Anda di halaman 1dari 127

Makna Dan Pesan

Tersirat Dari

Di Himpun dan Di
Susun
Oleh :

KRAT.
DAFTAR ISI PRIYOHADINAG
ORO
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 1
Daftar Isi Hal
Pengantar Penyusun 3
Makna Dan Pesan Tersirat Dari Keris 4
Istilah-Istilah Dalam Dunia Perkerisan 6
Pemahaman Tentang Tuah Pada Keris Pusaka 10
Filosofi Keris Yang Melambangkan Ketauhidan Dan Penghambaan 12
Manusia
Makna Spiritual Keris Lurus Dan Keris Luk 14
Perbedaan Keris Tilam Upih Dan Keris Tilam Sari 19
Perbedaan Keris Dhapur Brojol Dan Keris Dhapur Tilam Upih 21
Filosofi Dan Tuah Keris Carang Soka 23
Filosofi Dan Tuah Keris Pendowo 24
Filosofi Keris Pandawa Cinarita Sebagai Tuntunan Hidup 26
Filosofi dan Tuah Keris Jalak Sangu Tumpeng, Simbol Keutamaan 28
dalam Menjalani Kehidupan
Filosofi Dan Tuah Keris Jalak Ngore 29 29
Mengenal Tuah Keris Kebo Lajer 31 31

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 2


Pengantar Penyusun
Budaya Leluhur Bangsa Indonesia umumnya dan budaya Jawa khususnya Dizaman modern
seperti sekarang ini menurut pengamatan penyusun bangsa Indonesia sudah banyak yang kehilangan
jatidiri bangsanya terutama dalam hal budaya pada daerahnya, terlebih suku jawa sudah hampir tak
mengenal budaya Jawa itu sendiri terutama di dalam peninggalan leluhur , budaya yang sangat luar
biasa keindahanya yaitu “ KERIS “
Oleh sebab itu karena semakin sedikit orang yang mengenal tentang keris maka penyusun
berniat mengumpulkan artikel-artikel mengenai “KERIS” dengan maksud agar budaya Jawa
khususnya tetap terjaga dengan memperkenalkan kepada generasi sekarang seputar “ KERIS “.
Artikel-artikel tentang “KERIS “ ini penyusun ambil dari berbagai sumber yang tergolong bisa
dipercaya, sehingga semua artikel yang penyusun ambil bertujuan untuk mengedukasi para generasi
sekarang tentang budaya khususnya “ KERIS “.
Sebelumnya dan sesudahnya penyusun ucapkan terima kasih kepada pemilik situs :
1. HARTA LANGIT yang beralamat di https://www.hartalangit.com/
2. GRIYO KULO yang beralamat di http://www.griyokulo.com/
3. Kelurahan Botodayaan yang beralamat di
https://desabotodayaan.gunungkidulkab.go.id/
4. Dan situs – situs lain yang tidak dapat penyusun sampaikan satu persatu.
Dalam Pengutipan artikel-artikel dari situs-situs tersebut diatas tujuan utama penyusun adalah
untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umumnya dan generasi muda khususnya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 3


Demikian pengantar yang dapat penyusun sampaikan, dan dalam kumpulan artikel ini tentunya
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun sampaikan mohon maaf
yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan penyusun dalam menyampaikan artikel-artikel tentang “
KERIS “ ini.
Akhirnya punyusun ucapkan “ SALAM RAHAYU DAN SALAM BUDAYA “

Penyusun

KRAT. PRIYOHADINAGORO
26 Agustus 2023 / 5 Sapar 1445 H

Makna Dan Pesan Tersirat Dari Keris


Keris adalah senjata tradisional Nusantara yang memiliki nilai seni, budaya dan muatan
spiritual yang jika dijabarkan dan dipahami merupakan sebuah ajaran yang luhur tentang kehidupan.
Tapi pada kenyataannya, sebagian besar orang lebih menganggap Keris sebagai benda klenik yang
memiliki kekuatan ghaib.
Setiap bagian Keris, dari mulai pesi, gonjo, bilah dan ricikan-ricikannya, semua mengandung
makna yang dalam. Masing-masing merupakan simbol atau perlambang atau pesan yang tersirat.
Pada dasarnya, Keris adalah dua benda yang menjadi satu, yaitu warangka dan bilah Keris itu
sendiri. Jika Keris dikeluarkan dari warangka/sarungnya, maka akan terpisah antara warangka dan
bilah Kerisnya. Hal itu merupakan simbol dari menyatunya kawulo lan Gusti.
Selain itu, Keris juga tidak diketahui pangkal dan ujungnya. Jika yang dianggap ujung adalah
tajaman Keris, hal itu di anggap aneh karena ujung tidak seharusnya dibawah, sedangkan pangkal tidak
seharusnya ada di atas (Dalam posisi didalam warangka).
Jadi, Keris bisa juga disebut tanpa ujung dan tanpa pangkal, atau tanpa permulaan dan tanpa
akhir yang menjadi lambang dari hidup Manusia yang berasal dari tiada dan akhirnya menjadi tiada.
Yang akan tetap ada adalah Tuhan Yang Maha Esa. Adanya Manusia karena ada yang mengadakan,
sehingga jika yang mengadakan tidak ada, maka tidak akan ada.
Yang berada didalam ukiran/pegangan Keris disebut Pesi atau Peksi. Pesi berasal dari kata
"Pasi" yang maksudnya adalah "Panggonane Siningit", ada tapi tidak terlihat, tidak terlihat tapi ada.
Hal itu melambangkan sifat Tuhan.
Pesi berada ditempat yang kosong/tersembunyi tapi "Ada", sama artinya dengan kata-kata
"Adoh tanpo wangenan" atau "Jauh tidak terjangkau". Sebaliknya "kosong" itu dekat, sangat dekat

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 4


namun "Tanpo senggolan" atau "Tidak bersentuhan". Sama dengan kalimat "Cedhak tanpo senggolan"
artinya "Dekat tidak bersentuhan".
Istilah tersebut jika disatukan akan menjadi "Adoh tanpo wangenan, cedhak tanpo senggolan",
artinya: "Jauh tidak terjangkau, dekat tidak bersentuhan". Kalimat tersebut adalah suatu istilah yang
umum dalam kehidupan budaya masyarakat Jawa yang dipergunakan untuk menyebutkan sifat Tuhan.
Pesi menancap pada Gonjo (pangkal Keris) yang juga merupakan simbol dari Manunggaling
kawulo lan Gusti, yang mengawali dan mengakhiri.
Keris adalah benda yang dihormati dalam budaya masyarakat Jawa, bahkan kadang sampai
berlebihan seperti layaknya menghormati ke dua orang tuanya sendiri. Hal itu timbul dari rasa atau
dari keyakinan hati, sehingga dilarang masih tetap dilakukan.
Selain berfungsi sebagai senjata, Keris juga menjadi wejangan atau tuntunan tentang
kehidupan, yaitu sebagai perlambang Kawula lan Gusti (Manusia dan Tuhan), dua yang satu atau satu
yang dua, seehingga Keris kemudian di anggap sebagai pedoman suci yang dimaksudkan agar ketika
melihat sebilah Keris, kita akan teringat pada "Diri Pribadi" yang selanjutnya ingat kepada "Yang
Memberi Hidup".
Bahkan nama Keris juga memiliki makna yang dalam. Keris berasal dari dua kata, yaitu
"Sinengker" dan "Aris". Dalam bahasa Jawa, "Sinengker" bisa di artikan Rahasia/disembunyikan,
sedangkan "Aris" artinya bijaksana/hati-hati.
Keris adalah sebuah pesan agar orang yang memilikinya dapat memiliki sikap rendah hati,
tidak menonjolkan diri, dan tidak sombong yang dikiaskan dengan istilah "Sinengker". Dan diharapkan
juga agar memiliki sikap yang bijaksana, hati-hati, dan tidak "Sembrono/grusa-grusu/gegabah yang
dikiaskan dengan istilah "Aris".
Keris juga memiliki nama lain, yaitu "Dhuwung" yang berasal dari dua kata, yaitu "Udhu" dan
"Kuwung", dimana "Udhu" berarti sumbangan/kontribusi, sedangkan "Kuwung" berarti
kehormatan/kewibawaan. Jadi maksudnya, Keris diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
meningkatkan derajat, wibawa, dan kehormatan bagi pemiliknya.
Ada lagi nama lain dari Keris yaitu "Curigo" yang berasal dari dua kata, yaitu "Curi" dan
"Raga/Rogo". Kata "Curi" dalam bahasa Jawa dapat berarti "Tajam" sedangkan "Rogo" artinya
fisik/benda yang artinya benda tajam atau senjata tajam. Keris/Curigo mengandung pesan agar orang
yang memiliki Keris bisa memiliki pikiran yang tajam, cerdas atau premono.
Selain itu, ada yang menyebutnya dengan Kadga yang artinya senjata tajam, ada juga yang
menyebutnya sebagai siyunge Bathara Kala, karena menurut mitos, Keris awalnya diciptakan dari
siyung atau gigi taringnya Bathara Kala, yaitu dewa raksasa pemakan Manusia. Kala artinya waktu,
yang bisa diartikan takdir.
Keris juga termasuk sebagai Tosan Aji, yaitu "Tosan" yang artinya besi dan "Aji" artinya
berharga. Keris adalah senjata yang berharga/dihormati/disakralkan yang tidak patut digunakan
sembarangan.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 5


Istilah-Istilah Dalam Dunia Perkerisan
Keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata untuk berperang, tapi lebih dari itu Keris juga
memiliki fungsi lain sebagai pelengkap busana, simbol status sosial, piandel dan sebagai perlengkapan
dalam upacara adat.
Bagi masyarakat Jawa, Keris merupakan pusaka yang dihormati dan menjadi salah satu simbol
kesempurnaan laki-laki Jawa yang sudah di anggap mapan, yaitu: Wismo (Rumah), Garwo (Istri),
Turonggo (Kuda), Kukilo (Burung) dan Curigo (Keris).
Keris sejatinya adalah media doa dan harapan bagi pemiliknya yang disimbolkan dalam bentuk
dan nama dhapur, pamor dan ricikan-ricikannya.
Harapan dan doa tersebut tidak hanya diwujudkan pada bentuk fisik Keris saja, tapi juga
dengan mantra atau doa-doa yang dipanjatkan oleh sang Empu kepada SANG PENCIPTA ketika
membabar sebilah Keris.
Aspek ritual memang tidak dapat dipisahkan dari proses pembuatan Keris, karena Keris tidak
hanya berfungsi sebagai senjata fisik saja, tapi lebih berfungsi sebagai sipat kandel. Oleh karena itulah
Keris yang dibuat dengan ritual dan laku akan memiliki perbawa yang besar dan terkesan wingit.
Sebelum mengolah logam, seorang Empu akan memulainya dengan berdoa kepada TUHAN,
memilih hari baik, melakukan tirakat / puasa dan menyiapkan uborampe yang diperlukan.
Karena proses pembuatannya yang sakral itulah kemudian Keris disebut sebagai Tosan Aji atau
besi yang berharga dan memiliki tempat terhormat bagi masyarakat Jawa.
Bahkan Keris juga menjadi identitas yang bisa mewakili kehadiran pemiliknya. Contohnya
seorang utusan yang membawa Keris milik Raja akan di anggap sebagai utusan resmi yang mewakili
kehadiran Raja. Bahkan Keris juga bisa mewakili kehadiran mempelai pria dalam upacara pernikahan.
Memahami Keris adalah menyelami alam pikir masyarakat Jawa, dimana fungsi, estetika, dan
simbol-simbol akan nilai-nilai kehidupan ditempa menjadi satu.
Selain memiliki nilai falsafah, Keris juga memiliki nilai seni yang tinggi. Semua bagian-bagian
Keris dibuat begitu indah dan penuh makna yang tersirat.
Dalam dunia perkerisan ada banyak istilah-istilah yang digunakan untuk menyebut bagian-
bagian Keris.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 6


Berikut ini istilah-istilah yang sering digunakan dalam dunia perkerisan:
1. Empu
Empu adalah orang yang memiliki keahlian dalam membuat Keris.

2. Tanjeg
Tanjeg adalah ilmu untuk mengenali karakteristik atau sifat tuah serta manfaat ghaib dari
sebilah Keris atau Tosan Aji lainnya.
Dalam budaya perkerisan di Pulau Jawa dikenal adanya istilah angsar yang merupakan daya
ghaib Keris. Angsar pada sebilah Keris dapat di ketahui dengan manggunakan ilmu Tanjeg.

3. Angsar
Angsa adalah daya ghaib Keris yang dapat membawa pengaruh bagi pemiliknya. Pada dasarnya
semua Keris berangsar baik tergantung dari kecocokannya dengan pemiliknya.
Untuk mengetahui Angsar pada Keris diperlukan ilmu Tanjeg dan untuk mengetahui cocok
atau tidaknya seseorang dengan Angsar Kerisnya diperlukan ilmu Tayuh.

4. Tayuh
Tayuh adalah sejenis ilmu tradisional untuk mengetahui cocok atau tidaknya sebilah Keris
untuk dimiliki seseorang.

5. Pasikutan
Pasikutan adalah roman atau kesan emosi yang dibangkitkan oleh wujud sebilah Keris.

6. Langgam
Langgam adalah gaya pembuatan sebilah Keris yang biasanya dipengaruhi oleh zaman atau
tempat pembuatannya. Dalam istilah perkerisan Jawa, Langgam Keris menurut masa dan
tempat pembuatannya di istilahkan sebagai Tangguh.

7. Tangguh
Tangguh dapat diartikan sebagai perkiraan, maksudnya adalah perkiraan untuk menentukan
sebilah Keris mengikuti gaya suatu zaman atau tempat tertentu.
Penangguhan Keris pada umumnya dilakukan terhadap Keris-Keris sepuh / kuno untuk
memperkirakan masa pembuatannya.

8. Codong Leleh
Codong Leleh adalah istilah untuk menyebut derajat kemiringan sebilah Keris jika dilihat dari
garis horisontal bilah bagian bawah yang berbatasan dengan Gonjo.
Derajat kemiringan inilah yang membuat Keris disebut belati asimetris dan merupakan ciri
khas Keris yang tidak ditemukan pada senjata-senjata tradisional lainnya.

9. Dhapur
Dhapur bisa di artikan sebagai penampilan fisik atau bentuk dari sebilah Keris. Keris dapat
dibagi ke dalam dua bentuk dasar, yaitu Keris lurus dan Keris yang berlekuk (Keris luk).
Dua bentuk dasar Keris tersebut kemudian memiliki begitu banyak varian berdasarkan
Ricikannya.

10. Luk
Luk adalah istilah untuk menyabuk bilah Keris yang berkelok / berlekuk.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 7


11. Pamor
Pamor adalah motif atau corak pada bilah Keris yang timbul karena proses tempa lipat dari tiga
bahan logam yang berbeda jenisnya, yaitu besi, baja dan bahan pamor. Istilah pamor berasal
dari kata “amor” (bahasa Jawa) yang artinya manyatu atau berpadu.

12. Pesi
Pesi atau Peksi adalah tangkai bilah Keris yang masuk ke dalam gagang atau Ukiran Keris. Pesi
terletak dipagnkal bilah Keris berupa besi bundar (gilig) dan ada juga yang berbentuk persegi
atau muntir. Pesi merupakan tangkai Keris dan merupakan satu kesatuan dari bilah Keris secara
ke seluruhan.

13. Gonjo
Gonjo adalah bagian pada sebilah Keris yang menyatukan bilah dengan Pesinya. Ada juga yang
disebut Gonjo iras, yaitu Gonjo yang menyatu atau tidak terpisah dengan bilah Keris.

Pada umumnya Gonjo terdiri dari beberapa bagian, antara lain:


 Sirah Cecak : Bagian depan Gonjo yang bentuknya enyerupai kepala cicak.
 Gulu Meled : Bagian dibelakang Sirah Cecak yang bentuknya menyerupai lehernya
cicak.
 Wetengan : Bagian tengah Gonjo yang bentuknya menyerupai perut cicak.
 Kepet Urang : Bagian belakang Gonjo.
 Kanyut / Buntut Mimi: Bagian ekor atau buntut Gonjo.
 Greneng : Bagian belakang Gonjo yang mengarah ke atas bilah dan biasanya
terdiri dari: Ron Dha (bentuknya seperti huruf jawa Dha), Ri Pandhan (bagian tengah
Ron Dha yang meruncing menyerupai duri pandan), Tingil (bagian pinggir Ron Dha
yang runcing melengkung).
 Wuwungan : Bagian permukaan Gonjo yang akan tetap tetap terlihat ketika Keris
disarungkan.
 Omah-omahan: Bagian lubang Gonjo yang ditembus Pesi.

14. Wilah
Wilah atau Bilah adalah bagian utama dari sebuah Keris. Wilah Keris adalah logam yang
ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi senjata tajam.
Wilah terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama antara satu Keris dengan Keris
lainnya atau disebut Dhapur.

15. Ricikan
Ricikan adalah bagian-bagian atau komponen pada sebilah Keris yang masing-masing memiliki
nama tersendiri. Ricikan pada sebilah Keris sangat erat kaitannya dengan Dhapur, karena beda
Dhapur pasti juga beda Ricikannya.

16. Mendak
Mendak adalah sebutan untuk cincin Keris yang menjadi pembatas anatara Deder / Ukiran
Keris dengan Gonjo Keris.

17. Selut
Selut hampir sama seperti Mendak yang berfungsi sebagai ornamen tambahan atau hiasan
untuk memperindah Keris.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 8


Selut yang bagus biasanya terbuat dari emas atau perak yang bertatahkan batu permata
sehingga akan menambah kesan mewah pada Keris.
Dilihat dari bentuk dan ukurannya, Selut terbagi menjadi dua jenis, yaitu Selut njeruk pecel
yang ukurannya kecil dan Selut njeruk keprok yang ukurannya besar.

18. Pendok
Pendok adalah pelapis atau pelindung Gander (bagian Warangka Keris yang terbuat dari kayu
yang berfungsi sebagai tempat bilah).
Pada perkembangannya, Pendok tidak hanya berfungsi sebagai pelindung saja tapi juga
berfungsi untuk memperindah Warangka. Bentuk Pendok juga beragam, ada Pendok Bunton,
Blewahan, Slorok dan Topengan.

19. Ukiran
Ukiran adalah gagang atau handle Keris. Gagang Keris di Bali disebut Denganan, di Madura
disebut Landheyan, di Solo disebut Jejeran, di Jogjakarta disebut Deder dan daerah lain di
Indonesia disebut Hulu Keris.

20. Warangka
Warangka adalah sarung Keris yang pada umumnya terbuat dari kayu yang berserat dan
bertekstur indah, tapi ada juga yang terbuat dari gading gajah atau tanduk binatang.
Warangka Keris selalu dibuat indah dan untuk kalangan tertentu bahkan dibuat sangat mewah
dengan dilapisi logam mulia seperti emas dan perak serta bertahtakan batu mulia untuk
menunjukkan status susial pemiliknya.

21. Mahar
Mahar / Mas Kawin dalam dunia perkerisan adalah pembayaran sejumlah uang atau barang lain
sebagai syarat transaksi atau pemindahan hak milik atas sebilah Keris.
Istilah Mas Kawin atau Mahar digunakan dalam transaksi jual beli Keris karena dalam
masyarakat perkerisan ada kepercayaan bahwa isi Keris harus cocok atau jodoh dengan
pemiliknya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 9


Pemahaman Tentang Tuah
Pada Keris Pusaka
Keris dan Tombak merupakan piandel dan juga sebuah tuntunan hidup jika kita mendalami dan
memahami makna atau pesan didalamnya. Piandel adalah sebuah keyakinan dan kepercayaan yang
termanifestasi dalam wujud benda-benda pusaka yang syarat akan lambang yang harus didalami dan
dimengerti dengan baik, benar dan mendalam agar tidak salah pemahaman.
Kepercayaan tersebut bukan tentang sesuatu yang pantas disembah dan dipuja, tetapi sebuah
media yang berwujud benda yang berisi do'a, harapan dan tuntunan hidup (filosofi hidup) yang
termaktub dalam "Sangkan parang dumadi, sangkan paraning pambudi, dan manunggaling kawula
Gusti". Piwulang-piweling tersebut terformulasi dalam sebuah benda yang disebut Keris pusaka atau
Tombak pusaka.
Memaknai Keris sama halnya dengan memaknai Wayang. Keleluasaan pemahaman dan
pengertiannya tergantung pada luasnya cakrawala dan pengalaman hidup orang tersebut terhadap
hidup dan kehidupan. Jadi, cara pandangnya tergantung pada "Kadhewasaning Jiwo Jawi" atau
kedewasaan orang dalam berfikir dan bersikap secara arif dan bijaksana. Semakin orang itu kaya
pengalaman rohani, maka semakin dia mampu menjabarkan apa yang menjadi pesan dari sebilah
Keris.
Pada mulanya, ketika orang Jawa masih pada masa peradaban berburu, Keris merupakan alat
untuk berburu (mencari hidup). Kemudian ketika Manusia mulai menetap dan bersosialisasi dengan
sesamanya, kemudian Keris menjadi alat untuk berperang (mempertahankan hidup). Dan setelah tidak
lagi diperlukan untuk berperang dan Manusia mulai berbudaya, maka Keris berubah fungsi menjadi
senjata kehidupan (tuntunan hidup), yaitu senjata untuk mengasah diri menjadi orang yang lebih
religius hingga dapat mencapai penyatuan diri dengan SANG PENCIPTA (Manunggaling Kawulo
Gusti). Hal ini sangat nyata ditunjukkan dalam simbol-simbol pada dhapur dan ricikan Keris yang
semuanya penuh makna spiritual dan bahkan jika dipahami tidak ada unsur kleniknya sama sekali.
Ilmu Keris adalah ilmu lambang. Mengerti dan memahami bahasa lambang perlu
mengandalkan kedalaman rasa, bukan hanya kemampuan intelektual saja.
Jadi sangat keliru jika memahami Keris secara dangkal sebagai sebuah benda yang memiliki
kekuatan magis yang dapat mengangkat harkat dan martabat Manusia. Keris di anggap sebagai pusaka
karena makna lambang-lambangnya yang di anggap mampu menuntun pemiliknya untuk hidup secara
benar, baik dan seimbang dalam kehidupannya.
Bagi orang Jawa, hidup ini penuh perlambang yang masih samar-samar dan perlu
diterjemahkan melalui berbagai laku tirakat maupun dalam berbagai aktivitas sehari-hari, baik itu pada
makanan, bangunan, dan benda-benda lainnya termasuk pada Keris dan Tombak.
Pada benda-benda tersebut tersembunyi sebuah misteri berupa pesan dan piwulang yang
diperlukan Manusia untuk mengarungi kehidupan hingga kembali bersatu dengan SANG PENCIPTA.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 10


Dalam tradisi budaya Jawa ada sebuah pemahaman "Bapa (wong tuwa) tapa, anak nampa, putu
nemu, buyut katut, canggah kesrambah, mareng kegandeng, uthek-uthek gantung siwur misuwur".
Artinya, "Jika orang tua berlaku tirakat maka hasilnya tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri dan
anak-anaknya saja, tapi bisa dirasakan juga oleh semua keturunannya". Demikian juga sebaliknya, jika
orang tua berbuat buruk, maka karmanya juga akan dirasakan oleh keturunannya. Oleh karena itu,
Manusia Jawa selalu di ajarkan untuk hidup prihatin, hidup "eling lan waspada", hidup penuh laku dan
berharap.
Siratan-siratan laku, tirakat, do'a, harapan, cita-cita, restu, sekaligus tuntunan itu diwujudkan
oleh para leluhur Jawa dalam wujud sebuah senjata. Senjata bukan dilihat hanya sebagai wadag senjata
(Tosan Aji), melainkan dengan pemahaman supaya Manusia sadar bahwa senjata hidup dan kehidupan
adalah sebuah kearifan untuk selalu mengasah diri dalam olah hidup batin.
Oleh karena itu, orang Jawa menyebut Keris sebagai Piandel (sipat kandel) karena Keris
memanifestasikan do'a, harapan, cita-cita dan tuntunan hidup melalui dhapur, ricikan, pamor, besi, dan
baja yang dibuat oleh para Empu dalam laku tapa, prihatin, puasa, do'a dan harapan yang dipanjatkan
kepada TUHAN.
Jadi, tuah pada Keris dan Tombak pusaka ada karena do'a-do'a yang dipanjatkan oleh Empu
pembuatnya kepada TUHAN agar harapan dan cita-cita pemilik Keris bisa tercapai.
Harapan dan do'a-do'a yang tertanam dalam lipatan-lipatan besi, baja dan pamor tersebut akan
menjadi energi positif yang bisa mempengaruhi karakter pemiliknya. Jika pemilik Keris bisa selaras
dengan makna dan pesan dari Kerisnya, maka dia bisa merasakan tuah dari Kerisnya dan itu semua
karena perilakunya sendiri.
"Niat ingsun nyebar gondo arum, tyas manis kang mantesi, ruming wicara kang
mranani, sinembuh laku utama".
Artinya: "Tekadku menyebarkan keharuman nama berlandaskan hati yang pantas,
berbicara dengan baik, enak didengar, dan menjalankan laku keutamaan".
Meski demikian Keris tetaplah benda mati. Orang Jawa tidak terjebak dalam pemahaman yang
keliru tentang pusaka. Peringatan para leluhur tentang hal ini adalah: "Janjine dudu jimat kemat,
ananging agunging GUSTI kang pinuji".
Yang artinya: "Janjinya bukan jimat, tapi keagungan TUHAN-lah yang dipuji".
"Nora kepengin misuwur karana peparinge leluhur, ananging tumindak luhur karana piwulange
leluhur".
Artinya: "Tidak ingin terkenal lantaran warisan leluhur, tapi bertindak luhur karena melaksanakan
ajaran para leluhur".
Oleh karena itu, jika dipahami lebih mendalam, Keris bukanlah sebuah jimat, tapi lebih sebagai
piandel sebagai sarana berbuat kebajikan dan memuji keagungan TUHAN.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 11


Filosofi Keris Yang Melambangkan Ketauhidan
Dan Penghambaan Manusia
Filosofi keris merupakan salah satu falsafah hidup yang diyakini oleh masyarakat Jawa hingga
kini. Sebagian orang memaknai filosofi ini sebagai bentuk penghambaan manusia kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Keris adalah simbol bersatunya seorang hamba dengan Tuhannya. Filosofi ini diambil dari
ungkapan “curiga manjing warongko jumbuhing kawula lan gusti” yang artinya "bersatulah bilah keris
dan warangkanya merupakan simbol bersatunya manusia dengan Tuhannya".
Masyarakat Jawa percaya bahwa sejatinya manusia dan Tuhan itu senatiasa menyatu dan
melebur tanpa jarak. Mengutip buku Keris dalam Perspektif Keilmuan (2011), keris merupakan simbol
dari keinginan, harapan, cita-cita, dan identitas dari pemiliknya (manusia) untuk menghamba kepada
Tuhan.
Mereka yang menjadikan keris sebagai falsafah hidup sejatinya memahami nilai-nilai
ketauhidan tersebut. Agar lebih memahami maknanya, berikut penjelasan tentang filosofi keris
selengkapnya untuk Anda.

Filosofi Keris Menurut Kepercayaan Masyarakat Jawa


Pada dasarnya, filsafat dan pengetahuan tentang Tuhan yang dipahami oleh masyarakat Jawa
selalu jalan beriringan. Tidak hanya mengarah pada filsafat keilmuan, pemahaman ini juga mengacu
pada kehidupan spiritual yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Contoh Keris Nogo Siluman milik Komunitas Lar Gangsir, komunitas pecinta keris di Yogyakarta.
Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Maka tidak heran jika hampir semua benda pusaka dan budaya Jawa memiliki filosofi tertentu
yang erat kaitannya dengan ketuhanan. Salah satu benda pusaka tersebut adalah keris.
Filosofi keris yang dipercaya masyarakat Jawa bertujuan untuk mendekatkan hubungan antara
manusia dengan Tuhan. Filosofi ini menjadi salah satu usaha untuk memaknai dan meleburkan diri
pada Sang Pencipta (manunggaling kawula lan gusti).
Di sisi lain, keris juga mengandung falsafah konsepsi dari lingga dan yoni (purusa dan perdana)
yang mengisyaratkan tentang perkawinan dan kesuburan antara Siwa dan Brahma. Falsafah ini
diyakini oleh sebagian besar masyarakat Bali.
Dalam bahasa Bali dikenal ungkapan “Matannian mawawa keris yang silunglungania” yang
artinya "sebabnya saya membawa keris adalah sebenarnya untuk berani mempertaruhkan nyawa".
Keris dianggap sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan magis dan mistis.
Keris merupakan budaya leluhur yang memuat nilai “tatanan, tuntunan, dan tontonan”.
Maksudnya, keris dibuat dengan sentuhan rasa mendalam untuk memenuhi kaidah serta bentuk
visualnya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 12


Dijelaskan dalam buku Simbolisme dalam Budaya Jawa karya Budiono Herususanto (2004),
masyarakat Jawa mempercayai bahwa keris dibuat dengan pakem yang rumit. Di dalamnya terkandung
makna religius, magis, dan mistis.
Tidak hanya itu, benda pusaka ini juga menyimbolkan tuntunan perilaku dan pemaknaan hidup
bagi masyarakat Nusantara. Kentalnya norma yang melekat pada keris tercermin dari bentuk, fungsi,
sejarah, serta pemaknaannya.
Keris merupakan simbol yang menyiratkan ketajaman berpikir dan kelembutan hati yang
dimiliki oleh seseorang. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai senjata, keris juga bisa dijadikan sebagai
panduan hidup bagi seseorang
Seorang Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Drs. Prodjo Kardono, pernah mengatakan bahwa
filosofi keris adalah sebuah mahakarya paripurna. Keris menjadi petunjuk tentang arah dan tujuan
hidup manusia.
Dalam prosesnya, petunjuk ini patut ditaati oleh manusia, khususnya masyarakat Jawa. Sebab
keris merupakan sebuah filosofi “Sangkan paraning dumadi” yang artinya darimana dan kemana
manusia harus menuju.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 13


Makna Spiritual Keris Lurus Dan Keris Luk
Keris merupakan senjata tradisional yang memiliki latar belakang sejarah panjang bagi
masyarakat Jawa, bahkan banyak cerita-cerita legenda tentang Keris yang erat kaitannya dengan
sejarah Kerajaan-Kerajaan di Nusantara.
Pada masa lalu Keris dibuat dengan penuh filsafat, harapan, keinginan dan doa-doa yang di
simbolkan dengan bentuk dan nama dhapur, pamor serta ricikan-ricikannya.
Keris Jawa mengandung banyak nilai-nilai falsafah dan ajaran moral. Nilai-nilai yang
terkandung pada Keris Jawa meliputi ajaran spiritual, ajaran untuk selalu bersikap rendah hati, ajaran
untuk selaras dengan alam dan menghargai sesama.
Selain berfungsi sebagai senjata fisik, Keris juga merupakan pusaka yang memiliki filosofi
mendalam tentang kehidupan dan sarat dengan muatan spiritual.
Jika dilihat dari bentuk bilahnya, ada dua jenis bentuk bilah Keris, yaitu Keris lurus dan keris
luk (lekuk) yang masing-masing memiliki fungsi dan filosofi yang berbeda.
Sebagai senjata, Keris lurus hanya berfungsi sebagai senjata tusuk, sedangkan Keris luk
memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai senjata tusuk dan sebagai penangkis senjata lawan karena
bentuknya yang berkelok-kelok. Selain itu, tusukan dari Keris luk akan mengakibatkan luka sobekan
yang lebih lebar dan lebih parah.
Selain berfungsi untuk menangkis senjata lawan dan menghasilkan luka sobekan yang parah,
sebetulnya ada makna tersirat dibalik pembuatan Keris luk. Bentuk luk pada Keris memang sengaja
dibuat dengan tujuan lain yang tersembunyi, bukan hanya bertujuan untuk memperindah bentuknya
saja.
Semua jenis Keris pada dasarnya merupakan senjata yang bersifat pusaka (bersifat pribadi
secara psikologis bagi pemiliknya) dan berfungsi sebagai senjata pamungkas dalam penggunaannya.

Berikut Ini Penjelasan Tentang Filosofi Keris Lurus Dan Keris Luk, Dari Keris Luk 1 Sampai
Luk 13:
• Filosofi Dan Tuah Keris Lurus
Keris lurus memiliki bentuk yang sederhana pada awal pembuatannya, tapi seiring
perkembangan jaman bentuknya mulai dihiasi dengan bermacam-macam motif pamor dan ditambah
dengan berbagai macam ricikan.
Keris lurus mengandung makna spiritual dalam pembuatannya sebagai sarana pemujaan kepada
Sang Pencipta agar pemilik Keris selalu ingat kepada Yang Kuasa dan tekun beribadah serta senantiasa
berada dijalan yang lurus.
Dalam ritual-ritual pemujaan, selain si pemilik Keris memanjatkan doa, biasanya Keris juga
diberi sesaji sebagai simbol harapan supaya doa-doa dan permohonannya cepat sampai kepada Sang
Pencipta.
Bagi pemiliknya, selain berfungsi sebagai senjata, Keris lurus juga menjadi sarana untuk
membantu dalam sifat kerohanian.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 14


Tapi jika dipelajari lebih mendalam, sebetulnya pemberian sesaji pada Keris bukan bertujuan
untuk memberi makanan atau persembahan kepada khodam Keris, tapi merupakan simbol-simbol
tersirat yang memiliki makna sangat dalam tentang ajaran dan tuntunan hidup.
Tapi dalam perkembangannya ajaran melalui simbol-simbol tersebut menjadi menyimpang
karena kurangnya pemahaman dari para pewaris tradisi adiluhung tersebut yang menganggap bahwa
sesaji merupakan persembahan kepada sebuah pusaka yang tentu saja hal itu tidak dibenarkan dalam
ajaran agama dan memang melenceng dari maksud dan tujuan sebenarnya yang di ajarkan oleh para
leluhur terdahulu.
Bahkan dalam ritual tertentu, ada jenis Keris lurus (Keris sajen) yang dijadikan persembahan
atau dijadikan sarana pembersihan diri dari energi negatif, untuk ruwatan sengkolo, untuk ritual bersih
desa, dan ritual-ritual lainnya dan biasanya Keris tersebut akan dilarung atau dikubur.
Dalam perawatannya, Keris lurus biasanya lebih banyak menuntut untuk diberi sesaji
dibandingkan Keris luk. Karena secara umum walaupun bentuknya sederhana namun Keris lurus
dipercaya memiliki daya magis dan perbawa yang lebih kuat dan lebih wingit dibanding Keris luk.
Selain itu, karena energi ghaibnya lebih kuat dari Keris luk, maka banyak Keris lurus tangguh
kuno atau kabudhan yang digunakan sebagai Keris tindih untuk meredam Keris-Keris lain yang
beraura panas / ganas.
Tapi sebetulnya Keris tindih memiliki filosofi bahwa anak muda harus menghormati atau
memiliki rasa sungkan kepada orang yang lebih tua /,sepuh, itu sebabnya kenapa yang digunakan
sebagai Keris tindih kebanyakan adalah Keris-Keris dhapur kabudhan, seperti Keris Bethok Budho dan
Keris Jalak Budho.

• Filosofi Dan Tuah Keris Luk 1


Keris luk 1 memiliki makna sebagai sarana untuk mengingatkan pemiliknya agar mendekatkan
diri kepada Yang Maha Kuasa supaya keinginan-keinginannya dapat tercapai, misalnya keinginan
dalam hal kepangkatan dan derajat.
Dibandingkan Keris lurus, Keris luk 1 lebih menggambarkan hasrat Manusia untuk mencapai
tujuan duniawi. Biasanya Keris luk 1 memiliki aura yang agak panas dan energi yang lebih tajam /
keras dan kebanyakan dibuat untuk tujuan kesaktian, kekuasaan, dan kewibawaan.
Keris luk 1 melambangkan tekad yang kuat untuk meraih sesuatu yang di inginkan atau yang
dicita-citakan. Keris ini lebih cocok dimiliki oleh anak muda yang masih aktif sebagai sarana untuk
membangkitkan semangat dan daya juang dalam mengejar cita-cita.

• Filosofi Dan Tuah Keris Luk 3


Makna spiritual dalam pembuatan Keris luk 1 dan luk 3 sebetulnya hampir sama, yaitu sebagai
lambang kedekatan Manusia dengan Sang Pencipta dan juga sebagai sarana untuk membantu
mempermudah tercapainya keinginan-keinginan / cita-cita pemilik Keris.
Keris luk 3 atau Keris Jangkung berasal dari kata njangkungi yang memiliki makna
perlindungan dan pengayoman. Bisa juga di artikan Jinampang Jinangkungan, yang bermakna
"dimudahkan dan tercapai".
Dengan demikian, Keris luk tiga melambangkan harapan agar pemiliknya selalu dimudahkan
dalam segala urusan, tercapai apa yang dicita-citakannya dan selalu mendapat perlindungan dari
TUHAN Yang Maha Kausa.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 15
Jadi, Keris Jangkung adalah simbol harapan agar pemilik Keris ini senantiasa mendapat
perlindungan dan pengayoman serta mudah dalam mencapai cita-cita.
Menurut para sesepuh Jawa, "Keris Jangkung sae kagem engkang kagungan gegayuhan",
artinya Keris Jangkung baik untuk orang yang memiliki cita-cita.
Keris Jangkung merupakan pesan tersirat agar kita sebagai Manusia memiliki cita-cita yang
tinggi dan harus diwujudkan dengan tekad dan usaha yang keras.
Keris luk 3 menyiratkan makna bahwa untuk mencapai cita-cita, ada 3 hal yang harus
diselaraskan, yaitu: cipta, rasa dan karsa atau yang disebut Tri Daya.

• Filosofi Dan Tuah Keris Luk 5


Pada jaman Kerajaan dahulu, Keris luk 5 hanya boleh dimiliki oleh Raja, keluarga Kerajaan
dan kalangan ningrat saja. Selain mereka, tidak ada orang lain yang boleh memiliki atau menyimpan
Keris luk 5. Hal itu sudah menjadi aturan yang berlaku di masyarakat perkerisan pada masa itu.
Keris luk 5 hanya cocok dimiliki oleh orang-orang dari keturunan Raja, orang-orang yang
memiliki kemapanan sosial dan menjadi pemimpin di masyarakat.
Keris luk 5 diciptakan dengan tuah untuk menjaga wibawa dan kharisma keagungan kebangsawanan
agar pemiliknya selalu dihormati dan dicintai oleh rakyat serta bawahannya.
Kebanyakan Keris luk 5 lebih menuntut untuk diberi sesaji dibandingkan Keris lurus dan Keris
luk lainnya. Keris ini melambangkan kehidupan Manusia pada tingkat spiritual yang lebih tinggi yang
tidak hanya memikirkan urusan duniawi.

• Filosofi Dan Tuah Keris Luk 7


Keris luk 7 merupakan simbol harapan agar orang yang memiliki Keris ini selalu mendapat
pertolongan TUHAN dalam segala hal.
Dalam bahasa Jawa, angka 7 disebut "pitu" yang selalu dikaitkan dengan konsep "pitulungan"
atau pertolongan. Sehingga apapun yang berkaitan dengan angka 7 bagi orang Jawa memiliki filosofi
bahwa kita "nyuwun pitulungan" atau memohon pertolongan kepada TUHAN.

• Filosofi Dan Tuah Keris Luk 9


Keris luk 9 dipercaya memiliki tuah untuk kewibawaan dan pengayoman serta memudahkan
pemiliknya dalam meraih cita-cita. 9 adalah angka tertinggi dan di anggap sebagai angka keramat,
karena jika dikalikan dengan angka berapapun maka hasil perkaliannya jika dijumlahkan akan tetap
menjadi 9.
Maknanya, meskipun dalam perjalanan hidup ini mengalami liku-liku dan jatuh bangun
hendaknya jangan mudah menyerah dan putus asa, karena jika kita fokus dan yakin pada tujuan kita
maka suatu saat apa yang di cita-citakan pasti akan tercapai.
Angka 9 mewakili kesempurnaan hidup atau puncak dari pencapaian Manusia didalam
kehidupannya. Tapi untuk bisa mencapai angka 9 harus melewati angka 1 sampai angka 8 yang harus
dilalui setahap demi setahap dengan segala lika-likunya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 16


Keris luk 9 merupakan simbol harapan agar orang yang memiliki Keris ini dapat meraih cita-
citanya dan mendapatkan kemuliaan, sekaligus sebagai pengingat bahwa tujuan hidup didunia ini
adalah untuk kembali kepada Sang Pencipta.

• Filosofi Dan Tuah Keris Luk 11


Keris luk 11 merupakan pesan tersirat agar kita sebagai Manusia senantiasa mawas diri bahwa
hidup ini adalah kawelasaning GUSTI atau belas kasih dari TUHAN yang disimbolkan dengan luk 11
atau dalam bahasa Jawa "sewelas" yang dimaknai sebagai kawelasan.
Oleh karena itu, kita juga harus memancarkan sifat kawelasan atau welas asih itu terhadap
sesama, karena Manusia yang mampu menjadikan belas kasih sebagai sabuk kehidupan, maka dia akan
berhasil menempuh kehidupannya dengan baik dan akan selalu mendapatkan kawelasaning GUSTI.

• Filosofi Dan Tuah Keris Luk 13


Angka 13 merupakan bilangan tertinggi dalam jumlah luk pada sebilah Keris dan merupakan
Keris yang dibuat khusus untuk orang-orang yang sudah mandito atau memiliki tingkat spiritual yang
tinggi dan sudah tidak mementingkan urusan duniawi lagi.
Keris luk 13 melambangkan kewibawaan dan kasepuhan. Angka 13 dalam khasanah Jawa
dimaknai sebagai "las-lasaning urip" atau masa-masa akhir kehidupan.
Ada pengertian lain bahwa luk 13 juga memiliki arti "tri welas", yaitu: welas ing sesami, welas
ing sato iwen, lan welas ing tetuwuhan. Semua ini diarahkan kepada keselarasan antara Manusia, alam
dan TUHAN.
Angka 13 juga dianggap sebagai penolak bala, karena terdiri dari angka 1 yang memiliki
makna permulaan, tunggal dan ke-Esa-an untuk melambangkan ke-Tuhanan.
Sedangkan angka 3 adalah angka ganjil yang mencerminkan keseimbangan hidup. Dalam
kehidupan ini ada 3 perkara yang selalu berkaitan dengan Manusia, contohnya:
 Ada 3 perkara dalam hidup yang tidak bisa kembali, yaitu: waktu, ucapan dan kesempatan. Jadi
sebisa mungkin manfaatkanlah waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, menjaga ucapan agar
tidak menyakiti orang lain dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
 Ada 3 perkara yang tidak kita mengerti dengan pasti, yaitu: rejeki, umur dan jodoh.
 Ada 3 perkara dalam hidup yang pasti terjadi, yaitu: tua, sakit dan mati. Oleh karena itu
persiapkanlah masa-masa itu dengan sebaik-baiknya karena ketika Manusia sudah meninggal
dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan doa anak yang sholeh.

• Filosofi Dan Tuah Keris Kalawijan / Kolowijan


Menurut sumber dari Babon Surakarta, Kalawijan / Kolowijan merupakan penyebutan untuk
Keris-Keris yang jumlah luknya lebih dari 13. Walaupun jumlah luknya lebih dari 13, Keris dhapur
Kolowijan juga memiliki pakem dan nama dhapur sendiri.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 17


Untuk Keris yang jumlah luknya 15 atau 17 biasanya panjang bilahnya masih normal seperti
Keris-Keris pada umumnya, tapi jika jumlah luknya lebih dari 19 biasanya ukuran panjang bilahnya
hampir selalu lebih panjang dari Keris-Keris umum.
Semakin banyak jumlah luknya maka ukuran bilahnya juga akan semakin panjang, namun
karena Keris Kolowijan dulu memang jarang dibuat, maka saat ini sangat jarang dijumpai Keris tua
berkualitas bagus yang luknya lebih dari 13. Keris Kolowijan yang paling banyak dijumpai adalah
Keris luk 15 dan banyak diantaranya tergolong master piece atau adikarya.
Saat ini Kolowijan / Kalawijan juga lazim digunakan untuk menyebut Keris-Keris berluk 3, 5,
7, sampai berluk 13, atau bahkan Keris lurus yang ricikannya tidak sesuai pakem atau tidak punya
nama dhapur sesuai pakem yang ada.
Selain pada Keris, dhapur Kolowijan / Kalawijan juga terdapat pada Tombak dan Pedang. Pada
Tombak, penggolongan jenis Kalawijan tidak dikaitkan dengan jumlah luknya sebagaimana istilah
Kalawijan pada Keris.
Kalawijan pada Tombak menyangkut pada bentuknya yang tidak umum sebagaimana bentuk
Tombak pada umumnya sesuai pakem yang ada.
Beberapa bentuk Tombak yang tergolong Kalawijan antara lain Tombak Wulan Tumanggal
dan Tombak Rosandita.
Sedangkan pada Pedang, yang disebut dengan Kalawijan adalah yang bentuknya tidak sesuai
pakem atau di luar ricikan pedang yang baku / umum.
Ada beberapa ricikan yang ditambahkan pada Pedang Kalawijan yang biasanya merupakan
ricikan yang terdapat pada Keris, misalnya saja yang paling umum adalah penambahan gonjo,
kembang kacang, atau ditambah hiasan Naga pada bagian pangkalnya.
Mengenai istilah Kalawijan ini tentunya sangat berhubungan dengan nama "Palawija". Palawija
/ Polowijo adalah tanaman selingan dari tanaman utama sebagai makanan pokok alias "pakem" yaitu
Padi.
Oleh karena itu, Tosan Aji Kalawijan dapat dimaknai sebagai Keris selingan, artinya maksud
pembuatannya memang bersifat khusus atau tidak seperti biasanya.
Khusus Keris luk 23 tidak pernah ada dalam literatur mengenai dhapur perkerisan, kecuali pada
buku karangan Bambang Harsrinuksmo. Tapi meskipun sangat jarang, Keris luk 23 masih bisa
dijumpai.
Menurut pitutur orang tua jaman dahulu menyebutkan bahwa Keris luk 23 merupakan dhapur
sinengker (ditabukan) dan hanya boleh dimiliki oleh Raja dan keturunannya saja serta hanya dibabar
ketika dibutuhkan dan itupun hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu saja.
Demikian sedikit informasi tentang makna filosofi Keris lurus dan Keris luk yang dapat kami
sampaikan pada artikel kali ini.

Perbedaan Keris Tilam Upih Dan


Keris Tilam Sari
Keris Tilam Upih adalah salah satu dhapur Keris lurus yang paling populer dan paling banyak
dijumpai karena jumlahnya paling banyak.
Bentuk Keris ini sangat sederhana dengan gandhik polos dan hanya terdapat pejetan serta tikel
alis saja, sedangkan ricikan lainnya tidak ada.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 18
Pada jaman dahulu hampir setiap keluarga di Jawa selalu menyimpan Keris berdhapur Tilam
Upih sebagai pusaka keluarga.
Keris ini juga boleh dimiliki oleh siapa saja, dari kalangan rakyat biasa sampai kalangan
bangsawan boleh memiliki Keris berdhapur Tilam Upih sehingga Keris ini lebih banyak dibuat
dibanding Keris-Keris dhapur lainnya.
Selain Keris Tilam Upih, ada juga dhapur Keris lurus lainnya yang juga cukup populer dan
banyak dijumpai, yaitu Keris Tilam Sari.

Keris Tilam Upih dan Keris Tilam Sari memiliki bentuk


yang sangat mirip sehingga masih banyak yang bingung
untuk membedakan keduanya.
Perbedaan antara Keris Tilam Upih dan Keris Tilam Sari
hanya terletak pada bagian sraweyan saja, sedangkan
bagian lainnya sama.
TILAM UPIH Filosofi dan tuah dari Keris Tilam Upih dan Keris Tilam
Sari secara umum juga hampir sama, yaitu
melambangkan kentraman dan kedamaian.

Filosofi dan tuah Keris Tilam Upih:


Keris dhapur Tilam Upih adalah Keris yang di anjurkan untuk
dimiliki pertama kali sebagai pegangan sebelum memiliki
Keris-Keris dhapur lainnya. Hal itu sebetulnya berkaitan
dengan filosofi Keris Tilam Upih yang melambangkan
ketentraman rumah tangga.
Pesan yang hendak disampaikan melalui Keris Tilam Upih,
yaitu: sebelum sukses diluar, seorang laki-laki harus bisa
sukses dulu dalam membangun keluargnya, karena keluarga
merupakan pondasi untuk membangun hal-hal yang lebih
tinggi dan lebih besar seperti bisnis, karier, kekuasaan dan
kejayaan.
Keris Tilam Upih di anggap sebagai ibu dari semua
Keris, bahkan konon Kanjeng Sunan Kalijogo juga pernah menyarankan kepada para pengikutnya untuk
memiliki Keris Tilam Upih terlebih dulu sebelum memiliki Keris-Keris lainnya.
Dalam terminologi Jawa, Tilam Upih memiliki makna tikar yang terbuat dari anyaman daun yang pada
jaman dahulu sering digunakan sebagai alas tidur, sehingga kemudian di ibaratkan untuk menggambarkan
ketenteraman keluarga atau rumah tangga.
Oleh karena itulah, banyak sekali pusaka keluarga berdhapur Tilam Upih yang diwariskan secara turun-
temurun. Hal itu menunjukkan adanya harapan dari para orang tua agar anak cucunya nanti dapat memperoleh
ketenteraman dan kesejahteraan dalam hidupnya.
Para orang tua jaman dahulu akan memberikan pusaka keluarga berupa Keris berdhapur Tilam Upih
secara turun temurun kepada anak-anaknya yang telah menikah sebagai simbol harapan dan sebagai perwujudan
do'a kepada SANG PENCIPTA agar kehidupan anak-anaknya bisa bahagia, tenteram dan berkecukupan.
Dan jika berbicara soal tuah, memang Keris Jawa selalu identik dengan tuah atau isi yang merupakan
manifestasi dari do’a-do’a yang dipanjatkan oleh sang Empu pembuatnya kepada SANG PENCIPTA melaluli
media sebilah Keris sebagai simbolisasi harapan agar pemilik Keris tersebut dan keturunannya bisa memiliki
kehidupan yang tenteram, damai, bahagia dan sejahtera.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 19


Jadi, tuah atau khasiat dari Keris Tilam Upih adalah untuk ketenteraman dan kebahagiaan rumah tangga
(keluarga) serta untuk kemakmuran.

TILAM SARI Filosofi Dan Tuah Keris


Tilam Sari:
Tilam Sari dapat bermakna tempat beristirahat yang
nyaman dan harum semerbak yang merupakan
simbolisasi harapan agar pemilik Keris bisa
memiliki kehidupan yang tentram, damai, harmonis,
bahagia dan sejahtera.
Pada jaman dahulu Keris berdhapur Tilam Sari
banyak dimiliki oleh sebagian masyarakat Jawa
sebagai pusaka keluarga dengan harapan agar
keluarganya dapat memiliki kehidupan yang
tentram, nyaman, damai, bahagia dan sejahtera
seperti filosofi Tilam Sari.
Tuah Keris Tilam Sari dipercaya dapat
mendatangkan rejeki, ketentraman, kebahagiaan,
kesejahteraan, kemuliaan, kedamaian, keharmonisan
keluarga, dihormati oleh banyak orang, dapat
memiliki nama baik (harum) di masyarakat dan
senantiasa mendapat perlindungan dari TUHAN
Yang Maha Esa.
Energi dari Keris Tilam Sari bersifat teduh dan
mengayomi sehingga suasana rumah akan terasa
sejuk dan adem ayem karena Keris ini memang
dibuat dengan harapan dan doa agar pemiliknya bisa memiliki kehidupan keluarga yang tentram dan bahagia.

Perbedaan Keris Dhapur Brojol Dan Keris Dhapur


Tilam Upih
Keris Brojol dan Keris Tilam Upih adalah dhapur Keris lurus yang sangat legendaris dan paling
sering dijumpai karena jumlahnya paling banyak dibanding Keris-Keris dhapur lainnya.
Pada jaman dahulu rata-rata setiap keluarga akan menyimpan kedua dhapur Keris tersebut
sebagai pusaka keluarga karena semua orang dan semua kalangan boleh memiliki Keris Brojol dan
Keris Tilam Upih.
Jika dilihat sekilas, antara Keris dhapur Brojol dan Keris dhapur Tilam Upih memiliki bentuk
yang hampir serupa karena yang membedakan kedua Keris ini hanya pada ricikan tikel alis saja.
Pada Keris Tilam Upih terdapat tikel alis sedangkan pada Keris Brojol tidak trdapat tikel alis.
Tapi meskipun bentuknya hampir sama kedua Keris tersebut memiliki filosofi dan tuah yang berbeda.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 20


Filosofi dan tuah Keris Brojol:
Keris Brojol (tidak terdapat tikel alis)
Bentuk Keris Brojol tampak sangat sederhana
dengan bilah lurus dan nglimpo (tanpa odo-
odo), gandhik polos dan hanya terdapat pejetan
saja, sedangkan ricikan lainnya tidak ada.
Namun dibalik bentuknya yang sangat
sederhana tersebut, Keris Brojol memiliki
makna filosofis tentang nilai-nilai kehidupan
dan muatan spiritual.
Ricikan pada Keris dhapur Brojol juga
memiliki pesan moral yang dalam, pejetan
melambangkan kelapangan hati dan gandhik
polos melambangkan ketabahan dalam
menjalani hidup. Kelapangan hati untuk
menerima segala sesuatu yang terjadi, terutama
terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
atau yang tidak sesuai harapan.
Pada dasarnya setiap Manusia pasti memiliki
satu keyakinan terhadap kekuasaan TUHAN
bahwa segala sesuatu yang terjadi didunia ini
merupakan takdir TUHAN.
Tapi meskipun segala sesuatu telah ditentukan, Manusia harus tetap berikhtiar dan harus
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih impiannya karena kita tidak pernah tau apa rencana
TUHAN untuk kita.
Tapi setiap usaha yang kita lakukan untuk meraih impian harus dijalani dengan cara yang baik
dan sewajarnya, "ojo ngoyo" atau memaksakan diri diluar batas kemampuan sampai melanggar norma-
norma yang berlaku di masyarakat dan ajaran Agama serta merugikan orang lain.
Orang yang hidup ngoyo dan neko-neko (bertingkah) cenderung akan berbuat dan berperilaku
tidak baik yang justru akan menjauhkan dirinya dari pencapaian fitrahnya sebagai Manusia.
Keris dhapur Brojol termasuk Keris yang sangat legendaris dan paling banyak dijumpai seperti
halnya Keris Tilam Upih karena pada jaman dahulu Keris dhapur Brojol boleh dimiliki oleh semua
kalangan sehingga Keris ini banyak dipesan dengan tujuan untuk mendapatkan tuahnya.
Jika mengacu pada arti kata "Brojol" atau "mbrojol" yang artinya keluar dengan mudah atau
lancar, maka dapat disimpulkan jika tuah atau khasiat dari Keris Brojol adalah untuk melancarkan
segala urusan, termasuk kelancaran rejeki dan juga untuk melancarkan proses kelahiran jabang bayi.
Brojol merupakan simbolisasi harapan atau do’a kepada TUHAN agar setiap urusan pemiliki
Keris bisa mbrojol atau dimudahkan.
Keris dhapur Brojol memang terkenal sebagai Kerisnya dukun bayi karena pada jaman dahulu
hampir semua dukun bayi memiliki Keris ini sebagai pusaka andalan yang diwariskan secara turun-
temurun dari leluhurnya.
Keris Brojol dipercaya memiliki khasiat untuk melancarkan proses persalinan sehingga jabang
bayi bisa lahir dengan mudah (mbrojol) dengan sarana Keris ini.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 21


Tapi sebetulnya Keris Brojol memiliki makna yang lebih dalam dari hanya sekedar untuk
mempermudah proses kelahiran jabang bayi. Sebagaimana dhapur Keris lainnya, Keris Brojol juga
merupakan suatu karya yang memiliki muatan spiritual berupa ajaran-ajaran hidup.
Secara terminologi, Brojol memang identik atau erat kaitannya dengan proses kelahiran
(mbrojol). Brojol atau mbrojol merupakan kalimat yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa untuk
menyebut peristiwa kelahiran jabang bayi ke dunia. Oleh karena itulah kemudian Keris Brojol identik
sebagai pusakanya dukun bayi sebagai sarana untuk membantu mempermudah proses lahiran atau
persalinan.
Padahal, makna sesungguhnya dari Keris dhapur Brojol sebagai simbol kelahiran jabang bayi
sebetulnya bukan pada proses kelahiran itu sendiri (mbrojol/lahir), akan tetapi lebih ditujukan untuk
mengingatkan pemiliknya pada kesucian jabang bayi yang baru dilahirkan, yaitu fitrah Manusia.
Bayi yang baru dilahirkan adalah Manusia yang masih polos dan suci tanpa dosa. Pesan yang
disampaikan dari Keris dhapur Brojol adalah agar Manusia dapat dilahirkan/disucikan kembali secara
spiritual atau kembali pada fitrahnya karena tujuan hidup Manusia didunia ini adalah untuk kembali
kepada TUHAN.
Pada hakikatnya, dalam diri setiap Manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan
menjauhkan diri dari perbuatan jahat serta angkara murka karena sejatinya nurani setiap Manusia
selalu merindukan ketentraman dan kedamaian.
Jauh didasar lubuk hati setiap Manusia pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk menuju jalan
yang lurus. Itulah fitrah Manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan oleh semua Agama.
Sedangkan Keris Tilam Upih adalah salah satu dhapur Keris lurus dengan ukuran panjang bilah
normal. Bentuknya juga sangat sederhana dengan gandhik polos dan hanya terdapat pejetan serta tikel
alis saja, untuk ricikan lainnya tidak ada.
Keris Tilam Upih juga termasuk Keris yang sangat populer dan paling banyak dijumpai karena
jumlahnya paling banyak dibanding Keris-Keris dhapur lainnya. Pada jaman dahulu hampir setiap
keluarga di Jawa selalu menyimpan Keris dhapur Tilam Upih sebagai pusaka keluarga karena Keris ini
boleh dimiliki oleh siapa saja, dari kalangan rakyat biasa sampai kalangan bangsawan boleh memiliki
Keris berdhapur Tilam Upih sehingga Keris ini lebih banyak dibuat dibanding Keris-Keris dhapur
lainnya.
Keris dhapur Tilam Upih adalah Keris yang di anjurkan untuk dimiliki pertama kali sebagai
pegangan sebelum seseorang memiliki Keris-Keris dhapur lainnya.
Hal itu sebetulnya berkaitan dengan filosofi Keris Tilam
Upih yang melambangkan ketentraman rumah tangga. Pesan
yang hendak disampaikan melalui Keris ini yaitu: sebelum
sukses diluar, seorang laki-laki (kepala rumah tangga)
hendaknya sukses dulu dalam membangun keluarga, karena
keluarga merupakan pondasi untuk membangun hal-hal yang
lebih lebih besar dan lebih tinggi seperti bisnis, karier,
kekuasaan dan kejayaan.
Keris Tilam Upih di anggap sebagai ibu dari semua Keris,
bahkan konon Kanjeng Sunan Kalijogo juga pernah
menyarankan kepada para pengikut Beliau bahwa Keris
pertama yang di anjurkan untuk dimiliki adalah Keris
berdhapur Tilam Upih.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 22


Filosofi Dan Tuah Keris Carang Soka
Keris Carang Soka adalah salah satu dhapur Keris luk 9 yang cukup langka. Ukuran
panjang bilahnya normal dengan ricikan antara lain:
kembang kacang, jalen, lambe gajah satu, pejetan, tikel alis,
sraweyan dan greneng.
Keris luk 9 di anggap memiliki keistimewaan tersendiri
karena angka 9 merupakan angka tertinggi dan di anggap sebagai
angka keramat karena jika dikalikan dengan angka berapapun maka
hasil perkaliannya jika dijumlahkan akan tetap menjadi 9.
Maknanya, meskipun dalam perjalanan hidup ini
mengalami liku-liku dan jatuh bangun hendaknya jangan mudah
menyerah dan putus asa, karena jika kita fokus dan yakin pada
tujuan kita maka suatu saat pasti akan tercapai.
Dan yang perlu di ingat, bahwa untuk bisa mencapai angka
9 tentunya harus melalu proses dari angka 1 sampai angka 8 yang
harus dilalui setahap demi setahap dengan segala lika-likunya. Hal
itu merupakan gambaran dari perjalanan hidup Manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup.
Angka 9 juga mewakili kesempurnaan hidup atau puncak dari pencapaian Manusia didalam
kehidupannya. Keris luk 9 lebih cocok dimiliki oleh orang-orang yang sudah tidak mementingkan
urusan duniawi lagi, karena Keris-Keris luk 9 biasanya dibuat dengan tujuan untuk kemapanan
kerohanian dan kesepuhan.
Seperti halnya Keris-Keris luk 9 lainnya, Keris Carang Soka juga memiliki filosofi mendalam
tentang kehidupan dan sarat muatan spiritual.
Dalam bahasa Jawa, Carang artinya ranting bambu berukuran kecil yang berjumlah banyak
sehingga membuat pohon terlihat lebih rimbun. Sedangkan Soka adalah serapan dari “Asoka” dari
bahasa Sansekerta “Shoka” (sedih) dan A (tidak). Asoka / Soka adalah jenis tanaman hias yang
dipercaya sebagai bunga penawar kesedihan.
Dalam kepercayaan Hindu, tanaman Soka di anggap sebagai lambang cinta dan kesucian
sehingga sering digunakan sebagai sesaji dan persembahan untuk Dewa Shiwa dan Dewa Wisnu.
Bunga Soka juga dipercaya dapat mengusir kesedihan dan menjadi simbol kebahagiaan
sehingga mereka meyakini dengan membawa bunga Soka, maka kemanapun mereka pergi akan selalu
mendapatkan kebahagiaan dan selalu diliputi perasaan bahagia.
Dalam kehidupan ini pasti ada kesenangan dan ada kesedihan, ada kecukupan dan ada
kekurangan. Maka konsep keseimbangan kehidupan inilah yang mendasari lahirnya dhapur Keris
Carang Soka. Bahwa ketika Manusia mengalami kesedihan pasti akan ada penawar dari kesedihan
tersebut.
Oleh karena itu, kita harus bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala bentuk ujian dalam
kehidupan ini, karena tanpa kita sadari sebetulnya ada ranting-ranting kecil yang selalu menemani dan
menjadi penopang yang menguatkan kita dalam kondisi apapun.
Tapi seringkali hal-hal kecil tersebut tidak terlihat atau tidak di anggap penting dan sering di
abaikan sehingga menjauhkan kita dari rasa syukur.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 23


Sejatinya dalam setiap peristiwa yang kita alami pasti ada hikmah dibaliknya sebagai
pembelajaran agar kita menjadi Manusia yang lebih baik dan dewasa.
Keris Carang Soka dipercaya memiliki tuah untuk keselamatan, pengayoman, kerohanian dan
kasepuhan. Biasanya Keris ini memancarkan aura sejuk sehingga akan membuat suasana rumah
menjadi tentram dan damai.

Filosofi Dan Tuah Keris Pendowo


Keris Pendowo adalah salah satu dhapur Keris luk 5 dengan ukuran panjang bilah normal.
Ricikan pada Keris ini, antara lain: kembang kacang, jalen, lambe gajah satu, tikel alis, sogokan
rangkap, sraweyan, ri pandan dan grenang.
Bentuk dan ricikan Keris Pandowo sangat mirip dengan Keris Pandowo Cinarito, bedanya pada
Keris Pandowo / Pandawa hanya terdapat satu lambe gajah, sedangkan pada Keris Pandowo Cinarito /
Pandawa Cinarita terdapat dua lambe gajah.
Keris Pendowo / Pandawa identik dengan trah ningrat karena pada jaman dulu Keris luk 5
hanya boleh dimiliki oleh Raja dan para keluarga Kerajaan serta para bangsawan saja. Bahkan sampai
saat ini, secara tersirat keyakinan itu masih tetap ada, bahwa trah ningrat wajib memiliki keris luk 5.
Keris Pandowo terlihat begitu luwes dan anggun tapi memancarkan aura kewibawaan yang
begitu besar. Karakter Keris ini memang sangat mewakili trah ningrat atau kaum bangsawan.
Keris Pendowo di angggap sebagai Keris yang istimewa dan tidak sembarang orang boleh
memilikinya karena pada jaman dahulu memang hanya dibuat khusus
untuk para Raja dan keturunannya serta para bangsawan saja.
Begitulah aturan yang berlaku di masyarakat perkerisan pada jaman
dulu bahwa Keris ber-luk 5 hanya boleh dimiliki oleh orang-orang
keturunan Raja dan para bangsawan kerabat Kerajaan yang memiliki
kemapanan sosial dan menjadi pemimpin atau tokoh masyarakat.
Keris Pendowo dibuat dengan tujuan untuk menambah kewibawaan dan
menunjang kekuasaan sehingga pemiliknya akan dicintai dan dihormati
oleh banyak orang.

Tuah Keris Pendowo:


Keris Pendowo diciptakan dengan tuah untuk menjaga wibawa
dan kharisma keagungan kebangsawanan agar pemiliknya selalu
dihormati dan dicintai rakyat serta bawahannya.
Selain itu, tuah dari Keris ini juga mampu membuat orang lain
tunduk dan patuh sehingga setiap perkataan atau perintah dari pemilik
Keris ini akan didengarkan dan dipatuhi.
Tapi biasanya Keris Pendowo dan Keris-Keris luk 5 lainnya
lebih banyak menuntut untuk diberi sesaji dibandingkan Keris lurus dan
Keris ber-luk lainnya.
Seperti halnya dhapur Keris lainnya, Keris Pandowo luk 5 juga
memiliki filosofi yang dalam tentang kehidupan dan sarat muatan
spiritual.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 24
Filosofi Keris Pendowo:
Filosofi Keris Pendowo diambil dari tokoh pewayangan Pandawa yang terdiri dari Yudhistira
(Puntodewo), Bima (Werkudoro), Arjuna, Nakula dan Sadewa yang menggambarkan beberapa
karakter dan kemampuan untuk mengalahkan angkaramurka dari Kurawa.
Meskipun untuk beberapa waktu para ksatria Pandawa pernah melakukan kesalahan sebagai
sifat kemanusiaannya, tapi pada akhirnya mereka berhasil melakukan penebusan dosa dan
memenangkan perang melawan Kurawa.
Keris Pandowo merupakan simbol harapan agar pemilik Keris ini dapat memiliki kemampuan
dan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Dan meskipun pernah melakukan kesalahan namun
pada akhirnya dapat menebusnya dan mampu mengalahkan hawa nafsu serta angkara murka.
Keris Pendowo atau luk 5 juga bermakna jangkep. Manusia dilahirkan dengan 5 panca indera
yang harus di asah agar mampu bersatu dengan Sang Pencipta, yaitu dengan mencontoh sifat-sifat para
ksatria Pandawa yang mewakili tahapan tingkat spiritual Manusia yang dimulai dari Sadewa, Nakula,
Arjuna, Bima (Wekudoro) dan Yudhistira (Puntadewo).

Filosofi Keris Pandawa Cinarita Sebagai


Tuntunan Hidup
Keris Pandawa Cinarita atau Pandowo Cinarito adalah salah satu dhapur Keris luk lima dengan
ukuran panjang bilah sedang. Permukaan bilahnya ada yang nglimpo dan ada juga yang nggigir sapi
karena memakai odo-odo.
Ricikan yang terdapat pada Keris
Pandowo Cinarito, antara lain: kembang
kacang, jalen, lambe gajah dua, tikel alis,
sogokan rangkap, sraweyan dan greneng.
Keris dhapur Pandowo Cinarito
termasuk salah satu Keris pusaka yang
cukup populer dan banyak di cari oleh para
pecinta Tosan Aji.
Tuah Keris Pandowo Cinarito
dipercaya dapat membantu pemiliknya
lancar dalam berkomunikasi, sehingga akan
disukai dalam lingkungan pergaulannya dan
mudah untuk meyakinkan Orang lain.
Keris ini diyakini cocok di miliki
oleh Orang-Orang yang dalam profesinya
mengharuskan lebih banyak berbicara atau
bekomunikasi dengan banyak Orang.
Keris dhapur Pandowo Cinarito dulu
banyak dimiliki oleh para Dalang Wayang
dan sampai saat ini masih banyak diburu
oleh Orang-Orang yang berprofesi sebagai
Marketing, MC, Motivator, Pembicara,
Artis, Jaksa, Pengacara dan lainnya.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 25
Filosofi Keris Pandowo Cinarito:
Dalam cerita pewayangan, rukun Islam digambarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijogo melalui
karakter lima kesatria Pandawa. Kisah tersebut menceritakan jika para tokoh yang baik (protagonis)
sekalipun sesekali bisa juga melakukan kesalahan.

Berikut ini penjabaran tentang 5 karakter tokoh Pandawa:


1. Rukun Islam yang pertama (Syahadat) digambarkan melalui tokoh tertua Pandawa, yaitu Raden
Yudhistira / Samiaji / Puntadewa dengan senjata pamungkasnya yaitu Jimat Kalimosodo
(Kalimat Syahadat).
Diceritakan bahwa Raden Yudhistira adalah seorang Raja yang bijaksana dan tidak pernah
kalah atau putus asa. Dia selalu sabar dalam menghadapi musibah, selalu berbaik sangka
kepada setiap Orang, dan jika perlu mengalah demi menjaga persatuan untuk menuju kejayaan.
Hal itu menggambarkan perjuangan para ulama dalam berdakwah untuk menyebarkan agama
Islam di Nusantara.
2. Rukun Islam yang kedua (Sholat) digambarkan melalui tokoh kesatria Pandawa, yaitu Raden
Werkudoro / Bima / Brothoseno yang tidak pernah duduk dan selalu siap dengan Kuku
Pancanaka-nya.
Artinya, bahwa sholat fardhu lima waktu harus selalu ditegakkan dalam keadaan apapun.
Walaupun dalam kondisi sakit sekalipun sholat fardhu harus tetap dikerjakan seperti karakter
Bima yang selalu berdiri kokoh setiap saat sebagai tiang Pandawa (Sholat adalah tiang agama).
Dalam pelaksanaan sholat, derajat Manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan termasuk antara
rakyat jelata dan para pembesar Negara sekalipun. Hal itu digambarkan dengan sikap
Werkudoro yang tidak pernah memakai bahasa halus (kromo inggil) dan selalu berbicara ngoko
kepada semua orang tanpa bermaksud kurang ajar.
3. Rukun Islam yang ketiga (Puasa Ramadhan) digambarkan melalui tokoh kesatria penengah
Pandawa, yaitu Raden Arjuna / Janoko / Permadi yang merupakan kesatria Pandawa yang
paling tampan dan banyak digandrungi kaum wanita.
Hal itu merupakan perumpamaan Orang yang sedang berpuasa, dimana godaan hawa nafsu
datang silih berganti begitu banyaknya yang menggoda untuk membatalkan puasa.
4. Rukun Islam yang keempat dan kelima (Zakat dan Haji) digambarkan melalui dua tokoh
ksatria kembar Pandawa yaitu Raden Nakula dan Raden Sadewa.
Keduanya adalah tokoh Pandawa yang jarang muncul dalam cerita, hal itu sebagai penggambaran
ibadah Zakat dan Haji yang hanya diwajibkan bagi Orang-Orang yang mampu saja. Akan tetapi, tanpa
Nakula dan Sadewa, maka Pandawa akan rapuh dan tidak bisa berdiri tegak.
Hal itu merupakan gambaran umat Islam, jika tidak ada Orang-Orang yang sanggup membayar
Zakat dan menunaikan ibadah Haji, maka fakir miskin akan berpotensi terjerumus dalam kekafiran dan
kemurtadan, karena kesenjangan sosial antara Orang kaya dan Orang miskin tidak akan terjembatani.
Jadi, Keris Pandowo Cinarito adalah sebuah pesan untuk Manusia agar senantiasa ingat dan
melaksanakan kelima rukun Islam.
Keris Pandawa Cinarita adalah media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara
melalui pendekatan tradisi dan budaya masyarakat pribumi pada waktu itu.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 26


Sejatinya sebilah Keris akan dirasakan tuahnya jika kita bisa memahami pesan atau petuah-petuah
yang terkandung didalamnya kemudian menjadikannya sebagai tuntunan hidup. Bukan hanya untuk
disimpan dan diharapkan tuahnya saja.

Filosofi dan Tuah Keris Jalak Sangu Tumpeng,


Simbol Keutamaan dalam Menjalani Kehidupan
Jalak sangu tumpeng adalah salah satu
dapur keris lurus dengan gandhik polos dan
ukuran panjang bilahnya normal.
Rincikan pada keris jalak sangu tumpeng
antara lain tikel alis, pejetan, sogokan rangkap,
sraweyan, dan ri pandhan.
Keris jalak sangu tumpeng termasuk
dapur keris yang cukup populer dan banyak
dicari.
Terutama, oleh mereka yang percaya
bahwa keris ini memiliki tuah untuk
memudahkan pemiliknya dalam mencari rezeki.
Di luar perkara tuah tersebut, seperti
dikutip Gunem.id dari kanal YouTube
@@Harta Langit Channel, keris jalak sangu
tumpeng memiliki filosofi yang dalam mengenai
kehidupan dan sarat muatan spiritual.

Jalak sangu tumpeng berarti burung


jalak berbekal tumpeng.
Jalak adalah burung yang pandai
berkicau dan rajin mencari makan. Selain itu,
burung jalak juga memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap lingkungannya. Dalam mencari
makan burung jalak tidak merugikan hewan lain.
Tumpeng adalah sajian nasi berbentuk kerucut dengan aneka lauk- pauk yang ditempatkan di
atas tampah atau nampan besar yang terbuat dari anyaman bambu.
Dalam tradisi masyarakat Jawa tumpeng sering disajikan dalam upacara-upacara khusus
sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk tumpeng yang menyerupai gunung melambangkan ketuntasan dan kesempurnaan.
Artinya, jika melakukan sesuatu harus tuntas dan tidak setengah-setengah.
Kata tumpeng sering dimaknai sebagai akronim dari tumungkula sing mempeng. Artinya,
rajinlah menundukkan diri, sebagai pesan tersirat agar manusia selalu menundukkan diri di hadapan
Sang Pencipta agar selamat di dunia dan akhirat.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 27


Makna simbolik yang tersirat pada keris jalak sangu tumpeng merupakan pandangan dan
pegangan hidup atau untuk dapat mencapai kesuksesan lahir dan batin.
Maka, manusia harus memiliki bekal ketakwaan kepada Tuhan.
Burung jalak merupakan simbol atau gambaran seorang laki-laki yang berkewajiban untuk
mencari nafkah dan untuk menjalankan tanggung jawabnya itu laki-laki harus mempersiapkan diri baik
fisik maupun mental/spiritual.
Dalam mencari nafkah dan menjalani hidup kita selalu mengutamakan perbuatan dan ucapan
yang baik. Hal itu disimbolkan dengan perilaku burung jalak yang sering hinggap di atas punggung
kerbau untuk memakan kutu yang ada pada kulit kerbau.
Perilaku tersebut merupakan hubungan saling menguntungkan antara burung jalak dan kerbau
dalam menjalani hidup dan mencari nafkah.
Kita juga harus selalu menjaga ucapan dan tutur-kata. Hal itu disimbolkan dengan kemampuan
burung jalak yang pandai berkicau dengan suara yang merdu.
Pada keris jalak sangu tumpeng terdapat ajaran tersirat untuk selalu menjaga ketakwaan kepada
Tuhan agar menjaga hubungan baik dengan keluarga, masyarakat, serta lingkungan.
Kita juga harus selalu berlaku jujur dan tidak merugikan orang lain seperti halnya perilaku
burung jalak.
Keris jalak sangu tumpeng dipercaya memiliki tuah yang ampuh untuk membantu pemiliknya
menjadi pribadi yang menyenangkan dan mudah meyakinkan orang lain.
Selain itu, tuah keris jalak sangu tumpeng juga dipercaya dapat membantu mempermudah pemiliknya
dalam mencari rezeki.[b]*

Filosofi Dan Tuah Keris Jalak Ngore


Keris Jalak Ngore adalah salah satu bentuk dhapur Keris lurus dengan ukuran panjang bilah
sedang. Ricikan pada Keris ini, antara lain: gandhik
lugas, pejetan, tikel alis, sraweyan dan greneng.
Keris Jalak Ngore secara umum merupakan simbolisasi
dari pencapaian kebahagiaan dan terbebas dari segala
permasalahan hidup yang terkait dengan materi.
Menurut masyarakat Jawa:
"Kukila Tumraping tiyang Jawi mujudaken
simbul panglipur, saget andayani remening penggalih,
satemah saget ngicalaken raos bebeg sengkeling
penggalih. Candrapasemonanipun: Pindha keblaking
suwiwi kukila ingkang tansah ngawe-ngawe ngupoyo
boga, kinaryo anyekapi ing bab kabetahanipun.
Dumateng tuk sumberipun utawi asal-usulipun, inggih
punika wangsul dateng susuhipun ambekta
kabetahaning gesangipun".
Artinya: "Bagi Orang Jawa, burung merupakan simbol
pelipur duka, memberikan rasa senang dihati,
menghilangkan rasa kejengkelan hati. Sedangkan gambaran sosoknya, dimana kepakan sayapnya
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 28
melambai-lambai sambil mengepakkan sayap bersuara dengan keras (Ngore), merupakan usaha dalam
mencari pangan (nafkah) untuk memenuhi kebutuhan. Burung yang telah mendapatkan pangan
kemudian pulang kembali ke sarangnya (Rumah dan Keluarganya)".
Jalak merupakan burung yang banyak dipelihara oleh masyarkat Jawa sebagai klangenan selain
burung Perkutut. Burung ini memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap lingkungannya dan
sesuatu yang asing disekitarnya.
Jalak juga banyak digunakan sebagai nama dhapur Keris karena ada banyak hal positif yang
bisa dipelajari dari burung ini, misalnya saja dalam mencari makan, burung Jalak memiliki sifat saling
menguntungkan (tidak merugikan yang lain).
Contohnya ketika memakan kutu di punggung kerbau, maka kerbau yang dihinggapi dan
dimakan kutunya akan merasa senang karena kutu-kutu dikulitnya yang merupakan parasit akan di
ambil dan dimakan oleh burung Jalak. Disisi lain, Jalak merupakan burung yang sangat setia terhadap
pasangannya.
Filosofi Keris Jalak Ngore:
Kata "Ngore" juga bisa berasal dari kata "Ngudhar" yang berarti mengurai. Ngore mempunyai
makna aktif bergerak untuk melepaskan dari kesulitan/keruwetan dari setiap permasalahan secara teliti
dan bertahap. Hal ini juga berorientasi pada ketekunan atau keuletan.
Ricikan pada Keris dhapur Jalak Ngore mengandung makna sebagai berikut:
 Gandhik polos
Merupakan simbol kekuatan, ketekunan dan rajin bekerja.

 Tikel Alis
Merupakan simbol sifat Manusia yang memiliki sisi baik dan buruk yang harus dikendalikan.
Dalam mencari nafkah hendaknya selalu menimbang baik dan buruknya serta akibatnya terhadap
diri sendiri dan orang lain.

 Greneng
Merupakan simbol "rasa" atau hati. Dalam menjalani kehidupan, segala sesuatunya harus dilandasi
dengan hati yang bersih dan selalu berprasangka baik.

 Sraweyan
Merupakan simbol keluwesan. Dalam bekerja hendaknya selalu menjaga keselarasan terhadap
sesama, masyarakat, lingkungan dan dapat beradaptasi dengan kebiasaan dilingkungan setempat
(sikap menghargai orang lain).

 Pejetan
Merupakan simbol keihklasan hati dan kesabaran. Tidak ada yang disebut takdir sebelum diawali
dengan ikhtiar/usaha yang maksimal.

Jalak Ngore merupakan ajaran dalam menjalani hidup. Jalani hidup dengan hati yang senang
dan lapang seperti gambaran burung Jalak yang sedang ngore atau ngoceh.
Utamakan perbuatan yang baik (dadya laku utama), selalu menjaga ketakwaan kepada TUHAN
dan hubungan kepada keluarga, masyarakat serta lingkungannya (eling lan waspada).

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 29


Dalam bekerja untuk mencari nafkah hendaknya selalu berlaku jujur dan tidak merugikan
orang lain. Setiap permasalahan dalam usaha atau pekerjaan harus dievaluasi secara teliti dan tekun
(sopo sing temen bakal tinemu, sapa sing tatag lan teteg bakal tutug).
Setiap permasalahan harus dihadapi dengan mengedepankan perasaan dan pikiran, daripada
nafsu dan emosi.
Demikian pula pada piwulang "alon-alon waton kelakon, gliyak-gliyuk waton tumindak" yang
artinya:"meskipun pelan-pelan yang penting mendapatkan hasil, walaupun tertatih-tatih tapi
melakukan/bertindak".
Untuk mencapai cita-cita dan tujuan diperlukan kesungguhan, ketekunan, kewaspadaan dan
kesabaran. Tidak ada orang yang sukses/kaya mendadak, semua harus dirintis dari bawah.

Tuah Keris Jalak Ngore:


Keris Jalak Ngore dipercaya memiliki tuah untuk melepaskan segala permasalahan yang berkaitan
dengan rejeki, untuk memudahkan meraih cita-cita dan agar dapat memiliki kehidupan yang bahagia.

Mengenal Tuah Keris Kebo Lajer


Keris yang merupakan salah satu mahakarya Indonesia yang kini
telah diakui Unesco sebagai salah satu warisan dunia, masih memiliki banyak
peminat baik itu dari masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar
negeri.
Fungsi dan pandangan masyarakat terhadap keris di era saat ini tentu
saja berbeda dengan ratusan tahun silam. Jika dimasa lalu keris selain
digunakan sebagai pelengkap busana, identitas diri, juga digunakan sebagai
alat bela diri.
Namun, di masa sekarang keris lebih difokuskan sebagai benda seni.
Tetapi tidak menutup kemungkinan kepemilikan sebuah keris agar dapat
mendapat tuah magis dari sebuah keris terus terjaga hingga kini.
Bicara tentang keris memang tidak bisa terpisah dari hal-hal yang
berada di luar nalar. Adanya nilai magis dalam sebilah keris memang telah
menjadi rahasia umum. Hanya saja masyarakat banyak yang salah
menafsirkan tentang kemagisan dalam sebilah keris.
Banyak yang beranggapan bahwa jika nilai magis dalam sebilah keris
tercipta karena adanya sosok gaib yang mendiami sebilah keris. Anggapan
semacam ini tidaklah sepenuhnya benar.
Kemagisan dalam sebilah keris ini terjadi karena terkabulnya do’a dari empu yang membuat
keris tersebut.
Para empu saat membuat keris tidak hanya menempa besi dan baja saja. Mereka (para empu)
juga melakukan serangkaian ritual dan memanjatkan do’a kepada Tuhan agar keris yang dibuat akan
bermanfaat bagi pemiliknya.
Hal itulah yang membuat para pecinta keris sering mengatakan bahwa keris adalah perwujudan
doa dari si empu agar pemegang keris dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 30


Di masa lalu keris juga menunjukkan identitas sosial pemegangnya. Namun, karena terjadi
perubahan jaman. Hal semacam ini tidak terjadi lagi. Di masa lalu ada keris dengan jenis tertentu yang
hanya dimiliki oleh kalangan petani.
Anehnya, keris yang semacam ini di jaman sekarang justru banyak yang berminat untuk
memilikinya. Keris yang dimaksud adalah keris kebo lajer dengan pamor tilam sari.
Keris kebo lajer ini diyakini telah ada semenjak era majapahit. Umumnya mereka yang punya
keris ini memiliki keinginan agar tanaman yang ditanam tidak gagal panen.
Dan tanaman tersebut akan menghasilkan dapat dipanen dengan menyenangkan. Lebih
daripada itu keris ini juga menjadi keris ‘tunggon’ yang artinya dapat menjadi lantaran datangnya
rejeki yang selalu lumintu dan tidak cepat habis.
Selain dimiliki kaum petani, keris ini kebanyakan dimiliki oleh para pemilik ternak seperti sapi,
kerbau, atau kambing.
Kebanyakan dari pemilik keris dengan jenis ini memiliki semacam kepercayaan bahwa dengan
dimilikinya keris ini akan mampu menjadi sarana agar ternak-ternak yang dimiliki oleh pemegang
keris akan cepat gemuk, tahan penyakit, dan tidak menjadi ternak yang galak.
Yang dimaksud galak di sini adalah ternak-ternak tersebut tidak susah diatur oleh pemiliknya.
Oleh karena adanya perkembangan jaman, di era sekarang mereka yang ingin memiliki keris
semacam ini bukan saja mereka yang berprofesi sebagai petani saja. Mereka yang punya profesi lain
juga banyak yang mengidam-idamkan keris jenis ini.
Keinginan beberapa orang ingin punya keris ini karena adanya sugesti dalam diri seseorang
bahwa dengan memiliki keris semacam ini akan gampang mencari rejeki. Adanya pemahaman
semacam ini tentu tidaklah salah.
Hanya saja yang perlu diluruskan adalah keris merupakan sebagai simbol atau sarana saja.
Sementara berhasil atau tidaknya harus tetap berada pada kehendak Tuhan Yang Maha Esa.[z]*

Makna Spiritual Dan Tuah Keris Pulanggeni


Keris Pulang Geni merupakan salah satu dhapur Keris luk 5 yang cukup populer dikalangan
pecinta Tosan Aji, karena Keris ini memiliki kesamaan nama dengan pusaka milik salah satu tokoh
pewayangan yaitu Arjuna.
Tapi selain Keris Pulang Geni luk 5, ada juga Keris Pulang Geni lurus yang akan dibahas pada
artikel lainnya.
Keris Pulang Geni memiliki bentuk yang sederhana tapi terlihat gagah dan berwibawa. Ukuran
bilahnya sedang, gandhik polos, memakai pejetan, dan ri pandan, sedangkan ricikan lainnya tidak ada.
Permukaan bilahnya ada yang nglimpo dan ada yang nggigir sapi karena memakai odo-odo ditengah
bilahnya.
Pulang Geni bisa di artikan sebagai ratus / dupa / kemenyan (wewangian bersifat religius) yang
menyimbolkan bahwa dalam kehidupan ini Manusia harus berusaha
agar memiliki nama harum dengan selalu berperilaku baik, selalu
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 31
menolong sesama dan mengisi hidupnya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi Bangsa, Negara dan
Agama, bukan hanya memikirkan kepentingan diri dan golongannya saja.
Dengan berperilaku baik dan selalu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama, tentu
akan membuat namanya selalu dikenang walaupun hayat sudah tidak dikandung badan.
Jadi, Keris Pulang Geni merupakan pesan tersirat agar pemilik Keris ini bisa berlaku seperti
dupa yang hidup untuk menyebarkan keharuman bagi lingkungan sekitarnya.
Pada jaman dahulu, Keris dhapur Pulang Geni banyak dimiliki oleh para pahlawan atau
pejuang sebagai simbol perjuangan dan ketulusan dalam membela Bangsa dan Negara sehingga nama
baiknya akan senantiasa harum dan dikenang sepanjang masa.
Dari filosofinya, tentu bisa disimpulkan bahwa tuah Keris Pulang Geni akan membuat
pemiliknya memiliki nama baik di masyarakat, dihormati dan disegani oleh semua orang serta
terhindar dari segala bentuk fitnah dan kejahatan yang bisa menghancurkan reputasi dan nama
baiknya.
Keris Pulang Geni merupakan ajaran tersirat agar pemilik Keris senantiasa berbuat kebaikan
pada sesama sehingga akan memiliki nama baik (harum) yang akan selalu dikenang.

Filosofi dan Tuah Keris Pulanggeni Lurus


Keris Pulanggeni cukup terkenal dikalangan pecinta Tosan Aji, karena nama Keris ini memiliki
kesamaan dengan pusaka milik Arjuna dalam cerita pewayangan.
Ada dua jenis Keris Pulanggeni, yaitu Keris Pulanggeni luk 5 dan Keris Pulanggeni lurus.
Dikalangan penggemar Tosan Aji, Keris Pulanggeni luk 5 lebih familiar dibanding Keris Pulanggeni
lurus.
Keris Pulang Geni lurus memiliki bentuk yang sederhana dengan gandhik polos, memakai
pejetan, tikel alis, ri pandan susun dan permukaan bilahnya nglimpo.
Meskipun bentuknya sederhana tapi Keris ini terlihat sangat berwibawa. Dari segi filosofi dan
tuahnya, secara garis besar sebetulnya antara Keris Pulanggeni lurus dan Keris Pulanggeni luk 5 bisa
dikatakan sama.
Pulang Geni bisa di artikan sebagai ratus / dupa / kemenyan (wewangian yang bersifat religius)
sebagai simbol bahwa dalam kehidupan ini Manusia harus berusaha untuk menempuh jalan yang lurus,
selalu berperilaku baik dan bisa bermanfaat bagi sesama, seperti halnya dupa yang memberikan
keharuman bagi lingkungan sekitarnya.
Dengan selalu berperilaku baik dan selalu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama,
maka akan membuatnya dicintai dan dihormati oleh banyak orang serta akan membuat namanya selalu
dikenang walaupun hayat sudah tidak dikandung badan.
Keris Pulanggeni merupakan pesan atau wejangan tersirat agar pemilik Keris ini bisa berlaku
seperti dupa yang hidup untuk menyebarkan keharuman bagi lingkungan sekitarnya.
Pada jaman dahulu, Keris dhapur Pulang Geni banyak dimiliki oleh para pahlawan atau
pejuang sebagai simbol perjuangan dan ketulusan dalam membela Bangsa dan Negara, sehingga nama
baiknya akan senantiasa harum dan dikenang sepanjang masa.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 32


Keris Pulanggeni lurus dipercaya memiliki tuah untuk meningkatkan kewibawaan,
meningkatkan kharisma, untuk tolak bala dan memudahkan tercapainya cita-cita. Sehingga pemilik
Keris ini akan dihormati dan disegani oleh banyak orang serta memiliki nama baik di masyarakat.
Selain itu, tuah Keris Pulanggeni lurus juga dipercaya dapat menghindarkan pemiliknya dari
segala bentuk fitnah dan kejahatan yang bisa menghancurkan reputasi / nama baiknya, serta
memudahkan pemiliknya dalam meraih cita-citanya.
Keris Pulanggeni lurus merupakan ajaran tersirat agar pemilik Keris ini senantiasa menempuh
jalan yang lurus dan selalu berbuat kebaikan pada sesama sehingga akan memiliki nama baik (harum)
yang akan selalu dikenang.

Filosofi Dan Tuah Keris Sempaner


Keris Sempaner (Sempono Bener) merupakan salah satu dhapur Keris lurus yang cukup
populer dan banyak dijumpai, mulai dari tangguh sepuh sampai tangguh nom-noman.
Ricikan pada Keris ini, antara lain: Kembang kacang, Jalen, Lambe gajah, Tikel alis dan Ri
Pandan. Kadang ada juga yang memakai greneng.
"Sempaner" merupakan singkatan dari kata "Sempana Bener" yang secara harafiah memiliki
arti "Mimpi yang benar".

Makna ricikan pada Keris Sempaner:


1. Kembang Kacang Pada jaman dahulu kembang kacang pada ricikan Keris disebut juga tlale
(belalai) gajah. Gajah/Ganesha merupakan lambang ilmu pengetahuan yang digambarkan
selalu menghirup ilmu pengetahuan yang tiada habisnya dengan belalainya.
Sekar kacang/Kembang kacang juga menyimbolkan adanya aktivitas tumbuh dan berkembang,
kemudian berbuah.
2. Jalen merupakan simbol jalannya nafas yang terus menerus.
3. Lambe gajah merupakan simbol masuknya energi, motivasi dan niat.
4. Tikel alis merupakan simbol sifat Manusia yang memiliki sisi baik dan buruk, dan keduanya
harus dapat dikendalikan. Dalam upaya untuk menggapai harapan hendaknya dipertimbangkan
sisi baik dan buruknya.
5. Grenang berbentuk huruf Jawa (dha) atau kadang juga berbentuk lebih sederhana seperti Ri
Pandan menyimbolkan suasana hati atau perasaan. Dari semua organ tubuh Manusia yang
menentukan tingkat derajat Manusia yaitu dada (dha-dha).

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 33


Dalam rongga dada itulah terletak hati, bathin,
perasaan, atau disebut "rasa". Jika "rasa"
seseorang baik, maka baiklah semua anggota
tubuhnya, tapi sebaliknya jika "rasa" menjadi
sakit maka sakitlah semua anggota tubuhnya.
Rasa berarti merasakan sesuatu itu dalam segala
dimensi.
Rasa merupakan suatu keadaan yang hendak
dicapai dalam diri seseorang terhadap sesuatu.
Setiap orang memiliki "rasa" dengan eksistensi
yang berbeda-beda, tergantung pada wawasan,
pengetahuan, moral dan spiritual seseorang.
Seaeorang yang dapat mencapai rasa yang lebih
mendalam dengan sendirinya hidupnya akan
berubah dari mulai sikap, pola pikir, dan juga
perilakunya. Orang tersebut akan memiliki sikap-
sikap lain yang lebih benar, serta yang lebih
cocok dengan realitas sebenarnya.
Secara umum semua itu melambangkan suatu
pencarian dan mengembangkan pengetahuan,
wawasan dan ketrampilan secara terus-menerus sampai tingkat tertentu. Hal itu merupakan syarat
tercapainya cita-cita dan harapan. Mencari pengetahuan harus dilandasi dengan niat, motivasi yang
kuat dan juga keberanian.
Harapan dan cita-cita harus dipertimbangan dari sisi baik dan buruknya. Namun demikian Manusia
harus bisa menerima segala keterbatasannya.
Manusia perlu bersikap rela menerima keadaan (Nrimo ing pandum). Nrima juga berarti iklas
menerima segala konsekuensi dan persoalan apapun yang menghampiri kita tanpa keluh kesah.
Hal ini bukan berarti apatis, "nrimo" dalam arti walaupun dalam keadaan kecewa, kesulitan dan
kegagalan, tetap harus beraksi secara rasional, tidak boleh ambruk dan tidak menentang secara
percuma.
"Nrimo" berarti harus bisa menerima apa adanya, tapi tidak hancur karenanya. Sikap "nrimo"
memberikan daya tahan untuk menanggung keadaan yang buruk. Bagi seseorang yang memiliki sikap
itu maka hidupnya tidak akan pernah hancur.

Filosofi Keris Sempaner:


Sempana Bener artinya Sempana Lurus, artinya dalam berdoa kita harus selalu memohon untuk
diberikan "Jalan yang Lurus". Lurus berarti tidak menyimpang dari jalur yang ditetapkan. Lurus juga
berarti tidak berlebihan juga tidak kekurangan atau berada di tengah-tengah.
Jika seseorang dalam hidupnya selalu mengusahakan untuk berada di jalan yang lurus berarti
orang tersebut akan selalu bertindak jujur dan luhur budinya.
Berlaku jujur, bener lan pener akan menuju batin Manusia yang selaras dengan realitas yang
sebenarnya, dan oleh karena itu dengan sendirinya akan memenuhi kewajiban, tugas dan peranan yang
menjadi tanggung jawabnya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 34


Mengembangkan diri pribadi, pengetahuan sesuai dengan bakat dan kemampuan (empan
papan) dan tidak memaksakan kehendak/mengendalikan hawa nafsu.
Selain itu, pengembangan diri dengan pengekangan hawa nafsu adalah salah satu cara, karena
nafsu akan memperlemah Manusia. Mengendalikan hawa nafsu berarti mengembangkan budi pekerti
untuk pencapaian budi pekerti (etika) yang baik umumnya dihalangi dua hal yaitu hawa nafsu dan
pamrih.
Nafsu yang terkait dengan pamrih (egoisme) antara lain:
 Nafsu selalu ingin menonjol (nepsu menange dhewe)
 Menganggap diri selalu benar (nepsu benere dhewe)
 Memperhatikan diri sendiri (nepsu butuhe dhewe)
Sikap dasar yang luhur adalah kebebasan tanpa pamrih. Ujar-ujar Jawa mengajarkan "sepi ing
pamrih, rame ing gawe". Sepi ing pamrih berarti melepaskan diri dari kepentingan pribadi dan
mengutamakan kepentingan masyarakat demi keselarasan kehidupan.
Manusia telah mencapai "sepi ing pamrih" jika tidak lagi merasa gelisah dan prihatin terhadap diri
sendiri, semakin bebas dari nafsu ingin memiliki serta mempunyai hati yang tenang.
Rame ing gawe berarti melakukan apa yang dituntut oleh jabatan atau tanggung jawab kita dalam
masyarakat atau pekerjaan.
Masing-masing menjalankan porsinya sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diemban.
Setiap orang harus menyadari keterbatasannya, sehingga tumbuh kerelaan untuk membatasi diri pada
peran yang telah ditentukan di dunia.
Sempana Bener dalam makna yang lebih dalam merupakan suatu pesan, harapan, cita-cita, dan
keinginan yang jika dilandasi dengan suatu pemahaman yang benar maka akan menjadi suatu
kenyataan. Pemahaman yang benar itulah yang akan mewujudkan tercapainya harapan dan cita-cita.
Dalam hal ini, Keris dhapur Sempaner merupakan suatu pesan bahwa untuk menggapai suatu
keinginan/cita-cita hendaknya diselaraskan dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki,
sebagaimana pepatah Jawa "Ojo rumongso biso, ning kudu biso rumongso".
Mimpi atau sempana/sumpena dipercaya sebagai perlambang akan terjadinya "sesuatu" dimasa
yang akan datang atau sering disebut "sasmita". Namun tidak semua mimpi merupakan perlambang.
Sempana Bener (Sempaner) memberikan pesan atau ajaran bagaimana seseorang dapat
menggapai mimpinya secara benar. Dalam menggapai mimpi/harapan hendaknya dilandasi dengan
laku yang lurus dan benar, khususnya dalam hal etika sehingga akan tumbuh budi luhurnya.

Tuah Keris Sempaner:


Tuah Keris Sempaner dipercaya dapat membantu memudahkan pemiliknya dalam menggapai mimpi
atau cita-citanya.

Makna Dan Tuah Keris Sempono Bungkem


Keris Sempono Bungkem adalah salah satu dhapur Keris
Sempono yang agak berbeda dan paling istimewa dari Keris
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 35
dhapur Sempono pada umumnya, karena Keris ini memiliki jumlah luk 7, bukan luk 9 seperti pakem
Keris dhapur Sempono lainnya.
Keris Sempono Bungkem sangat populer dikalangan kolektor dan penggemar Tosan Aji,
karena selain sangat langka Keris ini juga dipercaya memiliki daya ghaib yang sangat ampuh.
Ciri khas dari Keris Sempono Bungkem adalah pada ricikan kembang kacangnya yang
bungkem atau menempel pada ghandiknya. Itulah kenapa Keris ini dinamakan Sempono Bungkem
karena kembang kacangnya memang sengaja dibuat bungkem.
Keris Sempono Bungkem termasuk Keris yang sangat langka dan jarang sekali dijumpai tapi
peminatnya sangat banyak karena Keris ini dipercaya memiliki tuah / angsar yang sangat kuat.
Keris Sempno Bungkem dipercaya memiliki tuah yang ampuh untuk penundukan dan
pambungkem sehingga banyak dicari oleh orang-orang yang berprofesi sebagai hakim, jaksa,
pengacara, sampai para pejabat tinggi pemerintahan untuk dijadikan sebagai piandel.

Tuah Keris Sempono Bungkem:


Tuah Keris Sempono Bungkem dipercaya dapat mempengaruhi atau menundukkan lawan
bicara sehingga akan membuatnya patuh dan tunduk pada semua perkataan pemilik Keris ini.
Banyak yang percaya jika Keris Sempono Bungkem cocok dimiliki oleh orang-orang yang
profesinya mengharuskan selalu berdebat atau beradu argumen, misalnya seorang pengacara atau
pejabat yang memiliki banyak bawahan.
Keris Sempono Bungkem juga banyak dicari oleh orang-orang yang sedang terjerat masalah
hukum atau masalah hutang piutang karena mereka percaya dengan memiliki Keris Sempono
Bungkem sebagai sarana dukungan dari sisi supranatural, maka masalah-masalah yang sedang
dihadapi akan bisa selesai dengan mudah seperti filosofi bungkem, yaitu terbungkam atau tertutup.
Bahkan konon tuah Keris ini juga dapat membungkam orang yang hendak berniat jahat atau
akan menagih hutang, sehingga ketika berhadapan dengan pemilik Keris Sempono Bungkem maka
mulutnya seperti terbungkam atau terkunci tidak bisa berkata apa-apa dan lupa dengan tujuannya.
Itulah kehebatan dari Keris Sempono Bungkem yang menjadikan Keris ini sangat legendaris
dan dicari banyak orang untuk dijadikan piandel.
Karena kepercayaan akan tuah atau khasiat ampuh Keris Sempono Bungkem itulah yang
menjadikan Keris ini terkenal dan banyak dicari, bahkan banyak yang sampai berani membayar
dengan harga (mahar) fantastis untuk ukuran sebilah Keris.
Banyaknya peminat Keris Sempono Bungkem yang rata-rata adalah orang-orang kelas atas
kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan
keuntungan dengan cara memalsukan Keris lain menjadi Keris Sempono Bungkem.
Misalnya saja Keris Sempono luk 9 dipotong menjadi luk 7 dan kembang kacangnya ditarik /
ditekan sampai menempel pada gandhiknya sehingga menjadi bungkem, atau dijadikan kembang
kacang pogok agar menyerupai Keris Sempono Bungkem yang asli.
Modus lainnya adalah dengan menjual Keris Sempono Bungkem buatan baru / kamardikan
yang sudah diproses lagi agar menyerupai Keris sepuh kemudian dikatakan sebagai Keris Sempono
Bungkem asli sepuh dan dijual dengan harga / mahar yang tinggi.
Praktek penipuan seperti itu sudah berlangsung sejak lama dan sampai sekarang masih tetap
ada karena keuntungan yang didapat dari bisnis ini memang sangat menggiurkan.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 36


Jadi jika ingin memahari Keris Sempono Bungkem sebaiknya lebih berhati-hati dan jangan
mudah percaya. Jangan sampai sudah mengeluarkan banyak uang sebagai maharnya tapi yang didapat
malah tidak sesuai harapan.

Filosofi Keris Sempono Bungkem:


Dalam bahasa Jawa, luk 7 disebut luk "pitu" yang dalam jarwo dosok angka 7 (pitu) selalu
dikaitkan dengan konsep "pitulungan" atau pertolongan. Sehingga apapun yang berkaitan dengan
angka 7 bagi masyarakat Jawa memiliki filosofi bahwa kita "nyuwun pitulungan" atau memohon
pertolongan kepada TUHAN.
Dalam tradisi masyarakat Jawa juga banyak momen-momen tertentu yang berhubungan dengan
angka 7. Sebagai contoh ketika seorang wanita hamil yang kandungannya sudah memasuki usia 7
bulan, maka akan di adakan upacara selamatan (slametan) yang biasnya disebut dengan istilah
"Tingkeban" atau Mitoni (tujuh bulanan).
Kemudian jika seorang bayi telah berusia 7 bulan, maka akan di adakan prosesi yang
dinamakan turun tanah (tedhak siten / dun-dunan) dengan ritual-ritual tertentu yang masing-masing
memiliki makna tersendiri sebagai bentuk permohonan kepada Yang Maha Kuasa.
Bungkem artinya bungkam / diam yang memiliki makna bahwa kita sebagai Manusia harus
belajar untuk bisa diam. Ricikan kembang kacang bungkem menjadi ciri khas atau penanda dari Keris
Sempono Bungkem yang memiliki filosofi sangat dalam tentang kehidupan.
Tapi sayangnya, pemahaman umum yang terlanjur melekat pada Keris Sempono Bungkem
adalah pada tuah atau khasiatnya yang dipercaya dapat membungkam atau menundukkan lawan bicara.
Artinya, orang lain akan mendengarkan dan patuh pada semua kata-kata pemilik Keris ini,
tunduk pada perintahnya dan tidak akan berani membantah ucapannya.
Tapi jika kita mau mengkaji lebih dalam tentang makna atau filosofi dari Keris Sempono
Bungkem, sebetulnya ada sebuah "piwulang" atau ajaran tersirat dari Keris ini, yaitu mengajarkan kita
untuk belajar diam.
Manusia mau tidak mau akan selalu terkait dengan hukum sebab-akibat. Diam seharusnya tidak
sekedar akibat, tapi diam seharusnya justru membuktikan laku hidup pada segala situasi, yaitu diam
untuk menenangkan, membersihkan dan menjernihkan hati.
Diam juga merupakan bagian penting dari sebuah komunikasi untuk mendengarkan orang lain.
Keadaan ini juga sekaligus memberi ruang bagi kita untuk berpikir dan juga menanggapi.
Diam mengandung kehendak refleksi, karena diam itu adalah olah kesabaran, diam
mengajarkan kita untuk mawas diri, diam itu mengejawantah diri. Langit tidak perlu bersusah payah
untuk menjelaskan bahwa dirinya tinggi, dan sampah tidak perlu mengatakan bahwa dirinya kotor.

Filosofi Dan Tuah Keris Sempono Luk 7


ULASAN : Urip sakdermo nglakoni, urip sakdermo urip paringane sing
gawe urip, waton tenanan nglakoni urip bakale ono pitulungan seko sing
gawe urip
SEMPANA PANJUL, atau terkadang disebut Sempana Manyul
adalah salah satu bentuk dhapur keris luk tujuh. Panjang bilah keris ini
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 37
normal, agak tebal dan permukaan bilahnya nglimpa. Ricikan lainnya yang menyertai adalah; sekar
kacang, jalen, lambe gajah, pejetan, ri pandan dan gandhik ragi methoq. Menurut mitos/dongeng
dhapur Sempana Panjul pertama kali dibabar oleh Empu Janggita atas pemrakarsa Nata Prabu
Watugunung, pada tahun Jawa 418. Seperti halnya Sempana Kalentang, keris dhapur Sempana Panjul
juga tergolong langka, jarang dijumpai.
FILOSOFI KERIS SEMPANA ;
Sempana atau sempena = mimpi, angan, cita-cita ; Panjul atau Manyul = lebar dan menonjol.
Terkait dengan maknanya, kata Sempana Panjul menyatakan makna bentuk “dhapur sempana yang
lebar dan menonjol” diibaratkan seperti dahi angsa yang diparafrasekan menjadi pikirane pinter atau
‘otaknya pandai’ dalam mengejar sebuah mimpi atau angan-angan atau cita-citanya.
Luk Tujuh (7), Angka 7 dalam kebudayaan Jawa memiliki makna tersendiri. Dalam bahasa
Jawa, angka 7 (pitu, Jw) adalah sanepan (kiasan) dari PITUtur, PITUnjuk, PITUlungan, sebagai
tuntunan untuk mencapai atau menggapai harapan atau (7) an (baca = tujuan).
Dalam Bausastra Jawa, kata pitutur berasal dari bahasa Jawa Kuna yang berarti pelajaran,
nasihat, atau peringatan. Pitutur memberikan wejangan (kata-kata bijak) sebagai salah satu pedoman
hidup. Pemilik luk tujuh (7) diharapkan selalu bisa mendengar sekaligus meresapi dari semua yang
disampaikan, baik itu nasehat, curahan hati, atau hanya sebuah perkataan yang mungkin oleh
kebanyakan manusia sekarang kurang memperhatikan. Sehingga diharapkan dapat membuka mata hati
kita, menata nurani bening sanubari kita, untuk meraih kebijakan dan kearifan yang luhur.
Pituduh dapat diartikan sebagai bimbingan atau petunjuk untuk menggapai kualitas hidup yang
lebih tinggi. Setelah pemilik luk tujuh (7) dapat “mendengar” pitutur dengan baik, maka semua
“pituduh” akan hadir di dalam hati dan pikiran si pemilik keris. Setelah petunjuk datang, bersegeralah
untuk mengaktualisasikannya sejauh kita bisa upayakan.
Pitulungan atau pertolongan dari Tuhan YME, bahwa di setiap usaha pasti ada kendala dan di
setiap kesulitan tersembuyi pula kemudahan atau jalan keluarnya. Sebagai makhluk yang lemah, tugas
kita hanya terus meminta dan memohon “pitulungan” kepada-Nya tanpa rasa lelah, karna Dia-lah yang
akan mengatur hidup kita dengan sempurna.

Filosofi Dan Tuah Keris Sempono Luk 9


Keris Sempono adalah salah satu bentuk dhapur Keris luk 9 yang cukup
populer dan merupakan dhapur Keris yang jumlahnya cukup banyak
sehingga mudah dijumpai.
Bentuk Keris Sempono luk 9 termasuk sederhana dengan ukuran panjang
bilah normal. Ricikan pada Keris ini antara lain: kembang kacang, jalen,
lambe gajah satu , pejetan dan greneng. Sedangkan ricikan lainnya tidak
ada.
Filosofi Keris Sempono luk 9:
Meskipun bentuknya sederhana, Keris Sempono luk 9 memiliki makna
filosofi yang sangat dalam tentang kehidupan. Sempono berasal dari kata
"Supeno" yang berarti "gegayuhan" atau impian/harapan/cita-cita.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 38


Keris Sempono luk 9 merupakan sebuah pesan agar dalam hidup ini kita harus memiliki
semangat untuk mengejar impian atau cita-cita setinggi mungkin yang disimbolkan dengan luk 9 yang
merupakan bilangan angka puncak.
Keris Sempono luk 9 merupakan simbol harapan dan semangat agar pemiliknya bisa meraih
impian atau cita-citanya. Angka 9 di anggap sebagai angka keramat karena jika dikalikan dengan
angka berapapun maka hasil perkaliannya jika dijumlahkan akan tetap menjadi 9.
Maknanya, meskipun dalam perjalanan hidup ini mengalami liku-liku dan jatuh bangun
hendaknya jangan mudah menyerah dan putus asa, karena jika kita fokus dan yakin pada tujuan kita
maka suatu saat pasti akan sampai.
Dan yang perlu di ingat, bahwa untuk bisa mencapai angka 9 harus melewati tahap demi tahap,
yaitu dimulai dari angka 1 sampai 8 yang harus dilalui setahap demi setahap dengan segala lika-
likunya. Hal itu merupakan gambaran dari perjalanan hidup Manusia untuk mencapai kesempurnaan
hidup.
Angka 9 mewakili kesempurnaan hidup atau puncak dari pencapaian Manusia didalam
kehidupannya. Keris Sempono luk 9 merupakan simbolisasi harapan agar pemiliknya dapat mencapai
impian atau cita-citanya yang paling tinggi.
Tuah Keris Sempono luk 9:
Tuah Keris Sempono luk 9 adalah untuk membantu dan memudahkan pemiliknya agar dapat
meraih impian dan cita-citanya sampai puncak yang tertinggi, sehingga jika memiliki gegayuhan atau
cita-cita akan dapat segera terlaksana dengan baik dan lancar.

Makna dan ajaran spiritual Keris Pasopati


Keris
Pasopati adalah
salah satu
dhapur Keris
lurus yang
cukup populer
dan banyak
dicari oleh para
kolektor dan
penggemar Tosan Aji. Ricikan yang terdapat pada Keris dhapur Pasopati, antara lain: Kembang kacang
pogog yang menjadi ciri khasnya, Jalen, Lambe gajah satu, Sogokan rangkap, Tikel alis, Sraweyan dan
Greneng. Ada juga yang memakai odo-odo sehingga permukaan bilahnya nggigir sapi.
Pasopati identik dengan senjata andalan Arjuna, salah seorang dari kesatria penengah Pandawa
dalam cerita pewayangan. Pasopati dalam cerita pewayangan bukan berwujud sebilah Keris, tapi
berewujud senjata panah.
Pasopati adalah simbol keteguhan dan kerendahan hati, seperti yang dikisahkan dalam cerita
pewayangan ketika Arjuna bertapa karena bentuk kesadarannya sebagai seorang kesatria yang ingin
melakukan dharma kewajibannya di tengah masyarakat.
Arjuna merupakan lambang pemimpin yang rela mengorbankan jiwa, raga dan harta bendanya
demi Negaranya. Dalam tapanya Arjuna di uji oleh Dewa, apakah tapanya tersebut hanya demi ambisi
pribadi atau benar-benar demi pengabdian yang murni.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 39
Ujian pertama datang dalam wujud tujuh Bidadari utusan Bathara Indra dengan kecantikan
yang tidak tertandingi menggoda Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Indrakila. Tapi Arjuna tidak
tergoda oleh godaan para Bidadari yang cantik jelita tersebut.
Selanjutnya Bathara Indra sendiri yang menguji keyakinan Arjuna untuk memastikan apakah
niatnya benar-benar tulus sebagai bentuk dharma, ataukah hanya seseorang yang melarikan diri dari
keduniawian.
Bathara Indra menyamar sebagai seorang Resi tua yang memperolok dan menggugah rasa
kesatriaan Arjuna. Dia muncul dalam bentuk seorang Resi yang menghardik Arjuna, bahwa dengan
segala tapa bratanya tersebut, Arjuna belum mencapai kesempurnaan karena sebetulnya Arjuna hanya
mengejar pembebasan dirinya sendiri (ego-spiritualis).
Tapi dengan teguh Arjuna menjawab, bahwa tujuannya bukanlah untuk keselamatan dirinya
sendiri dan juga bukan untuk kepentingan keluarga Pandawa, melainkan untuk menyelamatkan
kebenaran dalam peperangan akhir antara dharma melawan adharma. Demi dharmanya itu Arjuna
berani menghadapi apa saja, bahkan kematian sekalipun akan dihadapinya.
Resi tua tersebut kembali pada wujudnya sebagai Bathara Indra. Bathara Indra merasa bahagia karena
telah menemukan seorang kesatria berbudi luhur yang akan mampu menghadapi Niwatakawaca, yaitu
Raksasa Angkara Murka yang mengancam Khayangan yang merupakan Istana para Dewa.
Ujian berikutnya adalah Mamang Murka, yaitu raksasa utusan Prabu Niwatakawaca berwujud
babi hutan raksasa yang menyerang Arjuna dengan ganas. Akhirnya babi hutan tersebut mati dipanah
oleh Arjuna.
Tapi persoalan timbul karena babi hutan tersebut mati karena dua buah anak panah yang
menancap ditubuhnya. Ternyata ada seorang kesatria lain yang juga membidikkan anak panahnya ke
tubuh babi hutan tersebut.
Sebetulnya sudah selayaknya Arjunalah yang berhasil membunuh babi hutan raksasa tersebut
karena dia yang bertarung keras, bertanding penuh luka dengan babi hutan tersebut sampai akhirnya
berhasil membunuhnya. Seharusnya Arjuna merasa lebih berjasa dari pada kesatria asing yang tanpa
melakukan perkelahian sebelumnya dan langsung memanah babi hutan raksasa tersebut.
Sang kesatria menantang Arjuna untuk perang tanding mengadu kesaktian. Akan tetapi bagi
Arjuna, nama bukanlah yang utama, karena siapapun yang mendapatkan nama dan berhak mendapat
karunia bukan menjadi pertimbangan Arjuna. Arjuna berkata kepada kesatria "Wahai kesatria, jika
kamu merasa berhak sebagai pembunuh Mamang Murka, dan mau melaporkannya ke Khayangan,
silahkan saja. Bagiku, ada adharma yang mati sudah memadai, karena itu adalah bentuk kasihku
terhadap kebenaran".
Kesatria tersebut merasa di permalukan dengan pernyataan Arjuna yang menohok
kesombongannya, dia lantas menyerang Arjuna sehingga terjadilah perang tanding yang luar biasa.
Akhirnya baju perang Arjuna hancur, akan tetapi Arjuna berhasil mendekap kedua kaki musuhnya,
sehingga musuhnya terjatuh dan perkelahian terhenti. Tiba-tiba kesatria tersebut berubah wujud
menjadi Bathara Guru.
Bathara Guru sangat terkesan atas kerendahan hati Arjuna. Arjuna telah lulus ujian akhir dan
oleh Bathara Guru (Kuasa Pengajar Sejati), kemudian Arjuna diberi hadiah berupa seperangkat senjata
panah bernama Pasopati.
Pasopati berasal dari dua kata, yaitu "Pashu/Pasu" yang artinya hewan, dan "Pati" yang artinya
mati/kematian. Jadi Pasopati memiliki makna matinya sifat/watak binatang dalam diri Manusia.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 40


Pasopati merupakan ajaran atau pesan untuk menaklukkan sifat binatang dalam diri Manusia,
dan merupakan senjata bagi mereka yang sudah sadar akan adanya sitat hewan didalam dirinya yaitu
"nafsu dan amarah" yang harus ditaklukkan.
Begitu luhur pemaknaan yang bisa di ambil dari kisah Arjuna dan pusaka saktinya yaitu
"Pasopati". Oleh karena itu, para pemilik Keris Pasopati harus bisa menghayati makna yang ada pada
Keris dhapur Pasopati yang merupakan pelajaran untuk bisa menjadi Manusia yang lebih baik, karena
itulah tuah Keris Pasopati yang sesungguhnya.
Pasopati memiliki makna yang dalam untuk mengingatkan Manusia bahwa sifat hewan dalam
dirinya harus dimatikan untuk bisa menjadi Manusia yang ungul, terutama bagi para pemimpin agar
bisa mengesampingkan ego dan kepentingan pribadinya demi kepentingan rakyat dan Negaranya.
Pasopati adalah pesan bagi para pemimpin agar bisa memberi pengayoman untuk rakyat yang
di pimpinnya dan merupakan simbol kepemimpinan sejati.

Perbedaan Keris Sengkelat dan Keris Parung Sari


(Bentuk, Filosofi dan Tuah)
Keris merupakan benda pusaka yang syarat akan makna tentang nilai-nilai kehidupan dan juga kental muatan
spiritual. Masing-masing nama dhapur Keris memiliki filosofi yang berbeda-beda sesuai dengan nama, bentuk,
jumlah luk dan juga ricikannya. Sedangkan tuah pada sebilah Keris biasanya mengikuti dhapur dan juga
pamornya.
Terkadang ada juga dhapur Keris berbeda yang memiliki bentuk hampir serupa sehingga membuat banyak yang
keliru dalam menamakannya, contohnya antara Keris dhapur Sengkelat dan Keris dhapur Parung Sari. Kedua
Keris tersebut sama-sama berluk 13 dengan ricikan yang hampir sama, yaitu: Kembang kacang, Jalen, Lambe
gajah, Tikel alis, Sogokan rangkap, Sraweyan, Greneng, serta ada yang memakai jenggot dan ada juga yang
tidak.
Sekilas antara Keris dhapur Sengkelat dan Keris dhapur Parung Sari memiliki bentuk yang sama persis karena
yang membedakan kedua Keris ini hanya pada jumlah Lambe gajahnya saja. Keris sengkelat memiliki satu
Lambe gajah sedangkan Keris Parung Sari memiliki dua Lambe gajah.
Karena kemiripannya itulah yang seringkali membuat banyak orang salah menamakannya. Karena Keris
Sengkelat lebih terkenal sehingga banyak orang yang kemudian menganggap Keris Parung Sari adalah Keris
Sengkelat, atau mungkin karena kurang teliti dalam mengamati ricikannya.
Meskipun bentuknya hampir sama, tapi kedua Keris tersebut memiliki filosofi dan tuah yang berbeda, meskipun
tuahnya sama-sama untuk kewibawaan tapi tujuan atau peruntukannya berbeda. Keris Sengkelat memiliki tuah
untuk wibawa kekuasaan sedangkan Keris Parung Sari memiliki tuah kewibawaan yang bersifat kasepuhan.
Berikut ini filosofi dan tuah Keris Sengkelat dan Keris Parung Sari selengkapnya:
Filosofi Keris Sengkelat:
Nama Sengkelat adalah singkatan dari "sengkel atine" atau "sengkeling ati" yang artinya dongkol
hatinya (marah/kecewa). Awalnya, Keris Sengkelat dibuat untuk mewakili kondisi rakyat Majapahit
pada waktu itu yang merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah atau penguasa yang lebih
mengutamakan kepentingan kaum pemilik modal atau para pengusaha yang dilambangkan dengan
Keris Sabuk inten.
Cerita tentang pertarungan Keris Sengkelat melawan Keris Sabuk inten dan Keris Nogososro
merupakan gambaran dari kondisi masyarakat pada waktu itu. Bahkan kondisi tersebut sebetulnya juga
masih terjadi sampai saat ini.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 41


Keris Nogososro yang melambangkan Penguasa dan Keris Sabuk inten yang melambangkan
pengusaha/kaum pemilik modal memiliki hubungan yang harmonis dan hal itu membuat Keris
Sengkelat yang mewakili masyarakat bawah menjadi meradang dan melakukan perlawanan.
Itulah keistimewaan Keris yang tidak dimiliki senjata-senjata lainnya. Keris bukan hanya berfungsi
sebagai senjata tajam saja tapi juga merupakan alat politik dan dakwah yang ampuh.
Pesan sesungguhnya dari Keris Sengkelat adalah untuk mengingatkan para penguasa agar tidak
mengabaikan nasib rakyatnya, agar para penguasa tahu jika rakyatnya sedang "sengkel atine" atau
kecewa karena pemimpinannya tidak mengutamakan kepentingan rakyatnya tapi justru lebih
mengutamakan kepentingan dirinya dan golongannya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak
berpihak kepada rakyat kecil.
Keris Sengkelat adalah sebuah pesan tersirat untuk para penguasa agar mau melihat dan turun kebawah
memperhatikan kondisi rakyatnya yang "sengkel atine". Jangan sampai rakyatnya merasa tidak puas
dengan kepemimpinannya, jangan sampai rakyatnya marah karena sudah sekian lama merasa "sengkel
atine" melihat perilaku para penguasa dan aparatur Negara yang tidak berpihak pada rakyat kecil,
jangan sampai rakyat mengerahkan kekuatannya dan melakukan perlawanan karena kekuatan rakyat
yang marah tidak akan bisa dibendung.
Itulah kenapa Keris Sengkelat yang pertama kali dibuat oleh Mpu Supo Mandrangi diberikan kepada
Prabu Brawijaya, tujuannya agar sang Raja mengerti dengan kondisi rakyatnya yang merasa "sengkel
atine" karena kondisi Kerajaan Majapahit pada waktu itu sedang tidak stabil.
Angka 13 sendiri dalam khasanah Jawa dimaknai sebagai "las-lasaning urip", masa-masa akhir
kehidupan atau melambangkan kasepuhan.
Ada pengertian lain bahwa luk 13 juga memiliki arti "tri welas", yaitu: welas ing sesami, welas ing
sato iwen, lan welas ing tetuwuhan. Semua ini diarahkan kepada keselarasan antara manusia,
lingkungan dan Tuhan.
Angka 13 juga dianggap sebagai penolak bala, karena terdiri dari angka 1 (angka pertama) yang
memiliki makna permulaan, tunggal dan ke-Esa-an yang melambangkan ke-Tuhanan.
Sedangkan angka 3 adalah angka ganjil yang mencerminkan keseimbangan hidup. Dalam kehidupan
ini ada 3 perkara yang selalu berkaitan dengan Manusia, contohnya:
 Ada 3 perkara dalam hidup yang tidak mungkin kembali, yaitu: waktu, ucapan dan kesempatan.
Jadi sebisa mungkin manfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, menjaga ucapan kita agar
tidak menyakiti orang lain karena mulutmu adalah harimaumu dan tidak menyia-nyiakan
kesempatan yang ada.
 Ada 3 perkara yang tidak kita mengerti dengan pasti, yaitu: rejeki, umur dan jodoh.
 Ada 3 perkara dalam hidup yang pasti terjadi, yaitu: tua, sakit dan mati. Oleh karena itu
persiapkanlah masa-masa itu dengan sebaik-baiknya karena ketika manusia sudah meninggal
dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan do'a anak yang sholeh.

Tuah Keris Sengkelat:

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 42


Dari sisi isoteri Keris Sengkelat memang diciptakan dengan tuah kewibawaan yang sangat
besar untuk menandingi kekuatan Keris Nogososro dan Keris Sabuk inten, sehingga secara wujud fisik
Keris Sengkelat memang memiliki perbawa yang sangat besar.
Kesan pertama ketika menghunus Keris Sengkelat dari warangkanya adalah pancaran perbawa
yang begitu besar dari Keris ini. Maka tidak heran jika Keris ini menjadi sangat populer dikalangan
para penggemar Tosan Aji dan banyak dicari oleh para pemimpin dan para pejabat tinggi yang
memiliki banyak bawahan sebagai sarana atau piandel untuk menambah kewibawaan dan kharisma
agar dihormati dan disegani oleh para bawahannya serta orang-orang disekitarnya.
Orang yang memiliki Keris Sengkelat akan memiliki wibawa dan kharisma yang sangat besar
sehingga akan dihormati dan disegani oleh semua orang. Sebagai seorang atasan, maka perintah dan
keputusannya akan dipatuhi karena aura kewibawaannya yang begitu besar akan membuat orang lain
tunduk dan "pekewuh" dengan pemilik Keris Sengkelat.
Filosofi Keris Parung Sari:
"Parung" dapat diartikan "deretan lereng bukit dan
lembah", sedangkan "Sari" dapat diartikan sebagai "bunga". Jadi
secara harfiah, Parungsari dapat diartikan sebagai "hamparan elok
bukit dan lembah yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang
indah". Mungkin itulah pemaknaan paling sederhana dari
Parungsari.
Keris ini melambangkan kehidupan yang tentram, damai
dan indah seperti hamparan lembah yang ditumbuhi banyak
bunga. Begitu sejuk, damai, harum dan indah. Itulah filosofi dari
Keris Parungsari sebagai simbolisasi harapan bagi pemiliknya
agar dapat meraih kehidupan seperti makna Parungsari.
Tuah Keris Parung Sari:
Tuah dari Keris ini lebih condong untuk kasepuhan dan
kewibawaan sehingga pemilik Keris Parungsari akan memiliki
aura kewibawaan dan kharisma yang besar sehingga membuatnya
disegani oleh semua orang serta memiliki nama harum (nama
baik) di masyarakat. Keris
Parungsari adalah simbolisasi harapan untuk dapat
memiliki kehidupan yang tentram dan damai (adem ayem).

Keris Carubuk Pamor Tangkis


Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 43
Keris Carubuk adalah salah satu dhapur
Keris luk 7 dengan panjang bilah sedang dan
nglimpo (tanpa odo-odo). Ricikan pada Keris ini,
antara lain: kembang kacang, jalen, lambe gajah
satu, pejetan, sraweyan dan greneng. Meskipun
bentuknya cukup sederhana tapi Keris ini syarat
akan makna yang merupakan pelajaran dan
tuntunan hidup.
Keris Carubuk merupakan salah satu Keris
yang cukup populer dan banyak dijumpai. Menurut
cerita, konon salah satu anggota Wali Songo yaitu
Kanjeng Sunan Kalijogo juga memiliki Keris
pusaka yang bernama Kyai Carubuk. Tapi menurut
beberapa sumber, Keris Kyai Carubuk milik
Kanjeng Sunan Kalijogo bukan berdhapur
Carubuk, tapi berdhapur Balebang.
Keris Kyai Carubuk milik Kanjeng Sunan
Kalijogo merupakan salah satu mahakarya Empu
Supo Mandrangi selain Keris Kyai Sangkelat dan
Keris Kyai Nogo Sosro. Keris ini juga merupakan
salah satu Keris pusaka peninggalan Kerajaan
Mahapahit.
Keris Kyai Carubuk kemudian menjadi
senjata pusaka Sultan Hadiwijaya. Konon
kesaktian Keris Kyai Carubuk mampu
mengalahkan Keris Kyai Setan Kober milik Arya
Penangsang yang ketika itu digunakan oleh utusan
Arya Penangsang untuk melakukan percobaan
pembunuhan terhadap Sultan Hadiwijaya.
Karena utusan Arya Penangsang dapat
dikalahkan, kemudian Keris Kyai Setan Kober
diambil oleh Sultan Hadiwjaya lalu dikembalikan
sendiri oleh Sultan Hadiwjaya kepada Arya Penangsang. Tindakan tersebut membuat Arya
Penangsang tersinggung dan marah besar sehingga terjadilah keributan antara Arya Penangsang dan
Sultan Hadiwijaya. Tapi keributan tersebut dapat dilerai oleh Kanjeng Sunan Kudus.
Dari cerita tentang Keris Kyai Carubuk milik Kanjeng Sunan Kalijogo tersebut kemudian
menjadikan Keris dhapur Carubuk menjadi terkenal dan banyak dicari oleh para pecinta Tosan Aji
karena Keris ini dipercaya memiliki tuah yang ampuh dan muatan spiritual yang dalam.

Filosofi Keris Carubuk:


Carubuk memiliki pengertian "bagaikan bumi", yaitu sebuah pesan agar sebagai Manusia kita
harus bisa "Momot, Bakuh, Pengkuh, aja tampik ingkang den arepi among marang ingkang becik
kewolo, Kang ala aja den emohi".
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 44
Artinya: "Bahwa Manusia itu harus seperti bumi, tidak hanya menerima hal-hal yang kita sukai
saja tapi juga harus bisa menerima hal-hal yang tidak disukai, karena kesemuanya itu adalah wujud
dari warna kehidupan, bagaikan bumi yang selalu dapat menerima biji yang baik ataupun yang tidak
baik".
"Penerimaan" mengandung arti seseorang yang ikhlas akan sesuatu hal. "Penerimaan" disini
bukan sekedar penerimaan apa adanya atau menyerah pada nasib, melainkan penerimaan atas hasil
usaha atau ikhtiar yang telah dilakukan.
Berusaha, berdoa, dan tawakal adalah wajib, soal apakah nanti hasilnya baik atau tidak, sesuai
harapan atau tidak, kata syukur senantiasa harus terucap karena urusan hasil adalah mutlak urusan
Sang Pencipta.
Pemahaman ini akan mengajarkan kita untuk bisa ikhlas, tidak mengharapkan sebuah balasan
dan menjadi pribadi yang selalu bersyukur pada apapun yang telah diberikan oleh Sang Pencipta dan
menjadi simbol optimisme, keyakinan, sekaligus kepasrahan.
Untuk bisa menerima bukanlah perkara mudah, dan ikhlas adalah ilmu yang paling sulit untuk
dikuasai, sedangkan kita tahu bahwa TUHAN memiliki rencana yang terbaik untuk kita.
Dalam filosofi Jawa, Keris dhapur Carubuk mengandung makna untuk selalu mengingat asal-
usul, menjalani hidup dan kehidupan sesuai yang telah digariskan, menyerahkan segala sesuatunya
kepada kehendak Sang Pencipta dan memiliki sikap batin agar sanggup menerima dengan ikhlas
semua kehendak-NYA, baik berupa rahmat maupun ujian setelah kita melakukan upaya dan ikhtiar.
Sikap tersebut akan membuat kita tidak akan pernah merasa lelah ataupun putus asa dalam
menghadapi tantangan hidup untuk mencapai cita-cita dan harapan, karena usaha dan perjuangan yang
kita lakukan untuk mendapatkan peningkatan dalam hidup, baik dalam hal materi maupun ilmu
spiritual bukan berdasarkan nafsu dan ambisi semata, akan tetapi sebagai sebuah laku atau kewajiban
Manusia dalam menjalani hidup. Sikap tersebut juga akan membentuk perilaku selalu ikhlas dan
senantiasa bersyukur atas anugerah TUHAN.
Carubuk juga bisa berarti "crubuk/ceroboh/gegabah". Maknanya bahwa dalam hidup ini jangan
sampai kita berbuat ceroboh/gegabah dalam hal apapun, semua harus diperhitungkan baik dan
buruknya serta akibatnya agar selamat didunia dan di akhirat.
Dalam filosofi Jawa, luk tujuh (7) disebut "pitu" yang dalam jarwo dosok bisa berarti "pitutur,
piwulang, dan pitulungan", yang artinya "ajaran yang baik, petunjuk, dan pertolongan".
Angka tujuh (7) bagi penduduk Nusantara, terutama masyarakat Jawa merupakan angka
keramat yang memiliki makna ketentraman, kebahagiaan, kewibawaan dan kesuksesan.
Angka tujuh (7) dapat di samakan dengan jumlah lapisan langit (sap) yang seluruhnya ada
tujuh sap, begitu juga dengan jumlah hari dalam seminggu yang terdiri dari 7 hari.
Selain itu, berbagai ritual selamatan (slametan) banyak yang berkaitan dengan angka 7 (pitu)
seperti misalnya selamatan untuk wanita yang sedang mengandung dilakukan pada bulan ke-7 yang
disebut mitoni/pitonan.
Dalam upacara kematian juga dilakukan peringatan pada hari ke-7 (pitung dinanan), dan masih
banyak lagi ritual-ritual yang berkaitan dengan angka 7 (pitu).
Tuah Keris Carubuk:
Dari segi tuah, Carubuk yang sering juga disebut Crubuk dapat diartikan ceroboh, gegabah atau
bodoh. Maknanya bahwa tuah Keris Carubuk dapat membuat lawan menjadi bersikap ceroboh,
gegabah dan menjadi terlihat bodoh (tidak dapat berbuat apa-apa) ketika berhadapan dengan pemiliki
Keris Carubuk.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 45
Selain itu, Keris carubuk juga merupakan simbolisasi doa dan harapan agar pemilik Keris ini
senantiasa mendapatkan pertolongan TUHAN dalam segala hal.
Filosofi dan tuah pamor Tangkis:
Keris Crubuk
Pamor Tangkis adalah sebutan untuk sebilah Keris yang satu sisi bilahnya berpamor dan sisi
bilah yang satunya tidak berpamor atau kelengan.
Pamor Tangkis berbeda dengan Pamor Slewah, karena yang disebut pamor Slewah adalah
sebilah Keris yang memiliki dua jenis pamor berbeda pada kedua sisi bilahnya, misalnya pada satu sisi
bilahnya terdapat pamor Tunggak Semi dan pada sisi bilah yang satunya berpamor Ngulit Semongko.
Devinisi kata Tangkis bisa dimaknai menangkis, menolak atau menahan serangan. Pamor
Tangkis dipercaya memiliki tuah untuk menangkis sengkolo dan marabahaya atau menangkis sesuatu
yang bersifat global seperti bencana alam, wabah penyakit, musibah atau hal-hal buruk lainnya.
Selain itu, Keris pamor Tangkis juga memiliki tuah lain sesuai dengan jenis pamor yang
terdapat pada satu sisi bilahnya.
Jadi, selain memiliki tuah utama untuk perlindungan dan tolak bala, Keris pamor Tangkis juga
memiliki tuah lain sesuai jenis pamornya.
Keris dengan pamor Tangkis merupakan pesanan khusus sebagai pusaka untuk perlindungan
dan tolak bala sekaligus untuk tujuan lain sesuai permintaan pemesannya, bisa untuk kewibawaan,
kerejekian atau untuk tujuan lainnya.
Pada Keris Carubuk pamor Tangkis ini terdapat pamor Pancuran Mas, itu artinya Keris ini
memiliki tuah penundukan sesuai dhapurnya (Carubuk), tuah perlindungan dan tolak bala sesuai
pamor kelengan pada satu sisi bilahnya serta tuah kerejekian sesuai pamor Pancuran Mas yang ada
pada satu sisi bilahnya lagi.
Keris ini tergolong Keris Tayuhan yang lebih menonjolkan sisi isoterinya sehingga kesan
wingit dan angker sangat terasa pada Keris ini.
Keris pamor Tangkis tergolong Keris langka karena pada jaman dahulu hanya orang-orang
tertentu saja yang memilikinya. Keris ini dipercaya memiliki sisi isoteri yang lebih kuat karena dibuat
secara khusus untuk tujuan-tujuan tertentu.
Pamor Tangkis juga memiliki makna filosofis untuk mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini
selalu ada dua sisi yang masing-masing ada dampak baik dan buruknya, tinggal kita mau memilih sisi
yang mana dengan segala konskuensinya.
Filosofi ini menggambarkan bahwa kehidupan memang selalu memiliki pilihan, yang nyatanya
setiap pilihan pasti akan menimbulkan efek berkelanjutan karena setiap pilihan akan membawa
dampak baik atau dampak buruk untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Pamor Tangkis juga merupakan sebuah pesan untuk mengingatkan pemilik Keris agar bisa
menangkis hal-hal negatif atau perilaku buruk yang dapat menjerumuskannya ke dalam kegelapan dan
menjauhkannya pertolongan (pitulungan) TUHAN.

Filosofi dan Tuah Keris Semar Tinandhu


Keris Semar Tinandhu adalah
salah satu dhapur Keris lurus dengan
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 46
ukuran panjang bilah normal. Ricikan pada Keris Semar Tinandu antara lain: kembang kacang, lambe
gajah dua dan sogokan rangkap memanjang sampai ujung bilah yang menjadi ciri khas Keris ini.
Tapi ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa ciri khas Keris Semar Tinandhu yaitu
terdapat ricikan berupa dua kembang kacang yang letaknya bersusun dan juga terdapat sogokan
rangkap seperti gambar dibawah ini.
Meskipun memakai nama Semar tapi Keris dhapur Semar Tinandu tidak menggunakan
ornamen berbentuk Semar. Lain halnya dengan Tombak Semar Tinandu yang menggunakan ornamen
bentuk Semar.
Keris dhapur Semar Tinandhu termasuk langka dan sulit dijumpai karena jaman dulu Keris ini
hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja.
Semar banyak digunakan sebagai nama pusaka atau jimat dan ilmu kebatinan karena di anggap
sebagai tokoh yang bijaksana dan sakti mandraguna.
Bagi masyarakat Jawa, Semar memiliki arti khusus dan sangat di sakralkkan. Semar merupakan
perwujudan atau simbol dari pandangan dan sikap orang Jawa terhadap kehidupan.
Dalam kepercayaan Kejawen, Semar di anggap sebagai simbol tertinggi dari “Danyang”
(Dewa) penjaga Tanah Jawa yang membawa keselarasan atau keharmonisan dengan alam semesta.
Dalam bentuk pusaka Semar di anggap hidup, bukan hanya karena daya linuwihnya saja tetapi
juga karena nilai-nilai falsafah yang memberikan inspirasi dan daya sugesti terhadap pengagemnya.
Dalam cerita pewayangan Semar di anggap sebagai titisan Dewa yang bertugas menjadi
Pamomong (Punakawan) para ksatria Pandawa dalam menjalani dharma-nya. Hanya ksatria sejati yang
akan di emong oleh Semar.
Semar biasanya dimintai nasehat oleh Pandawa dalam mengambil setiap keputusan mengenai
masalah yang di anggap penting dan mendesak.
Sebagai punakawan yang tertua, Semar tidak memiliki keinginan untuk memegang kekuasaan
duniawi seperti kebanyakan sifat Manusia. Hal ini dikarenakan kekuasaan bisa mengubah watak,
situasi sekaligus dapat mencelakakan.
Semar dapat mencapai tujuannya secara efektif dengan cara memberi contoh sebagai metode
pengajarannya tanpa bermaksud mengusai orang lain atau untuk tujuan duniawi seperti harta benda
dan kekuasaan.
Sebagai tokoh wayang yang bijaksana dan memiliki banyak keunggulan sifat pribadi,
kemudian banyak masyarakat Jawa yang menjadikan Semar sebagai sosok ideal yang patut dijadikan
panutan dalam menjalani kehidupan.
Bahkan kehadiran Semar dalam kehidupan nyata sering ditunggu-tunggu di saat kondisi
Negara semakin kacau, kesengsaran dan penindasan oleh kaum kuat terhadap kaum yang lemah
semakin merajalela, moral dan etika tidak lagi di indahkan, para pemimpin hanya memikirkan
kepentingan pribadi dan golongannya tanpa memperdulikan kondisi rakyat yang semakin tertindas
dengan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat bawah.
Dunia pewayangan melukiskan situasi tersebut sebagai penanda akan hadirnya tokoh Semar,
seorang Dewa (utusan) yang turun dari langit untuk menyelamatkan Manusia.
Semar Tinandu artinya Semar ditandu atau dipikul menggunakan tandu. Dalam konsep
kepemimpinan, Keris Semar Tinandu mengajarkan tentang konsep “mikul dhuwur mendhem jero”.
Kata “mikul” (Jawa) artinya memikul, kata “dhuwur” (Jawa) artinya tinggi, kata “mendhem”
(Jawa) artinya memendam / menanam / mengubur, sedangkan kata “jero” artinya dalam.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 47
Dari arti kata tersebut maka ungkapan “mikul dhuwur mendhem jero” memiliki makna
menjunjung tinggi sesuatu dan memendam sesuatu sedalam-dalamnya.
“Mikul dhuwur mendhem jero” adalah sebuah ungkapan atau cerminan dari etika sosial
kebudayaan Jawa yang menggambarkkan rasa hormat terhadap orang lain. Hal ini tercermin dari sikap
anak kepada orang tuanya, sikap anak muda kepada orang yang lebih tua, sikap murid kepada gurunya,
sikap anak buah terhadap atasannya dan sikap masyarakat atau rakyat terhadap pemimpinnya.
Sikap hormat dan menghargai tersebut di wujudkan dengan cara menjunjung tinggi nama
baiknya, ajaran-ajarannnya, pesan-pesan moralnya dan segenap kearifannya.
Tapi meskipun dimaksudkan untuk selalu hormat kepada orang tua atau pemimpin, namun
ungkapan “mikul dhuwur mendhem jero” tidak serta merta hanya untuk sekedar menonjolkan
kebaikan atau prestasi orang tua atau pemimpin saja dan memendam atau menutupi kekurangan atau
kesalahannya.
Karena orang tua atau pemimpin juga memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk selalu
melakukan tugasnya dengan baik dan benar serta mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya atau
rakyatnya. Orang tua dan pemimpin justru dituntut harus bisa lebih dalam mengaktualisasikan budi
pekerti luhur.
Perwujudan tokoh Semar memiliki filosofi yang dalam, dari mulai rambutnya yang berjambul
(kuncung) memiliki makna bahwa meskipun Semar memiliki kecerdasan dan kesaktiaan serta asal-usul
yang jauh lebih hebat dari para ksatria Pandawa tapi seolah Semar ingin mengatakan: lakuning sang
kacung atau sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat tanpa pamrih karena semua di niatkan
semata-mata untuk ibadah.
Perilaku Semar yang sering tertawa dan di akhiri dengan nada tangisan merupakan sebuah
wejangan tersirat bahwa apa yang ada didunia ini, atau apa yang sedang kita hadapi / rasakan tidaklah
abadi.
Setiap kesedihan pasti ada kebahagiaan, begitu pula sebaliknya setiap kebahagiaan pasti ada
kesedihan. Maka hendaknya Manusia selalu ingat dan berserah diri kepada TUHAN karena segala
sesuatu berasal dari TUHAN dan akan kembali kepada TUHAN.
Semar merupakan Dewa yang menjadi rakyat sehingga memiliki kepekaan terhadap
penderitaan rakyat. Hal itu disimbolkan dengan matanya yang selalu berair karena lebih banyak
menangisi orang lain daripada dirinya sendiri. Telunjuk Semar melambangkan bahwa setiap Manusia
akan mati dan kembali ke tanah.
Semar merupakan simbol Manusia yang telah mengesampingkan egonya demi kesejahteraan
sesama. Semua perwujudan dari sosok Semar memiliki makna mendalam tentang kehidupan dan sarat
muatan spiritual.
Tokoh Semar setidaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Wijaya (bijaksana dalam berbakti kepada Negara)
2. Mantriwira (dengan senang hati berbakti kepada Negara)
3. Wicaksana maya (bijaksana dalam berbicara dan bertindak)
4. Matangwan (dikasihi dan dicintai rakyat)
5. Satya bakti prabu (setia kepada Negara dan Raja)
6. Wakniwak (tidak berpura-pura)

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 48


7. Seharwan pasaman (sabar dan sareh, tidak gugup dalam hati)
8. Dirut saha (jujur, teliti, sungguh-sungguh dan setia)
9. Tan lelana (baik budi dan mengendalikan panca indera)
10. Diwiyacita (menghilangkan kepentingan pribadi)
11. Masisi samastha buwana (memperjuangkan kesempurnaan diri dan kesejahteraan dunia)
Keris Semar Tinadhu merupakan pesan tersirat bagi pemiliknya, terutama bagi para pemimpin agar
bisa mencontoh sifat-sifat Semar dalam kepemimpinannya.
Keris Semar Tinandhu dipercaya memiliki tuah untuk kewibawaan, kepemimpinan dan
pengayoman. Selain sebagai piandel, Keris Semar Tinandu juga bisa dijadikan Keris Tindih untuk
meredam aura negatif dari pusaka-pusaka lainnya.

Filosofi Dan Tuah Keris Singo Barong


Keris Singo Barong merupakan salah satu dhapur Keris yang
sangat terkenal dan banyak diburu oleh para kolektor dan penggemar
Tosan Aji, karena selain bentuknya yang artistik, Keris ini juga
dipercaya memiliki angsar dan perbawa yang sangat kuat.
Keris Singo Barong memiliki ciri khas pada gandhiknya yang
diukir dengan ornamen berbentuk singa jantan dengan kelamin yang
tegang sebagai simbol kejantanan dan keberanian.
Motif singa pada gandhik Keris Singo Barong tampak mirip
dengan kilin, yaitu arca binatang mitologi penunggu gerbang dalam
budaya China yang banyak terdapat di klenteng. Hal itu menunjukkan
adanya pengaruh budaya China di Nusantara. Keris Singo Barong
biasanya memiliki ricikan tambahan berupa sraweyan, ri pandan dan
greneng.
Keris dhapur Singo Barong juga biasa disebut sebagai dhapur
Nogo Singo. Biasanya mulut singa pada gandhik Keris Singo Barong
yang menganga sering disumpal menggunakan butiran emas atau batu
permata. Tujuannya untuk meredam aura panas atau sifat galak dari
Keris Singo Barong tersebut.
Filosofi sesungguhnya dari disumpalnya mulut singa yang
menganga menggunakan butiran emas atau batu mulia adalah sebagai
pesan agar apa yang keluar dari mulut seorang pemimpin, atau semua
ucapannya adalah segala hal yang sifatnya mulia atau bermanfaat yang
dilambangkan dengan batu mulia atau logam mulia.
Berbeda dengan Keris Nogososro yang melambangkan
kebijaksanaan dan kekuasaan seorang Raja/Pemimpin, Keris Singo
Barong merupakan simbol kekuasaan, ketegasan dan keberanian yang
tidak hanya dimiliki oleh seorang Raja/Pemimpin tertinggi saja, tapi
juga Patih dan Senopati pada jaman dahulu.
Filosofi Keris Singo Barong:
Keris Singo Barong mengajarkan sebuah konsep kepemimpinan
yang ideal dan merupakan pesan untuk para pemimpin, meskipun mereka memiliki kekuasaan,
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 49
kekuatan dan pengaruh yang besar bagaikan singa, tapi tetap harus bisa bersikap sebagai penghibur
yang dapat memberikan kebahagiaan bagi orang-orang yang dipimpinnya, seperti Singo Barong
(barongan) meskipun wujudnya menyeramkan tapi bisa menghibur.
Tuah Keris Singo Barong:
Salah satu benda pusaka di Nusantara ini yang banyak diburu oleh para pecinta Tosan Aji dan
para kolektor benda pusaka adalah Keris pusaka Singo Barong. Sejak dulu, Keris dengan gandhik
berbentuk Singa jantan ini memang diyakini memiliki tuah ampuh dan perbawa yang sangat besar.
Tuah Keris Singo Barong akan membuat pemiliknya memiliki karakter yang tegas, pemberani
dan kuat bagaikan singa jantan yang penuh kekuatan dan keberanian.
Selain itu, tuah ampuh Keris Singo Barong juga akan membuat pemilik atau pemegang Keris
ini memiliki kewibawaan dan kharisma yang sangat besar dihadapan orang lain.
Tuah atau khasiat Keris yang paling dasar adalah untuk perlindungan dari serangan ghaib dan
kejahatan. Jadi, selain tuah kesaktian dan kewibawaan, Keris Singo Barong juga akan memberikan
tuah perlindungan dan penjagaan pada pemiliknya.
Keris Singo Barong termasuk salah satu Keris yang di anggap istimewa dan sangat langka.
Energi ghaib pada Keris ini tergolong sangat kuat, dan jika kekuatan Keris ini sudah menyatu dengan
pemiliknya, maka orang yang memegang Keris ini akan memiliki kekuatan dan karakter yang sangat
kuat seperti singa jantan sehingga akan disegani oleh semua orang, baik kawan maupun lawan.
Tapi perlu diketahui bahwa tidak semua orang bisa cocok memiliki atau memegang Keris
Singo Barong, sebab Keris ini dibabar dengan mantra-mantra dan ritual khusus sehingga menciptakan
getaran energi yang sangat kuat, keras dan galak/panas karena dibuat untuk seorang pemimpin.
Keris Singo Barong tidak cocok dimiliki oleh orang yang memiliki sifat keras dan temprament
karena akan menjadikannya semakin brangasan dan tidak terkrontrol emosinya.
Efek negatif dari sebilah Keris akan muncul ketika Keris tersebut tidak cocok dengan
pemiliknya, karena setiap Keris pusaka memiliki karakter yang berbeda-beda.
Jadi, ketika karakter Keris tidak selaras dengan karakter pemiliknya, maka Keris tersebut tidak
akan bisa dirasakan manfaatnya, bahkan kadang justru akan membawa efek negatif bagi pemiliknya.
Oleh karena itu, sebaiknya pilihlah Keris pusaka untuk ageman yang benar-benar sesuai dengan
karakter dan profesi kita agar Keris tersebut bisa dirasakan tuahnya, daripada memburu Keris-Keris
dhapur terkenal tapi tidak sesuai dengan karakter dan profesi kita, karena Keris tersebut tidak akan bisa
selaras dengan pemiliknya.
Keris Singo Barong sangat populer didunia perkerisan dan banyak sekali peminatnya sehingga
Keris ini banyak dibuat tiruannya untuk memenuhi permintaan pasar.
Sayangnya kebanyakan Keris-Keris Singo Barong buatan baru tersebut sering dikatakan
sebagai Keris Singo Barong sepuh untuk menarik minat pembeli dan melambungkan harganya.
Mahar atau harga untuk Keris Singo Barong asli sepuh tergolong cukup tinggi dibanding Keris-
Keris dhapur lainnya, sehingga Keris ini lebih banyak dipalsukan karena keuntungan yang didapat jauh
lebih besar.
Keris Singo Barong termasuk dhapur Keris yang cukup langka karena jaman dahulu hanya
orang-orang tertentu saja yang boleh memilikinya, sehingga jumlah Keris ini tidak sebanyak Keris-
Keris dhapur umum yang boleh dimiliki oleh semua kalangan.
Oleh karena itu, sebaiknya lebih berhati-hati jika ingin mencari Keris Singo Barong sepuh
karena sangat rawan keblondrok.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 50
Sebagian besar Keris Singo Barong yang ada saat ini adalah Keris Singo Barong buatan baru
yang kadang sudah diproses sedemikian rupa agar menyerupai Keris sepuh sehingga sangat sulit untuk
dibedakan.
Meskipun bentuk dan pamornya terkadang sangat bagus dan rapi, bahkan banyak Keris Singo
Barong baru (Kamardikan) kinatah emas, tapi tidak memiliki kesan wingit sama sekali karena dibuat
oleh pengrajin Keris tanpa melalui ritual apapun dan hanya menggunakan material besi biasa.
Berbeda dengan Keris Singo Barong asli sepuh yang dibuat oleh seorang Empu melalui laku
tirakat dan dibacakan mantra-mantra tertentu, meskipun terkadang bentuknya sederhana dan sudah
gripis (korosi), tapi aura wingit dan getaran energinya masih sangat kuat.

Filosofi Dan Tuah Ampuh Keris Nogo Sosro


Keris Nogo Sosro merupakan salah satu
dhapur Keris Naga yang paling populer dan
sangat legendaris sehingga banyak diburu
oleh para penggemar dan kolektor Tosan
Nagasasra Mataram Aji.
Madiun Bentuk Keris ini sangat indah, ber-luk 13
dengan ciri khas gandhik berbentuk kepala
Naga memakai mahkota narpati lengkap
dengan badan utuh sepanjang bilah Keris
dari pangkal sampai ujung bilah.
Biasanya kebanyakan Keris Nogo Sosro
juga dihiasi kinatah emas serta pada bagian
mulut Naga yang menganga seringkali
disumpal dengan butiran emas atau batu
mulia.
Keris ini banyak dicari oleh para
penggemar dan kolektor Tosan Aji karena
merupakan sebuah kebanggan jika dapat
memiliki koleksi Keris Nogo Sosro yang
asli dan sepuh.
Keris ini juga banyak dicari oleh para
pemimpin dan para pejabat tinggi untuk dijadikan sebagai ageman atau piandel karena menurut
kepercayaan masyarakat Jawa, konon seorang pemimpin tidak akan dapat bertahan lama menduduki
singgasana kekuasaannya tanpa didukung dengan ageman/piandel berupa pusaka-pusaka sakti.
Salah satu pusaka yang dipercaya memiliki tuah paling ampuh untuk menopang kekuasaan
adalah Keris Nogo Sosro.
Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa, hal ini di anggap lumrah
dan sudah menjadi kepercayaan turun temurun dari jaman dahulu, bahkan sampai sekarang dijaman
yang sudah serba modern dan canggih ini masih banyak yang meyakini bahwa seorang pemimpin
harus memiliki pusaka untuk memangku kekuasaanya agar tidak cepat runtuh dan memiliki wibawa
yang besar dimata rakyatnya atau orang-orang yang dipimpinnya.
Ini bukan hanya cerita tentang para Raja dan Sultan di masa lalu saja, karena pada kenyatannya
para pemimpin dan para pejabat tinggi Negeri ini sampai sekarang masih banyak yang memiliki
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 51
ageman berupa benda-benda pusaka seperti Keris, jimat atau yang lainnya, karena mereka percaya
dengan memiliki pusaka sebagai piandelnya maka apa yang menjadi tujuannya akan lebih mudah
dicapai.
Tapi jika melihat dari fakta sejarah, memang kenyataannya sampai saat ini hanya orang-orang
keturunan Jawa saja yang dapat memimpin Negeri ini dalam waktu yang lama, dan rata-rata dari
mereka pasti memiliki Keris atau benda pusaka lainnya, entah hanya sebagai koleksi atau memang
dijadikan sebagai ageman/piandel.
Di kalangan para penganut spiritual Kejawen, ada sebuah kepercayaan bahwa pusaka paling
sakti yang bisa membantu melanggengkan kekuasaan setingkat Raja atau Pimpinan Negara adalah
Keris Nogo Sosro, karena Keris yang di anggap sebagai Rajanya pusaka ini memang dibuat khusus
untuk kewibawaan seorang Raja dan untuk pengayoman.
Keris Nogo Sosro pertama kali diciptakan oleh Pangeran Sedayu (Empu Supo Mandrangi) atas
titah dari Prabu Brawijaya karena pada saat itu Kerajaan Majapahit sedang dalam keadaan genting dan
mencekam akibat banyaknya pemberontakan dan bencana dimana-mana.
Maka untuk meredam pagebluk tersebut Prabu Brawijaya memerintahkan Empu Supo
Mandrangi untuk membabar sebilah Keris pusaka yang bermotifkan Naga dengan 1000 sisik yang
memiliki makna bahwa pusaka tersebut merupakan perlambang kekuatan untuk menolak dan
membentengi Kerajaan dari 1000 macam bencana dan masalah.
Nogo Sosro juga merupakan simbol kepemimpinan yang adil dan bijaksana, maknanya bahwa
Naga yang merupakan simbol kekuasaan harus mampu mengayomi rakyatnya dari semua kalangan,
suku, agama dan dari berbagai latar belakang tanpa pandang bulu yang disimbolkan dengan sisik 1000.
Sedangkan butiran emas atau batu mulia yang sering digunakan untuk menyumpal mulut Naga
dimaksudkan untuk meredam aura panas dari Keris tersebut.
Tapi makna sesungguhnya dari emas atau batu mulia yang disumpalkan di mulut Naga adalah
sebagai simbol agar segala sesuatu yang keluar dari mulut seorang pemimpin hendaknya adalah
sesuatu yang baik atau mulia, karena ucapan seorang Raja merupakan sabda.
Masyarakat Jawa mengenal ungkapan yang berbunyi "Ajining diri soko kedaling lati", artinya
kehormatan diri seseorang berasal dari ucapan atau kata-katanya.
Jika dihubungkan dengan sifat-sifat kepemimpinan, pesan yang tersirat yaitu bahwa sabda
seorang pemimpin tidak boleh berubah-ubah (Sabdo pandito ratu tan keno wola-wali).
Dengan demikian, kemulian seorang pemimpin tercermin dari kemampuannya untuk
menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatannya.
Dengan keterampilan dan kesaktian Empu Supo Mandrangi, maka terciptalah sebilah Keris
pusaka yang bentuknya sangat indah yang dinamakan Keris Nogo Sosro.
Keris Nogo Sosro bukanlah Keris biasa seperti kebanyakan Keris pusaka lainnya. Konon Keris
ini mewakili wahyu/pulung kekuasaan karena orang yang dapat memiliki Keris Nogo Sosro yang asli
berarti orang tersebut ketempatan wahyu/pulung kekuasaan.
Keris Nogo Sosro bukan merupakan ageman untuk orang biasa, tapi merupakan pusaka untuk
memangku sebuah Negara. Jadi hanya seorang pemimpin Negara atau calon pemimpin Negara saja
yang dapat memilikinya.
Tapi tentunya hanya Keris Nogo Sosro yang asli saja yang memiliki tuah sehebat itu, bukan
Keris berdhapur Nogo Sosro yang dibuat sebagai souvenir atau yang dibuat hanya menonjolkan sisi
keindahan seninya saja tanpa melalui ritual apapun.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 52


Untuk membuat Keris Nogo Sosro dengan detail ukiran yang indah sekaligus memiliki sisi
isoteri yang kuat bukanlah pekerjaan mudah karena memerlukan konsentrasi tingkat tinggi dan waktu
yang sangat lama agar bisa tercipta Keris Nogo Sosro yang sempurna.
Karena sang Empu harus membagi konsentrasinya untuk membuat detail ukiran pada bilah
Keris dan juga untuk memperkuat sisi isoterinya. Tentunya hal itu hanya bisa dilakukan oleh Empu-
Empu linuwih yang sudah berpengalaman.
Karena kehebatan dan keampuhannya itulah yang menjadikan Keris Nogo Sosro banyak diburu
oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan, mereka lupa bahwa wahyu/pulung kekuasaan tidak bisa
dicari, karena wahyu/pulung kekuasaan hanya akan datang pada orang-orang terpilih saja (isi kang
nggoleki wadah, dudu wadah kang nggoleki isi).
Dari kepercayaan itulah kemudian banyak orang yang datang kepada paranormal dan para
praktisi supranatural untuk mencari Keris Nogo Sosro meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit sebagai maharnya.
Padahal kebanyakan Keris Nogo Sosro yang ada saat ini merupakan Keris buatan baru yang
tidak memiliki tuah apapun karena Keris tersebut rata-rata dibuat oleh pengrajin Keris tanpa melalui
ritual apapun.
Tapi kadang meskipun Keris baru/kamardikan ada juga yang garapnya sangat halus dan rapi,
bahkan ada yang menggunakan material dari Keris-Keris tua yang dilebur dan diproses kembali
menjadi Keris baru serta memakai kinatah emas asli. Jika sudah di proses, maka Keris baru tersebut
akan sangat mirip dengan Keris sepuh.
Tapi meskipun bentuknya sangat indah dengan detail ukiran rapi dan berkinatah emas murni,
tapi Keris Nogo Sosro buatan baru (Kamardikan) tidak memiliki perbawa sama sekali, terkesan anyeb
dan tidak berkarakter.
Berbeda dengan Keris-Keris dhapur Naga sepuh yang rata-rata memiliki perbawa sangat besar
dan terkesan angker (wingit).
Ambisi untuk memiliki Keris Nogo Sosro seringkali membuat orang keblondrok membeli
Keris Nogo Sosro baru atau palsu yang dikatakan sepuh dan asli dengan nilai mahar yang sangat
fantastis.
Banyaknya peminat Keris Nogo Sosro yang kebanyakan merupakan orang-orang kelas atas,
kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan dengan
memesan Keris dhapur Nogo Sosro baru kepada para pengrajin Keris lalu diproses lagi sedemikian
rupa agar terlihat seperti Keris sepuh dan dijual dengan harga yang tinggi.
Praktek penipuan seperti ini sudah ada sejak lama dan sampai sekarang masih tetap
berlangsung karena keuntungan yang didapat dari bisnis ini memang sangat menggiurkan.
Padahal Keris Nogo Sosro termasuk dhapur Keris langka, karena pada jaman dahulu hanya
para penguasa saja yang bisa memiliki Keris ini sehingga jumlahnya sangat terbatas.
Jadi sebaiknya lebih berhati-hati jika ingin membeli Keris Nogo Sosro yang dikatakan asli dan
sepuh, apalagi jika nilai maharnya terbilang fantastis.
Jangan sampai sudah mengeluarkan banyak uang untuk meminang Keris Nogo Sosro sepuh tapi malah
mendapatkan Keris baru/kamardikan.
Sebetulnya tidak masalah untuk mengkoleksi Keris baru/kamardikan karena banyak juga Keris-
Keris buatan baru yang garapnya bagus dan mengikuti pakem, asalkan antara sipenjual dan sipembeli
sudah sama-sama tau dan sepakat. Artinya, bukan Keris baru yang dijual sebagai Keris sepuh.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 53


Cara Keris Berkomunikasi Dengan Pemiliknya
Menayuh Keris adalah cara pemilik Keris untuk dapat berkomunikasi dengan isi/khodam Keris
agar mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari pemilik Keris. Lalu bagaimana cara Keris
berkomunikasi dengan pemiliknya..??
Biasanya ada beberapa isyarat yang akan disampaikan oleh Keris kepada pemiliknya jika Keris
tersebut ingin menyampaikan sesuatu atau meminta sesuatu, antara lain:
 Menimbulkan kejadian-kejadian aneh
 Biasanya Keris akan membuat suara-suara gaduh didalam kotak/tempat penyimpanan Keris
atau suara-suara tertentu yang hanya dapat didengar oleh pemilik Keris dan keluarganya.
 Terkadang juga akan terjadi penampakkan ghaib, misalnya penampakkan sinar, penampakkan
sosok mahluk ghaib masuk ke dalam rumah yang dapat berwujud Manusia atau binatang.
 Memberi wangsit atau isyarat lewat mimpi
 Selain menimbulkan kejadian-kejadian aneh dirumah, biasanya Keris juga akan memberikan
bisikan ghaib atau wangsit dalam benak pemilik Keris atau keluarganya, atau memberi isyarat
lewat mimpi untuk menggambarkan suatu kejadian.
 Membuat pemilik Keris atau anggota keluarganya sakit
Biasanya setelah kejadian 1 dan 2 di atas terjadi, tidak ada lagi kejadian yang berlanjut. Tapi
jika pemilik Keris tersebut belum juga tanggap akan maksud yang disampaikan oleh Keris miliknya,
maka khodam Keris tersebut akan membuat pemiliknya atau anggota keluarganya sakit. Hal itu
bertujuan agar pemilik Keris tanggap akan apa yang di inginkan oleh Kerisnya.
Kejadian-kejadian di atas oleh orang awam sering diartikan sebagai gangguan ghaib atau
gangguan dari Keris, padahal sebetulnya tidak selalu demikian, karena seringkali kejadian-kejadian
tersebut merupakan isyarat dari Keris untuk menyampaikan/mengingatkan/meminta sesuatu kepada
pemiliknya.
Seperti sudah pernah dijelaskan pada artikel sebelumnya "Cara memperlakukan Keris pusaka",
bahwa jika kita memiliki Keris atau benda-benda pusaka lainnya sebaiknya kita mengerti dengan
karakter keghaibannya dan tanggap akan kejadian-kejadian ghaib yang terjadi. Jadi ketika ada
kejadian-kejadian aneh dirumah, kita bisa langsung paham bahwa Keris milik kita hendak
menyampaikan sesuatu.

Beberapa Hal Yang Biasanya Ingin Disampaikan Oleh Keris Kepada Pemiliknya:
• Minta diberi sesaji atau mengingatkan bahwa sudah waktunya diberi sesaji.
• Minta untuk dibersihkan atau mengingatkan bahwa sudah waktunya dijamas.
• Ingin memberi isyarat bahwa ada serangan ghaib atau ada orang yang berniat jahat kepada
pemilik Keris atau keluarganya.
• Memberi isyarat kepada pemiliki Keris agar waspada/berhati-hati karena akan ada musibah
yang menimpa pemilik Keris atau keluarganya.

Siapa Sebetulnya Yang Berhak Atas Sebilah Keris Selain Pemilik Pertamanya..??

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 54


Keris dan ghaib/angsar didalamnya dikhususkan oleh Empu pembuatnya kepada pemilik
pertamanya (si pemesan Keris). Oleh Empu pembuatnya, Keris tersebut ditugaskan untuk
mendampingi sipemilik pertama selama hidupnya. Berarti, Keris tersebut adalah milik khodam Keris
itu sendiri (sebagai rumahnya) dan sipemilik pertama secara bersama-sama.
Jika sebilah Keris oleh pemiliknya diwariskan/diturunkan kepada anaknya, atau diberikannya
kepada orang lain, maka belum tentu Keris tersebut mau ikut atau cocok dengan orang yang
diwariskan/diberikan tersebut.
Jadi, walaupun kita memiliki Keris peninggalan orang tua secara turun-temurun, bukan berarti
kita memiliki Keris tersebut seutuhnya secara fisik dan ghaibnya, serta boleh memindahtangankannya
kepada siapa saja yang kita inginkan. Karena secara hukum Manusia, secara fisik Keris tersebut
mungkin milik kita, tapi pemilik Keris yang sebenarnya bukanlah kita.
Setelah pemilik pertama dari Keris tersebut meninggal, atau setelah Keris tersebut
dipindahtangankan kepada orang lain, maka tugas dari Keris tersebut telah selesai.
Dengan meninggalnya pemilik pertama atau setelah Keris tersebut dipindahtangankan oleh
pemilik pertama kepada orang lain, maka kemudian Keris tersebut mutlak menjadi milik dari
ghaib/khodam Keris itu sendiri karena Keris tersebut adalah rumahnya dan Keris tersebut bebas
menentukan kepada siapa dia akan ikut/mengabdi selanjutnya.
Dan kita yang merasa memiliki Keris tersebut lebih tepat kiranya jika kita disebut hanya
"ketempatan" sebilah Keris yang mungkin hanya sementara saja bersama kita.
Karena kita dan Keris tersebut "hidup bersama", mudah-mudahan kita dan Keris tersebut dapat
selaras dan dapat saling memberi manfaat, namun jika ternyata tidak dapat selaras/sejalan, maka
sebaiknya berpisah saja dan ikhlaskan untuk melepaskannya.
Banyak sekali Keris-Keris yang dahulu terkenal dengan kesaktiannya kini sudah tidak ada lagi
keberadaannya. Keris-Keris sakti tersebut telah moksa kembali ke alam ghaib bersama dengan fisik
Kerisnya.

Langkah Awal Untuk Menilai Baik Atau Tidaknya Sebilah Keris:


Banyak orang berpendapat bahwa keris yang terbaik untuk dimiliki adalah Keris peninggalan
orang tua atau sering disebut sebagai Keris pusaka keluarga yang diwariskan secara turun-temurun dari
leluhurnya.
Walaupun banyak yang berpendapat demikian, tapi sebetulnya hal itu tidak selalu benar, karena
ada pemilik Keris yang mendapatkan/memiliki Keris peninggalan leluhurnya, tapi justru banyak
mengalami kesialan/nasib buruk, misalnya saja anggota keluarganya sering sakit-sakitan, rejeki tidak
lancar, sering bernasib sial, sering mengalami musibah/kecelakaan, sering bermimpi buruk, Kerisnya
sering menimbulkan suara-suara aneh sampai mengganggu dan membuat takut seisi rumah, serta hal-
hal buruk lainnya.
Hal itu terjadi karena masing-masing Keris memiliki tuah/keghaiban sendiri-sendiri, seperti
untuk perlindungan, kesaktian, kewibawaan, kekuasaan, kerejekian, pengasihan, dan tuah-tuah lainnya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 55


Tuah Keris yang paling dasar adalah untuk perlindungan bagi pemiliknya dari serangan
ghaib/kejahatan.
Namun tuah-tuah tersebut tidak bisa begitu saja didapatkan oleh si pemilik Keris walaupun
Kerisnya tersebut merupakan peninggalan dari leluhurnya tapi tetap harus dilakukan ritual/proses
untuk menyatukan ghaib Keris dengan pemiliknya yang baru agar Keris tersebut benar-benar mau ikut
atau menyatu dengan pemiliknya yang baru.
Setelah Keris tersebut mau ikut dan telah menyatu dengan pemiliknya yang baru, maka Keris
tersebut baru akan memberikan tuahnya kepada pemiliknya yang baru.
Jika tidak dilakukan ritual/proses penyelarasan, maka Keris tersebut tidak akan memberikan
tuah apapun kepada pemiliknya, dan justru nasib buruk bisa saja dialami oleh pemilik Keris atau
keluarganya.
Biasanya, jika Keris mau ikut/cocok dengan seseorang (pemiliknya), maka Keris tersebut akan
memberi isyarat melalui mimpi. Dalam mimpinya, ghaib Keris akan menampakkan diri sebagai
seseorang yang bersahabat dan akan memberikan petunjuk tentang manfaat apa yang akan diberikan
oleh Keris kepadanya.
Begitu juga sebaliknya, jika Keris tersebut tidak mau ikut/tidak cocok dengan pemiliknya maka
Keris tersebut akan memberikan mimpi buruk. Dalam mimpi tersebut ghaib Keris akan
menggambarkan diri sebagai sesuatu yang menakutkan dan menjadi ancaman bagi sipemilik Keris.
Keris akan berkomunikasi dengan pemiliknya dengan cara memberi isyarat melalui mimpi
kepada pemilik/anggota keluarganya. Misalnya tentang Keris tersebut mau ikut atau tidak, sesaji apa
yang diminta, sampai mengenai kejadian-kejadian penting yang akan dialami oleh pemilik Keris atau
anggota keluarganya.
Dengan demikian, pemilik Keris dan keluarganya harus tanggap dan tidak menganggap
mimpinya adalah mimpi biasa, karena mereka tidak hidup sendiri lagi, ada Keris yang senantiasa
memperhatikan kehidupan mereka.
Bila pemilik Keris tidak pernah mengalami mimpi apapun, maka kemungkinan besar Keris
tersebut tidak mau ikut dengannya dan tidak peduli kepadanya.
Tapi walaupun sipemilik tidak mendapatkan pertanda apapun dari Kerisnya, bukan berarti
keberadaan Keris tersebut aman-aman saja bagi dirinya dan keluarganya, karena bila ada perbuatan
sipemilik atau keluarganya yang tidak berkenan bagi Keris tersebut bisa jadi pemilik Keris atau
keluarganya akan mengalami nasib buruk.
Jadi, memiliki/menyimpan Keris peninggalan orang tua tidaklah selalu baik untuk kita.
Mendapatkan Keris dari orang lain atau membeli Keris dari pedagang juga belum tentu tidak baik.
Yang terpenting adalah Keris yang kita miliki harus yang sesuai dan sejalan dengan kita sehingga
dapat bermanfaat dalam kehidupan kita.
Hal terpenting yang harus diperhatikan jika kita mendapatkan tanda bahwa Keris yang kita
miliki tidak mau ikut/tidak cocok dengan kita sebaiknya kita merelakan Keris tersebut untuk
dipindahtangankan kepada orang lain yang mungkin berhak atau cocok dengan Keris tersebut.
Jangan memaksakan diri untuk menyimpan Keris tersebut karena sesuatu yang tidak sejalan
dengan kita sebaiknya jangan dipaksakan untuk bersama kita, karena nantinya kita dan anggota
keluarga kita akan terbebani dengan keberadaannya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 56


Lelaku Yang Harus Dilakukan Oleh Pemilik
Keris Pusaka
Keris pusaka dibuat dengan laku spiritual yang dilakukan oleh Empu pembuatnya dengan
tujuan agar bermanfaat untuk pemiliknya.
Keris lebih difungsikan sebagai piandel daripada senjata fisik, sehingga Keris tidak bisa
dimiliki oleh sembarang orang. Artinya, hanya orang-orang yang sudah matang secara spiritual yang
bisa memiliki Keris, atau orang-orang yang berhati bersih, karena Keris mengandung energi hidup dari
manifestasi doa yang dipanjatkan oleh sang Empu kepada TUHAN.
Setiap Keris pada dasarnya dibuat untuk tujuan yang baik. Hal itu bisa dilihat dari simbol-
simbol pada setiap bagian Keris, mulai dari nama dhapur, ricikan, pamor, bahkan sampai warangkanya
memiliki makna sebagai tuntunan hidup dan sarat muatan spiritual.
Oleh karena itulah orang yang memiliki Keris seharusnya bisa memahami filosofi dari Keris
yang di milikinya, kemudian diterapkan dalam kehidupannya.
Orang yang memiliki Keris harus bisa selaras dengan Kerisnya, dan untuk bisa selaras
diperlukan laku batin dari pemilik Keris agar sesuai dengan filosofi Kerisnya.
Keris merupakan ajaran tersirat yang harus dipahami maksud dan maknanya secara mendalam,
karena setiap bagian Keris mulai dari bilah sampai sarungnya mengandung nilai-nilai ketakwaan
kepada TUHAN, bukan sebaliknya seperti anggapan sebagian orang yang menganggap Keris sebagai
benda klenik.
Sejatinya Keris sama sekali tidak mengarahkan Manusia ke jalan yang sesat, tapi jika salah
dalam memahami Keris memang bisa terjerumus kedalam kesesatan, karena batas antara Keris dan
syirik memang sangat tipis, seperti nama Keris itu sendiri jika dibalik akan menjadi “Sirek” (Syirik).
Jadi bukan Kerisnya yang salah, tapi pemahaman orang tentang Keris yang terkadang keliru
sehingga Keris sering di anggap negatif di mata orang awam.
Jika dalam kehidupan sehari-hari pemilik Keris tidak menjalankan lelaku sebagaimana yang
tergamnbar pada Kerisnya yang mengandung falsafah dan doa, maka Keris yang dimilikinya hanya
akan menjadi Keris hiasan saja.
Pada dasarnya, laku tirakat akan menjadikan Manusia untuk pasrah, berperilaku baik, dan
selalu ikhlas menjalani takdir TUHAN.
Berikut ini beberapa lelaku yang harus dijalani pemilik Keris pusaka:
1. Dharma Brata, yaitu lelaku yang mengutamakan asas manfaat diri untuk orang lain, yaitu
mengutamakan kenyamanan orang-orang di sekelilingnya.
2. Dana Brata, yaitu kerelaan dan keikhlasan untuk menyisihkan sebagian harta yang dimiliki
untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan.
3. Tarak Brata, yaitu lelaku memilih dan memilah apa yang dimakan, yaitu makanan yang baik
dan didapatkan dengan cara yang baik. Selain itu juga harus mensyukuri semua makanan dan
jangan pernah mencela makanan.
4. Lelana Brata, yaitu lelaku menyambung persaudaraan (silaturahmi) dan selalu memaafkan
kesalahan orang lain.
5. Tapa Brata, yaitu lelaku yang bersifat pribadi antara Manusia dengan Sang Pencipta.
Itulah beberapa lelaku yang harus dilakukan pemilik Keris agar bisa selaras dengan Kerisnya,
sehingga Keris yang di milikinya bisa berfungsi sebagai pusaka, bukan hanya benda koleksi atau
pajangan saja.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 57
Terkadang orang yang memiliki Keris belum tentu benar-benar memilikinya karena bisa saja
dia hanya sebagai perantara atau ketempatan sementara sebelum Keris tersebut menemukan orang
yang benar-benar cocok memilikinya.
Keris akan mencari tuannya sendiri karena Keris bisa dikatakan sebagai perwujudan dari
pulung (isi kang nggoleki wadah dudu wadah kang nggoleki isi).

Pengertian Tentang Keris Tayuhan


Dan Cara Menayuh Keris
Bagi para pecinta Tosan Aji tentu sudah tidak asing dengan istilah Keris Tayuhan, yaitu Keris
yang di utamakan tuahnya. Keris Tayuhan memang sengaja dibuat dengan mengutamakan tuah atau
isoterinya daripada keindahan garap dan pamornya.
Keris Tayuhan biasanya memiliki kesan wingit, angker, memancarkan perbawa yang sangat kuat dan
kadang terkesan menakutkan. Meskipun kebanyakan Keris Tayuhan tidak mementingkan sisi
keindahan fisiknya, tapi untuk Keris Tayuhan yang dibuat oleh seorang Empu berpengalaman tetap
akan terlihat indah dan luwes.

Keris Tayuhan biasanya juga berdhapur sederhana dan kebanyakan adalah dhapur Keris lurus
dan Keris luk yang tidak memiliki banyak ricikan. Jarang sekali Keris Tayuhan yang berdhapur
mewah dan umumnya berpamor tiban.

Doa atau mantra-mantra yang disematkan oleh sang Empu pada Keris Tayuhan jauh lebih kuat
dan lebih spesifik karena konsentrasi sang Empu hanya terfokus untuk menggarap isi dari Keris
tersebut, tidak terbagi untuk memikirkan sisi keindahan fisik Keris sehingga karakter dan getaran
energi Keris Tayuhan bisa dirasakan bahkan oleh orang awam sekalipun.

Keris Tayuhan yang sudah menyatu dengan pemiliknya akan berlaku sebagai pendamping dan
penjaga bagi pemiliknya. Misalnya saja ketika ada sesuatu yang mengancam keselamatan pemiliknya
maka Keris Tayuhan bisa memberi tanda secara langsung seperti bergerak sendiri atau keluar dari
warangkanya sebagai bentuk peringatan agar pemiliknya lebih waspada.

Dari sisi isoteri, khodam dari Keris Tayuhan juga akan berlaku sebagai khodam pendamping
yang selalu siap sedia membantu pemilik Keris dalam berbagai hal.

Oleh karena itulah biasanya pemilik Keris Tayuhan tidak akan memperlihatkan Kerisnya
kepada orang lain, apalagi dengan tujuan untuk dipamerkan. Keris Tayuhan biasanya hanya disimpan
didalam kamar pribadi atau tempat khusus yang terpisah dari Keris atau pusaka koleksi lainnya dan
hanya akan dikeluarkan ketika akan dibersihkan atau diwarangi saja.

Selain Keris Tayuhan, tentu kita juga sering mendengar istilahTayuh atau menayuh Keris.
Istilah ini sangat akrab dikalangan pecinta Tosan Aji, terutama bagi mereka yang mementingkan
isoteri Keris karena memang di anjurkan ketika baru mendapatkan sebilah Keris sebaiknya ditayuh
dulu untuk mengetahui cocok atau tidaknya Keris tersebut dengan pemiliknya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 58


Tayuh adalah sejenis ilmu tradisional atau suatu cara yang digunakan untuk mengetahui apakah
sebilah Keris cocok dimiliki oleh seseorang atau tidak. Ilmu tayuh berguna untuk meningkatkan
kepekaan seseorang agar dapat menangkap kesan atau karakter dari sebilah Keris sehingga bisa
menyesuaikannya dengan karakter dari calon pemiliknya.

Karakter dari Keris sendiri terbentuk dari perpaduan antara karakter bawaan material yang
digunakan, bentuk dhapur, tampilan pamor, ukuran/dimensi fisik, proses pembuatan, dan doa/harapan
yang disematkan oleh sang Empu pada saat membabarnya. Karakter dari sebilah Keris akan
disesuaikan dengan karakter dan profesi dari pemesannya.

Contohnya: Keris dengan karakter yang Keras dan galak tidak cocok dimiliki oleh orang yang
memiliki karakter panasan (mudah marah) karena akan membuatnya semakin brangasan dan emosinya
semakin tidak terkontrol.

Jadi, untuk orang yang berkarakter keras dan emosional sebaiknya dipilihkan Keris yang
berkarakter lembut dan dingin. Keris yang tuahnya untuk wibawa kepemimpinan tidak cocok dimiliki
oleh orang yang profesinya sebagai buruh atau karyawan karena energinya tidak akan bisa selaras.

Pada prinsipnya, ilmu Tayuh tidak hanya berlaku untuk Keris saja, tapi bisa juga diterapkan
untuk semua jenis Tosan Aji atau bahkan untuk benda-benda pusaka lainnya.

Untuk menayuh Keris sebaiknya dilakukan oleh sipemilik Keris sendiri agar terjalin ikatan
batin dengan Kerisnya dan bisa mengetahui secara langsung hal-hal yang berhubungan dengan
Kerisnya karena menayuh Keris sebetulnya adalah bentuk komunikasi batin yang bersifat personal
antara sipenayuh dengan Keris yang ditayuh.

Niat ketika menayuh Keris juga harus spesifik, apakah hanya untuk mengetahui kecocokan
Keris tersebut atau untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan Keris sampai sejarah dan
silsilahnya. Inti dari tujuan menayuh Keris adalah meminta petunjuk kepada TUHAN untuk bisa
mengetahui tentang Keris yang akan ditayuh.

Menayuh Keris kadang juga perlu dilakukan beberapa kali dalam rentang waktu yang agak
lama agar kita bisa mendapatkan informasi yang sama atau serupa dari penayuhan yang kita lakukan
untuk lebih memastikan apakah petunjuk-petunjuk yang didapatkan ketika menayuh Keris tersebut
merupakan petunjuk yang benar.

Cara yang paling umum dan paling mudah dilakukan untuk mengetahui cocok tidaknya sebilah
Keris yaitu dengan diletakkan dibawah bantal atau langsung dibawah tengkuk saat tidur.

Cara ini juga tertulis didalam buku primbon Jawa dan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa
perlu memiliki kemampuan khusus. Tapi untuk keamanan sebaiknya Keris yang akan ditayuh di ikat
dengan warangkanya agar bilahnya tidak terlepas karena bisa melukai pemiliknya.

Berikut Ini Cara Menayuh Keris Seperti Yang Tertulis Didalam Buku Primbon
Jawa:

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 59


1. Buatlah garis silang di atas tanah dari arah utara ke selatan dan dari arah barat ke timur dengan
mengucapkan mantra "yahoa".
2. Setelah itu keluarkan Keris dari warangkanya dengan mengucapkan mantra betikut ini:
1. "Iman sari sukmo mulyo, tinampanan podho sukmo, telek erang araning wesi, ter putih araning
wojo, mani roso araning cahyo. Wesi pulosani aku njaluk weruh gelem melu aku opo ora"
2. Kemudian Keris di asapi kemenyan madu dan diberi kembang telon dengan mengucapkan
mantra berikut ini:
3. "Wesi pulosani diaturi dhahar sego putih gondo arum"
4. Setelah itu Keris diletakkan diatas tanah yang tadi sudah digaris silang dengan arah membujur
ke utara lalu tanah tersebut ditaburi kembang telon.
5. Setelah beberapa saat diletakkan di atas tanah, sarungkan kembali Keris kedalam warangkanya.
6. Pada malam harinya ketika akan tidur letakan Keris dibawah bantal atau dibawah tengkuk agar
diberikan petunjuk melalui mimpi.

Tujuan dari cara menayuh Keris seperti ini adalah untuk mendapatkan petunjuk mengenai Keris
tersebut melalui mimpi. Tapi cara ini tidak selalu berhasil, terkadang harus di ulangi sampai beberapa
kali karena seringkali mimpi yang diharapkan tidak juga muncul atau kalaupun muncul terkadang saat
bangun tidur sudah lupa dengan isi dari mimpinya.

Cara ini sebaiknya dilakukan beberapa kali sampai didapatkan beberapa kali mimpi yang
maksudnya sama dan jelas. Jika mimpi yang muncul masih samar-samar dan berbeda-beda, berarti
proses menayuh Keris masih belum berhasil.

Cara menayuh Keris dengan meletakkannya dibawah bantal atau tengkuk sebetulnya cukup riskan
karena bisa mengakibatkan Keris menjadi bengkok atau warangkanya patah, atau yang lebih fatal lagi
Keris bisa terlepas dari warangkanya dan melukai pemiliknya.

Agar lebih aman sebaiknya Keris yang akan ditayuh diletakkan agak jauh atau diletakkan didinding
didekat tempat tidur yang penting ruangan untuk menayuh Keris tertutup dan gelap maka komunikasi
antara pemilik Keris dan Keris yang ditayuh masih bisa terjadi.

Petunjuk yang didapatkan melalui mimpi ketika menayuh Keris biasanya bersifat tersirat, seperti
kebiasaan orang-orang jaman dulu yang sering menggunakan simbol-simbol yang tersirat.

Hal itu sesuai dengan tata krama yang berlaku, jika memberikan nasehat atau petunjuk biasanya
tidak dikatakan secara gamblang/langsung, tetapi dalam bentuk kiasan atau simbol yang memiliki
maksud atau makna tertentu yang harus dimengerti sendiri arti/maknanya. Seperti halnya bentuk dan
ricikan Keris yang syarat akan makna.

Jika Keris yang ditayuh tersebut tidak cocok atau tidak berjodoh dengan pemiliknya, maka
biasanya firasat yang didapat melalui mimpi adalah kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan,
misalnya saja bertemu dengan sosok menyeramkan yang tidak bersahabat, marah, memusuhi,
menyerang, mengejar-ngejar, mengancam atau mimpi-mimpi menyeramkan lainnya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 60


Mimpi yang seperti itu merupakan sebuah isyarat bahwa Keris tersebut tidak cocok dengan
pemiliknya atau tidak mau dirawat. Jadi sebaiknya jangan memaksakan untuk tetap merawat atau
menyimpan Keris tersebut karena Keris tersebut tidak akan memberikan tuahnya.

Tapi jika Keris tersebut cocok atau berjodoh dengan pemiliknya, maka ketika ditayuh akan
memberikan isyarat melalui mimpi dalam wujud sebagai sosok yang bersahabat atau sosok yang
menyenangkan, contohnya:

 Bermimpi menemukan bayi atau dititipi bayi oleh seseorang untuk dirawat.
 Bermimpi bertemu anak kecil yang minta ikut atau minta di angkat sebagai anak.
 Bermimpi bertemu seorang wanita cantik yang minta diperistri atau mimpi bercinta.
 Bermimpi bertemu orang tua yang menyatakan diri untuk mendampingi atau menyertai
perjalanan kita, atau mimpi-mimpi lainnya yang sifatnya bersahabat, menyenangkan dan baik.

Mimpi-mimpi tersebut merupakan isyarat bahwa Keris tersebut berkenan untuk dirawat atau
cocok dengan pemiliknya.

Berikut ini adalah perkiraan arti mimpi yang berupa simbol ketika menayuh Keris:

 Bertemu anak-anak
Artinya: Keris tersebut akan mengikuti dan menuruti apa yang menjadi keinginan pemiliknya dan
membuat bahagia pemiliknya.
 Bertemu wanita, bercinta, atau ada perempuan yang minta diperistri
Artinya: Keris tersebut akan mendampingi kehidupan pemiliknya (seperti seorang istri).
Seringkali tuahnya bisa untuk apa saja menyesuaikan kebutuhan dan kehidupan pemiliknya.
 Bertemu seorang ksatria muda
Artinya: Keris tersebut sangat aktif dan bisa mengikuti semua aktivitas pemiliknya, tuahnya bisa
untuk penjagaan ghaib, kekuatan, kewibawaan, atau yang lainnya sesuai aktivitas pemiliknya.
 Bertemu sosok orang tua (bapak-bapak atau ibu-ibu)
Artinya: Selain dapat memberikan tuah tertentu, Keris tersebut juga bersifat mengayomi
(ngemong) dan juga akan memberikan peringatan-peringatan dan nasehat seperti sifat orang tua,
baik melalui ilham atau mimpi.
 Bertemu sosok macan atau naga yang tidak menyerang (bersahabat)
Artinya: Keris tersebut memiliki tuah untuk penjagaan ghaib, untuk kekuatan, untuk keberanian,
untuk kekuasaan dan kewibawaan. Tapi jika sosok macan atau ular naga tersebut menyerang,
berarti Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya.
 Bertemu sosok Manusia tinggi besar
Artinya: Keris tersebut memiliki tuah untuk penjagaan ghaib, kesaktian/kekuatan dan untuk
kewibawaan.
 Bertemu dengan beberapa orang sekaligus
Biasanya mimpi tersebut sering di alami oleh seseorang yang memiliki beberapa Keris Tayuhan.
Jika orang-orang yang muncul dalam mimpinya itu menunjukkan sikap bersahabat dan hormat,
berarti semua Kerisnya memiliki aura positif dan bersama-sama akan mendampingi pemiliknya.
Tapi jika ada di antara sosok-sosok tersebut yang perilakunya tidak simpatik atau tidak hormat,
berarti ada di antara Keris-Kerisnya yang tidak cocok. Jadi sebaiknya cari tahu Keris mana yang

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 61


tidak cocok dan segera dilepas atau dipindah tangankan agar tidak membawa dampak buruk bagi
pemilik dan keluarganya.
 Bertemu dengan seseorang yang ingin mendampingi/menemani dalam perjalanan
Artinya: Keris tersebut akan mendampingi dan akan membantu semua aktivitas keseharian
pemiliknya, termasuk untuk penjagaan ghaib dan menjaga keselamatan pemiliknya.
 Bertemu seseorang yang menolong ketika kita berada dalam kesulitan/bahaya
Artinya: Keris tersebut akan membantu menjaga keselamatan pemiliknya atau untuk penjagaan
ghaib.

Menayuh Keris juga bisa dilakukan dengan cara duduk bersila sambil memejamkan mata dan
memusatkan konsentrasi pikiran dan batin. Keris yang akan ditayuh diletakkan dipangkuan atau
didekap didada dengan niat memohon kepada TUHAN untuk bisa mengetahui hal-hal yang ingin
diketahui tentang Keris tersebut.

Tapi untuk melakukan cara ini diperlukan kepekaan batin yang tinggi dan ketahanan untuk duduk
bersila selama beberapa lama sampai mendapatkan isyarat atau petunjuk yang diharapkan.

Tempat atau ruangan yang digunakan untuk menayuh Keris juga harus bersih dari najis dan sebaiknya
tubuh juga suci dari hadast (berwudhu).

Ketika menayuh Keris sebaiknya dilakukan sendirian tanpa ada orang lain didalam kamar atau ruangan
yang digunakan agar bisa lebih konsentrasi dan juga untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

Agar lebih mudah konsentrasi dan mempercepat koneksi, ruangan tempat untuk menayuh Keris juga
perlu diberikan aroma wewangian seperti kembang, minyak wangi atau dupa.

Semakin sering seseorang berlatih menayuh Keris maka akan semakin mudah untuk mendapatkan
informasi yang benar ketika menayuh Keris.

ILMU TAYUH KERIS


CARA MANAYUH

Ada Berbagai Cara Untuk Menayuh Sebilah Keris Yang Paling Banyak Dari Seluruh Pelosok
Nusantara Adalah Dengan Meletakkan Keris Dibawah Bantal Atau Dibawah Tengkuk, Dilakukan
Sebelum Tidur. Keris Tersebut Diikat Dengan Sehelai Kain Dan Sarungnya. Harapanya Adalah
Sipemilik Keris Agar Dapat Bertemu Dengan "Isi" Dari Keris Tersebut Didalam Mimpi.
Terkadang Cara Ini Tidak Berhasil Dan Dapat Dilanjutkan Kemalam Selanjutnya.

Keris Atau Tombak Itu Dianggap Cocok Atau Jodoh, Bilamana Pada Saat Ditayuh Bermimpi
Bertemu Dengan Seorang Bayi, Anak, Gadis, Atau Wanita, Pemuda Atau Orang Tua, Yang
Menyatakan Ingin Ikut, Ingin Diangkat Anak, Atau Ingin Diperistri. Bisa Jadi, Yang Ditemui Dalam
Mimpi Termasuk Juga Makhluk Yang Menakutkan. Mimpi Yang Serupa Itu Ditafsirkan Sebagai
Isyarat Dari 'Isi' Keris Yang Cocok Atau Tidak Cocok Untuk Dimiliki.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 62


Dalam Masyarakat Perkerisan Juga Dikenal Apa Yang Disebut Keris Tayuhan, Yaitu Keris Yang
Dalam Pembuatannya Lebih Mementingkan Soal Tuah Daripada Keindahan Garap, Pemilihan
Bahan Besi, Dan Pembuatan Pamornya. Keris Semacam Itu Biasanya Mempunyai Kesan Wingit,
Angker, Memancarkan Perbawa, Dan Ada Kalanya Menakutkan.

Saya Sendiri Pernah Diajarkan Menghitung Dari Abdi Dalem Keraton Yogyakarta Dengan Hitungan
Jempol Jari, Mengikut Kitab Kuno Rangkuman Kph Cakra Ningrat. Dengan Urutan Kata Sebagai
Berikut:

SITI - SENGKALI - ARJUNA MANGAN ATI - RANDHA TUNGGU DONYA -


DHANDHANG TUNGGU NYAWA.

Arti Kata Pada Jatuhnya Hitungan :


1. SITI : Berwatak Pelindung Pemberi Maaf & Kebaikan.
2. SENGKALI : Suka Memberi Murah Tangan, Tapi
Jika Marah Berbahaya.
3. ARJUNA MANGAN ATI : Berwatak Keras Hati & Pemarah.
4. RANDHA TUNGGU DONYA : Berwatak Cukup Rejekinya.
5. DHANDHANG TUNGGU NYAWA : Tidak Bagus Yang Memilikinya Akan
Menderita Sengsara.

CARA YANG LAIN ADALAH :

Di Petik Dari Buku " Daya Gaib Keris Pusaka" Oleh S. Lumintu Th. 1996 - Yogyakarta.
Melihat Sifat Keris Bisa Kita Ketahui Dari Rancang Bangun Bilahnya. Dalam Buku
'Serat Paniti Kadga' Terbitan Tahun 1929 Terdapat 4 Cara Untuk Melihat Sifat Keris
Berdasarkan Panjang & Lebar Bilah, Menurut Ajaran Sunan Bonang Sebagaimana Di
Tuturkan Kepada Mpu Suro.

CARA PERTAMA

Tentukan Lebar Wilah Pada Titik 2/3 Panjang Keris (Tidak Termasuk Pesi). Dari
Lebar Inilah Kita Hitung Panjang Wiilah Mulai Gonjo Sampai Ujung. Jumlah
Hitungan Kita Bagi 8, Sisa Berapa. Jika

Tersisa :

1. NAGA RETNA SAMPURNA, Berwatak Baik Untuk Pembesar, Jika Digunakan


Untuk Berperang Selamat.
2. SURO CONDRO RETNO, Berwatak Baik. Cocok Untuk Petani Dan Pedagang.
3. JATI KUMBA MAHA LABA, Berwatak Baik. Cocok Untuk Orang Yang Mengabdi.
4. RANGGA JANUR, Berwatak Jelek. Jika Digunakan Untuk Mengabdi Akan Mendapat
Gangguan, Jika Di Simpan Di Dalam Rumah Panas Dan Menghalau Kebaikan.
5. ARJUNA SURAPATI, Berwatak Baik. Membawa Kewibawaan, Banyak Mendapat
Keluhuran Dan Rizky.
6. BIMA SAWER, Berwatak Sangat Jelek. Ringan Tangan Dan Tidak Dapat Di Andalkan.
Sering Menemui Halangan Dan Boros Rejekinya.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 63
7. DHESTIRA MADIYEM, Artinya Ratu Pinandhita (Rajanya Para Pendeta) Bwerwatak
Sangat Baik, Banyak Keberuntungannya.
8. SADEWA BINSANDON, Berwatak Jelek. Melarat Sering Sakit. Keluarga Sering Kena
Perkara, Untuk Berdagang MANDATANGKAN KERUGIAN.

CARA KEDUA

Tentukan Lebar Wilah Pada Titik Pertengahan Pajang Keris (Tidak Termasuk Pesi). Dari Lebar
Tersebut Kita Hitung Panjang Wilah Dari Gonjo Sampai Ujung. Jumlah Hitungan Di Bagi 8, Sisa
Berapa.

JIKA TERSISA :

1. SRI RETNAKUMALA, Wataknya Mempermudah Jalanya Harta Benda.


2. JATI TAKIR, Wataknya Memperkaya Perhitungan.
3. BIMA RAJEK WESI, Watakmya Kokoh, Kuat & Sentosa.
4. KUDA MICARA, Wataknya Senang Berperkara.
5. SATRIYA LEDHANG, Wataknya Senang Keluyuran & Bermain - Main.
6. REJUNA RANGSANG, Wataknya Brangasan & Gampang Marah.
7. SRI NATA JURIT, Wataknya Suka Bertengkar.
8. MAKAN TUAN, Wataknya Sering Melukai Pemiliknya.

CARA KETIGA
Disebutkan Dalam Serat Cehthini Jilid I Pupuh 25, Bahwa Pedoman Untuk Membuat
Keris Dimulai Dengan Mengukur Panjang Gonjo, Kemudian Bilah Keris Di Ukur
Berapa Kali Panjang Gonjo.
Pengukuran Dimulai Dari Pangkal Bilah (Tidak Termasuk Pesi) Sampai Ujung Bilah, Dengan
Hitungan :

1. CAKRA
2. GUNDHALA
3. GUNUNG
4. GUNTUR
5. SEGARA
6. MADU

 Hitungan Yang Baik Jika Jatuh Pada GUNUNG, SEGARA, MADU.


 Jika Pengukuranya Di Balik Dari Ujung Ke Pangkal Bilah, Yang Terbaik Jatuh
Pada GUNUNG.

CARA KEEMPAT

Mengukur Bilah Dengan Jempol Ibu Jari, Dengan Hitungan :

UMBAK - AMBA KARANA - SAMBER NYAWA - SRI LUNGO.


Atau
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 64
GEDHONG - BRAMA - KALA - PITENAH. Yang

Baik Jatuh Pada Hitungan UMBAK / GEDHONG.

SUMBER :
Tjiptaadi Iman Resoatmodjo in MUSEUM TOSAN AJI PURWOREJO
http://www.geocities.ws/javakeris/Tayuh

Mantra caos pusaka


Kanjeng Kyai ........ ( Sebut Nama dhapur Keris )
Dipun caosi gondo arum, sekar arum, mugi Gusti Allah Paring Pangapunten, Kawilujengan sak
brayat kula, lan mugi angsalo kabegjan, kamulyan, kaluhuran, kabingahan, kasembadan.
Paringana sandang kalawan pangan sarta rejeki ingkang agung, angsala margi ingkang gampil.
Ingkang sengit dipun welehaken, ingkang sumadya awon ampun ngantos tumama, sageda
sembada kuncara.....

Hari Yang Baik Untuk Memberi Sesaji Keris


Pusaka
Keris merupakan benda pusaka yang memiliki makna tentang nilai-nilai kehidupan dan muatan
spiritual yang disimbolkan dengan nama dhapur, ricikan dan juga pamornya. Keris dianggap sebagai
pertemuan antara Bopo Angkoso (batu meteor yang jatuh dari langit) dengan Ibu Pertiwi (pasir besi
dari bumi) dan menjadi simbol bersatunya hamba dengan TUHAN (Curigo manjing warongko
jumbuhing kawula lan Gusti).
Karena di anggap sebagai benda keramat yang syarat akan makna dan dibuat melalui
serangkaian laku tirakat, ritual dan doa, maka Keris seringkali diperlakukan lebih istimewa dibanding
senjata-senjata tradisional lainnya karena Keris di anggap memiliki jiwa yang merupakan manifestasi
dari doa-doa atau mantra-mantra yang dipanjatkan oleh sang Empu sebagai bentuk pengharapan
kepada Sang Pencipta.
Keris memang tidak lepas dari nilai-nilai spiritual karena pada awalnya Keris memang sengaja
diciptakan untuk tujuan-tujuan besar, dan tentu saja untuk tujuan yang baik sehingga Keris diyakini
memiliki tuah yang dapat membantu pemiliknya untuk berbagai macam tujuan.
Karena di anggap sebagai benda bertuah yang memiliki kekuatan ghaib, maka Keris sering
diberi sesaji dengan tujuan untuk memelihara atau menjaga kekuatan ghaib Keris agar tetap aktif.
Pemberian sesaji untuk Keris pusaka biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu yang di anggap
sebagai hari baik. Meskipun sebetulnya ada makna lain dari pemberian sesaji tersebut.

Berikut ini beberapa ritual yang sering dilakukan untuk merawat fisik dan ghaib Keris:
1. Ritual Jamasan Pusaka
Ritual jamasan pusaka biasanya dilakukan satu tahun sekali pada bulan suro menurut
penanggalan Jawa. Pada malam 1 Suro Keris dan benda-benda pusaka lainnya akan dikeluarkan dari
tempat penyimpanannya dan akan dibersihkan atau disucikan dengan cara dimandikan/dicuci
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 65
menggunakan air kembang 7 rupa (kembang setaman) disertai dengan ritual-ritual pembacaan doa oleh
orang yang ahli dalam menjamas Keris pusaka.
Ritual jamasan pusaka pada dasarnya bertujuan untuk membersihkan/menyingkirkan daya
magis susulan (energi negatif) yang mungkin terinduksi ke dalam Keris pusaka.
Ketika daya-daya magis yang tidak di inginkan tersebut sudah hilang, maka yang ada pada
Keris pusaka adalah daya magis asli yang dimasukkan oleh Empu pembuatnya dan Keris akan kembali
pada fungsi awalnya.
Tapi makna sesungguhnya dari ritual jamasan pusaka adalah sebuah simbol pembersihan diri
Manusia (pemilik Keris) agar menjadi pribadi yang lebih baik ditahun-tahun berikutnya.

2. Ritual Mengkutugi Keris


Ritual mengkutugi Keris atau mengasapi Keris dengan asap kemenyan biasanya akan dilakukan
oleh pengagem/pemilik Keris pada waktu-waktu tertentu seperti pada malam jumat kliwon, selasa
kliwon, pada malam kelahiran (weton) pemilik Keris, atau pada saat akan menggunakan kekuatan
Keris tersebut untuk tujuan-tujuan tertentu.
Ritual ini diyakini dapat menambah power Keris menjadi semakin kuat sehingga tuah atau
daya magis yang terpancar dari Keris tersebut dapat dirasakan oleh pemilik Keris.
Bahkan ghaib Keris yang sering dikutugi asap kemenyan bisa berkomunikasi dengan pemilik
Keris untuk memberi petunjuk atau wangsit, baik melalui mimpi atau secara langsung.

3. Ritual Pemberian Sesaji


Sesaji yang paling umum untuk Keris pusaka adalah kembang telon (3 macam kembang) atau
kembang setaman (7 macam kembang), kopi pahit, minyak pusaka dan kemenyan madu. Tapi ada juga
yang menggunakan sesaji lain seperti kelapa hijau, jajanan pasar, rokok, dan ubo rampe lainnya
tergantung permintaan dari ghaib/khodam Keris.
Sesaji atau sajen tersebut biasanya diberikan pada hari-hari tertentu yang menurut tradisi Jawa
dipercaya sebagai hari baik. Adapun pelaksanaan ritual pemberian sesaji biasanya dilakukan setelah
matahari terbenam (selepas maghrib).

Berikut Ini Hari-Hari Yang Diyakini Sebagai Hari Baik Untuk Memberi Sesaji Keris Pusaka
Menurut Tradisi Masyarakat Jawa:

1. Malam Jumat Legi


Malam jumat legi dalam hitungan Jawa di anggap sebagai hari yang baik karena neptunya
berjumlah 11 (Jumat: 6 dan Legi: 5), jadi jika dijumlahkan menjadi 11. Angka 11 dalam tradisi Jawa
disebut “sewelas” yang bermakna “kawelasan” sebagai simbol pengharapan akan belas kasih TUHAN
(kawelasaning Gusti).
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, malam Jumat legi adalah waktu yang paling tepat
untuk memohon sesuatu kepada TUHAN karena diyakini doa-doa dan permohonan yang dipanjatkan
pada malam jumat legi akan dikabulkan oleh TUHAN.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 66


Malam jumat legi di anggap baik untuk memberi sesaji untuk Keris pusaka karena Keris
merupakan simbolisasi doa dan harapan dari pemilik Keris, sedangkan sesaji sesungguhnya memiliki
makna dan muatan spiritual.

2. Malam Jumat Kliwon


Malam Jumat kliwon di anggap sebagai malam yang keramat oleh sebagian masyarakat,
terutama oleh masyarakat Jawa, karena pada malam tersebut batas antara dimensi alam nyata dan alam
astral terbuka. Malam jumat kliwon di anggap sebagai malam terbaik untuk memberikan sesaji pada
Keris pusaka karena dipercaya dapat menambah daya ghaibnya.

3. Malam Selasa Kliwon


Malam selasa kliwon adalah malam Anggoro Kasih. Masyarakat Jawa percaya bahwa pada
malam ini cinta kasih TUHAN tercurahkan kepada Manusia. Malam selasa kliwon diyakini sebagai
malam yang baik untuk memohon cinta kasih TUHAN dalam bentuk pertolongan maupun
perlindungan.
Anggapan sebagian masyarakat bahwa malam selasa kliwon dan jumat kliwon adalah malam
yang angker adalah cara dari para leluhur kita agar orang-orang tidak keluar rumah pada malam
tersebut dan lebih banyak manekung, maneges, lan manembah marang Gusti karena pada malam
tersebut cinta kasih TUHAN tercurah untuk Manusia.
Anggoro Kasih berarti tumbuhnya/munculnya cinta sehingga pada malam selasa kliwon
merupakan malam yang paling baik untuk menghayati betapa TUHAN selalu welas asih pada setiap
mahluk-NYA.
Keris pusaka yang memiliki tuah untuk pengasihan seperti Keris Jaran Guyang, Keris Sepang
dan Keris Jalak Nyucup madu sebaiknya diberi sesaji/sesajen pada malam selasa kliwon agar aura
pengasihan yang dipancarkan semakin kuat.

4. Malam Kelahiran (Weton) Pemilik Keris


Para pengagem atau pemilik Keris pusaka dari golongan priyayi Jawa pada jaman dahulu
biasanya akan memberikan sesaji untuk Keris-Keris andalannya pada malam kelahiran (weton). Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar daya magis dari Keris pusaka dapat menyatu atau selaras dengan
pemiliknya (manunggal roso).
Masyarakat Jawa meyakini jika Keris pusaka diberikan sesaji/sasajen secara rutin pada malam
kelahiran (weton) pemiliknya, maka kekuatan ghaibnya akan menyatu dan selaras dengan pemiliknya.

5. Malam 1 Suro
Malam 1 suro adalah malam yang di anggap paling keramat oleh masyarakat Jawa khususnya
yang masih menganut paham Kejawen. Malam 1 suro adalah malam pergantian tahun yang harus
dipahami sebagai malam perenungan dan mawas diri serta untuk memohon kepada TUHAN agar bisa
memiliki kehidupan yang lebih baik ditahun-tahun yang akan datang.
Oleh karena itu, dalam tradisi masyarakat Jawa pada malam 1 suro lebih banyak digunakan
untuk melakukan tirakat dan ritual-ritual yang sifatnya untuk pembersihan/penyucian diri, termasuk
ritual jamasan pusaka.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 67


Jenis-Jenis Sesaji Untuk Menambah Kekuatan
Khodam Keris Pusaka
Keris Pusaka Jawa dibabar oleh seorang Empu linuwih yang memiliki kemampuan khusus dibidang
metalurgi dan spiritual. Keris pusaka dibabar dengan olah kebatinan tingkat tinggi yang diawali
dengan laku tirakat untuk membesihkan jiwa sehingga dapat memeperoleh ilham dari Yang Maha
Kuasa tentang gambaran Keris yang akan dibuat.

Keris dan tuahnya akan dibuat berdasarkan permintaan dari pemesannya, kemudian sang Empu akan
memanjatkan do'a kepada Yang Maha Kuasa agar apa yang menjadi keinginan pemesan Keris tersebut
bisa terkabul.

Do'a atau mantra akan dirapal berulang-ulang bersamaan dengan proses penempaan Keris sehingga
energi dari do'a-do'a atau mantra-mantra yang dirapal oleh sang Empu akan meresap kedalam lipatan-
lipatan besi yang ditempa bersama baja dan pamor.

Selain energi dari do'a dan mantra yang dirapal oleh sang Empu, Keris juga memiliki energi alami
yang berasal dari bahan-bahannya yang merupakan logam-logam pilihan dan dimasukkan juga khodam
sebagai penjaga Keris. Oleh karena itulah, Keris pusaka buatan Empu akan tetap memiliki kekuatan
selama Keris itu masih berwujud.

Keris Pusaka Jawa biasanya akan diberi sajen atau sesaji setiap malam jumat kliwon, selasa kliwon
atau setiap malam kelahiran pemiliknya dan akan dijamasi setiap satu tahun sekali setiap malam satu
suro.

Secara umum, sajen atau sesaji dipahami oleh sebagian masyarakat sebagai ritual untuk memberi
makan khodam yang ada pada Keris tersebut agar betah dan kekuatannya tetap terjaga. Tapi jika
dipahami lebih mendalam, sebetulnya ada makna lain dibalik pemberian sesaji dan jamasan Pusaka.

Berikut Ini Beberapa Jenis Sesaji Yang Umum Untuk Keris Pusaka Jawa:

• Kemenyan
Kemenyan merupakan sesaji utama untuk berbagai ritual bagi masyarakat Jawa termasuk untuk Keris
Pusaka, karena asap kemenyan di anggap sebagai nasi atau makanan pokok bagi mahluk ghaib
(khodam pusaka) dan dalam mantra pemberian sesaji selalu disebut "sego putih gondho arum" yang
artinya "nasi putih beraroma harum".

Penggunaan kemenyan sebagai sesaji Keris adalah dengan cara dibakar di atas bara api dari arang kayu
sehingga menghasilkan asap putih tebal. Asap dari kemenyan inilah yang menjadi sesaji atau makanan
untuk khodam Keris. Caranya bilah Keris di asapi dengan asap kemenyan (dikutugi menyan). Cara ini
sangat ampuh untuk menjaga kekuatan ghaib Keris Jawa.

Tapi cara ini sudah sangat jarang dilakukan sekarang ini, karena membakar kemenyan di anggap
klenik dan sudah tidak umum lagi untuk dilakukan, sehingga rata-rata Keris Jawa sekarang ini sudah
kehilangan energi keghaibannya dan sudah luntur aura wingitnya.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 68
Ketika mengasapi bilah Keris dengan asap kemenyan, sebaiknya posisi bilah Keris jangan terlalu dekat
dengan bara api, cukup agar terkena asapnya saja. Karena jika terlalu dekat, uap dari kemenyan akan
menimbulkan endapan lengket pada bilah Keris yang bisa mengurangi keindahan fisik Keris.

Jenis kemenyan yang sering dipakai untuk mengasapi Keris adalah kemenyan Jawa merk 555 yang
konon sangat disukai oleh mahluk ghaib terutama khodam Keris Jawa.

Asap kemenyan Jawa (kemenyan madu) dapat memberikan pengaruh yang besar pada keghaiban Keris
Jawa sehingga tuah Keris menjadi lebih ampuh dan aura wingit atau perbawanya lebih terasa. Jadi,
agar Keris Jawa lebih terasa aura keghaibannya, sebaiknya diberikan sesaji bakaran kemenyan Jawa.

• Kembang
Kembang/bunga merupakam sesaji yang wajib ada untuk Keris Jawa. Pada jaman dulu kembang telon
(kembang 3 rupa) atau kembang setaman (kembang 7 rupa) selalu disajikan berdampingan dengan
kemenyan. Jika kemenyan di anggap sebagai nasi, maka kembang di anggap sebagai lauknya.

Yang paling sering digunakan sebagai sesaji adalah kembang telon (kembang 3 rupa) karena mudah
didapat. Tapi penggunaan kembang setaman (kembang 7 rupa) sebetulnya jauh lebih bagus daripada
kembang telon. Kembang juga bersifat netral dan bisa digunakan sebagai sesaji untuk semua jenis
Keris Jawa atau benda Pusaka lainnya.

Untuk penyajiannya, kembang telon/kembang setaman ditempatkan diatas nampan/wadah lainnya


dengan alas daun pisang dan diletakkan didekat Keris atau Kerisnya diletakkan di atas kembang
tersebut dengan dikeluarkan dari warangkanya dan baru disarungkan kembali pada pagi harinya.

• Minyak Pusaka
Saat ini yang paling umum digunakan untuk sesaji Keris adalah minyak Pusaka seperti minyak
cendana, minyak cendana keraton, minyak melati dan minyak mawar.

Penggunaannya cukup dioleskan pada bilah Keris sehingga lebih praktis daripada menggunakan
kemenyan. Tapi meskipun praktis, efeknya pada keghaiban Keris tidak sebagus jika menggunakan
sesaji kemenyan dan kembang.

Minyak Pusaka lebih di anjurkan digunakan untuk Keris Jawa yang karakternya halus atau adem,
misalnya Keris yang tuahnya untuk kerejekian, pengasihan atau ketentraman rumah tangga, dan tidak
disarankan untuk Keris Jawa yang karakternya keras atau panas seperti Keris-Keris yang tuahnya
untuk kewibawaan, kesaktian, kekuasaan dan penjagaan ghaib karena dapat menurunkan kadar
keghaibannya atau mempengaruhi karakter keras khodamnya menjadi lebih halus atau adem.

Banyak penggemar Keris yang menggunakan minyak singer sebagai campuran untuk minyak pusaka.
Minyak singer memang bagus untuk menjaga bilah Keris agar tidak karatan, tapi efeknya pada
keghaiban Keris kurang baik karena akan menurunkan power Keris. Untuk campuran minyak pusaka
lebih bagus menggunakan minyak kelapa tapi komposisinya sedikit jangan terlalu banyak.

• Kopi pahit

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 69


Kopi yang dimaksud untuk sesaji Keris adalah kopi hitam yang disedu dengan air panas tanpa gula
(kopi pahit). Lebih bagus lagi jika menggunakan kopi tradisional yang proses pembuatannya dengan
ditumbuk secara manual.

Tapi saat ini tentunya sulit mencari kopi jenis itu. Dan jika tidak ada kopi tradisional, bisa juga
menggunakan kopi hitam kemasan yang tanpa gula.

Sajikan kopi pahit dalam gelas tanpa tutup kemudian diletakkan di atas meja bersama sesaji lainnya.
Biarkan selama semalam dan pada pagi harinya bisa dibuang.

• Dupa
Pada jaman dulu umumnya dupa ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu untuk menghasilkan asap,
dan asap tersebut digunakan untuk mengasapai Keris seperti penggunaan kemenyan.

Tapi sekarang ini sudah banyak tersedia dupa yang bisa dibakar langsung tanpa memerlukan arang
untuk membakarnya.

Sama halnya dengan kemenyan, sekarang ini dupa sudah sangat jarang digunakan karena aroma dari
asap dupa akan menyebar kemana-mana dan di anggap klenik.

• Kayu Cendana
Pada jaman dulu kayu cendana biasanya dijadikan serbuk atau serpihan-serpihan kecil untuk dibakar di
atas bara api dari arang kayu sehingga akan menghasilkan asap beraroma harum. Biasanya penggunaan
serbuk kayu cendana dikombinasikan dengan kemenyan atau dupa.

Selain sesaji-sesaji yang umum diberikan untuk Keris Jawa di atas, ada juga Keris-Keris tertentu yang
meminta sesaji yang tidak umum seperti telur ayam mentah, nasi tumpeng, kelapa hijau, bahkan ada
yang meminta darah ayam putih atau ayam cemani dan sesaji-sesaji tidak lazim lainnya.

Keris-Keris seperti itu biasanya memiliki aura keghaiban yang sangat kuat, tapi jika permintaannya
tidak dipenuhi seringkali khodam dari Keris-Keris itu akan marah dan menyerang pemiliknya.

Jadi jika memiliki Keris Pusaka sebaiknya ditayuh dulu untuk mengetahui cocok atau tidaknya Keris
itu dengan kita dan juga untuk mengetahui sesaji apa yang cocok untuk Keris tersebut agar khodamnya
merasa betah dan senang dengan pemiliknya sehingga bisa menjadi pendamping yang aktif dan setia.

Nama-Nama Pamor Keris Lengkap Dengan Gambar


Dan Penjelasan Tentang Tuahnya
Pamor adalah motif atau hiasan yang terdapat pada bilah Keris, Tombak atau Tosan Aji
lainnya yang terbentuk dari proses tempa lipat dari beberapa jenis logam berbeda sehingga akan
menghasikan gradasi warna berbeda ketika bilah Keris diwarangi. Besi akan berubah warna menjadi
hitam, baja menjadi hitam pudar atau abu-abu dan bahan pamor tetap berwarna putih keperakan.
Ada beberapa jenis pamor pada Keris, Tombak dan Tosan Aji lainnya yang masing-masing
memiliki ciri dan motif yang berbeda-beda sesuai dengan betuk dan tehnik pembuatannya, ada yang
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 70
bentuknya tidak disengaja atau yang biasa disebut sebagai pamor tiban dan ada yang bentuk motifnya
sudah direncanakan/dirancang dari awal atau yang disebut pamor rekan.
Istilah-istilah yang biasa digunakan pada pamor Keris atau yang biasa disebut dengan istilah
"Wujud Semuning Pamor" pada umumnya kurang begitu dikenal lagi oleh orang-orang jaman
sekarang. Padahal jenis dan bentuk motif pamor yang terdapat pada bilah Keris juga menjadi unsur
penting untuk menentukan kualitas dan nilai dari sebilah Keris.
Berikut ini jenis-jenis pamor pada Keris, Tombak dan Tosan Aji lainnya:
 Pamor Mrambut
Pamor jenis ini merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan rabaan (grayangan), yaitu
pamor yang jika diraba dengan ujung jari akan terasa seperti meraba rambut. Pamor mrambut
berbentuk seperti susunan garis-garis kecil seperti helaian rambut, atau seperti serat-serat halus
dan lembut.

 Pamor Ngawat
Pamor jenis ini juga dinilai dari kesan rabaan seperti halnya pamor Mrambut, tapi kesan
rabaannya terasa seolah-olah seperti meraba helaian-helaian kawat yang lembut.

 Pamor Nggajih
Pamor jenis ini merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan penglihatan, yaitu pamor yang
tampak seperti lemak beku (gajih) yang menempel pada permukaan bilah Keris.
Keris atau Tosan Aji lainnya yang pamornya nggajih biasanya adalah Keris-Keris yang bermutu
rendah atau yang sering disebut Keris rucahan. Keris semacam itu jika dijentik (di thinthing)
biasanya tidak berdenting nyaring.

 Pamor Mbugisan
Pamor jenis ini dinilai melalui kesan penglihatan dan rabaan. Permukaan bilah Keris yang
pamornya tergolong mbugisan memiliki kesan rabaan halus, sedangkan gradasi perbedaan warna
antara besinya yang hitam dan pamornya yang putih keperakan tidak nyata terlihat (tidak
kontras).

 Pamor Nyanak
Pamor nyanak adalah istilah untuk pamor sanak atau pamor peson yang dinilai menurut kesan
penglihatan dan rabaan. Alur-alur pola gambaran pamor ini tidak jelas/tidak kontras, tetapi kesan
rabaannya sangat terasa dan agak kasar. Keris yang pamornya tergolong sanak biasanya dibuat
dari bahan pamor yang berupa mineral besi yang didapat dari daerah lain, dan jika dijentik, Keris
dengan pamor sanak tidak berdenting nyaring.

 Pamor Kelem
Pamor jenis ini memiliki penampilan yang cukup jelas dan cukup kontras tapi memiliki kesan
sedemikian rupa sehingga seolah-olah yang terlihat hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan
pamor yang ada, atau seolah-olah sebagian besar dari pamor tersebut tenggelam didalam bilah
Keris. Pamor kelem jika diraba akan terasa lumer atau halus dan lembut.

 Pamor Kemambang
Pamor Kemambang adalah kebalikan dari pamor Kelem. Pamor ini memberi kesan seolah bagian
pamor yang tertanam dibilah Keris hanya sedikit saja dan jika diraba terasa lumer dan halus.

 Pamor Ngintip
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 71
Pamor Ngintip adalah istilah untuk penamaan pamor yang sangat kasar kesan rabaannya, dan
kadang-kadang pada beberapa bagian terasa tajam. Pamor Ngintip bisa terjadi karena dua sebab,
yang pertama karena Empu pembuatanya boros (loma) dalam panambahan bahan pamor yang
digunakannya, sehingga jumlah bahan pamor yang digunakan menjadi berlebihan. Bisa juga
terjadi karena unsur ketidak sengajaan, yaitu untuk memberikan kesan wingit pada Keris yang
dibuatnya.
Sebab yang kedua karena sang Empu menggunakan bahan pamor bermutu tinggi, tetapi besi
yang digunakan kualitasnya kurang bagus, akibatnya besinya cepat aus sedangkan pamornya
masih utuh, maka yang terjadi kemudian pamor tersebut akan muncul pada permukaan bilah
secara berlebihan.

 Pamor Mubyar
Pamor mubyar adalah jenis pamor yang warnanya tampak cerah, cemerlang, dan kontras dengan
warna besinya. Tapi walaupun warnanya kontras, jika diraba akan terasa lumer dan halus.
Selain istilah-istilah yang di atas, untuk menilai pamor kita juga harus mengamati kondisi
tertanamnya pamor pada bilah Keris atau Tosan Aji lainnya. Menurut istilah Jawa, kondisi itu
disebut tanceping/tumanceping pamor.

 Pamor Deling
Pamor Deling juga biasa disebut dengan nama pamor Akhodiat. Jika pamor menyebar diseluruh
permukaan bilah Keris disebut Deling Settong, jika hanya mengumpul di ujung bilah Keris
disebut Deling Pucuk dan jika berada dibagian pesi disebut Deling Paksi. Pamor Deling adalah
bagian dari kelompok pamor pada sebilah Keris yang Warnanya lebih cemerlang dari bagian
pamor lainnya. Pamor ini tergolong pamor tiban dan tuahnya dinilai baik karena dapat membuat
pemiliknya memiliki firasat yang tajam.
 Pamor Nginden
Penampilan pamornya mengkilap seperti dapat membiaskan cahaya berkilauan. Pamor Nginden
banyak dijumpai pada Keris nom-noman tangguh Surakarta (PB).
Tanceping atau tertancapnya pamor pada bilah Keris ada dua macam, yaitu:
 Pandes (pandhes), yaitu pamor yang seolah tertanam dalam dan kokoh.
 Kumambang, yaitu pamor yang seolah-olah mengambang atau mengapung dipermukaan bilah.
Jenis-jenis pamor menurut proses terbentuknya:
 Pamor Tiban
Yaitu pamor yang motifnya tidak direncanakan terlebih dulu oleh sang Empu. Contoh pamor
Tiban, antara lain: Wos Wutah, Pandaringan Kebak, Ngulit Semongko, Pulo Tirto, Rojo
Gundolo dan lainnya.

 Pamor Rekan
Yaitu pamor yang motifnya sudah direncanakan/dirancang terlebih dulu dan biasanya
berdasarkan pesanan sehingga ada tehnik atau cara-cara tersendiri dalam peletakan besi dan
bahan pamor dalam proses penempaannya. Contoh pamor Rekan, antara lain: Blarak Sineret,
Ron Gendhuru, Udan Mas, Nogo Rangsang, Melati Rinonce, dan lainnya.

 Pamor Titipan
Yaitu pamor yang dibuat atau disusulkan setelah bilah Keris selesai dibuat. Jadi pamor ini
dititipkan/disisipkan pada Keris setelah bilahnya sudah terbentuk utuh.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 72


Jenis-jenis Pamor Kombinasi:
Keris, Tombak atau jenis Tosan Aji lainnya tidak selalu hanya memiliki satu pamor saja, ada juga yang
memiliki beberapa motif pamor sekaligus dalam satu bilah, inilah yang disebut pamor kombinasi, dan
berikut ini jenis-jenisnya:
 Pamor Slewah
Pamor Slewah adalah sebutan untuk dua pamor berbeda yang berada pada sisi bilah yang sama
dan biasanya antara pamor satu dengan yang lain dipisahkan dengan jarak sekitar 1 cm atau
lebih. Versi lainnya yaitu dua pamor berbeda yang ada di masing-masing sisi bilah Keris atau
Tombak. Jadi satu sisi bilah dan sisi bilah lainnya memiliki pamor yang berbeda.

 Pamor Dwi Warno


Pamor Dwi Warno adalah sebutan untuk dua pamor berbeda yang terdapat pada sisi bilah yang
sama, tapi letak kedua pamornya tidak dipisahkan oleh jarak (jaraknya hanya kecil), contohnya:
Batu Lapak - Wengkon, Rujo Gundolo - Wengkon, atau yang lainnya.

 Pamor Tri Warno


Pamor Tri Warno adalah istilah untuk pamor Keris atau Tombak yang terdiri dari tiga nama
pamor dalam satu bilah, contohnya: pada sebilah Keris terdapat pamor Tunggak Semi dibagian
sor-soran, ditengah bilah terdapat pamor Adeg, dan di ujungnya bilah terdapat pamor Lawe
Seukel, ini yang disebut pamor Tri Warno.

 Pamor Tangkis
Pamor Tangkis adalah istilah untuk Keris yang pada kedua sisi bilahnya memiliki pamor yang
berbeda atau yang hanya memiliki pamor pada satu sisi bilahnya saja dan sisi bilah yang
satunya tidak berpamor (kelengan). Selain itu, istilah Tangkis juga sering digunakan untuk
menyebut nama dhapur Keris yang memiliki ricikan berbeda pada kedua sisi bilahnya.

Berikut Ini Nama-Nama Pamor Keris, Tombak Dan Tosan Aji Lainnya
Beserta Gambar Dan Penjelasan Mengenai Tuah / Khasiatnya:
1. Pamor Adeg Iras

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 73


Bentuknya menyerupai garis-garis lurus mulai dari ujung sampai pangkal bilah Keris dan
tembus/menyambung ke bagian gonjo, bahkan sampai kebagian pesi Keris. Pamor ini tergolong pamor
miring - rekan. Tuahnya untuk menangkal gangguan mahluk halus, serangan ilmu hitam, dan menolak
bencana.
2. Pamor Alip

Pamor ini selalu menempati bagian sor-soran pada sebilah Keris, tapi kadang juga terdapat
pada Tombak. Pamor Alip termasuk pamor titipan dan pamor rekan, bentuknya berupa garis lurus dan
tebal sepanjang sekitar 4 - 6 cm dan terkadang ujung garisnya membelok/melengkung.
Pamor Alip bukan merupakan pamor Sodo Sak Ler yang terputus, tapi memang sengaja dibuat
seperti itu atau karena titipan sehingga terkadang pamor ini terdapat disela-sela pamor lain yang lebih
dominan. Bagi sebagian orang, pamor ini dipercaya memiliki tuah yang baik untuk memperkuat iman,
tahan terhadap godaan dan tidak tergolong pamor pemilih.

3. Pamor Asihan

Pamor Asihan adalah bentuk pamor yang motifnya menyambung dari bagian bilah Keris
sampai ke bagian gonjo. Jadi, pamor Asihan tidak memiliki bentuk sendiri tapi selalu digabungkan
dengan pamor lain yang lebih dominan seperti misalnya pamor Ngulit Semongko Asihan, Udan Mas
Asihan atau yang lainnya. Tuanya dipercaya dapat memikat lawan jenis (pengasihan) dan disukai
banyak orang.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 74


4. Pamor Badaela

Pamor Badaela termasuk pamor tiban yang terletak dibagian sor-soran. Pamor ini di anggap
kurang baik untuk dimiliki karena dapat menyebabkan pemiliknya sering mengalami nasib sial
sehingga sering dilarung ke sungai oleh pemiliknya.

5. Pamor Batu Lapak

Pamor ini selalu menempati bagian sor-soran Keris, Tombak. Pedang atau Badik. Bentuknya
berupa garis-garis melengkung setengah lingkaran atau menyudut. Pamor Batu Lapak tergolong pamor
miring dan pamor rekan. Tuahnya dinilai baik untuk perlindungan dan tolak bala.

6. Pamor Bawang Sebungkul

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 75


Bentuknya berupa lapisan-lapisan yang berbentuk mirip dengan irisan bawang dan selalu
menempati bagian sor-soran Keris. Pamor ini tergolong pamor miring dan rekan. Tuahnya dinilai baik
untuk memelihara ketenangan dan ketentraman rumah tangga.

7. Pamor Bendo Segodho

Bentuk motifnya berupa bulatan-bulatan yang mengelompok rapat dengan masing-masing


bulatan berjarak sekitar 0,5 - 1 cm dan tergolong pamor rekan. Pamor ini tidak pemilih dan tuahnya
dinilai baik untuk memudahkan dalam mencari rezeki.

8. Pamor Blarak Sineret

Pamor ini juga sering disebut pamor Blarak Ngirid atau Blarak Gineret. Bentuknya mirip daun
kelapa lengkap dengan pelepahnya (blarak) dan termasuk pamor miring - rekan dengan tingkat
kerumitan yang tinggi dalam pembuatannya. Tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan dan
kepemimpinan.

9. Pamor Bonang Rinenteng

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 76


Bentuknya berupa garis lurus ditengah bilah Keris atau Tombak mulai dari pangkal sampai
ujung bilah dan di sisi kanan-kiri garis terdapat bulatan-bulatan kecil yang menempel dengan jarak
antara lingkaran satu dengan lainnya sekitar 1 - 1,5 cm. Pamor ini tergolong pamor rekan, tuahnya
dinilai baik untuk pegaulan, kerejekian dan kewibawaan.

10. Pamor Bungkalan

Pamor Bungkalan merupakan bentuk pamor yang terpadat pada ujung Keris atau Tombak. Jadi,
pamor apapun jika pada bagian didekat ujung bilah terdapat pamor yang bentuknya seperti lidah ular
bercabang dua, itu disebut pamor Bungkalan dan tergolong pamor yang disukai. Tuahnya dinilai baik
karena dapat membantu memudahkan pemiliknya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
11. Pamor Bungkus

Sepintas bentuk pamor ini menyerupai bentuk kepompong yang terletak ditengah-tengah sor-
soran. Tuahnya untuk kerejekian dan mencegah sifat boros.

12. Pamor Buntel Mayat

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 77


Pamor Buntel Mayat lebih populer disebut pamor Buntel Mayit, padahal maknanya sangat jauh
berbeda. Mayat dalam bahasa Jawa artinya miring, sedangkan Mayit artinya jenazah. Bentuk pamor ini
menyerupai lilitan kain dari pangkal sampai ujung bilah Keris atau Tombak dan tergolong pamor
rekan, perpaduan pamor miring dan mlumah. Banyak yang beranggapan jika pamor ini kurang baik
untuk dimiliki. Pamor ini tergolong pemilih, tapi bagi orang yang kuat, tuahnya bisa membantu
memudahkan rezeki dan mencapai kejayaan.

13. Pamor Ceprit/Nyeprit

Pamor Ceprit adalah sebutan untuk pamor yang hanya sedikit sekali terdapat pada bilah Keris
atau Tombak (seceprit). Pamor ini biasanya banyak terdapat pada Keris-Keris tangguh Majapahit.
Tuahnya untuk perlindungan dan kerejekian.

14. Pamor Dadung Muntir


Jika dilihat sekilas bentuk pamor ini mirip dengan pamor
Sodo Lanang/Sodo Sak Ler. Bedanya, garis yang ada
disepanjagg bilah Keris atau Tombak tidak berbentuk garis
lurus biasa, tapi bentuknya mirip pintalan tambang atau
pintalan tali. Pamor ini tergolong pamor rekan dan termasuk
pamor pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk menambah
kewibawaan dan keberanian serta keteguhan hati.
15. Pamor Dandang Ngelak

Tuahnya dinilai buruk karena membuat pemiliknya berhati keras dan banyak musuh.

16. Pamor Endas Boyo

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 78


Pamor Endas Boyo selalu terletak dibagian sor-soran. Pamor ini diyakini oleh banyak orang
bertuah buruk karena akan membuat pemiliknya sering mendapat musibah akibat tingkah lakunya
sendiri dan apa saja yang dilakukan selalu salah. Dari keyakinan itulah kemudian banyak Keris
berpamor Endas Boyo yang dilarung ke sungai.

17. Pamor Gajah Gelar

Bentuk motifnya berupa 5 garis yang membujur disepanjang bilah Keris dari pangkal sampai
ujung. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan. Tuahnya untuk kewibawaan dan memperluas
kekuasaan.

18. Pamor Ganggeng Kanyut

Bentuknya menyerupai ganggang yang hanyut di sungai/aliran air. pamor ini tergolong pamor
rekan perpaduan antara pamor miring dan mlumah. Tuahnya untuk memperluas pergaulan, untuk
kewibawaan dan untuk kerejekian.

19. Pamor Gumbolo Geni

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 79


Bentuk motifnya menyerupai kobaran api. Tuah pamor Gumbolo Geni dinilai baik untuk
menangkal hal-hal negatif/tolak bala dan mengobarkan semangat/ambisi pemiliknya untuk terus maju
dan meraih kejayaan.

20. Pamor Ilining Warih/Banyu Mili

Bentuknya berupa garis-garis membujur dari pangkal sampai ujung bilah Keris atau Tombak.
Garis-garisnya ada yang utuh dan ada yang putus-putus serta banyak yang bercabang sehingga
bentuknya menyerupai air mengalir. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya
dinilai baik untuk memperluas pergaulan dan untuk melancarkan rezeki.

21. Pamor Janur Sinebit

Bentuknya berupa garis-garis yang membujur dari pangkal sampai ujung bilah Keris, sepintas
pamor ini mirip dengan pamor Gajah Gelar, bedanya garis-garis pamornya mengumpul ditengah bilah,
sedangkan garis-garis pada pamor Gajah Gelar jaraknya lebih renggang dan yang paling tepi berada
tepat dipinggir bilah seperti pamor Wengkon. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan, tuahnya dapat
mendatangkan ketentraman, kebahagiaan dan untuk tolak bala.

22. Pamor Jarot Asem

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 80


Bentuknya menyerupai serabut kasar saling menyilang tapi tidak saling tindih. Pamor ini
tergolong pamor rekan yang langka. Pamor Jarot Asem tidak memilih dan tuahnya dinilai baik karena
akan membuat pemiliknya memiliki keteguhan hati dan tekad yang kuat.

23. Pamor Jolo Tundo

Bentuknya sepintas mirip pamor Wengkong tapi garisnya lebih lebar dan pada bagian
dalamnya terdapat lekukan-lekukan. Tuahnya dinilai baik karena akan membuat pemiliknya mudah
mendapatkan ketenaran dan menonjol dilingkungannya.
24. Pamor Jung Isi Dunyo

Bentuknya berupa bulatan-bulatan kecil berlapis-lapis yang dikelilingi oleh bulatan dan bisa
terletak dimana saja, bisa dibagian sor-soran, tengah bilah, atau di ujung bilah. Pamor ini tergolong
pamor mlumah, tuahnya untuk memudahkan pemiliknya dalam mencari rejeki dan mengumpulkan
kekayaan.

25. Pamor Junjung Drajat


Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 81
Motif pamor Junjung Drajat berupa garis-garis yang tersusun membentuk segitiga seperti anak
panah atau bentuk gunung dengan ujung yang lancip melambangkan peningkatan atau terus menanjak
kepuncak yang lebih tinggi. Garis-garis pamornya yang berlapis-lapis atau bertumpuk melambangkan
menjunjung/menopang sesuatu yang lebih tinggi. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan dan
tuahnya dinilai baik untuk mengangkat derajat atau status sosial pemiliknya.

26. Pamor Kalacakra/Kolocokro

Motifnya berbentuk garis silang seperti huruf X yang ujung-ujung garisnya sampai menyentuh
tepi bilah Keris dan ditengahnya terdapat bulatan yang mirip dengan bentuk pusaran pamor Sumur
Bandung. Pamor ini selalu menempati bagian sor-soran Keris. Pamor ini tergolong pamor rekan dan
pemilih. Tuahnya untuk tolak bala.

27. Pamor Kendit


Bentuknya berupa garis yang melingkari bilah Keris dan termasuk pamor rekan. Tuahnya
untuk perlindungan dan tolak bala.

28. Pamor Klabang Sayuto

Bentuk motifnya merupakan perpaduan dari pamor Blarak Sineret dan Nogo Rangsang,
sepintas menyerupai bentuk kaki kelabang. Pamor ini tergolong pamor rekan dan pemilih. Tuahnya
untuk kewibawaan dan kekuasaan.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 82
29. Pamor Kupu Tarung

Bentuk motifnya menyerupai sayap kupu-kupu mengembang yang berderet disepanjang bilah
Keris dari pangkal sampai ujung yang dihubungkan oleh sebuah garis pamor. Pamor ini tergolong
pamor miring - rekan dan tidak pemilih. Tuahnya untuk memperluas pergaulan.

30. Pamor Kutho Mesir

Pamor ini terletak dibagian sor-soran Keris, bentuknya seperti jajaran genjang dan ada juga
yang berbentuk lingkaran seperti pamor Kul Buntet. Tuahnya untuk perlindungan dan kewibawaan.

31. Pamor Keleng

Pamor Keleng adalah sebutan untuk Tosan Aji yang bilahnya tidak terdapat motif pamor. Tapi
Keris Keleng sebetulnya tetap diselipi bahan pamor tapi memang sengaja disamarkan untuk tujuan-
tujuan tertentu. Tuah Keris pamor Keleng dinilai baik untuk perlindungan dan pengayoman.

32. Pamor Kenongo Ginubah

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 83


Bentuknya motif pamor ini menyerupai untaian bunga kenanga dan tergolong pamor rekan.
Pamor Kenongo Ginubah termasuk pemilih dan tuahnya dinilai baik karena akan membuat
pemiliknya memiliki kepribadian menarik dan menonjol dilingkungannya serta akan disukai oleh
banyak orang.

33. Pamor Koro Welang


Bentuknya berupa gambaran belang-belang
menyerupai kulit ular welang dan tergolong pamor
miring - rekan. Pamor Koro Welang termasuk
pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk menambah
kewibawaan pemiliknya.

34. Pamor Kudung Mayit

Bentuknya berupa lapisan pamor yang menutupi bagian ujung bilah Keris sehingga terlihat
seperti memakai kudung (kerudung). Tuah pamor ini dinilai buruk karena dapat menghambat cita-cita
pemiliknya

35. Pamor Kulit Semongko/Ngulit Semongko

Bentuk motif pamor Ngulit Semongko mirip dengan motif pada kulit buah semanggka. Pamor
ini tergolong pamor tiban - mlumah dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk memperluas
pergaulan.

36. Pamor Kul Buntet

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 84


Bentuknya berupa garis melingkar menyerupai bentuk obat nyamuk dan biasanya terletak
dibagian sor-soran. Pamor ini merupakan pamor miring - titipan yang bisa dibuat setelah bilah Keris
jadi. Pamor Kul Buntet tergolong pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk perlindungan.

37. Pamor Lar Gangsir

Pamor Lar Gangsir tergolong pamor miring yang dihasilkan dari lipatan dan puntiran sehingga
menjadikan bentuk alurnya terkesan rumit dan indah mirip dengan motif pada sayap Gangsir. Tuahnya
dinilai baik untuk kewibawaan dan penundukan.

38. Pamor Lawe Saukel

Bentuk pamor ini menyerupai gulungan benang yang terlepas atau terurai. Tuah Pamor Lawe
Saukel dinilai baik karena diyakini dapat membantu pemiliknya untuk menguraikan masalah-masalah
ruwet yang dihadapi.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 85


39. Pamor Lintang Kemukus

Bentuknya berupa garis lurus yang berada ditengah bilah mirip dengan pamor Sodo Sakler, tapi
dibagian bawah atau sor-soran garis tersebut membesar membentuk pola seperti pamor Lawe Saukel,
Bawang Sebungkul, atau pamor Tunggak Semi. Tuahnya dinilai baik untuk membantu agar apa yang
menjadi harapan atau cita-cita pemiliknya bisa cepat terkabul.

40. Pamor Lintang Mas

Bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis seperti pamor Udan Mas, tapi lapisan bulatannya lebih
banyak sehingga diameter bulatannya bisa mencapai 1 cm atau lebih. Pamor ini tergolong pemilih dan
tuahnya dinilai baik untuk mendatangkan rejeki dan kekayaan.

41. Pamor Mancungan

Bentuk pamor ini mirip dengan pamor Ujung Gunung tapi posisinya terbalik, bagian lancipnya
justru menghadap kebawah atau pangkal Keris. Pamor ini termasuk pamor rekan dan pemilih. Tuahnya
dinilai baik untuk menambah wibawa pemiliknya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 86


42. Pamor Manggar

Bentuk pamor ini menyerupai bunga kelapa dalam untaian (manggar) yang merupakan
kumpulan dari bulatan-bulatan lonjong dan kecil yang tersusun disepanjang bilah Keris dari pangkal
sampai ujung. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk
memudahkan dalam mencari rejeki dan memperluas pergaulan.

43. Pamor Manikem

Motifnya berupa bulatan-bulatan berlapis, berjajar dan berderetan dari pangkal sampai ujung
bilah Keris, garis tengah bulatan mencapai 1,5 - 2 cm dan setiap bulatan terdiri lebih dari 8 lapis.
Bulatan satu dengan lainnya dihubungkan dengan garis garis pamor. Pamor ini diisukai para pedagang
dan pengusaha karena tuahnya dapat memudahkan datangnya rejeki.

44. Pamor Mas Kumambang

Pamor ini letaknya dibagian gonjo Keris, bentuknya berupa garis mendatar berlapis-lapis.
Tuahnya dinilai baik untuk memperluas pergaulan dan disukai banyak orang.

45. Pamor Mayang Mekar

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 87


Bentuknya sangat indah menyerupai daun seledri. Pamor Mayang Mekar tergolong pamor
miring – rekan yang sangat langka dan pemilih. Tuahnya dinilai baik karena akan membuat pemiliknya
luwes dalam pergaulan dan disukai orang-orang disekitarnya, atau lebih condong untuk pengasihan.

46. Pamor Mego Sungsun

Pamor Mego Sungsun tergolong pamor rekan, tuahnya dinilai baik untuk mempermudah dalam
mencapai cita-cita yang tinggi.
47. Pamor Melati Rinoce

Bentuknya mirip untaian bunga melati yang diuntai menggunakan benang mulai dari pangkal
sampai ujung bilah Keris. Pamor Melati Rinonce tergolong pamor rekan dan tidak memilih. Tuah atau
khasiatnya untuk memudahkan dalam mencari rejeki dan menumpuk kekayaan.
48. Pamor Melati Sinebar

Bentuknya berupa bulatan-bulatan berlapis yang menyebar berurutan dari pangkal sampai
ujung bilah dengan diameter bulatannya sekitar 1 cm. Pamor Melati Sinebar termasuk pamor rekan
dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk kerejekian dan pergaulan.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 88
49. Pamor Miji Timun

Bentuknya berupa bulatan-bulatan kecil ditengah bilah Keris dari pangkal sampai ujung mirip
dengan pamor Uler Lulut, tapi bulatannya lebih kecil dan lebih lonjong. Tuahnya untuk kerejekian dan
kewibawaan.

50. Pamor Mlinjon

Bentuk pamor ini berupa bulatan-bulatan lonjong mirip buah melinjo yang tersusun rapi
disepanjang bilah Keris dari pangkal sampai ujung. Tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan dan
kerejekian.

51. Pamor Mrambut

Bentuknya beruoa garis-garis lembut yang membujur dari pangkal sampai ujung bilah Keris.
Garis-garis pamor tersebut tidak utuh, tapi terputus-putus dan sepintas mirip dengan pamor Adeg,
bedanya pada pamor Adeg garisnya tidak terputus. Pamor ini tergolong pemilih, tuahnya dinilai baik
untuk menangkal segala hal yang bersifat negatif atau untuk tolak bala.

52. Pamor Mrutu Sewu


Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 89
Bentuknya motifnya berupa kumpulan garis-garis dan bulatan yang saling berdekatan sehingga
tampak ruwet dan sepintas mirip dengan pamor Sisik Sewu. Letaknya tersebar dari pangkal sampai
ujung bilah. Pamor ini termasuk pamor mlumah dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk
memperluas pergaulan.

53. Pamor Munggul

Bentuknya seperti bisul yang menonjol dipermukaan bilah Keris, biasanya ukurannya sebesar
biji kacang hijau atau sedikit lebih besar. Pamor ini tergolong langka dan banyak dicari karena tuahnya
dapat membantu pemiliknya untuk meraih kejayaan dan kemenangan.

54. Pamor Raja Soleman

Bentuknya menyerupai bintang segi enam yang selalu terletak dibagian sor-soran. Pamor ini
merupakan pamor titipan, atau pamor yang dibuat setelah bilah Keris selesai dikerjakan. Pamor ini
tergolong pemilih dan tuahnya dinilai baik karena merupakan kumpulan dari hal-hal yang baik, seperti
untuk penangkal dari marabahaya, untuk kewibawaan agar disegani lawan maupun kawan dan ditakuti
mahluk ghaib.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 90
55. Pamor Nogo Rangsang

Bentuknya sangat mirip dengan pamor Blarak Sineret, perbedaannya hanya pada arah motif
garis-garis yang menyerupai daun kelapa. Pada pamor Blarak Sineret garis-garisnya mengarah ke atas
atau ke ujung bilah, sedangkan pamor Nogo Rangsang sebaliknya yaitu mengarah kebawah atau ke
pangkal bilah. Pamor ini tergolong pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk menambah kewibawaan

56. Pamor Nrajang Landep

Pamor Nrajang Landep sebetulnya bukan nama sebuah pamor, tapi merupakan pamor (bisa
pamor apa saja) yang alurnya keluar dari bilah Keris. Pada Keris-Keris tua banyak yang pamornya
menjadi Nrajang Landep karena bilahnya sudah gripis.
Pamor Nrajang Landep di anggap memiliki tuah yang kurang baik karena membuat pemiliknya
sering terlibat sengketa dan salah pengertian. Tapi ada juga yang sengaja menyimpannya dengan
tujuan jika suatu saat terlibat masalah maka tuah Keris ini dapat meloloskannya dari masalah. Tapi
secara umum, tuahnya kurang baik (negatif).

57. Pamor Nur

Bentuk pamor Nur mirip dengan hurup S yang terletak dibagian sor-soran. Pamor ini tergolong
pemilih, tuahnya di anggap baik untuk menambah kewibawaan dan kharisma. Pamor ini cocok
dimiliki guru dan sesepuh masyarakat.

58. Pamor Ondho Agung

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 91


Motifnya berbentuk garis-garis menyudut, bersusun-susun dan berjajar keatas dari pangkal
sampai ujung bilah Keris. Pamor ini termasuk pamor miring dan tidak pemilih. Tuahnya di anggap
baik untuk kenaikan jabatan atau pencapaian karier.

59. Pamor Pancuran Mas

Motif pamor ini menempati dua pertiga dari bagian Keris, yaitu dibagian bilah dan gonjo.
Bentuknya berupa garis lurus mulai ujung sampai pangkal bilah Keris dan tembus atau menyambung
ke bagian gonjo menjadi bercabang dua seperti bentuk lidah ular. Tuahnya dinilai baik untuk mencari
rejeki dan kekayaan.

60. Pamor Pandan Iris

Bentuknya menyerupai irisan daun pandan dan merupakan pamor rekan. Pamor Pandan Riris
termasuk pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan, kejayaan, dan kepemimpinan.

61. Pamor Pari Sawuli

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 92


Bentuk motifnya menyerupai untaian bulir-bulir padi dari pangkal sampai ujung bilah Keris.
Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya untuk kemakmuran.

62. Pamor Pedaringan Kebak

Pamor Pedaringan Kebak merupakan pamor tiban yang menempati hampir seluruh bagian bilah
Keris. Pamor ini tidak pemilih, tuahnya untuk memudahkan dalam mencari rejeki.

63. Pamor Pulo Tirto

Bentuknya mirip dengan pamor Wos Wutah tapi hanya menempati sebagian kecil dari bilah
Keris atau Tombak. Letaknya menyebar tidak merata mirip bentuk pulau-pulau. Pamor ini merupakan
pamor tiban, tuahnya dinilai baik untuk pergaulan, kerejekian dan ketrentaman.
64. Pamor Puser Bumi

Bentuk motifnya berupa garis melingkar membentuk pusaran. Pamor ini tergolong pamor
miring - rekan dan pemilih. Tuahnya untuk Perlindungan dan penjagaan.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 93


65. Pamor Putri Kinurung

Bentuk motifnya menyerupai danau dengan beberapa pulau kecil di tengahnya. Pamor ini
tergolong pamor tiban dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik karena akan menjadikan pemiliknya
hemat dan pandai dalam mengelola keuangan.
66. Pamor Rahtama

Pamor ini terletak dibagian sor-soran dan tergolong pamor tiban Biasanya pamor ini terselip di
antara pamor lain yang lebih dominan seperti pamor Wos Wutah atau Ngulit Semongko. Tuahnya di
anggap baik dan cocok jika dimiliki oleh pasangan suami-istri yang menghendaki anak yang baik,
berbudi luhur dan mulia.
67. Pamor Rambut Daradah

Bentuknya hampir mirip dengan pamor Adeg, tapi pada jarak tertentu terdapat lekukan-lekukan
dipinggir pamornya. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan dan pemilih. Tuahnya dinilai baik
untuk kepemimpinan.

68. Pamor Rante


Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 94
Motifnya mirip dengan bentuk rantai berupa sederet bulatan-bulatan yang berlubang
ditengahnya yang masing-masing dihubungkan dengan pamor yang bentuknya menyerupai garis.
Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya untuk mencari kekayaan dan mencegah
sifat boros.
69. Pamor Reget Banyu

Bentuknya berupa garis-garis setengah lingkaran berlapis-lapis, ada yang terdapat disepanjang
bilah Keris dan ada juga yang hanya setengah bilah. Tuahhya untuk perlindungan dan tolak bala.

70. Pamor Ri Pandan

Motifnya menyerupai duri ikan dan sepintas seperti pamor Ron Gendhuru tapi daunnya lebih
jarang dan tipis sehingga menimbulkan kesan kurus. Pamor ini tergolong pamor miring - rekan dan
termasuk pemilih. Tuahnya untuk menambah kewibawaan.

71. Pamor Ri Wader

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 95


Bentuknya menyerupai duri ikan dan tergolong pamor miring - rekan yang proses pembuatannya
tergolong rumit. Pamor ini tergolong pemilih, tuahnya untuk menambah wibawa pemiliknya.

72. Pamor Rojo Gundolo

Motifnya menyerupai wujud Manusia, mahluk halus atau bunatang dan bisa terletak dimana
saja, bisa dibagian sor-soran, tengah bilah atau di ujung bilah Keris. Pamor ini tergolong pamor tiban,
tuahnya untuk perlindungan dan tolak bala.

73. Pamor Ron Gendhuru

Pamor Ron Gendhuru juga sering disebut sebagai pamor Bulu Ayam, bentuk motifnya
menyerupai daun gendhuru. Pamor ini termasuk pamor miring - rekan dan pemilih. Tahnya untuk
kewibawaan dan kepemimpinan serta membuat pemiliknya menjadi orang terpandang.

74. Pamor Ron Jagung

Bentuknya menyerupai susunan daun jagung yang masih ada dipohonnya. Tuahnya dinilai baik
untuk kewibawaan dan kerejekian.

75. Pamor Ron Pakis

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 96


Bentuk motifnya menyerupai daun pakis dan tergolong pamor miring - rekan. Tuahnya di anggap baik
untuk kewibawaan.
76. Pamor Satrio Pinayungan

Bentuk motifnya hampir serupa dengan pamor Kudung tapi dibawahnya terdapat pamor lain.
Pamor lain yang terdapat dibawahnya atau dibagian sor-soran bisa berupa pamor Wos Wutah, Bawang
Sebungkul, atau pamor-pamor lainnya. Tapi versi lain ada yang mengatakan bentuknya berupa 3 buah
bulatan dibagian sor-soran yang letaknya berjajar mendatar dan di atasnya terdapat beberapa bulatan
berjajar keatas. Tuanya di anggap baik untuk perlindungan dan kepemimpinan.

77. Pamor Segoro Wedhi

Motifnya berupa bulatan-bulatan kecil berlapis dan sebagian tidak berlepais. Letaknya
menyebar diseluruh permukaan bilah Keris. Pamor ini tidak pemilih dan tuahnya dinilai baik untuk
memudahkan dalam mencari rejeki.

78. Pamor Sekar Anggrek

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 97


Bentuk motifnya menyerupai untaian bungan anggrek dan sepintas mirip dengan Pamor Sekar
Pala, bedanya pada pamor Sekar Anggrek dibagian ujung bunga lebih lebar dan mengarah ke atas,
sedangkan pamor Sekar Pala bentuk bunganya lebih kecil dan mengarah ke bawah. Tuahnya dinilai
baik karena akan membuat pemiliknya mudah mendapatkan keberuntungan.
79. Pamor Sekar Glagah

Bentuk motifnya mirip dengan pamor Mayang Mekar tapi agak renggang dan tidak terlalu
rapat. Angsarnya sangat baik untuk kenaikan pangkat, kesuksesan usaha, dan memudahkan dalam
mencari rejeki.

80. Pamor Sekar Kopi

Bentuk motifnya seperti buah buah kopi yang masih menempel dirantingnya, ditengah bilah
terdapat pamor berbentuk garis tebal dari pangkal sampai ujung bilah Keris dan disisi kiri dan kanan
garis tersebut terdapat pamor berbentuk bulatan-bulatan kecil yang letaknya terpisah-pisah. Setiap
gumpalan pamor terdiri dari 2 - 4 bulatan kecil. Tuah atau khasiatnya untuk memudahkan pemiliknya
dalam mencari rejeki, sehingga pamor ini banyak dicari oleh para pedagang dan pengusaha. Pamor ini
tergolong pamor rekan.

81. Pamor Sekar Lampes

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 98


Motif pamor ini menyerupai untaian bunga yang sepintas mirip dengan pamor Sekar Anggrek
dan pamor Sekar Pala. Pamor ini tergolong pamor rekan dan pemilih. Tuahnya untuk kewibawaan dan
kharisma.

82. Pamor Sekar Manggar

Motifnya menyerupai untaian bunga kelapa dan sepintas seperti pamor Mangar, bedanya pada pamor
Mangar bentuk bunga kelapanya lebih besar dan lebih jelas, sedang pada pamor Sekar Mangar yang
terlihat lebih jelas adalah motif untaian dan tangkainya. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak
pemilih. Tuahnya untuk memperluas pergaulan dan disukai banyak orang.

83. Pamor Sekar Pala

Motifnya menyerupai bentuk untaian bunga pala dan sepintas mirip dengan pamor Sekar Anggrek.
Pamor ini cocok dimiliki oleh Dalang dan Pesinden karena angsarnya dapat menjadikan pemiliknya
menjadi terkenal.
84. Pamor Sekar Susun

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 99


Bentuknya berupa bulatan-bulatan berlapis yang tersusun disepanjang bilag Keris atau Tombak,
sepintas pamor ini mirip dengan pamor Melati Rinonce, bedanya pada Pamor Sekar Susun gambar
bunganya lebih besar. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuah atau khasiatnya untuk
memudahkan pemiliknya dalam mencari rejeki dan popularitas.

85. Pamor Sekar Tebu

Bentuk pamor ini sepintas mirip dengan pamor Blarak Sineret, bedanya ujung garis pamor
yang menyerupai gambar daun kelapa tidak sampai ketepi bilah, tapi hanya mengumpul ditengah bilah
saja dan guratan-guratan garisnya juga lebih halus. Pamor ini merupakan pamor miring - rekan dan
tergolong pemilih. Tuahnya untuk kewibawaan dan kepemimpinan.

86. Pamor Selo Karang

Motifnya menyerupai bongkahan karang dilaut, sepintas pamor ini seperti pamor Tunggak
Semi, tapi bagian seminya memanjang terus sampai ke atas. Pamor ini tergolong pamor mlumah
(terlentang). Tuahnya dinilai baik untuk kewibawaan dan memudahkan untuk mencari pengikut.

87. Pamor Simbar-Simbar

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 100


Bentuknya sepintas seperti rumpun padi yang terpotong daunnya. Pamor ini tergolong pamor miring -
rekan dan pemilih. Tuahnya untuk menambah kewibawaan dan tolak bala.

88. Pamor Sirat

Kadang pamor ini juga disebut Tejo Bungkus atau Bimo Bungkus. Tuahnya untuk kewibawaan
dan kepemimpinan, sangat cocok dimiliki oleh seorang pemimpin yang punya banyak bawahan.

89. Pamor Sisik Sewu

Bentuknya merupakan kumpulan bulatan-bulatan kecil berlapis-lapis yang ukurannya lebih


kecil dari bulatan-bulatan pamor Udan Mas. Tuahnya untuk memudahkan pemiliknya dalam mencari
rejeki dan kekayaan.

90. Pamor Sodo Sak Ler

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 101


Pamor Sodo Sak Ler juga sering disebut pamor Sodo Lanang atau Adeg Siji. Bentuknya
berupa garis lurus yang memujur dari pangkal sampai ke ujung bilah Keris. Pamor ini termasuk pamor
miring - rekan dan tidak pemilih. Tuahnya dinilai baik untuk meraih cita-cita dan pangkat yang tinggi.

91. Pamor Sumber

Pamor Sumber adalah pamor yang letaknya dibagian gonjo Keris berbentuk bulatan berlapis-
lapis yang menyerupai mata kayu, dan paling sedikit ada 3 lapisan. Jumlahnya paling sedikit 6 bulatan
pada satu gonjo. Tuahnya dinilai baik untuk mendatangkan rejeki.

92. Pamor Sungsum Buron

Bentuknya mirip dengan pamor Wos Wutah, bedanya letak pamor ini tidak menyebar tapi
menggerombol dan mengelompok rapat, masing masing kelompok pamor terpisah satu dengan
lainnya. Pamor ini tergolong pamor tiban dan tidak pemilih. Tuah atau khasitanya untuk memudahkan
pemiliknya dalam mencari rejeki dan memperluas pergaulan.

93. Pamor Sumur Bandung

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 102


Bentuknya hampir sama dengan pamor Pendaringan Kebak, tapi ditengah-tengahnya terdapat bulatan-
bulatan kosong berjumlah 1 - 3 buah. Pamor ini bisa rekan atau tiban. Tuahnya untuk meningkatkan
kepekaan pemiliknya dan cocok dimiliki oleh orang yang aktif dibidang keprajuritan/militer.

94. Pamor Sumur Sinobo

Bentuknya bulatan-bulatan bersusun dan berderet dari pangkal sampai ujung bilah, sepintas
mirip dengan pamor Bendo segodo, tapi jarak bulatan-bulatannya lebih rapat satu sama lain. Pamor ini
tergolong pamor rekan dan tidak pemilih. Tuah atau khasiatnya untuk mendatangkan rejeki.

95. Pamor Tambal

Bentuknya mirip polesan kuas dibidang lukisan. Pamor ini tergolong pamor rekan, ada yang
pamor miring dan ada yang mlumah. Pamor ini tergolong pemilih, tuahnya dapat mengangkat drajat
dan status sosial pemiliknya serta menutupi semua kekurangannya.

96. Pamor Tebu Kineret

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 103


Bentuknya menyerupai batang tebu yang beruas pendek. Pamor ini tergolong pamor rekan -
mlumah dan tidak pemilih. Tuahnya untuk memudahkan mencari rejeki dan untuk kewibawaan.

97. Pamor Tejo Kinurung

Bentu pamor ini merupakan perpaduan dari pamor Sodo Sak Ler dan pamor Wengkon. Pamor
Tejo Kinurung termasuk pamor rekan dan tidak pemilih. Tuahnya untuk memudahkan meraih cita-cita
dan untuk perlindungan.

98. Pamor Telogo Membleng

Pamor ini selalu menempati bagian pejetan atau blumbangan, bentuknya berupa lingkaran-
lingkaran berlapis menyerupai gambar pulau didalam peta. Pamor ini tergolong pamor tiban, tuahnya
dapat membuat pemiliknya bersifat hemat.

99. Pamor Tirto Tumetes

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 104


Bentuknya berupa bulatan-bulatan dengan bentuk dan ukuran yang tidak teratur. Letaknya
disepanjang bilah Keris dari ujung sampai pangkal bilah dengan jarak antara satu bulatan dengan
bulatan lainnya lumayan agak jauh dan sepintas menyerupai bentuk tetesan air. Pamor ini tergolong
pamor tiban dan tidak pemilih. Tuahnya untuk melancarkan rejeki.

100. Pamor Toyo Mambeg

Bentuknya seperti genangan air dan tergolong pamor rekan - miring. Tuahnya untuk
memudahkan mencari rejeki dan menumpuk kekayaan.

101. Pamor Triman

Pamor ini biasanya hanya mengumpul dibagian sor-soran saja tidak ada sambungannya.
Tuahnya dinilai baik untuk orang tua atau yang sudah pensiun karena dapat membawa ketentraman
dan kedamaian bagi pemiliknya. Tapi pamor ini dinilai kurang baik untuk orang yang masih aktif
bekerja karena dapat menurunkan semangat/ambisi untuk maju.

102. Pamor Tritik


Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 105
Bentuknya motifnya hampir sama dengan pamor Untu Walang. Pamor ini tergolong pamor
rekan dan pemilih. Tuahnya untuk kewibawaan dan keselamatan.

103. Pamor Tulak

Bentuknya mirip dengan pamor Kudung, bedanya sudut pamor Kudung menghadap ke atas
atau ke ujung Keris, sedangkan pamor Tulak menghadap kebawah atau ke pangkal Keris. Pamor ini
tidak pemilih dan tuahnya bisa melindungi pemiliknya dari perbuatan jahat orang lain.

104. Pamor Tumpal Keli

Bentuk motif pamor ini merupakan perpaduan antara pamor Kenongo Ginubah dengan pamor
Ganggeng Kanyut. Pamor ini tidak tidak pemilih, tuahnya untuk memperluas pergaulan dan
menjadikan pemiliknya disukai oleh orang-orang disekitarnya.

105. Pamor Tundung

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 106


Pamor Tundung diyakini memiliki tuah buruk karena dapat membuat seret rejeki dan membuat
pemiliknya sering berpindah-pindah tempat tinggal karena berbagai sebab. Karena keyakinan akan
tuah buruknya itulah yang menyebabkan banyak Keris berpamor Tundung yang dilarung ke sungai.
Tapi bagi sebagian orang, Keris berpamor Tundung justru diyakini memiliki tuah untuk tolak bala dan
menangkal hal-hal yang sifatnya negatif.

106. Pamor Tunggak Semi

Pamor ini hanya terdapat dibagian sor-soran Keris atau Tombak dengan bentuk berupa garis-
garis tidak beraturan yang berlapis-lapis dan pada bagian ujung pamor seperti tumbuh lagi pamor lain
yang bentuknya seperti tunas pohon yang bersemi. Tuahnya untuk kerejekian dan memajukan usaha.

107. Pamor Tunggul Kukus

Tuahnya dipercaya akan membuat pemiliknya disegani banyak orang, selamat dari segala
macam bahaya dan kejahatan, serta doa-doanya selalu terkabul.

108. Pamor Tunggul Wulung

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 107


Motifnya berupa gambar sederhana menyerupai bentuk Manusia, ada bagian menyerupai
kepala, badan, kaki dan tangan. Pamor ini tergolong pamor tiban dan selalu menempati bagian sor-
soran Keris, terutama dibagian blumbangan atau pejetan. Tuahnya dipercaya dapat menolak pagebluk
dan wabah penyakit.

109. Pamor Udan Mas

Bentuknya berupa bulatan-bulatan kecil berlapis-lapis yang tersebar di seluruh permukaan


bilah Keris yang membentuk pola 2-1-2. Pamor ini tergolong pamor mlumah - rekan dan tidak
pemilih. Pamor ini sangat terkenal dan banyak dicari karena tuahnya dipercaya dapat mendatangkan
rejeki dan kekayaan.

110. Pamor Ujung Gunung

Bentuk pamor ini sekilas mirip dengan pamor Junjung Drajat, pamor Rojo Abolo Rojo, dan
pamor Pandhito Bolo Pandhito, yaitu berupa garis-garis segitiga berlapis-lapis yang menyerupai
bentuk puncak gunung. Tuahnya untuk memudahkan pemiliknya meraih jabatan tinggi dan kejayaan.

111. Pamor Uler Lulut

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 108


Bentuk motifnya sekilas seperti tubuh seekor ulat yang merupakan gabungan dari bentuk
bulatan-bulatan yang saling menempel rapat satu sama lain dari pangkal sampai ujung bilah Keris.
Pamor ini tergolong pamor mlumah - rekan dan tidak pemilih. Tuahnya untuk kharisma dan untuk
mempengaruhi lawan bicara sehingga akan menuruti semua perkataan pemiliknya.

112. Pamor Unthuk Banyu

Bentuk motifnya mirip dengan buih-buih air. Pamor ini tidak pemilih, tuahnya untuk
memperluas pergaulan dan kerejekian serta dapat mengurangi sifat boros.

113. Pamor Untu Walang

Bentuk motifnya menyerupai pamor Tepen atau Wengkon, bedanya garis yang menjadi bingkai
pada pamor Untu Walang berkelok-kelok seperti mata gergaji, sedangkan pada pamor Wengkon garis
bingkainya lurus. Pamor ini tergolong pamor rekan dan pemilih. Tuahnya dapat membuat pemiliknya
dipercaya oleh orang-orang disekelilingnya dan kata-katanya selalu didengar.

114. Pamor Urab-Urab

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 109


Bentuk motifnya mirip dengan pamor Jarot Asem, bedanya garis pamornya lebih tebal dan
jelas. Pamor ini tergolong pamor rekan kombinasi pamor miring dan mlumah serta pemilih. Tuahnya
untuk menambah kewibawaan.

115. Pamor Wahyu Tumurun

Bentuknya berupa gumpalan-gumpalan dari ujung bilah sampai ke sor-soran Keris. Pamor ini
tergolong pamor tiban dan tidak pemilih. Tuahnya untuk membantu mempermudah tercapainya
harapan dan cita-cita.

116. Pamor Walang Sinunduk

Pamor ini tergolong pamor rekan dan pemilih. Tuahnya dinilai baik karena akan membuat
pemiliknya menjadi panutan di masyarakat. Pamor ini cocok dimiliki oleh guru, tokoh masyarakat dan
pemimpin keagamaan.

117. Pamor Winih

Pamor ini terletak dibagian gonjo Keris, bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis paling sedikit
tiga lapisan dan sepintas mirip seperti mata kayu. Pamor ini mirip dengan pamor Sumber, bedanya
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 110
bulatannya hanya ada 1 - 3 bulatan pada satu gonjo. Tuahnya dinilai baik karena jika melakukan suatu
pekerjaan dapat menyelesaikannya dengan baik.

118. Pamor Wengkon

Motifnya berupa garis lurus menyambung disepanjang tepi bilah Keris seperti bingkai. Pamor
ini biasa juga disebut pamor Tepen atau pamor Lis-lisan. Pamor ini tergolong pamor rekan dan tidak
pemilih. Tuahnya dapat menjadikan pemiliknya menjadi lebih hemat, tahan terhadap godaan dan untuk
perlindungan.

119. Pamor Wirasat

Pamor Wirasat sebetulnya tidak berdiri sendiri, tapi selalu menyelimuti atau menempel pada
pamor lain. Tuahnya dapat mempertajam insting dan memperkuat tuah dari pamor yang di ikutinya.

120. Pamor Wos Wutah/Beras Wutah

Bentuknya berupa bulatan-bulatan dan garis-garis tidak beraturan. Pamor ini tergolong pamor tiban
dan tidak memilih. Tuahnya untuk kerejekian dan kemakmuran.

121. Pamor Wulan-Wulan

Bentuknya berupa bulatan-bulatan yang terpisah antara satu bulatan dengan yang lainnya dan
hampir mirip dengan pamor Melati Sinebar tapi ukurannya lebih besar. Pamor ini tergolong pamor
mlumah dan tidak pemilih. Tuahnya untuk memudahkan mencari rajeki.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 111
122. Pamor Yogapati

Pamor ini letaknya dibagian sor-soran Keris dan termasuk pamor tiban. Pamor ini di anggap
buruk karena pemiliknya akan sering dilanda musibah dan nasib buruk.
Demikian sedikit informasi tentang nama-nama pamor Keris, Tombak, dan Tosan Aji lainnya
lengkap dengan gambar dan khasiatnya yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini.

Jenis-Jenis Luk Keris Dan Maknanya


Luk adalah bagian yang berkelok dari bilah Keris. Jika dilihat dari bentuknya, ada dua jenis
Keris, yaitu Keris lurus dan Keris luk. Jumlah luk pada Keris selalu ganjil, tidak ada yang genap
karena dalam budaya Jawa, segala sesuatu yang sudah genap berarti di anggap telah selasai/purna.
Jadi, sesuatu yang ganjil berarti belum selesai dan harus dilanjutkan. Dengan demikian, jumlah luk
Keris yang selalu ganjil bisa berarti akan berkelanjutan, dinamis dan lambang ambisi untuk terus maju.
Ada 3 macam bentuk luk pada Keris atau Tombak, yaitu:
 Luk kembo
Luk kembo yaitu luk/lekukan pada bilah Keris atau Tombak yang tidak dalam (tampak
samar/tidak tegas). Keris-Keris tangguh Pajajaran dan Segaluh kebanyakan luknya kembo.

 Luk sedeng/sedang
Luk yang sedeng/sedang artinya tidak kembo dan tidak rengkol. Keris-keris tangguh Majapahit
dan Mataram Senopaten kebanyakan luknya sedeng.

 Luk rengkol
Luk rengkol adalah luk yang lekukannya dalam. Luk yang rengkol banyak terdapat pada Keris-
Keris tangguh Pengging dan sebagian tangguh Mataram Sultan Agung serta tangguh Mataram
Amangkuratan.
Di dunia perkerisan, bentuk luk Keris biasa di istilahkan dengan persamaan bentuk kelokan tubuh ular,
yaitu:
 Keris lurus dipersamakan dengan Sarpo Topo atau ular yang sedang bertapa.
 Keris dengan luk Kembo dipersamakan dengan Sarpo Lelewo atau ular yang sedang
bergaya.
 Keris dengan luk sedeng dipersamakan dengan Sarpo Lumampah atau ular yang sedang
berjalan.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 112
 Keris dengan luk rengkol dipersamakan dengan Sarpo Nglangi atau ular yang sedang
berenang.
Pembagian ragam bentuk luk Keris dan Tombak ini juga berguna untuk menentukan suatu tangguh
Keris. Misalnya, jika sebuah Keris luknya rengkol, sudah hampir bisa dipastikan jika itu bukan Keris
tangguh Tuban dan bukan juga tangguh Pajajaran. Sebaliknya, jika luknya kembo, maka sudah hampir
bisa dipastikan jika Keris tersebut bukan tangguh Pengging.
Selain itu, jumlah luk juga digunakan untuk menentukan nama dhapur suatu Keris. Karena dua bilah
Keris yang ricikannya sama, tapi jika jumlah luknya berbeda, maka nama dhapurnya akan berbeda.

Cara menghitung jumlah luk Keris:


Menghitung jumlah luk Keris atau Tombak bisa dilakukan dengan cara menghitung jumlah
bagian cembungnya, atau bisa jiga pada bagian cekungnya. Menghitungnya bisa dimulai dari pangkal
Keris (sor-soran), atau bisa juga dari bagian pucuk bilah.
Jumlah terbanyak luk Keris adalah 13, dan jika ada Keris yang jumlah luknya lebih dari 13
maka Keris tersebut disebut Keris Kalawijan atau Keris yang tidak lazim (tidak umum).
Ada yang mengatakan jika jumlah luk pada sebilah Keris paling sedikit adalah 3. Tapi ada juga
yang mengatakan bahwa ada Keris luk satu. Keris yang digolongkan luk 1 adalah Keris dhapur
Sengkol, ada yang menyebutnya dhapur Damar Murub atau Urubing Dilah. Tapi ada juga yang
menggolongkannya sebagai Keris luk 3.
Berikut ini perlambang dari jumlah luk Keris:
 Keris lurus melambangkan keteguhan hati dan kekuatan iman, sekaligus melambangkan tauhid,
yakni kepercayaan terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
 Keris luk 3 (Jangkung) melambangkan permohonan kepada Tuhan agar cita-citanya dapat
tercapai dan dapat melewati segala rintangan dengan mudah.
 Keris luk 5 melambangkan permohonan kepada Tuhan agar diberikan kemampuan lancar dalam
berbicara sehingga orang yang diajak bicara dapat terpikat dan terpengaruh.
 Keris luk 7 melambangkan permohonan kepada Tuhan agar memiliki wibawa dalam berbicara
sehingga perintahnya akan di taati, perkataannya dapat memperngaruhi lawan bicara dan
bentakannya bisa membuat ciut nyali orang yang mendengarnya.
 Keris luk 9 melambangkan permohonan kepada Tuhan agar memiliki wibawa yang besar dan
berkharisma, sehingga pemilik Keris luk 9 bisa menjadi pemimpin yang baik, agar anak buahnya
atau bawahannya taat dan segan kepadanya.
 Keris luk 11 melambangkan permohonan kepada Tuhan agar memiliki ambisi besar dalam usaha
meraih kedudukan tinggi, baik sosial maupun ekonomi.
 Keris luk 13 melambangkan permohonan kepada Tuhan agar memiliki jiwa dan kedudukan sosial
yang stabil.
Tapi mengenai arti perlambang pada jumlah luk Keris juga ada beberapa versi lainnya yang berbeda.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 113


Makna Keris Dalam Budaya Jawa
Keris ialah sejenis senjata pendek kebangsaan Melayu yang digunakan sejak melebihi 600
tahun dahulu. Senjata ini memang unik di dunia Melayu dan boleh didapati di kawasan berpenduduk
Melayu seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan(Mindanao), dan
Brunei.

Keris digunakan untuk mempertahankan diri (misalnya sewaktu bersilat) dan sebagai alat
kebesaran diraja. Senjata ini juga merupakan lambang kedaulatan orang Melayu. Keris yang paling
masyhur ialah keris Taming Sari yang merupakan senjata Hang Tuah, seorang pahlawan Melayu yang
terkenal.

Keris berasal dari Kepulauan Jawa dan keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan abad
ke-14. Senjata ini terbahagi kepada tiga bahagian, yaitu mata, hulu dan sarung. Keris sering dikaitkan
dengan kuasa mistik oleh orang Melayu pada zaman dahulu. Antara lain, terdapat kepercayaan bahawa
keris mempunyai semangatnya yang tersendiri.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 114


Keris menurut amalan Melayu tradisional perlu dijaga dengan cara diperasapkan pada masa-
masa tertentu, malam Jumat misalnya. Ada juga amalan mengasamlimaukan keris sebagai cara untuk
menjaga logam keris dan juga untuk menambah bisanya. Ada pepatah yang menyatakan :
"Penghargaan pada seseorang tergantung karena busananya." Mungkin pepatah itu lahir dari
pandangan psikolog yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang itu
menunjukkan watak atau karakter yang ada dalam diri orang itu.

Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya
pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa
lengkap).

Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus
menggunakan/memakai busana pengantin gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala
(kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu oleh
kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai symbol "kejantanan." Dan terkadang apabila
karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia
diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.

Pandangan ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat Jawa dulu, bahwa awal mula
eksistensi mahkluk di bumi atau di dunia bersumber dari filsafat agraris, yaitu dari menyatunya unsur
lelaki dengan unsur perempuan. Di dunia ini Allah Swt, menciptakan makhluk dalam dua jenis seks
yaitu lelaki dan perempuan, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Kepercayaan pada
filsafat agraris ini sangat mendasar di lingkungan keluarga besar Karaton di Jawa, seperti Karaton
Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan lain-lain.

Kepercayaan itu mulanya dari Hinduisme yang pernah dianut oleh masyarakat di Jawa. Lalu
muncul pula kepercayaan tentang bapa angkasa dan ibu bumi/pertiwi. Yang juga dekat dengan
kepercayaan filsafat agraris di masyarakat Jawa terwujud dalam bentuk upacara kirab pusaka pada
menjelang satu Sura dalam kalender Jawa dengan mengkirabkan pusaka unggulan Karaton yang terdiri
dari senjata tajam: tombak pusaka, pisau besar (bendho). Arak-arakan pengirab senjata pusaka
unggulan Karaton berjalan mengelilingi komplek Karaton sambil memusatkan pikiran, perasaan,
memuji dan memohon kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, untuk beroleh perlindungan,
kebahagiaan, kesejahteraan lahir dan batin.

Fungsi utama dari senjata tajam pusaka dulu adalah alat untuk membela diri dari serangan
musuh, dan binatang atau untuk membunuh musuh. Namun kemudian fungsi dari senjata tajam seperti
keris pusaka atau tombak pusaka itu berubah. Di masa damai, kadang orang menggunakan keris hanya
sebagai kelengkapan busana upacara kebesaran saat temu pengantin. Maka keris pun dihias dengan
intan atau berlian pada pangkal hulu keris.

Bahkan sarungnya yang terbuat dari logam diukir sedemikian indah, berlapis emas berkilauan
sebagaikebanggaan pemakainya. Lalu, tak urung keris itu menjadi komoditi bisnis yang tinggi
nilainya.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 115


Tosan Aji atau senjata pusaka itu bukan hanya keris dan tombak khas Jawa saja,melainkan hampir
seluruh daerah di Indonesia memiliki senjata tajam pusaka andalan,seperti rencong di Aceh, badik di
Makasar, pedang, tombak berujung tig (trisula), keris bali, dan lain-lain.

Ketika Sultan Agung menyerang Kadipaten Pati dengan gelar perang Garudha Nglayang, Supit
Urang, Wukir Jaladri, atau gelar Dirada Meta, prajurit yang mendampingi menggunakan senjata
tombak yang wajahnya diukir gambar kalacakra. Keris pusaka atau tombak pusaka yang merupakan
pusaka unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsur besi baja, besi, nikel, bahkan
dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara
pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada Sang Maha Pencipta Alam (Allah SWT) dengan
suatu upaya spiritual oleh Sang Empu.

Sehingga kekuatan spiritual Sang Maha Pencipta Alam itu pun dipercayai orang sebagai
kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan
kepada pemakai senjata pusaka itu. Pernah ada suatu pendapat yang berdasarkan pada tes ilmiah
terhadap keris pusaka dan dinyatakan bahwa keris pusaka itu mengeluarkan energi/kekuatan yang
tidak kasat mata (tak tampak dengan mata biasa). Yang menarik hati adalah keris yang dipakai untuk
kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa.

Keris itu dihiasi dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris.
Ternyata itu bukan hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk mengingatkan orang
agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna, sewenang-
wenang dan mau menangnya sendiri seperti watak Harya Penangsang.

Kaitannya dengan Harya Penangsang ialah saat Harya Penangsang berperang melawan
Sutawijaya, karena Penangsang pemarah, emosional, tidak bisa menahan diri, perutnya tertusuk
tombak Kyai Plered yang dihujamkan oleh Sutawijaya. Usus keluar dari perutnya yang robek.

Dalam keadaan ingin balas dendam dengan penuh kemarahan Penangsang yang sudah
kesakitan itu mengalungkan ususnya ke hulu keris di pinggangnya. Ia terus menyerang musuhnya.
Pada suatu saat Penangsang akan menusuk lawannya dengan keris Kyai Setan Kober di bagian
pinggang, begitu keris dihunus, ususnya terputus oleh mata keris pusakanya. Penangsang mati dalam
perang dahsyat yang menelan banyak korban.

Dari peristiwa itulah muncul ide keris pengantin dengan hiasan untaian bunga mawar dan
melati.

Tosan aji atau senjata pusaka seperti tombak, keris dan lain-lain itu bisa menimbulkan rasa
keberanian yang luar biasa kepada pemilik atau pembawanya. Orang menyebut itu sebagai piyandel,
penambah kepercayaan diri, bahkan keris pusaka atau tombak pusaka yang diberikan oleh Sang Raja
terhadap bangsawan Karaton itu mengandung kepercayaan Sang Raja terhadap bangsawan unggulan
itu. Namun manakala kepercayaan sang raja itu dirusak oleh perilaku buruk sang adipati yang diberi
keris tersebut, maka keris pusaka pemberian itu akan ditarik/diminta kembali oleh sang raja.

Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara filosofi
sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 116


"manunggaling kawula – Gusti", bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan
Penciptanya, bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tentram,
bahagia, sehat sejahtera.

Selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing juga harus tahu diri untuk
berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar. Namun demikian, makna
yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya,kini terancam perkembangannya karena aspek teknologi
sebagai sahabat budayanya kurang diminati ketimbang aspek legenda dan magisnya.

Empu Dari Zaman Ke Zaman


Dua arti dalam istilah empu, pertama dapat berarti sebutan kehormatan misalnya Empu Sedah atau
Empu Panuluh. Arti yang kedua adalah ‘Ahli’ dalam pembuatan ‘Keris’. Dalam kesempatan ini, Empu
yang kami bicarakan adalah seseorang yang ahli dalam pembuatan keris. Dengan tercatatatnya
berbagai nama ‘keris’ pastilah ada yang membuat.

Pertama-tama yang harus diketahui adalah tahapan zaman terlahirnya ‘keris’ itu, kemudian
meneliti bahan keris, dan ciri khas sistem pembuatan keris. Ilmu untuk kepentingan itu dinamakan
‘Tangguh’. Dengan ilmu tangguh itu, kita dapat mengenali nama-nama para Empu dan hasil karyanya
yang berupa bilahan-bilahan keris, pedang, tombak, dan lain-lainnya. Adapun pembagian tahapan-
tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:

1. Kuno (Budho) tahun 125 M – 1125 M


meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi,
Mamenang, Penggiling Wiraradya, Kahuripan dan Kediri.

2. Madyo Kuno (Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.


Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon.

3. Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M


Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan Blambangan.

4. Tengahan (Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M


Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram

5. Nom (Muda) tahun 1614 M. Sampai sekarang


Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.

Telah kami ketengahkan tahapan-tahapan zaman Kerajaan yang mempunyai hubungan


langsung dengan tahapan zaman Perkerisan, dengan demikian pada setiap zaman kerajaan itu terdapat
beberapa orang Eyang yang bertugas untuk menciptakan keris.

Keris-keris ciptaan Empu itu setiap zaman mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Sehingga para
Pendata benda pusaka itu tidak kebingungan. Ciri khas terletak pada segi garap dan kwalitas besinya.
Kwalitas besi merupakan ciri khas yang paling menonjol, sesuai dengan tingkat sistem pengolahan
besi pada zaman itu, juga penggunaan bahan ‘Pamor’ yang mempunyai tahapan-tahapan pula.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 117


Bahan pamor yang mula-mula dipergunakan batu ‘meteor atau batu bintang’ yang dihancurkan
dengan menumbuknya hingga seperti tepung kemudian kita mengenali titanium semacam besi
warnanya keputihan seperti perak, besi titanium dipergunakan pula sebagai bahan pamor. Titanium
mempunyai sifat keras dan tidak dapat berkarat, sehingga baik sekali untuk bahan pamor.

Sesuai dengan asalnya di Prambanan maka pamor tersebut dinamakan pamor Prambanan. Keris
dengan pamor Prambanan dapat dipastikan bahwa keris tersebut termasuk bertangguh Nom. Karena
diketemukannya bahan pamor Prambanan itu pada jaman Kerajaan Mataram Kartasura (1680-1744).

Keris Diakui Dunia


Setelah wayang pada tahun 2003, kini giliran keris Indonesia diakui sebagai salah satu warisan
budaya dunia yang mesti dilestarikan. Pengakuan UNESCO di Paris 25 November 2005 itu tentu
merupakan percikan berita segar di tengah serba keterpurukan Indonesia akhir-akhir ini.

Keris, seperti juga teater Kabuki dari Jepang, pentas tradisional India— Ramlila yang
mengetengahkan epik Ramayana—Samba dari Brasil, Mak Yong dari Melayu, ”Masih hidup dan
dihayati, tradisi masih berlanjut. Berbeda dengan budaya samurai di Jepang yang kini sudah mati,”
ungkap Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNESCO) Koichiro Matsuura, yang ditemui Kompas pekan lalu, beberapa saat
setelah menyerahkan sertifikat pengakuan UNESCO itu kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta.

Sebenarnya ada 64 warisan budaya yang diusulkan berbagai negara untuk diakui sebagai
warisan dunia oleh UNESCO tahun ini. Akan tetapi, setelah melalui penilaian para juri yang bersidang
pada 20-24 November 2005 dengan ketua Putri Basma binti Talal dari Jordania, hanya 43 yang diakui
sebagai warisan budaya oral serta nonbendawi manusia (intangible cultural heritage of humanity).

Sementara mahakarya (masterpiece) yang diakui UNESCO tahun 2001 serta tahun 2003,
termasuk wayang, jumlahnya 47. Maka, total mahakarya warisan budaya dunia yang diakui 90.
”Proklamasi yang ketiga kali ini kemungkinan adalah yang terakhir. Konvensi akan segera
dilaksanakan segera setelah 30 negara memiliki instrumen ratifikasi dan disetujui, seperti yang sudah
dilakukan 26 negara sebelumnya,” ungkap Matsuura.

Ratusan ribu dollar AS per tahun diperkirakan akan mengalir guna melestarikan keris Indonesia
dan juga wayang.

Lewat momentum penghargaan UNESCO ini mestinya kita menata kembali pandangan tentang
keris,” ungkap Ir Haryono Haryoguritno, pakar keris yang memimpin tim riset pustaka dan lapangan
juga diskusi selama setahun sejak Agustus 2004.

Laporan Keris
Setelah mendatangi komunitas perkerisan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, dan
Lombok, Haryono yang dibantu Waluyo Wijayatno dari perkumpulan penggemar keris Damartaji dan
warga negara Indonesia asal Australia, Gaura Mancacaritadipura, merangkumnya dalam sebuah
laporan tebal untuk UNESCO.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 118


Juga diserahkan film budaya perkerisan yang berdurasi 10 menit serta 120 menit. Kalau selama
ini banyak media cetak maupun elektronik lebih sering mengekspos ”pandangan-pandangan miring”
yang dihubungkan dengan mistik buruk keris (dalam sinetron-sinetron perdukunan), maka menurut
Haryono, semestinya kini Indonesia juga menyadari betapa dunia ternyata menghargai warisan budaya
nenek moyang yang dalam beberapa kesempatan sering disingkirkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
”Keris, selama ini sering digambarkan di (sinetron-sinetron) televisi, bisa terbang, atau bersinar-sinar,
dan lekat dengan dunia dukun,” kata Waluyo. Atau kalangan awam, yang selalu menghubungkan
sosok keris dengan Empu Gandring serta dongeng Ken Arok, yang membunuh empu pembikinnya
tersebut dengan keris yang dipesannya.

Sang empu mengutuk, keris yang sebenarnya belum selesai dibikin itu akan makan korban
tujuh turunan, termasuk Ken Arok sendiri. Keris selama ini dipandang dekat dengan dunia
perdukunan, sementara negeri tetangga, Singapura, malah sudah lebih dulu memakai identitas keris
sebagai kebanggaan mereka.

Maskapai penerbangan negeri ini, Singapore Airlines, memakai Kris Lounge sebagai ruang
tunggu VIP bagi para penumpangnya di bandar udara. Atau KrisFlyer, sebuah layanan bagi mereka
yang sering menggunakan jasa maskapai tersebut. KrisMagazine untuk majalah mereka, dan KrisShop
untuk layanan jualan suvenir mereka di pesawat.

Karya Agung
UNESCO memandang keris memiliki nilai luar biasa sebagai karya agung ciptaan manusia.
Selain berakar dalam tradisi budaya dan sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih berperan
sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasi budaya, dan masih berperan sosial di masyarakat. Jika usulan
wayang sampai empat kali dikembalikan laporannya—sebelum diakui sebagai warisan dunia 2003—
usulan keris langsung diterima.

”Indonesia perlu bangga,” ungkap Matsuura, yang sempat mengoreksi cara seorang pejabat
Indonesia menarik sebilah keris dari warangkanya itu. Meski orang Jepang, Matsuura lebih berminat
terhadap produk budaya asal Indonesia ini. Tidak sekadar tahu.

Anatomi atau Ricikan Keris


Anatorni keris dikenal juga dengan istilah ricikan keris. Berikut ini akan diuraikan anatorni keris satu
persatu :

1. Ron Dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa Dha.

2. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi, di atas ganja.

3. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di atas ga~qa.

4. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang gandik.

5. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang rangkap dan Ietaknya menempel
pada gandik.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 119
6. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas sirah cecak atau
ujung ganja.

7. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.

8. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.

9. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa Dha ( ) yang berderet.

10. Tikel Alis, terletak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis mata.

11. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.

12. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.

13. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.

14. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian kiri dan kanan.

15. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.

16. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.

17. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran sampai pucuk.

18. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.

19. Kruwingan, dataran yang terietak di kiri dan kanan adha-adha.

20. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.

Kekuatan Simbolik Keris Terletak pada "Pamor"


Keris tidak dapat terpisahkan dengan peradaban Jawa. Dalam pandangan masyarakat Jawa,
keris atau curiga merupakan salah satu pusaka kelengkapan budaya. Kekuatan simbolik keris
dipercayai masyarakat Jawa terletak pada pamor, yaitu bahan campuran pembuatan keris berupa besi
meteor. Jenis bahan ini mengandung unsur besi dan nikel.

"Pamor adalah benda berasal dari angkasa. Di antara besi pamor terkenal adalah 'pamor
Prambanan'. Disebut demikian karena meteor ini jatuh di daerah Prambanan sekitar tahun 1784 di
masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana III di Surakarta," demikian kata Guru Besar Universitas
Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Timbul Haryono MSc dalam pidato pengukuhannya di depan Rapat
Senat Terbuka UGM, Sabtu (27/4).

Dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya dan Pascasarjana UGM itu membawakan
pidato berjudul "Logam dan Peradaban Manusia dalam Perspektif Historis- Arkeologis".

Dikatakan Timbul, pamor tersebut sampai sekarang masih disimpan di Keraton Surakarta dan
diberi nama Kiai Pamor. Penelitian laboratoris terhadap meteor itu menunjukkan kandungan unsurnya

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 120


adalah 94,5 persen besi dan 5 persen nikel. Jenis batu pamor lainnya adalah pamor Luwu yang asalnya
dari Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan bahan pembuatan keris, proses pembuatan keris peradaban Jawa secara simbolik
identik dengan konsep persatuan "bapa akasa-ibu pertiwi". Bahan besi diperoleh dari perut Bumi (Ibu
Pertiwi) dan bahan pamor adalah meteor jatuh dari angkasa (bapa akasa). Keduanya kemudian
disatukan menjadi senjata keris MAKNA DESIGN KERIS

PULANG GENI

Merupakan salah satu dapur keris yang populer dan banyak


dikenal karena memiliki padan nama dengan pusaka Arjuna. Pulang
Geni bermakna Ratus atau Dupa atau juga Kemenyan.

Bahwa manusia hidup harus berusaha memiliki nama harum


dengan berperilaku yang baik, suka tolong menolong dan mengisi
hidupnya dengan hal-hal atau aktifitas yang bermanfaat bagi bangsa dan
negara.

Dengan berkelakuan yang baik dan selalu menghasilkan sesuatu


yang bermanfaat bagi orang banyak, tentu namanya akan selalu
dikenang walaupun orang tersebut sudah meninggal.

Oleh karena itu, Keris dapur Pulang Geni umumnya banyak


dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang.

KIDANG SOKA

Keris Kidang Soka ber Luk 7 yang memiliki makna Kijang yang berduka. Bahwa hidup
manusia akan selalu ada Duka, tetapi manusia diingatkan agar tidak terlalu larut dalam duka yang
dialaminya. Kehidupan masih
terus berjalan dan harus terus
dilalui dengan semangat hidup
yang tinggi.

Keris ini memang


memiliki ciri garap
sebagaimana keris tangguh
Majapahit. Tetapi melihat
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 121
pada penerapan pamor serta besinya, tidak masuk dikategorikan sebagai keris yang dibuat pada jaman
Majapahit.

Oleh karena itu, dalam pengistilahan perkerisan dikatakan sebagai keris Putran atau Yasan
yang diperkirakan dibuat pada jaman Mataram. Kembang Kacang Pogog semacam ini umumnya
disebut Ngirung Buto.

SABUK INTEN,

merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan kemakmuran dan atau kemewahan. Dari

aspek filosofi, dapur Sabuk Inten melambangkan kemegahan dan kemewahan yang dimiliki oleh para
pemilik modal, pengusaha atau pedagang pada jaman dahulu. Keris Sabuk Inten ini menjadi terkenal,
selain karena legendanya, juga karena adanya cerita silat yang sangat populer berjudul Naga Sasra
Sabuk Inten karangan Sabuk Inten karangan S.H. Mintardja pada tahun 1970-an.

NAGA SASRA

adalah salah satu nama Dapur Keris Luk 13 dengan Gandik berbentuk kepala Naga yang
badannya menjulur mengikuti sampai ke hampir pucuk bilah. Salah satu Dapur Keris yang paling
terkenal walaupun jarang sekali dijumpai adanya keris Naga Sasra Tangguh tua.

Umumnya keris dapur Naga Sasra dihiasi dengan kinatah emas sehingga penampilannya
terkesan indah dan lebih berwibawa. Keris ini memiliki gaya seperti umumnya keris Mataram
Senopaten yang bentuk bilahnya ramping seperti keris Majapahit, tetapi besi dan penerapan pamor
serta gaya pada wadidhangnya menunjukkan ciri Mataram Senopaten.

Sepertinya berasal dari era Majapahit akhir atau bisa juga awal era Mataram Senopaten (akhir
abad ke 15 sampai awal abad ke 16). Keris ini dulunya memiliki kinatah Kamarogan yang karena
perjalanan waktu, akhirnya kinatah emas tersebut hilang terkelupas.

Tetapi secara keseluruhan, terutama bilah masih bisa dikatakan utuh. Keris Dapur Naga Sasra
berarti Ular yang jumlahnya seribu (beribu-ribu) dan juga dikenal sebagai keris dapur Sisik Sewu.
Dalam budaya Jawa, Naga diibaratkan sebagai Penjaga.
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 122
Oleh karena itu banyak kita temui pada pintu sebuah Candi ataupun hiasan lainnya yang dibuat
pada jaman dahulu. Selain Penjaga, Naga juga diibaratkan memiliki wibawa yang tinggi. Oleh karena
itu, Keris dengan dapur Naga Sasra memiliki nilai yang lebih tinggi daripada keris lainnya.

SENGKELAT,

adalah salah satu keris dari jaman Mataram Sultan Agung (sekitar awal abad ke 17). Dapur
Keris ini adalah Sengkelat. Pamor keris sangat rapat, padat dan halus.

Ukuran lebar bilah lebih lebar dari keris Majapahit, tetapi lebih ramping daripada keris
Mataram era Sultan Agung pada umumnya. Panjang bilah 38 Cm, yang berarti lebih panjang dari
Keris Sengkelat Tangguh Mataram Sultan Agung umumnya.

Bentuk Luk nya lebih rengkol dan dalam dari pada keris era Sultan Agung pada umumnya.
Gonjo yang digunakan adalah Gonjo Wulung (tanpa pamor) dengan bentuk Sirah Cecak runcing dan
panjang dengan buntut urang yang nguceng mati.

Kembang Kacang Nggelung Wayang. Jalennya pendek dengan Lambe Gajah yang lebih
panjang dari Jalen. Sogokan tidak terlalu dalam dengan Janur yang tipis tetapi tegas sampai ke pangkal
bilah. Wrangka keris ini menggunakan gaya Surakarta yang terbuat dari Kayu Cendana.

RAGA PASUNG, atau Rangga Pasung memiliki makna sesuatu yang dijadikan sebagai Upeti. Dalam
hidup di dunia, sesungguhnya hidup dan diri manusia ini telah diupetikan kepada Tuhan YME. Dalam
arti bahwa hidup manusia ini sesungguhnya telah diperuntukkan untuk beribadah, menyembah kepada
Tuhan YME. Dan karena itu kita manusia harus ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia
ini sesungguhnya semu dan kesemuanya adalah milik Tuhan YME.

BETHOK BROJOL,

adalah keris
dari tangguh
Tua juga.
Keris
semacam ini
umumnya ditemui pada tangguh Tua seperti Kediri/Singosari atau
Majapahit. Dikatakan Bethok Brojol karena bentuknya yang pendek
dan sederhana tanpa ricikan kecuali Pijetan sepeti keris dapur Brojol.

PUTHUT KEMBAR,
Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 123
oleh banyak kalangan awam disebut sebagai Keris Umphyang. Padahal sesungguhnya
Umphyang adalah nama seorang mPu, bukan nama dapur keris. Juga ada keris dapur Puthut Kembar
yang pada bilahnya terdapat rajah dalam aksara Jawa kuno yang tertulis “Umpyang Jimbe”.

Ini juga merupakan keris buatan baru, mengingat tidak ada sama sekali dalam sejarah
perkerisan dimana sang mPu menuliskan namanya pada bilah keris sebagai Label atau “trade mark”
dirinya. Ini merupakan kekeliruan yang bisa merusak pemahaman terhadap budaya perkerisan.

Puthut, dalam terminologi Jawa bermakna Cantrik, atau orang yang membantu atau menjadi
murid dari seorang Pandhita / mPu pada jaman dahulu. Bentuk Puthut ini konon berasal dari legenda
tentang cantrik atau santri yang diminta untuk menjaga sebilah pusaka oleh sang Pandhita.

Juga diminta untuk terus berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bentuk orang
menggunakan Gelungan di atas kepala, menunjukkan adat menyanggul rambut pada jaman dahulu.

Bentuk wajah, walau samar tetapi masih terlihat jelas guratannya. Beberapa kalangan
menyebutkan bahwa dapur Puthut mulanya dibuat oleh mPu Umpyang yang hidup pada era Pajang
awal. Tetapi inipun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah karena tidak didukung oleh bukti-bukti
sejarah.

Pajang, dalam buku Negara Kertagama yang ditulis pada jaman Majapahit, disebutkan adanya
Pajang pada jaman tersebut. Oleh karena itu, sangat sulit untuk mengidentifikasi, apakah keris dengan
besi Majapahit tetapi juga ada ciri keris Pajang bisa dikatakan tangguh Pajang – Majapahit, yang
berarti keris buatan Pajang pada era Majapahit akhir (?).

Keris Lurus SUMELANG, dalam bahasa Jawa bermakna kekhawatiran atau kecemasan
terhadap sesuatu. Sedangkan Gandring memiliki arti setia atau kesetiaan yang juga bermakna
pengabdian. Dengan demikian, Sumelang Gandring memiliki makna sebagai bentuk dari sebuah
kecemasan atas ketidaksetiaan akibat adanya perubahan. Ricikan keris ini antara lain : gandik polos,
sogokan satu di bagian depan dan umumnya dangkal dan sempit, serta sraweyan dan tingil. Beberapa

kalangan menyebutkan bahwa keris dapur Sumelang Gandring termasuk keris dapur yang langka atau
jarang ditemui walau banyak dikenal di masyarakat perkerisan. (Ensiklopedia Keris : 445-446). Konon
salah satu pusaka kerajaan Majapahit ada yang bernama Kanjeng Kyai

Sumelang Gandring.

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 124


Pusaka ini hilang dari Gedhong Pusaka Keraton. Lalu Raja menugaskan mPu Supo Mandangi
untuk mencari kembali pusaka yang hilang tersebut. Dari sinilah berawal tutur mengenai nama mPu
Pitrang yang tidak lain juga adalah mPu Supo Mandrangi. (baca : Ensiklopedia Keris : 343-345).

TILAM UPIH,

dalam

terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk tidur. Diistilahkan untuk
menunjukkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga.

Oleh karena itu banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan secara turun-temurun dalam
dapur tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya
nanti
bisa

memperoleh ketenteraman dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.

Sedangkan Pamor ini dinamakan UDAN MAS TIBAN. Ini karena terlihat dari penerapan
pamor yang seperti tidak direncanakan sebelumnya oleh si mPu.

Berbeda dengan kebanyakan Udan Mas Rekan yang bulatannya sangat rapi dan teratur, Udan
Mas Tiban ini bulatannya kurang begitu teratur tetapi masih tersusun dalam pola 2-1-2.

Pada tahun 1930-an, yang dimaksud dengan pamor Udan Mas adalah Pamor Udan Mas Tiban
yang pembuatannya tidak direncanakan oleh sang mPu (bukan pamor rekan). Ini dikarenakan pamor

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 125


Udan Mas yang rekan dicurigai sebagai pamor buatan (rekan). Tetapi toh juga banyak keris pamor
udan mas rekan yang juga merupakan pembawaan dari jaman dahulu.

Oleh banyak kalangan, keris dengan Pamor Udan Mas dianggap memiliki tuah untuk
memudahkan pemiliknya mendapatkan rejeki. Dengan rejeki yang cukup,diharapkan seseorang bisa
membina rumah tangga dan keluarga lebih baik dan sejahtera.Lar GangSir konon merupakan
kepanjangan dari GeLAR AgeMan SIRo yang memiliki makna bahwa Gelar atau jabatan dan pangkat
di dunia ini hanyalah sebuah ageman atau pakaian.

Suatu saat tentu akan ditanggalkan. Karena itu jika kita memiliki jabatan/pangkat atau
kekayaan, maka janganlah kita SOMBONG dan TAKABUR (Jawa = Ojo Dumeh).

Jangan mentang-mentang memiliki kekuasaan, pangkat dan jabatan atau kekayaan, maka kita
bisa seenaknya sendiri sesuai keinginan kita tanpa memikirkan kepentingan orang lain.

Kesimpulan
Dalam dunia keris terdapat tiga kelompok pandangan yang berbeda. Pandangan pertama yang
berkembang bahwa :

1. Keris adalah hasil kebudayaan, kagunan, atau kesenian.

2. Kemudian pandangan kedua yang telah sejak lama berkembang di kalangan masyrakat (Jawa),
secara umum lebih meyakini bahwa keris merupakan senjata pusaka dikarenakan daya gaib
atau tuah yang dimilikinya.

3. Sedangkan menurut pandangan ketiga yang berkembang di kalangan yang sangat terbatas, keris
merupakan pusaka dengan berbagai variasi pemaknaannya dan dinyatakan dengan istilah-
istilah yang hanya dikenali oleh kalangan tersebut.Terutama makna-makna sosial, historis,
filosofis, etis dan religius-mistis.

Dari ketiga pandangan diatas dapat kita ketahui bahwa keris merupakan karya agung yang
harus dilestarikan. Karena jika dilihat dari kacamata desain, sebuah keris memiliki berbagai keunikan
yang sangat spesifik. Terbukti dengan penamaan setiap lekuk yang begitu detail disetiap bagiannya.

Jika ditilik dari makna yang terkandung pada sebilah keris, disitu tercermin kearifan lokal
terutama masyarakat jawa yang menjadikan keris sebagai simbol kekuatan sekaligus mewakili karakter
yang memilikinya. Desain keris mempunyai kekuatan tersendiri dalam membentuk kearifan lokal yang
selanjutnya bisa menjadi indicator kebudayaan di suatu tempat.

Sumber : " Makalah berjudul sama karya Warto, kandidat dosen jurusan Dakwah STAIN Purwokerto

http://njowo.multiply.com/journal/item/185

Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 126


Dihimpun oleh : KRAT. Priyohadinagoro 127

Anda mungkin juga menyukai