32 Wang rwa bhineda Ada dua hal yang berbeda dalam diri Dalam bait ini
ring jro, ati, lawan sendiri, yaitu ati dan paru-paru, yang ada disebutkan
paparu terus, keti kelihatannya ribuan dalam dalam dua hal yang
telengi tingal, ika rwa bagian tengahnya mata, itulah yang berbeda dalam
bhineda, nga. disebut sebagai dua hal yang diri kita. Dua hal
itu adalah Purusa
sastranya ika. berbeda, sastranya adalah Ung dan dan Pradhana.
Kumang swara iki, Ong, ini amat utama. Dua hal yang Sastranya adalah
Ung, Ong, utama berbeda yang ada diluar diri adalah Ung dan Ong,
dahat. Rwa bhineda ati yang warnanya merah, dan ada pula yang
ring jaba, nga, ati empedu, sastranya adalah Ang, Ah, disebut dengan
bang, nga, ampru itulah windu sebagai tempatnya Ang, Ah: Perte-
sastranya Ang, Ah, Sanghyang Nari (Wisnu), windu muan kedua yang
berbeda itu di-
Nari windu, windu, artinya air, air artinya toya (air suci), sebut Sanghyang
nga, yeh, nga, toya, pertemuannya disebut Sanghyang Surya atau Tuhan
patemunya, ingaran Meneng (Sanghyang Sunya tiada Yang Esa. Intinya
Sanghyang meneng. wacana). adalah semua
yang ada dalam
alam semesta,
termasuk diri kita
berasal dan
kembali pada
yang satu yaitu
Tuhan Yang
Maha Esa
33 Nihan Sanghyang gni Inilah yang disebut dengan Dalam bait ini
kunda, reh asila, Sanghyang Gni kunda (kundalini), ada disebutkan
uraarep purwwa, lakukanlah (meditasi) dengan duduk Sanghyang
Kundalini, yang
amusti karana idep bersila, menghadap ketimur dengan cahayanya amat
sariranta, ndra, ring sikap tangan amusti, pusatkan cemerlang. Untuk
jroneng ati, suddha pikiran dan kendalikan indriya yang mengetahui ini,
sadya kita, sabda ada dalam diri, sucikanlah wacana hendaklah
bayu, pegeng dan prilaku, semua ini hendaklah melalui jalan
sakawasa denta, dikuasai oleh seseorang, dengan Yoga. Dalam
maha pranayama, melakukan mahapranayamu yang Yoga
pengendalian
iderin kunda arasya, ditujukan kepada pusatnya kundalini indriya harus
Sanghyang gni yang dikelilingi oleh api yang dilaksanakan,
murub. Inganeng nabi nyalanya amat cemerlang. Kemudian barulah
luhurnya, luwus ditujukan kepada cakra puser yang melakukan
mangkana, ulihakna ada diatasnya, setelah itu meditasi dan
idepta, ri jroning kembalikanlah pikiranmu, ketengah- yang terakhir
wrdayamula, tengahnya wrdaya (hati), kemudian adalah samadhi.
Orang yang telah
uyupakna dirani maha masukkanlah kekuatan musuhmu, mencapai
wisesaning satru diberi mantra Omkara, setelah itu samadhi berarti
musuhta, japa kadi bakarlah ia dengan api yang mereka telah
nguni, wus telas nyalanya sangat cemerlang, setelah mencapai
kageseng deni wurubi itu ucapkanlah mantra kelepasan. kelepasan
Sanghyang agni, wus Berdoalah dengan sungguh-sungguh (moksa). Semua
mangkana, japakna dengan mengucapkan anuswara, kekotoran yang
tang wisargga. berbuatlah baik didunia ini, sucikan ada dalam dirinya
akan terbakar.
Anungswara karuhun, pikiran, dengan mengatur nafas yang Bila ada orang
gawayakna marisor i halus, ini amat utama, jangan yang
jagat, gwakakna dibicarakan hal ini kepada orang lain berkeinginan
idepte, sasadyanta, (orang yang tidak pantas), demikian negatif
ndusta kekes, iti mula pula kepada sanak keluarga, jangan kepadanya, tidak
tmen, hawya wera pula membaca hal itu, karena akan akan tercapai,
bahkan akan
ring wwong len, lyan berakibat malapetaka. Setelah itu terbakar oleh api
to sake sanak, madi ucapkan anuswarasa Ang. suci yang ada
amacaha, bwat i tmah dalam diri yogi
upadwara. Swaraning itu.
anungswara, Ang.
Telas.
34 Nihan lepas sarwa Ini adalah cara melepas sarwa prani Dalam bait ini
prani. Yan suku (memotong binatang untuk dimakan). dijelaskan
pinangan, magetan Bila memotong binatang berkaki dua mengenai
memotong
paranya dumurung untuk dimakan, semogalah atmanya binatang untuk
maring Bhatara menuju kepada Bhatara Iswara yang upacara dan
Iswara, ma, Ong aya ada diarah timur, dengan mantra ; untuk dimakan,
nama swaha. Ikang Ong, sa, nama swaha. Bila untuk yang
suku nem memotong binatang berkaki enam berkaki dua,
pinanggang, isining (bhuta yadnya), semogalah atmanya didoakan
rat kabeh, geneyan menuju kepada tempatnya Bhatara atmanya agar
menuju Bhatara
paranya, dumunung ri Maheswara, yang ada diarah Iswara, untuk
Bhatara Maheswara, Tenggara, dengan mantra ; Ong, yang berkaki
ma, Ong, Ung nama Ung, nama swaha. Bila memotong empat didoakan
swaha. Suku pat binatang berkaki empat, semogalah atmanya agar
pinanggang, mangidul atmanya menuju tempat Bhatara menuju tempat
paranya, dumunung ri Brahma, yang ada diarah selatan. Bhatara Brahma
Bhatara Brahma. di Selatan, untuk
yang berkaki
enam didoakan
atmanya agar
menuju Bhatara
Maheswara di
arah Tenggara.
35 Isinan banyu, urang, Isi dari air (binatang yang hidup di Demikian pula
wuduhan, bejulit. air), adalah udang, wuduhan, bejulit, halnya dengan
Utara paranya, semua itu arah Utaralah tempatnya, binatang yang
hidup di air ke
dumurung maring menuju Bhatara Sangkara, arah utara-lah
Bhatara Sangkara, mantranya; Ong, aya nama swaha. tempatnya,
ma, Ong, aya nama Terhadap semua jenis binatang- menuju Bhatara
swaha. Ikang sarwa binatang kecil seperti, belalang, Wisnu, terhadap
kumalin ahlar, balang, capung, burung blibis, binatang yang binatang yang
tiyatan, hwan, kang, berkaki enam dan sebagainya, kecil-kecil
papung, kang kudik, semua itu arahnya di Tenggara, tempatnya
menuju Bhatara
jodi, blibis, salwiring menuju Bhatara Maheswara, Maheswara di
sukunem, tong weka mantranya; Ong, Ung, naya namah Tenggara,
sunya, de rat, ikabeh swaha. Segala jenis sayuran sedangkan
gneyan paranya, ditengah-tengahlah tempatnya, tumbuhan sejenis
dunung maring menuju Bhatara Siwa, dengan sayuran
Bhatara Mahisora, mantra; Ong, ya namah swaha. tempatnya di
ma, Ong, Ung, naya tengah-tengah
menuju Bhatara
nama swaha. Siwa.
Saluwiring jangan, Intinya semua
ring madya paranya, mahluk bila
mereka berada di
dumunung, maring dunia ini akan
Bhatara Siwa, ma, kembali kepada
Ong ya nama Siwa Sang Pencipta
ya. yaitu Tuhan
Maha Esa.
36 Iki tutur sakti, Ini adalah ajaran yang selalu perlu Dalam bait ini
pingitakna rahasia diingat, yang amat istimewa dan dijelaskan bahwa
dahat, apana wruh utama, hendaklah diketahui yang perlu selalu
diingat oleh
ring i meme, i bapa, keberadaan Si Ibu dan Si Ayah pada seseorang dalam
apangan tawang awalnya, Ayah itu disebut Si Kirit hidupnya adalah
awake, i bapa, i kirit Puger, diri kita disebut Si Jontol, Purusa dan
puger, nga, awake i pada waktu Si Ibu berkasih-kasihan Pradhana, yang
jontol, nga, duk i dengan Si Ayah, setelah itu Si Ayah merupakan
memene magagelan bertemu dengan Si Ibu disebut I perwujudan dari
ring i bapa, yan suba i Capasari, Si Ibu disebut Sang Nur Bapak dan Ibu di
dunia ini. Perte-
bapa matmu ring i Putih, diri kita sendiri disebut I muan Purusa
meme, i bapa i tapa Kulisah, disanalah baru muncul Sang dengan Pradhana
sari, nga, i meme Catur Sanak, yaitu ; Yeh nyom akan terciptalah
sang nur putih, nga, disebut Si Abrig, Lamas disebut Si segala yang ada
Awake ikulisah, nga, Sugyan, Getih (darah) disebut Si di alam ini, ter-
ditu ya wawu ada Ilang, Ari-ari disebut Si Malih, diri masuk diri kita
nyamane patpat, yeh sendiri disebut Si Bang. sendiri. Intinya,
dalam ajaran ini
nyoma abrig, nga.
diwajibkan
Lamase i sugyan seseorang harus
aranya. Getihe ilang, selalu ingat akan
nga. Ari-arine i malih, Tuhan melalui
nga, Awake ibeng, Bapak dan Ibu
nga, Puput.- yang melahirkan
diri kita. Ibu dan
Bapak diwujud-
kan dalam bentuk
Purusa dan
Pradhana atau
Tuhan beserta
mayaNya. Dima-
napun kita berada
ingatlah Tuhan,
berbaktilah
padaNya dan
hormatilah orang
tua, saudara-
saudara kita, serta
kasih sayangilah
semua mahluk.