html
Meraba lengan adalah titik pertama yang disarankan dikarawa, sebelum meraba atau
mencium titi-titik lainnya. Pele lima (telapak tangan), sadang (dagu), edda’ (pangkal
leher), dan cekkong (tengkuk) adalah sejumlah titik yang dalam buku ini
direkomendasikan di-karawa dan dinyoyyo di tahap awal foreplay.
1 of 5 30/07/2013 3:12
Rahasia Ilmu Seks Ala Lontara Bugis “Assikalaibineng” - Ana Ogi™|Si... http://www.rappang.com/2009/12/rahasia-ilmu-seks-ala-lontara-bugis.html
Titik “rawan” istri dibagian ini disebutkan; buwung (ubun-ubun), dacculing (daun telinga),
lawa enning (perantara kening dia atas hidung), lalu inge (bagian depan hidung).
Di titik ini juga disebutkan, tahapan di bagian badan sebelum penetrasi langsung adalah
pangolo (buah dada) dan posi (pusar).
Dalam foreplay berupa makkarawa dan manyonyyo ini, buku menyarankan tetap tenang
dan mengatur irama naffaseng (nafas).
Karena kitab persetubuhan ini sangat dipengaruhi oleh ajaran fiqhi al’jima atau ajaran
berhubungan seks suami istri dalam syariat Islam, maka proses menahan nafas itu
direkomendasikan dengan melafalkan zikir dan menyatukan ingatan kepada Allah Taala.
Apakah melafalkan zikir itu bersuara? Tentulah tidak. Zikir dan mantra dalam bahasa
Bugis itu dilafalkan dalam hati.
Dalam komentar penulis buku ini,menyebutkan, ejakuliasi dini oleh pria banyak terjadi
karena pikiran suami terlalu fokus ke pelampiasan untuk mencapai klimaks.
Perlu diketahui, seperti ajaran agama Islam, kitab Assikalaibineng bukan seperti
buku-buku lain yang mengajarkan gaya dan teknis bersenggama dan melampiaskan nafsu
belaka.
Laiknya ibadah, inti dari ajaran Assikalibineng adalah mengelola nafsu birahi ke arah yang
lebih positif dan bermanfaat secara spiritualitas.
Bukankah seperti kata Nabi Muhammad SAW usai memenangkan Perang Badar, kepada
sahabatnya yang bersuka, diperi peringatan, bahwa Perang Badar belum ada apa-apanya.
Dan nafsu yang amat sulit ditahan oleh manusia secara pribadi adalah nafsu birahi setelah
nafsu ammarah (emosi kejiwaan).
Di bagian lanjutan tulisan ini, nantinya akan mengulas beberapa lafalan teknik menahan
nafas.
Namun, bagian lain halaman buku itu juga diberikan tips parktis untuk mengetahui apakah
seorang suami siap berhubungan seks atau tidak, maka disarankan bagi pria untuk
mengangkat tangan kirinya, lalu menghembuskan nafas dari hidung.
Jika nafas yang keluar dari lubang hidung kanan lebih kuat berhembus, maka pertanda
kejantanan yang bangkit.
Namun jika hembusan dari lubang kiri lebih kuat, maka sebaiknya sang suami menunda
lebih dulu (hal 141).
“.. dalam keyakinan kebatinan Bugis, nafas hidung yang lemah dan kuat berkaitan
langsung dengan ilmu kelaki-lakian atau kejantanan seorang pria…”. (thamzil thahir)
http://ininnawa.com/
.......................................................................................................................
Pesan singkat salah seorang pembaca Tribun di atas, hanyalah satu dari seratusan
pertanyaan dan eskpersi senada yang masuk ke redaksi, sejak tulisan ini muncul pekan
lalu.
Muhlis Hadrawi, penulis buku ini, senantiasa mengingatkan di bagian awal, tengah, dan
mengunci di akhir bab tulisannya, bahwa Assikalaibineng bukanlah ilmu pelampiasan
hasrat biologis sebagai wujud paling alamiah sebagai makhluk saja.
Ini juga sekaligus wujud penghormatan dan menjaga martabat keluarga dalam kerangka
mendekatkan diri kepada Allah (hal 123).
Pada bagian awal bab tata laku hubungan suami-istri, Muhlis mengomentari satu dari
tujuh manuskrip Assikalaibineng yang menjadi rujukan utamanya menulis buku ini.
Dikatakan ini sebagai pustaka penuntun tata cara hubungan seks untuk suami-istri sebagai
ilmu yang dipraktikkan Sayyidina Ali dan Fatimah.
Muhlis memulainya dengan kisah perbincangan tertutup Ali dan istrinya, yang juga putri
Nabi, di tahun ketiga pernikahan mereka.
Perkawinan keduanya menghadapi satu masalah sebab Ali belum mengetahui dengan
benar bagaimana tata cara menggauli Fatimah.
“Kala itu,” tulis Muhlis, “Fatimah mengeluarkan ucapan yang menyindir Ali, “Apakah
2 of 5 30/07/2013 3:12
Rahasia Ilmu Seks Ala Lontara Bugis “Assikalaibineng” - Ana Ogi™|Si... http://www.rappang.com/2009/12/rahasia-ilmu-seks-ala-lontara-bugis.html
“Fatimah pun merekomendasikan Muhammad Rasulullah, yang tak lain bapak Fatimah.
Datanglah Ali ke Nabi Muhammad dan selanjutnya terjadilah transfer pengetahuan dari
bapak mertua kepada anak menantu.”
Transfer ilmu atau proses makkanre guru seperti ini amat biasa dalam tradisi Bugis-
Makassar, khususnya keluarga yang mengamalkan ajaran tarekat-tarekat.
Kisah di atas sekaligus menjelaskan bahwa lelaku dan zikir Assikalaibineng tak terlambat
untuk dipelajari.
Memang idealnya, tata laku hubungan Assakalaibineng ini diajarkan di awal masa nikah,
namun bagi mereka yang ingin mengamalkannya hanya perlu membulatkan tekad, untuk
mengubah cara padangnya, bahwa hubungan suami-istri versi Islam yang terangkum
dalam lontara ini, berbeda dengan literatur, hasil konsultasi, atau frequent ask and
question (FAQ) soal seks yang selama ini sumber dominannya dari ilmu kedokteran Barat.
Pada sub bab Teknik Mengendalikan Emosi Seks atau Hawa Nafsu (hal 150), buku ini
menyajikan laku zikir untuk mengiringi gerakan seksual dari pihak suami.
“lelaku zikir ini menjadi penyeimbang nuansa erotis dan terkesan tidak vulgar.”
Teknik mengatur napas adalah inti dari ketahanan pihak suami.
Untuk menjaga endurance napas suami agar istrinya bisa mencapai orgasme, misalnya,
saat kalamung (zakar) bergerak masuk urapa’na (vagina) disarankan membaca lafal
(dalam hati) Subhanallah sebanyak 33 kali disertai tarikan nafas.
Bahkan bisa dibayangkan karena babang urapa’na (pintu vagina) perempuan ada empat
bagian, maka di bagian awal penetrasi, disarankan hanya memasukkan sampai bagian
kepala kalamummu lalu menariknya sebanyak 33 dengan tarikan napas dan disertai zikir,
hanya untuk menyentuh “timungeng bunga sibollo” (klitoris bagian kiri).
Mungkin bagi generasi sekarang, lafalan zikir dalam hati saat bersetubuh akan sangat lucu,
namun pelafalan Subhanallah sebanyak 33 kali dan perlahan dan diikuti tarikan napas
akan membuat daya tahan suami melebihi ekspektasi istri! (hal 80)
Penggunaan kata timungeng bunga sibollo sekaligus menunjukkan bagaimana para orang
Bugis-Makassar terdahulu mengemas ungkapan-ungkapan erotis dalam bentuk
perumpamaan yang begitu halus dan memuliakan kutawwa makkunraie (alat kelamin
perempuan), dan ungkapan kalamummu (untuk zakar). (thamzil thahir)
Manuskrip asli ini pulalah yang menjadi satu dari 44 lontara rujukan utama Muhlis
Hadrawi, penulis buku Assikalaibineng, Kitab Persetubuhan Bugis, yang diterbitkan
Penerbit Ininnawa, Makassar (2008).
Secara teknis buku ini terdiri dari 189 halaman. Sebanyak 64 halaman terdiri dari
transliterasi asli “kitab assikalaibineng” lontara ke dalam abjad melayu berikut
terjemahannya. Inilah matan asli dari kitab tassawupe allaibainengengeng yang
merupakan peninggalan leluhur Bugis-Makassar yang teleh terpengaruh dengan ajaran
Islam.
Karena buku ini merupakan disertasi untuk meraih gelar magister bidang filologi (ilmu
tentang Bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bangsa dalam bentuk manuskrip
asli) di Universitas Indonesia, maka 51 halaman di bagian awal lebih banyak
mendiskripsikan latar belakang, asal usul naskah, dan metodologi penelitian.
3 of 5 30/07/2013 3:12
Rahasia Ilmu Seks Ala Lontara Bugis “Assikalaibineng” - Ana Ogi™|Si... http://www.rappang.com/2009/12/rahasia-ilmu-seks-ala-lontara-bugis.html
Sedangkan di bagian akhir, Tata Laku Hubungan Suami Istri, isinya lebih merupakan
ringkasan, analisis, sekaligus komentar penulisnya, yang diperkaya dengan literatur
penunjang. Namun, bagi pembaca awam yang tidak lagi mengerti Bahasa-bahasa Bugis
terhadulu, justru bab akhir inilah yang membatu mendapatkan intisari dari manuskrip tua,
yang hingga awal decade 2000, masih beredar di kalangan elite terbatas, masyarakat kita.
Selain pengetahuan bersetubuh ala bugis, Kitab Persetubuhan Bugis, juga mengajarkan
sistem rotasi waktu yang baik untuk berhubungan, dan tata cara perawatan tubuh bagi
pihak suami dan istri. Tata laku dan tahapan ini semua dilakukan dalam satu rangkaian
dan satu tempat
Untuk melangsingkan tubuh dan memperhalus kulits istri misalnya, suami tak perlu
repot-repot menyisihkan uang dan mengantar pasangannya ke pusat kecantikan tubuh.
Seperti spa center, steam room Jacuzzi, atau membayar kapster salon.
Kitab ini mengajarkan manfaat penggunaan “air mani” sisa yang biasanya meleler di
bagian luar babang urapa’ (vagina) istri dan kalamummu (zakar) pihak suami dan
sejumlah mantra bugis-Arab, secara subtansial lebih merupakan niat, sekaligus ekspresi
kasih-sayang suami kepada istri pasca-berhubungan,
Kitab ini menyindir perilaku suami yang langsung tidur lelap atau langsung meninggalkan
kamar tidur, sementara istri belum mendapatkan kepuasan, biasanya akan membuat
wanita terhina. Di kitab ini. Perlakuan itu diistilahkan dengan, teretta’na narekko le’ba
mpusoni (adab setelah persetubuhan).
Kira, kira artinya bebasnya, jika air manimu sudah keluar maka bertakbirlah empat kali.
Kemudian turunkan tubuhmu dan ucamkan hamdalah dan pujian ke nabi Muhammad.
Jika engkau sudah melakuklannya, maka lakukanlah perbuatan yang menyenangkan
perasaanya. (h.76) sebagai tanda sayang. Jika usai minumlahair dengan tiga tegukan, dan
ambilah minyak gosokdan urutlah kelaminmu agar tubuhmu pulih kembali dan agar jagan
sampai kalu lelah. Janganlah kamu mengubah perbuatanmu seperti yang kamu lakukan
sebelumnya, demikianlah maka kamu akan disebut lelaki yang tidak merasa bosan dengan
istrinya,”
Sedangkan tahapn selanjutnya, usai berhubungan, ambilah air mani dari liang fajri yang
sudah bercampur dengan cairan perempuan. Letakakkanlah di telapak tangan mu, air
mani dicampur dengan air liur dari langit-langit (sumur qalqautsar) suami, sebelum
mengusap air mani tersebut ke tubuh istri, terlebih dulu membaca doa dengan lafalan
bugis, “waddu waddi, mani-manikang”. Mani riparewe, tajang mapparewe, tajang
riparewekki…” (hal.158)
Aiar mani basuhan ini bisa dipijitkan ke titik-tikik 12 rangsangan agar tidak kembeli
berkerut, atau memijit bagian panggul dengan tulang kering di ujung bawah jari
kelingking, untuk membuat tubuh istri tidak melar tapi tetap ceking.. (thamzil thahir)
Kitab peretubuhan Bugis ini tahu betul bahwa pihak suami senantiasa lebih cepat
menyelesaikan hubungan ketimbang perempuan. Menenangkan diri, sabar, konsentrasi,
dan memulai dengan kalimat taksim amat disarankan sebelum foreplay.
4 of 5 30/07/2013 3:12
Rahasia Ilmu Seks Ala Lontara Bugis “Assikalaibineng” - Ana Ogi™|Si... http://www.rappang.com/2009/12/rahasia-ilmu-seks-ala-lontara-bugis.html
Bahkan, dapat saja seorang istri tidak pernah sekalipun merasakan orgasme seteles sekian
kali, bahkan sekian lama hidup berumah tangga. “Assikalaibaineng, mengkalim bahwa ini
terjadi karena pihak suami sama sekali tak tahu atau bahkan tak mau tahu dengan lelaku
seks yang mengedepankan kualitas.”
Mengutip sebuah buku lelaku seks sesusi ajaran Islam, yang diterbitkan di Kuala Lumpur,
dalam catatan kaki di halaman 164, Muhlis mengomentari “…Hampir 99 persen lemah
syahwat (kelemahan nafsu jantan) adalah timbul dari sebab-sebab kerohanian. Emonde
Boas, seorang dokter asal Amerika bahkan pernah melakukan penelitian, dari 1400 lelaki
yang didata mengidap penyakit lemah syahwat, hanya tujuh yang lemah karena
sebab-sebab jasmani, yang lainya karena sebab rohani atau psikologis,”
Sedangkan teknik mengelola nafas dengan zikir, cara penetrasi, dan menutup hubungan
dengan pijitan ke sejumlah titik rangsangan perempuan, dan menemani istri tertidur dalam
satu selimut atau sarung merupakan bentuk akhir menjaga kualitas hubungan.
Pengetahuan praktis seperti waktu yang baik dan kurang baik untuk berhubungan badan
juga secara rinci diatur dalam kitab ini. “Tidak sepanjang satu malam menjadi masa yang
tepat untuk bersetubuh.” (hal.166)
Terdapat keterkaitan waktu bersetubuh dengan kualitas anak yang terbuahi, seperti warna
kulit anak. Untuk memperoleh anak yang berkulit putih, peretubuhan dilakukan setelah
isya. Untuk anak yang berkulit hitam, persetubuhan dilakukan tengah malam (sebelum
shalat tahajjud), anak yang warna klitnya kemwerah-memerahan dilakukan antara Isya
dan tengah malam.
Sedangkan untuk anak berkulit putih bercahaya, bersetubuhan dilakukan dengan
memperkirakan berakhirnya masa terbit fajar di pagi hari. Atau lebih tepatnya dilakukan
usai solat subuh, antara pukul 05.15 hingga pukul 06.00 jika itu waktu di Indonesia. Ini
sekaligus supaya mempermudah mandi junub.
Secara khusus kitab ini adalah menuntut pihak suami sebagai inisiator dan mengingatkan
kepada istri, agar menyesuaikan waktu tidur dengan keinginan melakukan persetubuhan.
Sebab ternyata, persoalan waktu amat berdampak secara psikologis maupun biologis,
terutama pihak istri.
Teks assikalaibineng secara spesifik menyebutkan adanya kaitan waktu tidur istri dengan
ajakan suami bersetubuh.
Soal bangun membangunkan istri yang tidur pulas, assikalaibineng juga memberikan cara
efektif. Kitab ini sepertinya tahu betul, bahwa jika usai orgasme sang istri biasanya
langsung tertidur. Untuk menuntnjukkan kasih sayang, maka usai berhubungan lelaki bisa
mengambil air, lalu mercikkan satu dua tetas ke muka istri. Setelah istri terbangun, lelaki
memberikan pijitan awal di antara kening, mata, menciumim ubun-ubun, memijit bagian
panggul lalu bercakap-cakap sejenak. Percakapan ini bagi istri akan selalu diingat dan
membuatnya. (thamzil thahir)
Share 232 Tweet 3 Like 232
.:. Widget Lagu Bugis .:. .:. Widget Lagu Bugis .:.
Lagu Bugis 4 Juta Siddi Saping Lagu Bugis Asemmpajakki'
Lagu Bugis Agana Gau'ku Lagu Bugis Addapengengnga
Lagu Bugis Alosi Ri'polo Dua Lagu Bugis Ajana Ia Mutajeng
Lagu Bugis Ana'na Pu'katte Lagu Bugis Ana Dara Nakallolo
Lagu Bugis Ajana Iya Musenge Lagu Bugis Balo Lipa
Lagu Bugis Aja Ta'passaka Lagu Bugis Botting Ale-Ale
Lagu Bugis Agana Gau'ku Lagu Bugis Buah Mancaji Dori
Lagu Bugis Ade Pangngampe Lagu Bugis Cani Paria
Lagu Bugis Aja Tapassaka Lagu Bugis Cappuni Sabbaraku
→ Lagu Bugis Lainnya... → Lagu Bugis Lainnya...
5 of 5 30/07/2013 3:12