Anda di halaman 1dari 19

Desa Perdikan

Oleh
Sarjita, S.H., M. Hum.
sar_djita@yahoo.co.id
Referensi:
 Martinus Tamalowi, Status Hak Atas Tanah Ciptaan
Pemerintah Swapradja Kasunanan Surakarta (Studi Kasus Di
Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta)
Skripsi,Yogyakarta, STPN, 2007.
 Mochammad Tauchid, Masalah Agraria SebagaiMasalah
Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia,Yogyakarta,
STPN Presm 2009: 201-211.
 Oloan Sitorus dan H.M. Zaki Sierrad, Hukum Agraria Di
Indonesia Konsep dasar dan Implementasinya,Yogyakarta,
MKTI, 2006: 39-40.
Referensi:
 Renaya Anggiarni, Morfologi Desa Perdikan Kadilangu (Tesis),
Semarang, Program Pasca Sarjana UNDIP, 2004.
 Kartohadikoesoemo, Desa, 1994.
 G. Moedjanto, KasultananYogyakarta & Kadipaten Pakualaman,
Yogyakarta, Kanisius1994.
 Teguh Suprayitno, Pelaksanaan RedistribusiTanah Bekas Desa
Perdikan Di Desa Giripurwo Kecamatan Kawedanan Kabupaten
Magetan Propinsi Jawa Timur (Skripsi),Yogyakarta, STPN, 2000.
 Pranoedjoe Poespaningrat, Kisah Para leluhur Dan yang
Diluhurkan dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru, PT. BP
Kedaulatan Rakyat,Yogyakarta, 2008
Pengertian
 Desa yang dimerdekakan, berasal dari tanah pemberian raja
kepada seseorang atas jasanya kepada raja atau untuk
kepentingan lain yang dipandang perlu oleh raja. Desa ini
dibebaskan dari kewajiban terhadap raja sebagaimana desa
lainnya. Bebas dari pembayaran landrente kepada pemerintah
(ada yang membayar separo). Kepala Desa Perdikan,
sebutannya Demang. (Mochammad Tauchid: 201)
Perdikan
 Asal dari perkataan merdika, sedang perkataan merdika
asalnya dari Sanskrit maharddika: Tuan, Tuanku, Meester, Sir.
Desa Perdikan sudah ada sejak Zaman Agama Hindu di Jawa.
 Wilayah Desa Perdikan ini diberikan raja-raja sebagai
anugerah kepada orang-orang atau desa desa tertentu, yaitu
berupa kebabasan dari membayar pajak atau melaksanakan
wajib kerja kepada raja atau kepala daerah.
 Desa Perdikan ini langsung di bawah raja, tidak berada di
bawah perintah pegawai-pegawai raja (Pangeran, Adipati,
Bupati), tetapi langsung berhubungan dengan raja.
Alasan ditetapkannya Desa Perdikan
 Untuk memajukan agama;
 Untuk memelihara makam raja-raja atau orang lain yang
dimuliakan dan dianggap keramat;
 Untuk memelihara pertapaan, pesantren, langgar, masjid;
 Untuk memberi ganjaran (penghargaan) kepada orang atau
desa yang pernah berjasa kepada raja.
Pengelompokan/Penggolongan Desa
Perdikan (Renaya Anggiarni: 29)
 Desa Perdikan yang dibebaskan dari pembayaran pajak dan
melakukan wajib kerja, dengan dibebankan kewajiban, supaya
memelihara makam-makam, memelihara kepentingan agama,
dsb-nya;
 Desa Perdikan yang dibebaskan dari kewajiban-kewajiban
terhadap raja atau kepala Daerah, dengan ketentuan bahwa
kewajiban-kewajiban itu haruslah dijalankan guna
kepentingan kepada desanya, yang dapat mempergunakannya
sebagai keuntungannya sendiri atau untuk kepentingan lain.
Macam Desa Perdikan
(Kartohadikoesomo: 1984)
 Desa Merdika: desa dibebaskan dari kekuasaan tertentu, dari
sesuatu beban dan darisesuatu kewajiban yang semuannya itu
harus dipikul oleh rakyat di daerah-daerah biasa.
 Desa Mutihan: desa yang penduduknya terkenal sebagai
seorang alim, taat pada perintah agama, yaitu beribadat,
berpuasa, dan menjalankan perintah agama lainnya. Mereka
disebut orang putihan, untuk membedakan dengan orang
abangan.
 Desa Mijen: Mijen berasal dari kata Piji.Yang diberikan
kepada seorang guru agama yang sangat dicintainnya.
Kepadanya dibewrikan penghasilan raja dari satu dua desa
sebagai pelungguh atau lungguh.
 Desa Pakuncen: yaitu penduduk desa diberi kewajiban
menjaga atau memelihara makam yang keramat atau tempat
lain yang dianggap keramat oleh raja. Biasa dilakukan oleh
Seorang alim, dapat membaca Al-Quran.
 Desa Perdikan Kadilangu dan Desa PerdikanTembayat pada
jaman Kerajaan Demak dan Pajang.
Macam, sifat dan asal Desa Perdikan
(Mochammad Tauchid: 201-202)
 Pamijen (geprivelieerden dorp) merupakan tanah pemberian raja
kepadaseseorang yang berjasa kepada raja. Kepadanya diberikan
hak-hak istimewa atas tanah dan tenaga penduduk di wilayah
tersebut untuk mengerjakan tanahnya dengan tanpa bayaran. Hak
tersebut bersifat turun-temurun kepada ahliwarisnya. (Gumelem
Wetan, Gumelem Kulon Banyumas, Pamijen Dawuhan, Brengkok,
PenerusanWetan, Penerusan Kulon, Desa Mijen Surakarta).
 Pesantren (godsdientschool dorp), merupakan tanah pemberian
raja kepada seorang Kyai yang berjasa kepada raja. Ada tanah yang
belum dimiliki, ada juga yang sudah dimiliki oleh Desa. Kyai tidak
berada di bawah pegawai-pegawai Kerajaan, tetapi langsung
berhubungan dengan raja. (Desa Perdikan Protomulyo, Kadilangu,
Kaliwungu Kendal).
 Keputihan atau Mutihan (vrome liedendorp) merupakan tanah
yang diberikan oleh raja kepada Kyai dan orang-orang alim (Orang
Mutihan = orang-orang alim, lawanya orang-orang abangan) untuk…
menjalankan kewajiban agama bersama-sama. Haknya sama dengan
Desa Pesantren. (Kutoarjo Purworejo: Keputihan Grabag dan
Mendiro, Wingko, Surakarta:Guyangan, Kedung Kuwali,
Karanganyar Kebumen: Desa Karanganom, Karangasem, Klegen
Kauman).
 Pakuncen, yaitu Desa Perdikan yang diistimewakan oleh Raja
dengan hak-hak seperti Desa Mutihan, Desa Pesantren. Di wilayah
Desa yang bersangkutan terdapat makam/kuburan saja atau wali,
Bupati yang dipandang keramat dan harus dihormati. (Semarang,
Demak, Rembang, Surabaya, Madura, Banyumas, Kedu, Madiun
dan Kediri. Di Jawa Barat: Desa Pamijahan Kabupaten
Tasikmalaya).
Pengaturan Desa Perdikan
 Pengaturan Desa Perdikan Resolusi Pemerintah Hindi
Belanda tanggal 24 Mei 1836 No. 12 penggantian kepada
Desa Perdikan yang meninggal, calon diajukan oleh
PegawaiPegawai Pemerintah dari anak-anak lelaki atau
keturunan lainnya, jika tidak ada dipilih dari sanak saudaranya
yang paling dekat atau dari para ulama yang terkemuka
(Sistem geneologis atau ikatan darah);
 Staatsblad 1853 No. 77 Desa dibebaskan dari kewajiban
membayar pajak;
 Staatsblad 1878 No. 47 Kepala Desa Perdikan diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur Jenderal;
Desa Perdikan Di Jawa Berdasarkan Bijblad
7847 Tahun 1912 (170 Desa dan 13 Dukuh)
No Daerah Jumlah
Desa/Dukuh
1. Semarang 10 Desa
2. Rembang 1 Desa
3. Surabaya 4 Desa
4. Madura 19 desa dan 13 Dukuh
5. Banyumas 41 Desa
6. Kedu 70 Desa
7. Madiun 19 Desa
8. Kediri 6 Desa
Ket: 142 Desa dan Dukuh bebas sama sekali dari
landrente;
Desa Perdikan Jaman Mataram
 Ada 1 buah Desa Perdikan “ Desa Mangir”. Lokasinya terletak di barat
daya Kotagede di antara Sungai/kali Bedog dan kali/Sungai Putih dan
sudah diakui keberadaan sejak jaman Majapahit. Lokasinya terletak
diantara Sungai Bedog dengan Sungai Kali Putih, di Selatan Desa
Pajangan dan diantara Desa Pandak.
 Untuk ketertiban dan keamanan, maka Desa Perdikan juga mempunyai
Pasukan yang terlatih dan laiknya suatu kerajaan, Desa Perdikan Mangir
ini dipimpin oleh KiWanabaya (Ki Ageng Mangir).
 Desa tsb dibebaskan dari kewajiban membayar pajak dabn menyetor jasa
bagi proyek kemasyarakatan yang dijalankan petinggi Keraton, termasuk
sebagai prajurit waktu perang.
 Kebebasan tsb diberikan karena penduduk Desa Perdikan diserahi tugas
mengatur pendidikan spiritual masyarakat, merawat rumah-rumah
ibadah, warisan cagar budaya , cagar alam, dan makam raja.
Perkembangan Desa Perdikan
 Desa Perdikan sudah berlangsung pada Jaman Kerajaan
Hindu, Islam, dan Pada jaman Pemerintah Hindia Belanda;
 Kepala desa perdikan dengan sebutan Demang mempunyai
kekuasaan dan kewenangan yang sangat besar terhadap tanah
yang ada di wilayah Desa yang bersangkutan.
 Tanah-tanah tersebut biasanya dikerjakan oleh Penduduk
dengan perjanjian-perjanjian yg sangat memberatkan;
 Mengingat tidak ada campur tangan Pemerintah, maka
Kepala Desa Perdikan sering berbuat sewenang-wenang
terhadap penduduk yang menggarap tanah Desa Perdikan.
 Governement Besluit tanggal 13
September 1887 Nomor 3 (Bisjblad No.
4738) yang memperbaharui Bijblad
4027 dan 4028) Dengan Bijblad
Nomor 7847 pada tahun 1912
dilakukan pembaharuan sehingga
jumlah Desa ternyata turun dari 244
buah Desa Perdikan menjadi 170 Desa
dan 13 Pedukuhan.
UU 1946 Nomor 13
tentang Penghapusan Desa-desa Perdikan
 Menimbang :
 Perlu adanya satu macam bentuk desa, untuk menyusun
masyarakat yang kokoh dalam Negara Republik Indonesia;
 Mengingat :
Akan pasal 18 dan 20 ayat 1 berhubung dengan pasal IV
Peraturan Peralihan Undang-Undang Dasar dan Maklumat
Wakil-Presiden tanggal 16 Oktober 1945 No. X;
 Dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat.
 Menetapkan peraturan sebagai berikut :
“UNDANG-UNDANG TENTANG PENGHAPUSAN DESA-
DESA PERDIKAN”.
 Pasal 1: Yang dianggap sebagai desa perdikan, ialah semua desa-
desa yang dalam tata negara Belanda dinamakan “Vrije desa”
(Gouv. Besl. no. 25, tanggal 20-12-1912; Bijbl. No. 7847).
 Pasal 2: Menteri Dalam Negeri menyelenggarakan usaha
penghapusan desa-desa perdikan, dengan mengingat kepada
keadaan masing-masing daerah dan mengingat kepentingan
mereka yang langsung bersangkutan.
 Pasal 3: Cara menyelenggarakan usaha yang tersebut dalam Pasal 2
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
 Pasal 4: Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus
1945.
 Ditetapkan diYogyakarta
pada tanggal 4 September 1946.
 WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
 MOH. HATTA.
Pengaturan lebih Lanjut tentang Tanah
Perdikan
 UU Nomor 13 Tahun 1946 tentang
Penghapusan Desa-Desa Perdikan;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Dan
otonomi Daerah Nomor 4 Tahun 1959;
 Peraturan Menteri Pemerintahan Umum
dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun
1962;
 PP Nomor 224 Tahun 1961

Anda mungkin juga menyukai