Anda di halaman 1dari 70

DAFTAR DHAPUR DAN NAMA KERIS-KERIS

PUSAKA JAWA
DHAPUR KERIS MENURUT PAKEM JAWA

APA ITU DHAPUR KERIS?

Demikian pula dengan keris. Walaupun ada ratusan keris yang dapurnya sama, antara
satu dan lainnya selalu dapat dibedakan. Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa
Jawa mengenal 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai
dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam.
Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur
keris yang pakem, memuat rincian jumlah dapur keris sebagai berikut:
1. Keris lurus ada 40 macam dapur.
2. Keris luk 3 (tiga) ada 11 macam.
3. Keris luk 5 (lima) ada 12 macam.
4. Keris luk 7 (tujuh) ada 8 macam.
5. Keris luk 9 (sembilan) ada 13 macam.
6. Keris luk 11 (sebelas) ada 10 macam.
7. Keris luk 13 (tigabelas) ada 11 macam.
8. Keris luk 15 (limabelas) ada 3 macam.
9. Keris luk 17 (tujuhbelas) ada 2 macam.
10. Keris luk 19 (sembilan belas) sampai luk 29 (dua puluh sembilan) masing-masing
ada semacam.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


63 NAMA DHAPUR KERIS LURUS

Dapur Keris lurus adalah jenis / tipe keris dengan bentuk lurus tanpa luk (lekukan)
pada bilahnya dengan bentuk sederhana pada awalnya lalu semakin berkembang sesuai
era pembuatannya dengan berbagai macam variasi motif pamor, hiasan kinatah dll.
Filosofi tuah khasiat spiritual dari bentuk keris lurus adalah sebagai lambang kelurusan
hati, keteguhan hati pada tujuan dan sarana pemujaan kepada Tuhan sang pencipta
alam, kekuatan mental yang kuat dan kepercayaan tinggi diri yang kuat sesuain sifat
dan karakter kerisnya tersebut, bagi pemilik keris diharapkan untuk senantiasa menjaga
keteguhan dan kelurusan hati, tekun beribadah, menjaga budi pekerti moral dan sikap
kesatria
Dalam berbagai ritual persembahan, selain untuk peribadahan kepada sang pencipta,
keris itu biasanya diberi sarana sesaji doa sebagai sarana menyelaraskan batin menjadi
satu kesatuan supaya doa dan pengharapan pemilik keris bersama dengan pusakanya
dapat sampai kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena selain sebagai pusaka ageman
dan senjata keris juga menjadi sarana dalam dunia kerohanian
berikut ini adalah 63 nama nama dapur keris lurus berdasarkan pakem jawa yang
disadur dari buku ensiklopedia keris karangan dari Bp. Bambang Harsrinuksmo sbb :

1. Betok
2. Brojol
3. Tilam Upih
4. Jalak
5. Panji Anom
6. Jaka Supa
7. Semar Betak
8. Regol
9. Karna Tinanding
10. Kebo Teki
11. Kebo Lajer atau Mahesa Lajer
12. Jalak Ruwuh
13. Sempane Bener
14. Jamang Murub
15. Tumenggung
16. Pantrem
17. Sinom Worawari

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


18. Condong Campur
19. Kalamisani
20. Pasopati
21. Jalak Dinding
22. Jalak Sumelang Gandring
23. Jalak Ngucup Madu
24. Jalak Sangu Tumpeng
25. Jalak Ngore
26. Mundarang
27. Yuyu Rumpung
28. Mesem
29. Semar Tinandu
30. Ron Teki 63. Maraseba
31. Dungkul
32. Kelap Lintah
33. Sujen Anpel
34. Lar Ngatap
35. Mayat Miring
36. Kanda Basuki
37. Putut Kembar
38. Mangkurat
39. Sinom
40. Kala Munyeng
41. Pinarak
42. Tilam Sari
43. Jalak Tilam Sari
44. Wora Wari
45. Marak
46. Damar Murub
47. Jaka Lola Sepang
48. Sepang
49. Cundrik
50. Cengkrong
51. 51. Naga Tapa
52. Jalak Ngoceh
53. Kala Nadah

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


54. Balebang
55. Pundhak Sategal
56. Kala Dite
57. Pandan Sarawa
58. Jalak Barong atau Jalak Makara
59. Bango Dolok Leres
60. Singa Barong Leres
61. Kikik
62. Mahesa Kantong
63. Maraseba

17 NAMA DHAPUR KERIS LUK 3 Berdasarkan Pakem Jawa

Dapur Keris Luk 3 (tiga) adalah jenis keris yang memiliki bentuk luk (lekuk) sebanyak
3 lekukan, Menurut cerita konon pada masa kerajaan mataram Sultan Agung
Hanyokrokusumo pada awal kepemimpinannya beberapa kali memesan keris kepada
empu keraton dengan jenis dapur luk 3 atau sering disebut juga dengan jangkung,
Karena ingin menunjukkan harapan nya bertekad untuk memberikan perlindungan dan
pengatoman kepada rakyat mataram ketika itu.

Pada tahun 1984 dan tahun 1985 Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga tercatat pernah
memesan dua bilah keris Kepada empu Djeno Harumbrojo salah satunya keris ber luk
3 dapur Jangkung Mengku Negoro , akan tetapi beliau wafat sebelum keris tersebut
selesai dibuat.

Salah satu filosofi dari dapur keris luk 3 jangkung adalah dijadikan pepeling atau
pengingat atas tugas utama manusia sebagai khalifah atau pemimpin didunia Sehingga,
tugas dan kewajiban guna memberikan perlindungan dan pengayoman bagi seluruh
makhluk ciptaan Tuhan berada pada pundak manusia sebagai khalifah didunia

Akan tetapi yang kerap terjadi ialah manusia menjadi terlalu mendominasi atas segala
kerusakan kehidupan di alam semesta seolah olah manusia adalah makhluk tunggal
yang berdiri sendiri. Perhatian dan fokus utama mereka hanya pada kebutuhan dan ego
manusia itu sendiri tanpa memikirkan bahwa alam semesta dan dunia ini sebenarnya
adalah sebuah rangkaian kehidupan antar makhluk ciptaan Tuhan yang saling terkait
dan mempengaruhi satu sama lain.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Hal ini menunjukkan bahwa adanya pergeseran fungsi manusia sebagai pelindung dan
pengayom makhluk menjadi penguasa sehingga cenderung sewenang wenang tanpa
memandang keseimbangan kehidupan.

Adapun Filosofi Makna spiritual dalam pembuatan keris luk 3, yaitu sebagai lambang
kedekatan manusia dengan Tuhan dan juga sebagai sarana membantu mempercepat
tercapainya harapan sang pemilik pusaka. keris ber-luk 3 lebih menonjolkan
keseimbangan antara kehidupan kerohanian / batin dan duniawi/raga manusia,
keseimbangan antara sisi spiritual dan jasmani, kemapanan duniawi dan batin dalam
menjalani kehidupan di dunia. kegaiban di dalam keris ber-luk 3 lebih dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi psikologis si manusia pemilik keris. Hawa aura
energinya juga biasanya lebih halus dan lebih lembut.

Berikut adalah Nama Nama Dapur Keris Luk 3 berdasarkan Pakem Jawa :

1. Jangkung Pacar.
2. Jangkung Mangkurat.
3. Mahesa Nempuh
4. Mahesa Soka
5. Jangkung Segara Winotan (Mangku Negoro)
6. Jangkung
7. Campur Bawur
8. Tebu Sauyun
9. Bango Dolok
10. Lar Monga
11. Pudhak Sategal Luk 3
12. Singa Barong Luk 3
13. Kikik Luk 3
14. Mayat
15. Wuwung
16. Mahesa Nabrang
17. Anggrek Sumelang Gandring

itulah 17 macam Dapur Keris Luk 3 Berdasarkan Pakem Jawa semoga bermanfaat

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


19 NAMA DHAPUR KERIS LUK 5 Menurut Pakem Jawa

Dapur keris Luk 5 (lima) adalah keris yang memiliki bentuk dengan jumlah luk (lekuk)
sebanyak lima lekukan (luk) Biasanya jenis keris luk 5 dibuat dengan harapan
memberikan yoni (khasiat) yang berkaitan denagn kekuasaan dan wibawa sehingga
pemilik dari pusaka tersebut dihormati dan disegani oleh banyak orang. Jenis keris ini
diciptakan oleh empu untuk menjaga karisma dan wibawa keagungan, kebangsawanan
, keningratan dihormati dan dicintai rakyat atau bawahan.
Pada jaman kerajaan dulu di jawa, keris luk 5 hanya boleh dimiliki oleh golonangan
bangsawan seperti raja, pangeran dan keluarga raja, para bangsawan yang memiliki
kekerabatan atau memiliki garis keturunan raja, dan adipati / bupati saja. Orang-orang
ningrat. Selain mereka, tidak ada orang lain yang boleh memiliki atau menyimpan keris
ber-luk 5.Berikut adalah nama nama Dapur Keris Luk 5 menurut pakem jawa :

1. Pandawa
2. Pandawa Cinarita
3. Pulang Geni
4. Anoman
5. Kebo Dengen
6. Pandawa Lare
7. Pudhak Sategal Luk 5
8. Urap – Urap
9. Naga Salira
10. Naga Siluman
11. Bakung
12. Rara Siduwa
13. Kikik Luk 5
14. Kebo Dengen
15. Kala Nadah Luk 5
16. Singa Barong Luk 5
17. Pandawa Ulap
18. Sinarasah
19. Pandawa Pudak Sategal

itulah daftar jenis keris luk 5 menurut literatur pakem jawa

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


16 NAMA DHAPUR KERIS LUK 9

Dapur Keris Luk 9 adalah varian keris dengan jumlah luk sebanyak 9 lekukan, filosofi
Angka sembilan dimaksudkan bagi orang-orang yang sudah tidak lagi berhasrat
mengejar urusan dunia, sudah lebih mendalami spiritual kerohanian. Keris-keris
dengan luk 9 diciptakan guna mencapai tujuan kemapanan spiritual kerohanian dan
kesepuhan. Dikhususkan untuk dimiliki oleh para pandita atau panembahan dan para
sesepuh masyarakat.

Selain memberikan tuah keselamatan, kerohanian, keilmuan dan perbawa kesepuhan,


jenis keris ini biasanya mengeluarkan hawa aura yang sejuk.

Berikut Nama Dapur Keris Luk 9 :


1. Sempana
2. Kidang Soka
3. Carang Soka
4. Kidang Mas
5. Panji Sekar
6. Jurudeh
7. Paniwen
8. Panimbal
9. Sempana Kalentang
10. Jaruman
11. Sabuk Tampar
12. Singa Barong Luk 9
13. Buto Ijo
14. Carita Kanawa Luk 9
15. Kidang Milar
16. Klika Benda

Demikian 16 Nama Dapur Keris Luk 9 berdasarkan pakem keris jawa semoga
menambah wawasan para pembaca sekalian terima kasih.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


16 NAMA DHAPUR KERIS LUK 11 Menurut Pakem Jawa

Dapur Keris Luk 11 (sebelas) adalah jenis keris dengan jumlah luk sejumlah 11,
filosofi Keris dengan luk 11, pada awalnya dibuat untuk meningkatkan kemapanan /
pakem pembuatan keris pada jamannya, mengingat angka 11 tidak memiliki makna
khusus dalam tradisi budaya jawa.

Keris dengan luk 11 biasanya mempunyai pembawaan yang sejuk/teduh, tidak angker,
tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap
merobek pertahanan perisai energi gaib lawan.

Salah satu Contoh keris dengan luk 11 adalah Keris Sabuk Inten yang terkenal sakti
dan banyak dibuat tiruannya. Keris tersebut memiliki pembawaan yang teduh, tidak
angker. Tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap
menembus pertahanan perisai gaib lawan, apalagi bila ujung kerisnya diarahkan kepada
seseorang.
Pada awalnya Keris Sabuk inten luk 11 memang membingungkan banyak orang karena
tidak sesuai dengan kebiasaan / pakem keris yang umum. Selain karena jumlah luk-nya
yang 11, keris itu juga berwarna hitam gelap, tidak mengkilat dan tidak berpamor
(keleng). Namun karena kesaktiannya yang sangat tinggi, keris itu kemudian banyak
dibuat turunannya / tiruannya (tetiron), yaitu yang disebut keris-keris berdapur sabuk
inten.

Berikut nama Dapur Keris Luk 11 :


1. Carita
2. Carita Daleman
3. Carita Keprabon
4. Carita Bungkem
5. Carita Gandu
6. Carita Prasaja
7. Carita Genengan
8. Sabuk Tali
9. Jaka Wuru
10. Balebang Luk 11
11. Sempana Luk 11
12. Santan

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


13. Singa Barong Luk 11
14. Naga Siluman Luk 11
15. Sabuk Inten
16. Jaka Rumeksa

Itulah 16 nama dapur keris luk 11 berdasarkan pakem keris jawa semoga bermanfaat.

14 JENIS DHAPUR KERIS DENGAN LUK 13 berdasarkan pakem jawa

Dapur keris luk 13 (tiga belas) adalah keris dengan lekuk sebanyak 13 buah, filosofi
Angka 13 menurut tradisi budaya jawa sebenarnya mempunyai arti yang jelek, yaitu
kesialan, usibah atau malapetaka. Pembuatan keris dengan luk 13 dimaksudkan untuk
tujuan tuah energi kesaktian dan wibawa kekuasaan keris itu menjadi penangkal
kesialan atau tolak bala. Keris dengan luk 13 (tigabelas) biasanya dibuat dengan
maksud untuk kesaktian dan wibawa kekuasaan.

Contoh keris ber-luk 13 yang melegenda adalah keris Nagasasra yang bersifat
penguasa, pengayom dan pelindung. Aura energi wibawa keris ini begitu kuat. Aura
wibawanya meningkatkan kewibawaan pemiliknya agar disegani banyak orang dan
wataknya sebagai pengayom dan pelindung akan selalu melindungi orang-orang yang
berlindung kepadanya.
Keris Nagasasra dan Keris Sabuk Inten adalah sepasang keris yang menjadi lambang
kebesaran kerajaan Majapahit. Dan ketika kerajaan Majapahit berakhir, pemerintahan
berpindah ke kerajaan Demak, sepasang keris ini kemudian diboyong ke Demak dan
dijadikan lambang kebesaran kerajaan Demak. Sayangnya, di Demak itu wahyu
kerisnya tidak bekerja.

sepasang keris ini memiliki tuah kesaktian yang setingkat dan sifat karakter kedua
bilah keris ini saling melengkapi. Pada era nya, banyak orang, terutama adalah para
penguasa daerah, seperti kadipaten dan kabupaten, yang menginginkan memiliki keua
pusaka tersebut, sehingga kemudian sepasang pusaka tersebut banyak dibuat keris-
keris tiruannya, yaitu keris berdapur nagasasra (atau berdapur naga), dan keris-keris
berdapur sabuk inten.

Beberapa di antara keris pusaka tiruan/duplikat sepasang keris tersebut, bilah hanya
dibuat sebuah, tidak sepasang, banyak yang dibuat berdapur nagasasra tetapi ber luk

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


11, atau berdapur sabuk inten tetapi ber luk 13. Sengaja dibuat demikian oleh
empunya dengan tujuan untuk menggambarkan bahwa keris yang hanya sebuah itu
karakter gaibnya sama dengan perpaduan karakter sepasang keris nagasasra dan sabuk
inten.

Berikut Nama Dapur Keris Luk 13 :

1. Sengkelat
2. Parung Sari
3. Caluring
4. Johan Mangan Kala
5. Kantar
6. Sepokal
7. Lo Gandu
8. Nagasasra
9. Singa Barong Luk 13
10. Carita Luk 13
11. Naga Siluman Luk 13
12. Mangkunegoro
13. Bima Kurdo Luk 13
14. Kalawelang Luk 13

Dhapur Keris Pusaka Lurus

Keris lurus tidak sama dengan keris berluk satu, keris lurus tidak memiliki luk. Dalam
bahasa Jawa sering disebut dengan istilah "Dhuwung Leres". Bentuk Dhapur keris
lurus ini banyak sekali. Terbanyak dibandingkan dengan keris luk manapun, karena
banyaknya, pada keris lurus inilah, banyak pula terjadi kesimpangsiuran soal nama
dhapur. Kesimpangsiuran ini bukan soal sinonim nama dan istilah dari daerah satu
dengan daerah lainnya, tetapi juga sampai pada perbedaan mengenai bentuknya.
Sebagaimana dijelaskan di muka, bahwa bentuk keris melambangkan maksud dan
permohonan tertentu dari sang Empu, maka keris lurus pun secara umum mempunyai
makna dan maksud tertentu pula. Oleh sang Empu, keris lurus dimaksudkan membawa
perlambang permohonan pada Tuhan, agar pemilik keris lurus ini nantinya
mendapatkan berkah Tuhan, menjadi orang yang teguh hatinya, tidak gampang
tergoda, tidak mudah terpikat bujukan, sifat-sifat lugu, wajar, tidak neko-neko, apa

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


adanya, dan mencerminkan kesederhanaan. Sebagian orang juga mengartikan bentuk
dhapur keris lurus melambangkan "Ular Bertapa" atau Ulo Tapa.

1. Dhapur Tilam Upih


Ricikan : gandhik pulos, pejetan, tikel alis. Dhapur Tilam Upih ini, ada yang menyebut
Tilam Pethak dan ada pula yang menamakannya dhapur Tilam Putih.

2. Dhapur Tilam Sari


Ricikan : gandhik polos, pejetan, tikel alis dan kruwingan, tapi ada sebagian pendapat
bahwa Dhapur Tilam Sari memiliki ricikan gandhik polos, pejetan, kruwingan, dan
greneng.

3. Dhapur Jalak Tilam Sari


Ricikan : gandhik polos, pejetan, tikel alis dan thingil. Ada sebagian orang yang
mengatakan bahwa dhapur Jalak Tilam Sari itu tidak ada, yang ada hanya Jalak saja
atau Tilam Sari saja.

4. Dhapur Jalak
Ricikan : bilah agak pendek, lebar, gandhik polos, pejetan, tikel alis dan sogokan
sepasang. Ada pula dhapur Jalak yang memakai thingil, yang paling populer adalah
Jalak Budha, yakni keris dapur Jalak buatan jaman Budha yang usianya kurang lebih
1.000 tahun lebih.

5. Dhapur Brojol
Ricikan : gandhik polos tanpa ricikan, umumnya yang keris yang tua agak pendek dan
lebar serta tipis bilahnya. Keris berdhapur Brojol pada umumnya memiliki pamor
sederhana, tetapi keris muda, pamornya agak beraneka macam.

6. Dhapur Bethok
Ricikan : gandhik polos, tapi ukurannya agak panjang, tikel alisnya pendek, bilahnya
umumnya agak pendek, lebar dan tipis. Keris dhapur Bethok ini, sepintas lalu mirip
keris dhapur Jalak, bedanya hanya terletak pada sogokan serta thingil.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


7. Dhapur Semar Bethak
Ricikan : gandhik berlubang pada bagian agak sebelah bawah, polos, hampir sama
dengan keris dhapur Bethok, tetapi gandhiknya agak lebih pendek. Ada sebagian orang
yang menyebut dengan istilah Semar Pethak atau Semar Putih.

8. Dhapur Mahesa Lajer


Ricikan : gandhiknya polos, panjang, ada pejetan, sebagian memakai greneng. Ada
sebagian orang yang menyebutkannya dhapur Kebo Lajer, ada pula yang menyebutnya
Kebu Lajer. Pada umumnya bilahnya lebar, tetapi panjangnya normal.

9. Dhapur Mahesa Teki


Ricikan : gandhik panjang, ada kembang kacang yang letaknya agak ke atas lambe
gajah tiga, bilahnya agak lebar, pajang normal. Mahesa Teki biasa juga disebut dengan
dhapur Kebo Teki, kembang kacangnya biasanya agak kecil.

10. Dhapur Ron teki


Ricikan : gandhiknya panjang, pakai kembang kacang dan lambe gajah, sogokan satu,
hanya di bagian depan saja. Ukuran bilahnya normal, dhapur Ron Teki ini pada
umumnya terdapat pada keris-keris tua, jarang keris muda yang dhapurnya Ron Teki.

11. Dhapur Pinarak


Ricikan : gandhiknya tergolong panjang sekali, memiliki sepasang sogokan, bentuk
bilahnya agak aneh. Kerisnya cenderung membungkuk, seperti bentuk bilah pedang
Suduk Maru, tapi ke dua sisi bilah tajam. Dhapur Pinarak umumnya juga hanya
terdapat pada keris tua.

12. Dhapur Laler Mengeng I


Ricikan : gandhik panjang, tapi tak sepanjang gandhik keris dhapur Pinarak. Pakai
kembang kacang, pogok. Nama dhapur Laler Mengeng ini agak simpang siur, berikut
kami muat juga dhapur Laler Mengeng versi satu lagi, entah mana yang benar.

13. Dhapur Laler Mengeng II


Ricikan : gandhik biasa, pakai pejetan, pakai kembang kacang, tapi bentuk kembang
kacang itu tidak normal. Dia melingkar menghadap ke atas. Ukuran bilahnya lebar,
semuanya normal. Sulit untuk menentukan di antara kedua dhapur ini yang benar,
karena keris ini langka.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


14. Dhapur Jalak Sumelang Gandring
Ricikan : gandhik polos ukuran normal, sogokan hanya satu di depan, sraweyan,
greneng. Tapi ada pula yang tidak memakai sraweyan, melainkan memakai thingil.
Keris Jalak Sumelang Gandring ini merupakan keris terkenal dalam dongeng keris
jaman majapahit.

15. Dhapur Kala Muyeng


Ricikan : gandhiknya normal, polos, sogokan hanya satu di depan saja. Pakai Srawean
dan Ri Pandan. Keris dhapur Kala Muyeng disebut pula keris dhapur Kala Munyeng.
Keris dhapur ini juga sering disebut-sebut dalam legenda dan dongeng tentang keris.

16. Dhapur Marak


Ricikan : gandhik normal, polos, sogokan hanya satu di depan, pakai greneng lengkap,
walaupun bentuknya sederhana, keris dhapur Marak ini tergolong langka. Sogokan satu
di depan yang terdapat pada keris dhapur Marak dan umumnya tidak begitu dalam.

17. Dhapur Mayat Miring


Ricikan : gandhik polos ukuran normal, sogokannya juga hanya satu, tapi di bagian
belakang. Biasanya pakai gusen, tapi ada juga yang tidak. Dhapur seperti ini ada pula
yang menyebut dhapur Mayat Miri.

18. Dhapur Lar Ngantap


Ricikan : gandhik normal, polos, sogokan dua, panjang sekali sampai ke dekat ujung
bilah. Selain itu tidak ada ricikan lainnya. Ada pula yang sogokannya itu, panjangnya 5
cm dari ganja ke bilah.

19. Dhapur Panjinom


Ricikan : gandhik polos, pakai tikel alis, sogokan dua, sraweyan dan greneng. Dhapur
Panjinom ini, juga ada yang menyebutkan Panji Anom, ada juga yang mengatakan
Panjinem. Biasanya keris dhapur Panjinom ini, bilahnya agak tebal, nggigir limpa.

20. Dhapur Mangkurat


Ricikan : gandhik polos ukuran biasa, pakai sogokan dua, pakai gusen, sraweyan, dan
ri pandhan. Dhapur ini juga ada yang menyebut Amangkuratan atau Mangkuratan.
Bilah kerisnya, pada umumnya juga agak tebal, nggigir limpa atau nggigir kebo.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


21. Dhapur Panji Penganten
Ricikan : gandhiknya polos, ukurannya normal, pakai sogokan dua, sraweyan dan
rondho nunut. Jadi sepintas lalu mirip sekali dengan keris dhapur Panjinom. Dhapur
Panji Penganten ini, tergolong jarang dijumpai, langka.

22. Dhapur Jalak Sangu Tumpeng


Ricikan : gandhik polos, ukuran normal, sogokannya dua, sraweyan dan thingil. Tapi
pada keris tua, thingil ini sering sudah aus, sehingga tidak begitu jelas. Keris dhapur
Jalak Sangu Tumpeng ini populer karena dipercaya membawa tuah memudahkan
mencari rejeki.

23. Dhapur Dungkhul atau Dhukul


Ricikan : tikel alis, gandhik polos, sogokan satu depan, ganja kelap lintah. Biasanya
bagian gandhiknya agak lebih panjang dibandingkan dengan dhapur Tilam Upih. Keris
berdhapur Dungkul ini punya sifat menentramkan, baik dipakai oleh orang yang
pemarah dan suka nekad.

24. Dhapur Kelap Lintah


Ricikan : hampir sama dengan ricikan pada dhapur Brojol, yakni ghandiknya polos,
pejeten, tanpa ricikan lain. Tanda khususnya adalah ganjanya yang berbentuk kelap
lintah. Ujung-ujung ganjanya mencuat ke atas, dhapur Kelap Lintah ini biasa dipakai
oleh prajurit atau seorang pemimpin.

25. Dhapur Yuyu Rumpung


Ricikan : gandhik panjang di belakang, panjang sekali, hampir setengah bilah. Bagian
yang biasa terdapat gandhik, justru tajam. Ganjanya kelap lintah. Sepintas terlihat
seperti pedang dapur Suduk Maru, yang pendek kecil. Dhapur Yuyu Rumpung ini
termasuk jarang dan langka.

26. Dhapur Condong Campur


Ricikan : pakai kembang kacang, lambe gajah, sogokannya hanya di depan, tetapi
panjang sampai ujung bilah, pada bagian bilah ada gusennya. Keris dhapur Condong
Campur ini, biasanya hanya dimiliki oleh mereka yang menduduki posisi dan jabatan
pimpinan, termasuk dhapur keris yang langka.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


27. Dhapur Jaga Upa atau Jaka Upa
Ricikan : mirip dengan ricikan Tilam Upih, gandhiknya polos, pejetan, tikel alis dan
pakai sogokan dua, pendek, sogokan ini hanya separuh dari panjang sogokan yang
normal. Panjang bilahnya juga normal, keris berdhapur Jaka Upa ini, biasanya juga
dipakai oleh kalangan prajurit.

28. Dhapur Karna Tinanding


Ricikan : bentuk bilah simetris, tetapi tetap condong ke depan, kembang kacang dua,
lengkap dengan lambe gajah dan jalen, memiliki dua sogokan yang simetris. Ganja
Karna Tinanding ini tidak memakai sirah cecak , kedua ujungnya meruncing,
merupakan buntut yang berbentuk uceng mati.

29. Dhapur Sepang


Ricikan : bentuk bilah juga simetris, tetapi tanpa kembang kacang, tanpa sogokan, jadi
kedua tepi bilah pada bagian sor-soran manajam. Ganjanya juga mirip ganja dhapur
Karna Tinanding, tetapi ada beberapa jenis dhapur Sepang yang ganjanya merupakan
ganja wilut.

30. Dhapur Regol


Ricikan : bentuk bilah masih tetap simetris dengan dua gandhik polos, pejetannya
melebar sehingga gandhiknya sempit, ukuran panjang gandhiknya normal. Selain itu,
tanpa ricikan apa-apa. Dhapur Regol ini jarang dijumpai, tergolong langkah. Dhapur
Regol biasanya memiliki fungsi sebagai penjaga.

31. Dhapur Jalak Ruwoh atau Jalak Nguwuh


Ricikan : gandhik polos, panjangnya normal, ada thingil, pejetan dan gusen, bagian
ada-ada tampak jelas mengalir sampai ke ujung bilah, tanpa tikel alis. Dhapur Jalak
Nguwuh ini sering dikelirukan dengan dhapur Tilam Sari. Tergolong dhapur keris yang
langka.

32. Dhapur Sempaner atau Sempana Bener


Ricikan : kembang kacang, lambe gajah, jalen, tikel alis dan ri pandhan. Dhapur
sempaner ini di daerah jogjakarta ke barat biasa disebut dengan sebutan Sempana saja.
Dhapur Sempaner ini sering dijumpai karena jumlahnya relatif cukup banyak.
Beberapa dhapur Sempaner tidak hanya pakai ri pandhan, tetapi greneng lengkap.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


33. Dhapur Jalak Dhinding
Ricikan : gandhik polos, ukuran normal, pakai pejetan dan thingil serta gusen, tanpa
tikel alis. Sepintas lalu dhapur jalak Dhinding ini mirip dengan keris dhapur Tilam
Sari. Perbedaan utama terletak pada gusen. Umumnya bilah kerisnya berukuran tebal.

34. Dhapur Jalak Ngore


Ricikan : gandhik polos, pejetan, sraweyan dan greneng, tanpa tikel alis. Dhapur Jalak
Ngore inipun mirip dengan Tilam Sari. Bilahnya tipis, dhapur keris ini jarang dijumpai
pada keris-keris tua, umumnya bilahnya juga agak tebal.

35. Dhapur Jalak Ngucup Madu atau Jalak Madu


Ricikan : gandhik polos, ukuran normal, pejetan dan greneng, pakai sogokan satu di
depan, sogokan ini tidak terlalu dalam dan agak pendek, pakai tikel alis. Jalak Madu
juga tergolong dhapur keris yang langka, jarang ditemui.

36. Dhapur Jamang Murup


Ricikan : ghandik polos, ukuran normal, pakai pejetan, sogokan dua tapi pendek,
ukuran sogokannya hanya sekitar separuh dari ukuran normal. Ricikan lainnya tak ada,
dhapur Jamang Murup banyak dijumpai pada keris-keris tangguh pajang, keris dhapur
ini termasuk juga keris langka.

37. Dhapur Mendarang atau Mundarang


Ricikan : kembang kacang, lambe gajah dua, pakai sogokan dua, jalen, sraweyan dan
greneng lengkap. Sepintas lalu mirip dengan dhapur Kala Misani. Dhapur Mundarang
ini biasa digunakan oleh prajurit.

38. Dhapur Tumenggung


Ricikan : kembang kacang, lambe gajah satu, jalen, sraweyan, greneng, tanpa sogokan.
Sepintas lalu mirip dengan dhapur Mundarang. Dhapur Tumenggung ini biasa dipakai
oleh mereka yang menduduki posisi pimpinan. Tergolong dhapur keris yang langka.

39. Dhapur Pasopati


Ricikan : kembang kacang pogok, lambe gajah dua, sogokan dua, ri pandhan dan
gusen. Ada pula pasopati yang tanpa gusen. Ada pula pasopati yang tanpa gusen,
biasanya yang dari tangguh tua. Pada umumnya keris dhapur pasopati bilahnya agak
tebal. Dhapur pasopati kebanyakan memang dari tangguh muda.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


40. Dhapur Mesem
Ricikan : lambe gajah dua, kembang kacang, tanpa tikel alis, tanpa sogokan dan
bagian belakang juga polos tanpa greneng. Dhapur Musem ini banyak terdapat pada
keris tangguh Tuban dan Mataram. Sebagian dhapur Mesem, ujung bilahnya mucuk
bung.

41. Dhapur Wora Wari


Ricikan : kembang kacang, lambe gajah dua, jenggot, greneng lengkap, kruwingan dan
tikel alis. Sepintas lalu mirip dengan dhapur Sempaner, perbedaan yang pokok adalah
pada jenggot di atas kembang kacang, keris dhapur Wora Wari juga tergolong langka.

42. Dhapur Sinom


Ricikan : kembang kacang, lambe gajah dua, sraweyan, ri pandhan, sogokan dua. Keris
dhapur Sinom biasa diberikan kepada pemuda yang baru mulai bekerja dengan harapan
agar dia bisa diterima ditempat kerjanya dengan baik. Sepintas lalu, keris dhapur
Sinom agak mirip dengan dhapur Kalamisani.

43. Dhapur Jaka Lola


Ricikan : pejetan, tikel alis, ada-ada sampai ke ujung bilah. Keris dhapur Jaka Lola ini
ada pula yang menyebut dhapur Jaga Lola. Sepintas lalu mirip dengan dhapurTilam
Upih, bedanya hanya pada ada-ada. Keris dhapur Jaka Lola ini umumnya berpamor
Ujung Gunung.

44. Dhapur Mahesa Kanthong


Ricikan : gandhik panjang sekali, sampai ke pertengahan bilah. Di atas gandhik ada
kembang kacang kecil, tanpa jalen. Selebihnya tak ada ricikan lainnya. Keris dhapur
Mahesa Kanthong biasanya berbilah pipih. Keris ini tergolong keris yang langka.

45. Dhapur Semar Tinandu


Ricikan : kembang kacang dua buah, kiri dan kanan, simetris, sogokan dua, simetris,
lambe gajah dan jalen masing-masing juga, kiri dan kanan, simetris. Bilahnya agak
pendek, mirip dengan bilah dhapur Bethok. Dibandingkan dengan bilah keris pada
umumnya, dhapur Semar Tinandu lebih lebar bilahnya.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


46. Dhapur Cengkrong
Ricikan : gandhik polos, panjang sekali, sampai setengah panjang bilah, tanpa ricikan
lain. Bentuk bilah amat membungkuk. Bilah keris dhapur Cengkrong pada umumnya
tebal. Tergolong keris yang langka. Keris ini biasanya dimiliki oleh ulama atau
mubaligh.

47. Dhapur Naga Tapa


Ricikan : Gandhik kepala naga, badan naga menghilang dalam tengah keris, menjadi
ada-ada. Ada yang memakai thinggil di belakang, ada pula yang tidak. Keris dhapur
Naga Tapa biasa dipakai oleh orang yang menduduki posisi pimpinan. Keris ini
tergolong keris yang langka.

48. Dhapur Kikik


Ricikan : gandhik menyerupai anjing duduk dengan kaki depan terukir jelas.
Selabihnya tanpa ricikan apa-apa. Ada beberapa jenis Kikik yang memakai thingil di
belakang. Dhapur Kikik ini sering disalah sebutkan sebagai Naga Kikik, padahal jelas
tidak ada naganya.

49. Dhapur Puthut


Ricikan : gandhik menggambarkan semacam arca manusia sedang duduk. Ada yang
mengatakan, itu sebagai penggambaran seorang pendhita muda (puthut) yang sedang
bertapa. Ricikan lain tidak ada. Biasanya bilahnya lebar dan agak pendek dibandingkan
dengan bilah keris yang normal.

50. Dhapur Puthut Kembar


Ricikan : gandhiknya di depan dan belakang, simetris keduanya menggambarkan arca
puthut saling membelakangi. Bilahnya juga lebar dan agak pendek, seperti yang
terdapat pada bilah dhapur keris Bethok. Puthut dan Puthut Kembar banyak dijumpai
pada keris-keris tangguh tua.

51. Dhapur Makara


Ricikan : gandhiknya menggambarkan kepala raksasa dengan mahkota pendek,
semacam mahkota yang biasa dipakai Adipati Karna dalam pewayangan. Selebihnya
tidak ada ricikan apa-apa. Dhapur Makara ini amat jarang, beberapa diantaranya pernah
penulis jumpai memakai kinatah emas pada mahkotanya.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


52. Dhapur Jalak Makara
Ricikan : gandhiknya menggambarkan kepala raksasa dengan mahkota pendek, ada
sogokan dua dengan ukuran normal. Selebihnya tak ada ricikan lain. Keris ini termasuk
dalam keris dari dhapur yang langka. Bentuk makara pada gandhik biasamya ditatah
dengan halus sekali.

53. Dhapur Manglar Munga


Ricikan : gandhiknya menggambarkan kepala seekor gajah dengan belalai membentuk
seperti kembang kacang. Di belakang telinga gajah, ada sayap mengurai ke belakang.
Biasanya sayap ini dengan pilin kepala gajah kinatah emas. Hanya ada pada keris
tangguh Mataram dan sesudahnya.

54. Dhapur Turangga


Ricikan : gandhiknya menggambarkan kepala seekor kuda sampai ke batas lehernya,
rambut surinya melambai ke belakang. Biasannya jambul dan suri rambutnya dan
kinatah emas. Selebihnya tak ada ricikan lainnya. Keris dengan dhapur Turangga ini
amat langka dan hanya terdapat pada keris tangguh muda.

55. Dhapur Sujen Ampel


Ricikan : kembang kacang dengan jenggor, ri pandhan bersusun rangkap, lambe gajah
dua, badan bilah tebal sekali dengan permukaan bilah nggigir lembu. Keris ini
tergolong langka dan hanya ada pada keris tangguh muda dan biasanya dipergunakan
oleh prajurit.

56. Dhapur Lingiran Tiga


Ricikan : gandhik polos, pejetannya dangkal, bungkulnya besar dan dilanjutkan
menjadi ada-ada yang membukit pada salah satu sisinya (biasanya sisi kanan), sedang
pada posisi kiri sebaliknya datar biasa, dengan demikian maka potongan penampang
lintang bilah kerisnya menjadi mirip segi tiga.

57. Dhapur Lar Ngatap


Ricikan : gandhiknya polos, agak panjang, tapi tidak sepanjang gandhik pada dhapur
Mahesa Lajer, pejetannya dangkal, badan bilah di atas gandhik menyempit, tetapi pada
pertengahan bilah melebar, kemudian menciut lagi, lebar bagian tengahnya di atas
ukuran normal.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


58. Dhapur Singo Barong
Ricikan : gandhik menggambarkan seekor singa jantan dengan phallus mencuat ke
depan. Penggambaran singa mirip kilin atau singa kelenteng cina. Di bagian belakang
ada yang memakai greneng lengkap, ada pula yang polos. Dhapur Singa Barong
biasanya kinatah emas.

Keris Pusaka Luk Satu

Ada yang berpendapat bahwa Keris Luk Satu ini sebenarnya tidak ada, yang ada hanya
keris atau keris luk tiga, luk lima dan seterusnya, namun sebagian lagi berpendapat
bahwa keris luk satu ada dan tidak ada alasan untuk tidak ada. Tapi keris luk satu
memang langka dan dhapur keris luk satu ini tidak banyak variasinya. Di bawah ini
akan dijelaskan jenis-jenis keris luk satu.

1. Dhapur Kayun atau Kanyun


Ricikan : Gandhiknya polos, tanpa greneng, bilahnya agak tebal, ukuran panjangnya
normal, ada yang pakai thingil, tetapi kebayakan polos tanpa grenen. Dhapur Kayun ini
amat jarang ditemui. Garapan kerisnya biasanya sederhana.

2. Dhapur Manthang
Ricikan : pakai kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, dan jalu memet dan di
belakang pakai thingil. Bilahnya lebih pipih dari dapur kayun, dan panjang bilahnya
normal. Dhapur Manthang ini juga langka dan jarang sekali ditemui.

Keris Pusaka Luk Tiga

Dari bentuknya, secara garis besar, ada dua jenis keris yaitu keris lurus dan keris ber-
luk, sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kebajakan senjata tarung lainnya, racun pada keris akan sangat menyakiti
lawan dan bahkan bisa membunuh walaupun hanya tergores sedikit saja.

Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ini selain sebagai senjata tusuk dan sabet,
bentuk luknya juga berguna untuk menhan dan menangkis senjata lawan, tidak mudah
patah bila berbenturan menangkis senjata lawan dan menghasilkan luka yang lebih
lebar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Makna spiritual dalam pembuatan keris Luk satu dan Luk tiga hampir sama yaitu
sebagai lambang kedekatan manusia dengan Sang Pencipta dan juga sebagai sarana
membantu mempercepat tercapainya keinginan-keinginan sang pemilik keris.
Dibandingkan keris Luk 1, kegaiban di dalam keris luk 3 lebih dapat menyesuaikan diri
dengan kondisi psikologis si manusia pemilik keris. Hawa aura energinya juga
biasanya lebih halus dan lebih lembut

1. Dhapur Dhuwung
Ricikan Luk Tiga : gandhik polos, tanpa sogokan, tanpa greneng, bilahnya datar tanpa
ada-ada. Keris dhapur Dhuwung ini termasuk langka, pemiliknya biasanya mereka
yang masih tergolong muda, baik yang masih belum bekerja mau yang sudah.

2. Dhapur Wuwung
Ricikan Luk Tiga : gandhik polos tanpa sogokan, tanpa greneng, jadi hampir sama
dengan keris dhapur Dhuwung, bedanya pada dhapur Wuwung, bilahnya pakai ada-ada
yang cukup jelas. Bahkan kebanyakan bilahnya nggigir lembu, keris dhapur Wuwung
ini termasuk dhapur langka.

3. Dhapur Mahesa Nempuh


Ricikan Luk Tiga : gandhik polos, pakai greneng, biasanya bilahnya agak tebal, tapi
ada-adanya tidak jelas. Dhapur Mahesa Nempuh juga tergolong dhapur yang jarang
ditemui. Biasanya dimiliki oleh mereka yang masih aktif bekerja atau masih belajar.

4. Dhapur Tebu Sauyun


Ricikan Luk Tiga : gandhiknya polos, pakai sraweyan dan pakai greneng. Dhapur Tebu
Sauyun ini, agak sering dijumpai dari ke dua dhapur di atas.

5. Dhapur Urubing Dilah atau Damar Murub


Ricikan Luk Tiga : gandhik polos, pejetan, tikel alis dan greneng. Ke tiga luk dimulai
dari sekitar tiga per empat panjang bilah sampai ke ujung. Dhapur keris Urubing Dilah
ini biasa dipakai oleh orang-orang yang dituakan oleh masyarakat sekitarnya.

6. Dhapur Jangkung
Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, sogokan dua, lambe gajah dua, jalen, jalu memet,
dan kruwingan memanjang sampai dekat ujung bilah. Keris dhapur Jangkung ini

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


banyak diberikan untuk pemuda yang punya cita-cita tinggi, karena bentuknya
membawa pertimbangan terhindar dari godaan.

7. Dhapur Jangkung Mangkurat atau Segoro Winotan


Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, dan jalu memet, sogokan
dua, yang depan sampai ujung bilah dan yang belakang normal, greneng. Dhapur
Jangkung Mangkurat ini sering dipakai oleh pejabat yang punya kekuasaan, agar lebih
langgeng.

8. Dhapur Campur Bawur


Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, lambe gajah, dua jalen dan jalu memet serta
jenggot, sogokan dua. Luk pertama dimulai dari tengah-tengah bilah. Keris dhapur
Campur Bawur ini juga jarang dijumpai karena agak langka.

10. Dhapur Bango Dolog


Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen dan jalu memet, tanpa
sogokan, dan tanpa greneng. Biasanya luk pertama dimulai dari tengah-tengah bilah.

11. Dhapur Mahesa Nabrang


Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, lambe gajah, jalen, jalu memet dan greneng.
Bentuk keris dhapur Mahesa Nabrang ini dipercaya membawa perlambang untuk terus
maju dan menghilangkan sikap ragu.

12. Dhapur Jangkung Cinarita


Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, jalen, jalu memet, tikel alis, pejetan, greneng
lengkap dan sogokan dua.

13. Dhapur Jangkung Pacar


Ricikan Luk Tiga : kembang kacang lambe gajah dua, jenggot, sogokan dua, sogokan
depan panjang sampai ke ujung bilah, dan tanpa greneng. Sepintas dhapur keris
Jangkung Pacar ini mirip dengan Jangkung Mangkurat, bedanya terletak pada greneng.

14. Dhapur Mahesa Soka


Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, jalen, lambe gajah, sogokan dua, keduanya
memanjang terus sampai ke ujung bilah. Ada yang memakai jenggot dan ada pula yang
tidak memakai jenggot. Keris dhapur Mahesa Soka tergolong jarang dijumpai.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


15. Dhapur Mayat Luk Tiga
Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, lambe gajah dua, greneng, sraweyan, sogokan
hanya satu, di belakang, ukurannya normal. Sogokan di depan disebut Sogokan
Warung atau Sogokan Cupet. Jadi hanya merupakan sudut sempit di pojok
Blumbangan saja. Keris ini disebut dengan Mayat Luk Tiga karena ada dhapur Mayat
saja yang lurus dan Dhapur Mayat Miring.

16. Dhapur Manglar Munga


Ricikan Luk Tiga : gandhiknya berupa gambar patung gajah bersayap dengan buntut
menyerupai ekor naga pendek. Ricikan lainnya yaitu greneng ataua ri panda bersusun.
Beberapa dhapur Manglar Munga, bagian kepala gajah dan sayap serta buntutnya
ditatah dengan hiasan emas/kinatah emas.

17. Dhapur Naga Lumaksa


Ricikan Luk Tiga : gandhiknya berupa gambar kepala naga dengan dada naga
menyentuh bagian ganja, kemudian badannya ke atas mengikuti luk bilah. Pada
wadidang terdapat ri pandha susun atau greneng. Ada pula yang hanya thingil. Dhapur
Naga Lumaksa tergolong dhapur langka.

18. Dhapur Naga Siluman Luk Tiga


Ricikan Luk Tiga : sama dengan di atas, yang membedakan pada gandhik hanya
gambar kepala naganya. Badan dan ekor tak terlihat, menyatu dengan badan bilah.

19. Dhapur Liman Luk Tiga


Ricikan Luk Tiga : sama dengan di atas, hanya di bagian gandhik dan bagian tengah
sor-soran terdapat gambar gajah secara utuh lengkap dengan kaki depan, belakang dan
ekornya. Biasanya gambar gajah ini kinatah emas, bahkan ada yang dihias dengan
intan atau berlian, ricikan lainnya yaitu greneng.

Keris Pusaka Luk 5

Pada jaman kerajaan dulu di jawa, keris-keris ber-luk 5 hanya dimiliki oleh raja,
pangeran dan keluarga raja, dan para bangsawan. Selain mereka, tidak ada orang lain
yang boleh memiliki atau menyimpan keris ber-luk 5. Demikian aturan yang berlaku di
masyarakat perkerisan jaman dulu. Keris ber-luk 5 hanya boleh dimiliki oleh orang-

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


orang keturunan dan bangsawan kerabat kerajaan, memiliki kemapanan sosial dan
menjadi pemimpin masyarakat. Dengan kata lain, keris ber-luk 5 merupakan keris
keningratan.

Biasanya keris-keris ber-luk 5 dibuat untuk tujuan memberikan tuah yang menunjang
wibawa kekuasaan dan supaya pemiliknya dicintai dan dihormati banyak orang. Keris-
keris jenis ini diciptakan untuk menjaga wibawa dan karisma keagungan
kebangsawanan, keningratan, dihormati dan dicintai rakyatnya/bawahannya, dan
menyediakan kesaktian yang diperlukan untuk menjaga wibawa kebangsawanan itu.

Sesuai tujuan awal pembuatannya yang hanya untuk dimiliki oleh kalangan ningrat,
sampai jaman sekarang pun, keris-keris ber-luk 5 mengisyaratkan manusia pemiliknya
adalah seorang keturunan bangsawan. Jika pemiliknya adalah orang yang tidak
memiliki garis keturunan bangsawan, maka keris-keris itu hanya akan diam saja, pasif
tidak memberikan tuahnya.

Pada jaman sekarang, jenis keris luk 5 ini masih memberikan tuahnya hanya jika keris-
keris ini dimiliki oleh orang-orang dengan garis keturunan ningrat. Kondisi tersebut
menjadikan keris-keris keningratan sebagai keris-keris khusus yang tidak semua orang
cocok memilikinya dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat dari keris-keris
ini. Pada umumnya keris-keris ber-luk 5 lebih menuntut untuk diberikan sesaji
dibandingkan keris lurus dan keris ber-luk lainnya.

1. Dhapur Pulanggeni
Ricikan Luk Lima : Gandhik polos, Sraweyan, dan Grendeng. Dhapur keris Pulanggeni
ini cukup banyak dijumpai.

2. Dhapur Kebo Dhengen


Ricikan Luk Lima : Gandhiknya Polos dengan dua sogokan, tanpa greneng dan ricikan
lainnya. Ada yang berpendapat bahwa dhapur Kebo Dhengen harus bolong/tembus
sogokannya, tapi ada yang berpendapat tidak perlu asal ada sogokan.

3. Dhapur Pendawa
Ricikan Luk Lima : gandhiknya polos, pakai sogokan dua, pakai sraweyan dan greneng
lengkap.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


4. Dhapur Pendawa Lare
Ricikan Luk Lima : kembang kacang, jalen, lembe gajah dua, ri pandhan, tanpa
sogokan, tanpa blumbangan.

5. Dhapur Pendawa Cinarita atau Pendawa Carita


Ricikan Luk Lima : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, tikel alis,
sogokan dua, kruwingan, gusen dan sraweyan serta greneng lengkap. Ada yang
memakai ada-ada dan ada yang tidak.

6. Dhapur Pendawa Prasaja


Ricikan Luk Lima : kembang kacang, jalen, lambe gajah dua, jalu memet, sogokan
dua, sraweyan dan ri pandhan. Bentuknya mirip sekali dengan Pendawa Cinarita,
bedanya terletak pada gusen, kruwingan dan kelengkapan greneng.

7. Dhapur Kala Nadah


Ricikan Luk Lima : gandhik polos, sraweyan, ri pandhan, terkadang juga memiliki
greneng lengkap, dan hanya satu sogokan di depan, sogokan ini ada yang sempurna,
ada juga yang kurang sepurna, hanya dangkal saja.

8. Dhapur Anoman
Ricikan Luk Lima : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, sogokan dua
dan keduanya panjang sampai ke ujung bilah, pakai ri pandhan dan terkadang juga
memakai greneng lengkap.

9. Dhapur Kebo dengan Kelap Lintah


Ricikan Luk Lima : dhapur ini tergolong jarang dijumpai, ricikan gandhik panjang,
pakai kambang kacang yang agak tinggi letaknya, jalen, lambe gajah dan jalu memet,
ganjanya kelap lintah. Itulah sebabnya harus disebut nama dhapur secara lengkap,
dhapur Kebo Dhengen Kelap Lintah.

10. Dhapur Hurap-Hurap


Ricikan Luk Lima : kembang kacang pohok, jalen, lambe gajah, sogokan dua
ukurannya normal pakai gusen dan lis-lisan.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


11. Dhapur Pundhak Sategal
Ricikan Luk Lima : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, pundhak
sategal kiri kanan serta sraweyan, biasanya pakai thingil, tapi ada yang tidak.

12. Dhapur Sinarasah


Ricikan Luk Lima : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, gusen, lis-
lisan, ri pandhan dan ada-adanya terlihat jelas.

13. Dhapur Naga Salira


Ricikan Luk Lima : gandhiknya kepala naga, bagian dada naga menyentuh ganja lalu
naik ke atas mengikuti luk, ada yang pakai greneng lengkap, ada yang greneng wurung,
ada pula yang hanya pakai thingil.

14. Dhapur Naga Siluman Luk Lima


Penyebutan nama dhapur keris ini memang harus lengkap, naga siluman luk lima
karena memang ada naga siluman luk lima, luk tujuh, luk sebilan dll. Bentuknya mirip
dengan dhapur Naga Salira, bedanya hanya badan naga itu setelah bagian dadanya ,
menghilang seolah masuk ke dalam bilah keris, itu saja bedanya.

15. Dhapur Kikik Luk Lima


Seluruh bagian-bagiannya sama betul dengan Kikik yang lurus, hanya bedanya terletak
pada jumlah luknya.

16. Dhapur Singa Barong Luk Lima


Ricikan Luk Lima : gandhiknya manggambarkan seekor singa dengan mulut
menganga, biasanya diberikan gumpalan emas, dan dalam kondisi duduk. Ada pula
yang kinatah emas. Selebihnya sama dengan dhapur Naga Siluman.

Keris Pusaka Dhapur Luk 7

Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Dari bentuknya ada dua macam jenis keris, yaitu keris lurus dan keris ber-luk (lekuk).
Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kabanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan keris) akan
sangat menyakitkan lawan dan bahkan bisa membunuhnya walaupun hanya tergores
sedikit saja.

Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu
pembuatnya, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang
tersembunyi, bukan hanya sebagai pemanis. Selain itu, bentuk keris juga menjadi
pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya.

Untuk keris pusaka luk 7 sendiri memiliki makna yaitu angka tujuh merupakan
lambang kesempurnaan ilahi. Keris ber-luk 7 terutama diperuntukan bagi orang-orang
yang menganggap hidup keduniawiannya sudah sempurna, sudah cukup, sudah tidak
lagi mengejar keduniawian dan untuk lebih menekuni hidup kerohanian. Keris ber-luk
7 dibuat untuk raja dan keluarga raja yang sudah mandito dan untuk tujuan kemapanan
kerohanian/kesepuhan, dimaksudkan untuk dimiliki oleh raja atau keluarga raja yang
sudah matang dalam usia dan psikologis atau sudah mandito.

1. Dhapur Jaran Guyang


Ricikan Luk Tujuh : gandhiknya polos, pakai blumbangan dan thingil atau terkadang
greneng wurung. Bilah keris umumnya pipih dan tipis.

2. Dhapur Sempana Luk Tujuh


Ricikan Luk Tujuh : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen dan jalu memet serta
greneng. ada pula sempana yang luknya sembilan.

3. Dhapur Sempana Bungkem


Ricikan Luk Tujuh : ricikan sama persis dengan Sempana Luk Tujuh. Bedanya terletak
pada kembang kacangnya yang ujungnya menempel langsung pda gandhik

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


(bungkem). Dhapur keris Sempana Bungkem ini biasanya dimiliki oleh mereka yang
sering berdebat, seperti jaksa, pengacara dan orang-orang yang sering rapat dll.

4. Dhapur Murmo Malela


Ricikan Luk Tujuh : kembang kacang, lambe gajah cuma satu, selain itu tanpa ricikan
apa-apa lagi.

5. Dhapur Carubuk
Ricikan Luk Tujuh : kembang kacang, lambe gajah dua, sraweyan, greneng lengkap,
ada pula yang pakai kruwingan.

6. Dhapur Sempana Manyul atau Sempana Panyul


Ricikan Luk Tujuh : gandhik agak tinggi dan miring, kembang kacang, lambe gajah
dua, sraweyan, ri pandhan, terkadang hanya thingil saja.

7. Dhapur Carita Kasapta


Ricikan Luk Tujuh : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, tikel alis,
kruwingan, gusen, lis-lisan, greneng. Dhapur keris Carita Kasapta ini tergolong jarang
dijumpai.

8. Dhapur Balebang
Ricikan Luk Tujuh : kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan dua ukuran normal,
sraweyan.

9. Dhapur Naga Keras


Ricikan Luk Tujuh : gandhik kepala naga, biasanya bermahkota, dada naga menyentuh
bagian ganja, kemudian badan sampai buntutnya mengikuti luk. Ricikan lainnya
biasanya pakai greneng lengkap.

10. Dhapur Naga Siluman Luk Tujuh


Ricikan Luk Tujuh : secara keseluruhan sama dengan Naga Siluman Luk Lima,
bedanya hanya menyangkut jumlah luk saja.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Keris Pusaka Dhapur Luk 9

Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.

Dari bentuknya ada dua macam jenis keris, yaitu keris lurus dan keris ber-luk (lekuk).
Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kabanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan keris) akan
sangat menyakitkan lawan dan bahkan bisa membunuhnya walaupun hanya tergores
sedikit saja.

Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu
pembuatnya, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang
tersembunyi, bukan hanya sebagai pemanis. Selain itu, bentuk keris juga menjadi
pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya.

Untuk keris pusaka luk 9 sendiri memiliki makna yaitu angka sembilan ditujukan untuk
orang-orang yang sudah tidak lagi melulu mengejar keduniawian, sudah lebih
menekuni kerohanian. Keris-keris ber-luk 9 dibuat untuk tujuan kemapanan kerohanian
dan kesepuhan. Dikhususkan untuk dimiliki oleh para pandita atau penembahan dan
para sesepuh masyarakat. Selain memberikan tuah keselamatan, kerohanian, keilmuan
dan pembawa kesepuhan, jenis keris ini biasanya mengeluarkan hawa aura yang sejuk.

1. Dhapur Jaruman
Ricikan Luk Sembilan : gandhiknya polos, pakai sogokan dua ukurannya normal, dan
pakai sraweyan.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


2. Dhapur Kidang Mas
Ricikan Luk Sembilan : gandhik polos, pakai greneng lengkap, selebihnya tidak ada
ricikan lain.

3. Dhapur Sempana Luk Sembilan


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, lambe gajah cuma satu, pakai greneng
lengkap. Dhapur keris ini penyebutannya juga harus lengkap "Sempana Luk Sembilan"
karena masih ada Sempana Luk Tujuh.

4. Dhapur Sempana Kalentang atau Sempana Klentang


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, tikel alis, ri pandhan, tapi terkadang juga
hanya tingil saja.

5. Dhapur Carang Soka


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet,
sraweyan, ri pandhan.

6. Dhapur Kidang Soka


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, lambe gajah cuma satu, sraweyan dan ri
pandhan, ada pula yang hanya greneng wurung.

7. Dhapur Jarudeh
Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, lambe gajah cuma satu, sogokan dua ukuran
normal.

8. Dhapur Panji Sekar


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang pogok, sogokan dua ukuran normal,
sraweyan dann ri pandhan.

9. Dhapur Carita Kanawa


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, sogokan
dua ukuran normal, sraweyan, lis-lisan, kruwingan dan gusen.

10. Dhapur Buto Ijo


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan dua ukuran
normal dan greneng lengkap.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


11. Dhapur Sabuk Tampar
Ricikan Luk Sembilan : gandhik polos, blumbangan (umumnya dalam), sogokan dua
ukuran normal, sraweyan dan thingil.
Ada Buku yang menyebutkan keris dhapur Sabuk Tampar ricikannya adalah kembang
kacang, lambe gajah satu, sogokan dua, sraweyan dan ri pandhan, yang mana yang
akan dianut, balik lagi kepada pembaca.

12. Dhapur Panimbal


Ricikan Luk 11 : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen dan jalu memet, sogokan
dua ukuran normal, sraweyan dan greneng lengkap.

13. Dhapur Paniwen


Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang pogok, sogokan dua normal dan sraweyan
Ada buku lain yang menyebutkan keris dhapur Paniwen, ricikannya adalah kembang
kacang (tidak harus pogok), lambe gajah dua, jalen dan jalu memet, tanpa sogokan,
greneng lengkap, yang mana yang akan dianut, balik lagi kepada pembaca.

Keris Pusaka Dhapur Luk 11

Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.

Dari bentuknya ada dua macam jenis keris, yaitu keris lurus dan keris ber-luk (lekuk).
Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kabanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan keris) akan
sangat menyakitkan lawan dan bahkan bisa membunuhnya walaupun hanya tergores
sedikit saja.

Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


pembuatnya, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang
tersembunyi, bukan hanya sebagai pemanis. Selain itu, bentuk keris juga menjadi
pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya.

Keris ber-luk 11, mungkin awalnya dibuat untuk mendobrak kemapanan pakem
pembuatan keris pada jamannya, mengingat angka 11 tidak mempunyai makna tertentu
dalam budaya jawa. Keris ber-luk 11 biasanya memiliki pembawaan yang teduh, tidak
angker, tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap
menembus pertahanan perisai gaib lawan.

Contoh keris ber-luk 11 adalah Sabuk Inten dan Sengkelat luk 11 yang terkenal sakti
dan banyak dibuat tiruannya. Kedua keris tersebut memiliki pembawaan yang teduh,
tidak angker, tetapi dibalik keteduhannya itu terkandung suatu energi gaib yang tajam
dan siap menembus pertahanan perisai gaib lawan, apalagi bila ujung kerisnya
diarahkan kepada seseorang.

Awalnya Keris Sengkelat Luk 11 memang membingungkan banyak orang karena tidak
sesuai dengan kebiasaan/pakem keris yang umum. Selain karena jumlah luk-nya yang
11, keris itu juga berwarna hitam gelap, tidak mengkilap dan tidak berpamor (Keleng),
namun karena kesaktiannya yang sangat tinggi, keris ini kemudian banyak dibuat
turunannya/tiruannya yaitu yang disebut keris-keris berdhapur sengkelat.

1. Dhapur Sabuk Tali


Ricikan Luk 11 : gandhik polos, sogokan hanya satu di depan saja, sraweyan. Pada
buku lainnya menyebutkan, ricikan keris dhapur Sabuk Tali adalah gandhik polos,
sogokan dua, blumbungan, thingil (terkadang tidak ada).

2. Dhapur Jaka Wuru


Ricikan Luk 11 : gandhik polos, blumbungan serta ri pandhan.

3. Dhapur Carita Luk 11


Ricikan Luk 11 : kembang kacang, lambe gajah dua, dan greneng lengkap.

4. Dhapur Carita Prasaja


Ricikan Luk 11 : kembang kacang, lambe gajah dua, tanpa ricikan lainnya.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


5. Dhapur Carita Gandhu
Ricikan Luk 11 : kembang kacang, jenggot, lambe gajah, jalen, dan jalu memet,
sraweyan dan ri pandhan.

6. Dhapur Carita Bungkem


Ricikan Luk 11 : kembang kacang bungkem, greneng lengkap, selebihnya tidak ada
ricikan.

7. Dhapur Carita Genengan


Ricikan Luk 11 : kembang kacang, jenggot, lambe gajah dua, jalen, jalu memet,
sogokan dua ukuran normal dan ri pandhan.

8. Dhapur Carita Keprabon


Ricikan Luk 11 : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, sogokan dua
ukuran normal, sraweyan, kruwingan, lis-lisan, gusen dan greneng lengkap.

9. Dhapur Carita Daleman


Ricikan Luk 11 : kembang kacang lambe gajah satu, jenggot, tikel alis, sogokan dua
ukuran normal, sraweyan, greneng lengkapp, kruwingan, lis-lisan dan gusen.

10. Dhapur Caluring/ Waluring Luk 11


Ricikan Lk 11 : kembang kacang, lambe gajah cuma satu (ada yang bilang harus dua),
sogokan dua ukuran normal, sraweyan dan greneng lengkap. Pada keris-keris tangguh
palembang, ricikannya lebih lengkap lagi yaitu : kembang kacang, lembe gajah dua,
jalen, jenggot, blumbungan, sogokan dua ukuran normal, kruwingan, sraweyan, lis-
lisan, gusen dan greneng lengkap.

11. Dhapur Nagasasra Luk 11


Penyebutannya harus lengkap, Nagasasra Luk 11, karena ada juga yang luk 13.
Ricikannya : gandhiknya kepala naga, biasanya bermahkota dan kinatah emas.
Dadanya menyentuh ganja, sedangkan badannya serta buntutnya ke atas mengikuti
belokan luk-nya. Umumnya memakai greneng lengkap. Pada masa damai, moncong
naga ini biasanya dijelali dengan emas, tapi pada masa perang atau darurat, emasnya
dilepas.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Keris Pusaka Dhapur Luk 13

Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.

Dari bentuknya ada dua macam jenis keris, yaitu keris lurus dan keris ber-luk (lekuk).
Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kabanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan keris) akan
sangat menyakitkan lawan dan bahkan bisa membunuhnya walaupun hanya tergores
sedikit saja.

Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu
pembuatnya, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang
tersembunyi, bukan hanya sebagai pemanis. Selain itu, bentuk keris juga menjadi
pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya.

Keris ber-luk 13 memiliki makna yaitu angka 13 dalam budaya jawa mempunyai
makna yang jelek, yaitu kesialan, musibah atau malapetaka. Pembuatan keris ber-luk
13 ini dimaksudkan dengan kesaktian dan wibawa kekuasaan keris ini menjadi
penangkal kesialan atau tolak bala. Keris ber-luk 13 biasanya untuk tujuan kesaktian
dan wibawa kekuasaan. Contoh keris ber-luk 13 yang terkenal adalah keris Naga Sasra
yang bersifat yang bersifat penguasa, pengayom, dan pelindung. Auara wibawa keris
ini sangat kuat. Aura wibawanya menunjang kewibawaan pemiliknya supaya disujuti
banyak orang dan wataknya sebagai pengayom dan pelindung akan selalu melindungi
orang-orang yang berlindung kepadanya.

Keris Naga Sastra dan Keris Sabuk Inten adalah sepasang keris yang menjadi lambang
kebesaran kerajaan Majapahit dan ketika kerajaan berakhir, pemerintahan berpindah ke
kerajaan Demak, sepasang keris ini kemudian diboyong ke Demak dan dijadikan

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


lambang kebesaran kerajaan Demak. Sayangnya di Demak, wahyu kerisnya tidak
bekerja.

Kedua keris ini memiliki kesaktian yang setingkat dan sifat-sifat karekter kedua keris
ini saling melengkapi. Pada masanya banyak orang, terutama para penguasa daerah,
seperti kadipaten dan kabupaten yang menginginkan memiliki sepasang keris tersebut,
sehingga kemudian sepasang keris tersebut banyak dibuat keris-keris tiruannya, yaitu
keris-keris berdhapur Naga Sasra dan berdhapur Sabuk Inten.

Beberapa di antara keris-keris tiruan sepasang keris tersebut, bila hanya dibuat sebuah,
tidak sepasang, banyak yang dibuat berdhapur Naga Sastra tetapi ber-luk 11 atau
berdhapur Sabuk Inten tetapi ber-luk 13. Sengaja dibuat demikian oleh empunya
dengan tujuan untuk menggambarkan bahwa keris yang hanya sebuat ini, karakter
gaibnya sama dengan perpaduan karakter sepasang keris Naga Sastra dan Sabuk Inten.

1. Dhapur Waluring Luk 13


Ricikan Luk 13 : gandhik polos, sraweyan, thingil atau ri pandhan. Dhapur Waluring
ini ada pula yang luknya hanya sebelas.

2. Dhapur Sepokal
Ricikan Luk 13 : gandhik polos, wadidang polos, cuma pakai sraweyan

3. Dhapur Johan Mangan Kala


Ricikan Luk 13 : gandhik polos, sogokan dua ukuran normal, sraweyan, dan greneng
lengkap

4. Dhapur Kantar
Ricikan Luk 13 : kembang kacang, lambe gajah dua (ada yang hanya satu),
blumbangan, sogokan cuma satu di depan dan sraweyan.

5. Dhapur Parungsari
Ricikan Luk 13 : kembang kacang, jenggot, lambe gajah dua, jalen memet, tikel alis,
sogokan dua ukurannya normal, kruwingan dan greneng lengkap.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


6. Dhapur Sengkelat
Ricikan Luk 13 : kembang kacang, lambe gajah dua, blumbangan, sogokan dua ukuran
normal, terkadang pakai jenggot, sraweyan , greneng lengkap. Bedanya yang utama
dengan dhapur Parung Sari, terletak pada Tikel Alis,

7. Dhapur Bima Kurda


Ricikan Luk 13 : kembang kacang, lambe gajah satu, sraweyan, jenggot dan greneng
lengkap, tanpa sogokan, tanpa tikel alis.

8. Dhapur Lung Gandhu


Ricikan Luk 13 : kembang kacang, lambe gajah satu, sraweyan, thingil. Ada pula yang
hanya wadidang polos.

9. Dhapur Naga Sasra


Ricikan Luk 13 : gandhik kepala naga, biasanya bermahkota, bagian dada dari naga
menyentuh ganja, sedangkan badan naga sampai buntutnya terus mengikuti badan
bilah sampai ke luk 13. Ricikan lainnya adalah greneng ada yang lengkap dan ada pula
yang tidak. Sebagian orang berpendapat kalau keris dhapur Naga Sasra harus kinatah
emas, tapi sebagian lagi tidak kinatah emas.

10. Dhapur Naga Siluman Luk 13


Ricikan Luk 13 : gandhik kepala naga, biasanya pakai mahkota. Bagian dada dari naga
menyentuh ganja, kemudian naik ke atas, menghilang ke dalam bilah.

11. Dhapur Singa Barong Luk 13


Ricikan Luk 13 : gandhik berupa Singa Barong dalam posisi duduk dengan moncong
ddisumpal dengan emas. Ricikan lainnya, greneng lengkap. Penyebutan nama dhapur
ini harus lengkap yaitu Singa Barong Luk 13 karena ada Singo Barong luk lainnya.

Dari 200 Nama Dapur Keris Pusaka diatas, ada 6 Keris Pusaka Paling Melegenda dan
merupakan Keris Pusaka Paling Diburu, inilah 6 Keris Pusaka Paling Melegenda :

Keris Pusaka Mpu Gandring.


Keris empu Gandring adalah Benda Pusaka yang sangat terkenal dalam riwayat
berdirinya kerajaan singasari di Malang, Keris ganas yang sudah terkenal memakan
korban para pendiri kerajaan, pembuat, bahkan pemakainya yaitu Ken Arok. Singkat

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Cerita, Keris yang Melegenda ini di buat oleh empu yang sangat sakti bernama Empu
Gnadring, yang kemudian dimintakan membuat sebuh keris sangat sakti oleh ken
Arok.
Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan
memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris-keris pusaka
masa itu. Mpu Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut.
Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris
tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan harus diambil. Kemudian Ken Arok
menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring
yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai
dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut
melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu
untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring
mengeluarkan sumpah kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa
tujuh turunan dari Ken Arok. Sampai sekarang keris mpu gandring ini belum
ditemukan lagi oleh siapapun..!!!

Keris Pusaka Naga Sasra Sabuk Inten.


Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten adalah dua benda pusaka berbeda
peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur keris luk tiga
belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan
nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya agar tidak salah.
Pada keris dapur Nagasasra yang bagus, sebagian banyak bilahnya diberi kinatah emas,
dan pembuatan kinatah emas semacam ini telah dirancang oleh sang empu sejak awal
pembuatan. Pada tahap penyelesaian akhir, sang empu sudah membuat bentuk kinatah
sesuai rancangan. Bagian-bagian yang kelak akan dipasang emas diberi alur khusus
Berupa pamor, untuk "tempat pemasangan kedudukan emas" dan setelah penyelesaian
wilah selesai, maka dilanjutkan dengan penempelan emas oleh pandai emas dari dalam
kerajaan.
Salah satu pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik, adalah karya empu Ki Nom,
merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman kerajaan
Majapahit…!!!

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Keris Pusaka Kala Munyeng (Milik Sunan Giri).
Dalam Riwayat Prabu Brawijaya murka. Pengaruh Sunan Giri salah satu dari sembilan
Wali Songo, dianggap sudah mengancam eksistensi Kerajaan Majapahit. Patih
Gajahmada dan pasukannya lalu dikirim ke Giri untuk memberikan serangan,
Penduduk Giri pun panik dan menghambur ke Kedaton Giri. Sunan Giri yang saat itu
sedang menulis begitu terkejut dan pena (kalam) yang tengah digunakannya ia
lontarkan ke arah pasukan Majapahit. Atas kehendak Sang Pencipta pena yang
terlontar itu menjelma menjadi keris ampuh dan keris inilah yang
memporakporandakan pasukan Majapahit.
Sunan Giri yang nama kecilnya adalah Raden Paku alias Muhammad Ainul Yakin
tidak hanya dikenal sebagai penyebar agama Islam yang gigih. Tetapi juga pembaharu
pada masanya. Pesantrennya, yang dibangun di perbukitan desa Sidomukti di selalan
Gresik, tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan agama dalam arti sempit,
tetapi juga menjadi pusat pengembangan masyarakat. Gin Kedaton, pesantrennya di
Gresik, bahkan tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa kala itu. Ketika
Raden Patah (Demak Bintaro) melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit, Sunan Giri
malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal
tersebut tercatat dalam Babad Demak. Pada perkembangan, nya kemudian, Demak tak
lepas dan pengaruh Sunan Giri. Dan Sunan Giri diakui sebagai mufti, pemimpin
tertinggi keagamaan setanah Jawa.
Meluasnya pengaruh Sunan Giri di Gresik membuat Prabu Brawijaya, raja Majapahit
kala itu murka. la memerintahkan patihnya, Gadjah Mada, ke Gin Penduduk Giri
ketakutan dan berlari ke kedaton Sunan, Babad Tanah jawa menuturkan, ketika itu
Sunan Giri sedang menulis. Karena terkejut mendengar musuh berdatangan merusak
Giri, pena (kalam) yang dipegangnya Beliau lontarkan. Sunan Giri kemudian berdoa
pada Sang Pencipta. Ternyata kalam yang terlempar itu berubah meniadi keris
berputar-putar, Keris dari kalam itu mengamuk dan banyak tentara Majapahit yang
menyerbu Giri tewas, Sisanya kabur,berlarian kembali ke Majapahit. Dan keris dari
kalam itupun dikisahkan kembali sendiri ke kedaton Giri, Tergeletak di hadapan Sunan
dengan berlumuran darah.Sunan lalu berdoa pada Yang Maha Kuasa, dan mengatakan
pada rakyat Giri bahwa kerisnya yang ampuh itu dinamai Kalam Munyeng.
Apakah keris Kalam Munyeng (pena yang berputar-putar) itu modelnya seperti keris
yang pada masa kini populer dengan nama Kala Munyeng (raksasa yang berputar-
putar), wallahu alam!!! Namun keris Kala munyeng juga termasuk keris yang amat
tersohor Namanya di nusantara ini.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Keris Pusaka Kyai Condong Campur
Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang
banyak disebut dalam legenda dan folklor. Keris ini dikenal dengan nama Kanjeng
Kyai Condong Campur. Keris ini merupakan salah satu dapur keris lurus. Panjang
bilahnya sedang dengan kembang kacang, satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan
ukuran panjangnya sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris
ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an. Condong Campur merupakan suatu
perlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang
mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Sedangkan campur
berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah
keinginan untuk menyatukan suatu keadaan tertentu. Konon keris pusaka ini dibuat
beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat.
Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak
yang jahat.
Dalam dunia keris muncul mitos dan legenda yang mengatakan adanya pertengkaran
antara beberapa keris. Keris Sabuk Inten yang merasa terancam dengan adanya keris
Condong Campur akhirnya memerangi Condong Campur. Dalam pertikaian tersebut,
Sabuk Inten kalah. Sedangkan keris Sengkelat yang juga merasa sangat tertekan oleh
kondisi ini akhirnya memerangi Condong Campur hingga akhirnya Condong Campur
kalah dan melesat ke angkasa menjadi Lintang Kemukus (komet atau bintang berekor),
dan mengancam akan kembali ke bumi setiap 500 tahun untuk membuat huru hara,
yang dalam bahasa Jawa disebut ontran-ontran.

Keris Pusaka Setan Kober.


Keris setan kober ini dalam sejarah dibuat oleh mpu supo mandagri, beliau adalah
keturunan seorang empu dari tuban. Dalam riwayat, Mpu supo memeluk islam dan
berguru kepada sunan Ampel, sambil tetap membuat keris, Supo Mandagri adalah mpu
sakti yang menjadikan karya nya begitu sangat terkenal antara lain Keris Kyai
Sengkelat,dan Keris Kyai Nogo sosro dan setan kober ini sendiri, keris ini dulu
bernama "Bronggot Setan Kober" di buat pada awal kerajaan islam demak
Bintaro,kemudian keris ini di serahkan kepada Syekh Jafar Soddiq atau Sunan Kudus
dalam perjalananya kemudian di berikan lagi kepada Arya penangsang.
Keris pusaka setan kober ini sangat ampuh sekali, tapi membawa hawa perbawa panas,
sehingga sering membuat si pemakainya mudah marah, begitu juga dengan arya
penangsang yang mudah emosi akibat pembawaan keris ini. keris inilah yang di
gunakan arya penangsang untuk bertanding melawan sutawijaya yang memiliki

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


tombak kyai pleret. Sampai detik ini, keris ini juga tidak di ketahui asli keberadaan
nya, sama halnya dengan pusaka lain seperti mpu gandring, demikian juga pamor dan
dapur asli ciri setan kober tidak diketahui asli dan model nya, alasan ini mungkin
menjadi kuat karena keris ini memakan banyak sekali korban petinggi penting, jadi
para empu mungkin tidak membuat mirip asli nya karena di yakini membawa sial atau
bala sebab telah di anggap haus darah.

Keris Kyai Sengkelat (Brawijaya Ke V).

Keris Sengkelat adalah keris pusaka luk tiga belas yang diciptakan pada jaman
Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya
V) karya Mpu Supa Mandagri. Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel.
Konon bahan untuk membuat keris Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk
menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat.
Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad
Saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah
pedang. Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka
dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama keris Sengkelat. Setelah
selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Maka oleh Sunan Ampel disarankan agar
keris Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.
Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum
akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu
piyandel (maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo,
mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka keraton.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Pusaka baru itu menjadi sangat terkenal sehingga menarik perhatian Adipati
Blambangan. Adipati ini memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka
tersebut demi kejayaan Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi
pada kerajaan Majapahit diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka
tersebut ke Majapahit. karena taktik yang jitu dari mpu supa akhirnya keris itu ia
dapatkan kembali dan tanpa menyebabkan peperangan, Malah Ki Nambang akhirnya
dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik dari Adipati
Blambangan itu sendiri. Sang Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu mencari
cara agar dapat kembali ke Majapahit. Ketika kesempatan itu tiba maka beliau pun
segera kembali ke Majapahit dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Sebelum
pergi, beliau meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa kelak jika anak mereka lahir
laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta meninggalkan besi bahan untuk membuat
keris.

Setelah anda memahami dapur keris pusaka dunia tahap berikutnya wajib memahami
Nama nama Pamor Keris Pusaka , nama untuk pamor keris berlaku juga untuk tosan aji
lainnya seperti Tombak, Wedung, Pedang dsb. Khusus pamor yang pemilih yang
biasanya diperuntukan untuk kedudukan tertentu atau karakter tertentu, sebaiknya di
"tayuh" dahulu apakah cocok atau tidak sedangkan yang tidak pemilih bisa dimiliki
oleh siapa saja.

Wos Wutah.
Pamor yang paling banyak dijumpai, bentuknya tidak teratur tetapi tetap indah dan
umumnya tersebar dipermukaan bilah. Ada yang berpendapat pamor ini pamor gagal,
saat si empu ingin membuat sesuatu pamor tetapi gagal maka jadilah Wos Wutah.
Tetapi ini dibantah dan beberapa empu dan pamor ini memang sengaja dibuat serta
termasuk pamor tiban. Pamor ini berkhasiat baik untuk ketentraman dan keselamatan
pemiliknya, bisa digunakan untuk mencari rejeki, cukup wibawa dan disayang orang
sekelilingnya, pamor ini tidak pemilih.

Ngulit Semangka.
Sepintas seperti kulit semangka, tuahnya seperti Sumsum Buron, memudahkan
mencari jalan rejeki dan mudah bergaul pada siapa saja dan dari golongan manapun.
Pamor ini tidak memilih dan cocok bagi siapa saja.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Tambal.
Mirip goresan kuas besar pada sebuah bidang lukisan. Tuahnya biasanya menambah
kewibawaan dan menunjang karier seseorang. Menurut istilah Jawa bisa menjunjung
derajat. Pamor ini termasuk pemilih dan tidak setiap orang cocok.

Pulo Tirto.
Seperti Wos Wutah hanya gumpalan gambarnya terpisah agak berjauhan, seperti
bentuk pulau pada peta. Tuahnya sama dengan pamor Wos Wutah.

Sumsum Buron.
Pamor ini juga mirip Wos Wutah, gumpalan juga terpisah agak berjauhan seperti Pulo
Tirto hanya agak lebih besar dan lebih menyatu. Tuahnya baik, tahan godaan dan
murah rejeki serta tidak pemilih.

Melati Rinonce.
Bentuknya mirip pamor Rante tetapi umumnya bulatannya lebih kecil dan tidak
berlubang. Bulatan itu berupa pusaran pusaran mirip dengan pamor Udan Mas tetapi
agak lebih besar sedikit. Tuahnya mencari jalan rejeki dan menumpuk kekayaan.
Untuk pergaulan juga baik, pamor ini tidak memilih dan bisa digunakan siapa saja.

Rante.
Tuah utama pamor ini adalah untuk menampung dan mengembangkan rejeki yang
didapat. Bisa mengurangi sifat boros, tetapi bukan pelit. Cocok untuk semua orang
baik digunakan berdagang atau berusaha. Bentuknya agak mirip pamor Melati
Rinonce, hanya bedanya pada bulatannya ada semacam gambar "lubang".

Adeg.
Pamor Adeg banyak dijumpai, tergolong pamor pemilih tetapi lebih banyak yang
cocok daripada tidak. Tuahnya terutama sebagai penolak, ada yang menolak gunaguna,
ada yang menolak wabah, angin ribut, banjir dan lainnya. Ada yang hanya menolak
satu sifat ada yang beberapa sifat penolakan.

Mrambut.
Sepintas seperti Adeg, bahkan ada yang menyamaratakan dengan membuat istilah baru
Adeg-Mrambut. Padahal sebenarnya lain. Pamor Mrambut alurnya terputus-putus.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Tuahnya hampir sama dengan pamor Adeg. Tergolong pemilih, tidak semua orang
cocok.

Sekar Lampes.
Tuah dari pamor ini mirip dengan pamor Tumpal Keli. Hanya pada pamor Sekar
Lampes umumnya juga mengandung tuah yang menambah kewibawaan pemakainya
dan tergolong pamor yang tidak pemilih.

Ilining Warih.
Rejeki yang lumintu, walaupun sedikit demi sedikit tetapi selalu ada saja. Itulah yang
utama tuah dari Ilining Warih. Selain soal rejaki, pamor ini juga baik untuk pergaulan.
Tidak memilih dan umumnya cocok untuk siapapun.

Blarak Ngirid.
Disebut juga kadang dengan "Blarak Sinered", tapi ada juga yang menyebut Blarak
Ngirid lain dengan Blarak Sinered. Tuah utamanya menambah kewibawaan dan juga
baik untuk pergaulan karena disayang orang sekelilingnya, baik pihak atasan atau
bawahan. Pamor ini tergolong pemilih.

Ron Pakis.
Mirip sekali dengan Blarak Ngirid, hanya pada bagian tepinya seolah ada sobekan.
Tergolong pemilih dan tuahnya untuk kewibawaan serta keberanian (tata bhs jawa).
Baik dimiliki oleh orang yang berkecimpung dibidang Militer dan Keprajuritan.

Koro Welang.
Juga hampir sama dengan Blarak Ngirid atau Ron Pakis, tetapi "daun" nya lebih besar
dan lebih menyatu. Tuahnya juga hampir sama dengan Blarak Ngirid, tetapi fungsi
pergaulannya lebih besar dari fungsi wibawanya. Beberapa keris dengan pamor ini
(tidak semua) baik juga untuk mencari jalan rejeki. Tergolong pamor pemilih.

Ron Genduru.
Ada yang menyingkat menjadi RONGENDURU atau menyebut RON KENDURU.
Agak mirip Ganggeng Kanyut tetapi relatif susunannya lebih teratur dan rapi. Tuahnya
berkisar pada kewibawaan dan rejeki. Baik digunakan untuk pengusaha yang punya
banyak anak buah. Tergolong pamor pemilh.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Mayang Mekar.
Bentuknya indah sekali seperti daun Seledri, tuahnya memperlancar pergaulan dan
dikasihani orang sekeliling. Beberapa diantaranya malah bertuah memikat lawan jenis.
Tergolong pamor pemilih.

Wiji Timun.
Menyerupai biji ketimun. Hampir sama dengan pamor Uler Lulut tetapi lebih kecil dan
lonjong. Tuahnya juga untuk mencari jalan rejeki. Ada sedikit unsur kewibawaan. Baik
untuk pedagang maupun untuk pengusaha. Pamor ini agak pemilih.

Kenongo Ginubah.
Tuahnya menarik perhatian orang. Pergaulannya baik dan diterima digolongan
manapun. Tetapi pamor ini termasuk pemilih.

Walang Sinuduk.
Bentuknya mirip dengan satai belalang. Posisi belalang-belalangnya bisa miring kekiri,
bisa kekanan. Tuah utamanya mempengaruhi orang lain. Wibawanya besar sehingga
baik dimiliki oleh pemuka masyarakat, guru, pemimpin politik. Tergolong pamor
pemilih.

Tumpal Keli.
Tuahnya baik untuk pergaulan. Bisa menunjang karier karena pemiliknya akan
disayang atasan. Termasuk pamor tidak pemilih.

Bendosegodo.
Bentuknya menyerupai bulatan menggumpal dari bawah keatas. Tuahnya untuk jalan
rejeki dan pergaulan serta ketentraman rumah tangga. Tergolong tidak pemilih.

Melati Sinebar.
Mirip pamor Tetesing Warih, merupakan bulatan bersusun rangkap tiga atau lebih
tetapi bulatannya tidak sempurna betul dengan garis tengah sekitar 1 cm. Tempatnya
ditengah bilah dan jarak satu bulatan dengan lainnya sekitar 1 cm atau lebih. Pamor ini
tergolong tidak pemilih dan tuahnya untuk mencari rejeki.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Manikem.
Tergolong pamor langka dan hanya dijumpai dikeris muda terutama tangguh Madura.
Bentuknya mirip Melati Rinonce atau Melati Sato-or tetapi garis penghubung antar
bulatan-bulatannya lebih gemuk, lebih lebar. Sedangkan bulatannya juga lebih lebar
dibandingkan Melati Rinonce, bahkan ada yang hampir menyentuh tepi bilah.
Tergolong tidak pemilih dan bertuah memudahkan mencari rejeki.

Sekar Kopi.
Ditengah bilah ada pamor yang menyerupai garis tebal dari sor-soran sampai dekat
ujung bilah. Dikiri kanan garis tebal ini terdapat lingkaran-lingkaran bergerombol atau
berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua atau tiga lingkaran menempel pada garis
tebal seolah-olah biji kopi menempel pada tangkai bijinya. Tuahnya memperlancar
rejeki tergolong tidak pemilih tetapi termasuk pamor langka.

Bonang Rinenteng.
Ada yang menyebutnya Bonang Sarenteng, agak mirip dengan pamor Sekar Kopi
tetapi bulatannya hanya satu. Boleh dikiri-kanan secara simetris atau selang seling.
Baik Bonang Rinenteng ataupun Sekar Kopi, bulatannya seperti pusaran di pamor
Udan Mas. Tergolong tidak pemilih dan memudahkan mencari rejeki.

Jung Isi Dunya.


Bentuknya mirip Putri Kinurung. Bedanya bulatanbulatan kecil yang terdapat pada
"kurungan" bulatan relatif lebih besar. Ada juga yang bentuknya sepintas mirip pamor
Bendo Segodo. Tuahnya untuk "menumpuk" kekayaan dan tidak pemilih.

Wulan-Wulan.
Di Jawa Timur disebut Bulan-Bulan. Mirip Melati Sinebar atau mirip Bendo Segodo.
Bedanya pada pamor Wulan-Wulan , bagian tengahnya berlubang jelas. Tuahnya
memudahkan mencari jalan rejeki dan mengikat langganan. Sering disimpan ditoko
atau warung.

Tunggak Semi.
Pamor ini terletak ditengah Sor-soran, bentuk seperti tampak digambar samping.
Berkombinasi dengan pamor Wos Wutah. Tuahnya untuk mendapatkan rejeki walau
bagaimanapun kecilnya. Tidak termasuk pamor pemilih.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Bawang Sebungkul.
Bentuknya memang mirip bungkul bawang, berlapislapis. Paling sedikit ada lima
lapisan dan terletak di sor-soran. Tuahnya dibidang rejeki , untuk pengembangan
modal. Cocok untuk orang yang bekerja di Bank dan pengembangan modal. Tidak
pemilih.

Udan Mas.
Pamor ini banyak dicari orang, terutama pedagang dan pengusaha. Bentuknya
merupakan pusaran atau gelang-gelang berlapis, paling sedikit ada tiga lapisan.
Letaknya ada yang beraturan dan ada yang berserakan. Pamor ini sering pula
berkombinasi dengan Wos Wutah atau Tunggak Semi. Manfaatnya untuk mencari
rejeki dan tidak pemilih.

Sisik Sewu.
Seperti gambar sisik ikan, tetapi bila diperhatikan seperti pamor Udan Mas
menggumpal menjadi satu, namun pamor ini kurang begitu dikenal, mungkin karena
memang jarang. Selain untuk rejeki juga untuk meningkatkan wibawa. Cocok bagi
pengusaha dengan banyak karyawan.

Putri Kinurung.
Bentuknya menyerupai gambaran danau dengan tiga atau lebih "pulau" ditengahnya.
Letaknya ditengah sor-soran. Tuahnya untuk memudahkan mencari rejeki dan
mencegah sifat boros. Bisa diterima dikalangan manapun. Tidak pemilih.

Gumbolo Geni.
Sering juga disebut "Gumbolo Agni" atau "Gumbolo Gromo". Letaknya ditengah sor-
soran dan gambarnya seperti "binatang Kala" dengan posisi ekor seperti menyengat.
Tuahnya baik, wibawanya besar dan bisa untuk "singkir baya", baik dimiliki oleh
pimpinan sipil ataupun militer. Termasuk pamor pemilih.

Tangkis.
Panamaan dari pamor yang hanya terdapat pada satu sisi saja dan sisi lain tanpa pamor
alias kelengan, kadang kalau pamor atau bentuk bilah berlainan kiri-kanan sering juga
disebut pamor Tangkis. Namun ini harus diperhatikan juga apakah memang tidak ada
pamornya ataukah sudah hilang karena terkikis atau aus. Kalau karena aus maka ini
bukan pamor Tangkis. Tuahnya menolak wabah penyakit.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Pengawak Waja.
Ini istilah untuk keris TANPA pamor sama sekali. Pada keris muda, Pengawak Waja
memang tidak diselipi bahan pamor, tetapi pada keris tua masih mengandung bahan
pamor walau tidak kelihatan karena penempaan dibuat ratusan kali bahkan ribuan kali
lipatan sehingga sudah menyatu dan luluh bilahnya. Hanya tampak seperti urat halus
atau serat saja. Tuahnya susah dibaca, hanya mereka yang mengetahui ilmu esoteri saja
yang bisa membaca.

Triman.
Ada yang menyebut Pamor TARIMO, mirip sekali dengan WOS WUTAH, tetapi agak
rapat dan pamor ini tiba tiba berhenti ditengah bilah, kadang hanya ada di sor-soran
saja. Pamor ini sesuai untuk yang berusia lanjut, pensiunan dan tidak lagi memikirkan
soal duniawi. Baik
juga dipunyai oleh yang bersifat brangasan, suka marah tetapi kurang baik dipunyai
oleh mereka yang masih aktif bekerja.

Andha Agung.
Mirip pamor Rojo Abolo Rojo tetapi ukurannya relatif lebih kecil. Terletak ditengah
bilah biasanya dikelilingi pamor Wos Wutah dan panjang hanya sepertiga atau
setengah bilah. Tuahnya menyangkut kederajatan dan kewibawaan. Tergolong pamor
tidak pemilih.

Kul Buntet.
Mirip pamor Batu Lapak, bedanya pusarannya hanya satu dan alurnya melingkar dan
secara keseluruhan lebih bulat dibandingkan pamor Batu Lapak. Tuahnya hampir sama
dengan Batu Lapak tetapi Kul Buntet punya nilai rejeki. Selain menghidarkan bahaya
juga menghalangi usaha penipuan. Umumnya pamor ini baik untuk semua orang.

Kuto Mesir.
Ada yang menyebut "Kutu Mesir" atau "Kutu Masir". Bentuknya terdiri dari tumpukan
gelang gelang tidak begitu bulat tetapi cenderung agak persegi. Letaknya dibagian sor-
soran dan tuahnya hampir sama dengan Kul Buntet tetapi fungsi rejeki nya lebih kuat.
Biasanya dicari
pedagang, pengusaha dan pejabat tinggi. Pamor ini sering dikombinasi dengan pamor
lain seperti Wos Wutah dan Tunggak Semi.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Dan Riris.
Ada yang menyebut Udan Riris, ada yang penuh dari sorsoran sampai ujung bilah, ada
yang "mengisi" sebagian bilah saja. Walau bentuknya tidak seindah pamor
Nogorangsang namun umumnya tuahnya lebih kuat. Selain kewibawaan dan
kepemimpinan ada fungsi untuk menolak guna-guna. Pamor ini pemilih.

Reged Banyu.
Pamor ini ada yang menghias seluruh bilah, ada yang sebagian saja, tidak dari sor-
soran keujung bilah. Tuahnya untuk melindungi si pemilik dari musibah mendadak.
Bahasa Jawanya "Singkir Baya" atau "Tulak Bilahi". Pamor ini tidak pemilih.

Rojo Suleman.
Ada yang menyebut pamor Nabi Sulaiman. Banyak pula yang mengatakan ini adalah
rajanya pamor. Letaknya ditengah sor-soran. Tuahnya memang merupakan kumpulan
dari hal-hal yang baik, positip. Menghindari bahaya dan mencari jalan rejeki,
wibawanya kuat, disayang dan disegani orang disekilingnya. Namun pamor ini punya
sifat "memilih".

Batu Lapak.
Bentuknya menyerupai pusaran yang melingkar-lingkar, biasanya lebih dari lima.
Letaknya di sor-soran tengah. Tuahnya "Singkir Baya". Baik untuk anggota Militer
ataupun orang biasa. Berkhasiat bagi yang mempelajari kekebalan, bela diri. Pamor
tidak memilih.

Sirat.
Kadang disebut "Teja Bungkus" atau "Bima Bungkus", baik dipegang oleh mereka
yang punya posisi pimpinan karena factor wibawa, kepemimpinan dan disayang anak
buah.

Tunggul Wulung.
Yang baik kalau pamor Tunggul Wulung ini merupakan pamor tiban. Bentuknya mirip
gambar anak yang sangat sederhana, hanya kepala, tangan dan kaki dan menempati
daerah blumbangan. Tuahnya menolak berbagai macam penyakit dan tidak memilih
tetapi pemiliknya harus berperi-laku baik, tak boleh menyeleweng. Tergolong pamor
langka.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Lintang Kemukus.
Disebut juga "Kukus Tunggal", bentuknya seperti Sodo Saler, hanya dibagian sor-
soran pamor ini menggumpal. Gumpalan ini boleh berupa Benang Setukel atau
Tunggak Semi atau Wos Wutah atau juga Bawang Sebungkul. Selain dipercaya
membawa rejeki juga untuk ketenaran dan menambah wibawa. Tidak pemilih.

Pancuran Mas.
Banyak dicari pedagang dan pengusaha karena dipercaya membawa keberuntungan
bagi pemiliknya, lagipula tidak pemilih. Bentuknya mirip Sada Saler tetapi dibagian
ganjanya tepat diujung Sada Saler pamornya seperti bercabang dua.

Sada Saler.
Arti harfiahnya Lidi Sebatang, bentuknya sesuai dengan namanya. Berupa garis lurus
membujur sepanjang bilah. Tuahnya ada yang untuk menambah kewibawaan,
ketenaran (populeritas) atau keteguhan iman dan pamor ini cocok untuk semua orang.

Wengkon.
Ada yang menamakan pamor Tepen. Bentuknya mirip bingkai (wengkon artinya
bingkai). Tuahnya untuk perlindungan, ada yang untuk menghindari dari godaan, ada
yang memperbesar rasa hemat dan ada yang untuk menghindari dari guna-guna.

Kudhung.
Pamor ini selalu terletak diujung bilah dan tuahnya seperti namanya untuk melindungi
pemiliknya dari serangan guna-guna dan perlindungan dalam situasi darurat. Pamor ini
sering digunakan untuk "penunggu rumah".

Satriya Pinayungan.
Ada dua macam pamor Satriya Pinayungan. Yang pertama pamor pada bagian sor-
soran, apa saja bentuknya, bisa Wos Wutah, lalu diatas pamor itu (dekat ujung bilah)
terdapat pamor Kudhung. Yang kedua, motif pada sor-soran menyerupai Udan Mas
tapi bentuknya teratur. Tiga bulatan mendatar diteruskan beberapa bulatan keatas.
Tuahnya sama, membi perlindungan bagi pemiliknya dari perbuatan sirik orang lain.
Walau keduanya tidak pemilih tetapi pamor yang pertama lebih cocok untuk mereka
yang bekerja di pemerintahan sedangkan yang kedua untuk wiraswasta. Untuk yang
pertama dianut oleh penggemar keris dari Solo ketimur, sedang kedua oleh penggemar

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


dari Yogya ke barat, mana yang benar tetapi pendapat keduanya diterima oleh sebagian
besar penggemar keris.

Badaela.
Pamor ini tuahnya buruk, ada yang menyebut pamor Bebala. Sebaiknya dilarung saja
sebab pemiliknya akan kena pindah, dicurigai serta menerima akibat buruk pekerjaan
orang lain

Segara Wedhi.
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia, Gurun Pasir. Namun sifat tuahnya bukan berarti
"kering kerontang" atau "gersang" melainkan justru baik. Menurut banyak orang
tuahnya mudah mendapatkan rejeki. Mirip Udan Mas tetapi bulatannya lebih kecil dan
lebih banyak serta tersebar diseluruh permukaan bilah. Pamor ini tergolong tidak
pemilih.

Untu Walang.
Arti harafiahnya "Gigi Belalang", tuahnya menambah kewibawaan seseorang. Dituruti
kata katanya dan pamor ini tergolong pemilih, hanya orang yang punya kedudukan
cukup tinggi bisa cocok. Untuk guru dan pendidik biasanya juga cocok.

Tundung.
Tergolong pamor yang buruk tuahnya. Sipemilik akan sering pindah rumah atau diusir
oleh sesuatu sebab. Rumahtangga tidak tentram dan dijauhi rejeki. Sebaiknya dibuang
saja.

Endas Baya.
Tuahnya buruk, sipemilik sering dapat musibah karena tingkah lakunya sendiri.
Sebaiknya dibuang saja karena siapapun pemakainya akan selalu sial.

Dhadhung Muntir.
Mirip Sada Saler tetapi "garis" ditengah bilah mempunyai motif seperti pilinan
tambang atau dhadhung. Tuahnya sama dengan Sada Saler, menyangkut kewibawaan,
keteguhan hati. Pamor ini banyak terdapat pada keris buatan Madura dan tergolong
pamor pemilih.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Rahtama.
Terletak dibagian sor-soran merupakan pamor tiban diantara pamor dominan seperti
Wos Wutah dan Ngulit Semangka. Baik sekali jika diberikan pada suami-istri yang
baru menikah dengan harapan agar memperoleh anak yang soleh dan berbudi luhur.

Pusar Bumi.
Disebut juga Puser Bumi. Bentuknya mirip Udan Mas tetapi dengan skala yang jauh
lebih besar, minimal sebesar koin limapuluh rupiah dan kadang sampai 8 cm, terutama
pada bilah tombak. Pamor ini tergolong pamor miring, merupakan lingaran yang
berlapis dan bukan
melingkar seperti obat nyamuk, tuahnya baik tetapi pemilih dan tidak semua orang
"kuat" memilikinya. Umumnya dipercaya sebagai pamor yang baik untuk menjaga
rumah.

Lintas Mas.
Letaknya dibagian tengah sor-roran, paling sedikit jumlah pusaran-pusarannya ada
lima buah. Baik untuk berdagang terutama perhiasan. Pamor ini pemilih dan tuahnya
hanya bisa dirasakan oleh yang cocok saja.

Sodo Saler.
Bentuknya merupakan garis lurus dari sor-soran keujung bilah. Tuahnya untuk
kewibawaan dan keprajuritan serta meneguhkan dalam mencapai cita-cita, baik untuk
militer atau yang berambisi mencapai sesuatu cita-cita. Tergolong pemilih.

Nur.
Letaknya ditengah sor-soran, mirip huruf S. tuahnya baik terutama untuk guru,
pemimpin atau orang yang dituakan serta wibawanya besar, punya sifat pelindung dan
tempat bertanya orang lain. Sifatnya pemilih, untuk yang masih "muda" umumnya
kurang kuat.

Sekar Susun.
Hampir seperti Melati Rinonce tetapi ukuran bunganya lebih besar. Bentuk bunga
seperti bulatan pada pamor Bendo Segodo. Memudahkan dalam mencari rejeki dan
tidak pemilih. Hanya ditemukan pada keris keris yang relatif muda.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Sekar Tebu.
Hampir seperti Blarak Ngirid atau Sinered, tetapi ujungnya tidak sampai kebilah keris,
malainkan agak mengumpul ditengah saja dan guratannya lebih halus. Tidak pemilih
dan tuahnya untuk kewibawaan dan kepemimpinan.

Klabang Sayuto.
Seperti paduan pamor Blarak Ngirid dan Naga Rangsang. Sepintas seperti seekor
klabang dengan kaki seribunya. Dipercaya bisa menambah kewibawaan dan
kekuasaan. Pamor ini tergolong pemilih dan hanya cocok bagi yang memegang posisi
pimpinan.

Manggar.
Mirip untaian Bunga Kelapa. Merupakan kumpulan dari bentuk pamor macam pamor
Wiji Timun tetapi letaknya sering menyudut, bersusun dari sor-soran keujung bilah.
Memudahkan mencari rejeki dan menonjol dalam lingkungan pergaulan. Tidak
pemilih.

Jala Tunda.
Tergolong pamor pemilih. Tuahnya untuk ketenaran, untuk menonjol dalam
lingkungandan tergolong pamor langka walau dari teknik pembuatan tidak terlampau
sukar. Sepintas mirip pamor Wengkon tetapi lebar dan pada bagian dalam ada lekuk-
lekuk yang terkadang simetris berhadapan tetapi pada bagian lain sering tidak simetris.
Pamor Jala Tunda yang bagus, garis-garis yang menjadi wengkon biasanya halus dan
rangkap banyak sekali.

Sumur Bandung.
Merupakan bulatan hitam besi tanpa pamor sebesar uang logam lima puluh sen-an atau
lebih kecil sedikit letaknya ditengah bilah, diantara pamor – biasanya Wos Wutah
nggajih atau Pendaringan Kebak nggajih. Banyak terdapat pada keris buatan Madura.
Tergolong pamor pemilih dan paling cocok buat keprajuritan, militer atau yang belajar
ilmu kekebalan.

Buntel Mayit.
Nama yang menyeramkan, artinya "pembungkus mayat". Tergolong pamor sangat
pemilih. Kalau cocok akan cepat menanjak kariernya atau kekayaannya tetapi kalau
tidak cocok bisa mendapatkan malapetaka. Karena itu bila menginginkan pamor ini

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


sebaiknya ditanyakan dulu pada mereka yang tahu agar bisa dilihat cocok atau
tidaknya.

Jarot Asem.
Ini termasuk pamor langka walau tampaknya sangat sederhana tetapi pembuatannya
sangat sulit. Sepintas seperti jalinan serabut kasar, saling menyilang arahnya tetapi
tidak ada kesan tumpang tindih. Pamor ini dipercaya memberikan pengarus baik pada
pemiliknya, menjadi teguh hatinya dan besar tekatnya. Amat cocok bagi yang punya
cita cita besar baik dalam pendidikan ataupun dalam pekerjaan.

Kendhit Gumantung.
Ini termasuk pamor tiba. Letaknya dibagian sor-soran dan biasanya bercampur pamor
yang lebih dominan seperti Wos Wutah atau Ngulit Semangka. Baik untuk setiap
orang. Dipercaya dapat menolak segala macam penyakit menular, jadi seperti anti
wabah. Tetapi pemiliknya harus menjaga tingkah lakunya dan jangan sampai
menyeleweng dari jalan yang lurus.

Kupu Tarung.
Sepintas seperti gambar kupu-kupu sedang berlaga. Namun esoterinya tidak ada
sangkut paut dengan bidang laga, bahkan baik untuk pergaulan. Pamor ini tidak
pemilih dan terletak sepanjang bilah dari sor-soran hingga ujung bilah.

Mrutu Sewu.
Mirip Udan Mas dan Sisik Sewu. Pamornya berupa bulatan besar dan kecil, rapat satu
sama lainnya dan disela pamor yang berbentuk pusaran-pusaran itu ada semacam
titiktitik pamor kecil. Pamor ini memudahkan mencari rejaki juga dipercaya orang
memudahkan anak gadis atau janda dalam mencari jodoh dan pamor ini tidak pemilih.

Ratu Pinayungan.
Tergolong pamor tiban yang letaknya di sor-soran dan biasanya bercampur pamor
dominan lainnya. Pengaruhnya baik pada pemiliknya, melindungi marabahaya,
berwibawa dan punya pengaruh luas. Baik bagi seorang pimpinan tetapi tergolong
keris pemilih.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Lawe Setukel.
Biasa disebut "benang setukel" atau "saukel". Sepintas memang mirip benang yang
diurai dari gulungannya. Keris ini cocok untuk polisi, militer atau pekerja lapangan.
Banyak yang menganggap keris ini bisa menolak gunaguna dan keris ini tergolong
pemilih.

Yogapati.
Hati-hatilah bila berjumpa dengan keris ini. Pamor ini punya pengaruh buruk sekali,
terutama buat yang bekeluarga. Sering anak-anak sang pemilik sakit-sakitan atau
bahkan meninggal. Sebaiknya dilarung saja.

Kinasihan.
Ini pamor baik dan tidak pemilih, tuahnya disayang dan dihormati orang sekeliling.
Factor rejeki juga baik, bisa lumintu (selalu ada saja).

Kalacakra.
Tergolong pamor langka. Untuk penguasaan wilayah, kekuasaan dan kewibawaan serta
kepemimpinan. Baik dipakai oleh pemimpin masyarakat. Ada faktor penolak bala dan
guna-guna.

Bungkus.
Bentuknya sederhana, Cuma gambaran seperti tonjolan berlekuk-lekukbagai
kepompong ulat dan letaknya di sorsoran. Tuahnya memudahkan mencari rejeki, hemat
serta merupakan pamor yang tidak pemilih. Paling cocok untuk pedagang atau
pengusaha.

Slamet.
Bentuknya mirip bayi berjambul sedang tidur. Letaknya di sor-soran dan juga terdapat
pada tombak atau pedang. Tuahnya adalah untuk keselamatan dan tergolong "singkir
baya", termasuk berguna untuk menolak guna-guna. Kelebihan dibanding pamor lain,
pamor Slamet ini juga mencegah fitnah serta omongan negatif. Tidak pemilih dan
cocok untuk semua orang.

Makrib.
Kadang disebut pamor Makarib. Tuahnya baik sekali, menyangkut kepemimpinan,
rejeki dan keselamatan dalam perjalanan dan pamor ini tidak pemilih.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Telaga Membleng.
Bentuknya menyerupai gelang-gelang yang tidak begitu bulat dan paling sedikit ada
tiga gelang-gelang. Letaknya pada bagian pejetan (blumbangan) dibelakang gandhik.
Tuahnya untuk penumpukan harta dan rejeki, yang sudah kita terima sukar keluar lagi
kecuali untuk hal yang bermanfaat. Baik buat orang yang pemboros agar bisa lebih
hemat dan pamor ini tidak pemilih.

Panguripan.
Disebut juga pamor Ngurip-urip, mirip pamor Tamsul Kinurung tetapi bentuk
utamanya bukan jajaran genjang melainkan lingkaran-lingkaran yang pada satu sisinya
seperti meleleh. Letaknya ditengah sor-soran, tuahnya seperti namanya untuk
memudahkan mencari sandangpangan, rejeki. Pamor ini istimewa dan kadang bisa
digunakan untuk mengusir mahluk halus. Perbawanya dijauhi binatang buas. Termasuk
pamor tidak pemilih.

Dikiling.
Ada yang menyebut pamor Dingkiling atau Cengkiling, tuahnya buruk bagi yang sudah
berumah tangga. Sering ruwet, cekcok dan tidak tentram bahkan bisa jadi
rumahtangganya akan bubar.

Ganggeng Kanyut.
Tuahnya seperti Sekar Lampes, tetapi yang menonjol justru kewibawaannya, tergolong
juga pamor pemilih.

Unthuk Banyu.
Mirip dengan air berbuih, tuahnya untuk rejeki dan pergaulan serta mengurangi sifat
boros. Tergolong tidak pemilh.

Wengkon.
Ada yang menyebut pamot Tepen, ada yang menyebut Lis-lisan. Bentuknya
merupakan alur pamor yang merata sepanjang pinggiran bilah keris. Tuahnya macam-
macam, ada yang bersifat perlindungan bagi pemiliknya agar terhindar dari bahaya. Ad
yang memberikan perlindungan terhadap godaan batin, ada pula yang menambah rasa
hemat. Pamor ini tidak pemilih.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Tejo Kinurung.
Seperti perpaduan pamor Sada Saler dan Wengkon, tuahnya cenderung seperti Sada
Saler yaitu berkaitan dengan kepemimpinan dan derajat. Tergolong pemilih.

Wiji Semen.
Tergolong pamor rekan dan juga pemilih. Tuahnya melindungi dari guna-guna atau
mahluk halus. Tergolong pamor miring yang menempati bagian bilah dari sor-soran
sampai keujung bilah.

Tumpuk.
Terletak dibagian sor-soran, bentuknya menyerupai garis melintang antara tiga sampai
lima lapis, manfaatnya seperti Udan Mas, memudahkan "menumpuk" rejeki. Pada
umumnya kerisnya lurus dengan dapur kalau tidak Tilam Upih atau Brojol.

Rojogundolo (A).
Sebagian orang menyebut Gundolorojo. Umumnya terletak ditengah sor-soran, namun
adakalanya terletak agak ketengah bilah keris. Bentuknya mirip gambar mahluk yang
menakutkan, kadang seperti perempuan kadang seperti laki-laki atau juga hewan.
Rojogundolo yang bertuah biasanya yang dari pamor tiban dan bukan rekan.

Rojogundolo (B).
Umumnya bersifat perlindungan terhadap pemiliknya, bisa digunakan menolak guna-
guna, memindahkan mahluk halus, membersihkan rumah "angker" bahkan jika
kerisnya istimewa bisa digunakan menyembuhkan orang yang kesurupan. Tergolong
pamor tidak pemilih dan bisa juga terdapat di tombak atau pedang.

Uler Lulut.
Pamor Uler Lulut bentuk gambaran pamor Uler Lulut agak mirip dengan Pamor Bendo
Segodo. Bedanya, pada Pamor Uler Lulut ukuran bulatan-bulatannya lebih kecil,
namun lebih rapat satu sama lainnya, sehingga menyatu. Ditinjau dari tehnik
pembuatannya, pamor ini tergolong pamor mlumah dan termasuk pamor rekan. Kata
"uler lulut" dalam Bahasa Indonesia artinya ular jinak. Tuah dan angsar pamor uler
lulut, bagi sebagian pencinta keris, adalah untuk membantu memudahkan datangannya
rezeki bagi pemliknya. Selain itu sang pemilik akan lebih luwes dalam pergaulan,
sehingga banyak kawannya. Dalam bidang pekerjaan ia akan disayang dan dipercaya
atasannya. Pamor ini tergolong tidak pemilih siapa saja akan cocok memilikinya.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Pamor Asihan.
Bentuknya sama dengan Ngulit Semangka hanya pamornya menyambung antara bilah
dan ganjanya, karena tuahnya memperlancar pergaulan termasuk antar jenis, maka
pamor ini disebut Asihan. Secara lengkap disebut Pamor Ngulit Semangka Asihan.
Ada juga Wos Wutah Asihan tetapi jarang sekali. Kedua pamor Ngulit Semangka dan
Wos Wutah ini tidak pemilih tetapi pada pamor Asihan keris itu menjadi pemilih dan
tidak setiap orang cocok.

Pancuran Mas.
Pamor ini juga ornamennya dari bilah menyebrang ke Ganja. Pada bilahnya pamor ini
sama betul dengan sada Saeler tetapi pada bagian ganja berbentuk cabang seperti lidah
ular. Tuahnya dianggap sama dengan Udan Mas dan tergolong tidak pemilih, cocok
untuk semua orang.

Adeg Iras.
Pamor Adeg yang menyebrang langsung ke Ganja, tetap bukan ditambahi Asihan
melainkan dengan tambahan Iras menjadi Adeg Iras dan tuahnya sama dengan pamor
Adeg lainnya.

Bungkalan.
Ini bukan nama pamor tetapi bentuk pamor pada ujung bilah keris atau tombak, pamor
apapun apabila pada dekat ujung bilah bercabang dua dan kedua cabang itu menerjang
tepi bilah dinamakan pamor Bungkalan. Sepintas seperti lidah ular. Ron Pakis Ron
Genduru Mayang Mekar.

Pamengkang Jagad.
Ada celah memanjang ditengah bilah yang disebabkan retak, paling banyak terjadi
dikeris dengan pamor miring. Ini terjadi saat membuat saton sewaktu penempaan
suhunya kurang tinggi sehingga ada bagian tertentu yang penempelan besi dan bahan
pamornya atau dengan lapisan besi lainnya kurang sempurna. Tetapi ini baru diketahui
setelah keris jadi, terutama waktu nyepuhi tiba tiba keris itu retak. Jadi dari segi teknik
pembuatan keris ini tergolong mis-product. Karena itu pulalah maka keris yang
Pamengkang Jagad umumnya bukan keris yang mempunyai garap baik. Kalangan
kraton juga menganggap keris ini tergolong tidak baik. Yang mengherankan kalangan
luar keraton banyak yang menganggap ini keris baik, malah amat baik, ini juga disukai
di Malaysia, Serawak, Brunei. Diduga ini dikarenakan keris dengan teknik lapis itu

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


dibuat oleh empu keraton sehingga biasanya selalu baik dan mis-product juga tetap
dianggap baik mutunya. Dari segi esoteri keris Pamengkang Jagad termasuk pemilih,
tidak semua orang bisa cocok, tuahnya bisa dirasakan juga oleh orang sekelilingnya,
dianggap cocok untuk orang yang mempunyai kekuasaan diwilayah tertentu seperti
Bupati, Komandan Kodim dsb.

Pegat Waja.
Keris ini juga keris retak, Cuma retaknya bukan antara besi dengan besi atau besi
dengan pamor melainkan antara saton dan lapisan bajanya. Oleh karena itu keris Pegat
Waja hanya akan terjadi pada keris-keris yang dilapisi baja saja. Keratakan ini
terjadinya bukan vertical permukaan bilah, melainkan horizontal. Mirip dengan
keretakan pada kayu Plywood yang tertimpa hujan (nglokop), keris ini sebaiknya
dibuang atau dilarung saja karena kurang baik.

Rejang Landep.
Ini bukan nama salah satu pamor tetapi alur pamor tidak mengarah kealur ditengah
melainkan ada bagian (ujungnya) keluar dari bilah (lihat gambar). Apapun pamornya,
keris ini tuahnya buruk dan biasanya membawa suasana sengketa serta salah
pengertian. Tetapi
ada juga yang menyimpan dengan maksud tuah keris ini bisa membantu bila yang
punya
melakukan suatu kesalahan dan bisa terhindar dari hukuman. Keris yang telah auspun
pamornya bisa berubah menjadi Rejang Landep.

Masih banyak lagi pamor yang belum terdata disini, pamor buatanpun sering tidak
terdata dengan baik dan kadang penamaan pamor juga hanya berdasarkan gambar yang
terjadi belum ada padanannya atau juga karena timbul kreasi baru dari sipemesan keris
kepada sang empu agar dibuatkan pamor seperti rancangannya. Semua masukan
mengenai pamor yang baik tercantum didalam tulisan ini ataupun belum tercantum
sangat diharapkan untuk melengkapi data dan kekayaan informasi pamor agar
informasi itu tidak hilang begitu saja.

Setelah anda memahami Nama Dapur dan Pamor Keris Pusaka sertau tahu Keris Mana
Yang Paling Melegenda saatnya wajib membaca Ilmu Tentang Apa Itu Tangguh Keris
Pusaka :

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Ilmu tangguh adalah pengetahuan (kawruh) untuk memperkirakan jaman pembuatan
keris, dengan cara meneliti ciri khas atau gaya pada rancang bangun keris, jenis besi
keris dan pamornya.

Tangguh

Tangguh arti harfiahnya adalah perkiraan atau taksiran. Dalam dunia perkerisan
maksudnya adalah perkiraan zaman pembuatan bilah keris, perkiraan tempat
pembuatan, atau gaya pembuatannya. Karena hanya merupakan perkiraan, me-nangguh
keris bisa saja salah atau keliru. Kalau sebilah keris disebut tangguh Blambangan,
padahal sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi kekeliruan tersebut,
karena bentuk keris dari kedua tangguh itu memang mirip. Tetapi jika sebuah keris
buatan baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia bukan seorang ahli tangguh yang
baik.

Walaupun sebuah perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris.
Untuk itu ia perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara cermat
ribuan bilah keris. Ia juga harus memiliki photographic memory yang kuat.

Dalam catatan kuno, dituliskan ciri-ciri secara tertulis. Notasi itu meyakini akan
adanya sebuah gaya atau langgam dari setiap kerajaan. Artinya pada jaman Majapahit
diyakini kerisnya memiliki beberapa ciri gaya atau langgam yang seragam. Begitu pula
jaman kerajaan Mataram dan seterusnya jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat diyakini
memiliki gayanya masing-masing.

Keyakinan terhadap bahan besi dan pamor juga menjadi panduan dalam ilmu
tangguh ini.

Adapun pembagian tahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:


1. Kuno
(Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan,
Gilingwesi, Mamenang, Pengging Witaradya, Kahuripan dan Kediri.

2. Madyo Kuno
(Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Singosari, Pajajaran dan Cirebon.

3. Sepuh Tengah
(Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan
Blambangan.

4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram

5. Nom
(Muda) tahun 1614 M – 1945
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.

6. Kamardikan 1945 hingga seterusnya.


Adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka, 1945.
Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun
Hamardika. Keris yang diciptakan pada era ini masuk dalam penggolongan keris
kamardikan.

Tangguh merupakan seni yang digandrungi oleh komunitas pecinta keris, karena disini
terletak suatu seni dalam nilai kemampuan; semacam uji kemampuan dari sesama
penggemar keris. Tangguh juga menjadi sebuah nilai pada harga sebilah keris … sesuai
trend yang ada dari masa ke masa.

Tangguh dalam kamus bahasa Jawa (S. Prawiroatmodjo) diartikan sebagai 'boleh
dipercaya', 'tenggang', 'waktu yang baik', 'sangka', 'persangkaan', 'gaya', 'lembaga',
'macam' (keris).

Namun demikian, tuntutan modernitas dan keinginan yang kritis (sisi ilmiah) masa
kini, tangguh dituntut menjadi pasti (exact), artinya ilmu tangguh akan bergeser
menyesuaikan jaman untuk dapat melengkapi salah satu kriteria dalam melakukan
sertifikasi sebilah keris. Tuntutan ini adalah hal yang realistik karena generasi muda
tak lagi menyanjung 'sesepuh' yang belum tentu memiliki wawasan yang benar.
Penyanjungan sesepuh adalah ciri etnografis dari budaya paternalistik dalam sub kultur

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


Jawa (Nusantara). Namun demikian 'ilmu tangguh' harus tetap dipertahankan
keberadaannya, kepercayaan pada sesepuh akan bergeser pada sertifikasi suatu badan
bahkan mungkin institusional berskala nasional.

Dalam sisi pandang yang kritikal pada abad modern ini, tangguh menjadi sebuah
rangsangan baru untuk meneliti secara lebih pasti, betul dan tepat (exact) menentukan
sebilah tangguh keris. Maka tingkat pengetahuan yang tertuang pada masa dulu melalui
catatan, buku dan naskah kuno menjadi sebuah catatan yang masih kurang memenuhi
hasrat keingin-tahuan perkerisan pada saat sekarang. Catatan atau buku kuno tidak
melampirkan contoh sketsa atau foto apa yang dimaksudkan pada uraiannya. Tulisan
kuno tentang tangguh juga belum bisa menjamin si penulis adalah orang mengetahui
keris, bisa jadi penulis adalah seorang pujangga yang menulis secara puitis, karena
waktu itu memang tidak memiliki target bahwa tulisannya akan menjadi sebuah
kawruh yang meningkat menjadi ilmu seni menangguh.

Ilmu tangguh sering menjadi sebuah polemik, karena terkendala oleh banyak hal,
antara lain; kendala wawasan, kendala tempat (domisili atau keberadaan), kendala oleh
narasumber yang sebetulnya berskala lokal, kendala oleh karena minat atau selera pada
jenis keris dan banyak sekali hal-hal yang memancing perdebatan.

Salah satu cara untuk membangun sebuah "ilmu tangguh" yang representatif tentu
harus melakukan pendataan dan penelitian ulang, salah satunya adalah dengan meneliti
penyesuaian antara keris penemuan (artefak) dengan situsnya (geografis); meneliti dan
mengkaji ulang catatan kuno dan memperbandingkannya satu buku dengan buku yang
lain. Saat ini pun di perpustakaan keraton masih banyak sumber yang dapat menjadi
referensi, baik buku-buku bahkan contoh keris berserta kekancingannya.

Dibawah ini diberikan ciri-ciri beberapa tangguh yang diambil dari beberapa sumber.
Untuk dapat menentukan tangguh yang bersangkutan harus belajar dari mereka yang
tahu, membaca buku keris dan juga banyak melihat keris, itu pun hasilnya terkadang
tidak memuaskan :

1. Tangguh Segaluh
Mempunyai pasikutan kaku tetapi luruh. Besinya berkesan kering, warnanya hitam
pucat kehijauan. Pamornya kelem. Panjang bilahnya bermacam-macam ada yang

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


panjang, ada pula yang pendek. Gandiknya maju ke depan, sehingga ganjanya selalu
panjang.

2. Tangguh Jenggala
Pasikutannya (tampilan) : luwes, birawa. Ukuran panjang bilahnya agak berlebihan
dibandingkan tangguh lainnya, demikian juga lebar bilahnya, terutama di bagian sor-
soran. Luknya luwes merata. Sirah cecak pada bagian ganja bentuknya lonjong
memanjang. Ganjanya pendek tapi tinggi, wadidangnya tegak, ada-ada seperti
punggung sapi, Sogokan tanpa pamor. Besi : Padat, halus dan kehitaman Pamor :
mrambut, panjang-panjang, seperti rambut putih, Lumer pandes, tapi ada juga yang
mubyar

3. Tangguh Singosari
Pasikutannya : Kaku dan wingit. Gandiknya berukuran sedang, agak miring. Sirah
cecak pada ganja bentuknya lonjong memanjang. Ukuran Panjang bilahnya sedang,
ujungnya tak begitu runcing. Besi : abu-abu kehitaman, nyabak (bagai batu tulis).
Pamor : menancapnya pamor pada permukaan bilah lumer dan pandes, Penampilan
pamor biasanya lembut dan suram (kelem).

4. Tangguh Pajajaran
Pasikutan : Agak "Kaku" dan kasar. Bilahnya agak "panjang" dibandingkan keris
tangguh lainnya. ada kesan ramping. Gandik panjang dan terkadang miring. Sirah
cecaknya lonjong memanjang. Ganja ambatok mengkurep. Blumbangan atau pejetan
lebar, sogokan agak dalam dan pendek. Kadang luknya kemba (dangkal). Besi :
Cenderung kering, keputih-putihan
Pamor : Biasanya pamor tiban, kesan Pamor cenderung ngegajih (berlemak)

5. Tangguh Pengging
Pasikutan : sedang, ramping, garapannya rapi. Jika keris luk, luknya rengol sekali.
(Rengkol = dalam). Gulu melednya panjang. Besi : berwarna hitam dan terkesan basah.
Pamor : Bersahaja (sederhana), lumer pandes.

6. Tangguh Blambangan
Pasikutannya : demes (Rapi mengesankan, enak dipandang). Kesan besi : keputih-
putihan, padat, berkesan basah, diraba keras. Pamor : Gajih, tapi ada juga yang
merambut.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


7. Tangguh Sedayu
Pasikutan : agak enak dipandang (dhemes sakedhik). Ganja : sebit lontar. Agak
panjang. Gandhik : pendek miring. Sogokan : pendek serasi. Yang Luk : rapat nurut
(keker nurut). Sosok bilah sedang sampai panjang. Besi : kurang bercahaya (kirang
guwaya). Rabaan : licin (lumer). Baja : sedang. Pamor : kurang, namun keluarnya
menyala putih merambut (mubyar pethak angrambut). Menetapnya pamor :
mengambang.

8. Tangguh Tuban
Ganja berbentuk tinggi – berbulu, sirah cecak tumpul, potongan bilah cembung dan
lebar. Kesan Besi : Kesannya kering, kadar bajanya banyak
Pamor : Menyebar, kesan gajih / berlemak

9. Tangguh Sendang
Kesan besi : Hitam, padat , dengan kesan basah. Pamor : Kurang padat seolah
mengambang

10. Tangguh Demak


Kesan besi : Hitam kebiruan. Kesannya basah. Pamor : mengambang, kurang mantap

11. Tangguh Pajang


Pasikutan : kendor (odhol). Ganja : sengoh sebit lontar condong ke panjang. Gandhik :
panjang miring. Sogokan : panjang. Yang Luk : luk-lukan rapat gagah (keker berawa).
Besi : hitam (gangsing). Baja : sedang, kurang matang Pamor : tidak direncanakan,
namun keluarnya menyala putih (pethak mubyar), keluarnya sekendaknya.

12. Tangguh Umyang : Tangguh Supo Pajang Kyai Kedhe


Ganja : lancip panjang. Gandhik : pendek. Kembang kacang : sedang. Tikel alis,
pejetan dalam. Luk : rapat , mengarah ke kiri (kedhe). Bilah : tebal. Sosok bilah :
panjang. Besi : halus dan kering, halus. Pamor : kasar dan beberapa menyala seperti
perak. Buatannya halus dan bersih. Keris buatan Empu Umyang ini sangat bagus
dimiliki pengusaha yang berkecimpug dalam menggandakan uang.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


13. Tangguh Kudus
Ganja : rata. Galu meled, sirah cecak : kecil dan pendek lancip. Buntuturang rata.
Pamor kurang sempurna, hanya samar-samar. Kebanyakan keris Kudus kurang
panjang, lebih pendek dari keris Surakarta.

14. Tangguh Bali


Ukuran bilah besar dan panjang, lebih besar dari ukuran keris jawa, Kesan Besi : besi
berkilau. Pamor : besar halus dan berkilau.

15. Tangguh Madura Tua


Kesan besi : Besi kasar dan berat, sekar kacang tumpul. Pamor : besar-besar/agal /
pamor mengkilap

16. Tangguh Mataram


Bentuk ganja seperti cecak menangkap mangsa, sogokan berpamor penuh, sekar
kacang seperti gelung wayang, pamor tampak kokoh, dan atas puyuan
timbul/menyembul (ujung sogokan). Kesan Besi : kebiru-biruan dengan kesan kering.
Pamor : garapannya halus & putih jelas

17. Tangguh Kartosura


Besi agak kasar, bila ditimang agak berat, bilah lebih gemuk, ganja berkepala cicak
yang meruncing. Kesan besi : keputih-putihan, bajanya kurang
Pamor : Jelas putih tapi terlihat seperti mengambang

18. Tangguh Surakarta


Bilah seperti daun singkong, puyuan meruncing, gulu meled pada ganja pendek, odo-
odo dan bagian lainnya tampak manis dan luwes. Kesan besi : halus. Pamor :
Menyebar penuh

19. Tangguh Yogyakarta


Ganja menggantung, Kesan besi : halus dan berat. Pamor : menyebar penuh keseluruh
bagian bilah.

20. Tangguh Koripan


Pasikutan : hambar. Besi : gangsing (hitam legam). Pamor : sanak dan samar-samar
adeg.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


21. Tangguh Mataran Senopaten
Pasikutan : tangkas (parigel), galak tetapi tampan. Besi : agak kebiruan. Menetapnya
pamor : tandas seperti kawat kencang. Ganja : sebit lontar. Ganja keris Mataran
Senopaten banyak yang wulung artinya bahan besinya bukan dari bahan bilah.

22. Tangguh Mataram Sultan Agung


Pasikutan : dhemes bagus (tampan, enak dipandang). Besi : agak mentah. Pamor :
mubyar putih menyala. Baja : kurang.

23. Tangguh Kuwung dan Tapan


Keris-keris buatan Empu Kuwung dan Empu Tapan yang hidup sejaman dengan jaman
keraton Pajajaran. Gaya garapan dan pasikutannya juga mirip dengan Tangguh
Pajajaran.

24. Tangguh Sukuh


Sejaman dengan jaman keraton Majapahit. Gaya garapan dan pasikutannya mirip
dengan Tangguh Majapahit.

25. Tangguh Tuban Taruwangsa, Pekajoran,, Semarang di Tembayat.


Sejaman dengan jaman keraton Demak. Gaya dan pasikutannya mirip dengan buatan
Demak, Tuban dan Majapahit.

26. Tangguh Sastrotoya (Setrotoya), Sastrolatu (Setrolatu), Supokaripan.


Sejaman dengan jaman Keraton Mataram. Gaya dan pasikutannya mirip dengan
buatan Mataram. Gaya dan pasikutannya mirip dengan buatan Mataram. Keris-keris
buatannya bertuah untuk menolak banjir (toya) dan api (latu). Kebanyakan berpamor
adeg sapu, meski tidak selalu. Keris-keris karya empu ini biasanya untuk menolak api
atau mencagah bahaya air/hujan badai.

27. Tangguh Surakarta


Semasa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono IV hingga IX, banyak dibuat
keris, tombak dan pedang bermutu tinggi. Diantara empu keris yang terkenal adalah
Empu Supo Brojoguno, Empu Supojogokariyo, Empu Supobrojokariyo, Empu
Supobrojoguno, E. Supobrojojoyo dan E. Suposingowijoyo. Keris-keris buatannya

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


umumnya panjang dan tebal. Pamornya : pamor Prambanan, indah garapannya dengan
sentuhan seni yang tinggi mutunya.

28. Tangguh Ngayogyokarto Hadiningrat


Menurut penilaian GBPH Yudoningrat, masing-masing jaman pemerintahan raja, keris
buatannya (Yasan) mempunyai ciri tersendiri. Yasan Sri Sultan HB I bersifat weweg
(tegap) sembodo, bilah berawa (besar). Yasan Sri Sultan HB V (Riyokusuman) relatif
lebih pendek, mirip karya Majapahit. Yasan Sri Sultan HB VI dan VII, bilah relatif
besar dan tebal. Yasan Sri Sultan HB VIII, besar tetapi kurang panjang (ageng kirang
dedeg). Yasan Sri Sultan HB IX, pasikutan wingit, sederhana. Yang dimaksudkan
yasan adalah karya empu kolektif abdidalem raja.

Yang jelas, Tangguh Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan campuran Tangguh


Majapahit dan Mataram. Sosok bilah sedang tidak terlalu panjang tetapi juga tidak
terlalu pendek. Bilahnya tidak ngadhal meteng (besar ditengah) atau kempot (kecil di
tengah). Pasikutannya wingit.

29. Tangguh Kadewan


Keris dibuat tanpa api. Empunya : Empu Ramadi, dan Empu Onggojail. Bilah : tebal,
sosok bilah tebal nglimpa, besi halus/licin pamornya hanya sedikit.

30. Tangguh Purwocarito


Bilah umumnya pendek tebal, lebar, besi halus. Ganja mbathok mengkurep, pendek
tapi gemuk.

31. Tangguh Sigaluh (Segaluh)


Pasikutan : kaku hampir sama dengan Tangguh Pajajaran, Majapahit. Besi : ngrekes
dan berserat, terkesan mentah. Baja : keras, Tegaknya Bilah : tegak sampai sedikit agak
condong ke kiri. Ghandik : menonjol. Ganja : bathok mengkurep sampai rata. Sosok
bilah : tipis dan kering. Keris Sigaluh sangat menyolok bagian sor-sorannya yang
menyerupai kursi terbalik, bagian depan menonjol, ganja menonjol ke depan.

32. Tangguh Bugis


Pasikutan : kaku dan galak. Besi : agak mentah, berat jika ditanting. Rabaan : sangat
kasar, tapi ada beberapa yang halus. Pamor : agal (kasar) dan berlemak, ada beberapa

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


mubyar nyalaka. Sepuhan besi : sangat matang. Tanda : khas pesi relatif lebih pendek
dari pada keris sejenisnya dari Jawa. Tegaknya bilah sedikit membungkuk.

33. Tangguh Lombok dan Kupang


Pasikutan : Kaku dan galak, Besi : berat, jika ditanting terasa berat. Rabaan : nggrasak,
wasuhan kurang matang. Pamor : putih berserat-serat. Kembang kacang : sering
dilengkapi dengan jenggot. Begitu juga bilahnya terkadang diberi hiasan pundhak
setegal.

34. Tangguh Empu Ni-Mbok Sobro (termasuk Tangguh Tuban)


Yang banyak di masyarakat keris Sombro ini tidak memiliki ricikan apa-apa. Besi :
halus, licin, kering. Bilah : lebar dan tipis. Pesi : pipih dan dipilin (diuntir), ujungnya
berlubang seperti lubang jarum. Pada permukaan bilahnya terdapat pijitan bekas ibu
jari, belekuk-lekuk, jumlahnya bisa 3-5. konon keris Sombro dibuat tanpa api. Ganja :
iras kecil. Sirah cecak : bulat, buntut urang : rata. Pamor : jika ada sangat halus.
Tegaknya bilah : kurang serasi. Keris Sombro banyak digunakan untuk meredam keris
panas, ukurannya kecil saja, disebut juga keris Tindhih.

35. Tangguh Guling Mataram (Guling adalah Empu Jaman Mataram)


Pasikutan : wingit. Ganja : lancip, sebit lontar. Luk-lukan : rapat nurut. Kembang
kacang : membulat. Pejetan, tikel alis : lebar dan dalam, serasi. Pamor ; halus, mubyar
menyala seperti perak. Ada-ada : ditengah seperti Punggung Sapi. Pesi : seperti diuntir
(dipilin). Yang benyak beredar : Luk 11 dan 13.

36. Tangguh Bagelen


Ganja : mbathok mengkurep. Gandhik : lebar tapi pendek. Bilah : besar dan nglimpa.
Pamor : mubyar nyalaka. Sepintas keris Begelen menitu Tangguh Mataram.

Ada beberapa tangguh keris diantaranya :

1. Tangguh Segaluh (Abad 12)


2. Tangguh Pajajaran (Abad 12)
3. Tangguh Kahuripan (Abad 12)
4. Tangguh Jenggala (Abad 13)
5. Tangguh Singasari (Abad 13)
6. Tangguh Majapahit (1294-1474)

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


7. Tangguh Madura (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
8. Tangguh Blambangan (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
9. Tangguh Sedayu (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
10. Tangguh Tuban (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
11. Tangguh Sendang (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
12. Tangguh Pengging (1475-1479)
13. Tangguh Demak (1480-1550)
14. Tangguh Pajang (1551-1582)
15. Tangguh Madiun (Abad 16)
16. Tangguh Koripan (Abad 16)
17. Tangguh Mataram (1582-1749)
a) Panembahan Senapati – Sutawijaya (1582-1601)
b) Panembahan Seda Krapyak – Mas Jolang (1601-1613)
c) Sultan Agung – R.M. Rangsang (1613-1645)
d) Amangkurat I – Seda Tegal Arum (1645-1677)
e) Amangkurat II (1677-1703)
f) Amangkurat III – Sunan Mas (1703-1705)
g) Paku Buwono I – Sunan Puger (1705-1719)
h) Amangkurat IV – Sunan Prabu (1719-1725)
i) Paku Buwono II (1725-1749)
18. Tangguh Cirebon (Abad 16)
19. Tangguh Surakarta (1749-sekarang)
a) Paku Buwono III (1749-1788)
b) Paku Buwono IV (1788-1820)
c) Paku Buwono V (1820-1823)
d) Paku Buwono VI (1823-1830)
e) Paku Buwono VII (1830-1858)
f) Paku Buwono VIII (1858-1861)
g) Paku Buwono IX (1861-1893)
h) Paku Buwono X (1893-1939)
i) Paku Buwono XI (1839-1944)
j) Paku Buwono XII (1944-sekarang)
20. Tangguh Yogyakarta (1755-sekarang)
a) Hamengku Buwono I – P. Mangkubmi (1755-1792)
b) Hamengku Buwono II – Sultan Sepuh (1792-1810)
c) Hamengku Buwono III (1810-1814)

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


d) Hamengku Buwono IV (1814-1822)
e) Hamengku Buwono V (1822-1855)
f) Hamengku Buwono VI (1855-1877)
g) Hamengku Buwono VII (1877-1921)
h) Hamengku Buwono VIII (1921-1939)
i) Hamengku Buwono IX (1939-1990)
j) Hamengku Buwono X (1990-sekarang)

Sedangkan Bambang Harsrinuksmo dalam bukunya Eksiklopedi Budaya Nasional.


Keris dan senjata tradisional Indonesia lainnya memabagi Tangguh / periodesasi Jaman
pembuatan keris di Pulau Jawa , mambagi menjadi 20 masa / tangguh. Diantaranya

1. Jaman Kabudan (Abad 6-9)


2. Kahuripan (Abad 11 an)
3. Jenggala (Abad pertengahan 11)
4. Singasari (Abad pertengahan 11)
5. Madura Tua (Abad 12-14)
6. Pajajaran (Abad 12-14)
7. Segaluh (Abad 13 an)
8. Tuban (Abad 12-18)
9. Blambangan (Abad 12-13)
10. Majapahit (Abad 13-14)
11. Pengging Witaradya (Abad 13 an)
12. Demak (Abad 14 an)
13. Pajang (Abad 14 an)
14. Mataram Senopaten (Abad 14-15)
15. Mataram Sultan Agung (Abad 16)
16. Mataram Amangkurat (Abad 17)
17. Kartasura (Abad 18)
18. Surakarta (1726 – 1945)
19. Yogyakarta (1755 – 1945)
20. Republik Indonesia / Kamardikan (1945 – )

Ada lagi sebuah periode keris yang amat mudah di-tangguh, yakni tangguh Buda. Keris
Buda mudah dikenali karena bilahnya selalu pendek, lebar, tebal, dan berat. Yang sulit
membedakannya adalah antara yang asli dan yang palsu. Hanya penggemar tosan aji

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro


yang serius saja yang bisa membedakannya. Memang perlu jam terbang yang tinggi.
Setiap orang pasti bisa.

Keris Buda dan tangguh kabudan, walaupun di kenal masyarakat secara luas, tidak
dimasukan dalam buku buku yang memuat soal tangguh. Mungkin, karena dapur keris
yang di anggap masuk dalam tangguh Kabudan dan hanya sedikit, hanya dua macam
bentuk, yakni jalak buda dan betok buda.

Dokumen Pribadi KRAT. Priyohadinagoro

Anda mungkin juga menyukai