Tersirat Dari
Di Himpun dan Di
Susun
Oleh :
KRAT.
DAFTAR ISI PRIYOHADINAG
ORO
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 1
Daftar Isi Hal
Pengantar Penyusun 3
Makna Dan Pesan Tersirat Dari Keris 4
Istilah-Istilah Dalam Dunia Perkerisan 6
Pemahaman Tentang Tuah Pada Keris Pusaka 10
Filosofi Keris Yang Melambangkan Ketauhidan Dan Penghambaan 12
Manusia
Makna Spiritual Keris Lurus Dan Keris Luk 14
Perbedaan Keris Tilam Upih Dan Keris Tilam Sari 19
Perbedaan Keris Dhapur Brojol Dan Keris Dhapur Tilam Upih 21
Filosofi Dan Tuah Keris Carang Soka 23
Filosofi Dan Tuah Keris Pendowo 24
Filosofi Keris Pandawa Cinarita Sebagai Tuntunan Hidup 26
Filosofi dan Tuah Keris Jalak Sangu Tumpeng, Simbol Keutamaan 28
dalam Menjalani Kehidupan
Filosofi Dan Tuah Keris Jalak Ngore 29 29
Mengenal Tuah Keris Kebo Lajer 31 31
Penyusun
KRAT. PRIYOHADINAGORO
26 Agustus 2023 / 5 Sapar 1445 H
2. Tanjeg
Tanjeg adalah ilmu untuk mengenali karakteristik atau sifat tuah serta manfaat ghaib dari
sebilah Keris atau Tosan Aji lainnya.
Dalam budaya perkerisan di Pulau Jawa dikenal adanya istilah angsar yang merupakan daya
ghaib Keris. Angsar pada sebilah Keris dapat di ketahui dengan manggunakan ilmu Tanjeg.
3. Angsar
Angsa adalah daya ghaib Keris yang dapat membawa pengaruh bagi pemiliknya. Pada dasarnya
semua Keris berangsar baik tergantung dari kecocokannya dengan pemiliknya.
Untuk mengetahui Angsar pada Keris diperlukan ilmu Tanjeg dan untuk mengetahui cocok
atau tidaknya seseorang dengan Angsar Kerisnya diperlukan ilmu Tayuh.
4. Tayuh
Tayuh adalah sejenis ilmu tradisional untuk mengetahui cocok atau tidaknya sebilah Keris
untuk dimiliki seseorang.
5. Pasikutan
Pasikutan adalah roman atau kesan emosi yang dibangkitkan oleh wujud sebilah Keris.
6. Langgam
Langgam adalah gaya pembuatan sebilah Keris yang biasanya dipengaruhi oleh zaman atau
tempat pembuatannya. Dalam istilah perkerisan Jawa, Langgam Keris menurut masa dan
tempat pembuatannya di istilahkan sebagai Tangguh.
7. Tangguh
Tangguh dapat diartikan sebagai perkiraan, maksudnya adalah perkiraan untuk menentukan
sebilah Keris mengikuti gaya suatu zaman atau tempat tertentu.
Penangguhan Keris pada umumnya dilakukan terhadap Keris-Keris sepuh / kuno untuk
memperkirakan masa pembuatannya.
8. Codong Leleh
Codong Leleh adalah istilah untuk menyebut derajat kemiringan sebilah Keris jika dilihat dari
garis horisontal bilah bagian bawah yang berbatasan dengan Gonjo.
Derajat kemiringan inilah yang membuat Keris disebut belati asimetris dan merupakan ciri
khas Keris yang tidak ditemukan pada senjata-senjata tradisional lainnya.
9. Dhapur
Dhapur bisa di artikan sebagai penampilan fisik atau bentuk dari sebilah Keris. Keris dapat
dibagi ke dalam dua bentuk dasar, yaitu Keris lurus dan Keris yang berlekuk (Keris luk).
Dua bentuk dasar Keris tersebut kemudian memiliki begitu banyak varian berdasarkan
Ricikannya.
10. Luk
Luk adalah istilah untuk menyabuk bilah Keris yang berkelok / berlekuk.
12. Pesi
Pesi atau Peksi adalah tangkai bilah Keris yang masuk ke dalam gagang atau Ukiran Keris. Pesi
terletak dipagnkal bilah Keris berupa besi bundar (gilig) dan ada juga yang berbentuk persegi
atau muntir. Pesi merupakan tangkai Keris dan merupakan satu kesatuan dari bilah Keris secara
ke seluruhan.
13. Gonjo
Gonjo adalah bagian pada sebilah Keris yang menyatukan bilah dengan Pesinya. Ada juga yang
disebut Gonjo iras, yaitu Gonjo yang menyatu atau tidak terpisah dengan bilah Keris.
14. Wilah
Wilah atau Bilah adalah bagian utama dari sebuah Keris. Wilah Keris adalah logam yang
ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi senjata tajam.
Wilah terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama antara satu Keris dengan Keris
lainnya atau disebut Dhapur.
15. Ricikan
Ricikan adalah bagian-bagian atau komponen pada sebilah Keris yang masing-masing memiliki
nama tersendiri. Ricikan pada sebilah Keris sangat erat kaitannya dengan Dhapur, karena beda
Dhapur pasti juga beda Ricikannya.
16. Mendak
Mendak adalah sebutan untuk cincin Keris yang menjadi pembatas anatara Deder / Ukiran
Keris dengan Gonjo Keris.
17. Selut
Selut hampir sama seperti Mendak yang berfungsi sebagai ornamen tambahan atau hiasan
untuk memperindah Keris.
18. Pendok
Pendok adalah pelapis atau pelindung Gander (bagian Warangka Keris yang terbuat dari kayu
yang berfungsi sebagai tempat bilah).
Pada perkembangannya, Pendok tidak hanya berfungsi sebagai pelindung saja tapi juga
berfungsi untuk memperindah Warangka. Bentuk Pendok juga beragam, ada Pendok Bunton,
Blewahan, Slorok dan Topengan.
19. Ukiran
Ukiran adalah gagang atau handle Keris. Gagang Keris di Bali disebut Denganan, di Madura
disebut Landheyan, di Solo disebut Jejeran, di Jogjakarta disebut Deder dan daerah lain di
Indonesia disebut Hulu Keris.
20. Warangka
Warangka adalah sarung Keris yang pada umumnya terbuat dari kayu yang berserat dan
bertekstur indah, tapi ada juga yang terbuat dari gading gajah atau tanduk binatang.
Warangka Keris selalu dibuat indah dan untuk kalangan tertentu bahkan dibuat sangat mewah
dengan dilapisi logam mulia seperti emas dan perak serta bertahtakan batu mulia untuk
menunjukkan status susial pemiliknya.
21. Mahar
Mahar / Mas Kawin dalam dunia perkerisan adalah pembayaran sejumlah uang atau barang lain
sebagai syarat transaksi atau pemindahan hak milik atas sebilah Keris.
Istilah Mas Kawin atau Mahar digunakan dalam transaksi jual beli Keris karena dalam
masyarakat perkerisan ada kepercayaan bahwa isi Keris harus cocok atau jodoh dengan
pemiliknya.
Berikut Ini Penjelasan Tentang Filosofi Keris Lurus Dan Keris Luk, Dari Keris Luk 1 Sampai
Luk 13:
• Filosofi Dan Tuah Keris Lurus
Keris lurus memiliki bentuk yang sederhana pada awal pembuatannya, tapi seiring
perkembangan jaman bentuknya mulai dihiasi dengan bermacam-macam motif pamor dan ditambah
dengan berbagai macam ricikan.
Keris lurus mengandung makna spiritual dalam pembuatannya sebagai sarana pemujaan kepada
Sang Pencipta agar pemilik Keris selalu ingat kepada Yang Kuasa dan tekun beribadah serta senantiasa
berada dijalan yang lurus.
Dalam ritual-ritual pemujaan, selain si pemilik Keris memanjatkan doa, biasanya Keris juga
diberi sesaji sebagai simbol harapan supaya doa-doa dan permohonannya cepat sampai kepada Sang
Pencipta.
Bagi pemiliknya, selain berfungsi sebagai senjata, Keris lurus juga menjadi sarana untuk
membantu dalam sifat kerohanian.
Tikel Alis
Merupakan simbol sifat Manusia yang memiliki sisi baik dan buruk yang harus dikendalikan.
Dalam mencari nafkah hendaknya selalu menimbang baik dan buruknya serta akibatnya terhadap
diri sendiri dan orang lain.
Greneng
Merupakan simbol "rasa" atau hati. Dalam menjalani kehidupan, segala sesuatunya harus dilandasi
dengan hati yang bersih dan selalu berprasangka baik.
Sraweyan
Merupakan simbol keluwesan. Dalam bekerja hendaknya selalu menjaga keselarasan terhadap
sesama, masyarakat, lingkungan dan dapat beradaptasi dengan kebiasaan dilingkungan setempat
(sikap menghargai orang lain).
Pejetan
Merupakan simbol keihklasan hati dan kesabaran. Tidak ada yang disebut takdir sebelum diawali
dengan ikhtiar/usaha yang maksimal.
Jalak Ngore merupakan ajaran dalam menjalani hidup. Jalani hidup dengan hati yang senang
dan lapang seperti gambaran burung Jalak yang sedang ngore atau ngoceh.
Utamakan perbuatan yang baik (dadya laku utama), selalu menjaga ketakwaan kepada TUHAN
dan hubungan kepada keluarga, masyarakat serta lingkungannya (eling lan waspada).
Beberapa Hal Yang Biasanya Ingin Disampaikan Oleh Keris Kepada Pemiliknya:
• Minta diberi sesaji atau mengingatkan bahwa sudah waktunya diberi sesaji.
• Minta untuk dibersihkan atau mengingatkan bahwa sudah waktunya dijamas.
• Ingin memberi isyarat bahwa ada serangan ghaib atau ada orang yang berniat jahat kepada
pemilik Keris atau keluarganya.
• Memberi isyarat kepada pemiliki Keris agar waspada/berhati-hati karena akan ada musibah
yang menimpa pemilik Keris atau keluarganya.
Siapa Sebetulnya Yang Berhak Atas Sebilah Keris Selain Pemilik Pertamanya..??
Keris Tayuhan biasanya juga berdhapur sederhana dan kebanyakan adalah dhapur Keris lurus
dan Keris luk yang tidak memiliki banyak ricikan. Jarang sekali Keris Tayuhan yang berdhapur
mewah dan umumnya berpamor tiban.
Doa atau mantra-mantra yang disematkan oleh sang Empu pada Keris Tayuhan jauh lebih kuat
dan lebih spesifik karena konsentrasi sang Empu hanya terfokus untuk menggarap isi dari Keris
tersebut, tidak terbagi untuk memikirkan sisi keindahan fisik Keris sehingga karakter dan getaran
energi Keris Tayuhan bisa dirasakan bahkan oleh orang awam sekalipun.
Keris Tayuhan yang sudah menyatu dengan pemiliknya akan berlaku sebagai pendamping dan
penjaga bagi pemiliknya. Misalnya saja ketika ada sesuatu yang mengancam keselamatan pemiliknya
maka Keris Tayuhan bisa memberi tanda secara langsung seperti bergerak sendiri atau keluar dari
warangkanya sebagai bentuk peringatan agar pemiliknya lebih waspada.
Dari sisi isoteri, khodam dari Keris Tayuhan juga akan berlaku sebagai khodam pendamping
yang selalu siap sedia membantu pemilik Keris dalam berbagai hal.
Oleh karena itulah biasanya pemilik Keris Tayuhan tidak akan memperlihatkan Kerisnya
kepada orang lain, apalagi dengan tujuan untuk dipamerkan. Keris Tayuhan biasanya hanya disimpan
didalam kamar pribadi atau tempat khusus yang terpisah dari Keris atau pusaka koleksi lainnya dan
hanya akan dikeluarkan ketika akan dibersihkan atau diwarangi saja.
Selain Keris Tayuhan, tentu kita juga sering mendengar istilahTayuh atau menayuh Keris.
Istilah ini sangat akrab dikalangan pecinta Tosan Aji, terutama bagi mereka yang mementingkan
isoteri Keris karena memang di anjurkan ketika baru mendapatkan sebilah Keris sebaiknya ditayuh
dulu untuk mengetahui cocok atau tidaknya Keris tersebut dengan pemiliknya.
Karakter dari Keris sendiri terbentuk dari perpaduan antara karakter bawaan material yang
digunakan, bentuk dhapur, tampilan pamor, ukuran/dimensi fisik, proses pembuatan, dan doa/harapan
yang disematkan oleh sang Empu pada saat membabarnya. Karakter dari sebilah Keris akan
disesuaikan dengan karakter dan profesi dari pemesannya.
Contohnya: Keris dengan karakter yang Keras dan galak tidak cocok dimiliki oleh orang yang
memiliki karakter panasan (mudah marah) karena akan membuatnya semakin brangasan dan emosinya
semakin tidak terkontrol.
Jadi, untuk orang yang berkarakter keras dan emosional sebaiknya dipilihkan Keris yang
berkarakter lembut dan dingin. Keris yang tuahnya untuk wibawa kepemimpinan tidak cocok dimiliki
oleh orang yang profesinya sebagai buruh atau karyawan karena energinya tidak akan bisa selaras.
Pada prinsipnya, ilmu Tayuh tidak hanya berlaku untuk Keris saja, tapi bisa juga diterapkan
untuk semua jenis Tosan Aji atau bahkan untuk benda-benda pusaka lainnya.
Untuk menayuh Keris sebaiknya dilakukan oleh sipemilik Keris sendiri agar terjalin ikatan
batin dengan Kerisnya dan bisa mengetahui secara langsung hal-hal yang berhubungan dengan
Kerisnya karena menayuh Keris sebetulnya adalah bentuk komunikasi batin yang bersifat personal
antara sipenayuh dengan Keris yang ditayuh.
Niat ketika menayuh Keris juga harus spesifik, apakah hanya untuk mengetahui kecocokan
Keris tersebut atau untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan Keris sampai sejarah dan
silsilahnya. Inti dari tujuan menayuh Keris adalah meminta petunjuk kepada TUHAN untuk bisa
mengetahui tentang Keris yang akan ditayuh.
Menayuh Keris kadang juga perlu dilakukan beberapa kali dalam rentang waktu yang agak
lama agar kita bisa mendapatkan informasi yang sama atau serupa dari penayuhan yang kita lakukan
untuk lebih memastikan apakah petunjuk-petunjuk yang didapatkan ketika menayuh Keris tersebut
merupakan petunjuk yang benar.
Cara yang paling umum dan paling mudah dilakukan untuk mengetahui cocok tidaknya sebilah
Keris yaitu dengan diletakkan dibawah bantal atau langsung dibawah tengkuk saat tidur.
Cara ini juga tertulis didalam buku primbon Jawa dan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa
perlu memiliki kemampuan khusus. Tapi untuk keamanan sebaiknya Keris yang akan ditayuh di ikat
dengan warangkanya agar bilahnya tidak terlepas karena bisa melukai pemiliknya.
Berikut Ini Cara Menayuh Keris Seperti Yang Tertulis Didalam Buku Primbon
Jawa:
Tujuan dari cara menayuh Keris seperti ini adalah untuk mendapatkan petunjuk mengenai Keris
tersebut melalui mimpi. Tapi cara ini tidak selalu berhasil, terkadang harus di ulangi sampai beberapa
kali karena seringkali mimpi yang diharapkan tidak juga muncul atau kalaupun muncul terkadang saat
bangun tidur sudah lupa dengan isi dari mimpinya.
Cara ini sebaiknya dilakukan beberapa kali sampai didapatkan beberapa kali mimpi yang
maksudnya sama dan jelas. Jika mimpi yang muncul masih samar-samar dan berbeda-beda, berarti
proses menayuh Keris masih belum berhasil.
Cara menayuh Keris dengan meletakkannya dibawah bantal atau tengkuk sebetulnya cukup riskan
karena bisa mengakibatkan Keris menjadi bengkok atau warangkanya patah, atau yang lebih fatal lagi
Keris bisa terlepas dari warangkanya dan melukai pemiliknya.
Agar lebih aman sebaiknya Keris yang akan ditayuh diletakkan agak jauh atau diletakkan didinding
didekat tempat tidur yang penting ruangan untuk menayuh Keris tertutup dan gelap maka komunikasi
antara pemilik Keris dan Keris yang ditayuh masih bisa terjadi.
Petunjuk yang didapatkan melalui mimpi ketika menayuh Keris biasanya bersifat tersirat, seperti
kebiasaan orang-orang jaman dulu yang sering menggunakan simbol-simbol yang tersirat.
Hal itu sesuai dengan tata krama yang berlaku, jika memberikan nasehat atau petunjuk biasanya
tidak dikatakan secara gamblang/langsung, tetapi dalam bentuk kiasan atau simbol yang memiliki
maksud atau makna tertentu yang harus dimengerti sendiri arti/maknanya. Seperti halnya bentuk dan
ricikan Keris yang syarat akan makna.
Jika Keris yang ditayuh tersebut tidak cocok atau tidak berjodoh dengan pemiliknya, maka
biasanya firasat yang didapat melalui mimpi adalah kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan,
misalnya saja bertemu dengan sosok menyeramkan yang tidak bersahabat, marah, memusuhi,
menyerang, mengejar-ngejar, mengancam atau mimpi-mimpi menyeramkan lainnya.
Tapi jika Keris tersebut cocok atau berjodoh dengan pemiliknya, maka ketika ditayuh akan
memberikan isyarat melalui mimpi dalam wujud sebagai sosok yang bersahabat atau sosok yang
menyenangkan, contohnya:
Bermimpi menemukan bayi atau dititipi bayi oleh seseorang untuk dirawat.
Bermimpi bertemu anak kecil yang minta ikut atau minta di angkat sebagai anak.
Bermimpi bertemu seorang wanita cantik yang minta diperistri atau mimpi bercinta.
Bermimpi bertemu orang tua yang menyatakan diri untuk mendampingi atau menyertai
perjalanan kita, atau mimpi-mimpi lainnya yang sifatnya bersahabat, menyenangkan dan baik.
Mimpi-mimpi tersebut merupakan isyarat bahwa Keris tersebut berkenan untuk dirawat atau
cocok dengan pemiliknya.
Berikut ini adalah perkiraan arti mimpi yang berupa simbol ketika menayuh Keris:
Bertemu anak-anak
Artinya: Keris tersebut akan mengikuti dan menuruti apa yang menjadi keinginan pemiliknya dan
membuat bahagia pemiliknya.
Bertemu wanita, bercinta, atau ada perempuan yang minta diperistri
Artinya: Keris tersebut akan mendampingi kehidupan pemiliknya (seperti seorang istri).
Seringkali tuahnya bisa untuk apa saja menyesuaikan kebutuhan dan kehidupan pemiliknya.
Bertemu seorang ksatria muda
Artinya: Keris tersebut sangat aktif dan bisa mengikuti semua aktivitas pemiliknya, tuahnya bisa
untuk penjagaan ghaib, kekuatan, kewibawaan, atau yang lainnya sesuai aktivitas pemiliknya.
Bertemu sosok orang tua (bapak-bapak atau ibu-ibu)
Artinya: Selain dapat memberikan tuah tertentu, Keris tersebut juga bersifat mengayomi
(ngemong) dan juga akan memberikan peringatan-peringatan dan nasehat seperti sifat orang tua,
baik melalui ilham atau mimpi.
Bertemu sosok macan atau naga yang tidak menyerang (bersahabat)
Artinya: Keris tersebut memiliki tuah untuk penjagaan ghaib, untuk kekuatan, untuk keberanian,
untuk kekuasaan dan kewibawaan. Tapi jika sosok macan atau ular naga tersebut menyerang,
berarti Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya.
Bertemu sosok Manusia tinggi besar
Artinya: Keris tersebut memiliki tuah untuk penjagaan ghaib, kesaktian/kekuatan dan untuk
kewibawaan.
Bertemu dengan beberapa orang sekaligus
Biasanya mimpi tersebut sering di alami oleh seseorang yang memiliki beberapa Keris Tayuhan.
Jika orang-orang yang muncul dalam mimpinya itu menunjukkan sikap bersahabat dan hormat,
berarti semua Kerisnya memiliki aura positif dan bersama-sama akan mendampingi pemiliknya.
Tapi jika ada di antara sosok-sosok tersebut yang perilakunya tidak simpatik atau tidak hormat,
berarti ada di antara Keris-Kerisnya yang tidak cocok. Jadi sebaiknya cari tahu Keris mana yang
Menayuh Keris juga bisa dilakukan dengan cara duduk bersila sambil memejamkan mata dan
memusatkan konsentrasi pikiran dan batin. Keris yang akan ditayuh diletakkan dipangkuan atau
didekap didada dengan niat memohon kepada TUHAN untuk bisa mengetahui hal-hal yang ingin
diketahui tentang Keris tersebut.
Tapi untuk melakukan cara ini diperlukan kepekaan batin yang tinggi dan ketahanan untuk duduk
bersila selama beberapa lama sampai mendapatkan isyarat atau petunjuk yang diharapkan.
Tempat atau ruangan yang digunakan untuk menayuh Keris juga harus bersih dari najis dan sebaiknya
tubuh juga suci dari hadast (berwudhu).
Ketika menayuh Keris sebaiknya dilakukan sendirian tanpa ada orang lain didalam kamar atau ruangan
yang digunakan agar bisa lebih konsentrasi dan juga untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.
Agar lebih mudah konsentrasi dan mempercepat koneksi, ruangan tempat untuk menayuh Keris juga
perlu diberikan aroma wewangian seperti kembang, minyak wangi atau dupa.
Semakin sering seseorang berlatih menayuh Keris maka akan semakin mudah untuk mendapatkan
informasi yang benar ketika menayuh Keris.
Ada Berbagai Cara Untuk Menayuh Sebilah Keris Yang Paling Banyak Dari Seluruh Pelosok
Nusantara Adalah Dengan Meletakkan Keris Dibawah Bantal Atau Dibawah Tengkuk, Dilakukan
Sebelum Tidur. Keris Tersebut Diikat Dengan Sehelai Kain Dan Sarungnya. Harapanya Adalah
Sipemilik Keris Agar Dapat Bertemu Dengan "Isi" Dari Keris Tersebut Didalam Mimpi.
Terkadang Cara Ini Tidak Berhasil Dan Dapat Dilanjutkan Kemalam Selanjutnya.
Keris Atau Tombak Itu Dianggap Cocok Atau Jodoh, Bilamana Pada Saat Ditayuh Bermimpi
Bertemu Dengan Seorang Bayi, Anak, Gadis, Atau Wanita, Pemuda Atau Orang Tua, Yang
Menyatakan Ingin Ikut, Ingin Diangkat Anak, Atau Ingin Diperistri. Bisa Jadi, Yang Ditemui Dalam
Mimpi Termasuk Juga Makhluk Yang Menakutkan. Mimpi Yang Serupa Itu Ditafsirkan Sebagai
Isyarat Dari 'Isi' Keris Yang Cocok Atau Tidak Cocok Untuk Dimiliki.
Saya Sendiri Pernah Diajarkan Menghitung Dari Abdi Dalem Keraton Yogyakarta Dengan Hitungan
Jempol Jari, Mengikut Kitab Kuno Rangkuman Kph Cakra Ningrat. Dengan Urutan Kata Sebagai
Berikut:
Di Petik Dari Buku " Daya Gaib Keris Pusaka" Oleh S. Lumintu Th. 1996 - Yogyakarta.
Melihat Sifat Keris Bisa Kita Ketahui Dari Rancang Bangun Bilahnya. Dalam Buku
'Serat Paniti Kadga' Terbitan Tahun 1929 Terdapat 4 Cara Untuk Melihat Sifat Keris
Berdasarkan Panjang & Lebar Bilah, Menurut Ajaran Sunan Bonang Sebagaimana Di
Tuturkan Kepada Mpu Suro.
CARA PERTAMA
Tentukan Lebar Wilah Pada Titik 2/3 Panjang Keris (Tidak Termasuk Pesi). Dari
Lebar Inilah Kita Hitung Panjang Wiilah Mulai Gonjo Sampai Ujung. Jumlah
Hitungan Kita Bagi 8, Sisa Berapa. Jika
Tersisa :
CARA KEDUA
Tentukan Lebar Wilah Pada Titik Pertengahan Pajang Keris (Tidak Termasuk Pesi). Dari Lebar
Tersebut Kita Hitung Panjang Wilah Dari Gonjo Sampai Ujung. Jumlah Hitungan Di Bagi 8, Sisa
Berapa.
JIKA TERSISA :
CARA KETIGA
Disebutkan Dalam Serat Cehthini Jilid I Pupuh 25, Bahwa Pedoman Untuk Membuat
Keris Dimulai Dengan Mengukur Panjang Gonjo, Kemudian Bilah Keris Di Ukur
Berapa Kali Panjang Gonjo.
Pengukuran Dimulai Dari Pangkal Bilah (Tidak Termasuk Pesi) Sampai Ujung Bilah, Dengan
Hitungan :
1. CAKRA
2. GUNDHALA
3. GUNUNG
4. GUNTUR
5. SEGARA
6. MADU
CARA KEEMPAT
SUMBER :
Tjiptaadi Iman Resoatmodjo in MUSEUM TOSAN AJI PURWOREJO
http://www.geocities.ws/javakeris/Tayuh
Berikut ini beberapa ritual yang sering dilakukan untuk merawat fisik dan ghaib Keris:
1. Ritual Jamasan Pusaka
Ritual jamasan pusaka biasanya dilakukan satu tahun sekali pada bulan suro menurut
penanggalan Jawa. Pada malam 1 Suro Keris dan benda-benda pusaka lainnya akan dikeluarkan dari
tempat penyimpanannya dan akan dibersihkan atau disucikan dengan cara dimandikan/dicuci
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 65
menggunakan air kembang 7 rupa (kembang setaman) disertai dengan ritual-ritual pembacaan doa oleh
orang yang ahli dalam menjamas Keris pusaka.
Ritual jamasan pusaka pada dasarnya bertujuan untuk membersihkan/menyingkirkan daya
magis susulan (energi negatif) yang mungkin terinduksi ke dalam Keris pusaka.
Ketika daya-daya magis yang tidak di inginkan tersebut sudah hilang, maka yang ada pada
Keris pusaka adalah daya magis asli yang dimasukkan oleh Empu pembuatnya dan Keris akan kembali
pada fungsi awalnya.
Tapi makna sesungguhnya dari ritual jamasan pusaka adalah sebuah simbol pembersihan diri
Manusia (pemilik Keris) agar menjadi pribadi yang lebih baik ditahun-tahun berikutnya.
Berikut Ini Hari-Hari Yang Diyakini Sebagai Hari Baik Untuk Memberi Sesaji Keris Pusaka
Menurut Tradisi Masyarakat Jawa:
5. Malam 1 Suro
Malam 1 suro adalah malam yang di anggap paling keramat oleh masyarakat Jawa khususnya
yang masih menganut paham Kejawen. Malam 1 suro adalah malam pergantian tahun yang harus
dipahami sebagai malam perenungan dan mawas diri serta untuk memohon kepada TUHAN agar bisa
memiliki kehidupan yang lebih baik ditahun-tahun yang akan datang.
Oleh karena itu, dalam tradisi masyarakat Jawa pada malam 1 suro lebih banyak digunakan
untuk melakukan tirakat dan ritual-ritual yang sifatnya untuk pembersihan/penyucian diri, termasuk
ritual jamasan pusaka.
Keris dan tuahnya akan dibuat berdasarkan permintaan dari pemesannya, kemudian sang Empu akan
memanjatkan do'a kepada Yang Maha Kuasa agar apa yang menjadi keinginan pemesan Keris tersebut
bisa terkabul.
Do'a atau mantra akan dirapal berulang-ulang bersamaan dengan proses penempaan Keris sehingga
energi dari do'a-do'a atau mantra-mantra yang dirapal oleh sang Empu akan meresap kedalam lipatan-
lipatan besi yang ditempa bersama baja dan pamor.
Selain energi dari do'a dan mantra yang dirapal oleh sang Empu, Keris juga memiliki energi alami
yang berasal dari bahan-bahannya yang merupakan logam-logam pilihan dan dimasukkan juga khodam
sebagai penjaga Keris. Oleh karena itulah, Keris pusaka buatan Empu akan tetap memiliki kekuatan
selama Keris itu masih berwujud.
Keris Pusaka Jawa biasanya akan diberi sajen atau sesaji setiap malam jumat kliwon, selasa kliwon
atau setiap malam kelahiran pemiliknya dan akan dijamasi setiap satu tahun sekali setiap malam satu
suro.
Secara umum, sajen atau sesaji dipahami oleh sebagian masyarakat sebagai ritual untuk memberi
makan khodam yang ada pada Keris tersebut agar betah dan kekuatannya tetap terjaga. Tapi jika
dipahami lebih mendalam, sebetulnya ada makna lain dibalik pemberian sesaji dan jamasan Pusaka.
Berikut Ini Beberapa Jenis Sesaji Yang Umum Untuk Keris Pusaka Jawa:
• Kemenyan
Kemenyan merupakan sesaji utama untuk berbagai ritual bagi masyarakat Jawa termasuk untuk Keris
Pusaka, karena asap kemenyan di anggap sebagai nasi atau makanan pokok bagi mahluk ghaib
(khodam pusaka) dan dalam mantra pemberian sesaji selalu disebut "sego putih gondho arum" yang
artinya "nasi putih beraroma harum".
Penggunaan kemenyan sebagai sesaji Keris adalah dengan cara dibakar di atas bara api dari arang kayu
sehingga menghasilkan asap putih tebal. Asap dari kemenyan inilah yang menjadi sesaji atau makanan
untuk khodam Keris. Caranya bilah Keris di asapi dengan asap kemenyan (dikutugi menyan). Cara ini
sangat ampuh untuk menjaga kekuatan ghaib Keris Jawa.
Tapi cara ini sudah sangat jarang dilakukan sekarang ini, karena membakar kemenyan di anggap
klenik dan sudah tidak umum lagi untuk dilakukan, sehingga rata-rata Keris Jawa sekarang ini sudah
kehilangan energi keghaibannya dan sudah luntur aura wingitnya.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 68
Ketika mengasapi bilah Keris dengan asap kemenyan, sebaiknya posisi bilah Keris jangan terlalu dekat
dengan bara api, cukup agar terkena asapnya saja. Karena jika terlalu dekat, uap dari kemenyan akan
menimbulkan endapan lengket pada bilah Keris yang bisa mengurangi keindahan fisik Keris.
Jenis kemenyan yang sering dipakai untuk mengasapi Keris adalah kemenyan Jawa merk 555 yang
konon sangat disukai oleh mahluk ghaib terutama khodam Keris Jawa.
Asap kemenyan Jawa (kemenyan madu) dapat memberikan pengaruh yang besar pada keghaiban Keris
Jawa sehingga tuah Keris menjadi lebih ampuh dan aura wingit atau perbawanya lebih terasa. Jadi,
agar Keris Jawa lebih terasa aura keghaibannya, sebaiknya diberikan sesaji bakaran kemenyan Jawa.
• Kembang
Kembang/bunga merupakam sesaji yang wajib ada untuk Keris Jawa. Pada jaman dulu kembang telon
(kembang 3 rupa) atau kembang setaman (kembang 7 rupa) selalu disajikan berdampingan dengan
kemenyan. Jika kemenyan di anggap sebagai nasi, maka kembang di anggap sebagai lauknya.
Yang paling sering digunakan sebagai sesaji adalah kembang telon (kembang 3 rupa) karena mudah
didapat. Tapi penggunaan kembang setaman (kembang 7 rupa) sebetulnya jauh lebih bagus daripada
kembang telon. Kembang juga bersifat netral dan bisa digunakan sebagai sesaji untuk semua jenis
Keris Jawa atau benda Pusaka lainnya.
• Minyak Pusaka
Saat ini yang paling umum digunakan untuk sesaji Keris adalah minyak Pusaka seperti minyak
cendana, minyak cendana keraton, minyak melati dan minyak mawar.
Penggunaannya cukup dioleskan pada bilah Keris sehingga lebih praktis daripada menggunakan
kemenyan. Tapi meskipun praktis, efeknya pada keghaiban Keris tidak sebagus jika menggunakan
sesaji kemenyan dan kembang.
Minyak Pusaka lebih di anjurkan digunakan untuk Keris Jawa yang karakternya halus atau adem,
misalnya Keris yang tuahnya untuk kerejekian, pengasihan atau ketentraman rumah tangga, dan tidak
disarankan untuk Keris Jawa yang karakternya keras atau panas seperti Keris-Keris yang tuahnya
untuk kewibawaan, kesaktian, kekuasaan dan penjagaan ghaib karena dapat menurunkan kadar
keghaibannya atau mempengaruhi karakter keras khodamnya menjadi lebih halus atau adem.
Banyak penggemar Keris yang menggunakan minyak singer sebagai campuran untuk minyak pusaka.
Minyak singer memang bagus untuk menjaga bilah Keris agar tidak karatan, tapi efeknya pada
keghaiban Keris kurang baik karena akan menurunkan power Keris. Untuk campuran minyak pusaka
lebih bagus menggunakan minyak kelapa tapi komposisinya sedikit jangan terlalu banyak.
• Kopi pahit
Tapi saat ini tentunya sulit mencari kopi jenis itu. Dan jika tidak ada kopi tradisional, bisa juga
menggunakan kopi hitam kemasan yang tanpa gula.
Sajikan kopi pahit dalam gelas tanpa tutup kemudian diletakkan di atas meja bersama sesaji lainnya.
Biarkan selama semalam dan pada pagi harinya bisa dibuang.
• Dupa
Pada jaman dulu umumnya dupa ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu untuk menghasilkan asap,
dan asap tersebut digunakan untuk mengasapai Keris seperti penggunaan kemenyan.
Tapi sekarang ini sudah banyak tersedia dupa yang bisa dibakar langsung tanpa memerlukan arang
untuk membakarnya.
Sama halnya dengan kemenyan, sekarang ini dupa sudah sangat jarang digunakan karena aroma dari
asap dupa akan menyebar kemana-mana dan di anggap klenik.
• Kayu Cendana
Pada jaman dulu kayu cendana biasanya dijadikan serbuk atau serpihan-serpihan kecil untuk dibakar di
atas bara api dari arang kayu sehingga akan menghasilkan asap beraroma harum. Biasanya penggunaan
serbuk kayu cendana dikombinasikan dengan kemenyan atau dupa.
Selain sesaji-sesaji yang umum diberikan untuk Keris Jawa di atas, ada juga Keris-Keris tertentu yang
meminta sesaji yang tidak umum seperti telur ayam mentah, nasi tumpeng, kelapa hijau, bahkan ada
yang meminta darah ayam putih atau ayam cemani dan sesaji-sesaji tidak lazim lainnya.
Keris-Keris seperti itu biasanya memiliki aura keghaiban yang sangat kuat, tapi jika permintaannya
tidak dipenuhi seringkali khodam dari Keris-Keris itu akan marah dan menyerang pemiliknya.
Jadi jika memiliki Keris Pusaka sebaiknya ditayuh dulu untuk mengetahui cocok atau tidaknya Keris
itu dengan kita dan juga untuk mengetahui sesaji apa yang cocok untuk Keris tersebut agar khodamnya
merasa betah dan senang dengan pemiliknya sehingga bisa menjadi pendamping yang aktif dan setia.
Pamor Ngawat
Pamor jenis ini juga dinilai dari kesan rabaan seperti halnya pamor Mrambut, tapi kesan
rabaannya terasa seolah-olah seperti meraba helaian-helaian kawat yang lembut.
Pamor Nggajih
Pamor jenis ini merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan penglihatan, yaitu pamor yang
tampak seperti lemak beku (gajih) yang menempel pada permukaan bilah Keris.
Keris atau Tosan Aji lainnya yang pamornya nggajih biasanya adalah Keris-Keris yang bermutu
rendah atau yang sering disebut Keris rucahan. Keris semacam itu jika dijentik (di thinthing)
biasanya tidak berdenting nyaring.
Pamor Mbugisan
Pamor jenis ini dinilai melalui kesan penglihatan dan rabaan. Permukaan bilah Keris yang
pamornya tergolong mbugisan memiliki kesan rabaan halus, sedangkan gradasi perbedaan warna
antara besinya yang hitam dan pamornya yang putih keperakan tidak nyata terlihat (tidak
kontras).
Pamor Nyanak
Pamor nyanak adalah istilah untuk pamor sanak atau pamor peson yang dinilai menurut kesan
penglihatan dan rabaan. Alur-alur pola gambaran pamor ini tidak jelas/tidak kontras, tetapi kesan
rabaannya sangat terasa dan agak kasar. Keris yang pamornya tergolong sanak biasanya dibuat
dari bahan pamor yang berupa mineral besi yang didapat dari daerah lain, dan jika dijentik, Keris
dengan pamor sanak tidak berdenting nyaring.
Pamor Kelem
Pamor jenis ini memiliki penampilan yang cukup jelas dan cukup kontras tapi memiliki kesan
sedemikian rupa sehingga seolah-olah yang terlihat hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan
pamor yang ada, atau seolah-olah sebagian besar dari pamor tersebut tenggelam didalam bilah
Keris. Pamor kelem jika diraba akan terasa lumer atau halus dan lembut.
Pamor Kemambang
Pamor Kemambang adalah kebalikan dari pamor Kelem. Pamor ini memberi kesan seolah bagian
pamor yang tertanam dibilah Keris hanya sedikit saja dan jika diraba terasa lumer dan halus.
Pamor Ngintip
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 71
Pamor Ngintip adalah istilah untuk penamaan pamor yang sangat kasar kesan rabaannya, dan
kadang-kadang pada beberapa bagian terasa tajam. Pamor Ngintip bisa terjadi karena dua sebab,
yang pertama karena Empu pembuatanya boros (loma) dalam panambahan bahan pamor yang
digunakannya, sehingga jumlah bahan pamor yang digunakan menjadi berlebihan. Bisa juga
terjadi karena unsur ketidak sengajaan, yaitu untuk memberikan kesan wingit pada Keris yang
dibuatnya.
Sebab yang kedua karena sang Empu menggunakan bahan pamor bermutu tinggi, tetapi besi
yang digunakan kualitasnya kurang bagus, akibatnya besinya cepat aus sedangkan pamornya
masih utuh, maka yang terjadi kemudian pamor tersebut akan muncul pada permukaan bilah
secara berlebihan.
Pamor Mubyar
Pamor mubyar adalah jenis pamor yang warnanya tampak cerah, cemerlang, dan kontras dengan
warna besinya. Tapi walaupun warnanya kontras, jika diraba akan terasa lumer dan halus.
Selain istilah-istilah yang di atas, untuk menilai pamor kita juga harus mengamati kondisi
tertanamnya pamor pada bilah Keris atau Tosan Aji lainnya. Menurut istilah Jawa, kondisi itu
disebut tanceping/tumanceping pamor.
Pamor Deling
Pamor Deling juga biasa disebut dengan nama pamor Akhodiat. Jika pamor menyebar diseluruh
permukaan bilah Keris disebut Deling Settong, jika hanya mengumpul di ujung bilah Keris
disebut Deling Pucuk dan jika berada dibagian pesi disebut Deling Paksi. Pamor Deling adalah
bagian dari kelompok pamor pada sebilah Keris yang Warnanya lebih cemerlang dari bagian
pamor lainnya. Pamor ini tergolong pamor tiban dan tuahnya dinilai baik karena dapat membuat
pemiliknya memiliki firasat yang tajam.
Pamor Nginden
Penampilan pamornya mengkilap seperti dapat membiaskan cahaya berkilauan. Pamor Nginden
banyak dijumpai pada Keris nom-noman tangguh Surakarta (PB).
Tanceping atau tertancapnya pamor pada bilah Keris ada dua macam, yaitu:
Pandes (pandhes), yaitu pamor yang seolah tertanam dalam dan kokoh.
Kumambang, yaitu pamor yang seolah-olah mengambang atau mengapung dipermukaan bilah.
Jenis-jenis pamor menurut proses terbentuknya:
Pamor Tiban
Yaitu pamor yang motifnya tidak direncanakan terlebih dulu oleh sang Empu. Contoh pamor
Tiban, antara lain: Wos Wutah, Pandaringan Kebak, Ngulit Semongko, Pulo Tirto, Rojo
Gundolo dan lainnya.
Pamor Rekan
Yaitu pamor yang motifnya sudah direncanakan/dirancang terlebih dulu dan biasanya
berdasarkan pesanan sehingga ada tehnik atau cara-cara tersendiri dalam peletakan besi dan
bahan pamor dalam proses penempaannya. Contoh pamor Rekan, antara lain: Blarak Sineret,
Ron Gendhuru, Udan Mas, Nogo Rangsang, Melati Rinonce, dan lainnya.
Pamor Titipan
Yaitu pamor yang dibuat atau disusulkan setelah bilah Keris selesai dibuat. Jadi pamor ini
dititipkan/disisipkan pada Keris setelah bilahnya sudah terbentuk utuh.
Pamor Tangkis
Pamor Tangkis adalah istilah untuk Keris yang pada kedua sisi bilahnya memiliki pamor yang
berbeda atau yang hanya memiliki pamor pada satu sisi bilahnya saja dan sisi bilah yang
satunya tidak berpamor (kelengan). Selain itu, istilah Tangkis juga sering digunakan untuk
menyebut nama dhapur Keris yang memiliki ricikan berbeda pada kedua sisi bilahnya.
Berikut Ini Nama-Nama Pamor Keris, Tombak Dan Tosan Aji Lainnya
Beserta Gambar Dan Penjelasan Mengenai Tuah / Khasiatnya:
1. Pamor Adeg Iras
Pamor ini selalu menempati bagian sor-soran pada sebilah Keris, tapi kadang juga terdapat
pada Tombak. Pamor Alip termasuk pamor titipan dan pamor rekan, bentuknya berupa garis lurus dan
tebal sepanjang sekitar 4 - 6 cm dan terkadang ujung garisnya membelok/melengkung.
Pamor Alip bukan merupakan pamor Sodo Sak Ler yang terputus, tapi memang sengaja dibuat
seperti itu atau karena titipan sehingga terkadang pamor ini terdapat disela-sela pamor lain yang lebih
dominan. Bagi sebagian orang, pamor ini dipercaya memiliki tuah yang baik untuk memperkuat iman,
tahan terhadap godaan dan tidak tergolong pamor pemilih.
3. Pamor Asihan
Pamor Asihan adalah bentuk pamor yang motifnya menyambung dari bagian bilah Keris
sampai ke bagian gonjo. Jadi, pamor Asihan tidak memiliki bentuk sendiri tapi selalu digabungkan
dengan pamor lain yang lebih dominan seperti misalnya pamor Ngulit Semongko Asihan, Udan Mas
Asihan atau yang lainnya. Tuanya dipercaya dapat memikat lawan jenis (pengasihan) dan disukai
banyak orang.
Pamor Badaela termasuk pamor tiban yang terletak dibagian sor-soran. Pamor ini di anggap
kurang baik untuk dimiliki karena dapat menyebabkan pemiliknya sering mengalami nasib sial
sehingga sering dilarung ke sungai oleh pemiliknya.
Pamor ini selalu menempati bagian sor-soran Keris, Tombak. Pedang atau Badik. Bentuknya
berupa garis-garis melengkung setengah lingkaran atau menyudut. Pamor Batu Lapak tergolong pamor
miring dan pamor rekan. Tuahnya dinilai baik untuk perlindungan dan tolak bala.
Pamor ini juga sering disebut pamor Blarak Ngirid atau Blarak Gineret. Bentuknya mirip daun
kelapa lengkap dengan pelepahnya (blarak) dan termasuk pamor miring - rekan dengan tingkat
kerumitan yang tinggi dalam pembuatannya. Tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan dan
kepemimpinan.
Pamor Bungkalan merupakan bentuk pamor yang terpadat pada ujung Keris atau Tombak. Jadi,
pamor apapun jika pada bagian didekat ujung bilah terdapat pamor yang bentuknya seperti lidah ular
bercabang dua, itu disebut pamor Bungkalan dan tergolong pamor yang disukai. Tuahnya dinilai baik
karena dapat membantu memudahkan pemiliknya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
11. Pamor Bungkus
Sepintas bentuk pamor ini menyerupai bentuk kepompong yang terletak ditengah-tengah sor-
soran. Tuahnya untuk kerejekian dan mencegah sifat boros.
Pamor Ceprit adalah sebutan untuk pamor yang hanya sedikit sekali terdapat pada bilah Keris
atau Tombak (seceprit). Pamor ini biasanya banyak terdapat pada Keris-Keris tangguh Majapahit.
Tuahnya untuk perlindungan dan kerejekian.
Tuahnya dinilai buruk karena membuat pemiliknya berhati keras dan banyak musuh.
Bentuk motifnya berupa 5 garis yang membujur disepanjang bilah Keris dari pangkal sampai
ujung. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan. Tuahnya untuk kewibawaan dan memperluas
kekuasaan.
Bentuknya menyerupai ganggang yang hanyut di sungai/aliran air. pamor ini tergolong pamor
rekan perpaduan antara pamor miring dan mlumah. Tuahnya untuk memperluas pergaulan, untuk
kewibawaan dan untuk kerejekian.
Bentuknya berupa garis-garis membujur dari pangkal sampai ujung bilah Keris atau Tombak.
Garis-garisnya ada yang utuh dan ada yang putus-putus serta banyak yang bercabang sehingga
bentuknya menyerupai air mengalir. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya
dinilai baik untuk memperluas pergaulan dan untuk melancarkan rezeki.
Bentuknya berupa garis-garis yang membujur dari pangkal sampai ujung bilah Keris, sepintas
pamor ini mirip dengan pamor Gajah Gelar, bedanya garis-garis pamornya mengumpul ditengah bilah,
sedangkan garis-garis pada pamor Gajah Gelar jaraknya lebih renggang dan yang paling tepi berada
tepat dipinggir bilah seperti pamor Wengkon. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan, tuahnya dapat
mendatangkan ketentraman, kebahagiaan dan untuk tolak bala.
Bentuknya sepintas mirip pamor Wengkong tapi garisnya lebih lebar dan pada bagian
dalamnya terdapat lekukan-lekukan. Tuahnya dinilai baik karena akan membuat pemiliknya mudah
mendapatkan ketenaran dan menonjol dilingkungannya.
24. Pamor Jung Isi Dunyo
Bentuknya berupa bulatan-bulatan kecil berlapis-lapis yang dikelilingi oleh bulatan dan bisa
terletak dimana saja, bisa dibagian sor-soran, tengah bilah, atau di ujung bilah. Pamor ini tergolong
pamor mlumah, tuahnya untuk memudahkan pemiliknya dalam mencari rejeki dan mengumpulkan
kekayaan.
Motifnya berbentuk garis silang seperti huruf X yang ujung-ujung garisnya sampai menyentuh
tepi bilah Keris dan ditengahnya terdapat bulatan yang mirip dengan bentuk pusaran pamor Sumur
Bandung. Pamor ini selalu menempati bagian sor-soran Keris. Pamor ini tergolong pamor rekan dan
pemilih. Tuahnya untuk tolak bala.
Bentuk motifnya merupakan perpaduan dari pamor Blarak Sineret dan Nogo Rangsang,
sepintas menyerupai bentuk kaki kelabang. Pamor ini tergolong pamor rekan dan pemilih. Tuahnya
untuk kewibawaan dan kekuasaan.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 82
29. Pamor Kupu Tarung
Bentuk motifnya menyerupai sayap kupu-kupu mengembang yang berderet disepanjang bilah
Keris dari pangkal sampai ujung yang dihubungkan oleh sebuah garis pamor. Pamor ini tergolong
pamor miring - rekan dan tidak pemilih. Tuahnya untuk memperluas pergaulan.
Pamor ini terletak dibagian sor-soran Keris, bentuknya seperti jajaran genjang dan ada juga
yang berbentuk lingkaran seperti pamor Kul Buntet. Tuahnya untuk perlindungan dan kewibawaan.
Pamor Keleng adalah sebutan untuk Tosan Aji yang bilahnya tidak terdapat motif pamor. Tapi
Keris Keleng sebetulnya tetap diselipi bahan pamor tapi memang sengaja disamarkan untuk tujuan-
tujuan tertentu. Tuah Keris pamor Keleng dinilai baik untuk perlindungan dan pengayoman.
Bentuknya berupa lapisan pamor yang menutupi bagian ujung bilah Keris sehingga terlihat
seperti memakai kudung (kerudung). Tuah pamor ini dinilai buruk karena dapat menghambat cita-cita
pemiliknya
Bentuk motif pamor Ngulit Semongko mirip dengan motif pada kulit buah semanggka. Pamor
ini tergolong pamor tiban - mlumah dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk memperluas
pergaulan.
Pamor Lar Gangsir tergolong pamor miring yang dihasilkan dari lipatan dan puntiran sehingga
menjadikan bentuk alurnya terkesan rumit dan indah mirip dengan motif pada sayap Gangsir. Tuahnya
dinilai baik untuk kewibawaan dan penundukan.
Bentuk pamor ini menyerupai gulungan benang yang terlepas atau terurai. Tuah Pamor Lawe
Saukel dinilai baik karena diyakini dapat membantu pemiliknya untuk menguraikan masalah-masalah
ruwet yang dihadapi.
Bentuknya berupa garis lurus yang berada ditengah bilah mirip dengan pamor Sodo Sakler, tapi
dibagian bawah atau sor-soran garis tersebut membesar membentuk pola seperti pamor Lawe Saukel,
Bawang Sebungkul, atau pamor Tunggak Semi. Tuahnya dinilai baik untuk membantu agar apa yang
menjadi harapan atau cita-cita pemiliknya bisa cepat terkabul.
Bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis seperti pamor Udan Mas, tapi lapisan bulatannya lebih
banyak sehingga diameter bulatannya bisa mencapai 1 cm atau lebih. Pamor ini tergolong pemilih dan
tuahnya dinilai baik untuk mendatangkan rejeki dan kekayaan.
Bentuk pamor ini mirip dengan pamor Ujung Gunung tapi posisinya terbalik, bagian lancipnya
justru menghadap kebawah atau pangkal Keris. Pamor ini termasuk pamor rekan dan pemilih. Tuahnya
dinilai baik untuk menambah wibawa pemiliknya.
Bentuk pamor ini menyerupai bunga kelapa dalam untaian (manggar) yang merupakan
kumpulan dari bulatan-bulatan lonjong dan kecil yang tersusun disepanjang bilah Keris dari pangkal
sampai ujung. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk
memudahkan dalam mencari rejeki dan memperluas pergaulan.
Motifnya berupa bulatan-bulatan berlapis, berjajar dan berderetan dari pangkal sampai ujung
bilah Keris, garis tengah bulatan mencapai 1,5 - 2 cm dan setiap bulatan terdiri lebih dari 8 lapis.
Bulatan satu dengan lainnya dihubungkan dengan garis garis pamor. Pamor ini diisukai para pedagang
dan pengusaha karena tuahnya dapat memudahkan datangnya rejeki.
Pamor ini letaknya dibagian gonjo Keris, bentuknya berupa garis mendatar berlapis-lapis.
Tuahnya dinilai baik untuk memperluas pergaulan dan disukai banyak orang.
Pamor Mego Sungsun tergolong pamor rekan, tuahnya dinilai baik untuk mempermudah dalam
mencapai cita-cita yang tinggi.
47. Pamor Melati Rinoce
Bentuknya mirip untaian bunga melati yang diuntai menggunakan benang mulai dari pangkal
sampai ujung bilah Keris. Pamor Melati Rinonce tergolong pamor rekan dan tidak memilih. Tuah atau
khasiatnya untuk memudahkan dalam mencari rejeki dan menumpuk kekayaan.
48. Pamor Melati Sinebar
Bentuknya berupa bulatan-bulatan berlapis yang menyebar berurutan dari pangkal sampai
ujung bilah dengan diameter bulatannya sekitar 1 cm. Pamor Melati Sinebar termasuk pamor rekan
dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk kerejekian dan pergaulan.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 88
49. Pamor Miji Timun
Bentuknya berupa bulatan-bulatan kecil ditengah bilah Keris dari pangkal sampai ujung mirip
dengan pamor Uler Lulut, tapi bulatannya lebih kecil dan lebih lonjong. Tuahnya untuk kerejekian dan
kewibawaan.
Bentuk pamor ini berupa bulatan-bulatan lonjong mirip buah melinjo yang tersusun rapi
disepanjang bilah Keris dari pangkal sampai ujung. Tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan dan
kerejekian.
Bentuknya beruoa garis-garis lembut yang membujur dari pangkal sampai ujung bilah Keris.
Garis-garis pamor tersebut tidak utuh, tapi terputus-putus dan sepintas mirip dengan pamor Adeg,
bedanya pada pamor Adeg garisnya tidak terputus. Pamor ini tergolong pemilih, tuahnya dinilai baik
untuk menangkal segala hal yang bersifat negatif atau untuk tolak bala.
Bentuknya seperti bisul yang menonjol dipermukaan bilah Keris, biasanya ukurannya sebesar
biji kacang hijau atau sedikit lebih besar. Pamor ini tergolong langka dan banyak dicari karena tuahnya
dapat membantu pemiliknya untuk meraih kejayaan dan kemenangan.
Bentuknya menyerupai bintang segi enam yang selalu terletak dibagian sor-soran. Pamor ini
merupakan pamor titipan, atau pamor yang dibuat setelah bilah Keris selesai dikerjakan. Pamor ini
tergolong pemilih dan tuahnya dinilai baik karena merupakan kumpulan dari hal-hal yang baik, seperti
untuk penangkal dari marabahaya, untuk kewibawaan agar disegani lawan maupun kawan dan ditakuti
mahluk ghaib.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 90
55. Pamor Nogo Rangsang
Bentuknya sangat mirip dengan pamor Blarak Sineret, perbedaannya hanya pada arah motif
garis-garis yang menyerupai daun kelapa. Pada pamor Blarak Sineret garis-garisnya mengarah ke atas
atau ke ujung bilah, sedangkan pamor Nogo Rangsang sebaliknya yaitu mengarah kebawah atau ke
pangkal bilah. Pamor ini tergolong pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk menambah kewibawaan
Pamor Nrajang Landep sebetulnya bukan nama sebuah pamor, tapi merupakan pamor (bisa
pamor apa saja) yang alurnya keluar dari bilah Keris. Pada Keris-Keris tua banyak yang pamornya
menjadi Nrajang Landep karena bilahnya sudah gripis.
Pamor Nrajang Landep di anggap memiliki tuah yang kurang baik karena membuat pemiliknya
sering terlibat sengketa dan salah pengertian. Tapi ada juga yang sengaja menyimpannya dengan
tujuan jika suatu saat terlibat masalah maka tuah Keris ini dapat meloloskannya dari masalah. Tapi
secara umum, tuahnya kurang baik (negatif).
Bentuk pamor Nur mirip dengan hurup S yang terletak dibagian sor-soran. Pamor ini tergolong
pemilih, tuahnya di anggap baik untuk menambah kewibawaan dan kharisma. Pamor ini cocok
dimiliki guru dan sesepuh masyarakat.
Motif pamor ini menempati dua pertiga dari bagian Keris, yaitu dibagian bilah dan gonjo.
Bentuknya berupa garis lurus mulai ujung sampai pangkal bilah Keris dan tembus atau menyambung
ke bagian gonjo menjadi bercabang dua seperti bentuk lidah ular. Tuahnya dinilai baik untuk mencari
rejeki dan kekayaan.
Bentuknya menyerupai irisan daun pandan dan merupakan pamor rekan. Pamor Pandan Riris
termasuk pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan, kejayaan, dan kepemimpinan.
Pamor Pedaringan Kebak merupakan pamor tiban yang menempati hampir seluruh bagian bilah
Keris. Pamor ini tidak pemilih, tuahnya untuk memudahkan dalam mencari rejeki.
Bentuknya mirip dengan pamor Wos Wutah tapi hanya menempati sebagian kecil dari bilah
Keris atau Tombak. Letaknya menyebar tidak merata mirip bentuk pulau-pulau. Pamor ini merupakan
pamor tiban, tuahnya dinilai baik untuk pergaulan, kerejekian dan ketrentaman.
64. Pamor Puser Bumi
Bentuk motifnya berupa garis melingkar membentuk pusaran. Pamor ini tergolong pamor
miring - rekan dan pemilih. Tuahnya untuk Perlindungan dan penjagaan.
Bentuk motifnya menyerupai danau dengan beberapa pulau kecil di tengahnya. Pamor ini
tergolong pamor tiban dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik karena akan menjadikan pemiliknya
hemat dan pandai dalam mengelola keuangan.
66. Pamor Rahtama
Pamor ini terletak dibagian sor-soran dan tergolong pamor tiban Biasanya pamor ini terselip di
antara pamor lain yang lebih dominan seperti pamor Wos Wutah atau Ngulit Semongko. Tuahnya di
anggap baik dan cocok jika dimiliki oleh pasangan suami-istri yang menghendaki anak yang baik,
berbudi luhur dan mulia.
67. Pamor Rambut Daradah
Bentuknya hampir mirip dengan pamor Adeg, tapi pada jarak tertentu terdapat lekukan-lekukan
dipinggir pamornya. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan dan pemilih. Tuahnya dinilai baik
untuk kepemimpinan.
Bentuknya berupa garis-garis setengah lingkaran berlapis-lapis, ada yang terdapat disepanjang
bilah Keris dan ada juga yang hanya setengah bilah. Tuahhya untuk perlindungan dan tolak bala.
Motifnya menyerupai duri ikan dan sepintas seperti pamor Ron Gendhuru tapi daunnya lebih
jarang dan tipis sehingga menimbulkan kesan kurus. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan dan
termasuk pemilih. Tuahnya untuk menambah kewibawaan.
Motifnya menyerupai wujud Manusia, mahluk halus atau bunatang dan bisa terletak dimana
saja, bisa dibagian sor-soran, tengah bilah atau di ujung bilah Keris. Pamor ini tergolong pamor tiban,
tuahnya untuk perlindungan dan tolak bala.
Pamor Ron Gendhuru juga sering disebut sebagai pamor Bulu Ayam, bentuk motifnya
menyerupai daun gendhuru. Pamor ini termasuk pamor miring - rekan dan pemilih. Tahnya untuk
kewibawaan dan kepemimpinan serta membuat pemiliknya menjadi orang terpandang.
Bentuknya menyerupai susunan daun jagung yang masih ada dipohonnya. Tuahnya dinilai baik
untuk kewibawaan dan kerejekian.
Bentuk motifnya hampir serupa dengan pamor Kudung tapi dibawahnya terdapat pamor lain.
Pamor lain yang terdapat dibawahnya atau dibagian sor-soran bisa berupa pamor Wos Wutah, Bawang
Sebungkul, atau pamor-pamor lainnya. Tapi versi lain ada yang mengatakan bentuknya berupa 3 buah
bulatan dibagian sor-soran yang letaknya berjajar mendatar dan di atasnya terdapat beberapa bulatan
berjajar keatas. Tuanya di anggap baik untuk perlindungan dan kepemimpinan.
Motifnya berupa bulatan-bulatan kecil berlapis dan sebagian tidak berlepais. Letaknya
menyebar diseluruh permukaan bilah Keris. Pamor ini tidak pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk
memudahkan dalam mencari rejeki.
Bentuk motifnya mirip dengan pamor Mayang Mekar tapi agak renggang dan tidak terlalu
rapat. Angsarnya sangat baik untuk kenaikan pangkat, kesuksesan usaha, dan memudahkan dalam
mencari rejeki.
Bentuk motifnya seperti buah buah kopi yang masih menempel dirantingnya, ditengah bilah
terdapat pamor berbentuk garis tebal dari pangkal sampai ujung bilah Keris dan disisi kiri dan kanan
garis tersebut terdapat pamor berbentuk bulatan-bulatan kecil yang letaknya terpisah-pisah. Setiap
gumpalan pamor terdiri dari 2 - 4 bulatan kecil. Tuah atau khasiatnya untuk memudahkan pemiliknya
dalam mencari rejeki, sehingga pamor ini banyak dicari oleh para pedagang dan pengusaha. Pamor ini
tergolong pamor rekan.
Motifnya menyerupai untaian bunga kelapa dan sepintas seperti pamor Mangar, bedanya pada pamor
Mangar bentuk bunga kelapanya lebih besar dan lebih jelas, sedang pada pamor Sekar Mangar yang
terlihat lebih jelas adalah motif untaian dan tangkainya. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak
pemilih. Tuahnya untuk memperluas pergaulan dan disukai banyak orang.
Motifnya menyerupai bentuk untaian bunga pala dan sepintas mirip dengan pamor Sekar Anggrek.
Pamor ini cocok dimiliki oleh Dalang dan Pesinden karena angsarnya dapat menjadikan pemiliknya
menjadi terkenal.
84. Pamor Sekar Susun
Bentuk pamor ini sepintas mirip dengan pamor Blarak Sineret, bedanya ujung garis pamor
yang menyerupai gambar daun kelapa tidak sampai ketepi bilah, tapi hanya mengumpul ditengah bilah
saja dan guratan-guratan garisnya juga lebih halus. Pamor ini merupakan pamor miring - rekan dan
tergolong pemilih. Tuahnya untuk kewibawaan dan kepemimpinan.
Motifnya menyerupai bongkahan karang dilaut, sepintas pamor ini seperti pamor Tunggak
Semi, tapi bagian seminya memanjang terus sampai ke atas. Pamor ini tergolong pamor mlumah
(terlentang). Tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan dan memudahkan untuk mencari pengikut.
Kadang pamor ini juga disebut Tejo Bungkus atau Bimo Bungkus. Tuahnya untuk kewibawaan
dan kepemimpinan, sangat cocok dimiliki oleh seorang pemimpin yang punya banyak bawahan.
Pamor Sumber adalah pamor yang letaknya dibagian gonjo Keris berbentuk bulatan berlapis-
lapis yang menyerupai mata kayu, dan paling sedikit ada 3 lapisan. Jumlahnya paling sedikit 6 bulatan
pada satu gonjo. Tuahnya dinilai baik untuk mendatangkan rejeki.
Bentuknya mirip dengan pamor Wos Wutah, bedanya letak pamor ini tidak menyebar tapi
menggerombol dan mengelompok rapat, masing masing kelompok pamor terpisah satu dengan
lainnya. Pamor ini tergolong pamor tiban dan tidak pemilih. Tuah atau khasitanya untuk memudahkan
pemiliknya dalam mencari rejeki dan memperluas pergaulan.
Bentuknya bulatan-bulatan bersusun dan berderet dari pangkal sampai ujung bilah, sepintas
mirip dengan pamor Bendo segodo, tapi jarak bulatan-bulatannya lebih rapat satu sama lain. Pamor ini
tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuah atau khasiatnya untuk mendatangkan rejeki.
Bentuknya mirip polesan kuas dibidang lukisan. Pamor ini tergolong pamor rekan, ada yang
pamor miring dan ada yang mlumah. Pamor ini tergolong pemilih, tuahnya dapat mengangkat drajat
dan status sosial pemiliknya serta menutupi semua kekurangannya.
Bentu pamor ini merupakan perpaduan dari pamor Sodo Sak Ler dan pamor Wengkon. Pamor
Tejo Kinurung termasuk pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya untuk memudahkan meraih cita-cita
dan untuk perlindungan.
Pamor ini selalu menempati bagian pejetan atau blumbangan, bentuknya berupa lingkaran-
lingkaran berlapis menyerupai gambar pulau didalam peta. Pamor ini tergolong pamor tiban, tuahnya
dapat membuat pemiliknya bersifat hemat.
Bentuknya seperti genangan air dan tergolong pamor rekan - miring. Tuahnya untuk
memudahkan mencari rejeki dan menumpuk kekayaan.
Pamor ini biasanya hanya mengumpul dibagian sor-soran saja tidak ada sambungannya.
Tuahnya dinilai baik untuk orang tua atau yang sudah pensiun karena dapat membawa ketentraman
dan kedamaian bagi pemiliknya. Tapi pamor ini dinilai kurang baik untuk orang yang masih aktif
bekerja karena dapat menurunkan semangat/ambisi untuk maju.
Bentuknya mirip dengan pamor Kudung, bedanya sudut pamor Kudung menghadap ke atas
atau ke ujung Keris, sedangkan pamor Tulak menghadap kebawah atau ke pangkal Keris. Pamor ini
tidak pemilih dan tuahnya bisa melindungi pemiliknya dari perbuatan jahat orang lain.
Bentuk motif pamor ini merupakan perpaduan antara pamor Kenongo Ginubah dengan pamor
Ganggeng Kanyut. Pamor ini tidak tidak pemilih, tuahnya untuk memperluas pergaulan dan
menjadikan pemiliknya disukai oleh orang-orang disekitarnya.
Pamor ini hanya terdapat dibagian sor-soran Keris atau Tombak dengan bentuk berupa garis-
garis tidak beraturan yang berlapis-lapis dan pada bagian ujung pamor seperti tumbuh lagi pamor lain
yang bentuknya seperti tunas pohon yang bersemi. Tuahnya untuk kerejekian dan memajukan usaha.
Tuahnya dipercaya akan membuat pemiliknya disegani banyak orang, selamat dari segala
macam bahaya dan kejahatan, serta doa-doanya selalu terkabul.
Bentuk pamor ini sekilas mirip dengan pamor Junjung Drajat, pamor Rojo Abolo Rojo, dan
pamor Pandhito Bolo Pandhito, yaitu berupa garis-garis segitiga berlapis-lapis yang menyerupai
bentuk puncak gunung. Tuahnya untuk memudahkan pemiliknya meraih jabatan tinggi dan kejayaan.
Bentuk motifnya mirip dengan buih-buih air. Pamor ini tidak pemilih, tuahnya untuk
memperluas pergaulan dan kerejekian serta dapat mengurangi sifat boros.
Bentuk motifnya menyerupai pamor Tepen atau Wengkon, bedanya garis yang menjadi bingkai
pada pamor Untu Walang berkelok-kelok seperti mata gergaji, sedangkan pada pamor Wengkon garis
bingkainya lurus. Pamor ini tergolong pamor rekan dan pemilih. Tuahnya dapat membuat pemiliknya
dipercaya oleh orang-orang disekelilingnya dan kata-katanya selalu didengar.
Bentuknya berupa gumpalan-gumpalan dari ujung bilah sampai ke sor-soran Keris. Pamor ini
tergolong pamor tiban dan tidak pemilih. Tuahnya untuk membantu mempermudah tercapainya
harapan dan cita-cita.
Pamor ini tergolong pamor rekan dan pemilih. Tuahnya dinilai baik karena akan membuat
pemiliknya menjadi panutan di masyarakat. Pamor ini cocok dimiliki oleh guru, tokoh masyarakat dan
pemimpin keagamaan.
Pamor ini terletak dibagian gonjo Keris, bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis paling sedikit
tiga lapisan dan sepintas mirip seperti mata kayu. Pamor ini mirip dengan pamor Sumber, bedanya
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 110
bulatannya hanya ada 1 - 3 bulatan pada satu gonjo. Tuahnya dinilai baik karena jika melakukan suatu
pekerjaan dapat menyelesaikannya dengan baik.
Motifnya berupa garis lurus menyambung disepanjang tepi bilah Keris seperti bingkai. Pamor
ini biasa juga disebut pamor Tepen atau pamor Lis-lisan. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak
pemilih. Tuahnya dapat menjadikan pemiliknya menjadi lebih hemat, tahan terhadap godaan dan untuk
perlindungan.
Pamor Wirasat sebetulnya tidak berdiri sendiri, tapi selalu menyelimuti atau menempel pada
pamor lain. Tuahnya dapat mempertajam insting dan memperkuat tuah dari pamor yang di ikutinya.
Bentuknya berupa bulatan-bulatan dan garis-garis tidak beraturan. Pamor ini tergolong pamor tiban
dan tidak memilih. Tuahnya untuk kerejekian dan kemakmuran.
Bentuknya berupa bulatan-bulatan yang terpisah antara satu bulatan dengan yang lainnya dan
hampir mirip dengan pamor Melati Sinebar tapi ukurannya lebih besar. Pamor ini tergolong pamor
mlumah dan tidak pemilih. Tuahnya untuk memudahkan mencari rajeki.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 111
122. Pamor Yogapati
Pamor ini letaknya dibagian sor-soran Keris dan termasuk pamor tiban. Pamor ini di anggap
buruk karena pemiliknya akan sering dilanda musibah dan nasib buruk.
Demikian sedikit informasi tentang nama-nama pamor Keris, Tombak, dan Tosan Aji lainnya
lengkap dengan gambar dan khasiatnya yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini.
Luk sedeng/sedang
Luk yang sedeng/sedang artinya tidak kembo dan tidak rengkol. Keris-keris tangguh Majapahit
dan Mataram Senopaten kebanyakan luknya sedeng.
Luk rengkol
Luk rengkol adalah luk yang lekukannya dalam. Luk yang rengkol banyak terdapat pada Keris-
Keris tangguh Pengging dan sebagian tangguh Mataram Sultan Agung serta tangguh Mataram
Amangkuratan.
Di dunia perkerisan, bentuk luk Keris biasa di istilahkan dengan persamaan bentuk kelokan tubuh ular,
yaitu:
Keris lurus dipersamakan dengan Sarpo Topo atau ular yang sedang bertapa.
Keris dengan luk Kembo dipersamakan dengan Sarpo Lelewo atau ular yang sedang
bergaya.
Keris dengan luk sedeng dipersamakan dengan Sarpo Lumampah atau ular yang sedang
berjalan.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 112
Keris dengan luk rengkol dipersamakan dengan Sarpo Nglangi atau ular yang sedang
berenang.
Pembagian ragam bentuk luk Keris dan Tombak ini juga berguna untuk menentukan suatu tangguh
Keris. Misalnya, jika sebuah Keris luknya rengkol, sudah hampir bisa dipastikan jika itu bukan Keris
tangguh Tuban dan bukan juga tangguh Pajajaran. Sebaliknya, jika luknya kembo, maka sudah hampir
bisa dipastikan jika Keris tersebut bukan tangguh Pengging.
Selain itu, jumlah luk juga digunakan untuk menentukan nama dhapur suatu Keris. Karena dua bilah
Keris yang ricikannya sama, tapi jika jumlah luknya berbeda, maka nama dhapurnya akan berbeda.
Keris digunakan untuk mempertahankan diri (misalnya sewaktu bersilat) dan sebagai alat
kebesaran diraja. Senjata ini juga merupakan lambang kedaulatan orang Melayu. Keris yang paling
masyhur ialah keris Taming Sari yang merupakan senjata Hang Tuah, seorang pahlawan Melayu yang
terkenal.
Keris berasal dari Kepulauan Jawa dan keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan abad
ke-14. Senjata ini terbahagi kepada tiga bahagian, yaitu mata, hulu dan sarung. Keris sering dikaitkan
dengan kuasa mistik oleh orang Melayu pada zaman dahulu. Antara lain, terdapat kepercayaan bahawa
keris mempunyai semangatnya yang tersendiri.
Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya
pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa
lengkap).
Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus
menggunakan/memakai busana pengantin gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala
(kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu oleh
kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai symbol "kejantanan." Dan terkadang apabila
karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia
diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.
Pandangan ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat Jawa dulu, bahwa awal mula
eksistensi mahkluk di bumi atau di dunia bersumber dari filsafat agraris, yaitu dari menyatunya unsur
lelaki dengan unsur perempuan. Di dunia ini Allah Swt, menciptakan makhluk dalam dua jenis seks
yaitu lelaki dan perempuan, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Kepercayaan pada
filsafat agraris ini sangat mendasar di lingkungan keluarga besar Karaton di Jawa, seperti Karaton
Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan lain-lain.
Kepercayaan itu mulanya dari Hinduisme yang pernah dianut oleh masyarakat di Jawa. Lalu
muncul pula kepercayaan tentang bapa angkasa dan ibu bumi/pertiwi. Yang juga dekat dengan
kepercayaan filsafat agraris di masyarakat Jawa terwujud dalam bentuk upacara kirab pusaka pada
menjelang satu Sura dalam kalender Jawa dengan mengkirabkan pusaka unggulan Karaton yang terdiri
dari senjata tajam: tombak pusaka, pisau besar (bendho). Arak-arakan pengirab senjata pusaka
unggulan Karaton berjalan mengelilingi komplek Karaton sambil memusatkan pikiran, perasaan,
memuji dan memohon kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, untuk beroleh perlindungan,
kebahagiaan, kesejahteraan lahir dan batin.
Fungsi utama dari senjata tajam pusaka dulu adalah alat untuk membela diri dari serangan
musuh, dan binatang atau untuk membunuh musuh. Namun kemudian fungsi dari senjata tajam seperti
keris pusaka atau tombak pusaka itu berubah. Di masa damai, kadang orang menggunakan keris hanya
sebagai kelengkapan busana upacara kebesaran saat temu pengantin. Maka keris pun dihias dengan
intan atau berlian pada pangkal hulu keris.
Bahkan sarungnya yang terbuat dari logam diukir sedemikian indah, berlapis emas berkilauan
sebagaikebanggaan pemakainya. Lalu, tak urung keris itu menjadi komoditi bisnis yang tinggi
nilainya.
Ketika Sultan Agung menyerang Kadipaten Pati dengan gelar perang Garudha Nglayang, Supit
Urang, Wukir Jaladri, atau gelar Dirada Meta, prajurit yang mendampingi menggunakan senjata
tombak yang wajahnya diukir gambar kalacakra. Keris pusaka atau tombak pusaka yang merupakan
pusaka unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsur besi baja, besi, nikel, bahkan
dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara
pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada Sang Maha Pencipta Alam (Allah SWT) dengan
suatu upaya spiritual oleh Sang Empu.
Sehingga kekuatan spiritual Sang Maha Pencipta Alam itu pun dipercayai orang sebagai
kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan
kepada pemakai senjata pusaka itu. Pernah ada suatu pendapat yang berdasarkan pada tes ilmiah
terhadap keris pusaka dan dinyatakan bahwa keris pusaka itu mengeluarkan energi/kekuatan yang
tidak kasat mata (tak tampak dengan mata biasa). Yang menarik hati adalah keris yang dipakai untuk
kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa.
Keris itu dihiasi dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris.
Ternyata itu bukan hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk mengingatkan orang
agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna, sewenang-
wenang dan mau menangnya sendiri seperti watak Harya Penangsang.
Kaitannya dengan Harya Penangsang ialah saat Harya Penangsang berperang melawan
Sutawijaya, karena Penangsang pemarah, emosional, tidak bisa menahan diri, perutnya tertusuk
tombak Kyai Plered yang dihujamkan oleh Sutawijaya. Usus keluar dari perutnya yang robek.
Dalam keadaan ingin balas dendam dengan penuh kemarahan Penangsang yang sudah
kesakitan itu mengalungkan ususnya ke hulu keris di pinggangnya. Ia terus menyerang musuhnya.
Pada suatu saat Penangsang akan menusuk lawannya dengan keris Kyai Setan Kober di bagian
pinggang, begitu keris dihunus, ususnya terputus oleh mata keris pusakanya. Penangsang mati dalam
perang dahsyat yang menelan banyak korban.
Dari peristiwa itulah muncul ide keris pengantin dengan hiasan untaian bunga mawar dan
melati.
Tosan aji atau senjata pusaka seperti tombak, keris dan lain-lain itu bisa menimbulkan rasa
keberanian yang luar biasa kepada pemilik atau pembawanya. Orang menyebut itu sebagai piyandel,
penambah kepercayaan diri, bahkan keris pusaka atau tombak pusaka yang diberikan oleh Sang Raja
terhadap bangsawan Karaton itu mengandung kepercayaan Sang Raja terhadap bangsawan unggulan
itu. Namun manakala kepercayaan sang raja itu dirusak oleh perilaku buruk sang adipati yang diberi
keris tersebut, maka keris pusaka pemberian itu akan ditarik/diminta kembali oleh sang raja.
Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara filosofi
sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi
Selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing juga harus tahu diri untuk
berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar. Namun demikian, makna
yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya,kini terancam perkembangannya karena aspek teknologi
sebagai sahabat budayanya kurang diminati ketimbang aspek legenda dan magisnya.
Pertama-tama yang harus diketahui adalah tahapan zaman terlahirnya ‘keris’ itu, kemudian
meneliti bahan keris, dan ciri khas sistem pembuatan keris. Ilmu untuk kepentingan itu dinamakan
‘Tangguh’. Dengan ilmu tangguh itu, kita dapat mengenali nama-nama para Empu dan hasil karyanya
yang berupa bilahan-bilahan keris, pedang, tombak, dan lain-lainnya. Adapun pembagian tahapan-
tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:
Keris-keris ciptaan Empu itu setiap zaman mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Sehingga para
Pendata benda pusaka itu tidak kebingungan. Ciri khas terletak pada segi garap dan kwalitas besinya.
Kwalitas besi merupakan ciri khas yang paling menonjol, sesuai dengan tingkat sistem pengolahan
besi pada zaman itu, juga penggunaan bahan ‘Pamor’ yang mempunyai tahapan-tahapan pula.
Sesuai dengan asalnya di Prambanan maka pamor tersebut dinamakan pamor Prambanan. Keris
dengan pamor Prambanan dapat dipastikan bahwa keris tersebut termasuk bertangguh Nom. Karena
diketemukannya bahan pamor Prambanan itu pada jaman Kerajaan Mataram Kartasura (1680-1744).
Keris, seperti juga teater Kabuki dari Jepang, pentas tradisional India— Ramlila yang
mengetengahkan epik Ramayana—Samba dari Brasil, Mak Yong dari Melayu, ”Masih hidup dan
dihayati, tradisi masih berlanjut. Berbeda dengan budaya samurai di Jepang yang kini sudah mati,”
ungkap Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNESCO) Koichiro Matsuura, yang ditemui Kompas pekan lalu, beberapa saat
setelah menyerahkan sertifikat pengakuan UNESCO itu kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta.
Sebenarnya ada 64 warisan budaya yang diusulkan berbagai negara untuk diakui sebagai
warisan dunia oleh UNESCO tahun ini. Akan tetapi, setelah melalui penilaian para juri yang bersidang
pada 20-24 November 2005 dengan ketua Putri Basma binti Talal dari Jordania, hanya 43 yang diakui
sebagai warisan budaya oral serta nonbendawi manusia (intangible cultural heritage of humanity).
Sementara mahakarya (masterpiece) yang diakui UNESCO tahun 2001 serta tahun 2003,
termasuk wayang, jumlahnya 47. Maka, total mahakarya warisan budaya dunia yang diakui 90.
”Proklamasi yang ketiga kali ini kemungkinan adalah yang terakhir. Konvensi akan segera
dilaksanakan segera setelah 30 negara memiliki instrumen ratifikasi dan disetujui, seperti yang sudah
dilakukan 26 negara sebelumnya,” ungkap Matsuura.
Ratusan ribu dollar AS per tahun diperkirakan akan mengalir guna melestarikan keris Indonesia
dan juga wayang.
Lewat momentum penghargaan UNESCO ini mestinya kita menata kembali pandangan tentang
keris,” ungkap Ir Haryono Haryoguritno, pakar keris yang memimpin tim riset pustaka dan lapangan
juga diskusi selama setahun sejak Agustus 2004.
Laporan Keris
Setelah mendatangi komunitas perkerisan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, dan
Lombok, Haryono yang dibantu Waluyo Wijayatno dari perkumpulan penggemar keris Damartaji dan
warga negara Indonesia asal Australia, Gaura Mancacaritadipura, merangkumnya dalam sebuah
laporan tebal untuk UNESCO.
Sang empu mengutuk, keris yang sebenarnya belum selesai dibikin itu akan makan korban
tujuh turunan, termasuk Ken Arok sendiri. Keris selama ini dipandang dekat dengan dunia
perdukunan, sementara negeri tetangga, Singapura, malah sudah lebih dulu memakai identitas keris
sebagai kebanggaan mereka.
Maskapai penerbangan negeri ini, Singapore Airlines, memakai Kris Lounge sebagai ruang
tunggu VIP bagi para penumpangnya di bandar udara. Atau KrisFlyer, sebuah layanan bagi mereka
yang sering menggunakan jasa maskapai tersebut. KrisMagazine untuk majalah mereka, dan KrisShop
untuk layanan jualan suvenir mereka di pesawat.
Karya Agung
UNESCO memandang keris memiliki nilai luar biasa sebagai karya agung ciptaan manusia.
Selain berakar dalam tradisi budaya dan sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih berperan
sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasi budaya, dan masih berperan sosial di masyarakat. Jika usulan
wayang sampai empat kali dikembalikan laporannya—sebelum diakui sebagai warisan dunia 2003—
usulan keris langsung diterima.
”Indonesia perlu bangga,” ungkap Matsuura, yang sempat mengoreksi cara seorang pejabat
Indonesia menarik sebilah keris dari warangkanya itu. Meski orang Jepang, Matsuura lebih berminat
terhadap produk budaya asal Indonesia ini. Tidak sekadar tahu.
3. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di atas ga~qa.
4. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang gandik.
5. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang rangkap dan Ietaknya menempel
pada gandik.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 119
6. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas sirah cecak atau
ujung ganja.
7. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.
10. Tikel Alis, terletak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis mata.
12. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.
13. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.
14. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian kiri dan kanan.
17. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran sampai pucuk.
18. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.
20. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.
"Pamor adalah benda berasal dari angkasa. Di antara besi pamor terkenal adalah 'pamor
Prambanan'. Disebut demikian karena meteor ini jatuh di daerah Prambanan sekitar tahun 1784 di
masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana III di Surakarta," demikian kata Guru Besar Universitas
Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Timbul Haryono MSc dalam pidato pengukuhannya di depan Rapat
Senat Terbuka UGM, Sabtu (27/4).
Dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya dan Pascasarjana UGM itu membawakan
pidato berjudul "Logam dan Peradaban Manusia dalam Perspektif Historis- Arkeologis".
Dikatakan Timbul, pamor tersebut sampai sekarang masih disimpan di Keraton Surakarta dan
diberi nama Kiai Pamor. Penelitian laboratoris terhadap meteor itu menunjukkan kandungan unsurnya
Berdasarkan bahan pembuatan keris, proses pembuatan keris peradaban Jawa secara simbolik
identik dengan konsep persatuan "bapa akasa-ibu pertiwi". Bahan besi diperoleh dari perut Bumi (Ibu
Pertiwi) dan bahan pamor adalah meteor jatuh dari angkasa (bapa akasa). Keduanya kemudian
disatukan menjadi senjata keris MAKNA DESIGN KERIS
PULANG GENI
KIDANG SOKA
Keris Kidang Soka ber Luk 7 yang memiliki makna Kijang yang berduka. Bahwa hidup
manusia akan selalu ada Duka, tetapi manusia diingatkan agar tidak terlalu larut dalam duka yang
dialaminya. Kehidupan masih
terus berjalan dan harus terus
dilalui dengan semangat hidup
yang tinggi.
Oleh karena itu, dalam pengistilahan perkerisan dikatakan sebagai keris Putran atau Yasan
yang diperkirakan dibuat pada jaman Mataram. Kembang Kacang Pogog semacam ini umumnya
disebut Ngirung Buto.
SABUK INTEN,
merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan kemakmuran dan atau kemewahan. Dari
aspek filosofi, dapur Sabuk Inten melambangkan kemegahan dan kemewahan yang dimiliki oleh para
pemilik modal, pengusaha atau pedagang pada jaman dahulu. Keris Sabuk Inten ini menjadi terkenal,
selain karena legendanya, juga karena adanya cerita silat yang sangat populer berjudul Naga Sasra
Sabuk Inten karangan Sabuk Inten karangan S.H. Mintardja pada tahun 1970-an.
NAGA SASRA
adalah salah satu nama Dapur Keris Luk 13 dengan Gandik berbentuk kepala Naga yang
badannya menjulur mengikuti sampai ke hampir pucuk bilah. Salah satu Dapur Keris yang paling
terkenal walaupun jarang sekali dijumpai adanya keris Naga Sasra Tangguh tua.
Umumnya keris dapur Naga Sasra dihiasi dengan kinatah emas sehingga penampilannya
terkesan indah dan lebih berwibawa. Keris ini memiliki gaya seperti umumnya keris Mataram
Senopaten yang bentuk bilahnya ramping seperti keris Majapahit, tetapi besi dan penerapan pamor
serta gaya pada wadidhangnya menunjukkan ciri Mataram Senopaten.
Sepertinya berasal dari era Majapahit akhir atau bisa juga awal era Mataram Senopaten (akhir
abad ke 15 sampai awal abad ke 16). Keris ini dulunya memiliki kinatah Kamarogan yang karena
perjalanan waktu, akhirnya kinatah emas tersebut hilang terkelupas.
Tetapi secara keseluruhan, terutama bilah masih bisa dikatakan utuh. Keris Dapur Naga Sasra
berarti Ular yang jumlahnya seribu (beribu-ribu) dan juga dikenal sebagai keris dapur Sisik Sewu.
Dalam budaya Jawa, Naga diibaratkan sebagai Penjaga.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 122
Oleh karena itu banyak kita temui pada pintu sebuah Candi ataupun hiasan lainnya yang dibuat
pada jaman dahulu. Selain Penjaga, Naga juga diibaratkan memiliki wibawa yang tinggi. Oleh karena
itu, Keris dengan dapur Naga Sasra memiliki nilai yang lebih tinggi daripada keris lainnya.
SENGKELAT,
adalah salah satu keris dari jaman Mataram Sultan Agung (sekitar awal abad ke 17). Dapur
Keris ini adalah Sengkelat. Pamor keris sangat rapat, padat dan halus.
Ukuran lebar bilah lebih lebar dari keris Majapahit, tetapi lebih ramping daripada keris
Mataram era Sultan Agung pada umumnya. Panjang bilah 38 Cm, yang berarti lebih panjang dari
Keris Sengkelat Tangguh Mataram Sultan Agung umumnya.
Bentuk Luk nya lebih rengkol dan dalam dari pada keris era Sultan Agung pada umumnya.
Gonjo yang digunakan adalah Gonjo Wulung (tanpa pamor) dengan bentuk Sirah Cecak runcing dan
panjang dengan buntut urang yang nguceng mati.
Kembang Kacang Nggelung Wayang. Jalennya pendek dengan Lambe Gajah yang lebih
panjang dari Jalen. Sogokan tidak terlalu dalam dengan Janur yang tipis tetapi tegas sampai ke pangkal
bilah. Wrangka keris ini menggunakan gaya Surakarta yang terbuat dari Kayu Cendana.
RAGA PASUNG, atau Rangga Pasung memiliki makna sesuatu yang dijadikan sebagai Upeti. Dalam
hidup di dunia, sesungguhnya hidup dan diri manusia ini telah diupetikan kepada Tuhan YME. Dalam
arti bahwa hidup manusia ini sesungguhnya telah diperuntukkan untuk beribadah, menyembah kepada
Tuhan YME. Dan karena itu kita manusia harus ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia
ini sesungguhnya semu dan kesemuanya adalah milik Tuhan YME.
BETHOK BROJOL,
adalah keris
dari tangguh
Tua juga.
Keris
semacam ini
umumnya ditemui pada tangguh Tua seperti Kediri/Singosari atau
Majapahit. Dikatakan Bethok Brojol karena bentuknya yang pendek
dan sederhana tanpa ricikan kecuali Pijetan sepeti keris dapur Brojol.
PUTHUT KEMBAR,
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 123
oleh banyak kalangan awam disebut sebagai Keris Umphyang. Padahal sesungguhnya
Umphyang adalah nama seorang mPu, bukan nama dapur keris. Juga ada keris dapur Puthut Kembar
yang pada bilahnya terdapat rajah dalam aksara Jawa kuno yang tertulis “Umpyang Jimbe”.
Ini juga merupakan keris buatan baru, mengingat tidak ada sama sekali dalam sejarah
perkerisan dimana sang mPu menuliskan namanya pada bilah keris sebagai Label atau “trade mark”
dirinya. Ini merupakan kekeliruan yang bisa merusak pemahaman terhadap budaya perkerisan.
Puthut, dalam terminologi Jawa bermakna Cantrik, atau orang yang membantu atau menjadi
murid dari seorang Pandhita / mPu pada jaman dahulu. Bentuk Puthut ini konon berasal dari legenda
tentang cantrik atau santri yang diminta untuk menjaga sebilah pusaka oleh sang Pandhita.
Juga diminta untuk terus berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bentuk orang
menggunakan Gelungan di atas kepala, menunjukkan adat menyanggul rambut pada jaman dahulu.
Bentuk wajah, walau samar tetapi masih terlihat jelas guratannya. Beberapa kalangan
menyebutkan bahwa dapur Puthut mulanya dibuat oleh mPu Umpyang yang hidup pada era Pajang
awal. Tetapi inipun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah karena tidak didukung oleh bukti-bukti
sejarah.
Pajang, dalam buku Negara Kertagama yang ditulis pada jaman Majapahit, disebutkan adanya
Pajang pada jaman tersebut. Oleh karena itu, sangat sulit untuk mengidentifikasi, apakah keris dengan
besi Majapahit tetapi juga ada ciri keris Pajang bisa dikatakan tangguh Pajang – Majapahit, yang
berarti keris buatan Pajang pada era Majapahit akhir (?).
Keris Lurus SUMELANG, dalam bahasa Jawa bermakna kekhawatiran atau kecemasan
terhadap sesuatu. Sedangkan Gandring memiliki arti setia atau kesetiaan yang juga bermakna
pengabdian. Dengan demikian, Sumelang Gandring memiliki makna sebagai bentuk dari sebuah
kecemasan atas ketidaksetiaan akibat adanya perubahan. Ricikan keris ini antara lain : gandik polos,
sogokan satu di bagian depan dan umumnya dangkal dan sempit, serta sraweyan dan tingil. Beberapa
kalangan menyebutkan bahwa keris dapur Sumelang Gandring termasuk keris dapur yang langka atau
jarang ditemui walau banyak dikenal di masyarakat perkerisan. (Ensiklopedia Keris : 445-446). Konon
salah satu pusaka kerajaan Majapahit ada yang bernama Kanjeng Kyai
Sumelang Gandring.
TILAM UPIH,
dalam
terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk tidur. Diistilahkan untuk
menunjukkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga.
Oleh karena itu banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan secara turun-temurun dalam
dapur tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya
nanti
bisa
Sedangkan Pamor ini dinamakan UDAN MAS TIBAN. Ini karena terlihat dari penerapan
pamor yang seperti tidak direncanakan sebelumnya oleh si mPu.
Berbeda dengan kebanyakan Udan Mas Rekan yang bulatannya sangat rapi dan teratur, Udan
Mas Tiban ini bulatannya kurang begitu teratur tetapi masih tersusun dalam pola 2-1-2.
Pada tahun 1930-an, yang dimaksud dengan pamor Udan Mas adalah Pamor Udan Mas Tiban
yang pembuatannya tidak direncanakan oleh sang mPu (bukan pamor rekan). Ini dikarenakan pamor
Oleh banyak kalangan, keris dengan Pamor Udan Mas dianggap memiliki tuah untuk
memudahkan pemiliknya mendapatkan rejeki. Dengan rejeki yang cukup,diharapkan seseorang bisa
membina rumah tangga dan keluarga lebih baik dan sejahtera.Lar GangSir konon merupakan
kepanjangan dari GeLAR AgeMan SIRo yang memiliki makna bahwa Gelar atau jabatan dan pangkat
di dunia ini hanyalah sebuah ageman atau pakaian.
Suatu saat tentu akan ditanggalkan. Karena itu jika kita memiliki jabatan/pangkat atau
kekayaan, maka janganlah kita SOMBONG dan TAKABUR (Jawa = Ojo Dumeh).
Jangan mentang-mentang memiliki kekuasaan, pangkat dan jabatan atau kekayaan, maka kita
bisa seenaknya sendiri sesuai keinginan kita tanpa memikirkan kepentingan orang lain.
Kesimpulan
Dalam dunia keris terdapat tiga kelompok pandangan yang berbeda. Pandangan pertama yang
berkembang bahwa :
2. Kemudian pandangan kedua yang telah sejak lama berkembang di kalangan masyrakat (Jawa),
secara umum lebih meyakini bahwa keris merupakan senjata pusaka dikarenakan daya gaib
atau tuah yang dimilikinya.
3. Sedangkan menurut pandangan ketiga yang berkembang di kalangan yang sangat terbatas, keris
merupakan pusaka dengan berbagai variasi pemaknaannya dan dinyatakan dengan istilah-
istilah yang hanya dikenali oleh kalangan tersebut.Terutama makna-makna sosial, historis,
filosofis, etis dan religius-mistis.
Dari ketiga pandangan diatas dapat kita ketahui bahwa keris merupakan karya agung yang
harus dilestarikan. Karena jika dilihat dari kacamata desain, sebuah keris memiliki berbagai keunikan
yang sangat spesifik. Terbukti dengan penamaan setiap lekuk yang begitu detail disetiap bagiannya.
Jika ditilik dari makna yang terkandung pada sebilah keris, disitu tercermin kearifan lokal
terutama masyarakat jawa yang menjadikan keris sebagai simbol kekuatan sekaligus mewakili karakter
yang memilikinya. Desain keris mempunyai kekuatan tersendiri dalam membentuk kearifan lokal yang
selanjutnya bisa menjadi indicator kebudayaan di suatu tempat.
Sumber : " Makalah berjudul sama karya Warto, kandidat dosen jurusan Dakwah STAIN Purwokerto
http://njowo.multiply.com/journal/item/185