraku.
maring daleming
sarirane si anu,
kayanganira ring
tumpuking ati, genep
Sanghyang atma
pada tka, pada eling
ringnggonira, maning
awak sarirane si anu,
tan kagingang tan
kagingsir atma
jiwatane si anu, puma
hurip waras si anu,
hurip, 3, Sang Bang,
Tang, Ang, Ing, Mang,
Sing, Wang, Yang,
kedep sidi mantranku.
11 Mantra yang ditujukan Dalam bait ini,
kepada Dewa Wisnu, seseorang
yaitu sebagai berikut: dianjurkan
mengucapkan
Ong Sri Wisnu mantra yang
pancarem dityam, ditujukan kepada
adetyam dusta Dewa Wisnu,
waranem, ughran teja Dewa Siwa,
maha winasanem, Sanghyang
sarwa satru Wisnu Loka
winasanem, tri puran Wijaya, dan
Dewa Brahma,
satru mamastu,
untuk mohon
Brahma waranugraNya
miswaranggretem, agar seseorang
tadahem sam pra bebas dari sakit,
wakswamm, atma kesusahan dan
reksa wahemsada, sejenisnya dalam
padoraksam tunggo hidup ini. Intinya
permohonan
windo, jantayan yanca
triwikrama, unvanteng untuk
kesarokset, rakset mendapatkan
gutyan tata ari, kedamaian dan
kebahagiaan
udaram padma dalam hidup ini.
nabham cewah
janardanah, nabhi
kama cyute reksa,
prasto raksantu
bamanah,
pamapat’aswestito
wisnu, daksina
madusuddanah, bahu
dwewasu dewascah,
narasingha tradistitah,
konta raksantu wara
ah, krsnanca mu
kamandale, madawo
sreta sang sawitah,
resi sesasca nasike,
netro naayatora kset,
lelate garudawaja,
kadalo wena
wewasce, kesapo sire
sang switali, ananta
sarwa ksantu, pratiste
wisnu panjarem,
wisnu panjarem
wistenem, atma raksa
wahem sanca, Ong
purwasyat
pundarikaksa, agneya
sri darastata, daksina
cakra panica,
nerityanca
sudarsanah, sadityam
sarwa gatresu,
prastitet wisnu
panjarem, wisnu
panjarem wistetem,
atma raksa wahem
sanca, Ong
purwasyat
pundarikaksa, aghne-
ya sroyo darastata,
daksino cakra
panisca, nerity
angada modarah,
purosotama
warunyam, wayabya
pita wasanem, gada
daranca nawinya,
airsanya Sambhu
maniset,
petalangturma
raksatu, atasanca
sudarsanah, adityem
sarwa gatresu,
pratistet Wisnu
panjarem, Wisnu
panjari wistotem,
wicarami mahatale,
raja dwara patohore,
sang grame, satru
sang gatet, nadimu
pratarancewah, wya
brancewah
bhayawanem,
dakining bhuta
pretesta, maya
mastika darsana,
aputra labatu putrah,
dana ino dana, labet,
murcyate sarwa
papebyah, Wisnu loke
jacatem, Ong, Ung
Wisnu ya namah.
Telas.
12 Mantra yang ditujukan Dalam bait ini,
kepada Dewa Siwa, seseorang
yaitu sebagai berikut: dianjurkan
mengucapkan
Ong Siwa ghra mantra yang
parameswarem, Siwa ditujukan kepada
dware sadasiwa, Dewa Wisnu,
kamaca Gana Dewa Siwa,
dipanca, aksinca Sanghyang
pasupatica, ghranaca Wisnu Loka
parameswarem, Wijaya, dan
Dewa Brahma,
sunowasara metica, untuk mohon
adanta sarwa waranugraNya
gatranem, sarwaklesa agar seseorang
winasaya, sarwa satru bebas dari sakit,
winadeya, sarwa ala kesusahan dan
baya bakti, sarwa sejenisnya dalam
papa winasaya, hidup ini. Intinya
permohonan
sawirasani kranaca,
untuk
Ong sayem Brahma mendapatkan
sayem Wisnu, sanem kedamaian dan
toho maheswaram kebahagiaan
sarwa papa dalam hidup ini.
winasanem, sarira
sanem krnaca, Ong
sayem Brahma
sayem Wisnu, sayem
dewo maheswarem,
sarwa bhuta
winasanem, tat
purusa duka rupasca,
bhawanti sarwa
dutinem, sayem
gayatrem bajranto,
Ang, Ung, Mang, Ong
Narayana kakrsanem
cakra sura nira drsta,
Wisnu loka
kajatcatem, kapita
plangke jerem,
Brahma Wisnu
Maheswarem,
mahadewam Sambhu
Sankarem, Kuwera,
Rudra, Siwa ya,
ardanareswari siwem,
bhagawan sucitra
mitrem, Surya
candrem maga
surtem, basmi buta
durta winasem,
awirtem, sarira
sudamem, Ang, Ung,
Mang
Ardanareswarya mrta
ya namah.
13 Ini adalah mantra Dalam bait ini,
yang ditujukan seseorang
kepada Sanghyang dianjurkan
mengucapkan
Wisnu Loka Wijaya, mantra yang
yaitu sebagai betikut : ditujukan kepada
Ong singhanate Dewa Wisnu,
wyaghra gacewa, Dewa Siwa,
krura singha naraya Sanghyang
namah, Sri Wisnu Wisnu Loka
loka daranah, ilanging Wijaya, dan
Dewa Brahma,
mahenot mantram, untuk mohon
Ong bukankara udaya waranugraNya
tika, aghora giri stra agar seseorang
kusara mohita, bebas dari sakit,
srengga srenggi kesusahan dan
mahayuda, nila sejenisnya dalam
wamasca, tur kuja, tri hidup ini. Intinya
sirali tri nayana, catur permohonan
untuk
iApani mahahrtya, mendapatkan
gada cakrastra kedamaian dan
dewasca, Ong hrang kebahagiaan
brang rang rang nang dalam hidup ini.
Rang bhuta kala
wisaye, pasupati
kalagni rupa wisnu
loke byonamah
swaha, pukulun
suddha mwitasarira
wastu sih hyang wira
sidirastu ya namah
swaha, idep awaknira
Wisnu murti, saha
busana, mwah
astranira mwah
sariranya, Ong wasat,
Ong wasat yanarnah
swaha, utama temen
14 Ini adalah mantra Dalam bait ini,
yang ditujukan seseorang
kepada Dewa dianjurkan
mengucapkan
Brahma, yaitu mantra yang
sebagai berikut; Ong, ditujukan kepada
Ang Brahma catur Dewa Wisnu,
mukem, Brahma gni Dewa Siwa,
wakta wamanca, sada Sanghyang
tisa warna dewata, Wisnu Loka
sarwa busana Wijaya, dan
Dewa Brahma,
raktanaem, gadastra untuk mohon
mahatiksna, atmaksa waranugraNya
nadi stana, adyagni agar seseorang
surya spatika, sarwa bebas dari sakit,
satru winasanem, kesusahan dan
yatswaha, Ong Ung sejenisnya dalam
Wisnu tri mukanem, hidup ini. Intinya
permohonan
tri nayanas catur
untuk
bujem, krsna warna mendapatkan
spatikandah, sarwa kedamaian dan
busana yanem, danda kebahagiaan
astra maha tiksna, dalam hidup ini.
atma raksana
brastana, amrta
warcano dewa, sarwa
satru winasanam, pat
swaha, Ong Mang
Iswara panca mukem,
Iswarancatri nayaka,
dasa bujem, sweta
warna, spatika wama
busana, bajrastra
mahatiksnatinaraksa
tan to malwem,
Iswara prakrti dewa,
sarwa satru
winasanem, dat
sawah, Sang, Bang,
Tang, Ang, Ing, Mang,
Sang, Wang, Yang,
Ang, Ing, Mang, Ong,
Telas.
15 Iki patuh 1 Dukuh Inilah adalah pengasih yang disebut Dalam bait ini
Sakti, wenang Ki dukuh Sakti, dapat dipergunakan disebutkan ada
panunggun rumah, sebagai penjaga rumah, mantranya; pengasih yang
disebut Ki Dukuh
ma, Ong. sakti Aku Ong, Akulah yang paling sakti Sakti,
angawang-ngawang, didunia keberadaannya dibawah sesungguhnya
sasoring akasa, angkasa dan diatas tanah, Ong, adalah seorang
saluhuring prtiwi, Ong Segeralah Ki Dukuh sakti berdiri arah Yogi Sampurna,
gli dukuh sakti Tengah dari angkasa, duduk dimeru yang dapat
angadeg ri tengah, yang bertumpang seribu, yang mengalahkan
ingakasa, akorsi meru puncaknya dihiasi oleh mutu manik semua yang
bersifat negatif di
tumpang sewu, manikam, cahayanya sangat dunia ini. Beliau
apucak mpung manik, cemerlang, dengan demikian siapa dipandang sudah
ngendih murub, syem sesunguhnya yang berani kepada Ki dapat menyatu
sapawani ring dukuh Dukuh Sakti, sebab beliau dikelilingi dengan Tuhan,
sakti, apan iya oleh gedong mas, perak, tembaga, sehingga
asengker gana, besi berani, yang terkunci dengan memiliki sifat
inderan I Dukuh Sakti rapat, yang tempat dudukku adalah pengasih
penyayang.
gdong mas akunci, sebuah batu putih, senjataku adalah Sarana yang
Ong inderan Aku cakra sudarsana dan pedang yang dipergunakan
gdong slaka akunci, terbuat dari besi magnet, Ong, Ang, untuk
Ang inderan aku Mang, hilanglah wujudku tidak dapat mewujudkan
gedong tembaga dilihat oleh cahaya yang sakti, dan kasih sayang itu
akunci, Ong inderan pula Aku tidak dapat dilihat oleh para adalah kelapa
Aku gedong leyak semua, sebab Aku dilindungi gading yang
wesiwarani, Mang oleh hal-hal yang amat mulia dan sudah dilubangi
segi tiga
atalundag aku watu istimewa, Aku dikelilingi oleh hutan (dikasturi) airnya
ptak, atapakan aku api, lautan api, gunung api, Ang, diminum dan
cakra sudarsana Ong, tidaklah Aku dapat dilihat oleh dipercikkan
lewih, pi angagem para leyak semua, karena Aku didalam rumah,
aku klewang wsi memiliki kesaktian yang amat serta padang
warasani, Ong Ang semurna, Akulah yang menjadi guru lepas yang
Mang singlar tan dari para leyak semua, jika engkau ditanam
dihalaman umah.
katon aku dening joti para leyak ingin tetap memiliki
sakti, tan katon aku kekuatan, menyembahlah padaku,
dening leyak kabeh, karena aku amat sakti, Ang, Ung,
apan aku inderan Mang tunduklah kamu semua
sarwa lewih, inderan didepanku, Ong rastu tatastu rastu,
aku alas api, pasih Sarana yang dipakai untuk
api, gunung api, Ang mewujudkan pengasih ini adalah ;
Ong nora katon aku kelapa gading sebuah yang dilubangi
dening leyak kabeh, segi tiga (dikasturi), padang lepas,
apan aku lewih sakti, dan tanam dihalaman rumah.
aku guruning leyak
kabeh, yan tuhu,
wisesa, tka nembah
kita ring aku, Ang,
Ung, Mang

Ong tra tri kita


ring arepku, ngru, ong
rastu tatastu rastu, sa,
taluh, 1, nyuh gading
kasturi, padang lepas,
pendem maring natar
16 Pamatuh desti, sa, Inilah yang disebut dengan pengasih Dalam bait ini
taluh roro marajah desti, sarananya adalah ; Telur dua disebutkan
lanang wadon, ne butir yang dirajah (digambari) caranya menolak
desti (hal bersifat
lanang matanem dengan gambar manusia laki dan negatif) dengan
diwang, ne luh jumah, perempuan, yang bergambar sarana dua butir
ma, Ong Ing Yama manusia laki di tanam di luar rumah telur yang satu
kasa prtiwi, tunggal (dipintu masuk halaman), dan yang digambar
taluh abesik bergambar manusia perempuan di manusia laki-laki
padagingnya tunggal tanam dihalaman rumah, mantranya dan ditanam di
krama, tunggal lakar, adalah ; Ong, Ing Bapa akasa, Ibu pintu masuk
rumah, dan telur
mtu saking Bhatara pertiwi, satulah telur beserta isinya, yang bergambar
Tunggal, iba teken demikian pula bahanannya, wanita ditanam di
kai, kinempu dening diciptakan oleh Bhatara Tunggal, halarnan rumah.
Bhatara Brahma, kamu dan aku dipelihara oleh Intinya manusia
kasusuping prtiwi, Bhatara Brahma, badanku dan laki dan wanita
apah bayu akasa, hadanmu terdiri dari pertiwi, apah, itu adalah
pada mulih dadi mrt, bayu, akasa (catur bhuta) semuanya lambang purusa
dan pradhana
banyu kapak mulih itu kembali menjadi bahannya yang berasal dari
asih ring iba teken kehidupan, air di kepala kembali Tuhan Yang
kai, kinempu dening kepadamu dan aku, yang dipelihara Maha Esa, maka
bhatara Brahma, tka oleh Bhatara Brahma, yang amat itu seseorang
olas ndu, 3, iba teken kasihnya, 3, kamu dan aku, dianjurkan untuk
kai, poma nu wadon, perhatikanlah itu baik-baik, hai berbakti tunggal
janma lanang, iki manusia perempuan dan manusia kepada Tuhan.
rajahnya. laki, inilah rerajahannya:

17 Iki pangundur karang Inilah menghilangkan keangkeran Dalam bait ini


tenget, pamali ajrih, tempat (rumah, kebun, sawah dsb), dijelaskan cara
desti tluh taranjana, dimana para pemali, desti, tluh, menghilangkan
sapa karyaning satra taranjana dan semua sarana buruk keangkeran suatu
tempat seperti
mahala ilang denya, yang dibuat oleh orang yang rumah, kebun,
sa, sakuning wdus, berkehendak buruk, semua itu dapat sawah dan
tanem ring natar, iki dihilangkan, dengan sarana; Kaki sebagainya.
rajahnya, ma, prah, kambing tanam dihalaman, diisi Adapun
ih, yah, dah, edah, ah, rerajahan, mantranya; prah, ih, jah, sarananya adalah
jah, swaha. dah, edah, ah, jah, swaha, Tatulak kaki kambing
Tatulak tuju tluh, sa, tuju tluh, sa, tampuk dadasar rinajah yang diisi gambar
keramat
tampuk dadasar iki; (rerajahan)
rinajah iki; dengan disertai
mantra.
Rarajahan kalaras gedang saba Intinya adalah
Rarajahan kalaras untuk
tinoro, ningagring ilang pagawe ala, menghilangkan
gedang saba tinoro, iki rajahnya;
ningagring ilang rasa yang
menakutkan di
pagawe ala, iki suatu tempat,
rajahnya; seperti rumah,
Iki tatulak tungguh, sa, uyah, ma, kebun, sawah dan
Ong mata mati mtu tka kilang kilung, sebagainya, dari
Iki tatulak Ong mata mati kalang kilung. (Ini semua ini
tungguh, sa, uyah, adalah penolak tungguh, hendaklah
ma, Ong mata mati saranannya; garam, mantranya ; seseorang
memohon kepada
mtu tka kilang kilung, Ong mata mati metu tka kilang Tuhan Yang
Ong mata mati kalang kilung, Ong mata mati kalang Maha Esa dengan
kilung. (Ini adalah kilung).- keyakinan yang
penolak tungguh, mantap agar
saranannya ; garam, mendapat
mantranya ; Ong anugrahNya.
matamati metu tka
kilang kilung, Ong
mata mati kalang
kilung).-
18 Iti papeteng leyak, sa, Ini adalah cara membuat gelapnya Dalam bait ini
buk, ma, Ong peteng para leyak, dengan mempergunakan disebutkan cara
riyak-riyuk, ribat - sarana abu, dan ucapkan mantra ; seseorang
membuat leyak
ribat, lamun kawasa Ong gelap, gulita yang amat pekatlah kebingungan,
ngko masuk ketelin kamu, dengan abu ini, bila kamu tidak tahu arah,
memenmune, kawasa dapat masuk kedalam lubang buta dengan
masuk kaumahkune, kemaluan ibumu, dapat pulalah mempergunakan
lamun to kawasa kamu masuk kedalam rumahku, ada sarana debu, yang
ngko masuk, ketelin atau tidak pencuri, kamu tidak akan dilemparkan
memene, to kawasa dapat melihatnya, karena matamu keatas atau
kesemua arah
ngko masuk buta dan pula tertutup aleh kainku, disertai dengan
kumahkuno, ada menjadi butalah kamu, tidak tahu mantra, dan
maling, tong ada arah dan kebingungan, 3. keyakinan yang
maling, pasuhana mantap.
kanan matanmune, Semua ini
kaput, kambunkune, hendaknya
tungtung buta seseorang tetap
lengleng bungeng, 3, mohon
waranugraha
Tuhan, agar apa
yang dikehendaki
tercapai adanya.
19 Nyam pami mwang Inilah cara menundukkan sesuatu Dalam bait ini
satra, sa, sakawnang, dan musuh, dengan sarana disebutkan, suatu
ma, Ong kala seadanya, dan mantranya; Ong, cara
menundukkan
mingmang, buta Kala, buta, dengen, leyak, manusa orang-orang yang
mingmang, dengen dan semua yang menjadi musuhku, berkehendak
mingmang, leyak hendaklah semua itu tunduk padaku, negatif, dengan
mingmang, manusa tidak tahu arah dan bingung, mengucapkan
mingmang, asing bungkemlah mereka seperti orang mantra tertentu,
kapagpag satru tertidur lelap,3. agar mereka yang
musuhku, tka pada memiliki pikiran
negatif hilang
kukul dengkul, paling ingatannya untuk
bungeng, tka rep berbuat yang
sirep, 3 berkendak
mencelakakan
orang lain.
Semua ini
permohonan
ditujukan kepada
Tuhan Yang
Maha Kuasa
untuk menolak
segala yang
bersifat negatif
agar kita selalu
ada dalam
kedamaian dan
kebahagiaan.
20 Nilam tatulak, sa, Ini adalah penolak, dengan Dalam bait ini
krikan katuka, ma, mempergunakan sarana, krikan disebutkan, suatu
Ong, tulak tanggul katuka (sejenis pohon yang kulitnya cara
menundukkan
sakawetan, tulak pahit), mantranya; Ong, penolak orang-orang yang
tanggul saka kidul, tanggul ada arah Timur, penolak berkehendak
tulak tanggul saka lor, tanggul (kuat dan kukuh), ada diarah negatif, dengan
tan wani ya ring awak Selatan, penolak tanggul ada diarah mengucapkan
sariranku, tka tulak, utara, tidaklah mereka berani dengan mantra tertentu,
tka rep sirep. diriku, terhindarlah dan bungkemlah agar mereka yang
mereka jadinya. memiliki pikiran
negatif hilang
ingatannya untuk
berbuat yang
berkendak
mencelakakan
orang lain.
Semua ini
permohonan
ditujukan kepada
Tuhan Yang
Maha Kuasa
untuk menolak
segala yang
bersifat negatif
agar kita selalu
ada dalam
kedamaian dan
kebahagiaan.
21 Dalam pengejuk Inilah yang disebut pengejuk Dalam bait ini
leyak, sa, muding, sa, (penangkep) leyak, sarananya disebutkan
mtu Sanghyang mrtyu adalah dengan cara menunjuk mengenai
pengejukan
ring pabahan ingsun, dengan jari telunjuk (kearah yang leyak, sarananya
murub kadi gni dituju), dengan mengucapkan dengan cara
ujwala, amundut mantra; Ih, keluarlah Sanghyang menunjuk dengan
atmane leyak kabeh, mrtyu di ubun-ubunku, menyala jari telunjuk ke
sing katon denaku, bagaikan api yang menyala terang arah yang dituju,
lah pada geng, lali benderang, yang mampu menarik sambil
pada dungkul, lali jiwa para leyak semua, semua yang mengucapkan
mantra tertentu.
katadah denira terlihat olehku, kalah dan terbakarlah Intinya kita harus
Sanghyang mrtyu, mereka, menyerah semuanya, dan yakin akan
sing tka pada tikel, dimakan oleh $anghyang mrtyu, kekuatan diri kita
suksrna bungker semua yang datang patah dan sendiri untuk
syuh, 3. meringkuk ditanah, demikianlah mengalahkan
adanya.3 leyak itu, dengan
mohon kepada
Tuhan agar leyak
itu tunduk dan
tidak dapat
mengganggu
yang hidup di
dunia ini.
Keyakinan itu
hendaklah
didasarkan pada
bhakti kepada
Tuhan Yang
Maha Esa
dimanapun kita
berada, niscaya
kita tidak
memiliki keragu-
raguan.
22 Nihan gni astra, ma, Inilah yang disebut dengan gni astra Dalam bait ini
Ang, Bang gni astra (panah api ), ucapan mantranya ; disebutkan
murub kadi kala rupa, Ang, Bang, panah api menyala mengenai adanya
agni astra (panah-
abapa awu, durga bagaikan rupa Sanghyang kala, api) untuk
lidet, tka gseng, Aku membawa debu yang sangat mengalahkan
Sanghyang Acintya, mengerikan, semua yang para leyak.
gni alabar gni sajagat, dijumpainya menjadi terbakar Intinya adalah
buta gseng kala olehnya, Aku Sanghyang Acintya pikiran yang suci
gseng, desti gseng, (yang ada diluar batas pikir), yang dan niat yang
endih kadi teja berbadankan api sejagat yang suci dengan
sumirat, gseng tan memenuhi alam semesta, maka para menyatukan diri
dengan Tuhan,
platu-latu, tka gseng, buta, kala, desti, terbakar karenanya, jelaslah para
3, jeng. nyalaku bagaikan cahaya yang leyak akan kalah,
memancar dengan terangnya, terbakar oleh
semuanya terbakar tanpa bekas, apinya kesucian
semua yang datang terbakar, yang memancar
demikianlah adanya, 3. dari badan
seorang bhakta.
Disebutkan
sarana untuk
menangkap leyak
dengan
mempergunakan
sarana yaitu
tembakau sirih,
pinang, kapur
yang dibunyah,
kemudian
dilemparkan ke
arah yang
dikehendaki,
jelaslah ilmu sihir
dari leyak itu
akan musnah.
Semua itu
haruslah di
mohon pada
Tuhan Yang
Kuasa, agar kita
mendapat
anugrahNya.
Intinya seseorang
haruslah yakin
akan kemampuan
dirinya sendiri,
disertai dengan
keyakinan akan
perlindungan dari
Tuhan Yang
Maha Kuasa.
23 Nihan pengejuk leyak, Ini adalah pengejuk leyak, dengan Disebutkan
sa. adem, ya katon, mempergunakan sarana adem sarana untuk
dadgeg, ma, idepku (tembakau sirih, pinang, kapur yang menangkap leyak
dengan
anglangkar watu dikunyah) pastilah akan dapat dilihat mempergunakan
kuning, yatka satru leyak itu secara jelas, mantranya; sarana yaitu
musuhku, tka Seolah-olah aku bersenjatakan batu tembakau sirih,
kletsklnj, 3, poma, 3. kuning, bila datang musuhku, akan pinang, kapur
Pangejuk leyak, sa, aku pukul dengan batu kuning itu, 3. yang dibunyah,
wnang, ma, perhatikanlah itu dengan sebaik- kemudian
itkwarang, ih orilah baiknya, 3. dilemparkan ke
arah yang
mandega, paklipek, 3, dikehendaki,
poma, 3. jelaslah ilmu sihir
dari leyak itu
akan musnah.
Semua itu
haruslah di
mohon pada
Tuhan Yang
Kuasa, agar kita
mendapat
anugrahNya.
Intinya seseorang
haruslah yakin
akan kemampuan
dirinya sendiri,
disertai dengan
keyakinan akan
perlindungan dari
Tuhan Yang
Maha Kuasa.
24 Iti piwlas, sa, boreh Inilah yang disebut piwlas (membuat Dalam bait ini
miyik, raiangakna, orang lain kasihan) sarananya disebutkan suatu
ma, Ih idepku adalah boreh (lulur) yang berbau cara untuk
mendapatkan
Sanghyang Ratih, harum, diurapkan pada tubuh, belas kasihan dari
tumurun ring swarga mantranya; Ih, seolah-olah aku masyarakat yaitu
lewih, Ingiring dening Sanghyang Ratih yang turun dari dengan sarana
widyadara-widyadari, sorga yang paling utama, diiringi oleh lulur harum yang
tumanceb ring awak para widyadara dan widyadari, diurapkan pada
sariranku. bersatulah semua itu dibadanku,- tubuh.
Nihan pralaya ring Inilah cara melenyapkan badan Satukanlah diri
sendiri dengan
raga juga, pati urip kasar, karena sesungguhnya hidup manifestasi
maulah dharma, gni dan mati itu didasarkan pada Tuhan yang ada
lanang Sanghyang dharma, api purusa (laki) adalah di alam sorga.
ulan, sabdanya bulan, suaranya maletak (agak Intinya kita
maletak, gni wadon, besar), sedangkan yang disebut api dianjurkan untuk
nga, Sanghyang pradhana (perempuan) itu adalah berbuat baik pada
Surya, sabdanya matahari, yang suaranya maletik semua mahluk
dengan cara
maletik, ya ta (nyaring), ingatlah akan suara api menyebarkan
elingakna sabdanya yang ada didalam badan itu (perlu cinta kasih, sebab
agni ring raga juga, diketahui), jangan disebar luaskan sesungguhnya
haywa wera utama hal itu, karena amat utama, yang ada dalam
dahat. diri dan dalam
diri orang lain
adalah Sang-
hyang Atma,
yang pada hake-
katnya suci.
Karena inti ajaran
agama itu adalah
cinta kasih, maka
itu lakukanlah itu
dimanapun Anda
berada. Lebih
jauh dijelaskan
bahwa badan
kasar ini bukan-
lah wujud kita
yang sesungguh-
nya. Diri kita
yang sesungguh-
nya adalah
Atman, dan da-
lam agama dise-
butkan “Atman
Brahman
Aikyam” yang
artinya Atman
dan Brahman itu
adalah tunggal
(satu). Janganlah
terikat pada
badan maya ini,
karena barang
siapa yang terikat
akan menderita,
dan ingatlah
bahwa diri kita
yang sejati adalah
Atman yang tidak
pernah mati.
25 Nihan kaputusaning Ini adalah keputusan mengenai Dalam bait ini
pralaya, ring raga hancurnya badan kasar, didalamnya dijelaskan bahwa
sarira, Nihan ta atma ada Atma yang tidak bisa mati, diri kita yang
sesungguhnya
tan keneng pati, ring tempatnya dibagian putihnya adalah Atman,
raga juga, gnahnya ri Sanghyang Ulan, yang ada bukan tubuh ini.
putihing Sanghyang dipuncaknya paru-paru, jalannya Cara mengetahui
ulan, unggwannya ri berputar-putar melalui tulang hal itu adalah
tungtunging paparu, punggung (sumsumna) bunyinya melalui meditasi
margganya uyeng- seperti hembusan angin sepoi-sepoi, yoga, dengan
uyengan, ika gigitok, menuju meru tumpang solas (bagian merasakan
keberadaan
nga, sabdanya sahasra cakra), disanalah ia kundalini sakti.
amargga, seng, anuju disambut oleh para Widyadara dan Bila seseorang
meru tumpang Widyadari, dan kemudian ia (Atma) telah mencapai
sawlas, irika tidak akann kembali. hal itu dia akan
angayapan deni mencapai
widyadara, widyadari, kelepasan artinya
tan panalih wah dapat menyatu
dengan Tuhan
malih.
Yang Esa atau
moksa.
26 Yan kalaning urip, Bila dalam kehidupan Ini Sanghyang Dalam bait ini
Sanghyang Surya, Surya disebut purusa (laki), dijelaskan adanya
nga, lanang, Sanghyang Ulan disebut pradhana unsur Purusa dan
Pradhana, bila
Sanghyang ulan (perempuan), keduanya kemudian kedua unsur ini
wadon, nga. menyatu, sesungguhnya menyatu maka
matemahan dadi kesengsaraan dan kebahagiaan itu akan terjadi
tunggal, mapa pada hakekatnya adalah satu, bila ciptaan di alam
tunggal, ikang papa suaranya baik itulah sorga namanya, semesta ini.
lawan swarga, bila suaranya buruk itulah neraka Kehidupan dalam
hal ini diliputi
nga,lamunayusabdan namanya, semua itu ada dalam diri oleh kebahagiaan
e,Ikawah,nga. lamun sendiri, mereka yang menyebabkan dan kedukaan,
ala sabdane, Ika orang mengalami kesusahan, karena yang pada
kawali, sabda pikirannya kotor sedangkan sorga hakekatnya kedua
ngaranya, langgeng menyebabkan orang mengalami hal itu adalah
ring raga juga. Papa, kebahagiaan, karena pikirannya satu.
nga, goncah, ring jernih dan suci. Lebih jauh
disebutkan
raga juga, sabdaning keberadaan sorga
swarga, ning. dan neraka itu
sesungguhnya
ada dalam diri
kita sendiri.
Hanya orang
bijaksana yang
memandang
sorga dan neraka
itu satu adanya,
yang semua itu
ditentukan oleh
karma seseorang.
Keberadaan sorga
dan neraka
ditentukan oleh
pikiran, dimana
pikiran yang
kotor akan
menyebabkan
kerusakan,
sedangkan
pikiran yang suci
menyebabkan
kebahagiaan
27 Nihan Sanghyang pu Inilah yang disebut Sanghyang Mpu Dalam bait ini,
sdah tan alun, nga, Sedah Tan Alun, sedangkan yang disebutkan
paparu, nga, disebut paru-paru adalah tempatnya, adanya unsur
yoga, dengan
telenging Sanghyang yang juga ada ditengah-tengahnya pendakian
surya candra, Sanghyang Surya - Candra (mata kundalini sampai
Telenging Sanghyang kanan-kiri). Ditengah-tengah pada tingkat
candra ptak, Sanghyang Surya - Candra itu sahasra cakra.
warnanya, sabdanya warnanya adalah putih, suaranya Pencapaian
tik. Kawruhakna, halus, semua itu hendaklah samadhi oleh
irengi Sanghyang diketahui, bahwa hitamnya seorang Yogi
akan dapat
surya, kawah, nga, Sanghyang Surya (mata) adalah menyatu dengan
abangi Sanghyang neraka, demikian pula dengan warna Sanghyang
surya, kawah, nga, merahnya, Bila sudah diketahui, Atma., yang juga
kalinganya, yan letakkanlah di puncaknya paru-paru, disebut Sang diri
huwus ta wruh jalannya berputar-putar di tulang sejati. Pernyatuan
unggwanya, ring punggung, suaranya seperti Sanghyang Atma
dengan Brahman
tungtunging paparu, hembusan angin sepoi-sepoi, merupakan tujuan
ungwanya, ring menuju meru tumpang sebelas dari Yoga.
pamarganya uyeng- (sahasra cakra), disanalah ia Adanya sebutan
Sanghyang Mpu
uyengan, ika gigitok, (Sanghyang Atma) disambut oleh Sedah Tan Alun,
nga, sabdaamarga, para Widyadara dan Widyadari, dan kiranya yang
seng, anuju meru kemudian beliau tidak kembali lagi. dimaksud adalah
tumpang sawlas, Irika seorang yogi
ing ayapan dening yang telah sem-
widyadara, widyadari, purna, yang telah
tan pamalih wali mengenal Sang-
hyang Atman.
malih. Penglihatan seo-
rang Yogi disa-
makan dengan
Sanghyang Surya
dan Candra yang
dapat melihat
dimanapun
keberadaannya,
karena dalam
hidupnya beliau
telah mencapai
jiwa mukta.
28 Yan kalaning urip, Dalam kehidupan ini yang disebut Dalam bait ini
sanghyang surya, sebagai Sanghyang Surya itu (mata disebutkan bahwa
nga, lanang. yang kanan), yang merupakan wujud Sanghyang Surya
dan Sanghyang
Sanghyang ulan purusa (laki-laki), dan yang disebut Wulan,
wadon, nga dengan Sanghyang Ulan (mata kiri), merupakan wujud
matemahan dadi adalah wujud dari pradhana dari Purusa dan
tunggal, mapan (perempuan), sesungguhnya kedua Pradana. Semua
tunggal papa lawan hal itu adalah satu, sebab yang ini ada dalam diri
swarga, nga, lamun disebut neraka dan surga itu satu kita sendiri, yang
ayu sabdane, kawah, adanya, surga merupakan sesuatu juga memiliki
wujud sebagai
nga, lamun ala yang membahagiakan, sedangkan sorga dan neraka,
sabdane, ika kawah, neraka itu merupakan sesuatu yang suka dan duka.
nga, sabda ngaranya, menyusahkan, keduanya itu ada Di tengah-
langgeng ri raga juga, dalam diri kita sendiri, Di bagian tengahnya
papa, nga, boncah, tengah-tengahnya Sang Hyang Sanghyang Surya
ring raga juga, Ri Surya itu, terdapat tirta kamandalu, terdapat Tirtha
telenging Sanghyang itu adalah tempat yang amat suci, Kamandalu, yang
dapat
surya, tirta yang merupakan sari-sari yang amat menghilangkan
kamandalu, nga, irika utama dari pada sarana pembersih noda dalam diri.
gnahing asuci, sari- untuk menghilangkan segala cacat,
sari ikang ikang noda, dan dosa.
banyu pawitra.
29 Ana ta wwong angipi, Ada orang yang sedang bermimpi Dalam bait ini
kang lungguh Bhatara bertemu dengan Bhatara Wisnu di disebutkan bahwa
Wisnu ring ampru, ampru, pergi bersama dengan dewi Tuhan dalam
manifestasi
lunga Sanghyang Laksmi ke paru-paru, yang disebut Wisnu ada dalam
Ayu, sah ki paparu, pula sebagai hati putih, itulah yang diri sendiri, inilah
nga, ati putih, ika disebut Mpu Sedah yang berbau yang patut
ingaran Mpu Sedah harum, pada saat tertidur dimalam diketahui untuk
angalun, duk hari, itulah yang mengalami mimpi, mengetahui hal
itu, seseorang
kumucup pules, ika ta setelah ingat dan bangun, perginya dianjurkan untuk
lungha angipi, duk kepuncak / keujung mata kiri, kiri melakukan tapa
sumkar, matangi, juga disebut dengan kanan, karena berata.
lunguhira ri tungtungi pada hakekatnya keduanya itu Orang yang telah
tinggal kiwa, kiwa tunggal adanya, dia itulah yang tidak dapat mengetahui
maharan tengen, ya dikenai oleh papas, tidak dikenai diri sejatinya,
iku maharan tunggal, oleh hembusan angin, tidak dikenai akan mencapai
sorga dan
tan kena kapanesan oleh semburan darah, tidak dikenai kelepasan, dan
tan kena siniliran, oleh kesengsaraan, jika seseorang dalam hidupnya
dening angin, tan telah mengetahui hal itu sorgalah di dunia dia
kena sinamburan, yang telah diketemuinya, sebab ia menjadi orang
dening rudira, tan sudah mengetahui tentang hakekat bijaksana.
kena ing lara papa, Sang Diri Sejati yang ada dalam
swarga kang dirinya, untuk mengetahui hal itu,
dinungkap, nga, janganlah hendaknya kamu tidak
mangkana, apan melakukan tapa brata, mengurangi
sampun wruh makan dan minum, mengurangi tidur
kandanika putusan, agar kamu menemui sorga dan tidak
ring raga sarira, menemui neraka pada waktu
haywa kita tan meninggal nanti, bila ia seorang
pabrata, angurangi wanita hendaklah ia dapat menemui
pangan kinum, turu, suaminya, dan pula dapat menemui
sing sapanira pjah, para sanak keluarganya, sedangkan
amanggih swarga, tan bila ia seorang laki-laki hendaklah ia
amanggih papa kita, dapat bertemu dengan ayah dan
yang wang wadon leluhurnya dan sanak keluarganya
ketemu ri lakinya, yang lain.
mwang ri sanaknya
kabeh, yang wang
lanang, katmu ring
rama renatwanya,
mwang lakinya,
sanaknya.
30 Iki marga larangan, Ini jalan keramat yang amat Dalam bait ini
tanana wong akeh ditabukan, tidak banyak orang yang dijelaskan cara
wisama, ri marganya, tahu akan jalan ini, orang yang mengeluarkan
Sanghyang Atma
sakti sakti norana sakitpun belum tahu jalan ini, kecuali dari dalam tubuh
wong roro wikan ri orang yang bijaksana baru kemudian menuju
margaganya, utama mengetahuinya, yaitu jalan melalui alam sorga.
dahat, amargga ring usehan (useran kepala) yang tembus Jalan ini disebut
usehanya, trus ta ri ketengah-tengahnya kening, sebagai jalan
bru madya, nga, lakukanlah pemusatan pikiran jangan yang ditabukan
kewala dinlo juga, tan ragu, diam dan tenanglah. Itulah cara dan hanya
diketahui oleh
panglekas, kewala mengeluarkan Sanghyang Atma dari orang yang telah
umeneng. Ika wus dalam badan, badan yang berasal mencapai
kaleb sakeng dari unsur-unsur bumi ini kebijaksanaan.
karurungan, awakta ditinggalkan, kemudian Sanghyang Orang bijaksana
dewek, siti nempuh Atma bertemu dengan alam sorga tidak
katemu swargga lewih yang amat utama, kembalilah beliau membedakan
antara suka dan
apani atma mule, dengan wujudnya yang semula, yaitu duka, keduanya
apan wruh ri maha suci, semua jalan ini akan adalah satu
kaputusan kabeh, dapat diketahui oleh orang yang adanya. Beliau
norana mrebedanin, bijaksana, yang tahu akan semua yang demikian
lepas, muksah ilang, rahasia kebatinan, beliau tidak itulah nantinya
ilang tanana, 3. membedakan anatara suka dan setelah mencapai
duka, beliau yang demikian itulah sorga, kemudian
mencapai
yang akan mencapai kelepasan, kelepasan, bebas
moksa, hilang dan proses dari arus
punarbhawa. punarbhawa,
yaitu lahir, hidup
dan mati.
31 Nihan margga Ini adalah jalan para Dewa semua, Dalam bait ini
Bhatara kabeh, ne yang ada dalam diri sendiri, bila disebutkan bahwa
ring sarira, sampun sudah tahu jalan (keluarnya atma) para Dewa
sesungguhnya
wruh amargga ri leng melalui hidung sebelah kiri, itu akan ada dalam diri
irung kiwa, kawah ika, menuju neraka, bila keluar dari sendiri, bila
ungsilan, amargga ungsilan terus kehidung sebelah sudah tahu akan
ring irung tengen, kanan, itu pula akan menuju neraka, jalan keluarnya
kawah ika, ika itulah yang diketahui keberadaannya Sanghyang Atma,
saranduni awak dalam diri, jalan keluarnya atma maka ia akan
kabeh, amarga ring melalui ubun-ubun, itu pula akan menjadi orang
bijaksana, yang
siwadwara, kawah ika menuju ke neraka, tetapi bila memandang
kabeh, yan sampun seseorang telah mengetahui rahasia bahwa sorga dan
wikana kawah batin yang benar (menjadi orang neraka itu pada
matemahan swargga, bijaksana), neraka itu akan dapat intinya adalah
nga, ya pasla-slani menjadi sorga, itulah yang amat sama.
margga utama temen, utama untuk diketahui, ingatlah Dalam bagian ini
kangan, A, U, Ma, mengucapkan mantra Ang, Ung, dianjurkan untuk
mengucapkan
kadaden, nga, sastra Mang, karena ini merupakan tiga mantra dari Dewa
mangkana, malib aksara suci, sebagai wujud dari Tri Murti Ang,
Sanghyang tiga Sanghyang Tiga yang maha utama Ung, Mang,
motama, nga, lwirnya, (Brahma, Wisnu, dan Iswara), beliau sehingga semua
ulan, lintang, Sanghyang Tiga maha utama itu keinginannya
tranggana, ri jroning disebutkan mnenempati bulan, akan terwujud,
Sanghyang tiga, ika bintang dan kelompok bintang, ini karena mantra itu
utama temen, ika amat utama, Itulah yang perlu amat suci.
wyaktinya angadu dtketahui untuk mewujudkan apa
wucuk kiri. an arep yang diinginkan.
wruhi sastranya, iki,
nga

32 Wang rwa bhineda Ada dua hal yang berbeda dalam diri Dalam bait ini
ring jro, ati, lawan sendiri, yaitu ati dan paru-paru, yang ada disebutkan
paparu terus, keti kelihatannya ribuan dalam dalam dua hal yang
telengi tingal, ika rwa bagian tengahnya mata, itulah yang berbeda dalam
bhineda, nga. disebut sebagai dua hal yang diri kita. Dua hal
itu adalah Purusa
sastranya ika. berbeda, sastranya adalah Ung dan dan Pradhana.
Kumang swara iki, Ong, ini amat utama. Dua hal yang Sastranya adalah
Ung, Ong, utama berbeda yang ada diluar diri adalah Ung dan Ong,
dahat. Rwa bhineda ati yang warnanya merah, dan ada pula yang
ring jaba, nga, ati empedu, sastranya adalah Ang, Ah, disebut dengan
bang, nga, ampru itulah windu sebagai tempatnya Ang, Ah: Perte-
sastranya Ang, Ah, Sanghyang Nari (Wisnu), windu muan kedua yang
berbeda itu di-
Nari windu, windu, artinya air, air artinya toya (air suci), sebut Sanghyang
nga, yeh, nga, toya, pertemuannya disebut Sanghyang Surya atau Tuhan
patemunya, ingaran Meneng (Sanghyang Sunya tiada Yang Esa. Intinya
Sanghyang meneng. wacana). adalah semua
yang ada dalam
alam semesta,
termasuk diri kita
berasal dan
kembali pada
yang satu yaitu
Tuhan Yang
Maha Esa
33 Nihan Sanghyang gni Inilah yang disebut dengan Dalam bait ini
kunda, reh asila, Sanghyang Gni kunda (kundalini), ada disebutkan
uraarep purwwa, lakukanlah (meditasi) dengan duduk Sanghyang
Kundalini, yang
amusti karana idep bersila, menghadap ketimur dengan cahayanya amat
sariranta, ndra, ring sikap tangan amusti, pusatkan cemerlang. Untuk
jroneng ati, suddha pikiran dan kendalikan indriya yang mengetahui ini,
sadya kita, sabda ada dalam diri, sucikanlah wacana hendaklah
bayu, pegeng dan prilaku, semua ini hendaklah melalui jalan
sakawasa denta, dikuasai oleh seseorang, dengan Yoga. Dalam
maha pranayama, melakukan mahapranayamu yang Yoga
pengendalian
iderin kunda arasya, ditujukan kepada pusatnya kundalini indriya harus
Sanghyang gni yang dikelilingi oleh api yang dilaksanakan,
murub. Inganeng nabi nyalanya amat cemerlang. Kemudian barulah
luhurnya, luwus ditujukan kepada cakra puser yang melakukan
mangkana, ulihakna ada diatasnya, setelah itu meditasi dan
idepta, ri jroning kembalikanlah pikiranmu, ketengah- yang terakhir
wrdayamula, tengahnya wrdaya (hati), kemudian adalah samadhi.
Orang yang telah
uyupakna dirani maha masukkanlah kekuatan musuhmu, mencapai
wisesaning satru diberi mantra Omkara, setelah itu samadhi berarti
musuhta, japa kadi bakarlah ia dengan api yang mereka telah
nguni, wus telas nyalanya sangat cemerlang, setelah mencapai
kageseng deni wurubi itu ucapkanlah mantra kelepasan. kelepasan
Sanghyang agni, wus Berdoalah dengan sungguh-sungguh (moksa). Semua
mangkana, japakna dengan mengucapkan anuswara, kekotoran yang
tang wisargga. berbuatlah baik didunia ini, sucikan ada dalam dirinya
akan terbakar.
Anungswara karuhun, pikiran, dengan mengatur nafas yang Bila ada orang
gawayakna marisor i halus, ini amat utama, jangan yang
jagat, gwakakna dibicarakan hal ini kepada orang lain berkeinginan
idepte, sasadyanta, (orang yang tidak pantas), demikian negatif
ndusta kekes, iti mula pula kepada sanak keluarga, jangan kepadanya, tidak
tmen, hawya wera pula membaca hal itu, karena akan akan tercapai,
bahkan akan
ring wwong len, lyan berakibat malapetaka. Setelah itu terbakar oleh api
to sake sanak, madi ucapkan anuswarasa Ang. suci yang ada
amacaha, bwat i tmah dalam diri yogi
upadwara. Swaraning itu.
anungswara, Ang.
Telas.
34 Nihan lepas sarwa Ini adalah cara melepas sarwa prani Dalam bait ini
prani. Yan suku (memotong binatang untuk dimakan). dijelaskan
pinangan, magetan Bila memotong binatang berkaki dua mengenai
memotong
paranya dumurung untuk dimakan, semogalah atmanya binatang untuk
maring Bhatara menuju kepada Bhatara Iswara yang upacara dan
Iswara, ma, Ong aya ada diarah timur, dengan mantra ; untuk dimakan,
nama swaha. Ikang Ong, sa, nama swaha. Bila untuk yang
suku nem memotong binatang berkaki enam berkaki dua,
pinanggang, isining (bhuta yadnya), semogalah atmanya didoakan
rat kabeh, geneyan menuju kepada tempatnya Bhatara atmanya agar
menuju Bhatara
paranya, dumunung ri Maheswara, yang ada diarah Iswara, untuk
Bhatara Maheswara, Tenggara, dengan mantra ; Ong, yang berkaki
ma, Ong, Ung nama Ung, nama swaha. Bila memotong empat didoakan
swaha. Suku pat binatang berkaki empat, semogalah atmanya agar
pinanggang, mangidul atmanya menuju tempat Bhatara menuju tempat
paranya, dumunung ri Brahma, yang ada diarah selatan. Bhatara Brahma
Bhatara Brahma. di Selatan, untuk
yang berkaki
enam didoakan
atmanya agar
menuju Bhatara
Maheswara di
arah Tenggara.
35 Isinan banyu, urang, Isi dari air (binatang yang hidup di Demikian pula
wuduhan, bejulit. air), adalah udang, wuduhan, bejulit, halnya dengan
Utara paranya, semua itu arah Utaralah tempatnya, binatang yang
hidup di air ke
dumurung maring menuju Bhatara Sangkara, arah utara-lah
Bhatara Sangkara, mantranya; Ong, aya nama swaha. tempatnya,
ma, Ong, aya nama Terhadap semua jenis binatang- menuju Bhatara
swaha. Ikang sarwa binatang kecil seperti, belalang, Wisnu, terhadap
kumalin ahlar, balang, capung, burung blibis, binatang yang binatang yang
tiyatan, hwan, kang, berkaki enam dan sebagainya, kecil-kecil
papung, kang kudik, semua itu arahnya di Tenggara, tempatnya
menuju Bhatara
jodi, blibis, salwiring menuju Bhatara Maheswara, Maheswara di
sukunem, tong weka mantranya; Ong, Ung, naya namah Tenggara,
sunya, de rat, ikabeh swaha. Segala jenis sayuran sedangkan
gneyan paranya, ditengah-tengahlah tempatnya, tumbuhan sejenis
dunung maring menuju Bhatara Siwa, dengan sayuran
Bhatara Mahisora, mantra; Ong, ya namah swaha. tempatnya di
ma, Ong, Ung, naya tengah-tengah
menuju Bhatara
nama swaha. Siwa.
Saluwiring jangan, Intinya semua
ring madya paranya, mahluk bila
mereka berada di
dumunung, maring dunia ini akan
Bhatara Siwa, ma, kembali kepada
Ong ya nama Siwa Sang Pencipta
ya. yaitu Tuhan
Maha Esa.
36 Iki tutur sakti, Ini adalah ajaran yang selalu perlu Dalam bait ini
pingitakna rahasia diingat, yang amat istimewa dan dijelaskan bahwa
dahat, apana wruh utama, hendaklah diketahui yang perlu selalu
diingat oleh
ring i meme, i bapa, keberadaan Si Ibu dan Si Ayah pada seseorang dalam
apangan tawang awalnya, Ayah itu disebut Si Kirit hidupnya adalah
awake, i bapa, i kirit Puger, diri kita disebut Si Jontol, Purusa dan
puger, nga, awake i pada waktu Si Ibu berkasih-kasihan Pradhana, yang
jontol, nga, duk i dengan Si Ayah, setelah itu Si Ayah merupakan
memene magagelan bertemu dengan Si Ibu disebut I perwujudan dari
ring i bapa, yan suba i Capasari, Si Ibu disebut Sang Nur Bapak dan Ibu di
dunia ini. Perte-
bapa matmu ring i Putih, diri kita sendiri disebut I muan Purusa
meme, i bapa i tapa Kulisah, disanalah baru muncul Sang dengan Pradhana
sari, nga, i meme Catur Sanak, yaitu ; Yeh nyom akan terciptalah
sang nur putih, nga, disebut Si Abrig, Lamas disebut Si segala yang ada
Awake ikulisah, nga, Sugyan, Getih (darah) disebut Si di alam ini, ter-
ditu ya wawu ada Ilang, Ari-ari disebut Si Malih, diri masuk diri kita
nyamane patpat, yeh sendiri disebut Si Bang. sendiri. Intinya,
dalam ajaran ini
nyoma abrig, nga.
diwajibkan
Lamase i sugyan seseorang harus
aranya. Getihe ilang, selalu ingat akan
nga. Ari-arine i malih, Tuhan melalui
nga, Awake ibeng, Bapak dan Ibu
nga, Puput.- yang melahirkan
diri kita. Ibu dan
Bapak diwujud-
kan dalam bentuk
Purusa dan
Pradhana atau
Tuhan beserta
mayaNya. Dima-
napun kita berada
ingatlah Tuhan,
berbaktilah
padaNya dan
hormatilah orang
tua, saudara-
saudara kita, serta
kasih sayangilah
semua mahluk.

Om Santih, Santih, Santih, Om.

Sumber : Buku Lontar Pengejukan Leak oleh Drs. I Wayan Sumawa

Anda mungkin juga menyukai