Anda di halaman 1dari 53

Filosofi Keris Yang Melambangkan Ketauhidan

Dan Penghambaan Manusia


Filosofi keris merupakan salah satu falsafah hidup yang diyakini oleh masyarakat Jawa
hingga kini. Sebagian orang memaknai filosofi ini sebagai bentuk penghambaan manusia
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Keris adalah simbol bersatunya seorang hamba dengan Tuhannya. Filosofi ini diambil
dari ungkapan “curiga manjing warongko jumbuhing kawula lan gusti” yang artinya "bersatulah
bilah keris dan warangkanya merupakan simbol bersatunya manusia dengan Tuhannya".
Masyarakat Jawa percaya bahwa sejatinya manusia dan Tuhan itu senatiasa menyatu
dan melebur tanpa jarak. Mengutip buku Keris dalam Perspektif Keilmuan (2011), keris
merupakan simbol dari keinginan, harapan, cita-cita, dan identitas dari pemiliknya (manusia)
untuk menghamba kepada Tuhan.
Mereka yang menjadikan keris sebagai falsafah hidup sejatinya memahami nilai-nilai
ketauhidan tersebut. Agar lebih memahami maknanya, berikut penjelasan tentang filosofi keris
selengkapnya untuk Anda.

Filosofi Keris Menurut Kepercayaan Masyarakat Jawa


Pada dasarnya, filsafat dan pengetahuan tentang Tuhan yang dipahami oleh masyarakat
Jawa selalu jalan beriringan. Tidak hanya mengarah pada filsafat keilmuan, pemahaman ini juga
mengacu pada kehidupan spiritual yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Contoh Keris Nogo Siluman milik Komunitas Lar Gangsir, komunitas pecinta keris di Yogyakarta.
Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Maka tidak heran jika hampir semua benda pusaka dan budaya Jawa memiliki filosofi
tertentu yang erat kaitannya dengan ketuhanan. Salah satu benda pusaka tersebut adalah keris.
Filosofi keris yang dipercaya masyarakat Jawa bertujuan untuk mendekatkan hubungan
antara manusia dengan Tuhan. Filosofi ini menjadi salah satu usaha untuk memaknai dan
meleburkan diri pada Sang Pencipta (manunggaling kawula lan gusti).
Di sisi lain, keris juga mengandung falsafah konsepsi dari lingga dan yoni (purusa dan
perdana) yang mengisyaratkan tentang perkawinan dan kesuburan antara Siwa dan Brahma.
Falsafah ini diyakini oleh sebagian besar masyarakat Bali.
Dalam bahasa Bali dikenal ungkapan “Matannian mawawa keris yang silunglungania”
yang artinya "sebabnya saya membawa keris adalah sebenarnya untuk berani mempertaruhkan
nyawa". Keris dianggap sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan magis dan mistis.
Keris merupakan budaya leluhur yang memuat nilai “tatanan, tuntunan, dan tontonan”.
Maksudnya, keris dibuat dengan sentuhan rasa mendalam untuk memenuhi kaidah serta
bentuk visualnya.

1 | KRAT.Priyohadinagoro
Dijelaskan dalam buku Simbolisme dalam Budaya Jawa karya Budiono Herususanto
(2004), masyarakat Jawa mempercayai bahwa keris dibuat dengan pakem yang rumit. Di
dalamnya terkandung makna religius, magis, dan mistis.
Tidak hanya itu, benda pusaka ini juga menyimbolkan tuntunan perilaku dan pemaknaan
hidup bagi masyarakat Nusantara. Kentalnya norma yang melekat pada keris tercermin dari
bentuk, fungsi, sejarah, serta pemaknaannya.
Keris merupakan simbol yang menyiratkan ketajaman berpikir dan kelembutan hati yang
dimiliki oleh seseorang. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai senjata, keris juga bisa dijadikan
sebagai panduan hidup bagi seseorang
Seorang Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Drs. Prodjo Kardono, pernah mengatakan
bahwa filosofi keris adalah sebuah mahakarya paripurna. Keris menjadi petunjuk tentang arah
dan tujuan hidup manusia.
Dalam prosesnya, petunjuk ini patut ditaati oleh manusia, khususnya masyarakat Jawa.
Sebab keris merupakan sebuah filosofi “Sangkan paraning dumadi” yang artinya darimana dan
kemana manusia harus menuju.

Pemahaman Tentang Tuah


Pada Keris Pusaka
Keris dan Tombak merupakan piandel dan juga sebuah tuntunan hidup jika kita
mendalami dan memahami makna atau pesan didalamnya. Piandel adalah sebuah keyakinan
dan kepercayaan yang termanifestasi dalam wujud benda-benda pusaka yang syarat akan
lambang yang harus didalami dan dimengerti dengan baik, benar dan mendalam agar tidak
salah pemahaman.
Kepercayaan tersebut bukan tentang sesuatu yang pantas disembah dan dipuja, tetapi
sebuah media yang berwujud benda yang berisi do'a, harapan dan tuntunan hidup (filosofi
hidup) yang termaktub dalam "Sangkan parang dumadi, sangkan paraning pambudi, dan
manunggaling kawula Gusti". Piwulang-piweling tersebut terformulasi dalam sebuah benda
yang disebut Keris pusaka atau Tombak pusaka.
Memaknai Keris sama halnya dengan memaknai Wayang. Keleluasaan pemahaman dan
pengertiannya tergantung pada luasnya cakrawala dan pengalaman hidup orang tersebut
terhadap hidup dan kehidupan. Jadi, cara pandangnya tergantung pada "Kadhewasaning Jiwo
Jawi" atau kedewasaan orang dalam berfikir dan bersikap secara arif dan bijaksana. Semakin
orang itu kaya pengalaman rohani, maka semakin dia mampu menjabarkan apa yang menjadi
pesan dari sebilah Keris.
Pada mulanya, ketika orang Jawa masih pada masa peradaban berburu, Keris
merupakan alat untuk berburu (mencari hidup). Kemudian ketika Manusia mulai menetap dan
bersosialisasi dengan sesamanya, kemudian Keris menjadi alat untuk berperang
(mempertahankan hidup). Dan setelah tidak lagi diperlukan untuk berperang dan Manusia
mulai berbudaya, maka Keris berubah fungsi menjadi senjata kehidupan (tuntunan hidup), yaitu
2 | KRAT.Priyohadinagoro
senjata untuk mengasah diri menjadi orang yang lebih religius hingga dapat mencapai
penyatuan diri dengan SANG PENCIPTA (Manunggaling Kawulo Gusti). Hal ini sangat nyata
ditunjukkan dalam simbol-simbol pada dhapur dan ricikan Keris yang semuanya penuh makna
spiritual dan bahkan jika dipahami tidak ada unsur kleniknya sama sekali.
Ilmu Keris adalah ilmu lambang. Mengerti dan memahami bahasa lambang perlu
mengandalkan kedalaman rasa, bukan hanya kemampuan intelektual saja.
Jadi sangat keliru jika memahami Keris secara dangkal sebagai sebuah benda yang
memiliki kekuatan magis yang dapat mengangkat harkat dan martabat Manusia. Keris di anggap
sebagai pusaka karena makna lambang-lambangnya yang di anggap mampu menuntun
pemiliknya untuk hidup secara benar, baik dan seimbang dalam kehidupannya.
Bagi orang Jawa, hidup ini penuh perlambang yang masih samar-samar dan perlu
diterjemahkan melalui berbagai laku tirakat maupun dalam berbagai aktivitas sehari-hari, baik
itu pada makanan, bangunan, dan benda-benda lainnya termasuk pada Keris dan Tombak.
Pada benda-benda tersebut tersembunyi sebuah misteri berupa pesan dan piwulang
yang diperlukan Manusia untuk mengarungi kehidupan hingga kembali bersatu dengan SANG
PENCIPTA.
Dalam tradisi budaya Jawa ada sebuah pemahaman "Bapa (wong tuwa) tapa, anak
nampa, putu nemu, buyut katut, canggah kesrambah, mareng kegandeng, uthek-uthek gantung
siwur misuwur". Artinya, "Jika orang tua berlaku tirakat maka hasilnya tidak hanya dirasakan
oleh dirinya sendiri dan anak-anaknya saja, tapi bisa dirasakan juga oleh semua keturunannya".
Demikian juga sebaliknya, jika orang tua berbuat buruk, maka karmanya juga akan dirasakan
oleh keturunannya. Oleh karena itu, Manusia Jawa selalu di ajarkan untuk hidup prihatin, hidup
"eling lan waspada", hidup penuh laku dan berharap.
Siratan-siratan laku, tirakat, do'a, harapan, cita-cita, restu, sekaligus tuntunan itu
diwujudkan oleh para leluhur Jawa dalam wujud sebuah senjata. Senjata bukan dilihat hanya
sebagai wadag senjata (Tosan Aji), melainkan dengan pemahaman supaya Manusia sadar
bahwa senjata hidup dan kehidupan adalah sebuah kearifan untuk selalu mengasah diri dalam
olah hidup batin.
Oleh karena itu, orang Jawa menyebut Keris sebagai Piandel (sipat kandel) karena Keris
memanifestasikan do'a, harapan, cita-cita dan tuntunan hidup melalui dhapur, ricikan, pamor,
besi, dan baja yang dibuat oleh para Empu dalam laku tapa, prihatin, puasa, do'a dan harapan
yang dipanjatkan kepada TUHAN.
Jadi, tuah pada Keris dan Tombak pusaka ada karena do'a-do'a yang dipanjatkan oleh
Empu pembuatnya kepada TUHAN agar harapan dan cita-cita pemilik Keris bisa tercapai.
Harapan dan do'a-do'a yang tertanam dalam lipatan-lipatan besi, baja dan pamor
tersebut akan menjadi energi positif yang bisa mempengaruhi karakter pemiliknya. Jika pemilik
Keris bisa selaras dengan makna dan pesan dari Kerisnya, maka dia bisa merasakan tuah dari
Kerisnya dan itu semua karena perilakunya sendiri.

3 | KRAT.Priyohadinagoro
"Niat ingsun nyebar gondo arum, tyas manis kang mantesi, ruming wicara kang
mranani, sinembuh laku utama".
Artinya: "Tekadku menyebarkan keharuman nama berlandaskan hati yang pantas,
berbicara dengan baik, enak didengar, dan menjalankan laku keutamaan".
Meski demikian Keris tetaplah benda mati. Orang Jawa tidak terjebak dalam
pemahaman yang keliru tentang pusaka. Peringatan para leluhur tentang hal ini adalah:
"Janjine dudu jimat kemat, ananging agunging GUSTI kang pinuji".
Yang artinya: "Janjinya bukan jimat, tapi keagungan TUHAN-lah yang dipuji".
"Nora kepengin misuwur karana peparinge leluhur, ananging tumindak luhur karana
piwulange leluhur".
Artinya: "Tidak ingin terkenal lantaran warisan leluhur, tapi bertindak luhur karena
melaksanakan ajaran para leluhur".
Oleh karena itu, jika dipahami lebih mendalam, Keris bukanlah sebuah jimat, tapi lebih
sebagai piandel sebagai sarana berbuat kebajikan dan memuji keagungan TUHAN.

Makna Spiritual Keris Lurus Dan Keris Luk


Keris merupakan senjata tradisional yang memiliki latar belakang sejarah panjang bagi
masyarakat Jawa, bahkan banyak cerita-cerita legenda tentang Keris yang erat kaitannya
dengan sejarah Kerajaan-Kerajaan di Nusantara.
Pada masa lalu Keris dibuat dengan penuh filsafat, harapan, keinginan dan doa-doa yang
di simbolkan dengan bentuk dan nama dhapur, pamor serta ricikan-ricikannya.
Keris Jawa mengandung banyak nilai-nilai falsafah dan ajaran moral. Nilai-nilai yang
terkandung pada Keris Jawa meliputi ajaran spiritual, ajaran untuk selalu bersikap rendah hati,
ajaran untuk selaras dengan alam dan menghargai sesama.
Selain berfungsi sebagai senjata fisik, Keris juga merupakan pusaka yang memiliki filosofi
mendalam tentang kehidupan dan sarat dengan muatan spiritual.
Jika dilihat dari bentuk bilahnya, ada dua jenis bentuk bilah Keris, yaitu Keris lurus dan
keris luk (lekuk) yang masing-masing memiliki fungsi dan filosofi yang berbeda.
Sebagai senjata, Keris lurus hanya berfungsi sebagai senjata tusuk, sedangkan Keris luk
memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai senjata tusuk dan sebagai penangkis senjata lawan
karena bentuknya yang berkelok-kelok. Selain itu, tusukan dari Keris luk akan mengakibatkan
luka sobekan yang lebih lebar dan lebih parah.
Selain berfungsi untuk menangkis senjata lawan dan menghasilkan luka sobekan yang
parah, sebetulnya ada makna tersirat dibalik pembuatan Keris luk. Bentuk luk pada Keris
memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang tersembunyi, bukan hanya bertujuan untuk
memperindah bentuknya saja.

4 | KRAT.Priyohadinagoro
Semua jenis Keris pada dasarnya merupakan senjata yang bersifat pusaka (bersifat
pribadi secara psikologis bagi pemiliknya) dan berfungsi sebagai senjata pamungkas dalam
penggunaannya.

Berikut ini penjelasan tentang Filosofi Keris lurus dan Keris luk, dari Keris luk 1
sampai luk 13:
• Filosofi dan tuah Keris lurus
Keris lurus memiliki bentuk yang sederhana pada awal pembuatannya, tapi seiring
perkembangan jaman bentuknya mulai dihiasi dengan bermacam-macam motif pamor dan
ditambah dengan berbagai macam ricikan.
Keris lurus mengandung makna spiritual dalam pembuatannya sebagai sarana pemujaan
kepada Sang Pencipta agar pemilik Keris selalu ingat kepada Yang Kuasa dan tekun beribadah
serta senantiasa berada dijalan yang lurus.
Dalam ritual-ritual pemujaan, selain si pemilik Keris memanjatkan doa, biasanya Keris juga
diberi sesaji sebagai simbol harapan supaya doa-doa dan permohonannya cepat sampai kepada
Sang Pencipta.
Bagi pemiliknya, selain berfungsi sebagai senjata, Keris lurus juga menjadi sarana untuk
membantu dalam sifat kerohanian.
Tapi jika dipelajari lebih mendalam, sebetulnya pemberian sesaji pada Keris bukan bertujuan
untuk memberi makanan atau persembahan kepada khodam Keris, tapi merupakan simbol-
simbol tersirat yang memiliki makna sangat dalam tentang ajaran dan tuntunan hidup.
Tapi dalam perkembangannya ajaran melalui simbol-simbol tersebut menjadi menyimpang
karena kurangnya pemahaman dari para pewaris tradisi adiluhung tersebut yang menganggap
bahwa sesaji merupakan persembahan kepada sebuah pusaka yang tentu saja hal itu tidak
dibenarkan dalam ajaran agama dan memang melenceng dari maksud dan tujuan sebenarnya
yang di ajarkan oleh para leluhur terdahulu.
Bahkan dalam ritual tertentu, ada jenis Keris lurus (Keris sajen) yang dijadikan persembahan
atau dijadikan sarana pembersihan diri dari energi negatif, untuk ruwatan sengkolo, untuk ritual
bersih desa, dan ritual-ritual lainnya dan biasanya Keris tersebut akan dilarung atau dikubur.
Dalam perawatannya, Keris lurus biasanya lebih banyak menuntut untuk diberi sesaji
dibandingkan Keris luk. Karena secara umum walaupun bentuknya sederhana namun Keris
lurus dipercaya memiliki daya magis dan perbawa yang lebih kuat dan lebih wingit dibanding
Keris luk.
Selain itu, karena energi ghaibnya lebih kuat dari Keris luk, maka banyak Keris lurus tangguh
kuno atau kabudhan yang digunakan sebagai Keris tindih untuk meredam Keris-Keris lain yang
beraura panas / ganas.
Tapi sebetulnya Keris tindih memiliki filosofi bahwa anak muda harus menghormati atau
memiliki rasa sungkan kepada orang yang lebih tua /,sepuh, itu sebabnya kenapa yang

5 | KRAT.Priyohadinagoro
digunakan sebagai Keris tindih kebanyakan adalah Keris-Keris dhapur kabudhan, seperti Keris
Bethok Budho dan Keris Jalak Budho.

• Filosofi dan tuah Keris luk 1


Keris luk 1 memiliki makna sebagai sarana untuk mengingatkan pemiliknya agar mendekatkan
diri kepada Yang Maha Kuasa supaya keinginan-keinginannya dapat tercapai, misalnya
keinginan dalam hal kepangkatan dan derajat.
Dibandingkan Keris lurus, Keris luk 1 lebih menggambarkan hasrat Manusia untuk mencapai
tujuan duniawi. Biasanya Keris luk 1 memiliki aura yang agak panas dan energi yang lebih
tajam / keras dan kebanyakan dibuat untuk tujuan kesaktian, kekuasaan, dan kewibawaan.
Keris luk 1 melambangkan tekad yang kuat untuk meraih sesuatu yang di inginkan atau yang
dicita-citakan. Keris ini lebih cocok dimiliki oleh anak muda yang masih aktif sebagai sarana
untuk membangkitkan semangat dan daya juang dalam mengejar cita-cita.
• Filosofi dan tuah Keris luk 3
Makna spiritual dalam pembuatan Keris luk 1 dan luk 3 sebetulnya hampir sama, yaitu sebagai
lambang kedekatan Manusia dengan Sang Pencipta dan juga sebagai sarana untuk membantu
mempermudah tercapainya keinginan-keinginan / cita-cita pemilik Keris.
Keris luk 3 atau Keris Jangkung berasal dari kata njangkungi yang memiliki makna perlindungan
dan pengayoman. Bisa juga di artikan Jinampang Jinangkungan, yang bermakna "dimudahkan
dan tercapai".
Dengan demikian, Keris luk tiga melambangkan harapan agar pemiliknya selalu dimudahkan
dalam segala urusan, tercapai apa yang dicita-citakannya dan selalu mendapat perlindungan
dari TUHAN Yang Maha Kausa.
Jadi, Keris Jangkung adalah simbol harapan agar pemilik Keris ini senantiasa mendapat
perlindungan dan pengayoman serta mudah dalam mencapai cita-cita.
Menurut para sesepuh Jawa, "Keris Jangkung sae kagem engkang kagungan gegayuhan",
artinya Keris Jangkung baik untuk orang yang memiliki cita-cita.
Keris Jangkung merupakan pesan tersirat agar kita sebagai Manusia memiliki cita-cita yang
tinggi dan harus diwujudkan dengan tekad dan usaha yang keras.
Keris luk 3 menyiratkan makna bahwa untuk mencapai cita-cita, ada 3 hal yang harus
diselaraskan, yaitu: cipta, rasa dan karsa atau yang disebut Tri Daya.
• Filosofi dan tuah Keris luk 5
Pada jaman Kerajaan dahulu, Keris luk 5 hanya boleh dimiliki oleh Raja, keluarga Kerajaan dan
kalangan ningrat saja. Selain mereka, tidak ada orang lain yang boleh memiliki atau menyimpan
Keris luk 5. Hal itu sudah menjadi aturan yang berlaku di masyarakat perkerisan pada masa itu.

6 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris luk 5 hanya cocok dimiliki oleh orang-orang dari keturunan Raja, orang-orang yang
memiliki kemapanan sosial dan menjadi pemimpin di masyarakat.
Keris luk 5 diciptakan dengan tuah untuk menjaga wibawa dan kharisma keagungan
kebangsawanan agar pemiliknya selalu dihormati dan dicintai oleh rakyat serta bawahannya.
Kebanyakan Keris luk 5 lebih menuntut untuk diberi sesaji dibandingkan Keris lurus dan Keris
luk lainnya. Keris ini melambangkan kehidupan Manusia pada tingkat spiritual yang lebih tinggi
yang tidak hanya memikirkan urusan duniawi.
• Filosofi dan tuah Keris luk 7
Keris luk 7 merupakan simbol harapan agar orang yang memiliki Keris ini selalu mendapat
pertolongan TUHAN dalam segala hal.
Dalam bahasa Jawa, angka 7 disebut "pitu" yang selalu dikaitkan dengan konsep "pitulungan"
atau pertolongan. Sehingga apapun yang berkaitan dengan angka 7 bagi orang Jawa memiliki
filosofi bahwa kita "nyuwun pitulungan" atau memohon pertolongan kepada TUHAN.
• Filosofi dan tuah Keris luk 9
Keris luk 9 dipercaya memiliki tuah untuk kewibawaan dan pengayoman serta memudahkan
pemiliknya dalam meraih cita-cita.
9 adalah angka tertinggi dan di anggap sebagai angka keramat, karena jika dikalikan dengan
angka berapapun maka hasil perkaliannya jika dijumlahkan akan tetap menjadi 9.
Maknanya, meskipun dalam perjalanan hidup ini mengalami liku-liku dan jatuh bangun
hendaknya jangan mudah menyerah dan putus asa, karena jika kita fokus dan yakin pada tujuan
kita maka suatu saat apa yang di cita-citakan pasti akan tercapai.
Angka 9 mewakili kesempurnaan hidup atau puncak dari pencapaian Manusia didalam
kehidupannya. Tapi untuk bisa mencapai angka 9 harus melewati angka 1 sampai angka 8 yang
harus dilalui setahap demi setahap dengan segala lika-likunya.
Keris luk 9 merupakan simbol harapan agar orang yang memiliki Keris ini dapat meraih cita-
citanya dan mendapatkan kemuliaan, sekaligus sebagai pengingat bahwa tujuan hidup didunia
ini adalah untuk kembali kepada Sang Pencipta.
• Filosofi dan tuah Keris luk 11
Keris luk 11 merupakan pesan tersirat agar kita sebagai Manusia senantiasa mawas diri bahwa
hidup ini adalah kawelasaning GUSTI atau belas kasih dari TUHAN yang disimbolkan dengan luk
11 atau dalam bahasa Jawa "sewelas" yang dimaknai sebagai kawelasan.
Oleh karena itu, kita juga harus memancarkan sifat kawelasan atau welas asih itu terhadap
sesama, karena Manusia yang mampu menjadikan belas kasih sebagai sabuk kehidupan, maka
dia akan berhasil menempuh kehidupannya dengan baik dan akan selalu mendapatkan
kawelasaning GUSTI.
• Filosofi dan tuah Keris luk 13

7 | KRAT.Priyohadinagoro
Angka 13 merupakan bilangan tertinggi dalam jumlah luk pada sebilah Keris dan merupakan
Keris yang dibuat khusus untuk orang-orang yang sudah mandito atau memiliki tingkat spiritual
yang tinggi dan sudah tidak mementingkan urusan duniawi lagi.
Keris luk 13 melambangkan kewibawaan dan kasepuhan. Angka 13 dalam khasanah Jawa
dimaknai sebagai "las-lasaning urip" atau masa-masa akhir kehidupan.
Ada pengertian lain bahwa luk 13 juga memiliki arti "tri welas", yaitu: welas ing sesami, welas
ing sato iwen, lan welas ing tetuwuhan. Semua ini diarahkan kepada keselarasan antara
Manusia, alam dan TUHAN.
Angka 13 juga dianggap sebagai penolak bala, karena terdiri dari angka 1 yang memiliki makna
permulaan, tunggal dan ke-Esa-an untuk melambangkan ke-Tuhanan.
Sedangkan angka 3 adalah angka ganjil yang mencerminkan keseimbangan hidup. Dalam
kehidupan ini ada 3 perkara yang selalu berkaitan dengan Manusia, contohnya:
- Ada 3 perkara dalam hidup yang tidak bisa kembali, yaitu: waktu, ucapan dan kesempatan.
Jadi sebisa mungkin manfaatkanlah waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, menjaga ucapan
agar tidak menyakiti orang lain dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
- Ada 3 perkara yang tidak kita mengerti dengan pasti, yaitu: rejeki, umur dan jodoh.
- Ada 3 perkara dalam hidup yang pasti terjadi, yaitu: tua, sakit dan mati. Oleh karena itu
persiapkanlah masa-masa itu dengan sebaik-baiknya karena ketika Manusia sudah meninggal
dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan doa anak yang sholeh.
• Filosofi dan tuah Keris Kalawijan / Kolowijan
Menurut sumber dari Babon Surakarta, Kalawijan / Kolowijan merupakan penyebutan untuk
Keris-Keris yang jumlah luknya lebih dari 13. Walaupun jumlah luknya lebih dari 13, Keris
dhapur Kolowijan juga memiliki pakem dan nama dhapur sendiri.
Untuk Keris yang jumlah luknya 15 atau 17 biasanya panjang bilahnya masih normal seperti
Keris-Keris pada umumnya, tapi jika jumlah luknya lebih dari 19 biasanya ukuran panjang
bilahnya hampir selalu lebih panjang dari Keris-Keris umum.
Semakin banyak jumlah luknya maka ukuran bilahnya juga akan semakin panjang, namun
karena Keris Kolowijan dulu memang jarang dibuat, maka saat ini sangat jarang dijumpai Keris
tua berkualitas bagus yang luknya lebih dari 13. Keris Kolowijan yang paling banyak dijumpai
adalah Keris luk 15 dan banyak diantaranya tergolong master piece atau adikarya.
Saat ini Kolowijan / Kalawijan juga lazim digunakan untuk menyebut Keris-Keris berluk 3, 5, 7,
sampai berluk 13, atau bahkan Keris lurus yang ricikannya tidak sesuai pakem atau tidak punya
nama dhapur sesuai pakem yang ada.
Selain pada Keris, dhapur Kolowijan / Kalawijan juga terdapat pada Tombak dan Pedang. Pada
Tombak, penggolongan jenis Kalawijan tidak dikaitkan dengan jumlah luknya sebagaimana
istilah Kalawijan pada Keris.
Kalawijan pada Tombak menyangkut pada bentuknya yang tidak umum sebagaimana bentuk
Tombak pada umumnya sesuai pakem yang ada.

8 | KRAT.Priyohadinagoro
Beberapa bentuk Tombak yang tergolong Kalawijan antara lain Tombak Wulan Tumanggal dan
Tombak Rosandita.
Sedangkan pada Pedang, yang disebut dengan Kalawijan adalah yang bentuknya tidak sesuai
pakem atau di luar ricikan pedang yang baku / umum.
Ada beberapa ricikan yang ditambahkan pada Pedang Kalawijan yang biasanya merupakan
ricikan yang terdapat pada Keris, misalnya saja yang paling umum adalah penambahan gonjo,
kembang kacang, atau ditambah hiasan Naga pada bagian pangkalnya.
Mengenai istilah Kalawijan ini tentunya sangat berhubungan dengan nama "Palawija".
Palawija / Polowijo adalah tanaman selingan dari tanaman utama sebagai makanan pokok alias
"pakem" yaitu Padi.
Oleh karena itu, Tosan Aji Kalawijan dapat dimaknai sebagai Keris selingan, artinya maksud
pembuatannya memang bersifat khusus atau tidak seperti biasanya.
Khusus Keris luk 23 tidak pernah ada dalam literatur mengenai dhapur perkerisan, kecuali pada
buku karangan Bambang Harsrinuksmo. Tapi meskipun sangat jarang, Keris luk 23 masih bisa
dijumpai.
Menurut pitutur orang tua jaman dahulu menyebutkan bahwa Keris luk 23 merupakan dhapur
sinengker (ditabukan) dan hanya boleh dimiliki oleh Raja dan keturunannya saja serta hanya
dibabar ketika dibutuhkan dan itupun hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu saja.

Perbedaan Keris Tilam Upih Dan


Keris Tilam Sari
Keris Tilam Upih adalah salah satu dhapur Keris lurus yang paling populer dan paling banyak
dijumpai karena jumlahnya paling banyak.
Bentu Keris ini sangat sederhana dengan gandhik polos dan hanya terdapat pejetan serta tikel
alis saja, sedangkan ricikan lainnya tidak ada.
Pada jaman dahulu hampir setiap keluarga di Jawa selalu menyimpan Keris berdhapur Tilam
Upih sebagai pusaka keluarga.
Keris ini juga boleh dimiliki oleh siapa saja, dari kalangan rakyat biasa sampai kalangan
bangsawan boleh memiliki Keris berdhapur Tilam Upih sehingga Keris ini lebih banyak dibuat
dibanding Keris-Keris dhapur lainnya.
Selain Keris Tilam Upih, ada juga dhapur Keris lurus lainnya yang juga cukup populer dan banyak
dijumpai, yaitu Keris Tilam Sari.

9 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris Tilam Upih dan Keris Tilam Sari memiliki
bentuk yang sangat mirip sehingga masih banyak
yang bingung untuk membedakan keduanya.
Perbedaan antara Keris Tilam Upih dan Keris Tilam
Sari hanya terletak pada bagian sraweyan saja,
sedangkan bagian lainnya sama.
TILAM UPIH Filosofi dan tuah dari Keris Tilam Upih dan Keris
Tilam Sari secara umum juga hampir sama, yaitu
melambangkan kentraman dan kedamaian.

Filosofi dan tuah Keris Tilam


Upih:
Keris dhapur Tilam Upih adalah Keris yang di anjurkan
untuk dimiliki pertama kali sebagai pegangan sebelum
memiliki Keris-Keris dhapur lainnya. Hal itu sebetulnya
berkaitan dengan filosofi Keris Tilam Upih yang
melambangkan ketentraman rumah tangga.
Pesan yang hendak disampaikan melalui Keris Tilam
Upih, yaitu: sebelum sukses diluar, seorang laki-laki
harus bisa sukses dulu dalam membangun keluargnya,
karena keluarga merupakan pondasi untuk membangun
hal-hal yang lebih tinggi dan lebih besar seperti bisnis, karier, kekuasaan dan kejayaan.
Keris Tilam Upih di anggap sebagai ibu dari semua Keris, bahkan konon Kanjeng Sunan Kalijogo juga
pernah menyarankan kepada para pengikutnya untuk memiliki Keris Tilam Upih terlebih dulu sebelum
memiliki Keris-Keris lainnya.
Dalam terminologi Jawa, Tilam Upih memiliki makna tikar yang terbuat dari anyaman daun yang pada
jaman dahulu sering digunakan sebagai alas tidur, sehingga kemudian di ibaratkan untuk
menggambarkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga.
Oleh karena itulah, banyak sekali pusaka keluarga berdhapur Tilam Upih yang diwariskan secara turun-
temurun. Hal itu menunjukkan adanya harapan dari para orang tua agar anak cucunya nanti dapat
memperoleh ketenteraman dan kesejahteraan dalam hidupnya.
Para orang tua jaman dahulu akan memberikan pusaka keluarga berupa Keris berdhapur Tilam Upih
secara turun temurun kepada anak-anaknya yang telah menikah sebagai simbol harapan dan sebagai
perwujudan do'a kepada SANG PENCIPTA agar kehidupan anak-anaknya bisa bahagia, tenteram dan
berkecukupan.
Dan jika berbicara soal tuah, memang Keris Jawa selalu identik dengan tuah atau isi yang merupakan
manifestasi dari do’a-do’a yang dipanjatkan oleh sang Empu pembuatnya kepada SANG PENCIPTA
melaluli media sebilah Keris sebagai simbolisasi harapan agar pemilik Keris tersebut dan keturunannya
bisa memiliki kehidupan yang tenteram, damai, bahagia dan sejahtera.
Jadi, tuah atau khasiat dari Keris Tilam Upih adalah untuk ketenteraman dan kebahagiaan rumah tangga
(keluarga) serta untuk kemakmuran.

10 | KRAT.Priyohadinagoro
Filosofi DanSARI
TILAM Tuah Keris Tilam Sari:
Tilam Sari dapat bermakna tempat beristirahat yang nyaman dan harum semerbak yang merupakan
simbolisasi harapan agar pemilik Keris bisa memiliki kehidupan yang tentram, damai, harmonis, bahagia
dan sejahtera.
Pada jaman dahulu Keris berdhapur Tilam Sari banyak dimiliki oleh sebagian masyarakat Jawa sebagai
pusaka keluarga dengan harapan agar keluarganya dapat memiliki kehidupan yang tentram, nyaman,
damai, bahagia dan sejahtera seperti filosofi Tilam Sari.
Tuah Keris Tilam Sari dipercaya dapat mendatangkan rejeki, ketentraman, kebahagiaan, kesejahteraan,
kemuliaan, kedamaian, keharmonisan keluarga, dihormati oleh banyak orang, dapat memiliki nama baik
(harum) di masyarakat dan senantiasa mendapat perlindungan dari TUHAN Yang Maha Esa.
Energi dari Keris Tilam Sari bersifat teduh dan mengayomi sehingga suasana rumah akan terasa sejuk
dan adem ayem karena Keris ini memang dibuat dengan harapan dan doa agar pemiliknya bisa memiliki
kehidupan keluarga yang tentram dan bahagia.

Perbedaan Keris Dhapur Brojol Dan Keris


Dhapur Tilam Upih
Keris Brojol dan Keris Tilam Upih adalah dhapur Keris lurus yang sangat legendaris dan paling
sering dijumpai karena jumlahnya paling banyak dibanding Keris-Keris dhapur lainnya.
Pada jaman dahulu rata-rata setiap keluarga akan menyimpan kedua dhapur Keris tersebut
sebagai pusaka keluarga karena semua orang dan semua kalangan boleh memiliki Keris Brojol
dan Keris Tilam Upih.
Jika dilihat sekilas, antara Keris dhapur Brojol dan Keris dhapur Tilam Upih memiliki bentuk yang
hampir serupa karena yang membedakan kedua Keris ini hanya pada ricikan tikel alis saja.
Pada Keris Tilam Upih terdapat tikel alis
sedangkan pada Keris Brojol tidak
trdapat tikel alis. Tapi meskipun
bentuknya hampir sama kedua Keris
tersebut memiliki filosofi dan tuah yang
berbeda.

Filosofi dan tuah Keris Brojol:


Keris Brojol (tidak terdapat tikel alis)
Bentuk Keris Brojol tampak sangat
sederhana dengan bilah lurus dan
nglimpo (tanpa odo-odo), gandhik polos
dan hanya terdapat pejetan saja,
sedangkan ricikan lainnya tidak ada.

11 | KRAT.Priyohadinagoro
Namun dibalik bentuknya yang sangat sederhana tersebut, Keris Brojol memiliki makna filosofis
tentang nilai-nilai kehidupan dan muatan spiritual.
Ricikan pada Keris dhapur Brojol juga memiliki pesan moral yang dalam, pejetan melambangkan
kelapangan hati dan gandhik polos melambangkan ketabahan dalam menjalani hidup.
Kelapangan hati untuk menerima segala sesuatu yang terjadi, terutama terhadap keadaan yang
tidak menyenangkan atau yang tidak sesuai harapan.
Pada dasarnya setiap Manusia pasti memiliki satu keyakinan terhadap kekuasaan TUHAN
bahwa segala sesuatu yang terjadi didunia ini merupakan takdir TUHAN.
Tapi meskipun segala sesuatu telah ditentukan, Manusia harus tetap berikhtiar dan harus
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih impiannya karena kita tidak pernah tau apa
rencana TUHAN untuk kita.
Tapi setiap usaha yang kita lakukan untuk meraih impian harus dijalani dengan cara yang baik
dan sewajarnya, "ojo ngoyo" atau memaksakan diri diluar batas kemampuan sampai melanggar
norma-norma yang berlaku di masyarakat dan ajaran Agama serta merugikan orang lain.
Orang yang hidup ngoyo dan neko-neko (bertingkah) cenderung akan berbuat dan berperilaku
tidak baik yang justru akan menjauhkan dirinya dari pencapaian fitrahnya sebagai Manusia.
Keris dhapur Brojol termasuk Keris yang sangat legendaris dan paling banyak dijumpai seperti
halnya Keris Tilam Upih karena pada jaman dahulu Keris dhapur Brojol boleh dimiliki oleh
semua kalangan sehingga Keris ini banyak dipesan dengan tujuan untuk mendapatkan tuahnya.
Jika mengacu pada arti kata "Brojol" atau "mbrojol" yang artinya keluar dengan mudah atau
lancar, maka dapat disimpulkan jika tuah atau khasiat dari Keris Brojol adalah untuk
melancarkan segala urusan, termasuk kelancaran rejeki dan juga untuk melancarkan proses
kelahiran jabang bayi.
Brojol merupakan simbolisasi harapan atau do’a kepada TUHAN agar setiap urusan pemiliki
Keris bisa mbrojol atau dimudahkan.
Keris dhapur Brojol memang terkenal sebagai Kerisnya dukun bayi karena pada jaman dahulu
hampir semua dukun bayi memiliki Keris ini sebagai pusaka andalan yang diwariskan secara
turun-temurun dari leluhurnya.
Keris Brojol dipercaya memiliki khasiat untuk melancarkan proses persalinan sehingga jabang
bayi bisa lahir dengan mudah (mbrojol) dengan sarana Keris ini.
Tapi sebetulnya Keris Brojol memiliki makna yang lebih dalam dari hanya sekedar untuk
mempermudah proses kelahiran jabang bayi. Sebagaimana dhapur Keris lainnya, Keris Brojol
juga merupakan suatu karya yang memiliki muatan spiritual berupa ajaran-ajaran hidup.
Secara terminologi, Brojol memang identik atau erat kaitannya dengan proses kelahiran
(mbrojol). Brojol atau mbrojol merupakan kalimat yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa
untuk menyebut peristiwa kelahiran jabang bayi ke dunia. Oleh karena itulah kemudian Keris
Brojol identik sebagai pusakanya dukun bayi sebagai sarana untuk membantu mempermudah
proses lahiran atau persalinan.
Padahal, makna sesungguhnya dari Keris dhapur Brojol sebagai simbol kelahiran jabang bayi
sebetulnya bukan pada proses kelahiran itu sendiri (mbrojol/lahir), akan tetapi lebih ditujukan
12 | KRAT.Priyohadinagoro
untuk mengingatkan pemiliknya pada kesucian jabang bayi yang baru dilahirkan, yaitu fitrah
Manusia.
Bayi yang baru dilahirkan adalah Manusia yang masih polos dan suci tanpa dosa. Pesan yang
disampaikan dari Keris dhapur Brojol adalah agar Manusia dapat dilahirkan/disucikan kembali
secara spiritual atau kembali pada fitrahnya karena tujuan hidup Manusia didunia ini adalah
untuk kembali kepada TUHAN.
Pada hakikatnya, dalam diri setiap Manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan
menjauhkan diri dari perbuatan jahat serta angkara murka karena sejatinya nurani setiap
Manusia selalu merindukan ketentraman dan kedamaian.
Jauh didasar lubuk hati setiap Manusia pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk menuju jalan
yang lurus. Itulah fitrah Manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan oleh semua Agama.
Sedangkan Keris Tilam Upih adalah salah satu dhapur Keris lurus dengan ukuran panjang bilah
normal. Bentuknya juga sangat sederhana dengan gandhik polos dan hanya terdapat pejetan
serta tikel alis saja, untuk ricikan lainnya tidak ada.
Keris Tilam Upih juga termasuk Keris yang sangat populer dan paling banyak dijumpai karena
jumlahnya paling banyak dibanding Keris-Keris dhapur lainnya. Pada jaman dahulu hampir
setiap keluarga di Jawa selalu menyimpan Keris dhapur Tilam Upih sebagai pusaka keluarga
karena Keris ini boleh dimiliki oleh siapa saja, dari kalangan rakyat biasa sampai kalangan
bangsawan boleh memiliki Keris berdhapur Tilam Upih sehingga Keris ini lebih banyak dibuat
dibanding Keris-Keris dhapur lainnya.
Keris dhapur Tilam Upih adalah Keris yang di anjurkan untuk dimiliki pertama kali sebagai
pegangan sebelum seseorang memiliki Keris-Keris dhapur lainnya.
Hal itu sebetulnya berkaitan dengan filosofi Keris Tilam
Upih yang melambangkan ketentraman rumah tangga.
Pesan yang hendak disampaikan melalui Keris ini yaitu:
sebelum sukses diluar, seorang laki-laki (kepala rumah
tangga) hendaknya sukses dulu dalam membangun
keluarga, karena keluarga merupakan pondasi untuk
membangun hal-hal yang lebih lebih besar dan lebih
tinggi seperti bisnis, karier, kekuasaan dan kejayaan.
Keris Tilam Upih di anggap sebagai ibu dari semua
Keris, bahkan konon Kanjeng Sunan Kalijogo juga
pernah menyarankan kepada para pengikut Beliau
bahwa Keris pertama yang di anjurkan untuk dimiliki
adalah Keris berdhapur Tilam Upih.

Filosofi Dan Tuah Keris Carang Soka

13 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris Carang Soka adalah salah satu dhapur Keris luk 9 yang cukup langka. Ukuran panjang
bilahnya normal dengan ricikan antara lain: kembang
kacang, jalen, lambe gajah satu, pejetan, tikel alis,
sraweyan dan greneng.
Keris luk 9 di anggap memiliki keistimewaan
tersendiri karena angka 9 merupakan angka tertinggi
dan di anggap sebagai angka keramat karena jika
dikalikan dengan angka berapapun maka hasil
perkaliannya jika dijumlahkan akan tetap menjadi 9.
Maknanya, meskipun dalam perjalanan hidup ini
mengalami liku-liku dan jatuh bangun hendaknya
jangan mudah menyerah dan putus asa, karena jika
kita fokus dan yakin pada tujuan kita maka suatu saat
pasti akan tercapai.
Dan yang perlu di ingat, bahwa untuk bisa mencapai
angka 9 tentunya harus melalu proses dari angka 1
sampai angka 8 yang harus dilalui setahap demi
setahap dengan segala lika-likunya. Hal itu
merupakan gambaran dari perjalanan hidup Manusia
untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Angka 9 juga mewakili kesempurnaan hidup atau
puncak dari pencapaian Manusia didalam
kehidupannya. Keris luk 9 lebih cocok dimiliki oleh orang-orang yang sudah tidak
mementingkan urusan duniawi lagi, karena Keris-Keris luk 9 biasanya dibuat dengan tujuan
untuk kemapanan kerohanian dan kesepuhan.
Seperti halnya Keris-Keris luk 9 lainnya, Keris Carang Soka juga memiliki filosofi mendalam
tentang kehidupan dan sarat muatan spiritual.
Dalam bahasa Jawa, Carang artinya ranting bambu berukuran kecil yang berjumlah banyak
sehingga membuat pohon terlihat lebih rimbun. Sedangkan Soka adalah serapan dari “Asoka”
dari bahasa Sansekerta “Shoka” (sedih) dan A (tidak). Asoka / Soka adalah jenis tanaman hias
yang dipercaya sebagai bunga penawar kesedihan.
Dalam kepercayaan Hindu, tanaman Soka di anggap sebagai lambang cinta dan kesucian
sehingga sering digunakan sebagai sesaji dan persembahan untuk Dewa Shiwa dan Dewa
Wisnu.
Bunga Soka juga dipercaya dapat mengusir kesedihan dan menjadi simbol kebahagiaan
sehingga mereka meyakini dengan membawa bunga Soka, maka kemanapun mereka pergi akan
selalu mendapatkan kebahagiaan dan selalu diliputi perasaan bahagia.
Dalam kehidupan ini pasti ada kesenangan dan ada kesedihan, ada kecukupan dan ada
kekurangan. Maka konsep keseimbangan kehidupan inilah yang mendasari lahirnya dhapur
Keris Carang Soka. Bahwa ketika Manusia mengalami kesedihan pasti akan ada penawar dari
kesedihan tersebut.

14 | KRAT.Priyohadinagoro
Oleh karena itu, kita harus bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala bentuk ujian dalam
kehidupan ini, karena tanpa kita sadari sebetulnya ada ranting-ranting kecil yang selalu
menemani dan menjadi penopang yang menguatkan kita dalam kondisi apapun.
Tapi seringkali hal-hal kecil tersebut tidak terlihat atau tidak di anggap penting dan sering di
abaikan sehingga menjauhkan kita dari rasa syukur.
Sejatinya dalam setiap peristiwa yang kita alami pasti ada hikmah dibaliknya sebagai
pembelajaran agar kita menjadi Manusia yang lebih baik dan dewasa.
Keris Carang Soka dipercaya memiliki tuah untuk keselamatan, pengayoman, kerohanian dan
kasepuhan. Biasanya Keris ini memancarkan aura sejuk sehingga akan membuat suasana rumah
menjadi tentram dan damai.

Filosofi Dan Tuah Keris Pendowo


Keris Pendowo adalah salah satu dhapur Keris luk 5 dengan ukuran panjang bilah normal.
Ricikan pada Keris ini, antara lain: kembang kacang, jalen, lambe gajah satu, tikel alis, sogokan
rangkap, sraweyan, ri pandan dan grenang.
Bentuk dan ricikan Keris Pandowo sangat mirip dengan Keris Pandowo Cinarito, bedanya pada
Keris Pandowo / Pandawa hanya terdapat satu lambe gajah, sedangkan pada Keris Pandowo
Cinarito / Pandawa Cinarita terdapat dua lambe gajah.
Keris Pendowo / Pandawa identik dengan trah ningrat karena pada jaman dulu Keris luk 5
hanya boleh dimiliki oleh Raja dan para keluarga Kerajaan serta para bangsawan saja. Bahkan
sampai saat ini, secara tersirat keyakinan itu masih tetap ada, bahwa trah ningrat wajib
memiliki keris luk 5.
Keris Pandowo terlihat begitu luwes dan anggun tapi memancarkan aura kewibawaan yang
begitu besar. Karakter Keris ini memang sangat mewakili trah ningrat atau kaum bangsawan.
Keris Pendowo di angggap sebagai Keris yang istimewa dan tidak
sembarang orang boleh memilikinya karena pada jaman dahulu
memang hanya dibuat khusus untuk para Raja dan keturunannya
serta para bangsawan saja.
Begitulah aturan yang berlaku di masyarakat perkerisan pada
jaman dulu bahwa Keris ber-luk 5 hanya boleh dimiliki oleh
orang-orang keturunan Raja dan para bangsawan kerabat
Kerajaan yang memiliki kemapanan sosial dan menjadi pemimpin
atau tokoh masyarakat.
Keris Pendowo dibuat dengan tujuan untuk menambah
kewibawaan dan menunjang kekuasaan sehingga pemiliknya
akan dicintai dan dihormati oleh banyak orang.

15 | KRAT.Priyohadinagoro
Tuah Keris Pendowo:
Keris Pendowo diciptakan dengan tuah untuk menjaga wibawa dan kharisma keagungan
kebangsawanan agar pemiliknya selalu dihormati dan dicintai rakyat serta bawahannya.
Selain itu, tuah dari Keris ini juga mampu membuat orang lain tunduk dan patuh sehingga
setiap perkataan atau perintah dari pemilik Keris ini akan didengarkan dan dipatuhi.
Tapi biasanya Keris Pendowo dan Keris-Keris luk 5 lainnya lebih banyak menuntut untuk diberi
sesaji dibandingkan Keris lurus dan Keris ber-luk lainnya.
Seperti halnya dhapur Keris lainnya, Keris Pandowo luk 5 juga memiliki filosofi yang dalam
tentang kehidupan dan sarat muatan spiritual.
Filosofi Keris Pendowo:
Filosofi Keris Pendowo diambil dari tokoh pewayangan Pandawa yang terdiri dari Yudhistira
(Puntodewo), Bima (Werkudoro), Arjuna, Nakula dan Sadewa yang menggambarkan beberapa
karakter dan kemampuan untuk mengalahkan angkaramurka dari Kurawa.
Meskipun untuk beberapa waktu para ksatria Pandawa pernah melakukan kesalahan sebagai
sifat kemanusiaannya, tapi pada akhirnya mereka berhasil melakukan penebusan dosa dan
memenangkan perang melawan Kurawa.
Keris Pandowo merupakan simbol harapan agar pemilik Keris ini dapat memiliki kemampuan
dan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Dan meskipun pernah melakukan kesalahan
namun pada akhirnya dapat menebusnya dan mampu mengalahkan hawa nafsu serta angkara
murka.
Keris Pendowo atau luk 5 juga bermakna jangkep. Manusia dilahirkan dengan 5 panca indera
yang harus di asah agar mampu bersatu dengan Sang Pencipta, yaitu dengan mencontoh sifat-
sifat para ksatria Pandawa yang mewakili tahapan tingkat spiritual Manusia yang dimulai dari
Sadewa, Nakula, Arjuna, Bima (Wekudoro) dan Yudhistira (Puntadewo).

Filosofi Keris Pandawa Cinarita Sebagai


Tuntunan Hidup
Keris Pandawa Cinarita atau Pandowo Cinarito adalah salah satu dhapur Keris luk lima dengan
ukuran panjang bilah sedang. Permukaan bilahnya ada yang nglimpo dan ada juga yang nggigir
sapi karena memakai odo-odo.
Ricikan yang terdapat pada Keris
Pandowo Cinarito, antara lain: kembang
kacang, jalen, lambe gajah dua, tikel
alis, sogokan rangkap, sraweyan dan
greneng.

16 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris dhapur Pandowo Cinarito termasuk salah satu Keris pusaka yang cukup populer dan
banyak di cari oleh para pecinta Tosan Aji.
Tuah Keris Pandowo Cinarito dipercaya dapat membantu pemiliknya lancar dalam
berkomunikasi, sehingga akan disukai dalam lingkungan pergaulannya dan mudah untuk
meyakinkan Orang lain.
Keris ini diyakini cocok di miliki oleh Orang-Orang yang dalam profesinya mengharuskan lebih
banyak berbicara atau bekomunikasi dengan banyak Orang.
Keris dhapur Pandowo Cinarito dulu banyak dimiliki oleh para Dalang Wayang dan sampai saat
ini masih banyak diburu oleh Orang-Orang yang berprofesi sebagai Marketing, MC, Motivator,
Pembicara, Artis, Jaksa, Pengacara dan lainnya.

Filosofi Keris Pandowo Cinarito:


Dalam cerita pewayangan, rukun Islam digambarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijogo melalui
karakter lima kesatria Pandawa. Kisah tersebut menceritakan jika para tokoh yang baik
(protagonis) sekalipun sesekali bisa juga melakukan kesalahan.
Berikut ini penjabaran tentang 5 karakter tokoh Pandawa:
1. Rukun Islam yang pertama (Syahadat) digambarkan melalui tokoh tertua Pandawa, yaitu
Raden Yudhistira / Samiaji / Puntadewa dengan senjata pamungkasnya yaitu Jimat
Kalimosodo (Kalimat Syahadat).
Diceritakan bahwa Raden Yudhistira adalah seorang Raja yang bijaksana dan tidak
pernah kalah atau putus asa. Dia selalu sabar dalam menghadapi musibah, selalu
berbaik sangka kepada setiap Orang, dan jika perlu mengalah demi menjaga persatuan
untuk menuju kejayaan.
Hal itu menggambarkan perjuangan para ulama dalam berdakwah untuk menyebarkan
agama Islam di Nusantara.
2. Rukun Islam yang kedua (Sholat) digambarkan melalui tokoh kesatria Pandawa, yaitu
Raden Werkudoro / Bima / Brothoseno yang tidak pernah duduk dan selalu siap dengan
Kuku Pancanaka-nya.
Artinya, bahwa sholat fardhu lima waktu harus selalu ditegakkan dalam keadaan
apapun. Walaupun dalam kondisi sakit sekalipun sholat fardhu harus tetap dikerjakan
seperti karakter Bima yang selalu berdiri kokoh setiap saat sebagai tiang Pandawa
(Sholat adalah tiang agama).
Dalam pelaksanaan sholat, derajat Manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan termasuk
antara rakyat jelata dan para pembesar Negara sekalipun. Hal itu digambarkan dengan
sikap Werkudoro yang tidak pernah memakai bahasa halus (kromo inggil) dan selalu
berbicara ngoko kepada semua orang tanpa bermaksud kurang ajar.
3. Rukun Islam yang ketiga (Puasa Ramadhan) digambarkan melalui tokoh kesatria
penengah Pandawa, yaitu Raden Arjuna / Janoko / Permadi yang merupakan kesatria
Pandawa yang paling tampan dan banyak digandrungi kaum wanita.

17 | KRAT.Priyohadinagoro
Hal itu merupakan perumpamaan Orang yang sedang berpuasa, dimana godaan hawa
nafsu datang silih berganti begitu banyaknya yang menggoda untuk membatalkan
puasa.
4. Rukun Islam yang keempat dan kelima (Zakat dan Haji) digambarkan melalui dua tokoh
ksatria kembar Pandawa yaitu Raden Nakula dan Raden Sadewa.
Keduanya adalah tokoh Pandawa yang jarang muncul dalam cerita, hal itu sebagai
penggambaran ibadah Zakat dan Haji yang hanya diwajibkan bagi Orang-Orang yang mampu
saja. Akan tetapi, tanpa Nakula dan Sadewa, maka Pandawa akan rapuh dan tidak bisa berdiri
tegak.
Hal itu merupakan gambaran umat Islam, jika tidak ada Orang-Orang yang sanggup membayar
Zakat dan menunaikan ibadah Haji, maka fakir miskin akan berpotensi terjerumus dalam
kekafiran dan kemurtadan, karena kesenjangan sosial antara Orang kaya dan Orang miskin
tidak akan terjembatani.
Jadi, Keris Pandowo Cinarito adalah sebuah pesan untuk Manusia agar senantiasa ingat dan
melaksanakan kelima rukun Islam.
Keris Pandawa Cinarita adalah media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara
melalui pendekatan tradisi dan budaya masyarakat pribumi pada waktu itu.
Sejatinya sebilah Keris akan dirasakan tuahnya jika kita bisa memahami pesan atau petuah-
petuah yang terkandung didalamnya kemudian menjadikannya sebagai tuntunan hidup. Bukan
hanya untuk disimpan dan diharapkan tuahnya saja.

Filosofi dan Tuah Keris


Jalak Sangu Tumpeng,
Simbol Keutamaan
dalam Menjalani
Kehidupan
Jalak sangu tumpeng adalah salah satu
dapur keris lurus dengan gandhik polos
dan ukuran panjang bilahnya normal.
Rincikan pada keris jalak sangu tumpeng
antara lain tikel alis, pejetan, sogokan
rangkap, sraweyan, dan ri pandhan.
Keris jalak sangu tumpeng termasuk
dapur keris yang cukup populer dan
banyak dicari.

18 | KRAT.Priyohadinagoro
Terutama, oleh mereka yang percaya bahwa keris ini memiliki tuah untuk memudahkan
pemiliknya dalam mencari rezeki.
Di luar perkara tuah tersebut, seperti dikutip Gunem.id dari kanal YouTube @@Harta Langit
Channel, keris jalak sangu tumpeng memiliki filosofi yang dalam mengenai kehidupan dan sarat
muatan spiritual.

Jalak sangu tumpeng berarti burung jalak berbekal tumpeng.


Jalak adalah burung yang pandai berkicau dan rajin mencari makan. Selain itu, burung jalak juga
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungannya. Dalam mencari makan burung jalak
tidak merugikan hewan lain.
Tumpeng adalah sajian nasi berbentuk kerucut dengan aneka lauk- pauk yang ditempatkan di
atas tampah atau nampan besar yang terbuat dari anyaman bambu.
Dalam tradisi masyarakat Jawa tumpeng sering disajikan dalam upacara-upacara khusus
sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk tumpeng yang menyerupai gunung melambangkan ketuntasan dan kesempurnaan.
Artinya, jika melakukan sesuatu harus tuntas dan tidak setengah-setengah.
Kata tumpeng sering dimaknai sebagai akronim dari tumungkula sing mempeng. Artinya,
rajinlah menundukkan diri, sebagai pesan tersirat agar manusia selalu menundukkan diri di
hadapan Sang Pencipta agar selamat di dunia dan akhirat.
Makna simbolik yang tersirat pada keris jalak sangu tumpeng merupakan pandangan dan
pegangan hidup atau untuk dapat mencapai kesuksesan lahir dan batin.
Maka, manusia harus memiliki bekal ketakwaan kepada Tuhan.
Burung jalak merupakan simbol atau gambaran seorang laki-laki yang berkewajiban untuk
mencari nafkah dan untuk menjalankan tanggung jawabnya itu laki-laki harus mempersiapkan
diri baik fisik maupun mental/spiritual.
Dalam mencari nafkah dan menjalani hidup kita selalu mengutamakan perbuatan dan ucapan
yang baik. Hal itu disimbolkan dengan perilaku burung jalak yang sering hinggap di atas
punggung kerbau untuk memakan kutu yang ada pada kulit kerbau.
Perilaku tersebut merupakan hubungan saling menguntungkan antara burung jalak dan kerbau
dalam menjalani hidup dan mencari nafkah.
Kita juga harus selalu menjaga ucapan dan tutur-kata. Hal itu disimbolkan dengan kemampuan
burung jalak yang pandai berkicau dengan suara yang merdu.
Pada keris jalak sangu tumpeng terdapat ajaran tersirat untuk selalu menjaga ketakwaan
kepada Tuhan agar menjaga hubungan baik dengan keluarga, masyarakat, serta lingkungan.
Kita juga harus selalu berlaku jujur dan tidak merugikan orang lain seperti halnya perilaku
burung jalak.
Keris jalak sangu tumpeng dipercaya memiliki tuah yang ampuh untuk membantu pemiliknya
menjadi pribadi yang menyenangkan dan mudah meyakinkan orang lain.
19 | KRAT.Priyohadinagoro
Selain itu, tuah keris jalak sangu tumpeng juga dipercaya dapat membantu mempermudah
pemiliknya dalam mencari rezeki.[b]*

Filosofi Dan Tuah Keris Jalak Ngore


Keris Jalak Ngore adalah salah satu bentuk dhapur Keris lurus dengan ukuran panjang bilah
sedang. Ricikan pada Keris ini, antara lain: gandhik lugas, pejetan, tikel alis, sraweyan dan
greneng.
Keris Jalak Ngore secara umum merupakan simbolisasi dari pencapaian kebahagiaan dan
terbebas dari segala permasalahan hidup yang terkait dengan materi.
Menurut masyarakat Jawa:
"Kukila Tumraping tiyang Jawi mujudaken simbul panglipur, saget andayani remening
penggalih, satemah saget ngicalaken raos bebeg sengkeling penggalih. Candrapasemonanipun:
Pindha keblaking suwiwi kukila ingkang tansah ngawe-ngawe ngupoyo boga, kinaryo anyekapi
ing bab kabetahanipun. Dumateng tuk sumberipun utawi asal-usulipun, inggih punika wangsul
dateng susuhipun ambekta kabetahaning gesangipun".
Artinya:
"Bagi Orang Jawa, burung
merupakan simbol pelipur duka,
memberikan rasa senang dihati,
menghilangkan rasa kejengkelan
hati. Sedangkan gambaran
sosoknya, dimana kepakan
sayapnya melambai-lambai sambil
mengepakkan sayap bersuara
dengan keras (Ngore), merupakan
usaha dalam mencari pangan
(nafkah) untuk memenuhi
kebutuhan. Burung yang telah
mendapatkan pangan kemudian
pulang kembali ke sarangnya
(Rumah dan Keluarganya)".
Jalak merupakan burung yang
banyak dipelihara oleh masyarkat
Jawa sebagai klangenan selain
burung Perkutut. Burung ini
memiliki kepekaan yang sangat
tinggi terhadap lingkungannya dan
sesuatu yang asing disekitarnya.

20 | KRAT.Priyohadinagoro
Jalak juga banyak digunakan sebagai nama dhapur Keris karena ada banyak hal positif yang bisa
dipelajari dari burung ini, misalnya saja dalam mencari makan, burung Jalak memiliki sifat saling
menguntungkan (tidak merugikan yang lain).
Contohnya ketika memakan kutu di punggung kerbau, maka kerbau yang dihinggapi dan
dimakan kutunya akan merasa senang karena kutu-kutu dikulitnya yang merupakan parasit
akan di ambil dan dimakan oleh burung Jalak. Disisi lain, Jalak merupakan burung yang sangat
setia terhadap pasangannya.
Filosofi Keris Jalak Ngore:
Kata "Ngore" juga bisa berasal dari kata "Ngudhar" yang berarti mengurai. Ngore mempunyai
makna aktif bergerak untuk melepaskan dari kesulitan/keruwetan dari setiap permasalahan
secara teliti dan bertahap. Hal ini juga berorientasi pada ketekunan atau keuletan.
Ricikan pada Keris dhapur Jalak Ngore mengandung makna sebagai berikut:
• Gandhik polos
Merupakan simbol kekuatan, ketekunan dan rajin bekerja.
• Tikel Alis
Merupakan simbol sifat Manusia yang memiliki sisi baik dan buruk yang harus dikendalikan.
Dalam mencari nafkah hendaknya selalu menimbang baik dan buruknya serta akibatnya
terhadap diri sendiri dan orang lain.
• Greneng
Merupakan simbol "rasa" atau hati. Dalam menjalani kehidupan, segala sesuatunya harus
dilandasi dengan hati yang bersih dan selalu berprasangka baik.
• Sraweyan
Merupakan simbol keluwesan. Dalam bekerja hendaknya selalu menjaga keselarasan terhadap
sesama, masyarakat, lingkungan dan dapat beradaptasi dengan kebiasaan dilingkungan
setempat (sikap menghargai orang lain).
• Pejetan
Merupakan simbol keihklasan hati dan kesabaran. Tidak ada yang disebut takdir sebelum
diawali dengan ikhtiar/usaha yang maksimal.
Jalak Ngore merupakan ajaran dalam menjalani hidup. Jalani hidup dengan hati yang senang
dan lapang seperti gambaran burung Jalak yang sedang ngore atau ngoceh.
Utamakan perbuatan yang baik (dadya laku utama), selalu menjaga ketakwaan kepada TUHAN
dan hubungan kepada keluarga, masyarakat serta lingkungannya (eling lan waspada).
Dalam bekerja untuk mencari nafkah hendaknya selalu berlaku jujur dan tidak merugikan orang
lain. Setiap permasalahan dalam usaha atau pekerjaan harus dievaluasi secara teliti dan tekun
(sopo sing temen bakal tinemu, sapa sing tatag lan teteg bakal tutug).

21 | KRAT.Priyohadinagoro
Setiap permasalahan harus dihadapi dengan mengedepankan perasaan dan pikiran, daripada
nafsu dan emosi.
Demikian pula pada piwulang "alon-alon waton kelakon, gliyak-gliyuk waton tumindak" yang
artinya:"meskipun pelan-pelan yang penting mendapatkan hasil, walaupun tertatih-tatih tapi
melakukan/bertindak".
Untuk mencapai cita-cita dan tujuan diperlukan kesungguhan, ketekunan, kewaspadaan dan
kesabaran. Tidak ada orang yang sukses/kaya mendadak, semua harus dirintis dari bawah.
Tuah Keris Jalak Ngore:
Keris Jalak Ngore dipercaya memiliki tuah untuk melepaskan segala permasalahan yang
berkaitan dengan rejeki, untuk memudahkan meraih cita-cita dan agar dapat memiliki
kehidupan yang bahagia.

Mengenal Tuah Keris Kebo


Lajer
Keris yang merupakan salah satu mahakarya
Indonesia yang kini telah diakui Unesco sebagai
salah satu warisan dunia, masih memiliki banyak
peminat baik itu dari masyarakat dalam negeri
maupun masyarakat luar negeri.
Fungsi dan pandangan masyarakat terhadap keris di
era saat ini tentu saja berbeda dengan ratusan
tahun silam. Jika dimasa lalu keris selain digunakan
sebagai pelengkap busana, identitas diri, juga
digunakan sebagai alat bela diri.
Namun, di masa sekarang keris lebih difokuskan
sebagai benda seni. Tetapi tidak menutup
kemungkinan kepemilikan sebuah keris agar dapat
mendapat tuah magis dari sebuah keris terus
terjaga hingga kini.
Bicara tentang keris memang tidak bisa terpisah
dari hal-hal yang berada di luar nalar. Adanya nilai
magis dalam sebilah keris memang telah menjadi

22 | KRAT.Priyohadinagoro
rahasia umum. Hanya saja masyarakat banyak yang salah menafsirkan tentang kemagisan
dalam sebilah keris.
Banyak yang beranggapan bahwa jika nilai magis dalam sebilah keris tercipta karena adanya
sosok gaib yang mendiami sebilah keris. Anggapan semacam ini tidaklah sepenuhnya benar.
Kemagisan dalam sebilah keris ini terjadi karena terkabulnya do’a dari empu yang membuat
keris tersebut.
Para empu saat membuat keris tidak hanya menempa besi dan baja saja. Mereka (para empu)
juga melakukan serangkaian ritual dan memanjatkan do’a kepada Tuhan agar keris yang dibuat
akan bermanfaat bagi pemiliknya.
Hal itulah yang membuat para pecinta keris sering mengatakan bahwa keris adalah perwujudan
doa dari si empu agar pemegang keris dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya.
Di masa lalu keris juga menunjukkan identitas sosial pemegangnya. Namun, karena terjadi
perubahan jaman. Hal semacam ini tidak terjadi lagi. Di masa lalu ada keris dengan jenis
tertentu yang hanya dimiliki oleh kalangan petani.
Anehnya, keris yang semacam ini di jaman sekarang justru banyak yang berminat untuk
memilikinya. Keris yang dimaksud adalah keris kebo lajer dengan pamor tilam sari.
Keris kebo lajer ini diyakini telah ada semenjak era majapahit. Umumnya mereka yang punya
keris ini memiliki keinginan agar tanaman yang ditanam tidak gagal panen.
Dan tanaman tersebut akan menghasilkan dapat dipanen dengan menyenangkan. Lebih
daripada itu keris ini juga menjadi keris ‘tunggon’ yang artinya dapat menjadi lantaran
datangnya rejeki yang selalu lumintu dan tidak cepat habis.
Selain dimiliki kaum petani, keris ini kebanyakan dimiliki oleh para pemilik ternak seperti sapi,
kerbau, atau kambing.
Kebanyakan dari pemilik keris dengan jenis ini memiliki semacam kepercayaan bahwa dengan
dimilikinya keris ini akan mampu menjadi sarana agar ternak-ternak yang dimiliki oleh
pemegang keris akan cepat gemuk, tahan penyakit, dan tidak menjadi ternak yang galak.
Yang dimaksud galak di sini adalah ternak-ternak tersebut tidak susah diatur oleh pemiliknya.
Oleh karena adanya perkembangan jaman, di era sekarang mereka yang ingin memiliki keris
semacam ini bukan saja mereka yang berprofesi sebagai petani saja. Mereka yang punya profesi
lain juga banyak yang mengidam-idamkan keris jenis ini.
Keinginan beberapa orang ingin punya keris ini karena adanya sugesti dalam diri seseorang
bahwa dengan memiliki keris semacam ini akan gampang mencari rejeki. Adanya pemahaman
semacam ini tentu tidaklah salah.
Hanya saja yang perlu diluruskan adalah keris merupakan sebagai simbol atau sarana saja.
Sementara berhasil atau tidaknya harus tetap berada pada kehendak Tuhan Yang Maha Esa.[z]*

23 | KRAT.Priyohadinagoro
Makna Spiritual Dan Tuah Keris
Pulanggeni
Keris Pulang Geni merupakan salah satu dhapur Keris luk 5 yang cukup populer dikalangan
pecinta Tosan Aji, karena Keris ini memiliki kesamaan nama dengan pusaka milik salah satu
tokoh pewayangan yaitu Arjuna.
Tapi selain Keris Pulang Geni luk 5, ada juga Keris Pulang Geni lurus yang akan dibahas pada
artikel lainnya.
Keris Pulang Geni memiliki bentuk yang sederhana tapi terlihat gagah dan berwibawa. Ukuran
bilahnya sedang, gandhik polos, memakai pejetan, dan ri pandan, sedangkan ricikan lainnya
tidak ada. Permukaan bilahnya ada yang nglimpo dan ada yang nggigir sapi karena memakai
odo-odo ditengah bilahnya.
Pulang Geni bisa di artikan sebagai ratus / dupa / kemenyan (wewangian bersifat religius) yang
menyimbolkan bahwa dalam kehidupan ini Manusia harus berusaha agar memiliki nama harum
dengan selalu berperilaku baik, selalu menolong sesama dan mengisi hidupnya dengan hal-hal
yang bermanfaat bagi Bangsa, Negara dan Agama, bukan hanya memikirkan kepentingan diri
dan golongannya saja.
Dengan berperilaku baik dan selalu melakukan hal-hal
yang bermanfaat bagi sesama, tentu akan membuat
namanya selalu dikenang walaupun hayat sudah tidak
dikandung badan.
Jadi, Keris Pulang Geni merupakan pesan tersirat agar
pemilik Keris ini bisa berlaku seperti dupa yang hidup
untuk menyebarkan keharuman bagi lingkungan
sekitarnya.
Pada jaman dahulu, Keris dhapur Pulang Geni banyak
dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang sebagai
simbol perjuangan dan ketulusan dalam membela
Bangsa dan Negara sehingga nama baiknya akan
senantiasa harum dan dikenang sepanjang masa.
Dari filosofinya, tentu bisa disimpulkan bahwa tuah
Keris Pulang Geni akan membuat pemiliknya memiliki
nama baik di masyarakat, dihormati dan disegani oleh
semua orang serta terhindar dari segala bentuk fitnah
dan kejahatan yang bisa menghancurkan reputasi dan
nama baiknya.
Keris Pulang Geni merupakan ajaran tersirat agar
pemilik Keris senantiasa berbuat kebaikan pada sesama
sehingga akan memiliki nama baik (harum) yang akan
selalu dikenang.

24 | KRAT.Priyohadinagoro
Filosofi dan Tuah Keris Pulanggeni
Lurus
Keris Pulanggeni cukup terkenal dikalangan pecinta Tosan Aji, karena nama Keris ini memiliki
kesamaan dengan pusaka milik Arjuna dalam cerita pewayangan.
Ada dua jenis Keris Pulanggeni, yaitu Keris Pulanggeni luk 5 dan Keris Pulanggeni lurus.
Dikalangan penggemar Tosan Aji, Keris Pulanggeni luk 5 lebih familiar dibanding Keris
Pulanggeni lurus.
Keris Pulang Geni lurus memiliki bentuk yang sederhana dengan gandhik polos, memakai
pejetan, tikel alis, ri pandan susun dan permukaan bilahnya nglimpo.
Meskipun bentuknya sederhana tapi Keris ini terlihat sangat berwibawa. Dari segi filosofi dan
tuahnya, secara garis besar sebetulnya antara Keris Pulanggeni lurus dan Keris Pulanggeni luk 5
bisa dikatakan sama.
Pulang Geni bisa di artikan sebagai ratus / dupa / kemenyan (wewangian yang bersifat religius)
sebagai simbol bahwa dalam kehidupan ini Manusia harus berusaha untuk menempuh jalan
yang lurus, selalu berperilaku baik dan bisa bermanfaat bagi sesama, seperti halnya dupa yang
memberikan keharuman bagi lingkungan sekitarnya.
Dengan selalu berperilaku baik dan selalu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama,
maka akan membuatnya dicintai dan dihormati oleh banyak orang serta akan membuat
namanya selalu dikenang walaupun hayat sudah tidak dikandung badan.
Keris Pulanggeni merupakan pesan atau wejangan tersirat agar pemilik Keris ini bisa berlaku
seperti dupa yang hidup untuk menyebarkan keharuman bagi lingkungan sekitarnya.
Pada jaman dahulu, Keris dhapur Pulang Geni banyak dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang
sebagai simbol perjuangan dan ketulusan dalam membela Bangsa dan Negara, sehingga nama
baiknya akan senantiasa harum dan dikenang sepanjang masa.
Keris Pulanggeni lurus dipercaya memiliki tuah untuk meningkatkan kewibawaan,
meningkatkan kharisma, untuk tolak bala dan memudahkan tercapainya cita-cita. Sehingga
pemilik Keris ini akan dihormati dan disegani oleh banyak orang serta memiliki nama baik di
masyarakat.

25 | KRAT.Priyohadinagoro
Selain itu, tuah Keris Pulanggeni lurus juga dipercaya dapat menghindarkan pemiliknya dari
segala bentuk fitnah dan kejahatan yang bisa menghancurkan reputasi / nama baiknya, serta
memudahkan pemiliknya dalam meraih cita-citanya.
Keris Pulanggeni lurus merupakan ajaran tersirat agar pemilik Keris ini senantiasa menempuh
jalan yang lurus dan selalu berbuat kebaikan pada sesama sehingga akan memiliki nama baik
(harum) yang akan selalu dikenang.

Filosofi Dan Tuah Keris Sempaner


Keris Sempaner (Sempono Bener) merupakan salah satu dhapur Keris lurus yang cukup populer
dan banyak dijumpai, mulai dari tangguh sepuh sampai tangguh nom-noman.
Ricikan pada Keris ini, antara lain: Kembang kacang, Jalen, Lambe gajah, Tikel alis dan Ri
Pandan. Kadang ada juga yang memakai greneng.
"Sempaner" merupakan singkatan dari kata "Sempana Bener" yang secara harafiah memiliki
arti "Mimpi yang benar".
Makna ricikan pada Keris Sempaner:
1. Kembang Kacang Pada jaman dahulu kembang kacang pada ricikan Keris disebut juga
tlale (belalai) gajah. Gajah/Ganesha merupakan lambang ilmu pengetahuan yang
digambarkan selalu menghirup ilmu pengetahuan yang tiada habisnya dengan
belalainya.
Sekar kacang/Kembang kacang juga menyimbolkan adanya aktivitas tumbuh dan
berkembang, kemudian berbuah.
2. Jalen merupakan simbol jalannya nafas yang terus menerus.
3. Lambe gajah merupakan simbol masuknya energi, motivasi dan niat.
4. Tikel alis merupakan simbol sifat Manusia yang memiliki sisi baik dan buruk, dan
keduanya harus dapat dikendalikan. Dalam upaya untuk menggapai harapan hendaknya
dipertimbangkan sisi baik dan buruknya.
5. Grenang berbentuk huruf Jawa (dha) atau kadang juga berbentuk lebih sederhana
seperti Ri Pandan menyimbolkan suasana hati atau perasaan. Dari semua organ tubuh
Manusia yang menentukan tingkat derajat Manusia yaitu dada (dha-dha).
Dalam rongga dada itulah terletak hati, bathin,
perasaan, atau disebut "rasa". Jika "rasa"
seseorang baik, maka baiklah semua anggota
tubuhnya, tapi sebaliknya jika "rasa" menjadi
sakit maka sakitlah semua anggota tubuhnya.
Rasa berarti merasakan sesuatu itu dalam segala
dimensi.
Rasa merupakan suatu keadaan yang hendak
dicapai dalam diri seseorang terhadap sesuatu.

26 | KRAT.Priyohadinagoro
Setiap orang memiliki "rasa" dengan eksistensi yang berbeda-beda, tergantung pada wawasan,
pengetahuan, moral dan spiritual seseorang.
Seaeorang yang dapat mencapai rasa yang lebih mendalam dengan sendirinya hidupnya akan
berubah dari mulai sikap, pola pikir, dan juga perilakunya. Orang tersebut akan memiliki sikap-
sikap lain yang lebih benar, serta yang lebih cocok dengan realitas sebenarnya.
Secara umum semua itu melambangkan suatu pencarian dan mengembangkan pengetahuan,
wawasan dan ketrampilan secara terus-menerus sampai tingkat tertentu. Hal itu merupakan
syarat tercapainya cita-cita dan harapan. Mencari pengetahuan harus dilandasi dengan niat,
motivasi yang kuat dan juga keberanian.
Harapan dan cita-cita harus dipertimbangan dari sisi baik dan buruknya. Namun demikian
Manusia harus bisa menerima segala keterbatasannya.
Manusia perlu bersikap rela menerima keadaan (Nrimo ing pandum). Nrima juga berarti iklas
menerima segala konsekuensi dan persoalan apapun yang menghampiri kita tanpa keluh kesah.
Hal ini bukan berarti apatis, "nrimo" dalam arti walaupun dalam keadaan kecewa, kesulitan dan
kegagalan, tetap harus beraksi secara rasional, tidak boleh ambruk dan tidak menentang secara
percuma.
"Nrimo" berarti harus bisa menerima apa adanya, tapi tidak hancur karenanya. Sikap "nrimo"
memberikan daya tahan untuk menanggung keadaan yang buruk. Bagi seseorang yang memiliki
sikap itu maka hidupnya tidak akan pernah hancur.
Filosofi Keris Sempaner:
Sempana Bener artinya Sempana Lurus, artinya dalam berdoa kita harus selalu memohon untuk
diberikan "Jalan yang Lurus". Lurus berarti tidak menyimpang dari jalur yang ditetapkan. Lurus
juga berarti tidak berlebihan juga tidak kekurangan atau berada di tengah-tengah.
Jika seseorang dalam hidupnya selalu mengusahakan untuk berada di jalan yang lurus berarti
orang tersebut akan selalu bertindak jujur dan luhur budinya.
Berlaku jujur, bener lan pener akan menuju batin Manusia yang selaras dengan realitas yang
sebenarnya, dan oleh karena itu dengan sendirinya akan memenuhi kewajiban, tugas dan
peranan yang menjadi tanggung jawabnya.
Mengembangkan diri pribadi, pengetahuan sesuai dengan bakat dan kemampuan (empan
papan) dan tidak memaksakan kehendak/mengendalikan hawa nafsu.
Selain itu, pengembangan diri dengan pengekangan hawa nafsu adalah salah satu cara, karena
nafsu akan memperlemah Manusia. Mengendalikan hawa nafsu berarti mengembangkan budi
pekerti untuk pencapaian budi pekerti (etika) yang baik umumnya dihalangi dua hal yaitu hawa
nafsu dan pamrih.
Nafsu yang terkait dengan pamrih (egoisme) antara lain:
 Nafsu selalu ingin menonjol (nepsu menange dhewe)
 Menganggap diri selalu benar (nepsu benere dhewe)
 Memperhatikan diri sendiri (nepsu butuhe dhewe)

27 | KRAT.Priyohadinagoro
Sikap dasar yang luhur adalah kebebasan tanpa pamrih. Ujar-ujar Jawa mengajarkan "sepi ing
pamrih, rame ing gawe". Sepi ing pamrih berarti melepaskan diri dari kepentingan pribadi dan
mengutamakan kepentingan masyarakat demi keselarasan kehidupan.
Manusia telah mencapai "sepi ing pamrih" jika tidak lagi merasa gelisah dan prihatin terhadap
diri sendiri, semakin bebas dari nafsu ingin memiliki serta mempunyai hati yang tenang.
Rame ing gawe berarti melakukan apa yang dituntut oleh jabatan atau tanggung jawab kita
dalam masyarakat atau pekerjaan.
Masing-masing menjalankan porsinya sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diemban. Setiap
orang harus menyadari keterbatasannya, sehingga tumbuh kerelaan untuk membatasi diri pada
peran yang telah ditentukan di dunia.
Sempana Bener dalam makna yang lebih dalam merupakan suatu pesan, harapan, cita-cita, dan
keinginan yang jika dilandasi dengan suatu pemahaman yang benar maka akan menjadi suatu
kenyataan. Pemahaman yang benar itulah yang akan mewujudkan tercapainya harapan dan
cita-cita.
Dalam hal ini, Keris dhapur Sempaner merupakan suatu pesan bahwa untuk menggapai suatu
keinginan/cita-cita hendaknya diselaraskan dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki,
sebagaimana pepatah Jawa "Ojo rumongso biso, ning kudu biso rumongso".
Mimpi atau sempana/sumpena dipercaya sebagai perlambang akan terjadinya "sesuatu"
dimasa yang akan datang atau sering disebut "sasmita". Namun tidak semua mimpi merupakan
perlambang.
Sempana Bener (Sempaner) memberikan pesan atau ajaran bagaimana seseorang dapat
menggapai mimpinya secara benar. Dalam menggapai mimpi/harapan hendaknya dilandasi
dengan laku yang lurus dan benar, khususnya dalam hal etika sehingga akan tumbuh budi
luhurnya.
Tuah Keris Sempaner:
Tuah Keris Sempaner dipercaya dapat membantu memudahkan pemiliknya dalam menggapai
mimpi atau cita-citanya.

Makna Dan Tuah Keris Sempono


Bungkem
Keris Sempono Bungkem adalah salah satu dhapur Keris
Sempono yang agak berbeda dan paling istimewa dari Keris
dhapur Sempono pada umumnya, karena Keris ini memiliki
jumlah luk 7, bukan luk 9 seperti pakem Keris dhapur
Sempono lainnya.

28 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris Sempono Bungkem sangat populer dikalangan kolektor dan penggemar Tosan Aji, karena
selain sangat langka Keris ini juga dipercaya memiliki daya ghaib yang sangat ampuh.
Ciri khas dari Keris Sempono Bungkem adalah pada ricikan kembang kacangnya yang bungkem
atau menempel pada ghandiknya. Itulah kenapa Keris ini dinamakan Sempono Bungkem karena
kembang kacangnya memang sengaja dibuat bungkem.
Keris Sempono Bungkem termasuk Keris yang sangat langka dan jarang sekali dijumpai tapi
peminatnya sangat banyak karena Keris ini dipercaya memiliki tuah / angsar yang sangat kuat.
Keris Sempno Bungkem dipercaya memiliki tuah yang ampuh untuk penundukan dan
pambungkem sehingga banyak dicari oleh orang-orang yang berprofesi sebagai hakim, jaksa,
pengacara, sampai para pejabat tinggi pemerintahan untuk dijadikan sebagai piandel.
Tuah Keris Sempono Bungkem:
Tuah Keris Sempono Bungkem dipercaya dapat mempengaruhi atau menundukkan lawan
bicara sehingga akan membuatnya patuh dan tunduk pada semua perkataan pemilik Keris ini.
Banyak yang percaya jika Keris Sempono Bungkem cocok dimiliki oleh orang-orang yang
profesinya mengharuskan selalu berdebat atau beradu argumen, misalnya seorang pengacara
atau pejabat yang memiliki banyak bawahan.
Keris Sempono Bungkem juga banyak dicari oleh orang-orang yang sedang terjerat masalah
hukum atau masalah hutang piutang karena mereka percaya dengan memiliki Keris Sempono
Bungkem sebagai sarana dukungan dari sisi supranatural, maka masalah-masalah yang sedang
dihadapi akan bisa selesai dengan mudah seperti filosofi bungkem, yaitu terbungkam atau
tertutup.
Bahkan konon tuah Keris ini juga dapat membungkam orang yang hendak berniat jahat atau
akan menagih hutang, sehingga ketika berhadapan dengan pemilik Keris Sempono Bungkem
maka mulutnya seperti terbungkam atau terkunci tidak bisa berkata apa-apa dan lupa dengan
tujuannya.
Itulah kehebatan dari Keris Sempono Bungkem yang menjadikan Keris ini sangat legendaris dan
dicari banyak orang untuk dijadikan piandel.
Karena kepercayaan akan tuah atau khasiat ampuh Keris Sempono Bungkem itulah yang
menjadikan Keris ini terkenal dan banyak dicari, bahkan banyak yang sampai berani membayar
dengan harga (mahar) fantastis untuk ukuran sebilah Keris.
Banyaknya peminat Keris Sempono Bungkem yang rata-rata adalah orang-orang kelas atas
kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan
keuntungan dengan cara memalsukan Keris lain menjadi Keris Sempono Bungkem.
Misalnya saja Keris Sempono luk 9 dipotong menjadi luk 7 dan kembang kacangnya ditarik /
ditekan sampai menempel pada gandhiknya sehingga menjadi bungkem, atau dijadikan
kembang kacang pogok agar menyerupai Keris Sempono Bungkem yang asli.
Modus lainnya adalah dengan menjual Keris Sempono Bungkem buatan baru / kamardikan
yang sudah diproses lagi agar menyerupai Keris sepuh kemudian dikatakan sebagai Keris
Sempono Bungkem asli sepuh dan dijual dengan harga / mahar yang tinggi.

29 | KRAT.Priyohadinagoro
Praktek penipuan seperti itu sudah berlangsung sejak lama dan sampai sekarang masih tetap
ada karena keuntungan yang didapat dari bisnis ini memang sangat menggiurkan.
Jadi jika ingin memahari Keris Sempono Bungkem sebaiknya lebih berhati-hati dan jangan
mudah percaya. Jangan sampai sudah mengeluarkan banyak uang sebagai maharnya tapi yang
didapat malah tidak sesuai harapan.

Filosofi Keris Sempono Bungkem:


Dalam bahasa Jawa, luk 7 disebut luk "pitu" yang dalam jarwo dosok angka 7 (pitu) selalu
dikaitkan dengan konsep "pitulungan" atau pertolongan. Sehingga apapun yang berkaitan
dengan angka 7 bagi masyarakat Jawa memiliki filosofi bahwa kita "nyuwun pitulungan" atau
memohon pertolongan kepada TUHAN.
Dalam tradisi masyarakat Jawa juga banyak momen-momen tertentu yang berhubungan
dengan angka 7. Sebagai contoh ketika seorang wanita hamil yang kandungannya sudah
memasuki usia 7 bulan, maka akan di adakan upacara selamatan (slametan) yang biasnya
disebut dengan istilah "Tingkeban" atau Mitoni (tujuh bulanan).
Kemudian jika seorang bayi telah berusia 7 bulan, maka akan di adakan prosesi yang dinamakan
turun tanah (tedhak siten / dun-dunan) dengan ritual-ritual tertentu yang masing-masing
memiliki makna tersendiri sebagai bentuk permohonan kepada Yang Maha Kuasa.
Bungkem artinya bungkam / diam yang memiliki makna bahwa kita sebagai Manusia harus
belajar untuk bisa diam. Ricikan kembang kacang bungkem menjadi ciri khas atau penanda dari
Keris Sempono Bungkem yang memiliki filosofi sangat dalam tentang kehidupan.
Tapi sayangnya, pemahaman umum yang terlanjur melekat pada Keris Sempono Bungkem
adalah pada tuah atau khasiatnya yang dipercaya dapat membungkam atau menundukkan
lawan bicara.
Artinya, orang lain akan mendengarkan dan patuh pada semua kata-kata pemilik Keris ini,
tunduk pada perintahnya dan tidak akan berani membantah ucapannya.
Tapi jika kita mau mengkaji lebih dalam tentang makna atau filosofi dari Keris Sempono
Bungkem, sebetulnya ada sebuah "piwulang" atau ajaran tersirat dari Keris ini, yaitu
mengajarkan kita untuk belajar diam.
Manusia mau tidak mau akan selalu terkait dengan hukum sebab-akibat. Diam seharusnya tidak
sekedar akibat, tapi diam seharusnya justru membuktikan laku hidup pada segala situasi, yaitu
diam untuk menenangkan, membersihkan dan menjernihkan hati.
Diam juga merupakan bagian penting dari sebuah komunikasi untuk mendengarkan orang lain.
Keadaan ini juga sekaligus memberi ruang bagi kita untuk berpikir dan juga menanggapi.
Diam mengandung kehendak refleksi, karena diam itu adalah olah kesabaran, diam
mengajarkan kita untuk mawas diri, diam itu mengejawantah diri. Langit tidak perlu bersusah
payah untuk menjelaskan bahwa dirinya tinggi, dan sampah tidak perlu mengatakan bahwa
dirinya kotor.

30 | KRAT.Priyohadinagoro
Filosofi Dan Tuah Keris Sempono Luk 7
ULASAN : Urip sakdermo nglakoni, urip sakdermo urip paringane
sing gawe urip, waton tenanan nglakoni urip bakale ono pitulungan
seko sing gawe urip
SEMPANA PANJUL, atau terkadang disebut Sempana Manyul adalah
salah satu bentuk dhapur keris luk tujuh. Panjang bilah keris ini
normal, agak tebal dan permukaan bilahnya nglimpa. Ricikan lainnya
yang menyertai adalah; sekar kacang, jalen, lambe gajah, pejetan, ri
pandan dan gandhik ragi methoq. Menurut mitos/dongeng dhapur
Sempana Panjul pertama kali dibabar oleh Empu Janggita atas
pemrakarsa Nata Prabu Watugunung, pada tahun Jawa 418. Seperti
halnya Sempana Kalentang, keris dhapur Sempana Panjul juga
tergolong langka, jarang dijumpai.
FILOSOFI KERIS SEMPANA ;
Sempana atau sempena = mimpi, angan, cita-cita ; Panjul atau
Manyul = lebar dan menonjol. Terkait dengan maknanya, kata
Sempana Panjul menyatakan makna bentuk “dhapur sempana yang
lebar dan menonjol” diibaratkan seperti dahi angsa yang
diparafrasekan menjadi pikirane pinter atau ‘otaknya pandai’ dalam
mengejar sebuah mimpi atau angan-angan atau cita-citanya.
Luk Tujuh (7), Angka 7 dalam kebudayaan Jawa memiliki makna
tersendiri. Dalam bahasa Jawa, angka 7 (pitu, Jw) adalah sanepan
(kiasan) dari PITUtur, PITUnjuk, PITUlungan, sebagai tuntunan untuk
mencapai atau menggapai harapan atau (7) an (baca = tujuan).
Dalam Bausastra Jawa, kata pitutur berasal dari bahasa Jawa Kuna
yang berarti pelajaran, nasihat, atau peringatan. Pitutur
memberikan wejangan (kata-kata bijak) sebagai salah satu pedoman
hidup. Pemilik luk tujuh (7) diharapkan selalu bisa mendengar sekaligus meresapi dari semua
yang disampaikan, baik itu nasehat, curahan hati, atau hanya sebuah perkataan yang mungkin
oleh kebanyakan manusia sekarang kurang memperhatikan. Sehingga diharapkan dapat

31 | KRAT.Priyohadinagoro
membuka mata hati kita, menata nurani bening sanubari kita, untuk meraih kebijakan dan
kearifan yang luhur.
Pituduh dapat diartikan sebagai bimbingan atau petunjuk untuk menggapai kualitas hidup yang
lebih tinggi. Setelah pemilik luk tujuh (7) dapat “mendengar” pitutur dengan baik, maka semua
“pituduh” akan hadir di dalam hati dan pikiran si pemilik keris. Setelah petunjuk datang,
bersegeralah untuk mengaktualisasikannya sejauh kita bisa upayakan.
Pitulungan atau pertolongan dari Tuhan YME, bahwa di setiap usaha pasti ada kendala dan di
setiap kesulitan tersembuyi pula kemudahan atau jalan keluarnya. Sebagai makhluk yang
lemah, tugas kita hanya terus meminta dan memohon “pitulungan” kepada-Nya tanpa rasa
lelah, karna Dia-lah yang akan mengatur hidup kita dengan sempurna.

Filosofi Dan Tuah Keris Sempono Luk 9


Keris Sempono adalah salah satu bentuk dhapur Keris luk 9 yang
cukup populer dan merupakan dhapur Keris yang jumlahnya cukup
banyak sehingga mudah dijumpai.
Bentuk Keris Sempono luk 9 termasuk sederhana dengan ukuran
panjang bilah normal. Ricikan pada Keris ini antara lain: kembang
kacang, jalen, lambe gajah satu , pejetan dan greneng. Sedangkan
ricikan lainnya tidak ada.
Filosofi Keris Sempono luk 9:
Meskipun bentuknya sederhana, Keris Sempono luk 9 memiliki
makna filosofi yang sangat dalam tentang kehidupan. Sempono
berasal dari kata "Supeno" yang berarti "gegayuhan" atau
impian/harapan/cita-cita.
Keris Sempono luk 9 merupakan sebuah pesan agar dalam hidup
ini kita harus memiliki semangat untuk mengejar impian atau cita-
cita setinggi mungkin yang disimbolkan dengan luk 9 yang
merupakan bilangan angka puncak.
Keris Sempono luk 9 merupakan simbol harapan dan semangat
agar pemiliknya bisa meraih impian atau cita-citanya. Angka 9 di
anggap sebagai angka keramat karena jika dikalikan dengan angka
berapapun maka hasil perkaliannya jika dijumlahkan akan tetap
menjadi 9.
Maknanya, meskipun dalam perjalanan hidup ini mengalami liku-
liku dan jatuh bangun hendaknya jangan mudah menyerah dan
putus asa, karena jika kita fokus dan yakin pada tujuan kita maka
suatu saat pasti akan sampai.
Dan yang perlu di ingat, bahwa untuk bisa mencapai angka 9 harus melewati tahap demi tahap,
yaitu dimulai dari angka 1 sampai 8 yang harus dilalui setahap demi setahap dengan segala lika-

32 | KRAT.Priyohadinagoro
likunya. Hal itu merupakan gambaran dari perjalanan hidup Manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidup.
Angka 9 mewakili kesempurnaan hidup atau puncak dari pencapaian Manusia didalam
kehidupannya. Keris Sempono luk 9 merupakan simbolisasi harapan agar pemiliknya dapat
mencapai impian atau cita-citanya yang paling tinggi.
Tuah Keris Sempono luk 9:
Tuah Keris Sempono luk 9 adalah untuk membantu dan memudahkan pemiliknya agar dapat
meraih impian dan cita-citanya sampai puncak yang tertinggi, sehingga jika memiliki gegayuhan
atau cita-cita akan dapat segera terlaksana dengan baik dan lancar.

Makna dan ajaran spiritual Keris


Pasopati
Keris Pasopati adalah salah satu dhapur Keris lurus yang cukup populer dan banyak dicari oleh
para kolektor dan penggemar Tosan Aji. Ricikan yang
terdapat pada Keris dhapur Pasopati, antara lain:
Kembang kacang pogog yang menjadi ciri khasnya, Jalen,
Lambe gajah satu, Sogokan rangkap, Tikel alis, Sraweyan
dan Greneng. Ada juga yang memakai odo-odo sehingga
permukaan bilahnya nggigir sapi.
Pasopati identik dengan senjata andalan Arjuna, salah
seorang dari kesatria penengah Pandawa dalam cerita
pewayangan. Pasopati dalam cerita pewayangan bukan
berwujud sebilah Keris, tapi berewujud senjata panah.
Pasopati adalah simbol keteguhan dan kerendahan hati,
seperti yang dikisahkan dalam cerita pewayangan ketika
Arjuna bertapa karena bentuk kesadarannya sebagai
seorang kesatria yang ingin melakukan dharma
kewajibannya di tengah masyarakat.
Arjuna merupakan lambang pemimpin yang rela
mengorbankan jiwa, raga dan harta bendanya demi
Negaranya. Dalam tapanya Arjuna di uji oleh Dewa,
apakah tapanya tersebut hanya demi ambisi pribadi atau
benar-benar demi pengabdian yang murni.
Ujian pertama datang dalam wujud tujuh Bidadari utusan
Bathara Indra dengan kecantikan yang tidak tertandingi
menggoda Arjuna yang sedang bertapa di Gunung
Indrakila. Tapi Arjuna tidak tergoda oleh godaan para
Bidadari yang cantik jelita tersebut.

33 | KRAT.Priyohadinagoro
Selanjutnya Bathara Indra sendiri yang menguji keyakinan Arjuna untuk memastikan apakah
niatnya benar-benar tulus sebagai bentuk dharma, ataukah hanya seseorang yang melarikan
diri dari keduniawian.
Bathara Indra menyamar sebagai seorang Resi tua yang memperolok dan menggugah rasa
kesatriaan Arjuna. Dia muncul dalam bentuk seorang Resi yang menghardik Arjuna, bahwa
dengan segala tapa bratanya tersebut, Arjuna belum mencapai kesempurnaan karena
sebetulnya Arjuna hanya mengejar pembebasan dirinya sendiri (ego-spiritualis).
Tapi dengan teguh Arjuna menjawab, bahwa tujuannya bukanlah untuk keselamatan dirinya
sendiri dan juga bukan untuk kepentingan keluarga Pandawa, melainkan untuk menyelamatkan
kebenaran dalam peperangan akhir antara dharma melawan adharma. Demi dharmanya itu
Arjuna berani menghadapi apa saja, bahkan kematian sekalipun akan dihadapinya.
Resi tua tersebut kembali pada wujudnya sebagai Bathara Indra. Bathara Indra merasa bahagia
karena telah menemukan seorang kesatria berbudi luhur yang akan mampu menghadapi
Niwatakawaca, yaitu Raksasa Angkara Murka yang mengancam Khayangan yang merupakan
Istana para Dewa.
Ujian berikutnya adalah Mamang Murka, yaitu raksasa utusan Prabu Niwatakawaca berwujud
babi hutan raksasa yang menyerang Arjuna dengan ganas. Akhirnya babi hutan tersebut mati
dipanah oleh Arjuna.
Tapi persoalan timbul karena babi hutan tersebut mati karena dua buah anak panah yang
menancap ditubuhnya. Ternyata ada seorang kesatria lain yang juga membidikkan anak
panahnya ke tubuh babi hutan tersebut.
Sebetulnya sudah selayaknya Arjunalah yang berhasil membunuh babi hutan raksasa tersebut
karena dia yang bertarung keras, bertanding penuh luka dengan babi hutan tersebut sampai
akhirnya berhasil membunuhnya. Seharusnya Arjuna merasa lebih berjasa dari pada kesatria
asing yang tanpa melakukan perkelahian sebelumnya dan langsung memanah babi hutan
raksasa tersebut.
Sang kesatria menantang Arjuna untuk perang tanding mengadu kesaktian. Akan tetapi bagi
Arjuna, nama bukanlah yang utama, karena siapapun yang mendapatkan nama dan berhak
mendapat karunia bukan menjadi pertimbangan Arjuna. Arjuna berkata kepada kesatria "Wahai
kesatria, jika kamu merasa berhak sebagai pembunuh Mamang Murka, dan mau
melaporkannya ke Khayangan, silahkan saja. Bagiku, ada adharma yang mati sudah memadai,
karena itu adalah bentuk kasihku terhadap kebenaran".
Kesatria tersebut merasa di permalukan dengan pernyataan Arjuna yang menohok
kesombongannya, dia lantas menyerang Arjuna sehingga terjadilah perang tanding yang luar
biasa. Akhirnya baju perang Arjuna hancur, akan tetapi Arjuna berhasil mendekap kedua kaki
musuhnya, sehingga musuhnya terjatuh dan perkelahian terhenti. Tiba-tiba kesatria tersebut
berubah wujud menjadi Bathara Guru.
Bathara Guru sangat terkesan atas kerendahan hati Arjuna. Arjuna telah lulus ujian akhir dan
oleh Bathara Guru (Kuasa Pengajar Sejati), kemudian Arjuna diberi hadiah berupa seperangkat
senjata panah bernama Pasopati.

34 | KRAT.Priyohadinagoro
Pasopati berasal dari dua kata, yaitu "Pashu/Pasu" yang artinya hewan, dan "Pati" yang artinya
mati/kematian. Jadi Pasopati memiliki makna matinya sifat/watak binatang dalam diri Manusia.
Pasopati merupakan ajaran atau pesan untuk menaklukkan sifat binatang dalam diri Manusia,
dan merupakan senjata bagi mereka yang sudah sadar akan adanya sitat hewan didalam dirinya
yaitu "nafsu dan amarah" yang harus ditaklukkan.
Begitu luhur pemaknaan yang bisa di ambil dari kisah Arjuna dan pusaka saktinya yaitu
"Pasopati". Oleh karena itu, para pemilik Keris Pasopati harus bisa menghayati makna yang ada
pada Keris dhapur Pasopati yang merupakan pelajaran untuk bisa menjadi Manusia yang lebih
baik, karena itulah tuah Keris Pasopati yang sesungguhnya.
Pasopati memiliki makna yang dalam untuk mengingatkan Manusia bahwa sifat hewan dalam
dirinya harus dimatikan untuk bisa menjadi Manusia yang ungul, terutama bagi para pemimpin
agar bisa mengesampingkan ego dan kepentingan pribadinya demi kepentingan rakyat dan
Negaranya.
Pasopati adalah pesan bagi para pemimpin agar bisa memberi pengayoman untuk rakyat yang
di pimpinnya dan merupakan simbol kepemimpinan sejati.

Perbedaan Keris Sengkelat dan Keris


Parung Sari (Bentuk, Filosofi dan Tuah)
Keris merupakan benda pusaka yang syarat akan makna tentang nilai-nilai kehidupan dan juga kental
muatan spiritual. Masing-masing nama dhapur Keris memiliki filosofi yang berbeda-beda sesuai dengan
nama, bentuk, jumlah luk dan juga ricikannya. Sedangkan tuah pada sebilah Keris biasanya mengikuti
dhapur dan juga pamornya.
Terkadang ada juga dhapur Keris berbeda yang memiliki bentuk hampir serupa sehingga membuat
banyak yang keliru dalam menamakannya, contohnya antara Keris dhapur Sengkelat dan Keris dhapur
Parung Sari. Kedua Keris tersebut sama-sama berluk 13 dengan ricikan yang hampir sama, yaitu:
Kembang kacang, Jalen, Lambe gajah, Tikel alis, Sogokan rangkap, Sraweyan, Greneng, serta ada yang
memakai jenggot dan ada juga yang tidak.
Sekilas antara Keris dhapur Sengkelat dan Keris dhapur Parung Sari memiliki bentuk yang sama persis
karena yang membedakan kedua Keris ini hanya pada jumlah Lambe gajahnya saja. Keris sengkelat
memiliki satu Lambe gajah sedangkan Keris Parung Sari memiliki dua Lambe gajah.
Karena kemiripannya itulah yang seringkali membuat banyak orang salah menamakannya. Karena Keris
Sengkelat lebih terkenal sehingga banyak orang yang kemudian menganggap Keris Parung Sari adalah
Keris Sengkelat, atau mungkin karena kurang teliti dalam mengamati ricikannya.
Meskipun bentuknya hampir sama, tapi kedua Keris tersebut memiliki filosofi dan tuah yang berbeda,
meskipun tuahnya sama-sama untuk kewibawaan tapi tujuan atau peruntukannya berbeda. Keris
Sengkelat memiliki tuah untuk wibawa kekuasaan sedangkan Keris Parung Sari memiliki tuah
kewibawaan yang bersifat kasepuhan.
Berikut ini filosofi dan tuah Keris Sengkelat dan Keris Parung Sari selengkapnya:

Filosofi Keris Sengkelat:

35 | KRAT.Priyohadinagoro
Nama Sengkelat adalah singkatan dari "sengkel atine" atau "sengkeling ati" yang artinya
dongkol hatinya (marah/kecewa). Awalnya, Keris Sengkelat dibuat untuk mewakili kondisi
rakyat Majapahit pada waktu itu yang merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah atau
penguasa yang lebih mengutamakan kepentingan kaum pemilik modal atau para pengusaha
yang dilambangkan dengan Keris Sabuk inten.
Cerita tentang pertarungan Keris Sengkelat melawan Keris Sabuk inten dan Keris Nogososro
merupakan gambaran dari kondisi masyarakat pada waktu itu. Bahkan kondisi tersebut
sebetulnya juga masih terjadi sampai saat ini.
Keris Nogososro yang melambangkan Penguasa dan Keris Sabuk inten yang melambangkan
pengusaha/kaum pemilik modal memiliki hubungan yang harmonis dan hal itu membuat Keris
Sengkelat yang mewakili masyarakat bawah menjadi meradang dan melakukan perlawanan.
Itulah keistimewaan Keris yang tidak dimiliki senjata-senjata lainnya. Keris bukan hanya
berfungsi sebagai senjata tajam saja tapi juga merupakan alat politik dan dakwah yang ampuh.
Pesan sesungguhnya dari Keris Sengkelat adalah untuk mengingatkan para penguasa agar tidak
mengabaikan nasib rakyatnya, agar para penguasa tahu jika rakyatnya sedang "sengkel atine"
atau kecewa karena pemimpinannya tidak mengutamakan kepentingan rakyatnya tapi justru
lebih mengutamakan kepentingan dirinya dan golongannya dengan membuat kebijakan-
kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Keris Sengkelat adalah sebuah pesan tersirat untuk para penguasa agar mau melihat dan turun
kebawah memperhatikan kondisi rakyatnya yang "sengkel atine". Jangan sampai rakyatnya
merasa tidak puas dengan kepemimpinannya, jangan sampai rakyatnya marah karena sudah
sekian lama merasa "sengkel atine" melihat perilaku para penguasa dan aparatur Negara yang
tidak berpihak pada rakyat kecil, jangan sampai rakyat mengerahkan kekuatannya dan
melakukan perlawanan karena kekuatan rakyat yang marah tidak akan bisa dibendung.
Itulah kenapa Keris Sengkelat yang pertama kali dibuat oleh Mpu Supo Mandrangi diberikan
kepada Prabu Brawijaya, tujuannya agar sang Raja mengerti dengan kondisi rakyatnya yang
merasa "sengkel atine" karena kondisi Kerajaan Majapahit pada waktu itu sedang tidak stabil.
Angka 13 sendiri dalam khasanah Jawa dimaknai sebagai "las-lasaning urip", masa-masa akhir
kehidupan atau melambangkan kasepuhan.
Ada pengertian lain bahwa luk 13 juga memiliki arti "tri welas", yaitu: welas ing sesami, welas
ing sato iwen, lan welas ing tetuwuhan. Semua ini diarahkan kepada keselarasan antara
manusia, lingkungan dan Tuhan.
Angka 13 juga dianggap sebagai penolak bala, karena terdiri dari angka 1 (angka pertama) yang
memiliki makna permulaan, tunggal dan ke-Esa-an yang melambangkan ke-Tuhanan.
Sedangkan angka 3 adalah angka ganjil yang mencerminkan keseimbangan hidup. Dalam
kehidupan ini ada 3 perkara yang selalu berkaitan dengan Manusia, contohnya:
 Ada 3 perkara dalam hidup yang tidak mungkin kembali, yaitu: waktu, ucapan dan
kesempatan. Jadi sebisa mungkin manfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat,
menjaga ucapan kita agar tidak menyakiti orang lain karena mulutmu adalah harimaumu
dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

36 | KRAT.Priyohadinagoro
 Ada 3 perkara yang tidak kita mengerti dengan pasti, yaitu: rejeki, umur dan jodoh.
 Ada 3 perkara dalam hidup yang pasti terjadi, yaitu: tua, sakit dan mati. Oleh karena itu
persiapkanlah masa-masa itu dengan sebaik-baiknya karena ketika manusia sudah
meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara, yaitu: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do'a anak yang sholeh.

Tuah Keris Sengkelat:

Dari sisi isoteri Keris Sengkelat memang diciptakan dengan tuah kewibawaan yang sangat besar
untuk menandingi kekuatan Keris Nogososro dan Keris Sabuk inten, sehingga secara wujud fisik
Keris Sengkelat memang memiliki perbawa yang sangat besar.
Kesan pertama ketika menghunus Keris Sengkelat dari warangkanya adalah pancaran perbawa
yang begitu besar dari Keris ini. Maka tidak heran jika Keris ini menjadi sangat populer
dikalangan para penggemar Tosan Aji dan banyak dicari oleh para pemimpin dan para pejabat
tinggi yang memiliki banyak bawahan sebagai sarana atau piandel untuk menambah
kewibawaan dan kharisma agar dihormati dan disegani oleh para bawahannya serta orang-
orang disekitarnya.
Orang yang memiliki Keris Sengkelat akan memiliki wibawa dan kharisma yang sangat besar
sehingga akan dihormati dan disegani oleh semua orang. Sebagai seorang atasan, maka
perintah dan keputusannya akan dipatuhi karena aura kewibawaannya yang begitu besar akan
membuat orang lain tunduk dan "pekewuh" dengan pemilik Keris Sengkelat.
Filosofi Keris Parung Sari:

37 | KRAT.Priyohadinagoro
"Parung" dapat diartikan "deretan lereng bukit dan
lembah", sedangkan "Sari" dapat diartikan sebagai
"bunga". Jadi secara harfiah, Parungsari dapat diartikan
sebagai "hamparan elok bukit dan lembah yang dipenuhi
dengan bunga-bunga yang indah". Mungkin itulah
pemaknaan paling sederhana dari Parungsari.
Keris ini melambangkan kehidupan yang tentram, damai
dan indah seperti hamparan lembah yang ditumbuhi
banyak bunga. Begitu sejuk, damai, harum dan indah.
Itulah filosofi dari Keris Parungsari sebagai simbolisasi
harapan bagi pemiliknya agar dapat meraih kehidupan
seperti makna Parungsari.
Tuah Keris Parung Sari:
Tuah dari Keris ini lebih condong untuk kasepuhan dan
kewibawaan sehingga pemilik Keris Parungsari akan
memiliki aura kewibawaan dan kharisma yang besar
sehingga membuatnya disegani oleh semua orang serta
memiliki nama harum (nama baik) di masyarakat. Keris Parungsari adalah simbolisasi harapan
untuk dapat memiliki kehidupan yang tentram dan damai (adem ayem).

Keris Carubuk Pamor Tangkis


Keris Carubuk adalah salah satu dhapur Keris
luk 7 dengan panjang bilah sedang dan
nglimpo (tanpa odo-odo). Ricikan pada Keris
ini, antara lain: kembang kacang, jalen,
lambe gajah satu, pejetan, sraweyan dan
greneng. Meskipun bentuknya cukup
sederhana tapi Keris ini syarat akan makna
yang merupakan pelajaran dan tuntunan
hidup.
Keris Carubuk merupakan salah satu Keris
yang cukup populer dan banyak dijumpai.
Menurut cerita, konon salah satu anggota
Wali Songo yaitu Kanjeng Sunan Kalijogo
juga memiliki Keris pusaka yang bernama
Kyai Carubuk. Tapi menurut beberapa
sumber, Keris Kyai Carubuk milik Kanjeng
Sunan Kalijogo bukan berdhapur Carubuk,
tapi berdhapur Balebang.

38 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris Kyai Carubuk milik Kanjeng Sunan Kalijogo merupakan salah satu mahakarya Empu Supo
Mandrangi selain Keris Kyai Sangkelat dan Keris Kyai Nogo Sosro. Keris ini juga merupakan salah
satu Keris pusaka peninggalan Kerajaan Mahapahit.
Keris Kyai Carubuk kemudian menjadi senjata pusaka Sultan Hadiwijaya. Konon kesaktian Keris
Kyai Carubuk mampu mengalahkan Keris Kyai Setan Kober milik Arya Penangsang yang ketika
itu digunakan oleh utusan Arya Penangsang untuk melakukan percobaan pembunuhan
terhadap Sultan Hadiwijaya.
Karena utusan Arya Penangsang dapat dikalahkan, kemudian Keris Kyai Setan Kober diambil
oleh Sultan Hadiwjaya lalu dikembalikan sendiri oleh Sultan Hadiwjaya kepada Arya
Penangsang. Tindakan tersebut membuat Arya Penangsang tersinggung dan marah besar
sehingga terjadilah keributan antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya. Tapi keributan
tersebut dapat dilerai oleh Kanjeng Sunan Kudus.
Dari cerita tentang Keris Kyai Carubuk milik Kanjeng Sunan Kalijogo tersebut kemudian
menjadikan Keris dhapur Carubuk menjadi terkenal dan banyak dicari oleh para pecinta Tosan
Aji karena Keris ini dipercaya memiliki tuah yang ampuh dan muatan spiritual yang dalam.
Filosofi Keris Carubuk:
Carubuk memiliki pengertian "bagaikan bumi", yaitu sebuah pesan agar sebagai Manusia kita
harus bisa "Momot, Bakuh, Pengkuh, aja tampik ingkang den arepi among marang ingkang
becik kewolo, Kang ala aja den emohi".
Artinya: "Bahwa Manusia itu harus seperti bumi, tidak hanya menerima hal-hal yang kita sukai
saja tapi juga harus bisa menerima hal-hal yang tidak disukai, karena kesemuanya itu adalah
wujud dari warna kehidupan, bagaikan bumi yang selalu dapat menerima biji yang baik ataupun
yang tidak baik".
"Penerimaan" mengandung arti seseorang yang ikhlas akan sesuatu hal. "Penerimaan" disini
bukan sekedar penerimaan apa adanya atau menyerah pada nasib, melainkan penerimaan atas
hasil usaha atau ikhtiar yang telah dilakukan.
Berusaha, berdoa, dan tawakal adalah wajib, soal apakah nanti hasilnya baik atau tidak, sesuai
harapan atau tidak, kata syukur senantiasa harus terucap karena urusan hasil adalah mutlak
urusan Sang Pencipta.
Pemahaman ini akan mengajarkan kita untuk bisa ikhlas, tidak mengharapkan sebuah balasan
dan menjadi pribadi yang selalu bersyukur pada apapun yang telah diberikan oleh Sang
Pencipta dan menjadi simbol optimisme, keyakinan, sekaligus kepasrahan.
Untuk bisa menerima bukanlah perkara mudah, dan ikhlas adalah ilmu yang paling sulit untuk
dikuasai, sedangkan kita tahu bahwa TUHAN memiliki rencana yang terbaik untuk kita.
Dalam filosofi Jawa, Keris dhapur Carubuk mengandung makna untuk selalu mengingat asal-
usul, menjalani hidup dan kehidupan sesuai yang telah digariskan, menyerahkan segala
sesuatunya kepada kehendak Sang Pencipta dan memiliki sikap batin agar sanggup menerima
dengan ikhlas semua kehendak-NYA, baik berupa rahmat maupun ujian setelah kita melakukan
upaya dan ikhtiar.

39 | KRAT.Priyohadinagoro
Sikap tersebut akan membuat kita tidak akan pernah merasa lelah ataupun putus asa dalam
menghadapi tantangan hidup untuk mencapai cita-cita dan harapan, karena usaha dan
perjuangan yang kita lakukan untuk mendapatkan peningkatan dalam hidup, baik dalam hal
materi maupun ilmu spiritual bukan berdasarkan nafsu dan ambisi semata, akan tetapi sebagai
sebuah laku atau kewajiban Manusia dalam menjalani hidup. Sikap tersebut juga akan
membentuk perilaku selalu ikhlas dan senantiasa bersyukur atas anugerah TUHAN.
Carubuk juga bisa berarti "crubuk/ceroboh/gegabah". Maknanya bahwa dalam hidup ini jangan
sampai kita berbuat ceroboh/gegabah dalam hal apapun, semua harus diperhitungkan baik dan
buruknya serta akibatnya agar selamat didunia dan di akhirat.
Dalam filosofi Jawa, luk tujuh (7) disebut "pitu" yang dalam jarwo dosok bisa berarti "pitutur,
piwulang, dan pitulungan", yang artinya "ajaran yang baik, petunjuk, dan pertolongan".
Angka tujuh (7) bagi penduduk Nusantara, terutama masyarakat Jawa merupakan angka
keramat yang memiliki makna ketentraman, kebahagiaan, kewibawaan dan kesuksesan.
Angka tujuh (7) dapat di samakan dengan jumlah lapisan langit (sap) yang seluruhnya ada tujuh
sap, begitu juga dengan jumlah hari dalam seminggu yang terdiri dari 7 hari.
Selain itu, berbagai ritual selamatan (slametan) banyak yang berkaitan dengan angka 7 (pitu)
seperti misalnya selamatan untuk wanita yang sedang mengandung dilakukan pada bulan ke-7
yang disebut mitoni/pitonan.
Dalam upacara kematian juga dilakukan peringatan pada hari ke-7 (pitung dinanan), dan masih
banyak lagi ritual-ritual yang berkaitan dengan angka 7 (pitu).
Tuah Keris Carubuk:
Dari segi tuah, Carubuk yang sering juga disebut Crubuk dapat diartikan ceroboh, gegabah atau
bodoh. Maknanya bahwa tuah Keris Carubuk dapat membuat lawan menjadi bersikap ceroboh,
gegabah dan menjadi terlihat bodoh (tidak dapat berbuat apa-apa) ketika berhadapan dengan
pemiliki Keris Carubuk.
Selain itu, Keris carubuk juga merupakan simbolisasi doa dan harapan agar pemilik Keris ini
senantiasa mendapatkan pertolongan TUHAN dalam segala hal.
Filosofi dan tuah pamor Tangkis:
Keris Crubuk
Pamor Tangkis adalah sebutan untuk sebilah Keris yang satu sisi bilahnya berpamor dan sisi
bilah yang satunya tidak berpamor atau kelengan.
Pamor Tangkis berbeda dengan Pamor Slewah, karena yang disebut pamor Slewah adalah
sebilah Keris yang memiliki dua jenis pamor berbeda pada kedua sisi bilahnya, misalnya pada
satu sisi bilahnya terdapat pamor Tunggak Semi dan pada sisi bilah yang satunya berpamor
Ngulit Semongko.
Devinisi kata Tangkis bisa dimaknai menangkis, menolak atau menahan serangan. Pamor
Tangkis dipercaya memiliki tuah untuk menangkis sengkolo dan marabahaya atau menangkis
sesuatu yang bersifat global seperti bencana alam, wabah penyakit, musibah atau hal-hal buruk
lainnya.
40 | KRAT.Priyohadinagoro
Selain itu, Keris pamor Tangkis juga memiliki tuah lain sesuai dengan jenis pamor yang terdapat
pada satu sisi bilahnya.
Jadi, selain memiliki tuah utama untuk perlindungan dan tolak bala, Keris pamor Tangkis juga
memiliki tuah lain sesuai jenis pamornya.
Keris dengan pamor Tangkis merupakan pesanan khusus sebagai pusaka untuk perlindungan
dan tolak bala sekaligus untuk tujuan lain sesuai permintaan pemesannya, bisa untuk
kewibawaan, kerejekian atau untuk tujuan lainnya.
Pada Keris Carubuk pamor Tangkis ini terdapat pamor Pancuran Mas, itu artinya Keris ini
memiliki tuah penundukan sesuai dhapurnya (Carubuk), tuah perlindungan dan tolak bala
sesuai pamor kelengan pada satu sisi bilahnya serta tuah kerejekian sesuai pamor Pancuran
Mas yang ada pada satu sisi bilahnya lagi.
Keris ini tergolong Keris Tayuhan yang lebih menonjolkan sisi isoterinya sehingga kesan wingit
dan angker sangat terasa pada Keris ini.
Keris pamor Tangkis tergolong Keris langka karena pada jaman dahulu hanya orang-orang
tertentu saja yang memilikinya. Keris ini dipercaya memiliki sisi isoteri yang lebih kuat karena
dibuat secara khusus untuk tujuan-tujuan tertentu.
Pamor Tangkis juga memiliki makna filosofis untuk mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini
selalu ada dua sisi yang masing-masing ada dampak baik dan buruknya, tinggal kita mau
memilih sisi yang mana dengan segala konskuensinya.
Filosofi ini menggambarkan bahwa kehidupan memang selalu memiliki pilihan, yang nyatanya
setiap pilihan pasti akan menimbulkan efek berkelanjutan karena setiap pilihan akan membawa
dampak baik atau dampak buruk untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Pamor Tangkis juga merupakan sebuah pesan untuk mengingatkan pemilik Keris agar bisa
menangkis hal-hal negatif atau perilaku buruk yang dapat menjerumuskannya ke dalam
kegelapan dan menjauhkannya pertolongan (pitulungan) TUHAN.

Filosofi dan Tuah Keris Semar Tinandhu


Keris Semar Tinandhu adalah
salah satu dhapur Keris lurus
dengan ukuran panjang bilah
normal. Ricikan pada Keris Semar
Tinandu antara lain: kembang
kacang, lambe gajah dua dan
sogokan rangkap memanjang
sampai ujung bilah yang menjadi
ciri khas Keris ini.
Tapi ada juga versi lain yang
menyebutkan bahwa ciri khas
Keris Semar Tinandhu yaitu

41 | KRAT.Priyohadinagoro
terdapat ricikan berupa dua kembang kacang yang letaknya bersusun dan juga terdapat
sogokan rangkap seperti gambar dibawah ini.
Meskipun memakai nama Semar tapi Keris dhapur Semar Tinandu tidak menggunakan ornamen
berbentuk Semar. Lain halnya dengan Tombak Semar Tinandu yang menggunakan ornamen
bentuk Semar.
Keris dhapur Semar Tinandhu termasuk langka dan sulit dijumpai karena jaman dulu Keris ini
hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja.
Semar banyak digunakan sebagai nama pusaka atau jimat dan ilmu kebatinan karena di anggap
sebagai tokoh yang bijaksana dan sakti mandraguna.
Bagi masyarakat Jawa, Semar memiliki arti khusus dan sangat di sakralkkan. Semar merupakan
perwujudan atau simbol dari pandangan dan sikap orang Jawa terhadap kehidupan.
Dalam kepercayaan Kejawen, Semar di anggap sebagai simbol tertinggi dari “Danyang” (Dewa)
penjaga Tanah Jawa yang membawa keselarasan atau keharmonisan dengan alam semesta.
Dalam bentuk pusaka Semar di anggap hidup, bukan hanya karena daya linuwihnya saja tetapi
juga karena nilai-nilai falsafah yang memberikan inspirasi dan daya sugesti terhadap
pengagemnya.
Dalam cerita pewayangan Semar di anggap sebagai titisan Dewa yang bertugas menjadi
Pamomong (Punakawan) para ksatria Pandawa dalam menjalani dharma-nya. Hanya ksatria
sejati yang akan di emong oleh Semar.
Semar biasanya dimintai nasehat oleh Pandawa dalam mengambil setiap keputusan mengenai
masalah yang di anggap penting dan mendesak.
Sebagai punakawan yang tertua, Semar tidak memiliki keinginan untuk memegang kekuasaan
duniawi seperti kebanyakan sifat Manusia. Hal ini dikarenakan kekuasaan bisa mengubah
watak, situasi sekaligus dapat mencelakakan.
Semar dapat mencapai tujuannya secara efektif dengan cara memberi contoh sebagai metode
pengajarannya tanpa bermaksud mengusai orang lain atau untuk tujuan duniawi seperti harta
benda dan kekuasaan.

Sebagai tokoh wayang yang bijaksana dan memiliki banyak keunggulan sifat pribadi, kemudian
banyak masyarakat Jawa yang menjadikan Semar sebagai sosok ideal yang patut dijadikan
panutan dalam menjalani kehidupan.
Bahkan kehadiran Semar dalam kehidupan nyata sering ditunggu-tunggu di saat kondisi Negara
semakin kacau, kesengsaran dan penindasan oleh kaum kuat terhadap kaum yang lemah
semakin merajalela, moral dan etika tidak lagi di indahkan, para pemimpin hanya memikirkan
kepentingan pribadi dan golongannya tanpa memperdulikan kondisi rakyat yang semakin
tertindas dengan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat bawah.
Dunia pewayangan melukiskan situasi tersebut sebagai penanda akan hadirnya tokoh Semar,
seorang Dewa (utusan) yang turun dari langit untuk menyelamatkan Manusia.

42 | KRAT.Priyohadinagoro
Semar Tinandu artinya Semar ditandu atau dipikul menggunakan tandu. Dalam konsep
kepemimpinan, Keris Semar Tinandu mengajarkan tentang konsep “mikul dhuwur mendhem
jero”.
Kata “mikul” (Jawa) artinya memikul, kata “dhuwur” (Jawa) artinya tinggi, kata “mendhem”
(Jawa) artinya memendam / menanam / mengubur, sedangkan kata “jero” artinya dalam.
Dari arti kata tersebut maka ungkapan “mikul dhuwur mendhem jero” memiliki makna
menjunjung tinggi sesuatu dan memendam sesuatu sedalam-dalamnya.
“Mikul dhuwur mendhem jero” adalah sebuah ungkapan atau cerminan dari etika sosial
kebudayaan Jawa yang menggambarkkan rasa hormat terhadap orang lain. Hal ini tercermin
dari sikap anak kepada orang tuanya, sikap anak muda kepada orang yang lebih tua, sikap
murid kepada gurunya, sikap anak buah terhadap atasannya dan sikap masyarakat atau rakyat
terhadap pemimpinnya.
Sikap hormat dan menghargai tersebut di wujudkan dengan cara menjunjung tinggi nama
baiknya, ajaran-ajarannnya, pesan-pesan moralnya dan segenap kearifannya.
Tapi meskipun dimaksudkan untuk selalu hormat kepada orang tua atau pemimpin, namun
ungkapan “mikul dhuwur mendhem jero” tidak serta merta hanya untuk sekedar menonjolkan
kebaikan atau prestasi orang tua atau pemimpin saja dan memendam atau menutupi
kekurangan atau kesalahannya.
Karena orang tua atau pemimpin juga memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk selalu
melakukan tugasnya dengan baik dan benar serta mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya
atau rakyatnya. Orang tua dan pemimpin justru dituntut harus bisa lebih dalam
mengaktualisasikan budi pekerti luhur.
Perwujudan tokoh Semar memiliki filosofi yang dalam, dari mulai rambutnya yang berjambul
(kuncung) memiliki makna bahwa meskipun Semar memiliki kecerdasan dan kesaktiaan serta
asal-usul yang jauh lebih hebat dari para ksatria Pandawa tapi seolah Semar ingin mengatakan:
lakuning sang kacung atau sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat tanpa pamrih karena semua di niatkan
semata-mata untuk ibadah.
Perilaku Semar yang sering tertawa dan di akhiri dengan nada tangisan merupakan sebuah
wejangan tersirat bahwa apa yang ada didunia ini, atau apa yang sedang kita hadapi / rasakan
tidaklah abadi.
Setiap kesedihan pasti ada kebahagiaan, begitu pula sebaliknya setiap kebahagiaan pasti ada
kesedihan. Maka hendaknya Manusia selalu ingat dan berserah diri kepada TUHAN karena
segala sesuatu berasal dari TUHAN dan akan kembali kepada TUHAN.
Semar merupakan Dewa yang menjadi rakyat sehingga memiliki kepekaan terhadap
penderitaan rakyat. Hal itu disimbolkan dengan matanya yang selalu berair karena lebih banyak
menangisi orang lain daripada dirinya sendiri. Telunjuk Semar melambangkan bahwa setiap
Manusia akan mati dan kembali ke tanah.

43 | KRAT.Priyohadinagoro
Semar merupakan simbol Manusia yang telah mengesampingkan egonya demi kesejahteraan
sesama. Semua perwujudan dari sosok Semar memiliki makna mendalam tentang kehidupan
dan sarat muatan spiritual.
Tokoh Semar setidaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Wijaya (bijaksana dalam berbakti kepada Negara)
2. Mantriwira (dengan senang hati berbakti kepada Negara)
3. Wicaksana maya (bijaksana dalam berbicara dan bertindak)
4. Matangwan (dikasihi dan dicintai rakyat)
5. Satya bakti prabu (setia kepada Negara dan Raja)
6. Wakniwak (tidak berpura-pura)
7. Seharwan pasaman (sabar dan sareh, tidak gugup dalam hati)
8. Dirut saha (jujur, teliti, sungguh-sungguh dan setia)
9. Tan lelana (baik budi dan mengendalikan panca indera)
10. Diwiyacita (menghilangkan kepentingan pribadi)
11. Masisi samastha buwana (memperjuangkan kesempurnaan diri dan kesejahteraan
dunia)
Keris Semar Tinadhu merupakan pesan tersirat bagi pemiliknya, terutama bagi para pemimpin
agar bisa mencontoh sifat-sifat Semar dalam kepemimpinannya.
Keris Semar Tinandhu dipercaya memiliki tuah untuk kewibawaan, kepemimpinan dan
pengayoman. Selain sebagai piandel, Keris Semar Tinandu juga bisa dijadikan Keris Tindih untuk
meredam aura negatif dari pusaka-pusaka lainnya.

Filosofi Dan Tuah Keris Singo Barong


Keris Singo Barong merupakan salah satu dhapur Keris yang
sangat terkenal dan banyak diburu oleh para kolektor dan
penggemar Tosan Aji, karena selain bentuknya yang artistik,
Keris ini juga dipercaya memiliki angsar dan perbawa yang
sangat kuat.
Keris Singo Barong memiliki ciri khas pada gandhiknya yang
diukir dengan ornamen berbentuk singa jantan dengan kelamin
yang tegang sebagai simbol kejantanan dan keberanian.
Motif singa pada gandhik Keris Singo Barong tampak mirip
dengan kilin, yaitu arca binatang mitologi penunggu gerbang
dalam budaya China yang banyak terdapat di klenteng. Hal itu
menunjukkan adanya pengaruh budaya China di Nusantara.

44 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris Singo Barong biasanya memiliki ricikan tambahan berupa sraweyan, ri pandan dan
greneng.
Keris dhapur Singo Barong juga biasa disebut sebagai dhapur Nogo Singo. Biasanya mulut singa
pada gandhik Keris Singo Barong yang menganga sering disumpal menggunakan butiran emas
atau batu permata. Tujuannya untuk meredam aura panas atau sifat galak dari Keris Singo
Barong tersebut.
Filosofi sesungguhnya dari disumpalnya mulut singa yang menganga menggunakan butiran
emas atau batu mulia adalah sebagai pesan agar apa yang keluar dari mulut seorang pemimpin,
atau semua ucapannya adalah segala hal yang sifatnya mulia atau bermanfaat yang
dilambangkan dengan batu mulia atau logam mulia.
Berbeda dengan Keris Nogososro yang melambangkan kebijaksanaan dan kekuasaan seorang
Raja/Pemimpin, Keris Singo Barong merupakan simbol kekuasaan, ketegasan dan keberanian
yang tidak hanya dimiliki oleh seorang Raja/Pemimpin tertinggi saja, tapi juga Patih dan
Senopati pada jaman dahulu.
Filosofi Keris Singo Barong:
Keris Singo Barong mengajarkan sebuah konsep kepemimpinan yang ideal dan merupakan
pesan untuk para pemimpin, meskipun mereka memiliki kekuasaan, kekuatan dan pengaruh
yang besar bagaikan singa, tapi tetap harus bisa bersikap sebagai penghibur yang dapat
memberikan kebahagiaan bagi orang-orang yang dipimpinnya, seperti Singo Barong (barongan)
meskipun wujudnya menyeramkan tapi bisa menghibur.
Tuah Keris Singo Barong:
Salah satu benda pusaka di Nusantara ini yang banyak diburu oleh para pecinta Tosan Aji dan
para kolektor benda pusaka adalah Keris pusaka Singo Barong. Sejak dulu, Keris dengan gandhik
berbentuk Singa jantan ini memang diyakini memiliki tuah ampuh dan perbawa yang sangat
besar.
Tuah Keris Singo Barong akan membuat pemiliknya memiliki karakter yang tegas, pemberani
dan kuat bagaikan singa jantan yang penuh kekuatan dan keberanian.
Selain itu, tuah ampuh Keris Singo Barong juga akan membuat pemilik atau pemegang Keris ini
memiliki kewibawaan dan kharisma yang sangat besar dihadapan orang lain.
Tuah atau khasiat Keris yang paling dasar adalah untuk perlindungan dari serangan ghaib dan
kejahatan. Jadi, selain tuah kesaktian dan kewibawaan, Keris Singo Barong juga akan
memberikan tuah perlindungan dan penjagaan pada pemiliknya.
Keris Singo Barong termasuk salah satu Keris yang di anggap istimewa dan sangat langka. Energi
ghaib pada Keris ini tergolong sangat kuat, dan jika kekuatan Keris ini sudah menyatu dengan
pemiliknya, maka orang yang memegang Keris ini akan memiliki kekuatan dan karakter yang
sangat kuat seperti singa jantan sehingga akan disegani oleh semua orang, baik kawan maupun
lawan.
Tapi perlu diketahui bahwa tidak semua orang bisa cocok memiliki atau memegang Keris Singo
Barong, sebab Keris ini dibabar dengan mantra-mantra dan ritual khusus sehingga menciptakan

45 | KRAT.Priyohadinagoro
getaran energi yang sangat kuat, keras dan galak/panas karena dibuat untuk seorang
pemimpin.
Keris Singo Barong tidak cocok dimiliki oleh orang yang memiliki sifat keras dan temprament
karena akan menjadikannya semakin brangasan dan tidak terkrontrol emosinya.
Efek negatif dari sebilah Keris akan muncul ketika Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya,
karena setiap Keris pusaka memiliki karakter yang berbeda-beda.
Jadi, ketika karakter Keris tidak selaras dengan karakter pemiliknya, maka Keris tersebut tidak
akan bisa dirasakan manfaatnya, bahkan kadang justru akan membawa efek negatif bagi
pemiliknya.
Oleh karena itu, sebaiknya pilihlah Keris pusaka untuk ageman yang benar-benar sesuai dengan
karakter dan profesi kita agar Keris tersebut bisa dirasakan tuahnya, daripada memburu Keris-
Keris dhapur terkenal tapi tidak sesuai dengan karakter dan profesi kita, karena Keris tersebut
tidak akan bisa selaras dengan pemiliknya.
Keris Singo Barong sangat populer didunia perkerisan dan banyak sekali peminatnya sehingga
Keris ini banyak dibuat tiruannya untuk memenuhi permintaan pasar.
Sayangnya kebanyakan Keris-Keris Singo Barong buatan baru tersebut sering dikatakan sebagai
Keris Singo Barong sepuh untuk menarik minat pembeli dan melambungkan harganya.
Mahar atau harga untuk Keris Singo Barong asli sepuh tergolong cukup tinggi dibanding Keris-
Keris dhapur lainnya, sehingga Keris ini lebih banyak dipalsukan karena keuntungan yang
didapat jauh lebih besar.
Keris Singo Barong termasuk dhapur Keris yang cukup langka karena jaman dahulu hanya
orang-orang tertentu saja yang boleh memilikinya, sehingga jumlah Keris ini tidak sebanyak
Keris-Keris dhapur umum yang boleh dimiliki oleh semua kalangan.
Oleh karena itu, sebaiknya lebih berhati-hati jika ingin mencari Keris Singo Barong sepuh karena
sangat rawan keblondrok.
Sebagian besar Keris Singo Barong yang ada saat ini adalah Keris Singo Barong buatan baru yang
kadang sudah diproses sedemikian rupa agar menyerupai Keris sepuh sehingga sangat sulit
untuk dibedakan.
Meskipun bentuk dan pamornya terkadang sangat bagus dan rapi, bahkan banyak Keris Singo
Barong baru (Kamardikan) kinatah emas, tapi tidak memiliki kesan wingit sama sekali karena
dibuat oleh pengrajin Keris tanpa melalui ritual apapun dan hanya menggunakan material besi
biasa.
Berbeda dengan Keris Singo Barong asli sepuh yang dibuat oleh seorang Empu melalui laku
tirakat dan dibacakan mantra-mantra tertentu, meskipun terkadang bentuknya sederhana dan
sudah gripis (korosi), tapi aura wingit dan getaran energinya masih sangat kuat.

Filosofi Dan Tuah Ampuh Keris Nogo Sosro


46 | KRAT.Priyohadinagoro
Keris Nogo Sosro merupakan salah satu dhapur Keris Naga yang paling populer dan sangat
legendaris sehingga banyak diburu oleh para penggemar dan kolektor Tosan Aji.
Bentuk Keris ini sangat indah, ber-luk 13 dengan ciri khas gandhik berbentuk kepala Naga
memakai mahkota narpati lengkap dengan badan utuh sepanjang bilah Keris dari pangkal
sampai ujung bilah.
Biasanya kebanyakan Keris Nogo Sosro juga dihiasi kinatah emas serta pada bagian mulut Naga
yang menganga seringkali disumpal dengan butiran emas atau batu mulia.
Keris ini banyak dicari oleh para penggemar dan kolektor Tosan Aji karena merupakan sebuah
kebanggan jika dapat memiliki koleksi Keris Nogo Sosro yang asli dan sepuh.
Keris ini juga banyak dicari oleh para pemimpin dan para pejabat tinggi untuk dijadikan sebagai
ageman atau piandel karena menurut kepercayaan masyarakat Jawa, konon seorang pemimpin
tidak akan dapat bertahan lama menduduki singgasana kekuasaannya tanpa didukung dengan
ageman/piandel berupa pusaka-pusaka sakti.
Salah satu pusaka yang dipercaya memiliki tuah paling ampuh untuk menopang kekuasaan
adalah Keris Nogo Sosro.
Bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia khususnya
masyarakat Jawa, hal ini di
anggap lumrah dan sudah
Nagasasra Mataram Madiun
menjadi kepercayaan turun
temurun dari jaman dahulu,
bahkan sampai sekarang
dijaman yang sudah serba
modern dan canggih ini
masih banyak yang meyakini
bahwa seorang pemimpin
harus memiliki pusaka untuk
memangku kekuasaanya agar
tidak cepat runtuh dan
memiliki wibawa yang besar
dimata rakyatnya atau orang-
orang yang dipimpinnya.
Ini bukan hanya cerita
tentang para Raja dan Sultan
di masa lalu saja, karena
pada kenyatannya para
pemimpin dan para pejabat
tinggi Negeri ini sampai sekarang masih banyak yang memiliki ageman berupa benda-benda
pusaka seperti Keris, jimat atau yang lainnya, karena mereka percaya dengan memiliki pusaka
sebagai piandelnya maka apa yang menjadi tujuannya akan lebih mudah dicapai.
Tapi jika melihat dari fakta sejarah, memang kenyataannya sampai saat ini hanya orang-orang
keturunan Jawa saja yang dapat memimpin Negeri ini dalam waktu yang lama, dan rata-rata
47 | KRAT.Priyohadinagoro
dari mereka pasti memiliki Keris atau benda pusaka lainnya, entah hanya sebagai koleksi atau
memang dijadikan sebagai ageman/piandel.
Di kalangan para penganut spiritual Kejawen, ada sebuah kepercayaan bahwa pusaka paling
sakti yang bisa membantu melanggengkan kekuasaan setingkat Raja atau Pimpinan Negara
adalah Keris Nogo Sosro, karena Keris yang di anggap sebagai Rajanya pusaka ini memang
dibuat khusus untuk kewibawaan seorang Raja dan untuk pengayoman.
Keris Nogo Sosro pertama kali diciptakan oleh Pangeran Sedayu (Empu Supo Mandrangi) atas
titah dari Prabu Brawijaya karena pada saat itu Kerajaan Majapahit sedang dalam keadaan
genting dan mencekam akibat banyaknya pemberontakan dan bencana dimana-mana.
Maka untuk meredam pagebluk tersebut Prabu Brawijaya memerintahkan Empu Supo
Mandrangi untuk membabar sebilah Keris pusaka yang bermotifkan Naga dengan 1000 sisik
yang memiliki makna bahwa pusaka tersebut merupakan perlambang kekuatan untuk menolak
dan membentengi Kerajaan dari 1000 macam bencana dan masalah.
Nogo Sosro juga merupakan simbol kepemimpinan yang adil dan bijaksana, maknanya bahwa
Naga yang merupakan simbol kekuasaan harus mampu mengayomi rakyatnya dari semua
kalangan, suku, agama dan dari berbagai latar belakang tanpa pandang bulu yang disimbolkan
dengan sisik 1000.
Sedangkan butiran emas atau batu mulia yang sering digunakan untuk menyumpal mulut Naga
dimaksudkan untuk meredam aura panas dari Keris tersebut.
Tapi makna sesungguhnya dari emas atau batu mulia yang disumpalkan di mulut Naga adalah
sebagai simbol agar segala sesuatu yang keluar dari mulut seorang pemimpin hendaknya adalah
sesuatu yang baik atau mulia, karena ucapan seorang Raja merupakan sabda.
Masyarakat Jawa mengenal ungkapan yang berbunyi "Ajining diri soko kedaling lati", artinya
kehormatan diri seseorang berasal dari ucapan atau kata-katanya.
Jika dihubungkan dengan sifat-sifat kepemimpinan, pesan yang tersirat yaitu bahwa sabda
seorang pemimpin tidak boleh berubah-ubah (Sabdo pandito ratu tan keno wola-wali).
Dengan demikian, kemulian seorang pemimpin tercermin dari kemampuannya untuk
menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatannya.
Dengan keterampilan dan kesaktian Empu Supo Mandrangi, maka terciptalah sebilah Keris
pusaka yang bentuknya sangat indah yang dinamakan Keris Nogo Sosro.
Keris Nogo Sosro bukanlah Keris biasa seperti kebanyakan Keris pusaka lainnya. Konon Keris ini
mewakili wahyu/pulung kekuasaan karena orang yang dapat memiliki Keris Nogo Sosro yang
asli berarti orang tersebut ketempatan wahyu/pulung kekuasaan.
Keris Nogo Sosro bukan merupakan ageman untuk orang biasa, tapi merupakan pusaka untuk
memangku sebuah Negara. Jadi hanya seorang pemimpin Negara atau calon pemimpin Negara
saja yang dapat memilikinya.
Tapi tentunya hanya Keris Nogo Sosro yang asli saja yang memiliki tuah sehebat itu, bukan Keris
berdhapur Nogo Sosro yang dibuat sebagai souvenir atau yang dibuat hanya menonjolkan sisi
keindahan seninya saja tanpa melalui ritual apapun.

48 | KRAT.Priyohadinagoro
Untuk membuat Keris Nogo Sosro dengan detail ukiran yang indah sekaligus memiliki sisi isoteri
yang kuat bukanlah pekerjaan mudah karena memerlukan konsentrasi tingkat tinggi dan waktu
yang sangat lama agar bisa tercipta Keris Nogo Sosro yang sempurna.
Karena sang Empu harus membagi konsentrasinya untuk membuat detail ukiran pada bilah
Keris dan juga untuk memperkuat sisi isoterinya. Tentunya hal itu hanya bisa dilakukan oleh
Empu-Empu linuwih yang sudah berpengalaman.
Karena kehebatan dan keampuhannya itulah yang menjadikan Keris Nogo Sosro banyak diburu
oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan, mereka lupa bahwa wahyu/pulung kekuasaan
tidak bisa dicari, karena wahyu/pulung kekuasaan hanya akan datang pada orang-orang terpilih
saja (isi kang nggoleki wadah, dudu wadah kang nggoleki isi).
Dari kepercayaan itulah kemudian banyak orang yang datang kepada paranormal dan para
praktisi supranatural untuk mencari Keris Nogo Sosro meskipun harus mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit sebagai maharnya.
Padahal kebanyakan Keris Nogo Sosro yang ada saat ini merupakan Keris buatan baru yang
tidak memiliki tuah apapun karena Keris tersebut rata-rata dibuat oleh pengrajin Keris tanpa
melalui ritual apapun.
Tapi kadang meskipun Keris baru/kamardikan ada juga yang garapnya sangat halus dan rapi,
bahkan ada yang menggunakan material dari Keris-Keris tua yang dilebur dan diproses kembali
menjadi Keris baru serta memakai kinatah emas asli. Jika sudah di proses, maka Keris baru
tersebut akan sangat mirip dengan Keris sepuh.
Tapi meskipun bentuknya sangat indah dengan detail ukiran rapi dan berkinatah emas murni,
tapi Keris Nogo Sosro buatan baru (Kamardikan) tidak memiliki perbawa sama sekali, terkesan
anyeb dan tidak berkarakter.
Berbeda dengan Keris-Keris dhapur Naga sepuh yang rata-rata memiliki perbawa sangat besar
dan terkesan angker (wingit).
Ambisi untuk memiliki Keris Nogo Sosro seringkali membuat orang keblondrok membeli Keris
Nogo Sosro baru atau palsu yang dikatakan sepuh dan asli dengan nilai mahar yang sangat
fantastis.
Banyaknya peminat Keris Nogo Sosro yang kebanyakan merupakan orang-orang kelas atas,
kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan
dengan memesan Keris dhapur Nogo Sosro baru kepada para pengrajin Keris lalu diproses lagi
sedemikian rupa agar terlihat seperti Keris sepuh dan dijual dengan harga yang tinggi.
Praktek penipuan seperti ini sudah ada sejak lama dan sampai sekarang masih tetap
berlangsung karena keuntungan yang didapat dari bisnis ini memang sangat menggiurkan.
Padahal Keris Nogo Sosro termasuk dhapur Keris langka, karena pada jaman dahulu hanya para
penguasa saja yang bisa memiliki Keris ini sehingga jumlahnya sangat terbatas.
Jadi sebaiknya lebih berhati-hati jika ingin membeli Keris Nogo Sosro yang dikatakan asli dan
sepuh, apalagi jika nilai maharnya terbilang fantastis.
Jangan sampai sudah mengeluarkan banyak uang untuk meminang Keris Nogo Sosro sepuh tapi
malah mendapatkan Keris baru/kamardikan.
49 | KRAT.Priyohadinagoro
Sebetulnya tidak masalah untuk mengkoleksi Keris baru/kamardikan karena banyak juga Keris-
Keris buatan baru yang garapnya bagus dan mengikuti pakem, asalkan antara sipenjual dan
sipembeli sudah sama-sama tau dan sepakat. Artinya, bukan Keris baru yang dijual sebagai Keris
sepuh.

Cara Keris Berkomunikasi Dengan Pemiliknya


Menayuh Keris adalah cara pemilik Keris untuk dapat berkomunikasi dengan isi/khodam Keris
agar mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari pemilik Keris. Lalu bagaimana cara
Keris berkomunikasi dengan pemiliknya..??
Biasanya ada beberapa isyarat yang akan disampaikan oleh Keris kepada pemiliknya jika Keris
tersebut ingin menyampaikan sesuatu atau meminta sesuatu, antara lain:
 Menimbulkan kejadian-kejadian aneh
 Biasanya Keris akan membuat suara-suara gaduh didalam kotak/tempat penyimpanan
Keris atau suara-suara tertentu yang hanya dapat didengar oleh pemilik Keris dan
keluarganya.
 Terkadang juga akan terjadi penampakkan ghaib, misalnya penampakkan sinar,
penampakkan sosok mahluk ghaib masuk ke dalam rumah yang dapat berwujud
Manusia atau binatang.
 Memberi wangsit atau isyarat lewat mimpi

50 | KRAT.Priyohadinagoro
 Selain menimbulkan kejadian-kejadian aneh dirumah, biasanya Keris juga akan
memberikan bisikan ghaib atau wangsit dalam benak pemilik Keris atau keluarganya,
atau memberi isyarat lewat mimpi untuk menggambarkan suatu kejadian.
 Membuat pemilik Keris atau anggota keluarganya sakit
Biasanya setelah kejadian 1 dan 2 di atas terjadi, tidak ada lagi kejadian yang berlanjut. Tapi jika
pemilik Keris tersebut belum juga tanggap akan maksud yang disampaikan oleh Keris miliknya,
maka khodam Keris tersebut akan membuat pemiliknya atau anggota keluarganya sakit. Hal itu
bertujuan agar pemilik Keris tanggap akan apa yang di inginkan oleh Kerisnya.
Kejadian-kejadian di atas oleh orang awam sering diartikan sebagai gangguan ghaib atau
gangguan dari Keris, padahal sebetulnya tidak selalu demikian, karena seringkali kejadian-
kejadian tersebut merupakan isyarat dari Keris untuk menyampaikan/mengingatkan/meminta
sesuatu kepada pemiliknya.
Seperti sudah pernah dijelaskan pada artikel sebelumnya "Cara memperlakukan Keris pusaka",
bahwa jika kita memiliki Keris atau benda-benda pusaka lainnya sebaiknya kita mengerti
dengan karakter keghaibannya dan tanggap akan kejadian-kejadian ghaib yang terjadi. Jadi
ketika ada kejadian-kejadian aneh dirumah, kita bisa langsung paham bahwa Keris milik kita
hendak menyampaikan sesuatu.

Beberapa hal yang biasanya ingin disampaikan oleh Keris kepada pemiliknya:
• Minta diberi sesaji atau mengingatkan bahwa sudah waktunya diberi sesaji.
• Minta untuk dibersihkan atau mengingatkan bahwa sudah waktunya dijamas.
• Ingin memberi isyarat bahwa ada serangan ghaib atau ada orang yang berniat jahat
kepada pemilik Keris atau keluarganya.
• Memberi isyarat kepada pemiliki Keris agar waspada/berhati-hati karena akan ada
musibah yang menimpa pemilik Keris atau keluarganya.

Siapa sebetulnya yang berhak atas sebilah Keris selain pemilik pertamanya..??
Keris dan ghaib/angsar didalamnya dikhususkan oleh Empu pembuatnya kepada pemilik
pertamanya (si pemesan Keris). Oleh Empu pembuatnya, Keris tersebut ditugaskan untuk
mendampingi sipemilik pertama selama hidupnya. Berarti, Keris tersebut adalah milik khodam
Keris itu sendiri (sebagai rumahnya) dan sipemilik pertama secara bersama-sama.
Jika sebilah Keris oleh pemiliknya diwariskan/diturunkan kepada anaknya, atau diberikannya
kepada orang lain, maka belum tentu Keris tersebut mau ikut atau cocok dengan orang yang
diwariskan/diberikan tersebut.
Jadi, walaupun kita memiliki Keris peninggalan orang tua secara turun-temurun, bukan berarti
kita memiliki Keris tersebut seutuhnya secara fisik dan ghaibnya, serta boleh
memindahtangankannya kepada siapa saja yang kita inginkan. Karena secara hukum Manusia,
secara fisik Keris tersebut mungkin milik kita, tapi pemilik Keris yang sebenarnya bukanlah kita.

51 | KRAT.Priyohadinagoro
Setelah pemilik pertama dari Keris tersebut meninggal, atau setelah Keris tersebut
dipindahtangankan kepada orang lain, maka tugas dari Keris tersebut telah selesai.
Dengan meninggalnya pemilik pertama atau setelah Keris tersebut dipindahtangankan oleh
pemilik pertama kepada orang lain, maka kemudian Keris tersebut mutlak menjadi milik dari
ghaib/khodam Keris itu sendiri karena Keris tersebut adalah rumahnya dan Keris tersebut bebas
menentukan kepada siapa dia akan ikut/mengabdi selanjutnya.
Dan kita yang merasa memiliki Keris tersebut lebih tepat kiranya jika kita disebut hanya
"ketempatan" sebilah Keris yang mungkin hanya sementara saja bersama kita.
Karena kita dan Keris tersebut "hidup bersama", mudah-mudahan kita dan Keris tersebut dapat
selaras dan dapat saling memberi manfaat, namun jika ternyata tidak dapat selaras/sejalan,
maka sebaiknya berpisah saja dan ikhlaskan untuk melepaskannya.
Banyak sekali Keris-Keris yang dahulu terkenal dengan kesaktiannya kini sudah tidak ada lagi
keberadaannya. Keris-Keris sakti tersebut telah moksa kembali ke alam ghaib bersama dengan
fisik Kerisnya.

Langkah awal untuk menilai baik atau tidaknya sebilah Keris:


Banyak orang berpendapat bahwa keris yang terbaik untuk dimiliki adalah Keris peninggalan
orang tua atau sering disebut sebagai Keris pusaka keluarga yang diwariskan secara turun-
temurun dari leluhurnya.
Walaupun banyak yang berpendapat demikian, tapi sebetulnya hal itu tidak selalu benar,
karena ada pemilik Keris yang mendapatkan/memiliki Keris peninggalan leluhurnya, tapi justru
banyak mengalami kesialan/nasib buruk, misalnya saja anggota keluarganya sering sakit-
sakitan, rejeki tidak lancar, sering bernasib sial, sering mengalami musibah/kecelakaan, sering
bermimpi buruk, Kerisnya sering menimbulkan suara-suara aneh sampai mengganggu dan
membuat takut seisi rumah, serta hal-hal buruk lainnya.
Hal itu terjadi karena masing-masing Keris memiliki tuah/keghaiban sendiri-sendiri, seperti
untuk perlindungan, kesaktian, kewibawaan, kekuasaan, kerejekian, pengasihan, dan tuah-tuah
lainnya. Tuah Keris yang paling dasar adalah untuk perlindungan bagi pemiliknya dari serangan
ghaib/kejahatan.
Namun tuah-tuah tersebut tidak bisa begitu saja didapatkan oleh si pemilik Keris walaupun
Kerisnya tersebut merupakan peninggalan dari leluhurnya tapi tetap harus dilakukan
ritual/proses untuk menyatukan ghaib Keris dengan pemiliknya yang baru agar Keris tersebut
benar-benar mau ikut atau menyatu dengan pemiliknya yang baru.
Setelah Keris tersebut mau ikut dan telah menyatu dengan pemiliknya yang baru, maka Keris
tersebut baru akan memberikan tuahnya kepada pemiliknya yang baru.
Jika tidak dilakukan ritual/proses penyelarasan, maka Keris tersebut tidak akan memberikan
tuah apapun kepada pemiliknya, dan justru nasib buruk bisa saja dialami oleh pemilik Keris atau
keluarganya.

52 | KRAT.Priyohadinagoro
Biasanya, jika Keris mau ikut/cocok dengan seseorang (pemiliknya), maka Keris tersebut akan
memberi isyarat melalui mimpi. Dalam mimpinya, ghaib Keris akan menampakkan diri sebagai
seseorang yang bersahabat dan akan memberikan petunjuk tentang manfaat apa yang akan
diberikan oleh Keris kepadanya.
Begitu juga sebaliknya, jika Keris tersebut tidak mau ikut/tidak cocok dengan pemiliknya maka
Keris tersebut akan memberikan mimpi buruk. Dalam mimpi tersebut ghaib Keris akan
menggambarkan diri sebagai sesuatu yang menakutkan dan menjadi ancaman bagi sipemilik
Keris.
Keris akan berkomunikasi dengan pemiliknya dengan cara memberi isyarat melalui mimpi
kepada pemilik/anggota keluarganya. Misalnya tentang Keris tersebut mau ikut atau tidak,
sesaji apa yang diminta, sampai mengenai kejadian-kejadian penting yang akan dialami oleh
pemilik Keris atau anggota keluarganya.
Dengan demikian, pemilik Keris dan keluarganya harus tanggap dan tidak menganggap
mimpinya adalah mimpi biasa, karena mereka tidak hidup sendiri lagi, ada Keris yang senantiasa
memperhatikan kehidupan mereka.
Bila pemilik Keris tidak pernah mengalami mimpi apapun, maka kemungkinan besar Keris
tersebut tidak mau ikut dengannya dan tidak peduli kepadanya.
Tapi walaupun sipemilik tidak mendapatkan pertanda apapun dari Kerisnya, bukan berarti
keberadaan Keris tersebut aman-aman saja bagi dirinya dan keluarganya, karena bila ada
perbuatan sipemilik atau keluarganya yang tidak berkenan bagi Keris tersebut bisa jadi pemilik
Keris atau keluarganya akan mengalami nasib buruk.
Jadi, memiliki/menyimpan Keris peninggalan orang tua tidaklah selalu baik untuk kita.
Mendapatkan Keris dari orang lain atau membeli Keris dari pedagang juga belum tentu tidak
baik. Yang terpenting adalah Keris yang kita miliki harus yang sesuai dan sejalan dengan kita
sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan kita.
Hal terpenting yang harus diperhatikan jika kita mendapatkan tanda bahwa Keris yang kita
miliki tidak mau ikut/tidak cocok dengan kita sebaiknya kita merelakan Keris tersebut untuk
dipindahtangankan kepada orang lain yang mungkin berhak atau cocok dengan Keris tersebut.
Jangan memaksakan diri untuk menyimpan Keris tersebut karena sesuatu yang tidak sejalan
dengan kita sebaiknya jangan dipaksakan untuk bersama kita, karena nantinya kita dan anggota
keluarga kita akan terbebani dengan keberadaannya.

53 | KRAT.Priyohadinagoro

Anda mungkin juga menyukai