Oleh: Kelompok 4
Deskripsi data merupakan upaya menampilkan data agar suatu data dapat dipaparkan
secara baik dan diinterpretasikan secara mudah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian untuk
membuat analisis dan kesimpulan. Seseorang yang akan mengambil sebuah kebijakan atau
keputusan umumnya akan menggunakan data sebagai bahan pertimbangan. Data diperoleh dari
eksplorasi sumber data. Sumber data merupakan sumber dari mana data penelitian itu di
dapatkan, baik dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi maupun dari referensi-referensi
seperti buku, jurnal dan lain sebagainya. Sumber data yang diwariskan oleh masa lalu mampu
memberikan informasi yang menjadi dasar dari rekonstruksi peristiwa masa lampau. Data masa
lalu yang diperoleh dalam beberapa jenis sumber data, yang secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam data: (a) data tekstual, (b) data artefaktual, (c) data ekofaktual, dan (d)
data oral, (e) data toponimis. Dalam penilitian ini data yang digunakan terdiri dari lima data
umum.
Sebuah lokus Desa Kendalbulur yang merupakan salah satu desa bersejarah di Kabupaten
Tulungagung terdapat ataupun memiliki keterkaitan dengan tinggalan masa lampau untuk jenis
tekstual, artefaktual, ekofaktual, serta oral.
Gamb Gamb
ar 1. Punden Sentono Beji Ampel ar 2. Makam Mbah Talab
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dikisahkan, Sentono Beji Ampel merupakan Makam Mbah Talab telah mengalami
tempat tinggal Jim Onggojoyo. Dalam pemugaran. Angka tahun yang digunakan
pengembaraan Mbah Kondho Seco bertemu dalam batu nisan makam adalah angka tahun
dengan 2 jim. Jim itu bernama “ Onggojoyo “. pemugaran, dan itu sangat disayangkan
Lalu beliau bertempur melawan dua jim
tersebut. Dan karena kelebihan Mbah Kondho
Seco jim itu dapat ditaklukan. Kemudian
kedua jim itu menjadi pengikut Mbah Kondho
Seco dan ikut pulang ke rumah Mbah Kondho
Seco. Akhirnya jim tersebut disuruh menjaga
kebun Mbah Kondho Seco yang terletak dekat
dengan pemandian Ratu Gayatri (sekitar
punden). Pemandian Ratu Gayatri saat ini
telah berubah menjadi lapangan volly.
Gam Gam
bar 3. Makam Mbah Kondho Seco bar 4. Bekas temuan arca
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Makam Mbah Kondho Seco telah mengalami Pada bangunan punden Sentono Beji Ampel
pemugaran. Angka tahun yang digunakan (bagian yang dipanah) terdapat arca, akan
dalam batu nisan makam adalah angka tahun tetapi saat ini keberadaan arca tersebut
pemugaran, dan itu sangat disayangkan. dipindahkan ke Museum Daerah pada saat
Sebelumnya nisan makam menggunakan dilakukan ekskavasi di Desa Kendalbulur.
patokan batu ukir yang telah mengalami (Bapak Dwi Cahyono sempat melihat arca
kerusakan dan sangat disayangkan tidak tersebut).
disimpan.
Gambar 5. Lumpang
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Ditemukan lumpang/alat tradisional untuk
menghancurkan padi dan biji-bijian pada
masa lampau di sekitar punden Sentono Beji
Ampel.
3.3. Kesinambungan dan Perubahan Lintas Bidang/ Aspek dalam Lintas Masa
Desa Kendalbulur sebenarnya sudah ada Sejak zaman Kerajaan Majapahit yaitu
sejak masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk dan Ratu Gayatri, bukti penemuan yang
ada di Desa Kendalbulur terdapat sebuah buah pemandian. Konon kabarnya pemandian
tersebut adalah pemandian Ratu Gayatri. Pemandian Ratu Gayatri tersebut terletak di
tengah – tengah wilayah desa ini, dari balai Desa Kendalbulur jalan ke utara 100 M lalu
belok ke barat nanti akan menemukan punden desa, di sekitaran situ dulu merupakan
tempat gayatri mandi, namun sayang seiring berjalannya lintas masa saat ini kedung
tersebut sudah tidak ada dan dijadikan lapangan voli oleh masyarakat sekitar. Hal itu jug
berkitan dengan belum selesainya pembangunan pemandian Ratu Gayatri tersebut.
Sekitar 80% pembangunan pemandian Ratu Gayatri tersebut berjalan, Ratu Gaytri wafat.
BAB IV.PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam penilitian ini data yang digunakan terdiri dari lima data umum. Sebuah
lokus Desa Kendalbulur yang merupakan salah satu desa bersejarah di Kabupaten
Tulungagung terdapat ataupun memiliki keterkaitan dengan tinggalan masa lampau untuk
jenis tekstual, artefaktual, ekofaktual, serta oral. Data tekstual sendiri diperoleh melalui
ekplorasi sumber data tekstual. Suatu peristiwa di masa lampau bukan tidak mungkin
tercatat dalam lebih dari satu sub-jenis sumber data tekstual. Misalnya, tercatat di dalam
sumber data sastra dan tercatat pula sumber data prasasti. Ada pula suatu daerah tidak
atau sedikit sekali diberikan oleh prasasti dan kitab sastra kuno, alih-alih banyak
dibicakan pada sumber data arsip. Artefak-artefak utamanya terdapat di areal yang konon
menjadi tempat permukiman, tempat peribadatan, kadatwan , maupun pada sentra
kegiatan sosial-budaya masa lampau. Pada dasarnya, semua daerah itu mempunyai jejak
artefak masa lalunya sendiri-sendiri, terlepas dari lapis masa mana, terlepas apa bentuk
dan fungsinya, baik dalam kondisi utuhan atau tinggal menyisakan fragmennya. Oleh
karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan tak punya sumber data artefaktual masa
lalu di daerahnya. Seiring berjalannya waktu, temuan data artefaktual yang memiliki
keterkaitan mengenai sejarah berdirinya Desa Kendalbulur telah mengalami pemugaran
yang mungkin sebagai salah satu upaya masyarakat untuk menguri-nguri tinggalan
leluhur mereka. Akhirnya jim tersebut disuruh menjaga kebun Mbah Kondho Seco yang
terletak dekat dengan pemandian Ratu Gayatri . Angka tahun yang digunakan dalam batu
nisan makam adalah angka tahun pemugaran, dan itu sangat disayangkan. Sebelumnya
nisan makam menggunakan patokan batu ukir yang telah mengalami kerusakan dan
sangat disayangkan tidak disimpan. Ditemukan lumpang/alat tradisional untuk
menghancurkan padi dan biji-bijian pada masa lampau di sekitar punden Sentono Beji
Ampel. Pada saat itu ada seorang wirotamtomo dari Kerajaan Mataram yang keplayu
sampai di tempat ini bersama isterinya. Beliau bernama Mbah Talap.
Mbah Talap inilah menurut cerita Bapak Sumarji yang pertama kali babat wilayah
desa ini. Belum begitu luas Mbah Talap babat alas di wilayah ini beliau meninggal dunia
dan isterinya juga meninggal dunia di tempat ini. Sampai saat ini makam Mbah Talap dan
isterinya masih ada yang terletak di sebelah selatan Pemandian Ratu Gayatri . Kemudian
Mbah Kondho Seco meneruskan babat alas di wilayah ini setelah Mbah Talap. Mbah
Kondho Seco ini adalah seorang prajurit Mataram yang linuwih/ sakti mondroguno
namun keadaan fisiknya cacat. Mbah Kondho Seco meneruskan membabat alas di
wilayah ini hingga beliau mempunyai ladang / kebun. Dari hasil kebun itulah Mbah
Kondho Seco dan anaknya bisa makan. Pada suatu ketika Mbah Kondho Seco sedang
berkelana atau mengembara. Lalu beliau bertempur melawan dua jim tersebut dan karena
kelebihan Mbah Kondho Seco jim itu dapat ditaklukan.
4.2. Saran Penelitian
Untuk peneliti selanjutnya, diharapan dapat meniliti dan menemukan kembali
sumber mata air dan recopentung , sebab ada banyak masalah yang bisa ditemukan dari
dua tersebut. Saran penulis kepada peneliti selanjutnya juga agar kiranya dapat
memahami serta mengambil manfaat yang terdapat di dalamnya. Sehingga berfungsi
sebagai sarana hiburan, tetapi dapat diambil sebagai suatu pelajaran atau pengalaman.
Hasil pembahasan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengenali bentuk-
bentuk kritik sosial yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan tindakan-
tindakan yang bersentuhan dengan kondisi sosial masyarakat dan dapat dijadikan
pedoman kehidupan sehari-hari.