Anda di halaman 1dari 31

Membuka Peti Naskah Sunda Kuna di Perpustakaan Nasional RI:

Upaya Rekatalogisasi
Munawar Holil (FIB UI; holilnd@yahoo.com)
Aditia Gunawan (Perpustakaan Nasional RI; rotan_jr@yahoo.com)
Pendahuluan
Naskah Sunda kuna (selanjutnya NSK) tersebar di beberapa tempat penyimpanan,
baik di dalam maupun di luar negeri, baik tersimpan dengan sistem baku dan
sistematis di lembaga penyimpanan maupun yang masih tersebar di masyarakat umum
(lih. Ekadjati, 1988; Chambert-Loir & Fathurahman, 1999: 181-188). Berdasarkan
penelusuran katalog, baik yang sudah maupun belum diterbitkan, jumlah NSK tidak
sebanyak naskah Sunda baru dan naskah Jawa kuna, misalnya. Lembaga yang
menyimpan NSK di antaranya adalah Perpustakaan Nasional RI (selanjutnya PNRI)
di Jakarta, Museum Sri Baduga di Bandung, Perpustakaan Universitas Leiden di
Belanda, dan Bodleian Library di Inggris (band. Ekadjati, 1988; Rickleff &
Voerhoeve, 1977).
Selain di lembaga-lembaga tersebut, NSK juga disimpan di kabuyutan: daerah
yang disucikan kelompok masyarakat tertentu di Tatar Sunda, seperti Kabuyutan
Ciburuy-Garut dan Kabuyutan Koleang, Jasinga-Bogor. Pada saat ditemukan, dapat
diketahui bahwa naskah Sunda kuna bukan lagi menjadi tradisi yang hidup di
masyarakat, karena tidak ada seorang pun yang dapat membacanya 1. Di Ciburuy
diketahui ada sekitar 30 naskah yang telah dialih-mediakan oleh Andrea Acri melalui
program British Library2 dan saat ini sedang diusahakan deskripsi singkatnya oleh
Undang A. Darsa3. Sebelumnya Saleh Danasasmita dkk (1986) melaporkan 27 naskah
dari Kabuyutan Ciburuy.4 Kabuyutan Kolang Cicanggong di Jasinga Bogor rupanya
masih menyimpan beberapa NSK, meskipun belum ditelusuri lebih jauh. Seperti
diketahui, pada awal abad ke-20, beberapa naskah daun dari wilayah ini diberikan
kepada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) dan saat
ini menjadi koleksi PNRI (Krom, 1914: 32). Selain itu, tercatat pula beberapa NSK

3
4

E. Netscher, Iets over eenige in de Preanger-regentschappen gevonden Kawi-handschriften


Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap, I (TBG I, 1853: 469-479).
Lihat Retrieving heritage: rare Old Javanese and Old Sundanese manuscripts from West
Java (stage one) dalam http://www.bl.uk/about/policies/endangeredarch/2009/acri.html. Hasil alih
media tersebut sudah dikirimkan ke PNRI, tetapi belum dapat dilayankan karena masih dalam tahap
pengolahan.
Informasi dari Bapak Undang A Darsa melalui SMS Tgl 20 Mei 2010.
Dalam laporannya, Kropak 408 (Sewaka Darma) dan Kropak 630 (Sanghyang Siksakandang
Karesian): Transkripsi dan Terjemahan (1986), tim peneliti yang terdiri dari Saleh Danasasmita,
Ayatrohaedi, Tien Wartini dan Undang A. Darsa menyebutkan bahwa mereka menyebutkan adanya
27 naskah di Ciburuy, yang bila dikalkulasikan berjumlah sekitar 1130 halaman. Selain itu, tim
mencatat di antara naskah tersebut yang masih utuh hanya 10 naskah, sementara 17 lainnya tak utuh
lagi. Di sana juga diterangkan, bahwa seluruh naskah telah dipotret dan dokumentasinya disimpan
di Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi).

yang disimpan oleh masyarakat perorangan yang tersebar di beberapa daerah, seperti
Cianjur5 dan Bandung6.
Di antara yang mengumpulkan dan menyimpan NSK, PNRI bisa disebutkan yang
paling banyak. Koleksi naskah PNRI yang sebelumnya disimpan di Museum Pusat,
Jakarta (kemudian menjadi Museum Nasional). Menurut catatan Noorduyn (1971:
151), jumlah NSK yang disimpan di Museum Pusat Jakarta berjumlah sekitar empat
puluhan naskah.
Namun demikian, hingga saat ini penelitian-penelitian teks-teks Sunda kuna
nampak tersendat. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya katalog NSK
yang informatif. Padahal, penelitian NSK telah dimulai sejak pertengahan abad ke-19.
Untuk pertama kalinya, keberadaan NSK diumumkan oleh Netscher (1853: 469-479).
NSK tersebut berasal dari Cilegon, Garut (dulu Timbanganten), yang kemudian oleh
Bupati Bandung, R. Tumenggung Suria Kerta Adi Ningrat, diberikan kepada BGKW.
K.F. Holle (1867) mengumumkan tiga NSK pemberian Raden Saleh, dalam
artikelnya yang berjudul Vlugtig Berigt omtrent Eenige Lontar-Handschriften
Afkomstig uit de Soenda-landen, door Radhen Saleh aan het Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen ten Geschenke gegeven met toepassing
of de inscriptie van Kawali (TBG 1867). Tentu, yang diupayakan Holle waktu itu
sebenarnya merupakan upaya awal pendeskripsian NSK yang diakuisisi BGKW.
Pada tahun 1872, Cohen Stuart, konservator naskah saat itu, menerbitkan katalog
pertama yang memuat deskripsi naskah BGKW, termasuk naskah kropak. Jumlah
NSK yang didaftarkan ada 21 naskah, yaitu kropak nomor 406426 yang berasal dari
Bupati Galuh. Namun, deskripsi NSK yang dibuatnya hanya sebatas nomor naskah,
ukuran, jumlah halaman, dan judul.
Upaya katalogisasi NSK baru diusahakan kembali oleh Edi S Ekadjati pada tahun
1988. Beliau mendaftarkan 89 NSK koleksi PNRI, termasuk NSK yang sudah diteliti.
Sayangnya, deskripsinya sangat ringkas, hanya berupa tabel yang memuat informasi
tentang judul7, kode naskah, dan jumlah halaman. Deskripsinya belum disertai
informasi lain yang dibutuhkan seperti bahasa, aksara, ringkasan isi, dll. Kiranya
penyusun katalog mendaftarkan NSK berdasarkan asumsi bahwa peti nomor 15, 16,
17, 18, dan 25 diperkirakan berisi NSK. Ternyata setelah ditelusuri, dalam peti nomor
17, 18, dan 25 tidak terdapat satu pun NSK.
Demikian juga dengan Behrend (1998) yang mendaftarkan hampir semua naskah
yang disimpan di PNRI, termasuk di dalamnya NSK. Tetapi hasil inventarisnya perlu
diperiksa kembali terutama berkenaan dengan deskripsi NSK yang diberikannya. Di
situ, NSK sendiri tidak dimasukkan ke dalam kelompok yang terpisah dalam indeks
bahasa yang disusunnya, sehingga dapat menyulitkan upaya penelusuran terhadap
NSK yang terdapat di PNRI (Behrend, 1998: 459-596).
5

Tercatat satu buah NSK yang ditulis pada bambu dalam inventarisasi yang dilakukan oleh
Yetti Kusmiati Hadish, dkk. dari daerah Mande, Cianjur. Isi naskah berupa silsilah Prabu Siliwangi
(1985: 96-97).
Sekurang-kurangnya ada dua NSK yang ditemukan di Bandung, yaitu milik H. Sukandi yang
bertempat tinggal di Cijenuk, Sindangkerta (Ekadjati, 1988: 431) dan milik Abah Cahya dari
Antapani Bandung. Naskah Abah Cahya berupa terdiri dari lima lempir lontar dan telah dialihmediakan oleh Tedi Permadi (UPI Bandung).
Tidak semua NSK yang didaftarkan disertai judul, dari 89 naskah yang didaftarkan, hanya 9
naskah yang diberi judul (periksa Ekadjati, 1988: 155-156).

Dari uraian di atas, memang upaya katalogisasi NSK telah dilakukan. Namun,
karena deskripsi naskah yang diberikan demikian sederhana, sehingga tidak cukup
memberikan akses yang memadai bagi para peneliti dalam melakukan penelusuran
naskah. Selain itu, deskripsi NSK koleksi PNRI selama ini ditempatkan bersama-sama
dengan naskah lain, tidak ditempatkan secara khusus. Padahal, NSK memiliki
karakteristik yang berbeda dengan naskah-naskah dari daerah lain, bahkan dengan
naskah Sunda (baru).8 Oleh karena itu, kami menganggap bahwa upaya rekatalogisasi
NSK yang ada di PNRI, perlu dilakukan.
Isi Makalah
Pusat perhatian kami dalam tulisan ini hanya tertuju pada NSK koleksi PNRI.
Tujuannya pun sangat sederhana, yaitu menyajikan deskripsi NSK di PNRI sejauh
pengetahuan kami. Tetapi sebelum kita mendiskusikan lebih jauh topik di atas,
sebaiknya kami sampaikan beberapa pertimbangan yang kami lakukan dalam
menentukan naskah yang dikategorikan sebagai NSK. Beberapa pertimbangan yang
kami lakukan dalam menentukan NSK adalah berdasarkan pada:
(1) Aksara. Aksara yang kami maksud adalah aksara Sunda kuna yang memiliki
karakter yang mandiri, yang bisa dibedakan dengan jenis-jenis aksara dari daerah
lain.
(2) Bahasa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda kuna yang dapat dibedakan
dengan bahasa Sunda moderen.
(3) Media. Media yang kami pilih adalah lontar, nipah, bambu, dan daluwang. Meski
beberapa naskah nipah berbahasa Jawa kuna, namun kami kategorikan sebagai
NSK karena hampir semua naskah berasal dari Jawa Barat.9 Naskah kertas Eropa
hasil alih-aksara atas NSK tidak dideskripsikan, tetapi ditambahkan pada NSK
yang dideskripsikan sebagai keterangan bahwa NSK tersebut telah
ditransliterasikan.
(4) Kolofon yang mencantumkan tempat penulisan naskah.
(5) Asal naskah, yang memberikan informasi diperolehnya naskah tersebut menjadi
koleksi BGKW dan kemudian PNRI.10
Pada kesempatan yang baik ini, hal yang akan kita diskusikan terkait dengan hasil
penelusuran kami terhadap NSK di PNRI adalah sebagai berikut: (a) gambaran umum
NSK di PNRI, (b) bahan tulis NSK, (c) aksara dan NSK, dan (d) waktu dan tempat
penulisan NSK berikut pengarang/penyalinnya.
Tentu masalah-masalah tersebut bukan persoalan sederhana, karenanya uraian
yang disajikan dalam makalah ini lebih merupakan gambaran umum saja, dan semoga
pada akhirnya, menjadi petunjuk bagi siapa saja yang berminat mengkaji NSK secara
lebih mendalam.
8

10

Hal ini juga disinggung oleh Henri Chambert Loir & Oman Fathurahman pada saat
membicarakan naskah Sunda (baru) dan Sunda kuna (1999: 181).
Pigeaud menyebut kelompok naskah nipah sebagai old Javanese religious treatise mostly
from West Java (I: 1967: 55)
Informasi mengenai asal naskah didapatkan dari catatan kepurbakalaan N.J. Krom & F.D.K
Bosch (1914) dan Notulen BGKW (NBG) sejak tahun 1866-1914.

a. Gambaran umum
Pada umumnya NSK berasal dari wilayah Priangan, seperti Bandung, Sumedang,
Garut, Ciamis, dan Majalengka. Tetapi ada sejumlah kecil NSK yang berasal dari luar
wilayah Priangan, seperti dari Jasinga, Tangerang, dan Pekalongan. NSK diperoleh
melalui beberapa cara, yakni dengan cara pembelian melalui perantaraan para asisten
residen di wilayah yang dipimpinnya. Selain itu, para bangsawan Sunda pada paruh
kedua abad ke-19, seperti Bupati Galuh R.A.A. Kusumahdiningrat (1839-1886) dan
Bupati Bandung Wiranatakusumah IV (1846-1874) memberikan NSK kepada BGKW
dalam jumlah yang cukup banyak, selain NSK pemberian Raden Saleh dari wilayah
Galuh (Holle, 1867). Ada pula NSK yang berasal langsung dari kabuyutan di wilayah
Wanareja Garut dan Jasinga Bogor. Proses akuisisi NSK dari wilayah Priangan kepada
lembaga BGKW dimulai dari pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Sejak
saat itu, setelah mengalami beberapa perubahan kelembagaan sampai menjadi PNRI,
koleksi NSK belum bertambah.
NSK koleksi PNRI disimpan dalam laci kabinet (dahulunya peti) yang bernomor
koleksi. Penomoran koleksi tidak mengalami perubahan yang berarti, sesuai dengan
pengkodean awal yang dilakukan oleh lembaga sebelumnya (BGKW). Dahulunya
naskah-naskah lontar disebut kropak. Sebagian naskah disimpan di kotak kayu,
sebagian lagi diapit oleh pengapit kayu. Kebanyakan naskah dibungkus kertas jepang,
dan disimpan dalam kotak karton bebas asam.
Dari hasil penelusuran dapat diketahui bahwa NSK yang terdapat di PNRI
berjumlah 63 naskah. Lima naskah tidak diketahui lagi keberadaannya, yaitu KBG 74
(Waruga Guru) L 410 (Ratu Pakuan), L 411 (Ratu Pakuan), L 419 (Kawih
Paningkes), dan L 639 (Serat Buana Pitu).11 Artinya, naskah yang ditemukan di PNRI
berjumlah 58 naskah. Semua NSK belum dibuatkan mikrofilm 12, tetapi tahun 2010
sedang diusahakan digitasinya oleh Pusat Studi Sunda bekerja sama dengan PNRI atas
prakarsa Ajip Rosidi.
Susunan lempir sebagian naskah telah acak. Apakah ketidak-urutan ini sudah
terjadi ketika pertama kali naskah diterima oleh BGKW atau mengalami perubahan
kemudian, sulit dipastikan. Tetapi apabila melihat salinan-salinan yang dilakukan
Holle, Pleyte, dan Brandes, pada umumnya urutan lempir masih berurutan.
Kondisi fisik naskah bervariatif, tetapi umumnya dalam keadaan cukup baik dan
terawat. Naskah-naskah tanpa pengapit kebanyakan telah lapuk, bahkan hampir
hancur. Penempatannya pun kadang bercampur dengan naskah lain, seperti naskah L
1** peti 88 yang tercampur dengan naskah lontar dari Bali.
Hanya ada satu NSK yang berilustrasi, yaitu L 626 yang berjudul Sanghyang
Swawar Cinta. Ilustrasi berupa gambar ular dan manusia. Teks Sanghyang Swawar
Cinta berisi rajah panjang serta petunjuk peribadatan dan tapa.

11

12

L 410 dan L 411 diperkirakan sebelumnya ada karena pernah dideskripsikan dalam Katalog
Naskah (tulisan tangan) koleksi Pleyte (Plt. 44 peti 121) dan diteliti oleh Atja (1970); L 419
dideskripsikan sebelumnya oleh Ekadjati (1998: 155), sedangkan L 639 dideskripsikan sebelumnya
oleh Behrend, dkk. (1998: 348).
Naskah PNRI yang telah dibuatkan Mikrofilm berjumlah 4621 dari sekitar 9870 naskah
(sekitar 47%) pada tahun 1990-1996, dilanjutkan pada tahun 2002 dengan pembuatan Mikrofilm
dari sekitar 400 naskah Merapi-Merbabu (lih. Behrend, dkk., 1998: xiii; Setyawati, dkk., 2002).

Gambar 1. Ilustrasi dalam naskah Sunda kuna (L 626)

Para peneliti Belanda sekaligus kolektor naskah di PNRI seperti K.F. Holle, C.M.
Pleyte dan J.L.A Brandes telah mengalihaksarakan beberapa NSK dalam aksara Jawa
dan Latin diatas kertas Eropa.13 Alih-aksara yang dibuat oleh ketiga sarjana tersebut
bermanfaat sebagai perbandingan teks, terutama ketika berhadapan dengan naskah
yang susunan lempirnya telah acak. Dapat diketahui bahwa beberapa hasil alih-aksara
tersebut dilakukan ketika kondisi lempir naskah masih berurutan.
Anggapan umum bahwa kebanyakan NSK merupakan codex uniqus atau berupa
naskah tunggal perlu dipertanyakan kembali, karena setelah dilakukan penelusuran
ternyata sebagian NSK memiliki salinan pada naskah lain. Salah satu contohnya
adalah teks Swaka Darma yang terdapat dalam naskah L 408, L 424.I, dan L 425;
teks Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang terdapat dalam L 1**, L 624 dan L
630; demikian pula teks Carita Purnawijaya (L 416, L 423, dan L 424.II). Untuk lebih
jelasnya pembaca dapat melihat lampiran makalah ini.
NSK koleksi PNRI yang telah diteliti berjumlah 16 naskah, dan memiliki
keragaman dalam proses penggarapannya. Dengan demikian, jalan untuk meneliti
NSK, setidaknya secara kuantitatif, masih sangat terbuka.
b. Bahan
Bahan yang digunakan sebagai media tulis NSK di PNRI ada empat jenis, yaitu:
lontar, nipah, bambu, dan kertas daluang. Bahan yang paling banyak ditemukan di
PNRI adalah lontar (33 naskah), kemudian nipah (20 naskah), bambu (3 naskah) dan
daluwang (2 naskah).
Lontar dan nipah yang digunakan sebagai media menulis sempat tercatat dalam
teks Sanghyang Sasana Maha Guru (L 621), sebuah teks dari abad ke-16, sebagai
salah satu di antara sepuluh media yang digunakan untuk menulis karya pada
jamannya.
Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring taal, dingaranan ta ya carik,
aya ta meunang utama, knana lain pikabuyutaneun. Diturunkeun deui,

13

Naskah salinan ketiga sarjana Belanda ini tersebar di beberapa peti PNRI, diantaranya peti 89
(koleksi Holle), peti 119 dan 121 (koleksi Pleyte), 101 NBR dan LBR (koleksi Brandes).

sa(s)tra mu(ng)gu ring gebang, dingaranan ta ya ceumeung, ini ma ia


pikabuyutaneun. (Lempir 14v)
(Diturunkan lagi, tulisan di atas daun lontar, dinamakan carik goresan,
jika ada itu akan mendapat keutamaan, karena bukan untuk (disimpan) di
kabuyutan. Diturunkan lagi, tulisan di atas gebang, dinamakan ceumeung
hitam, inilah yang disimpan untuk kabuyutan).
Dari kutipan di atas dapat diketahui dua hal penting yang membedakan antara
lontar dan gebang. Pertama, tulisan di atas lontar dinamakan carik (goresan), karena
ditulis menggunakan pso pangot (pengutik) dengan cara digores. Sementara tulisan
di atas gebang yang dinamakan ceumeung hitam. Jelas kiranya, bahwa yang
dimaksud gebang adalah nipah, yang menunjukkan ciri yang sama karena ditulis
menggunakan tinta hitam. Menurut Holle (1882: 17) naskah daun nipah ditulis
menggunakan tinta organik yang berasal dari hasil olahan nagasari dan damarsela,
sedangkan pena yang digunakan adalah batang lidi pohon aren (Sunda: harupat).
Kedua, perbedaan penggunaan media rupanya turut membedakan fungsi
tulisannya. Naskah lontar bukan untuk kabuyutan (lain pikabuyutaneun), melainkan
bagi pembaca (atau pendengar) sebagai sarana memperoleh keutamaan (meunang
utama), sedangkan naskah nipah memang untuk kabuyutan (pikabuyutaneun).
Keterangan ini sesuai dengan kenyataan, karena umumnya naskah lontar berbentuk
puisi yang pola metrumnya berkaitan erat dengan carita pantun14, tradisi lisan Sunda
di masa lalu. Artinya, teks-teks di atas daun lontar, lebih memungkinkan untuk
ditampilkan secara lisan dalam sebuah pertunjukan carita pantun, sehingga menjadi
pertunjukan yang dikenal luas oleh masyarakat. Sementara naskah nipah, yang hampir
semuanya berbentuk prosa didaktis, berisi risalah keagamaan yang diajarkan sang
pandita kepada sang swaka darma. Hal ini diperkuat dengan pengaruh penggunaan
bahasa Jawa kuna, sebagai bahasa pengantar keagamaan, yang cukup dominan dalam
naskah nipah.
Naskah bambu pada umumnya berisi teks pendek. Dari ketiga naskah bambu
yang ditemukan, semuanya berisi teks ringkas keagamaan. Teks Kaleupasan (L 426
B), contohnya, hanya berisi satu baris/ bilah, dan berisi mantra pendek untuk
mencapai pembebasan terakhir. Selain itu, tidak ada naskah bambu yang berkolofon.
Dan sayangnya sampai sejauh ini, belum ada satupun naskah bambu yang telah
diumumkan dan diteliti.

14

Kaitan antara teks Sunda kuna dan tradisi lisan Sunda carita pantun telah dibicarakan
Noorduyn dan Teeuw (2006: 279)

Gbr1. NSK lontar, nipah, dan bambu

Sedangkan NSK yang ditulis di atas kertas daluwang15 diperkirakan berasal dari
masa yang lebih muda. Hal tersebut terlihat dari penggunaan bahasa Jawa (baru) dan
isi naskah yang berupa risalah keagamaan (Islam). Sejauh ini hanya satu naskah
daluwang yang telah diumumkan, yaitu teks Waruga Guru (WG)16 oleh Pleyte
(1913:362-404). Teks WG diperkirakan berasal dari abad ke-18. Isinya cukup
menarik, yaitu mengemukakan sesuatu dari zaman pra-Islam, tetapi unsur-unsur
budaya Islam telah mempengaruhi teks tersebut. Hal tersebut terlihat dari penggunaan
kosakata alam, gaib, nabi, dunya; dan penyebutan nama Nabi Adam, Sis, dan Nuh.
Itulah kiranya naskah WG dikelompokkan oleh Ekadjati ke dalam naskah dari masa
peralihan (Ekadjati, 2006: 205).
c. Aksara dan bahasa
Aksara yang digunakan untuk menulis NSK di PNRI dapat dibedakan menjadi
tiga jenis aksara. Menurut Noorduyn ketiga aksara tersebut termasuk anggota aksara
yang berasal dari India (1971: 151-2). Jenis yang pertama adalah aksara yang
diterakan dengan tinta pada daun nipah dan berkaitan erat dengan aksara dalam
prasasti-prasasti Jawa kuna. Aksara tipe ini memiliki sistem bunyi yang lebih banyak
dibandingkan kedua tipe aksara yang akan dibicarakan kemudian, karena terdapat
bunyi retofleks dan disamping bunyi dental t dan d; bunyi sibilan (palatal) dan
(retofleks), disamping s (dental). Aksara tipe ini tersedia dalam tabel aksara Holle,
yang memerikan aksara naskah daun nipah yang berasal dari Ciburuy, Talaga, dan
Galuh (1882), Pigeaud (1967-1970, III: 21 plate 22), dan Undang A Darsa dalam edisi
teks Sanghyang Hayu (1998: 135-139).
Aksara tipe kedua, yang diterakan diatas daun lontar, bambu, dan kertas
daluwang memiliki kekhasan tersendiri. Bentuk grafisnya menunjukkan
perkembangan yang menarik di Tatar Sunda. Prasasti di Jawa Barat yang
menggunakan aksara ini adalah prasasti Astana Gede-Kawali yang berasal dari abad
ke-14 (Pleyte, 1911: 165). Sistem bunyi yang diwakili oleh aksara tipe ini lebih
sederhana dibandingkan dengan tipe yang disebut pertama. Dalam aksara ini tidak
ditemukan aksara yang mewakili bunyi , , , , dan . Karena ciri khasnya yang bisa
dibedakan dengan jenis aksara daerah yang lain, para peneliti NSK menyebut aksara
ini sebagai aksara Sunda kuna. Aksara ini telah digambarkan pada tabel Holle (1882),
Pleyte (1913: 423), Atja (1970: 26), Saleh Danasasmita (1987: 175), dan Noorduyn &
Teeuw (2006:433-435).
Aksara jenis ketiga agaknya merupakan pengecualian, karena sejauh ini hanya
diwakili oleh satu naskah, yaitu L 506 yang berjudul Kala Purbaka. Aksara tipe ini
dituliskan di atas daun lontar yang bentuk grafisnya menunjukkan kemiripan dengan
aksara pada naskah-naskah yang berasal dari Merapi-Merbabu (Band. Molen, 1983:
293-294 dan Wiryamartana, 1990: lampiran II). Menariknya, naskah ini berasal dari
wilayah Pekalongan, bukan dari Jawa Barat, tetapi menggunakan bahasa Sunda kuna.
15

16

Istilah daluwang dalam teks Sunda kuna merujuk pada kulit kayu sebagaimana tertuang
dalam teks Sunda kuna Sanghyang Swawar Cinta (L 626 lempir 9r): daluwang kulit ning kayu
(daluang kulit dari kayu).
Kemungkinan besar naskah WG dahulu merupakan koleksi BGKW dengan no koleksi BG 74
yang saat ini naskahnya tidak lagi terdapat di PNRI. Lihat edisi facsimile dalam lampiran artikel
tersebut (Pleyte, 1913: 362).

Aksara tipe ini telah digambarkan dalam tabel aksara yang dibuat Gunawan dan
Kriswanto (2009: 125).
Tabel 1. Perbandingan Tiga Tipe Aksara dalam NSK

Bahasa yang digunakan dalam NSK adalah bahasa Sunda kuna dan bahasa Jawa
kuna. Di samping itu digunakan juga bahasa Jawa, bahasa Arab, dan bahasa
Sansekerta. Bahasa Sunda kuna dan Jawa kuna lebih banyak digunakan. Bahasabahasa tersebut tidak berdiri sendiri dalam sebuah teks, melainkan bahasa yang satu
dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Setiap naskah menunjukkan ciri-ciri
bahasa yang dominan digunakan.
Bahasa Sunda kuna yang secara dominan digunakan ditemukan dalam teks
Carita Parahyangan (L 406), Carita Purnawijaya (L 416 dan L 423), Sanghyang
Siksa Kandang Karesian (L 630 & L 624), Swaka Darma (L 408), Carita Ratu
Pakuan (L 410), Kawih Paningkes (L 419 & L 420), dll. Bahasa Sunda kuna memiliki
ciri khas kebahasaan tersediri yang bisa dibedakan dengan bahasa Sunda moderen.
Kajian-kajian bahasa Sunda kuna, terutama kajian leksikologi, telah dilakukan.
Hal tersebut ditandai dengan diterbitkannya beberapa kamus dwi-bahasa Sunda kunaIndonesia (Hermansoemantri, dkk, 1987; Suryani & Undang A. Darsa, 2003; dan ).
Noorduyn dan Teeuw mengkaji sistem bunyi dan morfologi Sunda kuna, dan
mendaftarkan kata-kata Sunda kuna yang terdapat pada tiga teks puisi Sunda kuna
yang disuntingnya (2006: 30-72 dan 331-429). Para peneliti kebahasaan Sunda kuna
mengarahkan perhatiannya terutama pada tataran fonologi dan morfologi. Kajian
sintaksisnya nyaris tidak ada, hal ini mungkin disebabkan sedikitnya sumber teks
prosa Sunda kuna yang telah tersedia.17
Penggunaan bahasa Jawa kuna yang dominan antara lain terdapat pada teks
Sanghyang Hayu (L 634, L 637, dan L 638), Siksa Guru (L 633), Arjunawiwaha (L
641), dan Bimaswarga (L 623). Yang layak dicatat, pada umumnya penggunaan
bahasa Jawa kuna yang dominan terdapat pada naskah nipah dan pada teks yang
17

Hal ini agak berlainan dengan keadaan penelitian bahasa Jawa kuna dengan sumber parwa
(prosa) yang dapat diandalkan. Teks prosa Sunda kuna sangat terbatas, dan kebanyakan berupa teks
didaktis yang berisi risalah keagamaan tanpa alur, dan kebahasaannya mengandung kosakata
keagamaan yang cukup rumit.

berbentuk prosa. Kedudukan bahasa Jawa kuna dalam khasanah Sunda kuna telah
didiskusikan secara singkat oleh Darsa (1998: 41-48), Ayatrohadi (1988), dan
Noorduyn & Teeuw (2006: 65-68).
Penggunaan bahasa Arab yang dominan terdapat dalam teks Bacaan Shalat (L
421) berisi bacaan shalat dari mulai niat shalat hingga mengucapkan salam dalam
bahasa Arab tanpa disertai terjemahan. Meski demikian, terdapat sejumlah kecil
kosakata Arab dalam teks-teks Hindu-Buda, seperti dalam teks Carita Parahiyangan
(L 406.I), dimana ditemukan kata dunya dan niat.
Bahasa Jawa (baru) ditemukan pada naskah daluwang (KBG 75 dan 76) yang
berisi ajaran agama Islam. Pengaruh bahasa Jawa, walaupun tidak dominan, juga
terdapat dalam teks Kala Purbaka (L 506).
Bahasa Sansekerta digunakan terutama dalam kosakata serapan dan terdapat
dalam siloka-siloka pendek dalam teks prosa, seperti yang terdapat dalam Sanghyang
Sasana Maha Guru18 (L 621) dan Sanghyang Siksa Kandang Karesian19 (L 630).
d. Waktu, tempat, dan pengarang
Para penulis NSK jarang mencantumkan angka tahun penulisan dalam kolofon.
Berdasarkan NSK yang menyebut angka tahun, naskah paling tua adalah
Arjunawiwaha (1256 /1344 M) dan yang paling muda adalah Sanghyang Hayu
(1445 /1523 M). Tetapi bila ditambah dengan teks tanpa angka tahun, seperti teks
Waruga Guru yang diperkirakan ditulis pada abad ke-18 (Pleyte: 1913), artinya tradisi
penulisan NSK telah berlangsung paling tidak selama empat abad (abad 1418).
Cara penulis NSK menuliskan waktu karyanya, cukup beragam. Beberapa naskah
mencantumkan waktu penulisan secara lengkap (hari, bulan, dan angka tahun), seperti
yang terdapat dalam teks Arjunawiwha (L 641) dan Sang Hyang Hayu (L 638). Ada
pula naskah yang hanya mencantumkan angka tahunnya, seperti Sang Hyang Hayu (L
634). Naskah yang hanya mencantumkan bulan penulisan cukup banyak, di antaranya
teks Pitutur ning Jalma (L 610), Sanghyang Sasana Maha Guru (L 621), Bimaswarga
(L 623), Sri Ajnyana (L 625), Sanghyang Swawar Cinta (L 626), dan Siksa Guru (L
633). Sedangkan teks yang hanya mencantumkan nama hari saja ditemukan dalam
Warugan Lemah (L 622). Yang menjadi catatan menarik, teks yang ditulis di daun
lontar tidak ada yang mencantumkan angka tahun.
Ada kecenderungan bahwa NSK ditulis di sebuah batur (petapaan) dan mandala
(tempat tinggal kalangan agama) yang terletak di gunung, kecuali teks Carita Jati
Mula (L 1097) yang ditulis di laut (sagara wissa?). Hal ini terlihat dari cukup
banyaknya penggunaan kata bukit, gunung, dan giri pada kolofon. Nama gunung
tersebut kebanyakan merupakan nama purba, dan umumnya belum teridentifikasi
dengan pasti letak geografisnya. Beberapa gunung telah diidentifikasi, seperti Gunung
Larang Sri Manganti yang diidentifikasi sebagai nama lama dari Gunung Cikuray

18

19

Siloka 4:
Alkiem sitem getem, j(e)rebanem kadaranem,
sudem palaharasiem, nakabath guru mwath. (lempir 9r)
Bag. XV: tadaga carita hangsa, gajendra carita banem
matsyanem carita sagarem, puspanem carita bangbarem.

(Garut) saat ini20. Namun, Gunung Cikuray pun cukup banyak disebut dalam kolofon
naskah.21
Apabila keterangan dari teks Bujangga Manik (BM) dapat diandalkan, maka
beberapa gunung atau daerah penulisan NSK dapat ditelusuri lebih jauh. Contohnya
adalah wilayah Mahapawitra, tempat penulisan teks Sanghyang Sasana Maha Guru
(L 621), Sanghyang Hayu (L 634 & L 637), dan Siksa Guru (L 642) yang juga tercatat
dalam teks BM (baris 1261) sebagai tanggeran poros na panahitan di panahitan
(sekarang Pulau Panaitan). Demikian juga Gunung Kumbang, tempat penulisan teks
Swaka Darma (L 408), yang tercatat dalam teks BM (baris 1192-1193) sebagai
tanggeran poros alas Maruyung daerah Maruyung. Noorduyn & Teeuw menduga
bahwa Gunung Kumbang kemungkinan terletak di belahan barat Jawa Tengah, yang
di sekitarnya ada Gunung Maruyung (2006: 153).
Dari sumber yang tidak banyak, terbatas pula informasi tentang pengarang (atau
penyalin) NSK. Sangat sedikit nama yang dapat diperoleh dari kolofon. Para penulis
teks Sunda kuna cenderung menyembunyikan identitasnya. Cukuplah bagi seorang
penulis untuk menyebut dirinya sebagai cucu atau buyut seseorang yang sedang
bertapa di suatu tempat, seperti cucu Sang Sida (L 610), buyut dari Ni Dawit (L 408),
dan buyut Tjanagara (L 626).
Tetapi terdapat satu nama yang cukup menonjol, yaitu Kai Raga. Dia disebut
dalam kolofon naskah L 410, L 419, L 423, dan KBG 75. Apakah Kai Raga seorang
pengarang atau penyalin naskah-naskah tersebut, belum dapat dipastikan. Tetapi
apabila kita melihat bahwa NSK yang berisi teks agama Islam (KBG 75) juga
menyebutkan nama Kai Raga sebagai penulis, maka hipotesis sementara mengarahkan
kita pada kemungkinan kedua. Atau mungkinkah Kai Raga itu bukan nama,
melainkan istilah jabatan juru tulis pada masanya?
Penutup
Apa yang kami kemukakan pada kesempatan kali ini hanyalah gambaran umum
dari NSK yang tersimpan di PNRI. Ibarat melukis lautan, mungkin upaya kami
hanyalah menampilkan permukaan air laut dengan riak-riak kecil yang tampak tenang,
tidak menjangkau relung-relung keindahan dari samudera kebudayaan Sunda pada
masa lalu. Karena itu kami berharap adanya juru selam baru yang mampu
menjelajahi lebih dalam khasanah NSK yang kaya akan warna itu.
Leuwih lwangan, kurang tinabeuhan. Pun.
Depok/Salemba, Mei-Juli 2010
Munawar Holil & Aditia Gunawan

20
21

Lihat Pleyte (1914: 371) dan Atja (1970: 20-22)


Lihat L 610, L 623, dan L 626 pada lampiran makalah ini.

10

Bibliografi
Atja, 1968, Tjarita Parahijangan: Naskah Titilar Karuhun Urang Sunda Abad ka-16
Masehi. Bandung: Jajasan Kebudajaan Nusalarang.
--------, 1970, Ratu Pakuan: tjerita Sunda-kuno dari lereng Gunung Tjikuraj.
Bandung: Lembaga Bahasa dan Sedjarah.
Atja dan Saleh Danasasmita, 1981a, Sanghyang Siksa Kandang Karesian; (Naskah
Sunda Kuno tahun 1518 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan
Permuseuman Jawa Barat.
--------, 1981b, Amanat dari Galunggung (Kropak 632 dari Kanuyutan Ciburuy
Bayongbong-Garut). Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa
Barat.
--------, 1981c, Carita Parahiyangan (transkipsi, terjemahan dan catatan). Bandung:
Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.
Ayatrohadi, 1988, Serat Dewabuda; Laporan Penelitian. Bandung: Bagian Proyek
Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ayatrohadi dan Munawar Holil, 1995, Kawih Paningkes; Alihaksara dan
Terjemahan Naskah K. 419 Khasanah Perpustakaan Nasional Jakarta. Laporan
Penelitian Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Behrend (ed.), T.E., 1998, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Katalog induk
naskah-naskah Nusantara Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole
Francaise dExtreme Orient.
Chambert-Loir, Henri dan Oman Fathurahman, 1999, Khasanah Naskah: Panduan
Koleksi Naskah-naskah Indonesia Sedunia. Jakarta: Ecole franaise dExtrmeOrient dan Yayasan Obor Indonesia.
Danasasmita, Saleh et.al., 1986, Kropak 408 (Sewaka Darma) dan Kropak 630
(Sanghyang Siksakandang Karesian): Transkripsi dan Terjemahan. Bandung:
Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi)
Direktorat Jendral Kebudayaan Dep. Pendidikan Dan Kebudayaan.
Danasasmita, Saleh et.al., 1987, Sewaka Darma (Kropak 408), Sanghyang
Siksakandang Karesian (Kropak 630), Amanat Galunggung (Kropak 632):
Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan
Dep. Pendidikan Dan Kebudayaan.
Darsa, Undang A., 1998, Sanghyang Hayu: Kajian Filologi Naskah Bahasa Jawa
Kuno di Sunda pada Abad XVI. Tesis. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Darsa, Undang A., Edi S Ekadjati, Mamat Ruhimat, 2004, Darmajati (naskah lontar
kropak 423): Transliterasi, Rekonstruksi, Suntingan, dan Terjemahan Teks.
Bandung: Universitas Padjadjaran.
Darsa, Undang A. dan Edi S. Ekadjati, 2006, Gambaran Kosmologi Sunda (Kropak
420)Silsilah Prabu Siliwangi, Mantera Aji Cakra, Mantera Darma Pamulih,
Ajaran Islam (Kropak 421), Jatiraga (Kropak 422); Studi Pendahuluan,

11

Transliterasi, Rekonstruksi, Suntingan, dan Terjemahan Teks. Bandung: PT


Kiblat Buku Utama.
Ekadjati, Edi S., 1988, Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung:
Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran dengan The Toyota Foundation.
Ekadjati, Edi S. dan Undang A. Darsa, 1999, Jawa Barat: Koleksi Lima Lembaga.
Katalog induk naskah-naskah Nusantara Jilid 5. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Ecole Francaise dExtreme Orient.
Ekadjati, Edi S, 2001, Naskah Sunda: Sumber Pengetahuan Budaya Sunda.
Prosiding Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) Jilid I. Diterbitkan
oleh Yayasan Kebudayaan Rancag bekerjasama dengan Kiblat Buku Utama.
Cetakan pertama (2006).
Gunawan, Aditia, 2009, Sanghyang Sasana Maha Guru dan Kala Purbaka (suntingan
dan terjemahan). Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Gunawan, Aditia & Agung Kriswanto, 2009, Kala Purbaka: Kisah Batara Kala dalam
Teks Sunda Kuna, Sundalana 8: 94-133. Bandung: Pusat Studi Sunda.
Hadish, Yetty Kusmiyati, dkk., 1985, Naskah Sunda Lama di Kabupaten Cianjur.
Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jawa Barat:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hermansoemantri, Emuch, A. Marzuki, Elis Suryani, 1987, Kamus bahasa Sunda
kuna Indonesia. Proyek penunjang Sundanologi Dinas P dan K Prop. Daerah
Tingkat 1 Jawa Barat.
Holle, K.F., 1867, Vlugtig Berigt Omtrent Eenige Lontar-Handschriften afkomstig uit
de Soenda-landen. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde
(TBG) 16:450-70.
--------, 1882, Tabel van Oud-en Nieuw-Indische Alphabetten. Bijdrage tot de
Paleographie van Nederlandsch-Indie. Batavia: sHage.
Krom, N.J & F.D.K. Bosch, 1914, Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in
Nederlandsch Indie. Weltevreden: Albrecht & co.
Molen, Wilem v.d, 1983, Javananse Tekskritiek: Een Overzicht en een nieuwe
benadering geillustreerd aan de Kunjarakarna. Verhandelingen van het
Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde.
Netscher, E., 1853, Iets over eenige in de Preanger-regentschappen gevonden Kawihandschriften, Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap 1: 469-479.
Noorduyn, J., 1962a, Over het eerste gedeelte van de Oud-Soendase Carita
Parahyangan, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 118:374-83.
--------, 1962b, Het begingedeelte van de Carita Parahyangan; Tekst, vertaling,
commentaar, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 118:405-32.
--------, 1971, Traces of an Old Sundanese Ramayana Tradition. Indonesia 12:151-7.
--------, 1982, Bujangga Maniks journeys through Java; Topographical data from old
Sundanese source. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 138: 413-42.
Noorduyn, J. dan A. Teeuw, 2006, Three old Sundanese poems. Leiden: KITLV Press.
12

Notulen van de algemeene en directievergaderingen van het Bataviaasch


Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (NBG), Deel IV, 1867, Batavia:
Lange & Co.
--------, Deel XIII, 1875, Batavia: Bruining & Wijt.
--------, Deel XV, 1878, Batavia: W. Bruining.
--------, Deel XVIII, 1881, Batavia: Bruining & Co.
--------, Deel XXI, 1884, Batavia: W. Bruining & Co.
--------, Deel XXII, 1885, Batavia: W. Bruining & Co.
--------, Deel XXIII, 1886, Batavia: Albrecht & Co.
--------, Deel XXVIII,1891, Batavia: Albrecht & Rusche.
--------, Deel XXIX, 1892, Batavia: Albrecht & Rusche.
--------, Deel XXXI, 1894, Batavia: Albrecht & Rusche.
--------, Deel XXXII, 1895, Batavia: Albrecht & Rusche.
--------, Deel XLIX, 1897, Batavia: Albrecht & Co; s Hage: M. Nijhoff.
--------, Deel L, 1913, Batavia: G. KOLFF & Co; s Gravenhage: M. Nijhoff.
--------, Deel LI, 1914, Batavia: G. KOLFF & Co; s Gravenhage: M. Nijhoff.
--------, Deel LII, 1914, Batavia: G. KOLFF & Co; s Gravenhage: M. Nijhoff.
--------, Deel LIII, 1915, Batavia: G. KOLFF & Co; s Gravenhage: M. Nijhoff.
Pigeaud, Theodore G.Th., 1967-70, Literature of Java; Catalogue raisonn of
Javanese manuscript in the library of the University of Leiden and other public
collection in the Netherlands. The Hague: Nijhoff. Three vols. [KITLV.]
Pleyte, C.M., 1913, De Patapaan Adjar Soeka Resi: ander gezegd de kluizenarij op
den Goenoeng Padang: Tweede bijdrage tot de kennis van het oude Soenda.
TBG LV: 321-428.
--------, 1914a, (met medewerking van Raden Ngabei Poerbatjaraka), Een pseudoPadjadjaransche kroniek; Derde bijdrage tot de kennis van het oude Soenda,
Tijdschrift voor Indische Taal, Land-en Volkenkunde (TBG) 56:257-80.
--------, 1914b, Poernawidjajas Hellevaart of de Volledige Verlossing. Vierde
bijdrage tot de kennis van het oude Soenda. Tijdschrift voor Indische Taal,
Land-en Volkenkunde (TBG) 16:450-70.
Poerbatjaraka, R.M.Ng., 1926, Arjuna-Wiwha. Tekst en Vertaling. s-Gravenhage:
Martinus Nijhoff.
--------, 1933, Lijst der Javaansche Handscriften in de Boekerij van het Kon. Bat.
Genootschap Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen. Jaarboek 1933.
Ricklefs, M.C. dan P. Voorhoeve, 1977, Indonesian Manuscripts in Great Britain. A
catalogue of manuscript in Indonesian languages in British public collections.
Oxford: Oxford University Press.

13

Setyawati, Kartika et.al., 2002, Katalog naskah Merapi-Merbabu Perpustakaan


Nasional Republik Indonesia, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma bekerja
sama dengan Opleiding Talen en Culturen van Zuidoost-Azie en Ocianie
Universitiet Leiden.
Stuart, Cohen, 1872, Eerste Vervolg Catalogus der Bibliotheek en Catalogus der
Maleische, Javaansche en Kawi Handschriften van het Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Batavia: s Hage, Bruining &
Wijt, M. Nijhoff.
Suryani, Elis N.S. dan Undang A. Darsa, 2003, KBSKI: Kamus Sunda Kuno
Indonesia. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
Wiryamartana, I. Kuntara, 1993, The scriptoria in Merbabu-Merapi area. Bijdragen
tot de taal-, Land- en Volkenkunde 149: 503-9.
Wiryamartana, I. Kuntara, dan W. Van der Molen, 2001, The Merapi-Merbabu
manuscripts. A negleted collection. Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Volkenkunde 157: 51-64.
Zoetmulder, P.J., 2006, Kamus Jawa kuno Indonesia. Cetakan kelima. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

LAMPIRAN
Deskripsi Naskah Sunda Kuna Koleksi PNRI

14

Pedoman Deskripsi Naskah


Nomor urut naskah berdasarkan nomor koleksi naskah, bukan berdasarkan nomor peti naskah.
Naskah dengan tanda satu bintang (*) tidak ditemukan dalam koleksi PNRI, tetapi telah
dideskripsikan sebelumnya. Transliterasi menggunakan edisi diplomatis, seperti yang
digunakan Wilem van der Molen (1983) dan Undang A Darsa (2004), dengan beberapa
penyesuaian terhadap sistem aksara dan harkat bunyi yang terdapat pada naskah. Beberapa
simbol yang digunakan adalah sebagai berikut:
Nilai & Nama
e taling (panlng)

Transliterasi
(dengan enklitik)

e pepet (pamepet)
dan eu (paneuleung)
-r (final/panglayar)

(titik atas)

-h (final/pangwisad)

-k (final)

-ng (final/ panyecek)

nga (ngalagena)

nya (ngalagena)

t (retofleks)

t (aspirat)

d (retofleks)

n (retofleks)

s (palatal)

s (retofleks)

le/leu (semivokal)

re/reu (semivokal)

1** Peti 85
Naskah lontar, serpihan, tanpa pengapit, 36,3 x 3 cm. (lempir terpanjang), 5 lempir, 4
baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs. Sunda kuna. Naskah berada dalam satu kotak karton
dengan naskah Bali dan Merbabu. Naskah hancur, patah, keropos. Tempat penulisan:
Nusakrata?, Waktu penulisan: bulan kesepuluh hari Selasa Manis.
Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Isi: Teks didaktis yang berisi aturan, pelajaran, serta
petunjuk religius dan moral. Di dalamnya cukup kaya akan gambaran kebudayaan Sunda pada
masa lalu.
AWAL TEKS: /o/ nda nihan (lontar rumpang) hakca sa sadu, dn.sa mamt.hayu ha
(lontar patah)
AKHIR TEKS: kura wuwuhan., lwi loan, adu paa sa amaca manawas.tu sa
a pun.
374 Peti 16

15

Naskah nipah, serpihan tanpa pengapit, 35 x 3,4 cm. (lempir terpanjang), 10 lempir, 4 baris/
lempir, aks Buda/Gunung, bhs Sunda kuna & Jawa kuna. Bentuk prosa. Judul pada label
Jawa/Sunda kuna?.
Isi: belum teridentifikasi lebih jauh, disebutkan tentang jati niskala, keadaan sunya (kosong)
dan acintya (tak terbayangkan).
AWAL TEKS: sunya, acintya sunya, i ruhu nika mu taya, parama taya
AKHIR TEKS: uni ka ri gabawasa yan gaway
406 Peti 15
Naskah lontar, tanpa pengapit, 22 x 3 cm., 55 lempir, 3-5 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk prosa. Lempir sudah tidak berurutan. Kondisi naskah cukup baik dan
terawat. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886) (121 Plt
44).
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
406.I
Carita Parahyangan. Isi: Cerita raja-raja yang menjadi penguasa di wilayah Sunda.
Kehancuran kerajaan disebabkan karena penyerangan pasukan Islam.
Naskah salinan: Plt.7, peti 121.
406.II
Fragmen Carita Parahyangan. Isi: kisah tokoh pendiri Kerajaan Sunda Maharaja
Trarusbawa yang bertakhta di istana Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati sebagai
penguasa Pakuan.
Naskah Salinan: No. 155, peti 89 (Ciburuy IV) (aksara Jawa).
AWAL TEKS: la car sa apati ku syi tn.dn. kana jam.baan.bawa ka tgal.dibawa ku
sa apati
AKHIR TEKS: payu ka pakwa(n) ku maharaja taruma. bawa bagawat
Naskah diumumkan oleh Holle (1867); Edisi lengkap dengan terjemahan bahasa Belanda
dilakukan Poerbatjaraka, (1919-1921), perbaikan susunan lempir dan perbaikan bacaan
terhadap edisi Poerbatjaraka dilakukan Noorduyn (1962a, 1962b, &); Atja (1968) menyajikan
teks dengan terjemahan dalam bahasa Sunda moderen; Atja dan Saleh Danasasmita (1981c)
menyajikan teks dan terjemahan dalam bahasa Indonesia; Transliterasi paling mutakhir teks
Carita Parahiyangan dan Fragmen Carita Parahiyangan dibuat Darsa & Ekadjati (1995).
407 Peti 86
Naskah lontar, 19,5 x 2,5 cm., kotak kayu, 31 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk puisi. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A Kusumadiningrat
(1839-1886) (121 Plt 44).
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Carita Raden Jayakeling. Isi: Kisah mengenai tokoh Radn Jayakeling yang menasihati adik
perempuannya Sakan Adi Larangan yang sedang murung. Diterangkan oleh Jayakeling
tentang para pohaci sebagai simbol kesempurnaan bagi para wanita.
AWAL TEKS: /o/ pin sarr nt. hudang diprm.kn. ha(n)t bna rwas. ku
i(m)piyan. a na na(h)a ta aran.na
AKHIR TEKS: tan. na pasa hjo btan. na ggo alabok. btan.na dano /// ddh anaki
mama kutima sacu(n)duk. ti kapuduwan. sadata ti kahyaan. a ai cadoli banas.pati
cadoli ti kahiyaan.
Naskah Salinan: Plt. 101, peti 119

16

408 Peti 16
Naskah lontar, pengapit kayu, 25,1 x 2,8 cm., 35 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk puisi. Kondisi lempir cukup baik dan terawat. Tempat penulisan: Kuta
Wawatan, Gunung Kumbang. Penulis: Buyut Ni Dawit. Naskah berasal dari Galuh, pemberian
R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886) (121 Plt 44).
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Kawih Panyaraman. Isi: Puisi didaktis yang berisi nasihat untuk sang swaka darma dalam
menjalankan kehidupan, sampai menuju nirwana.
AWAL TEKS: /o/ ini kawi paaraman. pikawihn. uba k arana pawrg. dama.
AKHIR TEKS: pun.sugan kura wuwuhan./o/
Naskah salinan: Plt. 60, peti 119; Plt. 124, peti 119; Plt. 75, peti 121; Plt. 76, peti 121.
Teks dan terjemahan dalam bahasa Indonesia diumumkan oleh Saleh Danasasmita, dkk.
(1987: 10-72). Penyunting memberi judul Swaka Darma.
409 Peti 15
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
409.I
Naskah lontar, 25,5 x 2,5 cm., 36 lempir, 3 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna,
bentuk puisi. Urutan lempir sudah acak. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A
Kusumadiningrat (1839-1886) (121 Plt 44).
Isi: Mantra Kapaliasan agar terhindar dari bencana.
409.II
Naskah lontar, 25,5 x 2,5 cm., 20 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna,
bentuk puisi. Urutan lempir sudah acak. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A
Kusumadiningrat (1839-1886) (121 Plt 44).
Isi: Kapaliasan. Lihat L 409.I.
AWAL TEKS: di gunu /o/ sipay /o/ /1r/ paliyas. alilikn lida gelap.kn ika hidep. /o/
paliyas. ulili lida telu kali /o/
AKHIR TEKS: tica ka idu suku, ti kca, ka ti katuhu, kakus. dniya mo sirep.mo gatiba
/o/ ja i han.t ..
Naskah salinan: Plt. 150, peti 119.
410 Peti 15*
Naskah lontar, 19 x 3 cm., 29 lempir, 3-4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna,
bentuk puisi. Berasal dari koleksi Raden Saleh (?) (121 Plt 44). Tempat penulisan: Gunung
Larang Sri Manganti.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41; Ekadjati 1988: 155.
Carita Ratu Pakuan. Isi: Bagian awal menguraikan nama pohaci dan dewa berikut
titisannya. Bagian selanjutnya menceritakan tokoh Ngambetkasih yang diarak dengan segala
kebesarannya pulang ke wilayah Pakuan dari arah timur.
Naskah salinan: Plt 44, peti 121.
Deskripsi, transliterasi dan tabel aksara dibuat Atja (1970); Transliterasi dan terjemahan
dalam bahasa Indonesia dilakukan Undang A. Darsa (2007).
411 Peti 15*

17

Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.


Isi: Ratu Pakuan. Salinan L 410? Salinan di Plt 44 Peti 121
412 Peti 15
Naskah lontar, 22,2 x 2,9 cm., 2 lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna, bentuk Prosa.
Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886) (121 Plt 44).
Naskah tidak lengkap, hanya ada bagian awal dan akhir saja.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Carita Parahiyagan (Fragmen). Isi: Lihat 406.I.
AWAL TEKS: nde nihan. carita parahiyaan. sa resi guru mayuga raja putra, raja putra
miswkn sa kandiawan.
AKHIR TEKS: kitu kawissa ka dema d cirebwan. Pun.
413 Peti 15
Naskah lontar, 13,5 x 2,3 cm., 36 lempir, 2 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna dan
Jawa, bentuk Puisi. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A Kusumadiningrat (18391886) (121 Plt 44). Judul pada label Donga Aji Jaya.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Ajaran Islam. Isi: Menerangkan tentang keimanan, amal, dan kesucian hati. Terdapat juga
bab usul fiqih yang menerangkan tentang halal dan haram.
AWAL TEKS: /o/ hli li dn.pakli kai badan. maka li maka patitis. d na jisim, maka
waluya d na jasad. aihan. rj d dawa madiya rj susuci abak.ti
AKHIR TEKS: gaw gati ri na hosan.lua teka nilaya poma-poma /o/ jap ka na brit /o/
kuli
414 Peti 15
Naskah lontar, 12,9 x 2,1 cm., 28 lempir, 3 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna dan
Jawa, bentuk puisi. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A Kusumadiningrat (18391886) (121 Plt 44).
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Ajaran Islam. Isi: Lihat L 413.
AWAL TEKS: /o/ hli li dn pakli kai badan maka li maka patitis dina jisim, maka
waluya dina jasad
AKHIR TEKS: t sarira pat tka puja rasa
415 Peti 15
Naskah lontar, pengapit kayu, 14,5 x 3 cm., 14 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk puisi. Bagian pinggir berlubang akibat serangga, tetapi secara umum
keadaan naskah masih baik. Naskah berasal dari R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886) dari
wilayah Galuh (121 Plt 44). Judul pada label Ngelmi Kapejahan.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Mantera Darma Pamulih. Isi: Mantra ruwat untuk mensucikan diri, dengan menyebut para
dewata.
AWAL TEKS: ini dama pamuli ya nis.kala aci nusiya lara na aci nu sda aci nusiya wi na
aci carita basa na bt
AKHIR TEKS: pun. telasana negeri maniku pon.na nis.tu sa aca /o/

18

416 Peti 15
Naskah lontar, 13,6 x 2,2 cm., 39 lempir, 3 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna,
bentuk puisi. Teks kiranya lengkap. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A
Kusumadiningrat (1839-1886) (121 Plt 44).
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Carita Purnawijaya. Isi: Uraian nasihat batara Wairocana kepada Purnawijaya, putera batara
Indra dan kepala kaum Bidadara dan Bidadari. Ketika Purnawijaya meninggal, seharusnya ia
mendapat siksaan neraka beratus-ratus tahun lamanya, tetapi berkat hikmah ajaran Wairocana
ia hanya mengalami siksaan sepuluh hari saja, dan pada akhirnya Purnawijaya hidup kembali
dan berjumpa dengan istrinya.
AWAL TEKS: /o/ ini carita puna wijaya sahu batara sakini hanaki sa() hiya() atma
AKHIR TEKS: sakala sugan. hamo kaliyas.san. ku na ywa arog.ga akal. ka pada jal.ma
///ooo///
Naskah salinan: Plt. 20, peti 21; Plt. 80, peti 121.
Deskripsi, transliterasi dan terjemahan dalam bahasa Belanda telah dilakukan C.M. Pleyte
(1914).
418 Peti 15
Naskah lontar, 15,1 x 2,3 cm., 9 lempir, pengapit kayu, aksara Sunda kuna, bahasa Sunda
kuna, bentuk Puisi. Naskah berlubang akibat serangga, sebagian mengenai teks. Teks tidak
lengkap. Naskah berasal dari Galuh, pemberian R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886) (121 Plt
44). Judul pada label Berekning Dagen.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Nur Illahi Isi: Teks kebatinan Islam, membicarakan nur Illahi dll.
AWAL TEKS: rasa ka weni caya ni lita rasa ka puti cayanni bumi ka puyin /o/ ha na
ca ra ka da ta sa wa la
AKHIR TEKS: katam.pa da nyemaba pinayu akala caka (lontar patah)
pu
para
sajata si la nur la (lontar patah)
419 Peti 15 *
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Kawih Paningkes. Isi: Dialog yang bersifat moral religius antara pendeta dengan pwah batari
Sri sebagai penguasa alam kahyangan. Diterangkan juga persiapan dan pelaksanaan kegiatan
peribadatan dan tapa yang benar.
Alihaksara dan terjemahan diusahakan oleh Ayatrohadi dan Munawar Holil (1995)
420 Peti 15
Naskah lontar, pengapit kayu berwarna hitam, 21 x 3 cm., 34 lempir, 5 baris/lempir, aks
Sunda kuna, bhs Sunda kuna, bentuk puisi. Tempat penulisan: Sutanangtung. Penulis: Kai
Raga. Naskah berlubang akibat ngengat, teks masih dapat terbaca dengan jelas. Judul pada
label Lesjes van Soenan Goenoeng Djati.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
Kawih Paningkes. Isi: lihat L 419
AWAL TEKS: lapa tugal.na rasa na paduum.na bumi pelaya
AKHIR TEKS: ini ka anilis. kai raga k tapa di sutta nutu (baca:nangtung?) sugan.
kura wuwuhan. wi() sadaan. (baca: sudaan)
19

Naskah salinan: Plt 44 peti 121


Deskripsi, transliterasi, rekonstruksi, dan terjemahan dilakukan Undang A. Darsa & Edi S.
Ekadjati (2006) dengan judul Kosmologi Orang Sunda.
421 Peti 15
Naskah lontar, 38,3 x 3,2 cm. (lempir terpanjang),15 lempir, 1, 3, dan 4 baris/lempir, aks
Sunda kuna, bhs Sunda kuna, Jawa dan Arab, bentuk puisi. Lempir tidak berurutan. Kondisi
naskah umumnya baik, hanya beberapa kerusakan kecil akibat serangga dan ujungnya pecah.
Judul pada label Gemengd.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:41.
421.I
Silsilah Prabu Siliwangi. Isi: Silsilah dan keturunan yang berkuasa di wilayah Sunda.
Silsilah ini diawali dari tokoh Siliwangi yang bergelar Prabu dan berakhir dengan tokoh yang
bergelar Radn. Keragaman penyebutan gelar pada tokoh diduga sesuai dengan status pada
jamannya. Teks ini tidak lengkap karena kata awal radn pada kalimat terakhir semestinya
diikuti oleh nama orang.
421.II
Mantera Aji Cakra. Isi: Mantra Penangkal Aji Cakra. Pemberian judul didasarkan pada
bunyi bait pertama ini panyukat aji cakra. Di dalam teks sangat jelas terlihat adanya
percampuran kepercayaan pribumi, Siwaisme, Budhisme, dan Islam. Tokoh sejarah Sri
Baduga Maharaja yang menimbun Rancamaya dengan tanah disebut pada bagian awal,
sedangkan bagian akhirnya terlihat adanya kepercayaan Islam yang menyatu dengan
kepercayaan pribumi yang nampak pada penyebutan Sang Ratu Limbung Gumuruh yang
menitis dari Mekah (Sunda kuna: Mkah), Sang Ratu Kilat Bancana dan Twa Darma Malulat
yang merupakan dzat mulia sempurna sifat Allah.
421.III
Mantra Darma Pamulih. Isi: lihat L 415.
421.IV
Bacaan Sholat. Isi: Bacaan sholat dalam bahasa Arab, dari mulai takbiratul ihram sampai
mengucapkan salam.
Deskripsi, transliterasi, rekonstruksi, dan terjemahan L 421 dilakukan Undang A. Darsa & Edi
S. Ekadjati (2006).
422 Peti 16
Naskah lontar, pengapit kayu, 31,4 x 3,3 cm., 14 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk puisi. Lempir tidak berurutan. Judul dalam label Jatiraga. Naskah
berasal dari R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886) dari wilayah Galuh (121 Plt 44).
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:42.
Jatiniskala. Isi: Wejangan yang disampaikan oleh sosok dewata tentang cara manusia
mencapai kelanggengan yang sejati atau jatiniskala, dengan menekankan perenungan
terhadap bayu (tenaga), sabda (ucapan), dan hdap (pikiran).
AWAL TEKS: pat. mtu sak tan hanna ya mana rasa cita hdap.,
AKHIR TEKS: aci dwata kab hurip ni hurip. kab ia nu ayuga ba
Naskah dialih-aksarakan dan diterjemahkan oleh Ayatrohaedi (1987), rekonstruksi dan
perbaikan bacaan dilakukan Undang A Darsa, dkk. (2006).
423 Peti 15

20

Naskah lontar, pengapit kayu, 28 x 4 cm., 35 lempir, aks Sunda kuna & Cacarakan, bhs Sunda
kuna. Tempat penulisan: Gunung Larang Sri Manganti. Penulis: Kai Raga. Naskah berasal
dari R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886) dari wilayah Galuh (121 Plt 44).
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:42.
Carita Purnawijaya. Isi: lihat L 416.
AWAL TEKS: sahu batara sakini anaki sai hyi atma kumaha eta sadana
AKHIR TEKS: b(na) kai raga nulis di gunu lara sri mati (mati baca: manganti)
Transliterasi, suntingan, dan terjemahan, serta perbandingan redaksi dengan kropak 416 telah
diusahakan oleh Undang A. Darsa, Edi S. Ekadjati, dan Mamat Ruhimat (2004). Peneliti
menggunakan judul Darmajati, yang diambil dari kata-kata yang terkandung dalam teks.
424 Peti 15
Naskah lontar, pengapit kayu berwarna coklat, 38,5 x 3,2 cm., 39 lempir, 4 baris/lempir, aks
Sunda kuna, bhs Sunda kuna, bentuk Puisi. Hanya 28 lempir yang ditulisi, 11 lempir kosong.
Tempat penulisan: Gunu Lara Sela. Judul pada label Donga Paningkah.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:42.
424.I
Kawih Panyaraman. Isi: Lihat L 408.
424.II
Carita Purnawijaya (1 lempir). Isi: Lihat L 416. Hanya bagian awal dari Carita Purnawijaya.
AWAL TEKS: /o/ ini kawi paaraman. pikawihn. uba k aran.na pawr g dama
AKHIR TEKS: sahu batara sakini anaki saihya atma kumaha sadana carita ku aya
k
425 Peti 16
Naskah lontar, kotak kayu, 27 x 3,1 cm., 32 lempir, 5 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda
kuna, bentuk puisi.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:42.
Kawih Panyaraman. Isi: Lihat L 408.
AWAL TEKS: ini kawi paaram.man. pikawihn.uba k arana pawereg dama
AKHIR TEKS: pun.su (lempir berlubang) kura wuwuhan.
426 B Peti 16
Naskah bambu, Ukuran panjang 14 cm, dengan lebar sisi kanan dan sisi kiri berlainan. Sisi
kanan berukuran 9 mm, dan sisi kanan 5 mm., 31 bilah, 2 bilah kosong, 1 baris/bilah, aks
Sunda kuna, bhs Sunda kuna, bentuk puisi. Naskah berasal dari Galuh.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:42.
Kapasan. Isi: Sejenis mantra untuk mencapai keadaan pembebasan terakhir (moksa).
AWAL TEKS: //ooo// wadon awissa kita mak / hya batari asi di kita /hya dwata asi di
kita/
AKHIR TEKS: hya magi hurip kita mak / hya magi asi kita mak ///ooo//magi
wahy kita mak /
426 C Peti 16

21

Naskah bambu, 31,5 x 3 cm., 6 bilah, 5 baris/bilah, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna, bentuk
prosa. Naskah berasal dari Galuh.
Deskripsi lama: [Cohen Stuart] 1872:42.
Sanghyang Jati Maha Pitutur. Isi: Risalah keagamaan singkat tentang sifat-sifat ketuhanan,
yaitu: acintya (tak terkirakan), adrasya (tak terlihat), abyapadsa (tak diketahui tempatnya),
adwaya (tak ada duanya), dll. Jika sifat-sifat tersebut terus-menerus dipelajari dan diamalkan
oleh seseorang dengan sungguh-sungguh niscaya sifat-sifat itu akan ditemukan dalam dirinya.
AWAL TEKS: /o/ acin.tyi cinta kna ta urut. nu t kapihda(p) kapiaen.n aen. kapicip.ta
kapirasa han. lamun. dipitmen. acin.tyi i kapihdap dii kapiaen.n aen. di sakan.
kapicip.ta di kapibawa rasa di adarya ta ma urut nu ha(n)t kabir ku panwan.
AKHIR TEKS: //oo// katara ja ura na jajaga arana bapa agaca yaya kara bagida raja
sulaman. cata asi rasa asi ra di hurip. lalana haran. ni uya suka radin. rasa ni uya
sulalasa nini uya ///ooo///
Naskah salinan: Plt 44 peti 121
455 Peti 16
Naskah nipah, 34,9 x 3,9 cm., 36 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda/Gunung, bhs Jawa Kuna,
bentuk Prosa. Dalam salinan Holle (260 peti 89) terdapat keterangan bahwa L 455 berasal dari
Merbabu. Mungkin naskah ini bukan dari Jawa Barat.
Bimaswarga. Isi: Kisah perjalanan Bima ke sorga menemui Batara Guru agar memberikan
anugerah sorga kepada Pandu, ayah Bima.
AWAL TEKS: om awignam astu ana sira brahmana si mawak idda, tan pahian. genika
mahatmanara
AKHIR TEKS: omkara nama siwaya, sa ba ta i tucap ucapan bimaswaga
Naskah salinan: 260 peti 89.
Deskripsi sebelumnya: Kartika Setyawati, dkk (2002).
513 Peti 13
Naskah lontar, 24, x 2,8 cm., pengapit kayu berwarna hitam, 10 lempir, 3 baris/ lempir, aks
Buda/Gunung, bhs Sunda kuna, bentuk puisi. Naskah berasal dari pemberian Friederich dari
wilayah Pekalongan. Judul semula yang diberikan oleh Friederich (tertera pada label) adalah
Oud Sundanesche (NBG 7, 1869: lampiran N).
Kala Purbaka. Isi: Kisah kelahiran dan kehidupan batara Kala (Sang Kama Salah) yang
terlahir dari kama batara Guru dan sang Ratu Maya. Diceritakan bahwa batara Kala tinggal di
tempat-tempat yang kotor.
AWAL TEKS: /o/ be()cah sahya tiga diran.dt ku sahya kala digisik. dibahan lalo ka
sabra ngarapak caka
AKHIR TEKS: sa jaya wissa ri buana /o/
Deskripsi, teks dan terjemahan dalam bahasa Indonesia diumumkan Gunawan dan Kriswanto
(2009).
610 Peti 15
Naskah lontar, pengapit bambu, 30,3 x 3 cm., 5 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk Puisi. Waktu penulisan: bulan kelima. Tempat penulisan: Gunung
Cikuray. Penulis: cucu Sang Sida, buyut Tjanagara. Naskah berasal dari sebuah kabuyutan di
Wanareja, Garut (Krom, 1914: 69; NBG 28, 1890: 55). Judul pada label Uit Kabuyutan
Wanareja.

22

Pitutur ning Jalma. Isi: menyebut nama-nama para Sanghyang beserta tempat
bersemayamnya dalam tubuh dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki.
AWAL TEKS: //oo// nihan pitutu ni jalma, hra l()ga tigadana pakuppullan.rka
maya,
AKHIR TEKS: /o/ telas. sinurat. ri wulan. kalima pun. ka nurat. buyut. tjanagara pu(n).
(n)cu sa sida bukit. cikuray. ha(m)puran. ku na sa(s)tra pun. roc lot kadi tapa yuyu
ri ta()ca kura wuwuhan. wi loloan. h kn taba ngijm. pun.
Naskah salinan: Plt.7, peti 121.
615 Peti 15
Naskah lontar, tanpa pengapit, 37,8 x 3,1 cm., 6 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk puisi. Naskah dalam kondisi yang cukup baik dan terawat.
Kawih Mahaana. Isi: Nyanyian nasihat untuk seseorang yang hendak mendirikan tapa.
AWAL TEKS: /o/ ini kawi mahaana pikawihn. bwat. makuk. pamene sahya cita
pakn.na awaun.tapa pesan.na cita nimala halugu na rasa tugal.
AKHIR TEKS: dwata sa hulun.na sau() kara() sakini anak.ki maha ad.ana mula
kabawa ku j kna ta paasakn kaduhukn. hya kala mula ..
620 Peti 86
Naskah lontar, kotak kayu berwarna coklat, 26 x 2,6 cm., 40 lempir, empat baris/lempir, aks
Sunda kuna, bhs Sunda kuna, bentuk Puisi. Sebagian margin kanan naskah di bagian awal
patah. Naskah berasal dari Bandung (Krom, 1914: 41).
Tutur Bwana. Isi: Perjalanan alegori Sang Kalasakti menuju Sang Darmajati di kahiangan.
AWAL TEKS: /o/ (lempir patah) naga, nihan. palekas. bagi(n)da terus.jati pun., basana
diguna pun., diguna na han.t tata han.t bata, han.t nu di bata (lempir patah)
AKHIR TEKS: aya sawo sato pipilikan., mwja sa dama jati, hi
Naskah salinan: Plt.7, peti 121.
621 Peti 15
Naskah lontar, 34, 3 cm x 3 cm., pengapit bambu, 39 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna,
bhs Sunda kuna, Jawa kuna dan Sansekerta, bentuk Prosa. Tempat penulisan: Desa
Mahapawitra, Gunung Jedang. Waktu penulisan: bulan keempat. Naskah berasal dari
Bandung (Krom, 1914: 41).
Sanghyang Sasana Maha Guru. Isi: Teks prosa didaktis dengan siloka Sansekreta yang
berisi ajaran Maha Pandita untuk para pengabdi darma dari mulai ajaran agama, etis, dan
hubungan kemasyarakatan.
AWAL TEKS: /o/ nde sa hya sasana maha guru aran. sa hya pustaka, sasana ma aranya
urut. nu ti hla, maha ma nu wi ti wi, tina dunya, guru ma ma arana puhun. nika rat.
kab
AKHIR TEKS: /o/ mala(m)pa hiapura, kuna sastra roc kadi tapa yuyu ri taca pun., /o/
wi lwaan. kura tinabhan. kna bna nu ireg. pun ///ooo///
Naskah salinan: Plt. 7, peti 121.
Teks dan terjemahan disajikan Gunawan (2009).
622 Peti 88

23

Naskah lontar, pengapit bambu, 28,5 x 2,8 cm., 3 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk prosa. Waktu penulisan: Hari Rabu Manis. Naskah berasal dari Bandung
(Krom, 1914: 41).
Warugan Lemah. Isi: Pola pemukiman berdasarkan keberadaan tanah disertai
pembawaannya dan mantra untuk menangkal pengaruh buruk dari membuka lahan
perkampungan.
AWAL TEKS: // 0 // ini warugan. mah. inge(t)kn di halana, di hayuna, na pidayhn., na
pirembun, na piuban.
AKHIR TEKS: la(m)un urut picarian kakuru ku imah, pamalina gelem uka. Panyudana
hayam nyi(ng)m p()cit dibua asakan d telurna, hakan ku tujuhan, tuak samigih saji
picucu(n)duk aya nu nginum ssrikn. // 0 // po na buda na manis.
623 Peti 16
Naskah lontar, kotak kayu, 32,8 x 3 cm., 30 lempir, aks Sunda kuna, bhs Jawa Kuna, bentuk
prosa. Judul dalam label Arjuna Wiwaha. Waktu Penulisan: bulan pertama. Tempat penulisan:
Gunung Cikruray. Naskah berasal dari Bandung (Krom, 1914: 41).
Bimaswarga/Bimalpas. Isi: Lihat L 455
AWAL TEKS: // 0 // o awignem astu nama sidem /o/ ana sira bamana r si mawa sidan., tan
pahian. g nika mahat.manira
AKHIR TEKS: /o/ iti kahuwusan.ni pu(s)taka bimapas arannika, sam.map.ta sam.pun.
sinurat. wulan. kasa, sa anurat. panadaan. sakapat. pun., ()cu nu ahra bukit. cikuray.
samapun/o/
624 Peti 69
Naskah lontar, 36,8 x 3 cm., 20 lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna, bentuk Prosa.
Naskah berasal dari Bandung (Krom, 1914: 41). Judul dalam label Wariga. Bagian kiribawah naskah telah keropos sehingga menghilangkan aksara. Susunan lempir tidak berurutan.
Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Isi: Lihat L 1**. Teks tidak lengkap, sisa lempir
agaknya terdapat di L1**
AWAL TEKS: hdip.kita pinaka sa si, ya ta(baca:tri) tatu di bumi, kaken panegu ni
bwana, ini ta (baca: tri) waga di la(m)ba, wisnu kaken pabu
AKHIR TEKS: pa it. aga(n)tiyan. sakaddgna, samakannakan. yatnayatna /o/
nihan. muwa jaga ra kadataan., ku mna ku gu
625 Peti 88
Naskah lontar, kotak kayu, 28 x 3,2 cm., 27 lempir., 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk puisi. Waktu penulisan: Bulan kedelapan. Tempat Penulisan: Mandala
Betung Pamaringinan, Cisanti. Naskah berasal dari Bandung (Krom, 1914: 41). Judul pada
label Serat Pangruwatan.
Isi: Sri Ajnyana. Teks puisi didaktis, menceritakan tokoh Sri Ajnyana yang diturunkan dari
surga ke dunia karena berbuat dosa. Sri Ajnyana diberikan berbagai nasihat oleh para pohaci
agar bisa kembali ke sorga.
AWAL TEKS: // 0 // sakit.gi arhn., cici han.t d matitim., us.ma ku raga sarira,
AKHIR TEKS: sa anurat. maha kasuhun. pun., bna di man.dala btu?, pamariin.nan.
cisanti pun. samwadana ku na sa(s)tra roc ///
Teks dan terjemahkan diumumkan Noorduyn dan Teeuw (2006). Dalam edisinya, penyunting
manganggap bahwa naskah ini hilang dari koleksi PNRI.

24

626 Peti 69
Naskah lontar, 33 cm x 2,7 cm., 39 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna,
bentuk puisi. Waktu penulisan: bulan kedelapan. Tempat penulisan: Gunung Cikuray,
Hulukumbang Batuwangi. Penulis: Buyut Tjanagara. Naskah berasal dari Bandung (Krom,
1914: 41).
Sanghyang Swawar Cinta Isi: Rajah panjang yang berisi petunjuk dalam menjalankan tapa.
Banyak mengandung deskripsi tentang kehidupan masyarakat Sunda pada masa lalu.
AWAL TEKS: kkrtt. uki ukiran., daun. kalapa, dirka kemba ditiru di jy manu dirka
tika maura. kupat. halu kupat. manu, dn. kupat. parupuyyan., kupat. wala kupat
iwa, (n)tp. di jukut. palias.,
AKHIR TEKS: /o/ malapa ham.pura sa amaca, kuna sat.tra oc lot kadi tapa yuyu ri
tan.ca ri tasi kura wuhan. lwi loan. blot. bnkn.ar na luhu mayan.ta banili
pun.
Naskah salinan: Plt. 17, peti 121.
627 Peti 16
Naskah nipah, pengapit kayu berwarna coklat, 38,7 x 3,7 cm., 26 lempir, 4 baris/lempir, aks
Buda/Gunung, bhs Jawa Kuna, bentuk prosa. Lempir keropos, susunan tidak berurutan.
Jawa/Sunda kuna?. Isi: teks keagamaan, disebutkan tentang sapta-patala.
AWAL TEKS: ranak dwata sa hulun
AKHIR TEKS: makana patumya nika buwaa
Naskah salinan: No. 261, peti 89.
628 Peti 16
Naskah nipah, pengapit kayu berwarna coklat, 35 x 3,3 cm., 23 lempir, 4 baris/lempir, aks
Buda/Gunung, bhs Jawa Kuna, bentuk prosa. Beberapa lempir telah patah, pinggiran keropos,
beberapa tempat berlubang akibat serangga. Tempat penulisan: Lurah Kamulan? Judul pada
label Jawa/Sunda kuna?
Siksa Guru. Isi: Ajaran keagamaan dari Sang Pandita kepada Sang Sewaka Darma tentang
kehidupan di dunia. Inti pengajaran berpusat pada penguasaan bayu, sabda, dan hdap serta
memanfaatkan potensi dasaindria yang dimiliki manusia.
AWAL TEKS: paran ta yogyanika, niya tan mijil i sinaka, lawan anu nika
AKHIR TEKS: o saraswati mayanama swaha
Naskah salinan: No. 262, peti 89.
630 Peti 16
Naskah nipah, 35 x 3,5 cm., 29 lempir, 4 baris/ lempir, aks Buda, bhs Sunda kuna, bentuk
prosa. Waktu penulisan: bulan ketiga 1440 (1518 M). Naskah berasal dari Galuh (Krom,
1914: 98).
Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Isi: lihat L 1**
AWAL TEKS: ///0/// nda nihan.warahakna sa sadu, d sa mamt. hayu
AKHIR TEKS: /0/ ini pakn. ura mibogaan. man, pakn. turun. patiwa-tiwa ka anak.
Naskah salinan: Plt. 131, peti 119; No. 263, peti 89.
Teks dan terjemahan Atja & Saleh Danasasmita (1981a); teks dan terjemahan kembali
diumumkan Saleh Danasasmita, Ayatrohaedi, Tien Wartini, dan Undang A. Darsa (1987).

25

631 Peti 15
Naskah nipah, tanpa pengapit, 44 x 3,1 cm., 49 lempir, aks Buda/Gunung, bhs Jawa kuna,
bentuk prosa. Terdapat tulisan MS Raden Saleh. Holle (TBG XVI) menyebut MSC. Naskah
berasal dari Galuh.
Candrakirana? Isi: belum teridentifikasi.
AWAL TEKS: AKHIR TEKS: 632a Peti 16
Naskah nipah, pengapit kayu, 34 x 3 cm., 6 lempir (4 lempir terpisah dari kotak), 4
baris/lempir, aks Buda, bhs Sunda kuna, bentuk prosa. Lempir menempel dengan pengapit,
bagian tengah telah hilang, pinggir lempir keropos.
Kabuyutan Galunggung. Isi: Diawali dengan silsilah dari Rahyang Banga, dilanjutkan
dengan nasihat dari Darmasiksa agar menjaga Kabuyutan di Galunggung.
Naskah salinan: Plt. 120, Peti 119; No. 265, peti 89. Pleyte memberi judul Darmasiksa.
AWAL TEKS: //oo// awignamastu /o/ nihan.tembey.sakakala rahya baa
AKHIR TEKS: iya ramps, iya glis.
Teks dan terjemahan tersedia dalam Pleyte (1914: 269-78); Atja & Saleh Danasasmita
(1981b) memberikan judul Amanat Galunggung; Edisi paling mutakhir oleh Danasasmita,
Saleh & Ayatrohaedi, Tien Wartini, Undang A. Darsa (1987).
632b Peti 16
Naskah lontar, tanpa pengapit, 28 x 2,8cm., 5 lempir, 4 baris/lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk puisi. Bagian pinggir lempir telah keropos dan sebagian hilang, 1 lempir
kosong. Tempat penulisan: Hulu Kumbang Batu Wangi.
Kaluputan Sanghyang Darma. Isi: Uraian singkat keagamaan, disebutkan tentang keadaan
moksa setelah melewati pacagati sangsara.
AWAL TEKS: nu mana dipipatitim. nu mana dikapiwih ku nu cita talad.ana, ku nu weru
wijasana
AKHIR TEKS: telas.sinurat.uli ka anurat. hulu ku(m)ba (ba)tu wai pun ///oo///
633 Peti 16
Naskah nipah, kotak kayu berwarna merah, 22,6 x 4 cm., 41 lempir, 4 baris/lempir, aks
Buda/Gunung, bhs Sunda kuna & Jawa kuna. Naskah berasal dari Tarogong, Garut (Krom,
1914: 71). Waktu penulisan: bulan kasapuluh, Tempat penulisan: Desa Sunya. Judul pada
label Serat Sewaka
Siksa Guru. Isi: Lihat L 628.
AWAL TEKS: nda nihan.warahakna mami rumuhun.ri sa swaka dama, katekan. kita
rum
AKHIR TEKS: tlas. tinulis. ri kasapulu, uwusan. punama tim., malam.pah i ampura sa
amaca, ana tapak taan pukulun., rock. lwat pukulun., bna diaja di dsa sunya pun /o/
Naskah salinan: No. 264, peti 89.
634 Peti 16
Naskah nipah, kotak kayu berwarna merah, 47 x 3,6 cm., 80 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda,
bhs Jawa kuna, bentuk prosa. Naskah dalam kondisi baik, kokoh dan terawat. Waktu

26

penulisan: 1445 ( 1523 M). Tempat penulisan: Dsa Mahapwit, Tajak Barat, Giri Wangsa.
Naskah berasal dari Cilegon, Tarogong, Garut, pemberian Rd.Tumenggung Suria Kerta Adi
Ningrat (Netscher, TBG I, 1853: 469-479; Krom 1914:71).
Sanghyang Hayu. Isi: Wejangan sang pandita kepada pengabdi darma untuk mengamalkan
kitab suci Sang hyang Darma serta melepaskan dirinya dari ketidaktahuan dengan
mengamalakan Tigajana yang terdiri dari bayu (napas), sabda (ucapan), dan hedap (pikiran).
AWAL TEKS: //o//nda sa hya hayu ika ajarrakna mami ri wa kai kita, kuna dyanta
AKHIR TEKS: //o// iti nn. sa kawi paca wanna, catu, bumi ///o///
Naskah salinan: No. 267, peti 89; No. 268, peti 89.
Undang A. Darsa, 1998;
635 Peti 16
Naskah Nipah, kotak kayu berwarna hitam, 36,8 x 3,6 cm., 122 lempir, 4 baris/ lempir, aks
Buda, bhs Jawa kuna, bentuk prosa. Naskah berasal dari Tarogong, Garut (Krom, 1914: 71).
Judul pada label Serat Buwana Pitu
Sanghyang Hayu. Isi: Lihat L 634
AWAL TEKS: /o/ nda sahya hayu ika ajarakna mami ri wa kadi kita
AKHIR TEKS: /o/ anu temen rahasya sa hya pustaka ///ooo///
Naskah salinan: No. 155 (Ciburuy I), peti 89 (aksara Jawa); No. 274, Peti 89.
636 Peti 16
Naskah nipah, kotak kayu berwarna hitam, 42,5 x 4 cm., 83 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda,
bhs Jawa kuna, bentuk prosa. Tempat Penulisan: Giri Sunya. Penulis: Sang Bujangga Resi
Laksa. Naskah berasal dari Tarogong, Garut (Krom, 1914: 71).
Sanghyang Hayu. Isi: Lihat L 634
AWAL TEKS: /o/ nda sahya hayu ika ujarakna mami ri wa kai kita
AKHIR TEKS: /o/ iti buwana pitu, /o/ tlas.sinurat i giri sunya, bna sa buja()ga si laksa
pun //oo//
637 Peti 16
Naskah nipah, kotak kayu, 37,6 x 4 cm., 103 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda, bhs Jawa kuna,
bentuk prosa. Tempat penulisan: Dsa Mahapawita, Tajak Barat. Naskah berasal dari
Tarogong, Garut (Krom, 1914: 71).
Sanghyang Hayu. Isi: lihat L 634.
AWAL TEKS: ///0/// nda sa hya hayu ika ajarakna mami ri wa kadi kia.
AKHIR TEKS: wi ma lwaan., luhu mayan. ma ta nili pukulun.
638 Peti 16
Naskah nipah, kotak kayu, 38,6 x 4 cm., 129 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda, bhs Jawa kuna,
bentuk prosa. Waktu penulisan: dimulai pada hari Selasa Kliwon, bulan ketujuh dan
diselesaikan pada hari pon bulan kesembilan. Tahun penulisan: 1357 ( 1435 M). Naskah
berasal dari Cilegon, Tarogong, Garut, pemberian Rd.Tumenggung Suria Kerta Adi Ningrat
(Netscher, TBG I, 1853: 469-479; Krom 1914:71). Judul pada label Serat Dewa Buda.
Sanghyang Hayu. Isi: Lihat L 634.
AWAL TEKS: //0// na sa hya hayu iki ujarakna mami i sa swaka damma
AKHIR TEKS: //0// m sri sri saraswti ya nam swaha //00// i saka, 1 3 5 7 //0//
27

Naskah salinan: No. 270, peti 89.


Deskripsi, transliterasi, dan terjemahan dilakukan Edi S. Ekadjati, Undang A. Darsa, Tien
Wartini, Ayatrohaedi, Ari Yogaswara (2000). Para penyunting memberi judul Serat Dewa
Buda, sesuai judul pada label.
639 Peti 16 Serat Buana Pitu*
Deskripsi sebelumnya: Ekadjati (1988: 155); Behrend (1998: 348)
Naskah nipah, 120 lempir, aks Buda, bhs Jawa Kuna. Naskah berasal dari Cilegon, Tarogong,
Garut, pemberian Rd.Tumenggung Suria Kerta Adi Ningrat (Netscher, TBG I, 1853: 469-479;
Krom 1914:71).
Naskah salinan: No. 271, peti 89.
641 Peti 16
Deskripsi Sebelumnya: Poerbatjaraka (1933: 287)
Naskah nipah, kotak kayu berwarna hitam, 47,5 x 4 cm., 38 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda,
bhs Jawa kuna. Waktu Penulisan: 1256 (1334 M). Tempat penulisan: Sanghyang Mandala
Katyagan di Gugur. Penulis: sang Guguron? Naskah berasal dari Cilegon, Tarogong, Garut,
pemberian Rd.Tumenggung Suria Kerta Adi Ningrat (Netscher, 1853: 469-479; Krom
1914:71). Judul pada label Serat Wiwaha Kawi.
Arjunawiwha. Isi: Naskah tertua Arjunawiwha.
AWAL TEKS: //0// m awinam astu /0/ ambek sa paramaa paita huwus.limpa. sak
unyata
Naskah salinan: No. 272, peti 89; KBG 346 (aksara Jawa)
642 Peti 88
Naskah nipah, 37,5 x 3,6 cm., pengapit kayu berwarna coklat, 23 lempir, 4 baris/lempir, aks
Buda, bhs Sunda kuna dan Jawa kuna, bentuk prosa. Naskah berasal dari Tarogong, Garut.
Tempat Penulisan: Desa Mahapawitra pada tahun saka hla twa ya wu? Naskah berasal dari
Tarogong, Garut (Krom, 1914: 71).
Siksa Guru. Isi: Lihat L 628.
AWAL TEKS: /o/ nda nihan. warahakna mami rumuhun. ri sa swaka damma, katkan.
kita
AKHIR TEKS: malampa iapura kana sastra rock. mitapak yuyu cinaca ri tasik. uli
wwa si na na u, pun., i saka, hla twa ya wu
643 Peti 16
Naskah nipah, serpihan tanpa pengapit, 34 x 3,8 cm., 14 lempir, aks Buda, bhs Jawa kuna,
bentuk prosa. Naskah berasal dari Talaga (NBG 4, 1866: 118; Krom, 1914: 92). Judul pada
label Jawa/Sunda kuna?. Naskah sangat rapuh.
Isi: Risalah keagamaan tentang penguasaan tiga elemen bayu, sabda, dan hedap. Teks tidak
lengkap.
AWAL TEKS: nimmala taya, unyanta nimmala tya aranya
AKHIR TEKS: sinagu byu sab hiap., bayu aranya ika byu
647 Peti 16

28

Naskah nipah, serpihan, naskah hancur, 4 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda, bhs Jawa Kuna,
bentuk prosa. Judul pada label Fragment Stukken
Isi: Belum teridentifikasi.
AWAL TEKS: AKHIR TEKS: 1095 Peti 69
Naskah nipah, kotak kayu berwarna merah, 31 x 3,8 cm., 37 lempir, 4 baris/lempir, aks Buda,
bhs Sunda kuna, bentuk prosa. Tempat Penulisan: Gunung Jati Sunya, hulu alas sunya
Mandala Puntang. Naskah berasal dari kabuyutan Kolang, Jasinga (NBG 50, 1912:44 & 86;
NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32). Judul pada label Sundaasch
Langgeng Jati. Isi: Teks keagamaan, ajaran tentang pengetahuan terunggul (ajana).
AWAL TEKS: nde warahakn wwat. hurip.niya na jati ni ana, wwat.mula ni ajana, jati
mula ni saana pun.
AKHIR TEKS: /o/ ini nu nurun.kn.na pus.taka, nu tan. hana, lage jati pun., /o/o//
Naskah salinan: Plt. 116, peti 119; No. 275, peti 89; No.155, peti 89 (Ciburuy III).
1097 Peti 69
Naskah nipah, kotak kayu berwarna merah, 21,4 x 3,7 cm., 57 lempir, 4 baris/lempir, aks
Buda, bhs Sunda kuna, bentuk prosa. Tempat Penulisan: Sagara Wissa. Judul pada label
Sundaasch (met inkt). Naskah berasal dari kabuyutan Kolang, Jasinga (NBG 50, 1912:44
& 86; NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32).
Carita Jati Mula. Isi: Teks keagamaan tentang hakekat dan kesejatian jiwa yang tidak mudah
terbawa oleh pujian dan gangguan duniawi lainnya.
AWAL TEKS: /o/ nda warahakna puhun., jati luput. tan.pa katuduhan., wuit. mula tan.pa
nama, takal.mula tan.paaran
AKHIR TEKS: tles.sinulis.ri sagara wissa, pun./o/o/
Naskah salinan: Plt. 149, peti 119; No. 277, peti 89; No. 155, peti 89, Ciburuy V (aksara
Jawa).
1099 Peti 68
Naskah nipah, kotak kayu berwarna merah, 24,5 x 3,7 cm., 70 lempir, 4 baris/lempir, aks
Buda/Gunung, bhs Sunda kuna, bentuk Prosa. Naskah berasal dari kabuyutan Kolang,
Jasinga (NBG 50, 1912:44 & 86; NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32).
Pakeun Raga. Isi: Teks didaktis keagamaan tentang ajaran bertapa sampai jiwa mampu
mencapai pembebasan terakhir (moksa).
AWAL TEKS: /o/ nda wara iyatnakna, ini na pakn. nu liwat. ti raga, nu luput. ti bayu
sabda hidep., liwat. ti sarira, wih ti hurip. na minget. tutur sa manon,
AKHIR TEKS: /o/ ini pus.taka, bijil. ti wwiit. (baca: wiwit) mula, ni tan. hana, pun /o/ nu
tan. hana wih lara ajana, pun., dayhan. di banua hne, sunya akle dipigsan umana,
nyiyan na pustaka, pun /o/
Naskah salinan: Plt. 118, peti 119; No. 155, peti 89, Ciburuy V (aksara Jawa); No. 278, peti
89.
1101 Peti 68

29

Naskah lontar, kotak kayu, 19,5 x 2,7 cm., 30 lempir, 4 baris/ lempir, aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk prosa. Judul pada label Sundaasch. Naskah berasal dari kabuyutan
Kolang, Jasinga (NBG 50, 1912:44 & 86; NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32).
Sasana Sang Pandita. Isi: Ajaran agama dari sang pandita.
AWAL TEKS: (Lp 2r) miet.sa iet. ONG wissa sa batara, apan. wissa ri bwana,
AKHIR TEKS: (Lp 30r) pramana kapratyaka
1102 Peti?
Deskripsi lama: Noorduyn 1971:151; Ekadjati 1988: 153; Noorduyn & Teeuw 2006: 13.
Naskah berasal dari kabuyutan Kolang, Jasinga (NBG 50, 1912:44 & 86; NBG 51, 1913: 24;
Krom, 1914: 32). Naskah kini berada di museum daerah Sri Baduga Bandung.
Para Putera Rama dan Rahwana. Isi: Cerita tentang para keturunan Rama dan Rawana
setelah berakhirnya perang antara pasukan Rama dan pasukan Rawana.
Teks, terjemahan, dan catatan dilakukan Noorduyn dan Teeuw (2006).
1103 b Peti 75
Naskah lontar, aks Buda/Gunung, bhs Sunda kuna, bentuk prosa. Naskah berasal dari
kabuyutan Kolang, Jasinga (NBG 50, 1912:44 & 86; NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32).
Serat Jati Niskala. Isi: belum teridentifikasi.
1104 Peti 68
Naskah lontar, lebar kanan berukuran 10 mm dan lebar kiri berukuran 6 mm, sedangkan
panjangnya 102 mm., 25 lempir, disimpan dalam tabung bambu, 1 baris/lempir, aks Sunda
kuna, bhs Sunda kuna, bentuk puisi. Naskah berasal dari kabuyutan Kolang, Jasinga (NBG
50, 1912:44 & 86; NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32).
Isi: Primbon. Teks pendek berisi petunjuk arah rumah. Terdapat baris yang sama dengan teks
Kaleupasan (L 426 B).
SEBAGIAN TEKS: Lo kulon paran niya pare umah niya ka, hana ulon paran niya pare
uma, hana ma ngulon paran niya ado.
1105 Peti 69
Naskah lontar, tanpa pengapit, 24,6 x 3, 45, 12 lempir, 4 baris/hlm., aks Sunda kuna, bhs
Sunda kuna, bentuk prosa. Naskah tercampur dengan naskah bali. Judul pada label Naskah
Bali. Naskah sulit dibaca karena telah dilaminasi. Naskah berasal dari kabuyutan Kolang,
Jasinga (NBG 50, 1912:44 & 86; NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32).
Isi: Teks keagamaan. Belum teridentifikasi lebih jauh.
AWAL TEKS: twa tuturakna ri susup.ta araniya turu
AKHIR TEKS: haywa pinituhu ran.aranya
1212 Peti 95 Een Bundel Tje Wichelstokjis
Naskah bambu, 27 lempir, aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna.
Isi: Belum teridentifikasi
KBG 74*

30

Waruga Guru. Isi: Menceritakan kisah Ciung Manarah dan Hariang Banga dan asal-muasal
berdirinya kerajaan Pajajaran dan Majapahit. Dilengkapi dengan silsilah leluhur Ciung
Manarah berikut keturunannya.
KBG 75
Naskah daluwang, sampul kertas marmer berwarna merah, 27 x 24,6 cm., 12 hlm., 14
baris/hlm., aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna dan Jawa. Naskah berlubang, telah dilaminasi.
Waktu penulisan: Jumat Kliwon Bulan Muharam. Penulis: Kai Raga.
Isi: Wirid. Perihal asal usul terciptanya alam dan manusia.
AWAL TEKS: //oo// pun.ika nat.kala sadr ana adam al(l)a
AKHIR TEKS: lan. mukaram. hi sukra kaliwon /o/
KBG 76
Naskah daluwang, sampul kertas marmer berwarna merah, 22,8 x 25,3 cm., 3 hlm., 14
baris/hlm., aks Sunda kuna, bhs Sunda kuna dan Jawa. Naskah berlubang, telah dilaminasi.
Isi: Belum teridentifikasi.
AWAL TEKS: punika gg ani sta (naskah berlubang)
AKHIR TEKS: papas.san iahurip. sakab /o/

31

Anda mungkin juga menyukai