PUSAKA JAWA
DHAPUR KERIS MENURUT PAKEM JAWA
Demikian pula dengan keris. Walaupun ada ratusan keris yang dapurnya sama, antara
satu dan lainnya selalu dapat dibedakan. Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa
Jawa mengenal 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai
dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam.
Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur
keris yang pakem, memuat rincian jumlah dapur keris sebagai berikut:
1. Keris lurus ada 40 macam dapur.
2. Keris luk 3 (tiga) ada 11 macam.
3. Keris luk 5 (lima) ada 12 macam.
4. Keris luk 7 (tujuh) ada 8 macam.
5. Keris luk 9 (sembilan) ada 13 macam.
6. Keris luk 11 (sebelas) ada 10 macam.
7. Keris luk 13 (tigabelas) ada 11 macam.
8. Keris luk 15 (limabelas) ada 3 macam.
9. Keris luk 17 (tujuhbelas) ada 2 macam.
10. Keris luk 19 (sembilan belas) sampai luk 29 (dua puluh sembilan) masing-masing
ada semacam.
Dapur Keris lurus adalah jenis / tipe keris dengan bentuk lurus tanpa luk (lekukan)
pada bilahnya dengan bentuk sederhana pada awalnya lalu semakin berkembang sesuai
era pembuatannya dengan berbagai macam variasi motif pamor, hiasan kinatah dll.
Filosofi tuah khasiat spiritual dari bentuk keris lurus adalah sebagai lambang kelurusan
hati, keteguhan hati pada tujuan dan sarana pemujaan kepada Tuhan sang pencipta
alam, kekuatan mental yang kuat dan kepercayaan tinggi diri yang kuat sesuain sifat
dan karakter kerisnya tersebut, bagi pemilik keris diharapkan untuk senantiasa menjaga
keteguhan dan kelurusan hati, tekun beribadah, menjaga budi pekerti moral dan sikap
kesatria
Dalam berbagai ritual persembahan, selain untuk peribadahan kepada sang pencipta,
keris itu biasanya diberi sarana sesaji doa sebagai sarana menyelaraskan batin menjadi
satu kesatuan supaya doa dan pengharapan pemilik keris bersama dengan pusakanya
dapat sampai kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena selain sebagai pusaka ageman
dan senjata keris juga menjadi sarana dalam dunia kerohanian
berikut ini adalah 63 nama nama dapur keris lurus berdasarkan pakem jawa yang
disadur dari buku ensiklopedia keris karangan dari Bp. Bambang Harsrinuksmo sbb :
1. Betok
2. Brojol
3. Tilam Upih
4. Jalak
5. Panji Anom
6. Jaka Supa
7. Semar Betak
8. Regol
9. Karna Tinanding
10. Kebo Teki
11. Kebo Lajer atau Mahesa Lajer
12. Jalak Ruwuh
13. Sempane Bener
14. Jamang Murub
15. Tumenggung
16. Pantrem
17. Sinom Worawari
Dapur Keris Luk 3 (tiga) adalah jenis keris yang memiliki bentuk luk (lekuk) sebanyak
3 lekukan, Menurut cerita konon pada masa kerajaan mataram Sultan Agung
Hanyokrokusumo pada awal kepemimpinannya beberapa kali memesan keris kepada
empu keraton dengan jenis dapur luk 3 atau sering disebut juga dengan jangkung,
Karena ingin menunjukkan harapan nya bertekad untuk memberikan perlindungan dan
pengatoman kepada rakyat mataram ketika itu.
Pada tahun 1984 dan tahun 1985 Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga tercatat pernah
memesan dua bilah keris Kepada empu Djeno Harumbrojo salah satunya keris ber luk
3 dapur Jangkung Mengku Negoro , akan tetapi beliau wafat sebelum keris tersebut
selesai dibuat.
Salah satu filosofi dari dapur keris luk 3 jangkung adalah dijadikan pepeling atau
pengingat atas tugas utama manusia sebagai khalifah atau pemimpin didunia Sehingga,
tugas dan kewajiban guna memberikan perlindungan dan pengayoman bagi seluruh
makhluk ciptaan Tuhan berada pada pundak manusia sebagai khalifah didunia
Akan tetapi yang kerap terjadi ialah manusia menjadi terlalu mendominasi atas segala
kerusakan kehidupan di alam semesta seolah olah manusia adalah makhluk tunggal
yang berdiri sendiri. Perhatian dan fokus utama mereka hanya pada kebutuhan dan ego
manusia itu sendiri tanpa memikirkan bahwa alam semesta dan dunia ini sebenarnya
adalah sebuah rangkaian kehidupan antar makhluk ciptaan Tuhan yang saling terkait
dan mempengaruhi satu sama lain.
Adapun Filosofi Makna spiritual dalam pembuatan keris luk 3, yaitu sebagai lambang
kedekatan manusia dengan Tuhan dan juga sebagai sarana membantu mempercepat
tercapainya harapan sang pemilik pusaka. keris ber-luk 3 lebih menonjolkan
keseimbangan antara kehidupan kerohanian / batin dan duniawi/raga manusia,
keseimbangan antara sisi spiritual dan jasmani, kemapanan duniawi dan batin dalam
menjalani kehidupan di dunia. kegaiban di dalam keris ber-luk 3 lebih dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi psikologis si manusia pemilik keris. Hawa aura
energinya juga biasanya lebih halus dan lebih lembut.
Berikut adalah Nama Nama Dapur Keris Luk 3 berdasarkan Pakem Jawa :
1. Jangkung Pacar.
2. Jangkung Mangkurat.
3. Mahesa Nempuh
4. Mahesa Soka
5. Jangkung Segara Winotan (Mangku Negoro)
6. Jangkung
7. Campur Bawur
8. Tebu Sauyun
9. Bango Dolok
10. Lar Monga
11. Pudhak Sategal Luk 3
12. Singa Barong Luk 3
13. Kikik Luk 3
14. Mayat
15. Wuwung
16. Mahesa Nabrang
17. Anggrek Sumelang Gandring
itulah 17 macam Dapur Keris Luk 3 Berdasarkan Pakem Jawa semoga bermanfaat
Dapur keris Luk 5 (lima) adalah keris yang memiliki bentuk dengan jumlah luk (lekuk)
sebanyak lima lekukan (luk) Biasanya jenis keris luk 5 dibuat dengan harapan
memberikan yoni (khasiat) yang berkaitan denagn kekuasaan dan wibawa sehingga
pemilik dari pusaka tersebut dihormati dan disegani oleh banyak orang. Jenis keris ini
diciptakan oleh empu untuk menjaga karisma dan wibawa keagungan, kebangsawanan
, keningratan dihormati dan dicintai rakyat atau bawahan.
Pada jaman kerajaan dulu di jawa, keris luk 5 hanya boleh dimiliki oleh golonangan
bangsawan seperti raja, pangeran dan keluarga raja, para bangsawan yang memiliki
kekerabatan atau memiliki garis keturunan raja, dan adipati / bupati saja. Orang-orang
ningrat. Selain mereka, tidak ada orang lain yang boleh memiliki atau menyimpan keris
ber-luk 5.Berikut adalah nama nama Dapur Keris Luk 5 menurut pakem jawa :
1. Pandawa
2. Pandawa Cinarita
3. Pulang Geni
4. Anoman
5. Kebo Dengen
6. Pandawa Lare
7. Pudhak Sategal Luk 5
8. Urap – Urap
9. Naga Salira
10. Naga Siluman
11. Bakung
12. Rara Siduwa
13. Kikik Luk 5
14. Kebo Dengen
15. Kala Nadah Luk 5
16. Singa Barong Luk 5
17. Pandawa Ulap
18. Sinarasah
19. Pandawa Pudak Sategal
Dapur Keris Luk 9 adalah varian keris dengan jumlah luk sebanyak 9 lekukan, filosofi
Angka sembilan dimaksudkan bagi orang-orang yang sudah tidak lagi berhasrat
mengejar urusan dunia, sudah lebih mendalami spiritual kerohanian. Keris-keris
dengan luk 9 diciptakan guna mencapai tujuan kemapanan spiritual kerohanian dan
kesepuhan. Dikhususkan untuk dimiliki oleh para pandita atau panembahan dan para
sesepuh masyarakat.
Demikian 16 Nama Dapur Keris Luk 9 berdasarkan pakem keris jawa semoga
menambah wawasan para pembaca sekalian terima kasih.
Dapur Keris Luk 11 (sebelas) adalah jenis keris dengan jumlah luk sejumlah 11,
filosofi Keris dengan luk 11, pada awalnya dibuat untuk meningkatkan kemapanan /
pakem pembuatan keris pada jamannya, mengingat angka 11 tidak memiliki makna
khusus dalam tradisi budaya jawa.
Keris dengan luk 11 biasanya mempunyai pembawaan yang sejuk/teduh, tidak angker,
tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap
merobek pertahanan perisai energi gaib lawan.
Salah satu Contoh keris dengan luk 11 adalah Keris Sabuk Inten yang terkenal sakti
dan banyak dibuat tiruannya. Keris tersebut memiliki pembawaan yang teduh, tidak
angker. Tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap
menembus pertahanan perisai gaib lawan, apalagi bila ujung kerisnya diarahkan kepada
seseorang.
Pada awalnya Keris Sabuk inten luk 11 memang membingungkan banyak orang karena
tidak sesuai dengan kebiasaan / pakem keris yang umum. Selain karena jumlah luk-nya
yang 11, keris itu juga berwarna hitam gelap, tidak mengkilat dan tidak berpamor
(keleng). Namun karena kesaktiannya yang sangat tinggi, keris itu kemudian banyak
dibuat turunannya / tiruannya (tetiron), yaitu yang disebut keris-keris berdapur sabuk
inten.
Itulah 16 nama dapur keris luk 11 berdasarkan pakem keris jawa semoga bermanfaat.
Dapur keris luk 13 (tiga belas) adalah keris dengan lekuk sebanyak 13 buah, filosofi
Angka 13 menurut tradisi budaya jawa sebenarnya mempunyai arti yang jelek, yaitu
kesialan, usibah atau malapetaka. Pembuatan keris dengan luk 13 dimaksudkan untuk
tujuan tuah energi kesaktian dan wibawa kekuasaan keris itu menjadi penangkal
kesialan atau tolak bala. Keris dengan luk 13 (tigabelas) biasanya dibuat dengan
maksud untuk kesaktian dan wibawa kekuasaan.
Contoh keris ber-luk 13 yang melegenda adalah keris Nagasasra yang bersifat
penguasa, pengayom dan pelindung. Aura energi wibawa keris ini begitu kuat. Aura
wibawanya meningkatkan kewibawaan pemiliknya agar disegani banyak orang dan
wataknya sebagai pengayom dan pelindung akan selalu melindungi orang-orang yang
berlindung kepadanya.
Keris Nagasasra dan Keris Sabuk Inten adalah sepasang keris yang menjadi lambang
kebesaran kerajaan Majapahit. Dan ketika kerajaan Majapahit berakhir, pemerintahan
berpindah ke kerajaan Demak, sepasang keris ini kemudian diboyong ke Demak dan
dijadikan lambang kebesaran kerajaan Demak. Sayangnya, di Demak itu wahyu
kerisnya tidak bekerja.
sepasang keris ini memiliki tuah kesaktian yang setingkat dan sifat karakter kedua
bilah keris ini saling melengkapi. Pada era nya, banyak orang, terutama adalah para
penguasa daerah, seperti kadipaten dan kabupaten, yang menginginkan memiliki keua
pusaka tersebut, sehingga kemudian sepasang pusaka tersebut banyak dibuat keris-
keris tiruannya, yaitu keris berdapur nagasasra (atau berdapur naga), dan keris-keris
berdapur sabuk inten.
Beberapa di antara keris pusaka tiruan/duplikat sepasang keris tersebut, bilah hanya
dibuat sebuah, tidak sepasang, banyak yang dibuat berdapur nagasasra tetapi ber luk
1. Sengkelat
2. Parung Sari
3. Caluring
4. Johan Mangan Kala
5. Kantar
6. Sepokal
7. Lo Gandu
8. Nagasasra
9. Singa Barong Luk 13
10. Carita Luk 13
11. Naga Siluman Luk 13
12. Mangkunegoro
13. Bima Kurdo Luk 13
14. Kalawelang Luk 13
Keris lurus tidak sama dengan keris berluk satu, keris lurus tidak memiliki luk. Dalam
bahasa Jawa sering disebut dengan istilah "Dhuwung Leres". Bentuk Dhapur keris
lurus ini banyak sekali. Terbanyak dibandingkan dengan keris luk manapun, karena
banyaknya, pada keris lurus inilah, banyak pula terjadi kesimpangsiuran soal nama
dhapur. Kesimpangsiuran ini bukan soal sinonim nama dan istilah dari daerah satu
dengan daerah lainnya, tetapi juga sampai pada perbedaan mengenai bentuknya.
Sebagaimana dijelaskan di muka, bahwa bentuk keris melambangkan maksud dan
permohonan tertentu dari sang Empu, maka keris lurus pun secara umum mempunyai
makna dan maksud tertentu pula. Oleh sang Empu, keris lurus dimaksudkan membawa
perlambang permohonan pada Tuhan, agar pemilik keris lurus ini nantinya
mendapatkan berkah Tuhan, menjadi orang yang teguh hatinya, tidak gampang
tergoda, tidak mudah terpikat bujukan, sifat-sifat lugu, wajar, tidak neko-neko, apa
4. Dhapur Jalak
Ricikan : bilah agak pendek, lebar, gandhik polos, pejetan, tikel alis dan sogokan
sepasang. Ada pula dhapur Jalak yang memakai thingil, yang paling populer adalah
Jalak Budha, yakni keris dapur Jalak buatan jaman Budha yang usianya kurang lebih
1.000 tahun lebih.
5. Dhapur Brojol
Ricikan : gandhik polos tanpa ricikan, umumnya yang keris yang tua agak pendek dan
lebar serta tipis bilahnya. Keris berdhapur Brojol pada umumnya memiliki pamor
sederhana, tetapi keris muda, pamornya agak beraneka macam.
6. Dhapur Bethok
Ricikan : gandhik polos, tapi ukurannya agak panjang, tikel alisnya pendek, bilahnya
umumnya agak pendek, lebar dan tipis. Keris dhapur Bethok ini, sepintas lalu mirip
keris dhapur Jalak, bedanya hanya terletak pada sogokan serta thingil.
Ada yang berpendapat bahwa Keris Luk Satu ini sebenarnya tidak ada, yang ada hanya
keris atau keris luk tiga, luk lima dan seterusnya, namun sebagian lagi berpendapat
bahwa keris luk satu ada dan tidak ada alasan untuk tidak ada. Tapi keris luk satu
memang langka dan dhapur keris luk satu ini tidak banyak variasinya. Di bawah ini
akan dijelaskan jenis-jenis keris luk satu.
2. Dhapur Manthang
Ricikan : pakai kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, dan jalu memet dan di
belakang pakai thingil. Bilahnya lebih pipih dari dapur kayun, dan panjang bilahnya
normal. Dhapur Manthang ini juga langka dan jarang sekali ditemui.
Dari bentuknya, secara garis besar, ada dua jenis keris yaitu keris lurus dan keris ber-
luk, sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kebajakan senjata tarung lainnya, racun pada keris akan sangat menyakiti
lawan dan bahkan bisa membunuh walaupun hanya tergores sedikit saja.
Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ini selain sebagai senjata tusuk dan sabet,
bentuk luknya juga berguna untuk menhan dan menangkis senjata lawan, tidak mudah
patah bila berbenturan menangkis senjata lawan dan menghasilkan luka yang lebih
lebar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
1. Dhapur Dhuwung
Ricikan Luk Tiga : gandhik polos, tanpa sogokan, tanpa greneng, bilahnya datar tanpa
ada-ada. Keris dhapur Dhuwung ini termasuk langka, pemiliknya biasanya mereka
yang masih tergolong muda, baik yang masih belum bekerja mau yang sudah.
2. Dhapur Wuwung
Ricikan Luk Tiga : gandhik polos tanpa sogokan, tanpa greneng, jadi hampir sama
dengan keris dhapur Dhuwung, bedanya pada dhapur Wuwung, bilahnya pakai ada-ada
yang cukup jelas. Bahkan kebanyakan bilahnya nggigir lembu, keris dhapur Wuwung
ini termasuk dhapur langka.
6. Dhapur Jangkung
Ricikan Luk Tiga : kembang kacang, sogokan dua, lambe gajah dua, jalen, jalu memet,
dan kruwingan memanjang sampai dekat ujung bilah. Keris dhapur Jangkung ini
Pada jaman kerajaan dulu di jawa, keris-keris ber-luk 5 hanya dimiliki oleh raja,
pangeran dan keluarga raja, dan para bangsawan. Selain mereka, tidak ada orang lain
yang boleh memiliki atau menyimpan keris ber-luk 5. Demikian aturan yang berlaku di
masyarakat perkerisan jaman dulu. Keris ber-luk 5 hanya boleh dimiliki oleh orang-
Biasanya keris-keris ber-luk 5 dibuat untuk tujuan memberikan tuah yang menunjang
wibawa kekuasaan dan supaya pemiliknya dicintai dan dihormati banyak orang. Keris-
keris jenis ini diciptakan untuk menjaga wibawa dan karisma keagungan
kebangsawanan, keningratan, dihormati dan dicintai rakyatnya/bawahannya, dan
menyediakan kesaktian yang diperlukan untuk menjaga wibawa kebangsawanan itu.
Sesuai tujuan awal pembuatannya yang hanya untuk dimiliki oleh kalangan ningrat,
sampai jaman sekarang pun, keris-keris ber-luk 5 mengisyaratkan manusia pemiliknya
adalah seorang keturunan bangsawan. Jika pemiliknya adalah orang yang tidak
memiliki garis keturunan bangsawan, maka keris-keris itu hanya akan diam saja, pasif
tidak memberikan tuahnya.
Pada jaman sekarang, jenis keris luk 5 ini masih memberikan tuahnya hanya jika keris-
keris ini dimiliki oleh orang-orang dengan garis keturunan ningrat. Kondisi tersebut
menjadikan keris-keris keningratan sebagai keris-keris khusus yang tidak semua orang
cocok memilikinya dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat dari keris-keris
ini. Pada umumnya keris-keris ber-luk 5 lebih menuntut untuk diberikan sesaji
dibandingkan keris lurus dan keris ber-luk lainnya.
1. Dhapur Pulanggeni
Ricikan Luk Lima : Gandhik polos, Sraweyan, dan Grendeng. Dhapur keris Pulanggeni
ini cukup banyak dijumpai.
3. Dhapur Pendawa
Ricikan Luk Lima : gandhiknya polos, pakai sogokan dua, pakai sraweyan dan greneng
lengkap.
8. Dhapur Anoman
Ricikan Luk Lima : kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet, sogokan dua
dan keduanya panjang sampai ke ujung bilah, pakai ri pandhan dan terkadang juga
memakai greneng lengkap.
Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.
Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu
pembuatnya, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang
tersembunyi, bukan hanya sebagai pemanis. Selain itu, bentuk keris juga menjadi
pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya.
Untuk keris pusaka luk 7 sendiri memiliki makna yaitu angka tujuh merupakan
lambang kesempurnaan ilahi. Keris ber-luk 7 terutama diperuntukan bagi orang-orang
yang menganggap hidup keduniawiannya sudah sempurna, sudah cukup, sudah tidak
lagi mengejar keduniawian dan untuk lebih menekuni hidup kerohanian. Keris ber-luk
7 dibuat untuk raja dan keluarga raja yang sudah mandito dan untuk tujuan kemapanan
kerohanian/kesepuhan, dimaksudkan untuk dimiliki oleh raja atau keluarga raja yang
sudah matang dalam usia dan psikologis atau sudah mandito.
5. Dhapur Carubuk
Ricikan Luk Tujuh : kembang kacang, lambe gajah dua, sraweyan, greneng lengkap,
ada pula yang pakai kruwingan.
8. Dhapur Balebang
Ricikan Luk Tujuh : kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan dua ukuran normal,
sraweyan.
Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.
Dari bentuknya ada dua macam jenis keris, yaitu keris lurus dan keris ber-luk (lekuk).
Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kabanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan keris) akan
sangat menyakitkan lawan dan bahkan bisa membunuhnya walaupun hanya tergores
sedikit saja.
Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu
pembuatnya, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang
tersembunyi, bukan hanya sebagai pemanis. Selain itu, bentuk keris juga menjadi
pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya.
Untuk keris pusaka luk 9 sendiri memiliki makna yaitu angka sembilan ditujukan untuk
orang-orang yang sudah tidak lagi melulu mengejar keduniawian, sudah lebih
menekuni kerohanian. Keris-keris ber-luk 9 dibuat untuk tujuan kemapanan kerohanian
dan kesepuhan. Dikhususkan untuk dimiliki oleh para pandita atau penembahan dan
para sesepuh masyarakat. Selain memberikan tuah keselamatan, kerohanian, keilmuan
dan pembawa kesepuhan, jenis keris ini biasanya mengeluarkan hawa aura yang sejuk.
1. Dhapur Jaruman
Ricikan Luk Sembilan : gandhiknya polos, pakai sogokan dua ukurannya normal, dan
pakai sraweyan.
7. Dhapur Jarudeh
Ricikan Luk Sembilan : kembang kacang, lambe gajah cuma satu, sogokan dua ukuran
normal.
Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.
Dari bentuknya ada dua macam jenis keris, yaitu keris lurus dan keris ber-luk (lekuk).
Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kabanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan keris) akan
sangat menyakitkan lawan dan bahkan bisa membunuhnya walaupun hanya tergores
sedikit saja.
Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu
Keris ber-luk 11, mungkin awalnya dibuat untuk mendobrak kemapanan pakem
pembuatan keris pada jamannya, mengingat angka 11 tidak mempunyai makna tertentu
dalam budaya jawa. Keris ber-luk 11 biasanya memiliki pembawaan yang teduh, tidak
angker, tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap
menembus pertahanan perisai gaib lawan.
Contoh keris ber-luk 11 adalah Sabuk Inten dan Sengkelat luk 11 yang terkenal sakti
dan banyak dibuat tiruannya. Kedua keris tersebut memiliki pembawaan yang teduh,
tidak angker, tetapi dibalik keteduhannya itu terkandung suatu energi gaib yang tajam
dan siap menembus pertahanan perisai gaib lawan, apalagi bila ujung kerisnya
diarahkan kepada seseorang.
Awalnya Keris Sengkelat Luk 11 memang membingungkan banyak orang karena tidak
sesuai dengan kebiasaan/pakem keris yang umum. Selain karena jumlah luk-nya yang
11, keris itu juga berwarna hitam gelap, tidak mengkilap dan tidak berpamor (Keleng),
namun karena kesaktiannya yang sangat tinggi, keris ini kemudian banyak dibuat
turunannya/tiruannya yaitu yang disebut keris-keris berdhapur sengkelat.
Sejak jaman purbakala hingga saat ini, keris menemukan bentuknya yang bermacam-
macam dan penuh dengan makna spiritual yang dalam dibalik pembuatanya. Orang-
orang jaman sekarang akan semakin rumit bila mempelajari keris secara satu per satu,
karena banyak sekali makna yang terkandung di dalam masing-masing keris.
Dari bentuknya ada dua macam jenis keris, yaitu keris lurus dan keris ber-luk (lekuk).
Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet,
menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya dan
seperti kabanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan keris) akan
sangat menyakitkan lawan dan bahkan bisa membunuhnya walaupun hanya tergores
sedikit saja.
Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan
sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan dan
menghasilkan luka yang lebih besar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan.
Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis
jawa, hal demikian memang tidak pantas untuk diutarakan. Jadi oleh Empu
pembuatnya, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang
tersembunyi, bukan hanya sebagai pemanis. Selain itu, bentuk keris juga menjadi
pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya.
Keris ber-luk 13 memiliki makna yaitu angka 13 dalam budaya jawa mempunyai
makna yang jelek, yaitu kesialan, musibah atau malapetaka. Pembuatan keris ber-luk
13 ini dimaksudkan dengan kesaktian dan wibawa kekuasaan keris ini menjadi
penangkal kesialan atau tolak bala. Keris ber-luk 13 biasanya untuk tujuan kesaktian
dan wibawa kekuasaan. Contoh keris ber-luk 13 yang terkenal adalah keris Naga Sasra
yang bersifat yang bersifat penguasa, pengayom, dan pelindung. Auara wibawa keris
ini sangat kuat. Aura wibawanya menunjang kewibawaan pemiliknya supaya disujuti
banyak orang dan wataknya sebagai pengayom dan pelindung akan selalu melindungi
orang-orang yang berlindung kepadanya.
Keris Naga Sastra dan Keris Sabuk Inten adalah sepasang keris yang menjadi lambang
kebesaran kerajaan Majapahit dan ketika kerajaan berakhir, pemerintahan berpindah ke
kerajaan Demak, sepasang keris ini kemudian diboyong ke Demak dan dijadikan
Kedua keris ini memiliki kesaktian yang setingkat dan sifat-sifat karekter kedua keris
ini saling melengkapi. Pada masanya banyak orang, terutama para penguasa daerah,
seperti kadipaten dan kabupaten yang menginginkan memiliki sepasang keris tersebut,
sehingga kemudian sepasang keris tersebut banyak dibuat keris-keris tiruannya, yaitu
keris-keris berdhapur Naga Sasra dan berdhapur Sabuk Inten.
Beberapa di antara keris-keris tiruan sepasang keris tersebut, bila hanya dibuat sebuah,
tidak sepasang, banyak yang dibuat berdhapur Naga Sastra tetapi ber-luk 11 atau
berdhapur Sabuk Inten tetapi ber-luk 13. Sengaja dibuat demikian oleh empunya
dengan tujuan untuk menggambarkan bahwa keris yang hanya sebuat ini, karakter
gaibnya sama dengan perpaduan karakter sepasang keris Naga Sastra dan Sabuk Inten.
2. Dhapur Sepokal
Ricikan Luk 13 : gandhik polos, wadidang polos, cuma pakai sraweyan
4. Dhapur Kantar
Ricikan Luk 13 : kembang kacang, lambe gajah dua (ada yang hanya satu),
blumbangan, sogokan cuma satu di depan dan sraweyan.
5. Dhapur Parungsari
Ricikan Luk 13 : kembang kacang, jenggot, lambe gajah dua, jalen memet, tikel alis,
sogokan dua ukurannya normal, kruwingan dan greneng lengkap.
Dari 200 Nama Dapur Keris Pusaka diatas, ada 6 Keris Pusaka Paling Melegenda dan
merupakan Keris Pusaka Paling Diburu, inilah 6 Keris Pusaka Paling Melegenda :
Keris Sengkelat adalah keris pusaka luk tiga belas yang diciptakan pada jaman
Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya
V) karya Mpu Supa Mandagri. Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel.
Konon bahan untuk membuat keris Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk
menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat.
Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad
Saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah
pedang. Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka
dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama keris Sengkelat. Setelah
selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Maka oleh Sunan Ampel disarankan agar
keris Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.
Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum
akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu
piyandel (maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo,
mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka keraton.
Setelah anda memahami dapur keris pusaka dunia tahap berikutnya wajib memahami
Nama nama Pamor Keris Pusaka , nama untuk pamor keris berlaku juga untuk tosan aji
lainnya seperti Tombak, Wedung, Pedang dsb. Khusus pamor yang pemilih yang
biasanya diperuntukan untuk kedudukan tertentu atau karakter tertentu, sebaiknya di
"tayuh" dahulu apakah cocok atau tidak sedangkan yang tidak pemilih bisa dimiliki
oleh siapa saja.
Wos Wutah.
Pamor yang paling banyak dijumpai, bentuknya tidak teratur tetapi tetap indah dan
umumnya tersebar dipermukaan bilah. Ada yang berpendapat pamor ini pamor gagal,
saat si empu ingin membuat sesuatu pamor tetapi gagal maka jadilah Wos Wutah.
Tetapi ini dibantah dan beberapa empu dan pamor ini memang sengaja dibuat serta
termasuk pamor tiban. Pamor ini berkhasiat baik untuk ketentraman dan keselamatan
pemiliknya, bisa digunakan untuk mencari rejeki, cukup wibawa dan disayang orang
sekelilingnya, pamor ini tidak pemilih.
Ngulit Semangka.
Sepintas seperti kulit semangka, tuahnya seperti Sumsum Buron, memudahkan
mencari jalan rejeki dan mudah bergaul pada siapa saja dan dari golongan manapun.
Pamor ini tidak memilih dan cocok bagi siapa saja.
Pulo Tirto.
Seperti Wos Wutah hanya gumpalan gambarnya terpisah agak berjauhan, seperti
bentuk pulau pada peta. Tuahnya sama dengan pamor Wos Wutah.
Sumsum Buron.
Pamor ini juga mirip Wos Wutah, gumpalan juga terpisah agak berjauhan seperti Pulo
Tirto hanya agak lebih besar dan lebih menyatu. Tuahnya baik, tahan godaan dan
murah rejeki serta tidak pemilih.
Melati Rinonce.
Bentuknya mirip pamor Rante tetapi umumnya bulatannya lebih kecil dan tidak
berlubang. Bulatan itu berupa pusaran pusaran mirip dengan pamor Udan Mas tetapi
agak lebih besar sedikit. Tuahnya mencari jalan rejeki dan menumpuk kekayaan.
Untuk pergaulan juga baik, pamor ini tidak memilih dan bisa digunakan siapa saja.
Rante.
Tuah utama pamor ini adalah untuk menampung dan mengembangkan rejeki yang
didapat. Bisa mengurangi sifat boros, tetapi bukan pelit. Cocok untuk semua orang
baik digunakan berdagang atau berusaha. Bentuknya agak mirip pamor Melati
Rinonce, hanya bedanya pada bulatannya ada semacam gambar "lubang".
Adeg.
Pamor Adeg banyak dijumpai, tergolong pamor pemilih tetapi lebih banyak yang
cocok daripada tidak. Tuahnya terutama sebagai penolak, ada yang menolak gunaguna,
ada yang menolak wabah, angin ribut, banjir dan lainnya. Ada yang hanya menolak
satu sifat ada yang beberapa sifat penolakan.
Mrambut.
Sepintas seperti Adeg, bahkan ada yang menyamaratakan dengan membuat istilah baru
Adeg-Mrambut. Padahal sebenarnya lain. Pamor Mrambut alurnya terputus-putus.
Sekar Lampes.
Tuah dari pamor ini mirip dengan pamor Tumpal Keli. Hanya pada pamor Sekar
Lampes umumnya juga mengandung tuah yang menambah kewibawaan pemakainya
dan tergolong pamor yang tidak pemilih.
Ilining Warih.
Rejeki yang lumintu, walaupun sedikit demi sedikit tetapi selalu ada saja. Itulah yang
utama tuah dari Ilining Warih. Selain soal rejaki, pamor ini juga baik untuk pergaulan.
Tidak memilih dan umumnya cocok untuk siapapun.
Blarak Ngirid.
Disebut juga kadang dengan "Blarak Sinered", tapi ada juga yang menyebut Blarak
Ngirid lain dengan Blarak Sinered. Tuah utamanya menambah kewibawaan dan juga
baik untuk pergaulan karena disayang orang sekelilingnya, baik pihak atasan atau
bawahan. Pamor ini tergolong pemilih.
Ron Pakis.
Mirip sekali dengan Blarak Ngirid, hanya pada bagian tepinya seolah ada sobekan.
Tergolong pemilih dan tuahnya untuk kewibawaan serta keberanian (tata bhs jawa).
Baik dimiliki oleh orang yang berkecimpung dibidang Militer dan Keprajuritan.
Koro Welang.
Juga hampir sama dengan Blarak Ngirid atau Ron Pakis, tetapi "daun" nya lebih besar
dan lebih menyatu. Tuahnya juga hampir sama dengan Blarak Ngirid, tetapi fungsi
pergaulannya lebih besar dari fungsi wibawanya. Beberapa keris dengan pamor ini
(tidak semua) baik juga untuk mencari jalan rejeki. Tergolong pamor pemilih.
Ron Genduru.
Ada yang menyingkat menjadi RONGENDURU atau menyebut RON KENDURU.
Agak mirip Ganggeng Kanyut tetapi relatif susunannya lebih teratur dan rapi. Tuahnya
berkisar pada kewibawaan dan rejeki. Baik digunakan untuk pengusaha yang punya
banyak anak buah. Tergolong pamor pemilh.
Wiji Timun.
Menyerupai biji ketimun. Hampir sama dengan pamor Uler Lulut tetapi lebih kecil dan
lonjong. Tuahnya juga untuk mencari jalan rejeki. Ada sedikit unsur kewibawaan. Baik
untuk pedagang maupun untuk pengusaha. Pamor ini agak pemilih.
Kenongo Ginubah.
Tuahnya menarik perhatian orang. Pergaulannya baik dan diterima digolongan
manapun. Tetapi pamor ini termasuk pemilih.
Walang Sinuduk.
Bentuknya mirip dengan satai belalang. Posisi belalang-belalangnya bisa miring kekiri,
bisa kekanan. Tuah utamanya mempengaruhi orang lain. Wibawanya besar sehingga
baik dimiliki oleh pemuka masyarakat, guru, pemimpin politik. Tergolong pamor
pemilih.
Tumpal Keli.
Tuahnya baik untuk pergaulan. Bisa menunjang karier karena pemiliknya akan
disayang atasan. Termasuk pamor tidak pemilih.
Bendosegodo.
Bentuknya menyerupai bulatan menggumpal dari bawah keatas. Tuahnya untuk jalan
rejeki dan pergaulan serta ketentraman rumah tangga. Tergolong tidak pemilih.
Melati Sinebar.
Mirip pamor Tetesing Warih, merupakan bulatan bersusun rangkap tiga atau lebih
tetapi bulatannya tidak sempurna betul dengan garis tengah sekitar 1 cm. Tempatnya
ditengah bilah dan jarak satu bulatan dengan lainnya sekitar 1 cm atau lebih. Pamor ini
tergolong tidak pemilih dan tuahnya untuk mencari rejeki.
Sekar Kopi.
Ditengah bilah ada pamor yang menyerupai garis tebal dari sor-soran sampai dekat
ujung bilah. Dikiri kanan garis tebal ini terdapat lingkaran-lingkaran bergerombol atau
berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua atau tiga lingkaran menempel pada garis
tebal seolah-olah biji kopi menempel pada tangkai bijinya. Tuahnya memperlancar
rejeki tergolong tidak pemilih tetapi termasuk pamor langka.
Bonang Rinenteng.
Ada yang menyebutnya Bonang Sarenteng, agak mirip dengan pamor Sekar Kopi
tetapi bulatannya hanya satu. Boleh dikiri-kanan secara simetris atau selang seling.
Baik Bonang Rinenteng ataupun Sekar Kopi, bulatannya seperti pusaran di pamor
Udan Mas. Tergolong tidak pemilih dan memudahkan mencari rejeki.
Wulan-Wulan.
Di Jawa Timur disebut Bulan-Bulan. Mirip Melati Sinebar atau mirip Bendo Segodo.
Bedanya pada pamor Wulan-Wulan , bagian tengahnya berlubang jelas. Tuahnya
memudahkan mencari jalan rejeki dan mengikat langganan. Sering disimpan ditoko
atau warung.
Tunggak Semi.
Pamor ini terletak ditengah Sor-soran, bentuk seperti tampak digambar samping.
Berkombinasi dengan pamor Wos Wutah. Tuahnya untuk mendapatkan rejeki walau
bagaimanapun kecilnya. Tidak termasuk pamor pemilih.
Udan Mas.
Pamor ini banyak dicari orang, terutama pedagang dan pengusaha. Bentuknya
merupakan pusaran atau gelang-gelang berlapis, paling sedikit ada tiga lapisan.
Letaknya ada yang beraturan dan ada yang berserakan. Pamor ini sering pula
berkombinasi dengan Wos Wutah atau Tunggak Semi. Manfaatnya untuk mencari
rejeki dan tidak pemilih.
Sisik Sewu.
Seperti gambar sisik ikan, tetapi bila diperhatikan seperti pamor Udan Mas
menggumpal menjadi satu, namun pamor ini kurang begitu dikenal, mungkin karena
memang jarang. Selain untuk rejeki juga untuk meningkatkan wibawa. Cocok bagi
pengusaha dengan banyak karyawan.
Putri Kinurung.
Bentuknya menyerupai gambaran danau dengan tiga atau lebih "pulau" ditengahnya.
Letaknya ditengah sor-soran. Tuahnya untuk memudahkan mencari rejeki dan
mencegah sifat boros. Bisa diterima dikalangan manapun. Tidak pemilih.
Gumbolo Geni.
Sering juga disebut "Gumbolo Agni" atau "Gumbolo Gromo". Letaknya ditengah sor-
soran dan gambarnya seperti "binatang Kala" dengan posisi ekor seperti menyengat.
Tuahnya baik, wibawanya besar dan bisa untuk "singkir baya", baik dimiliki oleh
pimpinan sipil ataupun militer. Termasuk pamor pemilih.
Tangkis.
Panamaan dari pamor yang hanya terdapat pada satu sisi saja dan sisi lain tanpa pamor
alias kelengan, kadang kalau pamor atau bentuk bilah berlainan kiri-kanan sering juga
disebut pamor Tangkis. Namun ini harus diperhatikan juga apakah memang tidak ada
pamornya ataukah sudah hilang karena terkikis atau aus. Kalau karena aus maka ini
bukan pamor Tangkis. Tuahnya menolak wabah penyakit.
Triman.
Ada yang menyebut Pamor TARIMO, mirip sekali dengan WOS WUTAH, tetapi agak
rapat dan pamor ini tiba tiba berhenti ditengah bilah, kadang hanya ada di sor-soran
saja. Pamor ini sesuai untuk yang berusia lanjut, pensiunan dan tidak lagi memikirkan
soal duniawi. Baik
juga dipunyai oleh yang bersifat brangasan, suka marah tetapi kurang baik dipunyai
oleh mereka yang masih aktif bekerja.
Andha Agung.
Mirip pamor Rojo Abolo Rojo tetapi ukurannya relatif lebih kecil. Terletak ditengah
bilah biasanya dikelilingi pamor Wos Wutah dan panjang hanya sepertiga atau
setengah bilah. Tuahnya menyangkut kederajatan dan kewibawaan. Tergolong pamor
tidak pemilih.
Kul Buntet.
Mirip pamor Batu Lapak, bedanya pusarannya hanya satu dan alurnya melingkar dan
secara keseluruhan lebih bulat dibandingkan pamor Batu Lapak. Tuahnya hampir sama
dengan Batu Lapak tetapi Kul Buntet punya nilai rejeki. Selain menghidarkan bahaya
juga menghalangi usaha penipuan. Umumnya pamor ini baik untuk semua orang.
Kuto Mesir.
Ada yang menyebut "Kutu Mesir" atau "Kutu Masir". Bentuknya terdiri dari tumpukan
gelang gelang tidak begitu bulat tetapi cenderung agak persegi. Letaknya dibagian sor-
soran dan tuahnya hampir sama dengan Kul Buntet tetapi fungsi rejeki nya lebih kuat.
Biasanya dicari
pedagang, pengusaha dan pejabat tinggi. Pamor ini sering dikombinasi dengan pamor
lain seperti Wos Wutah dan Tunggak Semi.
Reged Banyu.
Pamor ini ada yang menghias seluruh bilah, ada yang sebagian saja, tidak dari sor-
soran keujung bilah. Tuahnya untuk melindungi si pemilik dari musibah mendadak.
Bahasa Jawanya "Singkir Baya" atau "Tulak Bilahi". Pamor ini tidak pemilih.
Rojo Suleman.
Ada yang menyebut pamor Nabi Sulaiman. Banyak pula yang mengatakan ini adalah
rajanya pamor. Letaknya ditengah sor-soran. Tuahnya memang merupakan kumpulan
dari hal-hal yang baik, positip. Menghindari bahaya dan mencari jalan rejeki,
wibawanya kuat, disayang dan disegani orang disekilingnya. Namun pamor ini punya
sifat "memilih".
Batu Lapak.
Bentuknya menyerupai pusaran yang melingkar-lingkar, biasanya lebih dari lima.
Letaknya di sor-soran tengah. Tuahnya "Singkir Baya". Baik untuk anggota Militer
ataupun orang biasa. Berkhasiat bagi yang mempelajari kekebalan, bela diri. Pamor
tidak memilih.
Sirat.
Kadang disebut "Teja Bungkus" atau "Bima Bungkus", baik dipegang oleh mereka
yang punya posisi pimpinan karena factor wibawa, kepemimpinan dan disayang anak
buah.
Tunggul Wulung.
Yang baik kalau pamor Tunggul Wulung ini merupakan pamor tiban. Bentuknya mirip
gambar anak yang sangat sederhana, hanya kepala, tangan dan kaki dan menempati
daerah blumbangan. Tuahnya menolak berbagai macam penyakit dan tidak memilih
tetapi pemiliknya harus berperi-laku baik, tak boleh menyeleweng. Tergolong pamor
langka.
Pancuran Mas.
Banyak dicari pedagang dan pengusaha karena dipercaya membawa keberuntungan
bagi pemiliknya, lagipula tidak pemilih. Bentuknya mirip Sada Saler tetapi dibagian
ganjanya tepat diujung Sada Saler pamornya seperti bercabang dua.
Sada Saler.
Arti harfiahnya Lidi Sebatang, bentuknya sesuai dengan namanya. Berupa garis lurus
membujur sepanjang bilah. Tuahnya ada yang untuk menambah kewibawaan,
ketenaran (populeritas) atau keteguhan iman dan pamor ini cocok untuk semua orang.
Wengkon.
Ada yang menamakan pamor Tepen. Bentuknya mirip bingkai (wengkon artinya
bingkai). Tuahnya untuk perlindungan, ada yang untuk menghindari dari godaan, ada
yang memperbesar rasa hemat dan ada yang untuk menghindari dari guna-guna.
Kudhung.
Pamor ini selalu terletak diujung bilah dan tuahnya seperti namanya untuk melindungi
pemiliknya dari serangan guna-guna dan perlindungan dalam situasi darurat. Pamor ini
sering digunakan untuk "penunggu rumah".
Satriya Pinayungan.
Ada dua macam pamor Satriya Pinayungan. Yang pertama pamor pada bagian sor-
soran, apa saja bentuknya, bisa Wos Wutah, lalu diatas pamor itu (dekat ujung bilah)
terdapat pamor Kudhung. Yang kedua, motif pada sor-soran menyerupai Udan Mas
tapi bentuknya teratur. Tiga bulatan mendatar diteruskan beberapa bulatan keatas.
Tuahnya sama, membi perlindungan bagi pemiliknya dari perbuatan sirik orang lain.
Walau keduanya tidak pemilih tetapi pamor yang pertama lebih cocok untuk mereka
yang bekerja di pemerintahan sedangkan yang kedua untuk wiraswasta. Untuk yang
pertama dianut oleh penggemar keris dari Solo ketimur, sedang kedua oleh penggemar
Badaela.
Pamor ini tuahnya buruk, ada yang menyebut pamor Bebala. Sebaiknya dilarung saja
sebab pemiliknya akan kena pindah, dicurigai serta menerima akibat buruk pekerjaan
orang lain
Segara Wedhi.
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia, Gurun Pasir. Namun sifat tuahnya bukan berarti
"kering kerontang" atau "gersang" melainkan justru baik. Menurut banyak orang
tuahnya mudah mendapatkan rejeki. Mirip Udan Mas tetapi bulatannya lebih kecil dan
lebih banyak serta tersebar diseluruh permukaan bilah. Pamor ini tergolong tidak
pemilih.
Untu Walang.
Arti harafiahnya "Gigi Belalang", tuahnya menambah kewibawaan seseorang. Dituruti
kata katanya dan pamor ini tergolong pemilih, hanya orang yang punya kedudukan
cukup tinggi bisa cocok. Untuk guru dan pendidik biasanya juga cocok.
Tundung.
Tergolong pamor yang buruk tuahnya. Sipemilik akan sering pindah rumah atau diusir
oleh sesuatu sebab. Rumahtangga tidak tentram dan dijauhi rejeki. Sebaiknya dibuang
saja.
Endas Baya.
Tuahnya buruk, sipemilik sering dapat musibah karena tingkah lakunya sendiri.
Sebaiknya dibuang saja karena siapapun pemakainya akan selalu sial.
Dhadhung Muntir.
Mirip Sada Saler tetapi "garis" ditengah bilah mempunyai motif seperti pilinan
tambang atau dhadhung. Tuahnya sama dengan Sada Saler, menyangkut kewibawaan,
keteguhan hati. Pamor ini banyak terdapat pada keris buatan Madura dan tergolong
pamor pemilih.
Pusar Bumi.
Disebut juga Puser Bumi. Bentuknya mirip Udan Mas tetapi dengan skala yang jauh
lebih besar, minimal sebesar koin limapuluh rupiah dan kadang sampai 8 cm, terutama
pada bilah tombak. Pamor ini tergolong pamor miring, merupakan lingaran yang
berlapis dan bukan
melingkar seperti obat nyamuk, tuahnya baik tetapi pemilih dan tidak semua orang
"kuat" memilikinya. Umumnya dipercaya sebagai pamor yang baik untuk menjaga
rumah.
Lintas Mas.
Letaknya dibagian tengah sor-roran, paling sedikit jumlah pusaran-pusarannya ada
lima buah. Baik untuk berdagang terutama perhiasan. Pamor ini pemilih dan tuahnya
hanya bisa dirasakan oleh yang cocok saja.
Sodo Saler.
Bentuknya merupakan garis lurus dari sor-soran keujung bilah. Tuahnya untuk
kewibawaan dan keprajuritan serta meneguhkan dalam mencapai cita-cita, baik untuk
militer atau yang berambisi mencapai sesuatu cita-cita. Tergolong pemilih.
Nur.
Letaknya ditengah sor-soran, mirip huruf S. tuahnya baik terutama untuk guru,
pemimpin atau orang yang dituakan serta wibawanya besar, punya sifat pelindung dan
tempat bertanya orang lain. Sifatnya pemilih, untuk yang masih "muda" umumnya
kurang kuat.
Sekar Susun.
Hampir seperti Melati Rinonce tetapi ukuran bunganya lebih besar. Bentuk bunga
seperti bulatan pada pamor Bendo Segodo. Memudahkan dalam mencari rejeki dan
tidak pemilih. Hanya ditemukan pada keris keris yang relatif muda.
Klabang Sayuto.
Seperti paduan pamor Blarak Ngirid dan Naga Rangsang. Sepintas seperti seekor
klabang dengan kaki seribunya. Dipercaya bisa menambah kewibawaan dan
kekuasaan. Pamor ini tergolong pemilih dan hanya cocok bagi yang memegang posisi
pimpinan.
Manggar.
Mirip untaian Bunga Kelapa. Merupakan kumpulan dari bentuk pamor macam pamor
Wiji Timun tetapi letaknya sering menyudut, bersusun dari sor-soran keujung bilah.
Memudahkan mencari rejeki dan menonjol dalam lingkungan pergaulan. Tidak
pemilih.
Jala Tunda.
Tergolong pamor pemilih. Tuahnya untuk ketenaran, untuk menonjol dalam
lingkungandan tergolong pamor langka walau dari teknik pembuatan tidak terlampau
sukar. Sepintas mirip pamor Wengkon tetapi lebar dan pada bagian dalam ada lekuk-
lekuk yang terkadang simetris berhadapan tetapi pada bagian lain sering tidak simetris.
Pamor Jala Tunda yang bagus, garis-garis yang menjadi wengkon biasanya halus dan
rangkap banyak sekali.
Sumur Bandung.
Merupakan bulatan hitam besi tanpa pamor sebesar uang logam lima puluh sen-an atau
lebih kecil sedikit letaknya ditengah bilah, diantara pamor – biasanya Wos Wutah
nggajih atau Pendaringan Kebak nggajih. Banyak terdapat pada keris buatan Madura.
Tergolong pamor pemilih dan paling cocok buat keprajuritan, militer atau yang belajar
ilmu kekebalan.
Buntel Mayit.
Nama yang menyeramkan, artinya "pembungkus mayat". Tergolong pamor sangat
pemilih. Kalau cocok akan cepat menanjak kariernya atau kekayaannya tetapi kalau
tidak cocok bisa mendapatkan malapetaka. Karena itu bila menginginkan pamor ini
Jarot Asem.
Ini termasuk pamor langka walau tampaknya sangat sederhana tetapi pembuatannya
sangat sulit. Sepintas seperti jalinan serabut kasar, saling menyilang arahnya tetapi
tidak ada kesan tumpang tindih. Pamor ini dipercaya memberikan pengarus baik pada
pemiliknya, menjadi teguh hatinya dan besar tekatnya. Amat cocok bagi yang punya
cita cita besar baik dalam pendidikan ataupun dalam pekerjaan.
Kendhit Gumantung.
Ini termasuk pamor tiba. Letaknya dibagian sor-soran dan biasanya bercampur pamor
yang lebih dominan seperti Wos Wutah atau Ngulit Semangka. Baik untuk setiap
orang. Dipercaya dapat menolak segala macam penyakit menular, jadi seperti anti
wabah. Tetapi pemiliknya harus menjaga tingkah lakunya dan jangan sampai
menyeleweng dari jalan yang lurus.
Kupu Tarung.
Sepintas seperti gambar kupu-kupu sedang berlaga. Namun esoterinya tidak ada
sangkut paut dengan bidang laga, bahkan baik untuk pergaulan. Pamor ini tidak
pemilih dan terletak sepanjang bilah dari sor-soran hingga ujung bilah.
Mrutu Sewu.
Mirip Udan Mas dan Sisik Sewu. Pamornya berupa bulatan besar dan kecil, rapat satu
sama lainnya dan disela pamor yang berbentuk pusaran-pusaran itu ada semacam
titiktitik pamor kecil. Pamor ini memudahkan mencari rejaki juga dipercaya orang
memudahkan anak gadis atau janda dalam mencari jodoh dan pamor ini tidak pemilih.
Ratu Pinayungan.
Tergolong pamor tiban yang letaknya di sor-soran dan biasanya bercampur pamor
dominan lainnya. Pengaruhnya baik pada pemiliknya, melindungi marabahaya,
berwibawa dan punya pengaruh luas. Baik bagi seorang pimpinan tetapi tergolong
keris pemilih.
Yogapati.
Hati-hatilah bila berjumpa dengan keris ini. Pamor ini punya pengaruh buruk sekali,
terutama buat yang bekeluarga. Sering anak-anak sang pemilik sakit-sakitan atau
bahkan meninggal. Sebaiknya dilarung saja.
Kinasihan.
Ini pamor baik dan tidak pemilih, tuahnya disayang dan dihormati orang sekeliling.
Factor rejeki juga baik, bisa lumintu (selalu ada saja).
Kalacakra.
Tergolong pamor langka. Untuk penguasaan wilayah, kekuasaan dan kewibawaan serta
kepemimpinan. Baik dipakai oleh pemimpin masyarakat. Ada faktor penolak bala dan
guna-guna.
Bungkus.
Bentuknya sederhana, Cuma gambaran seperti tonjolan berlekuk-lekukbagai
kepompong ulat dan letaknya di sorsoran. Tuahnya memudahkan mencari rejeki, hemat
serta merupakan pamor yang tidak pemilih. Paling cocok untuk pedagang atau
pengusaha.
Slamet.
Bentuknya mirip bayi berjambul sedang tidur. Letaknya di sor-soran dan juga terdapat
pada tombak atau pedang. Tuahnya adalah untuk keselamatan dan tergolong "singkir
baya", termasuk berguna untuk menolak guna-guna. Kelebihan dibanding pamor lain,
pamor Slamet ini juga mencegah fitnah serta omongan negatif. Tidak pemilih dan
cocok untuk semua orang.
Makrib.
Kadang disebut pamor Makarib. Tuahnya baik sekali, menyangkut kepemimpinan,
rejeki dan keselamatan dalam perjalanan dan pamor ini tidak pemilih.
Panguripan.
Disebut juga pamor Ngurip-urip, mirip pamor Tamsul Kinurung tetapi bentuk
utamanya bukan jajaran genjang melainkan lingkaran-lingkaran yang pada satu sisinya
seperti meleleh. Letaknya ditengah sor-soran, tuahnya seperti namanya untuk
memudahkan mencari sandangpangan, rejeki. Pamor ini istimewa dan kadang bisa
digunakan untuk mengusir mahluk halus. Perbawanya dijauhi binatang buas. Termasuk
pamor tidak pemilih.
Dikiling.
Ada yang menyebut pamor Dingkiling atau Cengkiling, tuahnya buruk bagi yang sudah
berumah tangga. Sering ruwet, cekcok dan tidak tentram bahkan bisa jadi
rumahtangganya akan bubar.
Ganggeng Kanyut.
Tuahnya seperti Sekar Lampes, tetapi yang menonjol justru kewibawaannya, tergolong
juga pamor pemilih.
Unthuk Banyu.
Mirip dengan air berbuih, tuahnya untuk rejeki dan pergaulan serta mengurangi sifat
boros. Tergolong tidak pemilh.
Wengkon.
Ada yang menyebut pamot Tepen, ada yang menyebut Lis-lisan. Bentuknya
merupakan alur pamor yang merata sepanjang pinggiran bilah keris. Tuahnya macam-
macam, ada yang bersifat perlindungan bagi pemiliknya agar terhindar dari bahaya. Ad
yang memberikan perlindungan terhadap godaan batin, ada pula yang menambah rasa
hemat. Pamor ini tidak pemilih.
Wiji Semen.
Tergolong pamor rekan dan juga pemilih. Tuahnya melindungi dari guna-guna atau
mahluk halus. Tergolong pamor miring yang menempati bagian bilah dari sor-soran
sampai keujung bilah.
Tumpuk.
Terletak dibagian sor-soran, bentuknya menyerupai garis melintang antara tiga sampai
lima lapis, manfaatnya seperti Udan Mas, memudahkan "menumpuk" rejeki. Pada
umumnya kerisnya lurus dengan dapur kalau tidak Tilam Upih atau Brojol.
Rojogundolo (A).
Sebagian orang menyebut Gundolorojo. Umumnya terletak ditengah sor-soran, namun
adakalanya terletak agak ketengah bilah keris. Bentuknya mirip gambar mahluk yang
menakutkan, kadang seperti perempuan kadang seperti laki-laki atau juga hewan.
Rojogundolo yang bertuah biasanya yang dari pamor tiban dan bukan rekan.
Rojogundolo (B).
Umumnya bersifat perlindungan terhadap pemiliknya, bisa digunakan menolak guna-
guna, memindahkan mahluk halus, membersihkan rumah "angker" bahkan jika
kerisnya istimewa bisa digunakan menyembuhkan orang yang kesurupan. Tergolong
pamor tidak pemilih dan bisa juga terdapat di tombak atau pedang.
Uler Lulut.
Pamor Uler Lulut bentuk gambaran pamor Uler Lulut agak mirip dengan Pamor Bendo
Segodo. Bedanya, pada Pamor Uler Lulut ukuran bulatan-bulatannya lebih kecil,
namun lebih rapat satu sama lainnya, sehingga menyatu. Ditinjau dari tehnik
pembuatannya, pamor ini tergolong pamor mlumah dan termasuk pamor rekan. Kata
"uler lulut" dalam Bahasa Indonesia artinya ular jinak. Tuah dan angsar pamor uler
lulut, bagi sebagian pencinta keris, adalah untuk membantu memudahkan datangannya
rezeki bagi pemliknya. Selain itu sang pemilik akan lebih luwes dalam pergaulan,
sehingga banyak kawannya. Dalam bidang pekerjaan ia akan disayang dan dipercaya
atasannya. Pamor ini tergolong tidak pemilih siapa saja akan cocok memilikinya.
Pancuran Mas.
Pamor ini juga ornamennya dari bilah menyebrang ke Ganja. Pada bilahnya pamor ini
sama betul dengan sada Saeler tetapi pada bagian ganja berbentuk cabang seperti lidah
ular. Tuahnya dianggap sama dengan Udan Mas dan tergolong tidak pemilih, cocok
untuk semua orang.
Adeg Iras.
Pamor Adeg yang menyebrang langsung ke Ganja, tetap bukan ditambahi Asihan
melainkan dengan tambahan Iras menjadi Adeg Iras dan tuahnya sama dengan pamor
Adeg lainnya.
Bungkalan.
Ini bukan nama pamor tetapi bentuk pamor pada ujung bilah keris atau tombak, pamor
apapun apabila pada dekat ujung bilah bercabang dua dan kedua cabang itu menerjang
tepi bilah dinamakan pamor Bungkalan. Sepintas seperti lidah ular. Ron Pakis Ron
Genduru Mayang Mekar.
Pamengkang Jagad.
Ada celah memanjang ditengah bilah yang disebabkan retak, paling banyak terjadi
dikeris dengan pamor miring. Ini terjadi saat membuat saton sewaktu penempaan
suhunya kurang tinggi sehingga ada bagian tertentu yang penempelan besi dan bahan
pamornya atau dengan lapisan besi lainnya kurang sempurna. Tetapi ini baru diketahui
setelah keris jadi, terutama waktu nyepuhi tiba tiba keris itu retak. Jadi dari segi teknik
pembuatan keris ini tergolong mis-product. Karena itu pulalah maka keris yang
Pamengkang Jagad umumnya bukan keris yang mempunyai garap baik. Kalangan
kraton juga menganggap keris ini tergolong tidak baik. Yang mengherankan kalangan
luar keraton banyak yang menganggap ini keris baik, malah amat baik, ini juga disukai
di Malaysia, Serawak, Brunei. Diduga ini dikarenakan keris dengan teknik lapis itu
Pegat Waja.
Keris ini juga keris retak, Cuma retaknya bukan antara besi dengan besi atau besi
dengan pamor melainkan antara saton dan lapisan bajanya. Oleh karena itu keris Pegat
Waja hanya akan terjadi pada keris-keris yang dilapisi baja saja. Keratakan ini
terjadinya bukan vertical permukaan bilah, melainkan horizontal. Mirip dengan
keretakan pada kayu Plywood yang tertimpa hujan (nglokop), keris ini sebaiknya
dibuang atau dilarung saja karena kurang baik.
Rejang Landep.
Ini bukan nama salah satu pamor tetapi alur pamor tidak mengarah kealur ditengah
melainkan ada bagian (ujungnya) keluar dari bilah (lihat gambar). Apapun pamornya,
keris ini tuahnya buruk dan biasanya membawa suasana sengketa serta salah
pengertian. Tetapi
ada juga yang menyimpan dengan maksud tuah keris ini bisa membantu bila yang
punya
melakukan suatu kesalahan dan bisa terhindar dari hukuman. Keris yang telah auspun
pamornya bisa berubah menjadi Rejang Landep.
Masih banyak lagi pamor yang belum terdata disini, pamor buatanpun sering tidak
terdata dengan baik dan kadang penamaan pamor juga hanya berdasarkan gambar yang
terjadi belum ada padanannya atau juga karena timbul kreasi baru dari sipemesan keris
kepada sang empu agar dibuatkan pamor seperti rancangannya. Semua masukan
mengenai pamor yang baik tercantum didalam tulisan ini ataupun belum tercantum
sangat diharapkan untuk melengkapi data dan kekayaan informasi pamor agar
informasi itu tidak hilang begitu saja.
Setelah anda memahami Nama Dapur dan Pamor Keris Pusaka sertau tahu Keris Mana
Yang Paling Melegenda saatnya wajib membaca Ilmu Tentang Apa Itu Tangguh Keris
Pusaka :
Tangguh
Tangguh arti harfiahnya adalah perkiraan atau taksiran. Dalam dunia perkerisan
maksudnya adalah perkiraan zaman pembuatan bilah keris, perkiraan tempat
pembuatan, atau gaya pembuatannya. Karena hanya merupakan perkiraan, me-nangguh
keris bisa saja salah atau keliru. Kalau sebilah keris disebut tangguh Blambangan,
padahal sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi kekeliruan tersebut,
karena bentuk keris dari kedua tangguh itu memang mirip. Tetapi jika sebuah keris
buatan baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia bukan seorang ahli tangguh yang
baik.
Walaupun sebuah perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris.
Untuk itu ia perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara cermat
ribuan bilah keris. Ia juga harus memiliki photographic memory yang kuat.
Dalam catatan kuno, dituliskan ciri-ciri secara tertulis. Notasi itu meyakini akan
adanya sebuah gaya atau langgam dari setiap kerajaan. Artinya pada jaman Majapahit
diyakini kerisnya memiliki beberapa ciri gaya atau langgam yang seragam. Begitu pula
jaman kerajaan Mataram dan seterusnya jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat diyakini
memiliki gayanya masing-masing.
Keyakinan terhadap bahan besi dan pamor juga menjadi panduan dalam ilmu
tangguh ini.
2. Madyo Kuno
(Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
3. Sepuh Tengah
(Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan
Blambangan.
4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram
5. Nom
(Muda) tahun 1614 M – 1945
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.
Tangguh merupakan seni yang digandrungi oleh komunitas pecinta keris, karena disini
terletak suatu seni dalam nilai kemampuan; semacam uji kemampuan dari sesama
penggemar keris. Tangguh juga menjadi sebuah nilai pada harga sebilah keris … sesuai
trend yang ada dari masa ke masa.
Tangguh dalam kamus bahasa Jawa (S. Prawiroatmodjo) diartikan sebagai 'boleh
dipercaya', 'tenggang', 'waktu yang baik', 'sangka', 'persangkaan', 'gaya', 'lembaga',
'macam' (keris).
Namun demikian, tuntutan modernitas dan keinginan yang kritis (sisi ilmiah) masa
kini, tangguh dituntut menjadi pasti (exact), artinya ilmu tangguh akan bergeser
menyesuaikan jaman untuk dapat melengkapi salah satu kriteria dalam melakukan
sertifikasi sebilah keris. Tuntutan ini adalah hal yang realistik karena generasi muda
tak lagi menyanjung 'sesepuh' yang belum tentu memiliki wawasan yang benar.
Penyanjungan sesepuh adalah ciri etnografis dari budaya paternalistik dalam sub kultur
Dalam sisi pandang yang kritikal pada abad modern ini, tangguh menjadi sebuah
rangsangan baru untuk meneliti secara lebih pasti, betul dan tepat (exact) menentukan
sebilah tangguh keris. Maka tingkat pengetahuan yang tertuang pada masa dulu melalui
catatan, buku dan naskah kuno menjadi sebuah catatan yang masih kurang memenuhi
hasrat keingin-tahuan perkerisan pada saat sekarang. Catatan atau buku kuno tidak
melampirkan contoh sketsa atau foto apa yang dimaksudkan pada uraiannya. Tulisan
kuno tentang tangguh juga belum bisa menjamin si penulis adalah orang mengetahui
keris, bisa jadi penulis adalah seorang pujangga yang menulis secara puitis, karena
waktu itu memang tidak memiliki target bahwa tulisannya akan menjadi sebuah
kawruh yang meningkat menjadi ilmu seni menangguh.
Ilmu tangguh sering menjadi sebuah polemik, karena terkendala oleh banyak hal,
antara lain; kendala wawasan, kendala tempat (domisili atau keberadaan), kendala oleh
narasumber yang sebetulnya berskala lokal, kendala oleh karena minat atau selera pada
jenis keris dan banyak sekali hal-hal yang memancing perdebatan.
Salah satu cara untuk membangun sebuah "ilmu tangguh" yang representatif tentu
harus melakukan pendataan dan penelitian ulang, salah satunya adalah dengan meneliti
penyesuaian antara keris penemuan (artefak) dengan situsnya (geografis); meneliti dan
mengkaji ulang catatan kuno dan memperbandingkannya satu buku dengan buku yang
lain. Saat ini pun di perpustakaan keraton masih banyak sumber yang dapat menjadi
referensi, baik buku-buku bahkan contoh keris berserta kekancingannya.
Dibawah ini diberikan ciri-ciri beberapa tangguh yang diambil dari beberapa sumber.
Untuk dapat menentukan tangguh yang bersangkutan harus belajar dari mereka yang
tahu, membaca buku keris dan juga banyak melihat keris, itu pun hasilnya terkadang
tidak memuaskan :
1. Tangguh Segaluh
Mempunyai pasikutan kaku tetapi luruh. Besinya berkesan kering, warnanya hitam
pucat kehijauan. Pamornya kelem. Panjang bilahnya bermacam-macam ada yang
2. Tangguh Jenggala
Pasikutannya (tampilan) : luwes, birawa. Ukuran panjang bilahnya agak berlebihan
dibandingkan tangguh lainnya, demikian juga lebar bilahnya, terutama di bagian sor-
soran. Luknya luwes merata. Sirah cecak pada bagian ganja bentuknya lonjong
memanjang. Ganjanya pendek tapi tinggi, wadidangnya tegak, ada-ada seperti
punggung sapi, Sogokan tanpa pamor. Besi : Padat, halus dan kehitaman Pamor :
mrambut, panjang-panjang, seperti rambut putih, Lumer pandes, tapi ada juga yang
mubyar
3. Tangguh Singosari
Pasikutannya : Kaku dan wingit. Gandiknya berukuran sedang, agak miring. Sirah
cecak pada ganja bentuknya lonjong memanjang. Ukuran Panjang bilahnya sedang,
ujungnya tak begitu runcing. Besi : abu-abu kehitaman, nyabak (bagai batu tulis).
Pamor : menancapnya pamor pada permukaan bilah lumer dan pandes, Penampilan
pamor biasanya lembut dan suram (kelem).
4. Tangguh Pajajaran
Pasikutan : Agak "Kaku" dan kasar. Bilahnya agak "panjang" dibandingkan keris
tangguh lainnya. ada kesan ramping. Gandik panjang dan terkadang miring. Sirah
cecaknya lonjong memanjang. Ganja ambatok mengkurep. Blumbangan atau pejetan
lebar, sogokan agak dalam dan pendek. Kadang luknya kemba (dangkal). Besi :
Cenderung kering, keputih-putihan
Pamor : Biasanya pamor tiban, kesan Pamor cenderung ngegajih (berlemak)
5. Tangguh Pengging
Pasikutan : sedang, ramping, garapannya rapi. Jika keris luk, luknya rengol sekali.
(Rengkol = dalam). Gulu melednya panjang. Besi : berwarna hitam dan terkesan basah.
Pamor : Bersahaja (sederhana), lumer pandes.
6. Tangguh Blambangan
Pasikutannya : demes (Rapi mengesankan, enak dipandang). Kesan besi : keputih-
putihan, padat, berkesan basah, diraba keras. Pamor : Gajih, tapi ada juga yang
merambut.
8. Tangguh Tuban
Ganja berbentuk tinggi – berbulu, sirah cecak tumpul, potongan bilah cembung dan
lebar. Kesan Besi : Kesannya kering, kadar bajanya banyak
Pamor : Menyebar, kesan gajih / berlemak
9. Tangguh Sendang
Kesan besi : Hitam, padat , dengan kesan basah. Pamor : Kurang padat seolah
mengambang
Ada lagi sebuah periode keris yang amat mudah di-tangguh, yakni tangguh Buda. Keris
Buda mudah dikenali karena bilahnya selalu pendek, lebar, tebal, dan berat. Yang sulit
membedakannya adalah antara yang asli dan yang palsu. Hanya penggemar tosan aji
Keris Buda dan tangguh kabudan, walaupun di kenal masyarakat secara luas, tidak
dimasukan dalam buku buku yang memuat soal tangguh. Mungkin, karena dapur keris
yang di anggap masuk dalam tangguh Kabudan dan hanya sedikit, hanya dua macam
bentuk, yakni jalak buda dan betok buda.