Anda di halaman 1dari 29

Budaya Bali

Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Om Hrang Hring Sah Parama Siwaditya ya


Namah. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf ke hadapan Ida Hyang Parama
Kawi serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan
keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka
karena diambil dari berbagai sumber informasi, yang mungkin kurang tepat. Om Tat Pramadat
Kesama Swamam. Om Santih

Sekilas tentang Lontar Tutur Gong Besi/Wesi
Sekilas tentang Lontar Tutur Gong Besi
Gong Besi adalah termasuk lontar tutur yang besrifat Siwaistik. Lontar ini tergolong muda dan
kemungkinan besar ditulis di Bali.

Ditilik dari isinya, lontar ini isinya lebih dari satu, hal ini dapat dimengerti karena adanya
kebiasaan dari para penyalin lontar memasukan beberapa materi dalam satu lontar sehingga terjadi
seperti itu. Pokok-pokok isinya dapat disampaikan sebagai berikut:
Bagian yang berisi Tutur Gong Besi
Menyebutkan bahwasanya Bhatar Dalem patut dipuja dengan penuh bakti.Beliau dapat di-utpeti,
stiti dan pralina.Untuk dapat memuja Beliau secara tepat maka terlebih dahulu harus diketahui
nama-nama lain dari Beliau, karena Beliau meiliki banyak nama sesuai dengan tempat yang
ditempati Beliau.
Bagian yang berisi “Keputusan”
Keputusan Sanghyang Wimbayagni. Keputusan ini diajarkan oleh Danghyang Dwijendra kepada
Ida Manik Angkeran, terakhir kepada Dewa Sakti di Manoaba.Ilmu ini berguna untuk membakar
racun dalam tubuh.Keputusan ini juga disebut Sanghyang Kutyagni.
Pangaradan Dewa atau disebut pula Pamatuh Ndewasraya. Ilmu ini berguna untuk menarik Dewa
tertentu agar hadir memberikan anugrah.
Bagian yang berisi ajaran Sanghyang Dharmatattwa
Bahwasanya manusia memiliki dua aspek yaitu aspek sakala (nyata) dan aspek niskala (tidak
nyata), yang menyebabkan manusia mengalami dua hal yang berbeda seperti baik-buruk, tidur-
terjaga, hidup-mati, kesemuanya disertai dengan upacara.Upacara untuk orang hidup disebut
“Pradhana Sakala” dan untuk orang mati disebut “Pradhana Niskala”.
Pengetahuan tentang sakala dan niskala sangat perlu bagi seorang Resi dalam menyelesaikan
upacara ngaben.Ia harus bisa menghadirkan atma orang yang diaben, maka itu ia harus
mengetahui keluar masuknya tujuh atma dalam badan, sebab kalau tidak demikian akan
percumalah upacara tersebut.
Bagian yang mengandung ajaran wariga (Wariga Gemet)
Pada bagian ini disebutkan ada tiga tingkatan upacara yaitu ala, madhya, dan utama.Setiap
upacara, apakah itu ala, madhya, dan utama tidak boleh lepas dari perhitungan hari baik yang
harus dicari dalam Pncawara, Uku, Tanggal, dan Panglong dalam Wariga. Di sini juga diingatkan
bahwa pada setiap akhir pelaksanaan yajnya agar nasi yang digunakan untuk menyucikan dewasa
itu disantap oleh yang punya yajna beserta seluruh anggota keluarga karena akan berpahala
kerahayuan dan kebahagiaan.
Bagian yang berisi sederetan hari baik dan buruk
x Hari baik atau buruk ditentukan berdasarkan perhitungan pertemuan antara Saptawara dengan
Pancawara dan Uku.Hari tidak baik haruslah dihindari untuk melakukan suatu kegiatan atau
upacara agama.

TERJEMAHAN TUTUR GONG BESI


Ini Tutur Gong Besi.Inti tutur Gong Besi namanya, asal-usul Dalem Kawi. Ketahuilah hal itu
olehmu sebagai manusia, Beliau dapat dihadirkan, distanakan dan dikemballikan. Persembahan
bakti yang utama, tidak lain kehadapan Bhatara Dalem, melahirakanbadan mulia. Beliaulah yang
seharusnya dipuja, namun harus engkau ketahui nama (lain) Bhatara Dalem.
(Ketika Beliau berstan di Puseh) Sanghyang Triyodadasa Sakti nama Beliau.
Pergi dari Puseh, berstana Beliau di Desa, Sanghyang Tri Upasedhana nama Beliau. Pergi Beliau
dari Desa, berstana Beliau di Bale Agung, Sanghyang Bhagawati nama Beliau.
Pergi dari Bale Agung, berstana Belilau di perempatan jalan raya, Sanghyang Catur Bhuana nama
Beliau.
Pergi dari perempatan jalan raya, berstana Beliau di pertigaan, menjadilah Beliau Sanghyang
Sapuh Jagat.
Pergi Beliau dari pertigaan, berstana Beliau di kuburan, menjadilah Beliau Bhatara Durga.
Pergi Beliau dari kuburan besar (setra Agung), berstana Beliau di tempat pembakaran jenazah
(pemuunan), menjadilah Belliau Sanghyang Bherawi.
Pergi Beliau dari tempat pembakaran jenazah, berstana Beliau di Panguluning Setra, menjadilah
Beliau Sanghyang Mrajapati.
Pergi Beliau dari Panguluning Setra, berstana Beliau di laut, menjadilah Beliau Sanghyangg
Mutring Bhuwana.
Pergi Beliau dari laut, berada di langit, menjadilah Beliau Sanghyang Taskarapati. Taskara adalah
Surya (matahari). Pati adalah ulan (bulan).
Pergi Beliau dari langit, berada Beliau di Gunung Agung, menjadilah Beliau Sanghyang Giriputri.
Giri adalah Gunung, putri adalah putra, yaitu Putra Bhatara Guru, berstana disanggar penataran,
panti, parhyangan semua, berkuasa pada parhyangan.
Pergi Beliau dari Gunung Agung, berstana Beliau di Gungung Lebah, Beliau bernama Dewi Danu.
Pergi Beliau dari Gunung Lebah, berstana Beliau pada pancake tirtha (pancuran), Beliau bernama
Sanghyang Gayatri.
Pergi Beliau dari Pancuran, berada Beliau pada jurang, sungai, menjadilah Beliau Bhatari Gangga.
Pergi Beliau dari jurang, sungai, berda Beliau pada sawah, tegalan, menjadilah Beliau Bhatari
Uma.
Pergi Beliau dari sawah, berstana Beliau pada lumbung, menjadilah Beliau Bhatari Sri.
Pergi Beliau dari lumbung, berstana Beliau di tengahnya bejana tempat beras (pulu), menjadilah
Beliau Sanghyanng Tri Suci.
Pergi Beliau dari pulu, berstana Belliau di dapur, menjadilah Beliau Sanghyang Pawitra Saraswati.
Pergi Beliau dari dapur, berstana Beliau pada periuk di dapur, menjadilah Beliau Sanghyang Tri
Mrtha, yaitu air, nasi, ikan.
Pergi Beliau dari periuk, berstana Beliau di Sanggar Kamimmitan, bernama Aku Catur Bhoga,
Aku berwujud laki, berwujud perempuan, berwujud banci, menjadilah Aku manusia seorang,
bernama Aku Sanghyang Tuduh, Sanghyang Tunggal, di Sanggar Parhyangan stana Beliau,
bernama Beliau Sanghyang Atma, padaKemulan kanan ayahmu, Sang Pratma (Paratma). Pada
Kemulan kiri ibumu, Sang Siwatma. Pada Kemulan tengah dirinya (raganya) yaitu roh suci
menjadi ibu ayah dan dirinya ber[ulang ke Dalem menjadi Sanghyang Tunggal, mrenyatu rasa. Sa
adalah sakti, sa adalah sehat, sa dalah lapar, sa adalah badanmu, itulah Paramawisesa (parama
Wisesa), yang berasal dari Dalem Kawi. Sehat bersal dari Dalem, Sakit berasal dari Dalem, hidup
berasal dari Dalem, mati berasal dari Dalem.Wujud sepi (sunya) berpulang pada nafas ucap dan
pikiran (niat) pada dirimu.Tidak baik ucapanmu, niatmu, nafasmu berasal dari Dalem. Dalam air
cahaya uadara dan ether, tidak ada yang melebihi Dalem, karena Sanghyang Pamutering Jagat
nama-Nya, di situlah munculnya awal ketidak harmionisan di Dalem. Karena disitulah pemujaan
mengada dan meniada yaitu Dalem.

Habislah ajaran tentang Dalem Kawi. Rahasikanlah ini.Jarang pendeta mengetahui ajaran Gong
Besi.belum sempurnalah pendeta jika tidak mengetahui ajaran Gong Besi ini. Ada seratus ribu
orang, dua orangpun belum ada yang tahu. Sepuluh ribu orang, satupun belum ada yang tahu, akan
ajaran Gong Besi, yang mengandung rasa yang utama mulia lagi rahasia yang merupakan
sumber/dasar ajaran.

Ini keputusan Sanghyang WImbayagni, memang milik pedanda dari Griya Tlaga, yang asal mula
pemberian dari leluhur Beliau yaitu Ida Padanda Dwijendra, memberikan Beliau yang bernama
Ida Manik Angkeran, tatkala Beliau mempersembahkan bhakti di Besakih. Disitulah ajaran
dibeberkan, sebab Beliau dapat mengadakan pembicaraan dengann Bhatara Sakti di Besakih.
Ditanyalah tempatnya lima Api (panca geni) di dalam badan.
Janganlah engkau ragu, akan habislah dibakar racun di dalam badanmu dengan mantra tertinggi
(Sanghyang Mantra Wisesa):
Om upas waryang, upas kasulayah, upas gringsing wayang, upas sigar mangsi, upas geni, uwah ta
ngko denku, gsengmu kabeh katadah dening sanghyang gni, mangdadi awu, kagunturan dening
udan mrtha, tlah kabeh mu, sasar-sumasar, Hrang, 3 x, Ang, Ah, 3.
Ini ilmu miliki Bhatara Sakti di Manoabha, teramat utama,, namanya Sanghyang Kutyagni,
memang bawaan dari Majapahit. Habis.

Lagi ilmu untuk menarik para Dewa (pangaradan dewa), dengan menepuk lekuk antara pangkal
paha dengan kemaluan (piking) tiga kali, dibalik tiga kali, mantra:
Ong Yang Dewa Bhatara, teka wlas asih, Ong, 3 x, teka asih, 3 x, jeng, tlas.
Ini ‘Pamatuh Ndewasraya’ yaitu dengan cara merapalkan mantra yaitu:
Ong Indra Sanghyang Wiji Kamalasa,
Aku Sanghyang Wisesa,
Aku Sanghyang Wit Sakti,
apan Aku amatuhang sarwa wisya,
sarwa sakti,
Aku maring Majapahit,
Aku amatuang bhuwana kabeh,
tka patuh ingkup, 3, tlas
Ini ilmu untuk menari para Dewa, pada hari Kemis, Umanis, Guru, uku Klawu, pada Purnama
Kadasa, dan Tilem penanggal 1, atau pada Jumat penganggal ke 4, ke 5, ke 9, ke10, ke 13, mantra:
Ong platak, Ong platik, Ong tluh, endih, emduh,
Hyang Nini dewata kabeh, angrenga swara amumwa bangkit,
Ong tke I menangis, Sanghyang Mraja Hyang Bhatara Kunti,
ih wwih leng jeng, 2 x. Habis.
Sabda Sanghyang Dharmatattwa, ‘Duhai putraku berdua, Wiswakarna dan Yogiswara, oleh
karena engkau berdua sebagai tabibnya seluruh dunia, telah mengetahui hakekat kependetaan,
dengan jelas olehmu berdua, mengenai seluk beluk hidup dan mati, sebab manusia itu dalalah
perwujudan nyata (sakala)- tidak nyata (niskala). Hal ini haru diperhatikan oleh kalian berdua,
cermatilah!’

Maka menyembahlah mereka berdua. Wikuswara : ‘ Duhai Yang Mulia Bhtara, mohon maaf
hamba berkata, agar tidak terkena kutuk, oleh Sanghyang Suksemantara Wisesa, hamba mohon
penjelasan, akan anugrah Bhatara tentang hakekat manusia!’.

‘Duhai putraku seperti ini hakekat manusia itu, (ia) berasal dari tidak nyata (niskala) dan
kembali pula pada tidak nyata (niskala). Dan berasal dari Nyata (sakala), kembali pada nyata
(sakala).Karenanya ada dua hal yang dialami oleh manusia yaitu baik dan buruk, tidur dan terjaga,
mati dan hidup, semuanya disertai dengan upacara’.

Upacara ketika semasih hidup atau bersuci-suci, upacara melepas pusar, tiga bulanan, otonan, itu
tergolong pradhana sakala (upacara nyata/masih hidup).
Lagi pradhana niskala yaitu upacara terhadap orang yang telah meninggal seperti upacara tiga
hari, upacara pembersihan setelah sebelas hari, ngaben, mukur nyekah, ngaroras, matuun
(menstankan), itu termasuk pradhana niskala (upacara terhadap orang yangtelah
menginggal).Tetapi keduanya saling meresapi, yang nisakal ke sakala.Yang sakala neraka
namanya. Yang nisskala itu patutr diketahui oleh Sang Resi, sebab jika sang resi tidak tahu akan
yang tidak nyata, maka kesasarlah budinya sebagai resi, maka tidak akan berhasil olehnya
menyucikan atma, sebab itu berada di alam yang tidak nyata. Apabila resi yang tidak tahu perihal
tidakk nyata, tidak dapat melihat atmanya (orang yang di upacarai), resi itu digunakan
melaksanakan upacara ngaben, maka percumalah orang yang mempunyai pekerjaan, harta benda
habis atma jadi kesasar.Resi seperti itu disebut orang suci yang kurang sempurna dann kurang
jasa.Itulah yang disebut resi yang hanya penampilannya saja. Orang yang telah bersih (suci)
sepatutnnyalah mempertahankan/meningkatakan kesem[puranan yasa, yoga, samdhiya yang
disebut dengan cara hidup suci.

Yang dibutuhkan untuk itu adalah perbuatan yang bersih, pikiran yang bersih, senantiasa
melakukan pemusatan pikiran dengan teguh yang disebut dengan samdhi.Yang bisa
merasukkannya adalah mulia. Orang (resi) yang telah mencapai kesucian tertinggi boleh
menyucikan orang mati, sebagi tempat penyucian orang besar atau kecil, bangsawan sudra dapat
menggunakanya. Janganlah hanya mengandalakan bersuci, dengan berhias, membersihkan diri
sakala, itu dipakai kebanggaan kepada keuarga, sahabat, badan tidak suci, harta benda
habis.Bandan ini dalah perwujudan bumi, badan ini adalah perwujudan atma. Karenanya ada
panca atma, menjadi Panca Indriya, lagi Panca Brahma, sepuluh banyaknya, menjadi Dasa Bayu,
dan menjadi Dasa Indriya. Hilanglah ketidaksucian niskala. Lagi berubah tempat berbagi dua
menjadi Panca Bayu seperti : Sa, Ba, Ta, A, I, menjadi Panca Indriya. Lagi Na, Ma, Si, Wa, Ya,
menjadi Panca Brahma, menjadi Panca Wisaya, itu adalah wujud ketidak sucian yang tidak
Nampak, yang keluar masuknya melaui nafas, ucap dan pikiran. Semuanya it adalah tidak
suci.Pembersihanya nyata seperti ‘mekala’ dan melaksanakan pewintenan besar, tidak akan
mampu memebersihkan. Adapun pembersihannya adalah brata, yasa, yoga, samadhi.Itulah
pembersihannya. Lagi pembersihannya berupa ‘japa mantra’ dapat digunakan untuk
membersihkan, sebab nafas, ucap dan pikiran jalan yang dilalui mantra, sedangfkan yang
merapalkan mantra adalah Sanghyang Atma Wisesa, pada pangkalnya nafas, ucap dan pikiran.
Apabila tidak demikiian pemusatan pikirannya, bukanmantra namanya, tapi ucapan yang tidak
suci namanya.

Lagi kelakuan orang yang telah mencapai rasa yang utama, patut melaksanakan yoga selama tujuh
hari tidak makan tidak minum, untuk melihat dengan jelas Sanghyang Atma, dengan cara
mengundang Sang Atma rasukkan dalam bandan. Adapun (banten) damping tidur: canang, daksina
berisi uang 1700, raka-raka, sekar taman, nyahnyah gringsing, benang, tepung tawar, asep,
kemenyan, majagau, cendana.

Sikap tangan amusti dengan pandangan menatap ujung hidung, niatkan Sanghyang Atma keluar
dari urung-urung gading, tengah-tengahnya nafas, niatkan Snghyang Atma keluar berwujud
Bhatara Siwa, dengan mantra:
Ih kulisah metu ta sira, amarga ring telenging netra kalih, maring surya tinghal, tranggana, byar
apadang.

Apabila kellihatan Atmanya, itu tandanya ia sungguh-sungguh resi, patutlah ia menyucikan orang
meninggal, Karena ia tahu keluar masuknya tujuh atma (sapta atma), tiada lain jalannya adalah
nafas, uacap dan niat, itulah sebabnya disebut urung-urung gading.

Sudah selesailah ajaran Dharma Tatwa, Batur Kamulan, Desa Kroktah, Sundari Tiga, Surya Tiga,
sebagai dasar seseorang untuk memahami kelepasan, perhatikanlah dengan seksama.

Lagi kalau memuja pitara, sama halnya itu, semua dihabisi setelah selesai mengambil sisa dari
sesajen, yaitu sesajen yang dipesembahkan kepada Sang Pitara, makanlah nasi itu bersama-sama
oleh segenap yang melaksanakan upacar itu. Demikianlah keutamannya.Lagi bakti yang patut
dilaksanakan yaitu Ngarorasin, matuwun, mapegat, mukur, itulah seyogyanya yang utama.Kalu
sudah demikian sesuai dengan ucap sastra (Agama), terus mendapatkan keselamatan perjalanan
Sang Atma, lagi dijemput oleh Sang Ayah dan Ibu, dan juga Kakek-Nenek.Dan disediakan jalan
yang baik oleh Bhatara di Pura Dalem namanya.Juga cepat disaksikan dan diterima.Baiklah
tempat Sang Pitara.
Lagi diceritakan Sang Pitara, tak henti-hentinya siang malam tiada pernah absen menghadap
kepada Bhatara. Dan memohon kepada Ida Bhatara, memohon akan membalas untuk menganti
bakti keturunnya di bumi. Sebab segala jenis baktinya, Sang Pitara sudah menghitung harganya,
besar kecil bagian-bagiannya, sampai saat ron (daun enau), janur, dan semmuanya sudah dihitung
harganya, segala macam persembahan keturunanya di bumi.
Sebab segala macam bakti kepada Sang Pitara telah dihitung harganya. Seperti: kojong, tangkih,
limas (tamas), cemper, talawus, daun, dan segala sesajen, dan juga segala yang diterima, itu semua
telah dibicarkan harganya bakti itu, berdasarkan dengan yang disebut penerusan yang rahasia
namanya. Demikianlah kalau mengikuti ajaran Agama yang tersurat dalam Wariga Gemet.

Lagi setelah selesai demikian, pada waktu itu turunlah Sang Pitara, menyaksikan dan
mendengarkan puja dan Bhisma Parwa, sedemikian juga sesajen.Pada waktu itulah Sang Pitara
senang dan gembira hatinya. Dan memohon kepada sang penerima Atma, permohonannya supaya
kaya dan banyak mempunyai keturunan di bumi. Dan penjelmaannya supaya kaya dan banyak
mempunyai keturunan yaitu anak dan cucu. Setiap tahun Sang Pitara mendapatkan nasihat tentang
kebaikan oleh Ida Bhatara di Dalem..Lagi pula dianugrahi jalan naik turun yang baik.

Itulah yang patut diketahui oleh beliau yang paham tenttang Wariga yang utama kenyatannya. Itu
sebabnya ada orang yang bisa membicarakan atau menyebarluaskan, paham akan sastra, dan tahu
tentang perintah, dan tentang prilaku, itu semua berdasarkan atas sastra kenyataan. Itu patut
diperhatikan tentang prilaku untuk melaksanakan segala kerja dalam upacara, yang patut paling
diutamaakan yang diharapkan namanya.

Ini lagi penerusan segala upacara yang dilaksanakan, buruk dan baik kenyataannya yang bernama
Surya Sewana.Dewasa (hari baik buruk) itu berdasarkan (becirikan) Sang Hyang Surya Sewana
namanya, itu yang paling utama.sebabnyabernama Surya Sewana, sebab berdasarkan perjalanan
matahari dan berdasarkan bulan, dan pertemuan Subhacara dan Subhakara, dan juga pemujaan
kepada Bhatara namanya. Itu semua terdapat dalam Wuku, itu sangat utama namanya,
waspadailah pada waktu menghitung perjalanan matahari, kapan bergerak ke utara, kapan
bergerak ke selatan, kapan tepat di tengah garis katulistiwa perjalanan matahari itu.

kalau pada bulan 1= Kasa (Juli), 2= Karo (Agustus), 3= Katiga (September), 9= Kasanga (Maret),
10= Kadasa (April), 11=Destha (Mei), 12=Sadha (Juni), pada waktu itu bergerak ke utara matahari
itu.

Kalau pada bulan 1 = Kasa (Juli), berjalan ke utara matahari, terbulakah pintu Wisnuloka
(Sorganya Bhataraa Wisnu), pintunya Pitraloka (Sorganya para Pitara), pada bulan ini sangat baik
untuk melaksanakan Dewa Yajna. Kalau pada bulan ke 2= Karo (Agustus), ke 3= Ketiga
(September), pada waktu itu terbuka pintunya Yamaloka (Sorganya Bhatara Yama) dab Pitraloka
(Sorganya para Pitra), sebab timpang perjalanan matahari, tertutup Sorganya Bhatara namanya,
baik untuk memuja pitara namanya. Kalau memuja Hyang (Tuhan) dan Dewa, tidak jelas
(mengambang) hasilnya dinikmati. Pada bulan ke 5= Kalima (November), baru menuju ke selatan
matahari itu, baik melaksanakan Pitra yadnya (memuja Pitra) namanya. Sebab sama-sama terbuka
pintu Yamaloka (Sorganya Dewa Yama), Iswaraloka (Sorganya dewa Iswara), itu patut
diusahakan, yang akan mendapat keselamatan namanya, kalau bulan ke 6 = Kanem (Desemeber),
ke 7= Kapitu (Januari), matahari bergerak ke selatan, terbuka pintu Yamaloka (Sorganya Dewa
Yama), Brahmaloka (Sorganya Dewa Brahma), Mahadewaloka (Sorganya Dewa Mahadewa), baik
untuk melaksanakan Pitra Yadnya, itu patut dilaksanakan dan dituruti, anak cucu mendapatkan
keselamtan namanya. Kalau bulan Waisaka, ke 10 (April), matahari bergerak ke utara, itu semua
sama-sama terbuka pintu Sorga Bhatara namanya.Terus samapai sorga yang tertinggi
(Siwagamburanglayang), sebeb semua Dewa mengadakan Yoga namanya, baik untuk
melaksanakan Dewa Yadnya (persembahan kepada para Dewa), dan juga membayar kaul.Dan juga
melaksanakan Pitra Yadnya, Mapegat, Matuwun, Nyekah, Mukur.Itu patut diikuti namanya, sebab
terbukalah pintu Yamaloka.Dan tertutupnya pintu Pitraloka, tidak boleh memuja Pitra di kuburan
dan juga membakar mayat, sebab waktu itu pertemuan semua Bhatara.Pada bulan Waisaka ke 10
pinanggal 5, pada wkatu itu masanya Bhatar meminum tirtha Kamandalu namanya.Itulah
sebabnya tidak bole membakar mayat yang masih mentah pada bulan kadasa (April).kalau ada
yang melanggar membakar mayat, (pasti akan menjumpai) dosa dan kesengsaraan dan akan jatuh
ke Neraka namanya, menjadi dasar Neraka, tidak bisa menjelma pada keturunannya di bumi. Dan
lagi (oranng) yang memberikan Dewasa, nanti akan ikut jatuh ke Neraka, sama-sama mendapat
dosa dan sengsara, sama tidak dapat menjelma lagi namanya. Kalau dia menjelma dengan jalan
mencuri (tidak melapor) kepada Sang Penjaga Atma, dan Sang Penjaga Neraka namanya. Setelah
itu dia menjelma sebagai bayi, setelah lahir dari dlam perut si ibu, pada waktu itulah diketahui
Sang Atma, menjelma ke dunia dengan mencuri.Lalu dicari oleh Sang Penjaga Atma dan Sang
Penjaga Neraka.Setelah diketahui olenya, lagi dimasukan di Yamaloka Sang Atma itu, kemudian
dimasukan dalam Neraka.Yang melahirkan dan yang memelihara lalu disakiti, mellihat bayinya
kesakitan, nafasnya tersendat-sendat, tersedu-sedu si bayi menangis, lalu seperti tertidur nyenyak,
seperti terpanggang rasanya, akhirnya meninggallah si bayi itu.

Demikianlah hendaknya diketahui tentang alangan membakar mayat pada bulan Kadasa (April),
demikianlah keburukannya, sama-sama mendapatkan alangan, seperti disebutkan dalam ajaran
agama.Akhirnya si bayi meningga sebelum Tutug Kambuhan (bayi berumur42 hari).Janganlah
hendaknya melanggar, sebab sangat berbahaya.Demikianlah kutukan kepada Sang Atma yang
berdosa.

Lagi pada bulan Caitra= Kasanga (Maret), seluruhnya sanngat buruk, tidak boleh melaksanakan
kerja yang kecil atau yang besar, baik atau buruk, sebab merupakan hari persidangan segala Bhuta
dan Kala namanya. Adapaun para Dewa, Bhatar dan Bhatari Beliau telah kembali menetap di
sorga kenyataannya. Pada waktu itu pintu sorga telah tertutup, sampai ke tempat para Pitara, dan
sangat lama tertutupnya pintu Yamalka kenyataannya oleh yang menjaga Neraka. Yang ditunggu
oleh yang menjaganya yang bernama, Sang Suratma, Sang Jogormanik dan Sang Suralisu.

Pada waktu itulah seluruh Bhuta Kala, terbangun serta ingat dan menjelajahi seluruh wilayah,
sampai akhirnya masuk ke wilayah bumi.Itulah sebabnya patut mengadakan Caru di desa-desa
pada tilem bulan Caitra (Maret).Pada Tilem Waisaka (April) lagi Sang Atma dimasukan ke dalam
Neraka.

Lagi hendaknya diketahui ciri-ciri Neraka dibersihkan setiap tahun, yaitu: Apabila ada banyak ulat
yang merayap-rayap, dan cacing tanah yang berjalan di atas tanah. Itu hendaknya diketahui
ceritanya.

Perihal Pratiti, janganlah melakukan (kerja suci) pada bulan Destha (Mei), Sadha (Juni). Pada
waktu itu matinya Sang Hyang Surya Sewana, itu sangat buruk, kerja suci pada waktu itu seperti
terbakar namanya.

Lagi kalau ada yang membakar mayat, yang tidak berdasarkan prilaku yang baik. Seperti inilah
keburukannya, tidak akan diterima segala doanya, seperti mengambang doanya. Kemudian doanya
itu diterima oleh para Bhuta Kala, demikian juga yang memberikan waktu (Dewasa) untuk
melaksanakan kerja itu , sebab dia itu dikutuk oleh Sang Pitara dan para Dewa. Demikian
keburukannya. Kalaupun berdasarkan pelaksanaan yang baik, ataupun pada waktu membayar
kaul, dikemudian hari pada wkatu ia meninggal, pada anak cucunya akan diminta lagi perihal
kerja yang demikian, sebab pelaksanaan kerjanya sekarang tidak diterima. Demikianlah
keburukannya.

Lagi kalau membakar mayat, akan mendapatakan keburukan Sang Atma namanya. Demikianlah
alangannya, itu hendaknya diketahui, makanya sang Atma kembali pulang menyakiti. Itu sebabnya
tidak boleh melaksanakan keja Matuwun, Mapegat. Kerja Mapegat yang demikian akan menjadi
menyakiti sang Pitara namanya. Lagi pula segera akan menyakiti diri kita. Itu hendaknya
diketahui oleh orang yang ingin memberikan Dewasa (hari baik dan buruk), sebab akan dengan
segera menyakiti diri kita namanya.

Lagi perihal membakar mayat, Mengirim (upacara membuang abu jenazah ke sungai atau laut)
janganlah menuju hari Ca = Caniscara (Sabtu), Ka = Kliwon, sangat buruk, papa dan sengsara
sang Atma, dan segera menghalangi/menyakiti pada keturunanya di bumi. Sebab pada hari Ca =
Caniscara ( santu), Ka = Kliwon, merupakan persidangan Bhatara Siwa dengan Bhatari Uma
namanya. Kalau ada yang membakar mayat (pada waktu itu) Susyah Sumeng namanya kerja itu.
Sang Atma akan diserahkan ke Yamaloka oleh Beliau Bhatara Siwa dengan Bhatati Uma. Itu
adalah Atma yang tersesat namanya.

Ini ketentuan membakar mayat.Janganlah mengirim pada hari Pasah. Kalau mengirim pada Pasah,
sang Atma menemui bencana di jalan, ditangkat sang Atma oleh sang Bhuta Jingkrak, sang Bhuta
Ngaduhada, sang Bhuta Jimpe. Akhirnya sang Atma disekap di Pura Dalem kenyataannya. Sebab
sang Atma salah jalan, satu bulan tujuh hari sang Atma disekap di Pura Dalem. Itu tidak boleh
sebagai jalan sang Atma ke Pitraloka.

Lagi pula yang memberikan Dewasa dan juga yang menyelesaikan upacaranya, dikemudian hari
kalau dia meninggal sama-sama mendapat kepapapaan. Lagi sang Atma yang disekap di Pura
Dalem seperti batas waktu yang ditentukan yaitu satu bulan tujuh hari. Pada waktu itu sang Atma
mendapatkan kepapaan, dikutuk oleh Bhatara di Pura Dalem. Dikutuk sang Atma supaya segera
menjelma pada keturunannya di bumi. Setelah sang Atma menjelma, dari dalam kandungann si
ibu sudah mmenyakiti. Lalu si bayi meninggal, walau kelahirannya normal, sebelum dipotong
tembuninya sudah meninggal. Demikianlah alangan sang Atma, kalau melaksanakan upacara
mengirim pada hari Pasah.Itu hendaknnya diketahui oleh orang yang ingin tahu tentang ajaran
Wariga.

Atatiwayan (Upacara Ngaben), pada waktu membakar mayat, pada waktu hari Byantara patut
Mengirim. Kalau pada waktu Byantara membakar mayat, patut sekarang juga Mengirim.Itu
Kadang Mantri namanya.Upacara Ngaben pada waktu Byantara, sekarang juga Mengirim,
kemudian Ngerorasin, selesai sehari, Tumandang Mantri namanya upacara itu.Itu Madhyaning
uttama namanya.

Lagi kalau membakar mayat, Mengirim, Mebresih, Ngrorasin, selesai dalam sehari.Itu
Kumandang Mantri namanya, kerja yang utama itu.Manywasta upacara itu, sangat utama.Kalau
ada orang yang melaksanakana upacara yang demikian, itu utamanya Manywasta namanya.

Sesajen yang diletakan di Sanggar Tawang, seperti: Sesayut Prayascita Urip dan Sesayut Putih
Kuning, Suci selengkapnya, Penebusan Urip, Peras, Lis, Segehan Cacahan 5 porsi, Pisang
Payasan, Sukla Pawitra, Tatrag Palong, kain untuk kampuh (selimut), dan nasi hidangan
selengkapnya, dengan lauk pauknya, dan Segehan selengkapnya.

Pelaksanaan Nywasta, kalau sudah lengkap tentang sesajen Nywasta, sesuai dengan ajaran Wariga,
yang disebutkan dalam sastra (Agama), yang menengah itu konon, sangat baik. Sang Pitara
menjadi selamat, lagi pula mendapatkan jalan yang sempurna kenyataanya.Dianugrahi oleh
Bhatara di Pura Dalem. Sang Pitara mendapat tempat di sorga yang utama, disayangi oleh
Sanghyang Kasuhun Kidul, Widhyadara Widhyadari, selamatlah sang Pitara. Lagi pula diberikan
anugrah oleh semua Bhatara dan Bhatari.

Lagi pula lamanya sang Pitara di Sorga 21 tahun, setelah itu bolehlah dia menjelma pada
keturunannya. Penjelmaannya bahagia dan kaya berlimpah, dihormati oleh segenap warganya, dan
juga disayangi oleh yang memegang kekuasaan.Demikianlah yang diajarkan dalam Ajaran Wariga,
yang tersurat dalam Tutur Wariga Patiwayan.Sebab ajaran ini berasal dari Majapahit
kenyataannya.Yang diberikan kepada Dukuh Oka, Dukuh Aji dan Dukuh Suladri laki perempuan.

Lagi pada I Dukuh pergi ke Sorga, di Sorga dia dianugrahi Tutur Wariga namanya. Yang
memberikan anigrah iyalah Ida Sang Hyang Suwar Suwung, Sang Hyang Jatmutmuti, Sang Hyang
Kasuhun Kidul, Sang Hyang Heta Heto, dan Sang Hyang Licin. Semua telah dianugrahi,
kemudian dibawa ke dunia.Itu sebagai pedoman yang dipakai di dunia.Segalanya dianugrahi
sampai dengan ilmu nujumm, tentang kelahiran bayi, dan tentang segala kutuk.Sebab itu sebagi
pegangan yang baik dan buruk di seluruh dunia.Yang berupa perintah, berwujud sunyi, dan kuma
namanya.Semua itu ada yang berupa keburukan atau kebaikan kenyataannya.Ada yang utama, itu
yang sebagai panutan prilaku, yang menuntun semua makluk hidup.Menuntun segala isi dunia,
demikian juga menuntun umat manusia.Itulah yangberwujud Kala, berwujud Bhuta, berwujud
Dewa, dan Bhatara kenyataannya.Demikianlah ajaran agama yang tersirat dalam Wariga
Gemet.Inilah filsafatnya.Jangan dilupakan, semoga.
Inilah sebagai sesajen oranng yang meninggal sebelum diabenkan. Dipersembahkan sesajen setiap
hari raya Galungan, tetapkan dibuatkan sesajen setiap enam bulan. Lamanya 12 tahun.Jangan
diabenkan, sepertinya sudah diabenkan. Buatkan sesajen dabn tempat mempersembahkan di balai-
balai, seperti: Sesajennya Persiapan Agung namanya, yaitu: nasi Tumpeng beras hitam 1, buah dan
jajan yaitu: keladi, biaung, pisang ketip, semua dikukus. Lauknya: daging babi hutan, kijang,
menjangan boleh. Dan Sujang dipakai untuk wadah arak dan berem.Lauknya diwadahi
limas.Itulah sesajen Punjung kepada arwah yang belum diaben, sebagi bekal kepada orang yang
sudah mati. Lamanya setiap enam bulan dipakai bekal oleh sang mati. Kalau bisa melaksanakan
itu maka akan hemat hasilnya orang yang meiliki orang mati itu, lagi pula akan tidak pernah sakit.
Ya para Dalem, Dawuh, Bendesa jangan dilupakan. Selesailah ajaran ini.
Ini Wariga Cina namanya.
Ini perwatakan menurut pada Panca Gati, itu hendaknya dihitung naik turunnya yaitu:
U (Umanis)= Sang Sri Gati
Pa (Pahing)= Sang Asu Ajag
Pwa ( Pwon)= Sang Empas
Wa (Wage)= Sang Gumarang
Ka (Kliwon)= Sang Kutila
Itu hendaknya dihitung naik turunnya.
Kalau U (Umanis) lahirnya bayi, Sri Gati di bawah, wataknya, hatinya selalu belas kasihan,
sayangnya sangat besar, baik menanam padi, kelapa, subur.Kalau ingkel Sato, jangan berlaku
meminjam, membuat dagangan baik. Kalau naik Sang Sri Gati, lahirnya bayi, wataknya, selalu
membicarakan pemberiannya.
Kalau Pa (Pahing), lahirnya bayi, Sang Asu Ajag di bawah, watanya, selalu membuat jijiknya
pikiran, itu sebabnya ditakuti oleh sesamanya. Kalau membuat gambelan baik. Kalau naik sang
Asu ajag, lahirlah bayi, selalu dikerjai oleh orang lain. Jangan menanam padi, buruk dimakan
hama.
Kalau Pwa (Pwon), lahirnnya bayi, turun Sang Empas di bawah, wataknya, Sato pada bodri, kalau
mulai menutup gambelan baik. Kalau naik Sang Empas, watabnya, senang mengadu, memmbuat
dosanya teman. Tidak boleh berccocok tanam, buruk, kemungkinan tumbang dan dimakan hama.
Kalau Wa (wage), lahirnya bayi, turun Sang Gumarang di bawah, wataknya,, senang merusak
yang diajak berbuat baik, membuat rumah jaksa baik. Kalau naik Sang Gumarang, wataknya,
ditakuti oleh sesamnya, dan disayangi oleh keluarganya. Jangan bercocok tanam, buruk dirusak
oleh bintang.
Kalau pada Ka (Kliwon), lahirnya bayi, turun Sang Kutila di bawah, wataknya, doyan berbuat
curang, dan berbuat daya upaya, bebbuat dosa pada orang lain, tetapi dia pandai, tahu dengan
segala kerja. Kalau naik Sang Kutila di atas, wataknya, senang menyesali hati orang lain. Kalau
menanam padi direbut oleh binatang hama tikus. Selesai
Kalau menuju Wisesa Sagara, lahirnya bayi, wataknya, besar wibawanya, panjang pikirannya,
tahu dengan kata-kata, mengetahui tentang yang buruk dan yang baik. Kalau menuju Satriya
Wibhhawa, lahirnya, wataknya, baik segala yang ditepati, mendapatkan kedudukan/pangkat, tidak
menderita ia. Kalau menuju Sumur Sinabha, lahirnya, wataknya, tahu dengan tempat yang dicari,
dipakai tempat berguru.Kalau menuju Satriya Wirang lahirnya, wataknya, segala yang titempati
mendapatkan malu dan kemarahan.Kalau mendapatakan malu dan kemarahan, mohon maaf yang
diutamankan, supaya tidak tertimpa malu dan kemarahan.Kalau menuju Bhumi Kapetak, lahirnya,
wataknya, pikirannya kuat dan suci, tahu dengansegala kerja, dan kuat mengahdapi lawannya.
Kalau malas tidak kuasa menahan lapar, itulah sebagai sebab akan melarat. Kalau menuju Lebhu
Katiup Angin, lahirnya, wataknya, nista dan miskin sangat lama sengsara, kuarang makan dan
pakaian, segala keinginannya tidak telaksanan, hidup terlunta-lunta ke luat desa.

Lagi perwatan menurut Sad Wara yaitu:


Tung= Tungleh, Ar = Aryang, Wur = Wurukung, Pa = Paniron, Wa = Was, Mu = Mulu.
Kalau Tungleh, lahirnya, artinya, Ingkel Daun, wataknya, ingkar pada janji, bainknya dalam
pemikirannya. Jangan menanam yang menghasilkan daun.
Kalau pada Aryang, lahirnya, artinya, Ingkel Wong, wataknya, sering lupa, kalau membuat racun
sangat berkhasiat, janganlah bercocok tanam, dan juga menjadi tukang rumah, sangat buruk.
Kalau pada Wurukung, lahirnta, artinya, wataknya, Ingkel Sato, ceroboh kurang hati-hati,
keberhasilannya berburu, berpikat, memasng jarring, janganlah berkeinginan merabas hutan.
Kalau Paniron, lahirnya, artinya, Ingkal Paksi, wataknya, tekabur bannyak bicaranya, menangkap
segala burung, danmenembak burung, jangan membuat sangkar.
Kalau pada Was, lahirnya, artinya, Ingkal Mina, wataknya, iri hati, keberhasilannya membuat
jarring, pancar, krakad, jangan membuat telaga, bendungan, sangat buruk.

Ini perwatakan menurut Asta Wara, yaitu:


Sri, I = Indrra, Gu = Guru, Ya = Yama, Ru = Rudra, Bra = Brahma, Ka = Kala, U= Uma.
Kalau pada Sri,lahirnya, wataknya, senantiasa welas asih, besar kasih sayangnya, jangan menanam
padi, kelapa.
Kalau pada Indra, lahirnya, wataknya, cerewet angkuh dan teguh pada pendapat sendiri,
keberhasilannya mempelajari segala ilmu, cepat bisa.
Kalau pada Guru, lahirnya, wataknya, doyan mencoba untuk mendapatakan hasil, sangat cerewet,
keberhasilannya memasang tombak, pasti berhasil.
Kalau pada Yama, lairnya, wataknya, banyak pertimbangan, manis pandangannya,
keberhasilannya berdagang.
Kalau pada Rudra, lahirnya, wataknya, pikiran baik, doyan mempercayai kata-kata orang lain,
keberhasilannya membuat sumur, dan membuat parit.
Kalau Brahma, lahirnya, wataknya, miskin tidak ada kesentosaan, mengaku-aku, keberhasilannya
merabas hutan yang lebat, membajak baik.
Kalau pada Kala, lahirnya, wataknya, dengki, serakah, suka mengadu, keberhasilannya membuat
rancanngan peraturan (awig-awig).
Kalau pada Uma, lahirnya, wataknya, sangat kasihan, sering mendapatkan kesusahan, tetapi jahil,
keberhasilannya membuat batas, teras sering dan pagar.

Ini perwatakan menurut pada Sangha Wara.


Da = Dangu, Ja= Jangur, Gi = Gigis, No= Nohan, O=Ogan, He= Herangan, Tu=Tulus, Di= dadi.
Kalau kelahirannya jatuh pada Dangu, artinya batu, wataknya, manis, halus, gagah, jahil,
keberhasilannya membuat pagar, dan pintu, jebag.
Kalau kelahirannya jatuh pada Gigis, artinya tanah, wataknya, sangat kuat, keberhasilannya,
segala yang ditinggalkannya pasti akan datang.
Kalau kelahirannya jatuh pada Ogan, artinya ulat bulu, wataknya, rajin dan ulet, keberhasilannya
membuat segala perkakas perang.
Kalau kelahirannya jatuh pada Herangan, artinya matahari, wataknya, rajin, senantiasa berdoa,
keberhasilannya menjadi pegawai, tukang bicara.
Kalau kelahirannya jatuh pada Urungan, artinya api, wataknya, selalu marah, keberhasilannya
membajak, bercocok tanam di sawah.
Kalau kelahirannya pada Tulus, artinya air, wataknya, banyak keinginanya, dan cepat berhasil,
keberhasilannya membuat sumur, parit, telaga.
Kalau kelahirannya pada Dadi, yang artinya kayu, wataknya, tidak mau ketinggalan,
keberhasilannya segala bercocok tanam.
Ini Perwatakan menurut pada Wuku.

Kalau pada Wuku Sinta, lahirnya, seperti rajanya orang bertapa brata, wataknya memperhatinkan,
banyak angkuhnya, membersihkan diri dengan Mewinten.
Kalau pada Wuku landep, lahirnya, seperti cayaha matahari, wataknya, hatinya selalu terang, lagi
pula ingatan, tetapi beraneka ragam, demikian pula pengetahuannya, tahu memikat hati orang lain.
Kalau pada Wuku Ukir, lahirnya, seperti gunung dilihat dari jauh, wataknya, baik kellihatnnya,
kalau didekati kelihatan buruknya, dan selalu bingung dalam hatinya, gampang di luar dan sukar
di dalam, tetapi murah hati, tahu kasih saying, pintar dengan sekala kerja, pasai bernyanyi dan
mengarang.
Kalau pada Wuku Kulantir, lahirnya, seperti buah-buahan, wataknya, sekejap suka sekejap duka,
yaitu suka duka silih berganti.
Kalau pada Wuku Tolu, lahirnya, sepertisinar api, wataknya, cerewet dan angkuh, tetapi tidak
menerus, tekabur senang dipuji, suka berbohong, tetapi bannyak orang yang senang
memperhatikan dia.
Kalau pada Wuku Gumbreg, lahirnya, seperti huruhara gemuruh di dunia, wataknya, banyak
bicaranya dan bangak kecakapannya, suci bersih pikirannya, tetaspi tidak memperhatikan
keluarga, karena kepandaiannya membuat takabur.
Kalau pada Wuku Warigalit, lahirnya, seperti kayu meranggas, wataknya, segala yang
ditempatinya berhasil, tetapi cacatnya tidak langgeng.
Kalau pada Wuku Warigadyan, lahirnya, seperti getaran gempa, wataknya, dungu tidak dinasehati,
dan dalam hatinya selalu bohong.
Kalau pada Wuku Juluwangi, lahirnya, seperti bunga yang sedang merekah, wataknya, manis kata-
katanya, tahu dengan segala kerja, tahu berbuat kebaikan, tetapi mempunyai sifat bosan, selalu
mengharapkan ketidakbaikan.
Kalau pada Wuku Sumsang, lahirnya, seperti merahnya kembangsepatu, wataknya, selalu marah,
tetapi dapat dicegah.
Kalau pada Wuku Dungulan, lahirnya, seperti burung di uadara, wataknya, selalu mendapat hasil,
prilakunya selalu menunduk, selalu mengikuti tata tertib, suka berdusta.
Kalau pada Wukua Kuningan, lahirnnya, seperti air terjun, wataknya, banyak kata-katanya yang
bukan-bukan dan ingkar, kalau diselidiki tidak terbukti.
Kalau pada Wuku Langkir, lahirnya, seperti suara angina di pegunungan, wataknya, segala kata-
katanya membuat hati jengkel, tetapi tidak lanjut.
Kalau Wuku Medangsya, lahirnya, seperti batu yang datar bertempat di ketinggian, wataknya,
besar dan tinggi, kalau dia marah tidak ada yang dapat menghalangi.
Kalau pada Wuku Pujut, lahirnya, seperti perahu di laut, wataknya, segala yang ada dapat
dilihat/diperhatikannya, lagi tiada kurang hasilnya.
Kalau pada Wuku Pahang, lahirnnya, seperti pulau yang dilihat dari jauh, habis barang-barangnya,
wataknya, selalu ditimpa keprihatinan, susah di dalam hati, tetapi diluar telihat senang.
Kalau pada Wuku Klurut, lahirnya, seperti banjir besar, wataknya, keras danpedas kata-katanya,
lagi pula kerjanya tidak pernah berhasil.
Kalau pada Wuku Merakih, lahirnya, seperti bunga yang tidak dipagari, wataknya selalu angker
dan benngis, kikir, halus rapi manis, pedas kata-katanya kalau diucapakan menyebabkan sasar,
suka membuat dosanya orang lain.
Kalau pada Wuku Tambir, lahirnya, seperti gajah yang masuk ke dalam persembunyiannya,
wataknya, besar wibawanya, tetapi besar amarahnya, tetapi banyak orang yang
memperhatikannya.
Kalau pada Wuku Mendakungan, lairnya, seperti bunga perkutut yang berada di gunung,
wataknya, memamerkan tapa bratanya, akhirnya menjumpai kesengsaraan, pikirannya selalu
dipengaruhi noda dan malas, kurang kebenaran.
Kalau pada Wiku Matal, lahirnya, seperti gunung yang jatuh dari langit, wataknya, kata-katanya
menyakiti sesamanya, tetapi pada kahirnya hati dan perasaannya menjadi baik.
Kalau pada Wuku Uye, lahirnya, seperti suaranya sinapang, sernging, dikenlai dariasapnya,
berkumpul jadi satu, wataknya, sedikit kesusahannya selalu dibesar-besarkannya/dibicarakan,
kesusahannya tiada bisa seperti harapannya.
Kalau pada Wuku Menail, lahirnya, seperti awan yang berdapingan dengan bintang, wataknya,
malas kurang bekerja, pikirannya tamak.
Kalau pada Wuku Prangbakat, lairnya, kelihatan seperti besi berani, seperti batu besi berani,
wataknya, sangat malu-malu, banyak pengetajuannya, pikiran dan perasaannya kalem atau tenang
dan terampil.
Kalau pada Wuku Bala, lahirnya, seperti hujan tidak pada musimnya, tidak bisa atau tidak mau
dinasehati wataknya, sering salah sasaran, mencari sesuatu mendapat halangan, sampai akhirnya
bertambahmendapat kesesatan.Tidak dapat ditangguhkan, golongan sering salah pantaran,
bahayanya mencari kala, sampai bertambah parah.
Kalau pada Wuku Ugu, lahirmya, seperti kosong, golongan orang yang suka mengharapkan suatu
yang sulit, besar hati, pandangannya luas.
Kala pada Wuku Wayang, lahirnya, dapat menghilangkan hatinya yang bingung, hatinya suci
bersih, kemudian ia akan menjadi kaya, sejahtera, budinya menawan.
Bila lahir pada Wuku Kalawu, seperti tumbuhan melata tumbuh di kandang, golongan miskin pada
masa mudanya, pada kahirnya ia menjadi kaya.
Bila Pada Wuku Dukut kelahirannya, pandangan matanya indah, golongan orang yang dikasihi
oleh araja, tampan rupanya, keburukannya tidak punya rasa malu.
Bila lahirnya pada Wuku Watugunung, seperti binatang tertutup, pada waktu terang bulan,
golongan orang yang berhati dan berbudi terang, mengerti segala pekerjaan dan pantas.

Berikut adalah penjelasn tentang Uku:


Sinta, matinya manusia, cerdik pandai
Landep, matinya ikan.
Ukir, tusunya bintang hutan.
Kulantir, matinya burning gagak.
Tolu, didatangi oleh semua Uku.
Gumbreg, matinya pohinn.
Wariga, matinya orang.
Warigadean, matinya ikan paus.
Julungwangi, lumpuhnya banteng.
Sungsang, matinya bangsa burung.
Dungulan, gugurnya bamboo.
Kuningan, segala yang berdaun, lurah brindil, baik untuk menanam kayu.
Langkir, sapi galak.
Medangisa, ikan tidak mendapat air.
Pujut, keturunan sapi gumarang, banyak penyakit.
Pahang, banyak burung tertangkap.
Krulut, hama bagi kapas.
Mrakih, rusaknya barang-barang
Tambir, badan keletihan.
Medakungan, matinya ular.
Matal, harimau lapar.
Uye , burung berpasangan.
Menail , bijinya terbanting dan pecah.
Prangbakat, beringin hancur di hutan besar.
Bala, Sang pendeta mengurangi kenikmatannya.
Ugu, ikan hiu bertarung samapai mati.
Wayang, seperti jalannya cahaya, matinya benteng.
Kulawu, punahnya manuk dewata (burung Cendrawasih)
Dukut, memelihara semua yang ditanam.
Watugunung, matinya raja makhluk hidup, membuat pagar di luar baik.

Baik buruknya Dewasa, tempatnya pada Uku, Saptawara dan Pancawara.

SINTA
mengerjakan tempat bercocok tanam, dan baik untuk membongkat tempat untuk pekarangan. bila
membuat guna-guna yang ditanam, memberikan tumbal untuk perlindung (pakakas), membuat
rerajahan penurun hujan, mencari menantu, measang pengasihan, semuanya tidak boleh karena
semunya buruk.

LANDEP
Tidak baik untuk pindah tempat, tidak melaksanakan upacara perkawianan, membuat pintu,
semuany atidak baik.
Baiknya adalah membuat senjata, membersihkan pedang tombak, mengikat pagar, membuat
peralatan menangkap ikan, semuanya baik

UKIR
Tidak baik mengobati orang sakit,membuat tumbal untuk pelindung, membuat rumah, semuanya
tidak boleh. Baik untuk melaksanakan upacara perkawinan, memperbaiki segala yang rusak,
menjalin persahabatan langgeng dengan baik.

KULANTIR
Tidak baik mencari calon menantu, tidak boleh; mengumpulkan orang tidak akan terkumpul,
apabila mengawinkan binatang tidak akan bisa, tidak boleh bercocok tanam, semuanya tidak baik.
Baiknya adalah mencari calon istri akan cepat dapat.

TOLU
Keburukannya tidak boleh tidur, bila pergi berjudi kemungkinnya akan kalah, mengepang jenis-
jenis buah tidak boleh. Baiknya adalah pergi mencari pekerjaan,berobat, bercocok tanam, pindah
tempat, mencari calon menantu, semua pekerjaan baik.

GUMBREG
Tidak baik membangun rumah tidak boleh, menanam pohon buah-buahan tidak akan berbuah,
apabila melakukan suatu pekerjaan akan memperoleh bahaya,bila bepergian akan celaka, menitip
belanja, membuat dagangan akan memperoleh untung.

WARIGA
Keburukannya ialah jika melaksanakan suatu pekerjaan kemungkinan akan salah, tidak boleh
melakukan perjalanan jauh, dan berperang seperti orang keedanan, namun baik mencari sahabat,
memuliakan orang-orang tua, membendung air, baik untuk membuat senjata, akan memperoleh
makanan ditempat tiba.

WARIGADEAN
Tidak baiknya adalah bepergian tidak akan menemukan apa-apa, pindah tempat, mencari
(binatang) piaraan, mendirikan rumah, semuanya tidak baik. Bila membangun rumah boleh,
menitipkan (barang) baik, berguru belajar pintar

JULUNGWANGI
Tidak baik untuk bepergian jauh mencari suatu tempat, membuat bangunan, mencari makanan dan
sejenisnya, mengobati bayi, baik untuk melamar akan berhasil, mencangkul bercocok tanam,
mengajar anak agar patuh.

SUNGSANG
Tidak baiknya adalah janganlah melakukan kegiatan naik, menotor pohon buah-buahan, bepergian
jauh, mengadakan keramaian bersenang-senang, pergi berperang, semuanya itu tidak baik.
Baiknya adalah pergi mencari pekerjaan,pindah tempat, mencari sahabat , menitip pesan, pergi ke
Negara lain, bercocok tanam, semua itu baik.

DUNGULAN
Tidak baik untuk bepergian jauh, jangan mengobati orang sakit, jangan melaksanakan upacara
perkawinan, jangan memasuki rumah (baru), tidak boleh menjadi priyayi, semuanya tidak
baik.Baiknya adalah pergi sebagau pembantu, pergi jauh dengan memebawa senjata untuk
berburu, belajar mengartikan.

KUNINGAN
Keburukannnya adalah tidak boleh bercocok tanam, tidak bole memasuki rumah baru, tidak boleh
melaksanakan upacara perkawianan, buruk semuanya, (tetapi) melaksanakan segala pekerjaan
baik.
LANGKIR
Tidak baik menenung, menjalani perkara akan mengalami pertengakran, yang lainnya semua tidak
baik, baiknya adalah bercocok tanam akan tumbuh subur, baik bepergian, menyampaikan pesan
berhasil, mengasah segala senjata, mengobati penyakit boleh, semuanya baik.

MEDANGISA
Tidak baik bepergian, mencari pangan berhasil, membuat sumur tidak boleh, mengupacari
pekarangan tidak boleh, baik untuk menjalin persahabatan akan saling mengasihi, mengobati
penyakit cepat sembuh, upacara perkawinan baik, dan sejenisnya.

PUJUT
Tidak baik waktu mengawali melaksanakan suatu pekerjaan, bepergianpada sore hari, menyepi
untuk mencari penghidupan, mencari sapi kerbau dan babi, menanam buah-buahan baik.

PAHANG
Pergia jauh mencari pangan, mengawali suatu pekerjaan semua b\uruk,. Baiknya adalah
mengobati orang akan cepat sembuh, bercocok tanam dan sebagainya akan subur, dan bila ada
keinginan untuk kawin boleh.

UKU KRULUT
Buruk, jangan pergi mengobati orang sakit, karena kemungkinan mati, segala yang dikerjakan
tidak akan dapat diselesaikan, menanam kapas tidak boleh, semuanya buruk; baiknya adalah
potong gigi, ngotonin, menyiapkan alat-alat bahan rumah, semuanya baik.

UKU MERAKIH
Tidak baik untuk melaksanakan suatu pekerjaan, apabila memberi akan diterima, pindah akan
menemukan bahaya.
Baiknya adalah bercocok tanam, memasang tumbal, membuat 'pamatuh' rumah, dan membuat
pekarangan.

UKU TAMBIR
Janganlah pergi mencari guru, belajar kadyatmikan, mencari musuh, semuanya buruk.
Baiknya adalah pergi berdagang, mencari penghidupan, menanam buah-buahan, menancapkan
batang pohon, semuanya baik.

UKU MEDANGKUNGAN
Tidak baik untuk menyelesaikan perkara, melihat calon istri.Baiknya adalah melaksanakan
perkawinan, mendirikan rumah, pergi mencari sesuatu yang penting.

UKU MATAL
Keburukannya, tidak boleh bepergian, tidak baik memindahkan rumah, kemungkinan
ditinggalkan.
Kebaikannya adalah melaksanakan upacara perkawinan, melaksanakan suatu pekerjaan akan
mendatangkan orang, membantu melaksanakan pekerjaan, memuja akan diterima, semuanya
dengan perasaan baik.

UKU UYE
Tidak baik untuk bepergian jauh, memasang tipu daya akan kentara, bila mengolok-olok akan
kena olok-olok.
Baiknya adalah mencari burung akan berhasil, baik untuk bercocok tanam, pergi mencari
pekerjaan akan mendapat untung.

UKU MENAIL
Tidak baik menebar gabah, mengambil burung beo untuk benih tidak boleh, melaksanakan
upacara perkawinan akan menjadi janda/duda. Baiknya adalah pergi berobat dan mencari surat,
membuat kentongan, mengawali membuat kuburan, menjalani perkara, semua boleh.

UKU PRANGBAKAT
Keburukannya, janganlah pergi mencari pekerjaan, mengobati orang sakit tidak akan sembuh,
menanam buah-buahan tidak akan berbuah, tidak memasuki rumah, semua tidak baik.
Kebaikannya adalah membuat tempat persembunyian, baik pahalanya tidak akan diketahui
persembunyiannya, baik untuk menjajakan dagangan, menjatuhkan hukuman boleh.

Wuku Bala
Buruknya menyombongkan kepandaian, meremehkan pengajaran (perguruan).Segala yang
dikerjakan semuanya buruk.
Baiknya adalah, baik terhadap sahabat, meminta pertolongan, atau mengambil hati untuk
mendapat pertolongan, mengumpulkan orang, berebut mengikuti.
Ra (Redite = Minggu) Ka (Kliwon) : Baik untuk mencari orang hilang, ditemui.
Co (Coma = Senin ) U (Umanis) : Buruk jika bepergian. Mendapat untung jika berjualan, tetapi
tidak langgeng
A (Anggara = Selasa) Pa (Paing) : Segera berhasil mendapatkan segala yang hilang.
Bu (Buda = Rebo) Pwa (Pon) : Buruk untuk bekerja tetapi baik untuk bepergian.
Wra (Wraspati = Kemis) Wa (Wage) : Baik untuk membuat sumur, berpesan sama suka. Baik
untuk mengasah senjata.
Su (Sukra = Jumat) Ka (Kliwon) : Buruk untuk bepergian, cendrung dihadang musuh.
Sa (Saniscara = Sabtu) U (Umanis) : Buruk untuk melakukan segala pekerjaan, tetapi baik untuk
yana nga ?

Wuku Ugu
Buruknya bersahabat (Bila) mendapat pemberian ayam.Bertentangan dikemudian hari.tidak boleh
bersaing dalam mencari makan. Baiknya menjalin kekerabatan, membangun
rumah.Berkesinambungan mendapat untung.Baik untuk bercocok tanam, segala tanaman berbuah.
Ra (Radite = Minggu) Pa (Paing) buruk untuk segala pekerjaan, bila bepergian mendapat
rintangan, mendapat sakit ditempat yang dituju.
Co (Coma = Senin), Pwa (Pon) : baik untuk berdagang mendapat untung disepanjang jalan
A (Anggara = Selasa), Wa (Wage) : baik untuk mendapatkan segala yang dicari. hari baik untuk
memulai membersihkan gulma/menyamai padi. baik untuk menanam bibit padi.
Bu (Buda = Rebo). Ka(Kliwon) : buruk untuk bepergian, cendrung ditusuk musuh tanpa dapat
membalas.
Wra (Wraspati = Kemis), U (Umanis) : baik untuk seluruh pekerjaan. Baik untuk menanam pohon
berbuah.
Su (Sukra = Jumat), Pa (Paing) : baik untuk membuat sumur, bila bepergian mendapat
kerahayuan. baik untuk menilep pesan. baik untuk mengasah senjata.
Sa (Saniscara = Sabtu) Pwa (Pon) : baik untuk berusaha, bepergian. Berhasil sampai ditempat
tujuan. Baik untuk merobohkan rumah.

Wuku Wayang
Buruknya bila mulai mengambil pekerjaan.jangan menjenguk orang sakit. Buruk untuk memulai
peperangan.baiknya untuk mencari kesenangan, mendapat bahagia. Pergi berburu, pergi berguru,
belajar untuk mendapat ilmu,
Ra (Redite = Minggu), Wa (Wage) : Baik untuk bekerja. Buruk untuk berobat.
Co (Coma = Senin), Ka (Kliwon) : Buruk untuk bepergian, cendrung mendapat sakit di tempat
yang dituju atau dirampok di tengah jalan.
A (Anggara = Selasa), U (Umanis) : Sangat buruk bila melakukan pekerjaan. Jika bepergian
cendrung menderita di tempat tujuan, tetapi berhasil mendapat segala yang diusahakan.
Bu (Buda = Rebo) Pa (Paing) : Baik bila melakukan pekerjaan, tetapi buruk untuk bepergian,
cendrung mendapat sakit di tempat yang dituju.
Wra (Wraspati = Kemis), Pwa (Pon), Baik untuk bepergian, mendapat untung.
Su (Sukra = Jumat), Wa (Wage) : Buruk untuk bekerja, berjumpa dengan ingkel gulu, menderita.
Jika bepergian mendapat sedih di tempat tujuan, tidak baik untuk dituruti.
Sa (Saniscara = Sabtu), Ka (Kliwon) : Buruk bila bekerja. Tetapi baik untuk memasang pekakas
guna-guna.

Wuku Kulawu.
Buruk untuk bepergian jauh, mendapat bahaya.Pindah rumah juga tidak baik.tidak baik untuk
membuka hutan. Semua buruk.
Baiknya untuk mengobati orang sakit, cepet sembuh.Untuk perkawinan sangat baik, mendapat
kebahagiaan.dituruti sahabat.
Ra (Redite = Minggu), U (Umanis) : Baik untuk membeli hewan berkaki empat, dan ayam,
burung. Segala jenis binatang peliharaan. Mengobati orang sakit dan binatang yang sakit cepat
sembuh.
Co (Coma = Senin), Pa (Paing) : Baik untuk mengobati orang sakit dan ayam sakit, cepat sembuh.
A (Anggara = Selasa), Pwa (Pon) : buruk jika berkarya, cendrung mendapat sakit. Bila bepergian
celaka, terkatung-katung.
Bu (Buda = Rebo), Wa (Wage) : Baik untuk segala pekerjaan. Buruk untuk bepergian, cendrung di
hadang musuh.
Wra (Wraspati = Kemis), Ka Kliwon): Buruk untuk bepergian, cendrung diperlakukan tidak susila,
difitnah orang jahat, tidak dapat membalas. Tetapi baik untuk menaikan (menyimpan) padi di
lumbung.
Su (Sukra = Jumat), U (Umanis) : Baik untuk bercocok tanam, subur lebat buahnya.
Sa (Saniscara = Sabtu), Pa (Paing) : Baik untuk bepergian. Berkarya mendapat kerahayuan.
Makmur dalam menjalin rumah tangga.

Wuku Dukut,
Buruknya untuk bepergian.Tidak berhasil dalam mencari nafkah.Tidak berhasil dalam
berguru.Semuanya itu buruk.
Baiknya adalah untuk membangun segala jenis bangunan.Bercocok tanam, tanaman
berbuah.Untuk mendapatkan istri.Membuat obat dan pengijeng, sarana yang mengandung
kekuatan gaib sebagai penjaga, semua baik.
Ra (Redite = Minggu), Pwa (Pon) : Baik untuk berburu, membeli segala jenis binatang, ayam.
Co (Coma = Senin), Wa (Wage) : Baik untuk menjamu orang banyak, akibatnya mendapat untung.
A (Anggara = Selasa), Ka (Kliwon) : Burukjika bepergian bertemu dengan kala dan mendapat
pukulan dengan tangan.
Bu (Buda = Reba), U (Umanis) : Baik untuk pergi untuk minta bantuan, dikasih orang. Baik untuk
memelihara rumah.
Wra (Wraspati = Kemis), Pa (Paing) : Baik untuk mengambil pekerjaan. Baik untuk menitip
pesan, mendapat kesenangan, baik untuk mengasah senjata.
Su (Sukra = Jumat), Pwa (Pon) : Baik untuk menyamai padi, mendapat banyak hasil.
Sa (Saniscara = Sabtu), Wa (Wage): Buruk untuk bepergian, cendrung rugi.

Wuku Watugunung,
Bahayanya, pekarangannya berpagar keliling, cendrung dirusak pencuri.
Bila menyimpan harta benda di tempat menyimpan, cendrung hilang.Baiknya adalah untuk
mencari obat, cepat sembuh.baik untuk bercocok tanam, baik untuk mendapat sahabat dan menitip
pesan.
Ra (Redite = Minggu), Ka (Kliwon) : Buruk segalanya. Sakit, mendapat sengsara. Tetapi baik
untuk membeli ayam.
Co (Coma = Senin), U (Umanis): Baik untukmemulai membajak, menyemai padi, banyak
panennya.
A (Anggara = Selasa), Pa (Paing) : Buruk untuk bepergian, cendrung mendapat sengsara di tempat
tujuan.
Bu (Buda = Rebo), Pwa (Pon) ; Buruk untuk bersenang-senang, membuat keramaian, cendrung
didalangi orang jahat. Jika bepergian cendrung dirampok dijalan.
Wra (Wraspati = Kamis), Wa (Wage) : Baik untuk bepergian, mendapat kerahayuan di tempat
tujuan. Bayi lahir sempurna.
Su (Sukra = Jumat), Ka (Kliwon) : Buruk untuk bepergian, cendrung mendapat bahaya di tempat
tuan.
Sa (Saniscara = Sabtu), U (Umanis) : baik untuk seluruh pekerjaan. Baik untuk bercocok tanam
pohon buah-buahan. Banyak panennya.

Ini adalah Pawukon.Baik buruk (sifat) manusia ditentukan seperti ini.

Wuku Sinta,
Dewanya Sang Hyang Yamadipati. Kakinya terbenam di air. Kayunya Kandayakan. Burungnya
Gagak. Gedongnya di depan.
artinya: (Orang yang lahir) pada Wuku Sinta wataknya Pretampayan? Besar marahnya.Tidak sabar
sering menderita, tetapi kalem budinya.Tidak mudah percaya.Tutur katanya halus.
Memegang benderaartinya : Keberuntungannya besar. Kaki terbenam di air, artinya : Segala
perintahnya panas diawal tetapi sejuk kemudian. Kayunya Kandayakanartinya : Tempat berteduh,
tempat berlindung bagi orang sengsara dan orang minggat. Burungnya Gagak artinya: Awet muda
dalam segala pekerjaan. Dan memahami firasat.
Gedongnya di depanartinya : Pamer dan membeberkan kekayaannya. Murah hati, tetapi tidak
sampai ke dalam.Bahayanya mati tengah umur.
Sebaiknya diupacarai dengan Sega Bulen, liwetan Sapitrah.Dagingnya kerbau seharga 21
kepeng.Ayam sebagai pelengkap.Hutangnya 4 kepeng sebagai pembeli bahaya.Kala Uku
berkedudukan di timur laut.Dalam Wuku Sinta jangan pergi menentang Kala.

Wuku Landep,
Dewanya Sang Hyang Maha Dewa. Kaki kirinya terbenam di air. Burungnya Atat Kembang.
Gedongnya di depan. Kayunya Kandayakan.
Artinya: (Orang yang lahir) pada wuku Landep baik perbawanya. Romantis hatinya. Banyak
Putranya. Berhati terang, senang bertapa.
Kakinya dibelakang terbenam air artinya : Segala perintahnya panas pada awalnya, tetapi sejuk
kemudian. Kayunya Kandayakan artinya : Menjadi tempat berteduh bagi orang-orang sengsara.
Tempat tamu berteduh untuk mendapat kebahagiaan dan orang-orang minggat.
Burungnya Atat Bunga artinya : Menjadi kesayangan orang besar. Jika mengabdi mendapat
perhatian.
Disayang oleh tuannya.
Gedongnya di depan artinya : Senang membeberkan kekayaannya. Murah pikirannya tetapi tidak
demikian dalam hatinya.
Angkuh budinya.Besar untungnya.Bahaya kematiannya ditimpa kayu. Sepatutnya diupacarai
dengan :Tumpeng 1 biji, Liwetan 1 catu.Dagingnya daging Menjangan diolah menjadi Gecok
Panggang.
Utangnya 4 kepeng, sebagai penolak bahaya.Kala Uku berkedudukan di barat.
Dalam Wuku Landep jangan bepergian menentang Kala.

Wuku Ukir.
Dewanya Sang Hyang Mahayukti. Kakinya menginjak gunung menghadapi air Jambangan.
Benderanya di depan. Kayunya Nagasari. Burungnya Manyar. Gedongnya didepan.
Artinya : (Orang yang lahir) pada Wuku Ukir wataknya tidak dapat dipercaya. Pikirannya
pemurah.Banyak orang diberinya makan.
Kakinya menginjak gunung artinya : Setiap orang yang datang (ada) ditempatnya, diperintahnya.
Menghadapi air Jambanganartinya : Merendahkan hati budinya. Benderanya di depan artinya :
Keberuntungannya di belakang hari. Kayunya Nagasari artinya : Perbawanya baik, manis tutur
katanya, disayangi oleh tuannya.
Burungnya Manyarartinya : Tidak mau kalah dengan sesamanya. Terampil dalam segala
pekerjaan.
Gedongnya di depan artinya : Suka membeberkan kekayaan. Murah hati, tetapi tidak iklas dalam
hatinya.Bahayanya mati karena dibencanai.Sepatutnya diupacarai dengan Tawur.Sega Urih
Liwetan 1 catu. Dagingnya ayam putih Lembaran yang berkokok(masih muda).Kakuluban 5
warna.
Untangnya 4 kepeng sebagai penolak bahaya.
Kala Uku berkedudukan di tenggara.
Dalam Wuku Ukir jangan bepergian menantang Kala.

Wuku Kulantir,
Dewanya Sang Hyang Langsur. Memegang Bendera, kayunya Tinggas. Gedongnya di depan
terkapar. Burungnya Slinditan. Air Jambangan di sebelah kiri.
Artinya (Orang yang lahir) pada wuku kulantir pandai mengusahakan dan mengambil hati orang
lain.
Merasakan diri, tidak pemarah, pemaaf, besar hati budinya.
Memegang bendera artinya : Keberuntungannya besar dikemudian hari. Kayunya Tinggas artinya :
Tidak baik sebagai tempat berteduh dan peristirahatan, Pelit.
Gedongnya terkapar di tanah bagian depannya artinya : Harta bendanya cepat habis dan tidak bisa
berkumpul.
Burungnya Slidetan artinya : Dimanapun ia bertempat tinggal menemui kesengsaraan, walaupun
ia disayangi oleh tuannya.
Air Jambangan disebelah kiri artinya : Setiap yang diinginkannya menjadi jalannya (mendapat)
sengsara, Sodangiwa, bahayanya bila mana ia jatuh karena naik. Itulah jalan kematiannya.
Sepatutnya diupacarai dengan tawur :Tumpeng,Liwetan 1 pitrah.Dagingnya ayam muda setengah
umur diolah.Utangnya 7 kepeng.Igardongnya Rajukna, sebagai penolak bahaya. Kala Uku
berkedudukan di bawah Dalam Wuku Kulantir jangan bekerja ke tanah dan turun dari gunung.

Wuku Tolu.
Dewanya Sang Hyang Bayu. Kayunya Palikukun. Burungnya Brancangan.
Gedongnya di depan. Benderanya di belakang.
Artinya (Orang yang lahir) pada Wuku Tolu wataknya kuat, keras hatinya, panjang pikirannya dan
baik tutur katanya.
Kayunya Palikukun artinya : Lentur kuat gerak pukulannya. Perwira pemberani.
Burungnya Krancangan artinya: Tidak kenal lelah. Cerdas dan cekatan dalam bekerja.Kuat
bergadang diwaktu malam.
Gedongnya di depan artinya : Memamerkan kekayaan. Buruk hatinya, tetapi tidak sampai ke
dalam hatinya. Benderanya di belakang artinya : Menjadi kaya karena mendapat untung.
Bahayanya ditanduk oleh segala yang bertanduk, digigit oleh segala yang bertaring sebagai
kematiannya.
Sebaiknya diupacarai dengan :Sega gurih, Liwetan 1 pitrah, ayam dimasak kukus 1 ekor.
Utangnya 3 kepeng.
Igardongannya Kabula ?sebagai penolak bahaya.
Kala Uku berkedudukan di barat-Iaut.
Dalam Wuku Tolu jangan bepergian menentang Kala.

Wuku Gumbreg,
Dewanya Sang Hyang Cakra. Kaki kanan di depan terendam di air. Kayunya Beringin. Burungnya
Ayam hutan.Gedongnya di bagian kiri rata sampai di belakang.
Artinya : Watak (Orang yang lahir) pada wuku Gumbreg melebihi watak sesamanya. Sekali bicara
disetujui.Selalu menyenangkan hati.
Kaki kanan di depan terendam air artinya : Setiap perintahnya menyejukkan pada awalnya, tetapi
panas di belakang.
Kayunya Beringin artinya : Menjadi tempat perlindungan dan tempat peristirahatan bagi sanak
saudaranya.
Burungnya ayam hutan artinya : Segala pikiran dan usahanya dikagumi oleh orang besar. Tutur
katanya manis, banyak bicaranya dan banyak usahanya.
Besar untungnya, banyak mendapat laba.
Gedongnya disebelah kiri rata kebelakang artinya : Tidak sayang kepada harta rnilik dan tidak
tanggung-tanggung. Bahayanya tenggelem, hanyut jalan kematiannya.
Sepatutnya diupacarai dengan :Sega Wera Liwetan 1 cantung.Dagingnya ayam brumbun yang
berbalung dipanggang.
Pakuluban 9 warna.Utangnya 4 kepeng.
Igardongannya Rajukna sebagai penolak bahaya.
Kala Uku berada di selatan menghadap ke utara.
Dalam Wuku Gumbreg jangan pergi menghadap Kala.

Wuku Wariga,
Dewanya Sang Hyang Smara. Kayunya Surawanita.Burungnya Kapondang menghadap ke candi.
Artinya : Watak (Orang yang lahir) pada Wuku Wariga baik rupanya. Menyenangkan sebagai
kembang rumah.Lengkap sempurna pernikahannya. Buruk hatinya dan pretampayanga ?,
menyusahkan dalam kesenangannya. Memberatkan sampai pada tempatnya bercengkrama.
Kayunya Sulatri artinya : elok parasnya, banyak orang terpesona, senang memandangnya.
Burungnya Kepondang artinya: Pratampayan ?dan tidak suka berkumpul-kumpul.
Selalu menghadap candi artinya : Pikirannya susah. Susah hati.Bahayanya dihalangi/dirintangi
sebagai jalan kematiannya.
Sepatutnya diupacarai dengan sega dicampur dengan Liwetan 1 catu.
Dagingnya daging kerbau diolah menjadi gagecok.Utangnya 8 kepeng.Igardongannya Tulak Balak
sebagai pembeli tenaga.
Kala Uku berkedudukan di atas.Dalam Wuku Wariga jangan naik menentang Kala.

Wuku Warigadian.
Dewanya Sang Hyang Maharsi. Kayunya Cemaga Burungnya Betit. Gedongnya 2 buah,
tempatnya di depan dan di belakang. Benderanya dibelakang.
Artinya: Watak (Orang yang lahir) pada wuku Warigadian besar tanggung jawabnya dan banyak
daya tariknya.
Kayunya Cemara artinya : Banyak bicara, tutur katanya halus manis, perintahnya dituruti.
Burungnya Bitit Artinya : Keras hati, pandai mencari makan minum. Gedongnya 2 buah di depan
dan di belakang artinya : Kesukaannya menengah.
Benderanya di belakang artinya : Keberuntungannya di belakang hari. Bahayanya karena dimarahi
oleh anak cucunya.Itulah jalan kematiannya. Sepatutnya diupacarai dengan :Segagurih Liwet 1
pitrah. Dagingnya bebek diolah gurih, dan Kakuluban 5 warna.Hutangnya 5
kepeng.Igardongannya (tolak balanya) adalah Rasul sebagai penolak bahaya.
Kala Uku berkedudukan di utara, menghadap ke selatan.Dalam Wuku Warigadian jangan
bepergian menentang Kala.

Wuku Julungwangi,
Dewanya Sang Hyang Sambu, memegang tiang bendera. Menghadap air Jambangan. Burungnya
Kutilang. Kayunya Cempaka.
Artinya : Watak (Orang yang lahir) pada Wuku Julungwangi (gemar kepada) segala yang berbau
harum. Segala pikirannya belum berhasil.Pendapatnya disetujui oleh orang banyak.
Memegang Bendera artinya :Mapapak (memakan ?) untungnya. Menghadap air Jambangan
artinya: Murah pikirannya, berbelas kasih tetapi hendaknya disebut-sebut belas kasihnya.
Burungnya Kutilang artinya: Banyak cakapnya dan dituruti oleh sesamanya. Laku dagangannya.
Kayunya Cempaka artinya : Tutur katanya halus manis. Dicintai orang banyak.Bahaya yang
menjadi jalan kematiannya adalah karena disergap macan.
Patut diupacarai dengan :Sega Kabuli Liwetan 1 pitrah.Dagingnya ayam berbulu merah ditaruh
melingkar pada sega.Utangnya 1 kepeng tulak balanya Tulak-tulak sebagai penolak bahaya.Kala
uku berkedudukan di selatan.Dalam Wuku Julungwangi jangan bepergian menentang Kala.

Wuku Sungsang.
Dewanya Sang Hyang Gana. Kayunya Tangan. Burungnya Nori. Gedongnya terkapar di belakang.
Artinya: (Orang yang lahir) pada Wuku Sungsang karakternya adalah keruh hatinya. Kuat
mengangkat barang.
Kayunya Tangan artinya : Rajin dan terampil dalam bekerja. Kaku hatinya, senang dengan milik
orang lain. Burungnya Nori artinya: Boros dan rakus. Untungnya menjauh, kelakuannya serakah,
daya upayanya tidak baik.
Gedongnya terkapar di belakang artinya : Tidak sayang kepada harta milik. Tetapi hatinya tidak
tulus.Bahaya kematiannya kena besi.
Patut dibayar, nasi magana, liwetan 2 catu, dagingnya Itik, ayam dicampur kebas, jangan (sayur 9
jenis, dicampur pada nasi gana, utangnya 10 kepeng, gardongannya karbula, sebagai penolak
bahaya kala ukur bertempat di timur, selama wuku sungsang jangan bepergian berpapasan dengan
kala. Dunggulan Dewanya Sang Hyang kamajaya, merunduk ; memandang air dalam bokor,
burungnya bidho, kayunya langan, artinya ; pada wuku Dunggulan wataknya bagus bebas, tidak
bimbang dalam hati, tahu menuntun suara orang yang kesedihan dalam hati dan merunduk
memandang air dalam bokor, senang menolong dirinya tidak bisa menguji atau menjaga miliknya
dan sedikit untungnya, burungnya bidho, besar kemarahannya terhadap milik orang lain, waktunya
jalan bahaya kematiannya berkelahi (berdarah, patut dibayar, nasi liwet acatu, daging kambing di
olah semuanya, ayam hitam mulus setengah umur, boleh ditutu atau dipindang, uangnya satu
kepeng pada gagedongannya selamat pina itu sebagai penulak bahaya. Kalau wuku bertempat di
neriti (Barat daya), selama wuku dunggulan jangan bepergian berpapasan kala.

Kuningan
Dewanya Sang Hyang Indra, kayunya wijaya kusuma, burungnya urang-urangan, gardongannya
tertutup dari belakang, artinya pada wuku kuningan tabiatnya memiliki pengetahuan, tutur katanya
baik wataknya agak angkuh, kayunya wijaya kusuma, wajahnya sangat tampan, senang berdiam di
tempat yang sepi, pikirannya baik wataknya agak angkuh, tetapi pekerjaannya baik, rajin
sembahyang, burungnya urang-urungannya, segala pekerjaan dikerjakan cepat selesai dan rajin
agak sombong tapi dalem, gedongnya memanjang ke belakang dan tertutup, wataknya candi pidik
Sri Kikih, waktu bahayanya di serang itulah alasnya kematiannya, patut ditebus dengan nasi
punar, liwetan (bubur beras merah), dagingnya kerbau di goreng uangnya 11 kepeng
gardongannya kabala, sebagai penolak bahaya kala ukur bertempat di barat, selama wuku
kuningan, janganlah kepergian berpapasan kala.

Langkir dewanya Sang Hyang Kala, menggigit ibu jari tangan, mapakendi (berperiuk) kayunya
dua jenis tingas, cemara, condong hampir rehab, burungnya gemuk, artinya pada wuku langkir
tabiatnya besar kemarahannya tidak takut sendirian, air ditakuti, pikirannya buruk, bodoh,
pikirannya serakah, hatinya panas, wataknya tidak ingin di dekati orang, setiap yang dekat
terbakar, lenyoh artinya, hatinya bersinar, dan kayunya camara, hampir rehab condong, tidak ingin
didekati sebagai perlindungan dan peristirahatan, kata-katanya kasar burungnya gemah, memakai
pakaian seperti prajurit, berani, tidak takut sesama manusia, waktu bahayanya kecurian sebagai
jalan kematiannya, patut ditebus dengan nasi gurih diur satu catu dagingnya kambing dan jenis
ikan sungai di goreng, sayur-sayuran selengkapnya, uangnya 5 kepeng, gardongannya
selamatpinna sebagai penolak bahaya, kala wuku bertempat ditenggara, selama wuku langkir
jangan bepergian berpapasan kala.

Wuku medangsia dewanya Sang Hyang Brahma kayunya pabon asam, burungnya Blatuk bawang,
gerdongnya tertutup didepannya artinya pada wuku medangsia tabiatnya kuat dan besar badannya
cepat marah tetapi ada baiknya, perintahnya lemah, pepohonannya asaro, wataknya ngales, dan
disenangi banyak orang, menjadi perlindungan seperti tempat peristirahatan orang sengsara.
Burungnya blatuk bawang, budinya kuat, tidak pemah puas segala yang dipikirkannya gerdongnya
tertutup di depan, tahu memegang memperbaiki segala miliknya, mas, perak, uang dan besar
keuntungannya, waktu bahayanya tertimpa kebakaran jalan kematiannya, patut ditebus dengan
nasi sudah bau, bubur sapi treh, beras merah, dagingnya ayam merah dipindang sayurnya bayam
mang, bunganya serba merah sekar taman, uangnya uang baru 4 kepeng gardongannya selamat
pina, sebagai penolak bahaya kala ukur bertempat di atas selama wuku medangsia jangan naik
atau memanjat-manjat Panjat dewanya Sang Hyang Guretno, kayunya rembuyuk, burungnya
princowang, menghadapi gunung, mengelilingi air jambangan artinya pada wuku pujat, wataknya
diam kalau marah, tenang keluar, tutur katanya halus, dan ada kebaikannya, kayunya rembuyuk,
bagus bentuknya tapi tidak ada baunya, dimanapun tempatnya dicari, burungnya perit, cawang
besar harapannya, halus pemikirannya menghadapi gunungnya, bahayanya kena guna-guna jalan
kematiannya, patut dibayar (ditebus dengan tunpeng liwetan satu catu, dagingnya ayam merah
dipanggang, kakuluban/sayurnya. 9 jenis uangnya 3 kepeng, gardongannya bala sarwa dan kukun,
sebagai penolak bahaya, kala wuku bertempat di barat laut, selama wuku pujut jangan bepergian
berpapasan dengan kala.

Pahang dewanya Sang Hyang Tantra memegang senjata burungnya, kayunya kandayakan,
disamping kiri air jambangan, gerdongannya membentang artinya pada wuku pahang, wataknya
kata-katanya tidak pernah merendah, penderitaannya selalu sakit, badannya menggigil dan
membawa senjata ia juga waspasa, kata-katanya keras, dan brah mantia/marah, burungnya cukcuk
banyak bicaranya, kayunya kandayakan, menjadi kekaguman orang dan peristirahatan orang yang
menderita lenyap, menyampingi air jambangan, kesenangannya senang berbuat buruk,
gerdongannya membentang segala yang ada cepat habis, tidak sayang pada miliknya, waktu
bahayanya waktu kagawe-gawe pindrajaya, jalan kematiannya ia patut tebus nasi gurih dibubur
satu catu, dagingnya ayam putih tutus dipanggang terbuka, sayumya 11jenis, uangnya 9 kepeng
gerdongannya dirasus sebagai penolak bahaya kala wuku bertempat diselatan, selama wuku
pahang jangan bepergian berpapasan dengan kala

Krulut dewanya Sang Hyang Wisnu membawa cakra barangnya spehan, kayunya prijata,
gerdongannya di depan, artinya pada wuku krulut tabiatnya sadar menekuni pekerjaannya, sedikit
bicaranya, senang dipuji, menceritakan pekerjaan dan merasakan dalam hatinya membawa cakra,
perwira, selamat dan hatinya suci, luhur budinya, burungnya spahan, segala yang diperkirakannya,
kayunya parijata, senang pada sanak keluarganya, dan sedikit ada kesedihan hatinya,
gerdongannya ada di depannya, berceritera tentang kekayaannya, mudah mengerti tetapi tidak
tulus sampai ke lubuk hati, banyak pengetahuannya dan banyak untungnya, waktu bahayanya,
sedih dibuat-buat, jalan kematiannya patut ditebus dengan banten penyempurna, nasi
bubur/liwetan satu catu, dagingnya kambing kakinya yang di depan putih keduanya, diolah
selengkapnya kulitnya dipakai bayang-bayang utangnya/uangnya 100 kepeng, gardongannya
selamat kabula, sebagai penolak bahaya, kala wuku bertempat di atas, selama wuku krulut jangan
memanjat/naik.

Merakih dewanya Sang Hyang Suranggana, kayunya tangguli tidak ada burungnya, benderanya
terbalik, gerdongannya dipegang, artinya pada wuku Merakih wataknya mudah mengerti,
menerima dirinya, ingat kepada kesanggupan ucapannya dan berani menderita, kayunya tangguli,
tidak mengambil buahnya, tidak ada gunanya, tidak mempunyai burung, tidak bisa disuruh
bepergian jauh, sering menemui bahaya/bencana, benderanya terbalik, murah rejekinya,
gedongnya dipegang, menceriterakan dikasihi leluhurnya, waktu bahayanya tenggelam hanyut
jalan kematiannya, patut dibayar dengan nasi bubur gurih satu catu, dagingnya ayam putih masak,
lebaran, dan raka warna-warni utangnya/uangnya 100 kepeng, gardongannya tulak bayu, kala
wuku bertempat di utara, selama wuku merakih jangan bepergian berpapasan dengan kala.

Tambir dewanya Sang Hyang Siwa, burungnya perenjak, kayunya paupas, gerdongannya 3 semua
tertutup, artinya wuku tambir wataknya setiap yang sudah jadi masih di luar, tidak tulus sampai di
hati, burungnya pranjak, gerdungannya mengagumkan dirinya dan kesenangannya membuat
tujuan yang dikagumi dan dia tahu bencana orang dan tahu wangsit, kayunya upas tidak ingin
ditempati untuk perlindungan dan peristirahatan, semua kata-katanya panas, gerdongannya tiga
semuanya tertutup, cerdik, kikir, menyakitkan hati, mencintai dewa, waktu bahayanya kena
pepasangan, jalan kematiannya, patut dibayar nasi bubur pulen acatu, dagingnya bebek ayam
diolah dipindang, raka-raka putih merah dipakai amengan/mentimun 25 buah. Utangnya panset
waja, dan jarum satu biji, gerdongannya selamat pinna, dipakai penolak bahaya, kala wuku
bertempat di barat daya, selama wuku tambir jangan berpapasan dengan kala.

Medangkungan dewanya Sang Hyang Basuki, burungnya pelung, kayunya plasa, gerdongannya di
atas hatinya pasa wuku mendangkungan, wataknya kata-katanya tulus dan menerima keadaan
dirinya, pikirannya tetap/berketetapan hati, burungnya pelung, senangnya pada air, pikirannya
bertemu pada akhirnya, kayunya plasa, menjadi bunga di hutan, dikota tidak berguna gedongnya
ada di atas, menceritakan dan memperlihatkan kekayaannya, waktu bahayanya kena kasingsek
perampok, dibabat pencuri malam hari, itulah jalan matinya, patut dibayar dengan nasi punar
bubur satu catu, dagingnya ayam merah kuning dan ayam berumbun dipotong-potong digoreng
dan dibangun urip, serta canang harum, bubur merah, di bayar 5 kepeng, gardongannya camur,
sebagai penolak bahaya kala wuku jangan bepergian berpapasan dengan kala.

Matal dewanya Sang Hyang Sakra, pepohonannya nagasari, burungnya ayam hutan,
gerdongannya bertumpang memakai bendera, artinya pada wuku matal wataknya keras hati,
budinya tetap pendiriannya, kayunya nagasari, disenangi oleh orang besar, dikasihi raja/pimpinan,
burungnya ayam hutan, dapat kepercayaan orang besar, pikirannya ringan, baik, lembut tutur
katanya, diterima perbudakan, banyak kesombongan dan besar keuntungan gerdongannya
ditumpangi bendera, kekayaan dan pangkatnya datang bersamaan, waktu bahayanya jalan matinya
patut dibayar dengan nasi gurih bubur satu catu, dagingnya bebek dan ayam dimasak dipanggang
diguling pangauju denaga mulyakena, utangnya 4 kepeng, gerdongannya rasul, sebagai penolak
bahaya kala wuku bertempat ditimur laut, selama wuku matal jangan bepergian berpapasan kala.

Uye Dewanya Sang Hyang Kwera, tempatkan keris ngaliga pada undagan/ tangga, di bawah
tempat tidur, dan pada pelinggih, gerdongannya membentang di depannya, kayunya ental,
burungnya gagak, artinya pada waktu uye tabiatnya dapat mengambil hati orang keluar tangkas,
kata-katanya mengherankan tidak ikut rame-rame, keinginannya perwira, pemerintah dengan
pikiran pendek, dan menyombongkan diri, tetapi tidak terus selamanya tabu terang/jelas dengan
pekerjaan yang baik, tempatkan keris membentang pada undagan/tangga, waspada dan tajam
hatinya, gerdongannya membentang di hadapannya, tidak ragu hati dengan kesenangan/terlena
dengan milik orang lain yang dicintainya, menjadi kesenangannya, sudah tidak terpakai diingat
keinginannya berlebihan dan percaya, tetapi gemar mutung, kayunya ental, panjang umurnya
besar keuntungannya, sangat kaku lengkap dari bandel hatinya, burungnya gagak, sangat
pratempayan, tidak senang dengan keramaian, waktu bahayanya kena guna-guna dan kena
perintah, patut dibayar dengan banten yang dibeli di pasar seharga 225, belikan madu dipakai
selawat utangnya, gardongannya tulah balak pindaka penolak bahaya, kala waku bertempat di
barat, selama wuku Uye jangan bepergian berpapasan kala.

Menail dewanya Sang Hyang Citragatra, memegang tombak tanpa sarung menyalal/ngliga,
kayunya tigaron burungnya spahan, membelakangi ari jambangan, artinya pada wuku menail,
tabiatnya menyombongkan diri, tahu dia berkumpul dalam keramaian, tetapi sangat angkuh, siap
juga menjaga orang yang berbuat dosa, memegang tombak ngliga, waspada runcing/tajam hatinya,
kayunya tigaron, pantang dipakai berbuat baik di dalam hutan, sedikit gunanya, tetapi bulan
dirindukannya burung spahan, pendek pikirannya dan halus akal budhinya, sedikit makannya
membelakangi air jambangan merendah perintahnya, tetapi tidak terpakai pangkat, waktu,
bahayanya terkena senjata, jalan kematiannya, patut dibayar nasi agung bubur satu catu,
dagingnya ayam besar diolah lengkap dan ikan sungai, dan sayur-sayuran selengkapnya, sambel
gepeng, selawat utangnya 9 kepeng gardongannya selawat tulak-balak, sebagai penolak bahaya,
kala wuku bertempat ditenggara, selama wuku Menail jangan bepergian berpapasan kala.

Perang bakat dewanya Sang Hyang Bisma, kaki kanannya direndam air jambangan, kayunya
tirisan/batok kelapa, burungnya urang-urangan, artinya pada waktu perang bakat wataknya kokoh
dalam hati, kelakuannya merenggut, mengringas dalam pikiran dalam lubuk hati, doyan/sering
menceriterakan keperwiraannya diikuti apabila berperang, pikirannya tidak pernah susah, tangkas
tutur katanya, dan kakinya yang kanan direndam air, kalau perintahnya, sejuk dahulu akhirnya
panas, kayunya kelapa, ia panjang umur, tegap meruntun ikut diikuti, makan minumannya dan
pakaiannya kokoh kuat lagaknya, burungnya urang-urangan ringkas segala pekerjaannya, waktu
bahayanya memanjat-manjat, tingkah lakunya patut dibayar atau ditebus dengan banten tumpeng
bubur satu catu, dagingnya sate sari bumbunya manis, sayur-sayuran selengkapnya, utangnya
tambah (cangkul) doanya alamat pinna, sebagai penolak bahaya kalau wuku bertempat di bawah
selama wuku perang bakat ajangan mencangkul tanah dan bepergian berpapasan kala.

Bala Dewanya Bhatari Durga, kayunya cemara, burungnya ayam hutan, gedongnya di depan,
artinya pada wuku bala, perbuatannya sering membuat hum-hara takut arang bila mendengarnya,
jail (usil) sering mengikuti perbuatan kotor dan buruk/jahat, tidak pernah takut pada sesama
manusia, sangat jahat, prilakunya, kayunya cemara, kata-katanya remek, comel, crewet, tidak bisa
dipakai perlindungan, dan peristirahatan, perintahnya panas tapi diikuti, burungnya ayam hutan,
pikirannya pendek dan didekati oleh orang besar, besar kesombongannya, banyak untungnya,
diterima pengabdiannya, gedongnya, bola halangannya, kena perintah dan terkena upas, patut ia
dibayar dengan banten tumpeng bubur satu catu, dagingnya ayam hitam dipanggang, sayur-
sayuran tujuh jenis, utangnya 40 kepeng, gardongannya rajukna di barat sebagai penolak bahaya,
kala wuku bertempat di barat laut, selama wuku bala jangan bepergian berpapasan/berlawanan
dengan kala.

Ugu dewanya Bhatara singajadma, wataknya pidik cerdik, banyak akalnya, banyak
pengetahuannya budinya panjang, dan gedongannya tertutup dan bertempat di belakang, tabiatnya
tangguh dalam memikirkan, kayunya wani setiap yang mengetahui heran tentang perlakuannya
makan, tidak ambil pusing buat makanan kalau diejek hiba hatinya, burungnya podang, iri dengki
lagaknya, tetapi senang berkumpul dengan orang banyak, bulannya pada wuku ugu, seperti
awang-awang, kelakuannya baik budhi dan hatinya kaluyukrah, waktu bahayanya sesama
temannya, matinya kena teluh, (sihir) dicampur ulat, patutlah ditebus/dibayar dengan banten nasi
bubur pungawan satu catu, dagingnya bebek putih sepasang diguling atau ketutu, dan jajan dibeli
dipasar berwarna-warni; gegodoh, tumpi, utangnya 10 kepeng, doanya salawat kabula, kalanya
bertempat diselatan selama wuku ugu, jangan bepergian berpapasan dengan kala.

Wayang, dewanya Bhatari sri, wataknya senang mengumpulkan sandang pangan dan minuman
yang banyak, tabah, astiti bakti, murah hati, merendah, perintah atau tutur katanya disenangi oleh
orang banyak, dan orangnya jambangan, ada didepannya dilebarkan, wataknya aryaman, sangat
baik (darma), makan dan pakaian sederhana, senang menceritakan kekayaannya, kayunya
cempaka, wataknya tidak ada kesedihan, banyak orang senang, anak-anak, remaja, tua sama-sama
senang, burungnya keker, dikasihi orang besar, dicintai teman dan sahabat, tutur katanya manis,
harum perintahnya merendah, banyak orang ingin mengabdi padanya kalau diterima, dikasihani
oleh atasannya, dan senjatanya ada dibelakang besar keinginannya, banyak yang dijamin, banyak
pegangannya, segala perintahnya pasa awalnya ringan akhirnya sukar, bulannya pada wuku
wayang, seperti lampu yang menerangi bumi dan langit, keremajaan, banyak memiliki
pengetahuan, pat artinya sinar berjalan, menjadi hinangan oleh orang banyak, waktu bahayanya
mati kena kaciarih dan ditusuk, patut ditebus dengan banten nas wiwiksa, sapi trah, dagingnya
kambing kendit diolah selengkapnya, jajannya gagodoh halus, patut disertai oleh 4 orang anak
kecil doanya panjang umur, sebagai penolak bahaya kalanya di atas, selama wuku wayang jangan
memanjat-manjat dan bepergian berpapasan dengan kala

Kelawu dewanya Bhatara Sadana, wataknya kokoh pikirannya, berketetapan hati, luhur budinya
berpikiran luas, air jambangan di depan, besar harapannya, banyak bawaannya, mabutengan hati,
gedongannya di depan, senang dipuji, suka memamerkan kekayaannya, murah hati, tetapi tidak
tulus sampai ke lubuk hati, banyak kesenangannya semuanya tidak tetap, burungnya nuri atat,
wataknya koas, bores dan hampa, sesuhu hati-hatinya pemarah, pemurah pada yang dikuasainya
tulus seperti tutur katanya, klandenya, di belakang, setiap yang keluar selalu dipikirkan bertemu
dengan asahnya, bulannya pada wuku kelawu, seperti: air menetes pada sendang, sedikit miskin
pada awalnya, setengah umur sedang-sedang, pada akhirnya kayalah mereka, perbuatannya seperti
burung dewata yang berkumpul, itulah hasil perbuatan, wataknya/tabiatnya tulusih sinihan, waktu
bahayanya dipatuk ular sebagai akhir kematiannya, patut dibayar dengan nasi bubur kwanta/dadu/,
dagingnya, bebek, ayam, ikan sawah, diolah secukupnya, doanya kabula mina, sebagai penolak
bahaya, kalanyal waktunya di utara, selama wuku kelawu jangan bepergian berpapasan dengan
kala.

Dukut dewanya Sang Hyang Agni, adat kelakuannya gagah perkasa, bersih perwira dalam hati,
istrinya cantik, menurun pada orang lain, sampai dengan putra keturunannya banyak,
gedongannya panggung (tinggi), wataknya sedikit cerdik, senang menjalani ilmu hitam,
menjalankan yang tidak patut, kayunya ental, disurati bertepi kedera sisinya, baik rupanya kurang
pantas, diirinya tempatnya tajam perolehannya jika disenangi, bulannya pada wuku dukut seperti
tuggul indah di mata pekarangan, baik rupanya api perwira tajam artinya takut pakertinya seperti
kirti ditata, wataknya kokoh, hatinya bodoh gelap, waktu bahayanya di dalam peperangan yang
menyebabkan kematiannya kelak, patut dibayar/ditebus dengan banten seperti: tumpeng liwetan
acatu, dagingnya ayam berumbun dipanggang dapat pula putihkuning, utangnya tiga setengah
kepeng, doanya selamatkan yang menyebabkan bumi ini kotor, kalanya di barat daya tempatnya,
selama wuku dukut jangan bepergian berpapasan dengan kala.

Watugunung dewanya Sang Hyang Anantabhoga dan Sang Nagagini, kelakuannya amat angker,
dapat atau senang melakukan tapa brata, Sang Anantabhoga, suka bermain diluar istana/rumah
sang Nagagini patut memadu kasih dengan suaminya, kayunya wijaya kusuma, besar
pantangannya banyak jalannya tetapi tidak senang dengan yang ramai-ramai, burungnya gogik,
besar pantangan yang dilakukannya, pratamapayan (periuk = jambangan), candinya di depan,
besar perbuatannya sengsara, sedih, penuh dengan keprihatinan, bulannya pada wuku Watugunung
seperti bintang bulan siang hari terang hatinya, tetapi tidak memiliki cahaya waktu bahayanya
terikat tergantung terikat sampai kelak kemudian, patutlah ia bayar/ditebus dengan banten,
dagingnya kaki empat yang mulus diolah selengkapnya, nasi liwetan/bubur acatu, jajannya
gagodoh, sayur-sayuran selengkapnya, bumbunya manis, ikannya sayurannya sesuai dengan
rasanya, doanya menuju keselamatan dirinya, gedongnya menuju keselamatan kala, selama wuku
watugunung jangan bepergian berpapasan dengan kala. Selesai.
Selesai ditulis pada hari kamis, umanis, wuku matal, tanggal ping 4, sasih kapat roh, O, tenggek 1
tahun saka 1910 Warsaning loka.

FILSAFAT
Dari isi ringkasan lontar gong besi dapat diambil filsafatnya yaitu:
Itu sebagai pedoman yang dipakai di dunia. Segalanya dianugrahi sampai dengan ilmu nujumm,
tentang kelahiran bayi, dan tentang segala kutuk.Sebab itu sebagi pegangan yang baik dan buruk
di seluruh dunia.Yang berupa perintah, berwujud sunyi, dan kuma namanya. Semua itu ada yang
berupa keburukan atau kebaikan kenyataannya. Ada yang utama, itu yang sebagai panutan prilaku,
yang menuntun semua makluk hidup.Menuntun segala isi dunia, demikian juga menuntun umat
manusia. Itulah yangberwujud Kala, berwujud Bhuta, berwujud Dewa, dan Bhatara kenyataannya.
Demikianlah Sekilas tentang Lontar Tutur Gong Besi, semoga bermanfaat.
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Links to this post
Buat sebuah Link



Beranda
Lihat versi web
About Me

Foto saya
budi cakepane gamabali

berusaha sesimple mungkin, dan suka membantu.. paling tidak suka dibohongi.. yg mo knalan add
PINku 7CC09865 Line: diguang thx
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai