Anda di halaman 1dari 56

Ekonomi : Kontribusi Para Ilmuwan Muslim Terhadap Perkembangan Ilmu Ekonomi

Mei 3, 2011

Ya history ya ilmiah, termasuk karya di bidang ekonomi. Bahkan seseorang dapat dianggap membelot dari ajaran Tuhan bila bertentangan dengannya, dan hukuman mati pun akan diberikan padanya. Pada abad kegelapan tersebutlah, dunia barat mengalami kemunduran di bidang keilmuan. Di sisi lain, ternyata abad kegelapan yang dialami oleh dunia barat justru berbanding terbalik dengan perkembangan keilmuan pada dunia Islam. Pada masa tersebut adalah masa keemasan umat Islam, dimana banyak para ilmuwan muslim berhasil memberikan karya-karya ilmiah yang signifikan, salah satunya dalam perkembangan dunia ilmu ekonomi. Banyak ilmuwan muslim yang menulis, meneliti, dan menghasilkan teori-teori ekonomi yang hasilnya hingga sekarang masih relevan untuk dipelajari dan diterapkan. Beberapa ilmuwan muslim yang berhasil menghasilkan karya fenomenal pada teori ekonomi diantaranya adalah Ibnu Taimiyyah, Ibnu Rushd, Ibnu Khaldun, Al Ghazali, dan masih banyak lagi. Ibnu Taimiyyah, misalnya, berhasil mengeluarkan teori yang dikenal dengan price volatility atau naik turunnya harga di pasar. Dia menyatakan bahwa : Sebab naik turunnya harga di pasar bukan hanya karena adanya ketidakadilan yang disebabkan orang atau pihak tertentu, tetapi juga karena panjang singkatnya masa produksi (khalq) suatu komoditi. Jika produksi naik dan permintaan turun, maka harga di pasar akan naik, sebaliknya jika produksi turun dan permintaan naik, maka harga di pasar akan turun. Teori ini kalau kita kaji lebih dalam adalah menyangkut hukum permintaan dan penawaran (supply and demand) di pasar, yang kini justru secara ironi diakui sebagai teori yang berasal dari dunia barat. Tokoh lainnya yang berhasil memberikan kontribusi besar adalah Ibnu Rushd (Aveorrus). Roger E. Backhouse (2002), menulis sebuah buku yang berjudul The Penguin History of Economic, yang didalamnya memuat tentang karya yang dihasilkan oleh Ibnu Rushd. Ia menghasilkan sebuah teori dengan memperkenalkan fungsi keempat dari uang yaitu sebagai alat simpanan daya beli dari konsumen, yang menekankan bahwa uang dapat digunakan kapan saja oleh konsumen

untuk membeli keperluan hidupnya. Sebelumnya, Aristoteles menyebutkan bahwa fungsi uang itu ada tiga, yaitu : sebagai alat tukar, alat untuk mengukur nilai, dan sebagai cadangan untuk konsumsi di masa depan. Ibnu Rushd juga membantah Aristoteles tentang teori nilai uang, dimana nilainya tidak boleh berubah-ubah. Ibnu Rushd menyatakan bahwa uang itu tidak boleh berubah karena dua alasan, pertama, uang berfungsi sebagai alat untuk mengukur nilai, maka sama seperti Allah SWT yang Maha Pengukur, Dia pun tak berubah-ubah, maka uang sebagai pengukur keadaannya tidak boleh berubah. Kedua, uang berfungsi sebagai cadangan untuk konsumsi masa depan, maka perubahan padanya sangatlah tidak adil. Dari kedua alasan tersebut, maka sesungguhnya nilai nominal uang itu harus sama dengan nilai intrinsiknya. Ahli lainnya adalah Ibnu Khaldun yang menghasilkan teori pengembangan dan pembangunan sosial dan ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan. Umer Chapra (2000), menyatakan bahwa Ibnu Khaldun berhasil memberikan pencerahan pada dunia ekonomi, dimana peran negara sangatlah penting dalam pembangunan sosial. Ibnu Khaldun menekankan bahwa syariah tidak akan tegak jika tidak melalui peran negara atau penguasa, negara tidak akan berjalan baik tanpa adanya implementasi hukum syariah. Negara atau pemerintahan tidak akan berjalan baik tanpa adanya orang (khalifah). Keberlangsungan orang tidak akan berjalan tanpa adanya kapital/harta (al maal). Harta didapatkan dari pembangunan yang signifikan (imarat), dan pembangunan tidak akan berjalan tanpa adanya keadilan, dan keadilan adalah salah satu kriteria manusia dihisab oleh Allah SWT. Maka, menurut Ibnu Khaldun penerapan syariah pada negara tidak akan tegak tanpa didasari oleh keadilan di bidang sosial dan ekonomi. Tokoh selanjutnya adalah Al Ghazali yang menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu terdiri dari tiga, kebutuhan primer (darruriyyah), sekunder (hajiat), dan kebutuhan mewah (takhsiniyyat). Teori hirarki kebutuhan ini kemudian diambil oleh William Nassau Senior yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan dasar (necessity), sekunder (decency), dan kebutuhan tertier (luxury). Al Ghazali juga menyatakan tentang tujuan utama dari penerepan syariah adalah masalah religi atau agama, kehidupan, pemikiran, keturunan, dan harta kekayaan yang bersangkutan dengan masalah ekonomi. Masih banyak karya-karya lainnya yang dihasilkan oleh para ilmuwan muslim terhadap perkembangan ilmu ekonomi. Hal yang menyedihkan justru teori-teori mereka diklaim berasal dari barat, padahal kalau kita kaji teori ekonomi yang signifikan pada dunia barat, pertama kali dihasilkan oleh seorang profesor dari University of Glasgow yang bernama Adam Smith pada bukunya An Inquiry Into The Nature and Cause Of The Wealth of Nations. Buku tersebut dihasilkan pada abad ke-18, yang bahkan isinya banyak terdapat kemiripan dengan buku Muqaddimah karya Ibn Khaldun yang dihasilkan beberapa abad sebelumnya. Kontribusi besar para ilmuwan ekonomi Islam inilah yang harus kita jadikan acuan untuk terus belajar dan menghasilkan karya-karya signifikan, baik dalam bidang ilmu ekonomi, maupun ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan keahlian kita masing-masing. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan kita orang yang haus akan ilmu dan menjadikan kita semua semakin dekat dan taqarrub kepada-Nya. Amin. Wallahu alamu bi-ashowab. *** (Sumber : Muhammad Imaduddin, Mahasiswa S2 Islamic Banking, Finance, and Management di Markfield Institute of

Higher Education (MIHE), Markfield, Leicestershire, Inggris. Ref. http://ekisopini.blogspot.com/2010/01/kontribusi-para-ilmuwan-muslim-terhadap.html). 2 Komentar | Ekonomi Islam | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Visi : Cara Islam Mengatasi Kemiskinan


April 21, 2011

Isu kemiskinan dan pengangguran kembali mencuat dan mendapat perhatian banyak pihak pasca pidato kontroversial Presiden SBY pada 16 Agustus 2006 lalu di depan DPR. Terlepas dari perdebatan yang terjadi tentang kesahihan data kemiskinan, momentum ini sebenarnya lebih penting digunakan untuk mendorong kembali wacana strategi pengentasan kemiskinan yang tepat untuk Indonesia. Pemerintahan SBY-JK ketika dilantik pada 2004 mengusung strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk pemulihan ekonomi yaitu pengentasan kemiskinan (pro-poor), percepatan pertumbuhan ekonomi (progrowth), dan perluasan kesempatan kerja (pro-employment). Data kemiskinan terbaru yang dirilis BPS pekan lalu, memastikan bahwa strategi tiga jalur dari pemerintahan SBY-JK terbukti gagal. Per Maret 2006, angka kemiskinan adalah 17,75% atau meningkat dari 16,66% di tahun 2004. Dibutuhkan strategi baru untuk kemiskinan, yang lebih komprehensif, menyentuh akar permasalahan, dan tidak hanya retorika belaka. Akar Kemiskinan Islam memandang bahwa kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan diciptakannya (QS 30:40; QS 11:6) dan pada saat yang sama Islam telah menutup peluang bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi setiap individu (QS 67:15). Setiap makhluk memiliki rizki-nya masing-masing (QS 29:60) dan mereka tidak akan kelaparan (QS 20: 118-119). Dalam perspektif Islam, kemiskinan timbul karena berbagai sebab struktural.

Pertama, kemiskinan timbul karena kejahatan manusia terhadap alam (QS 30:41) sehingga manusia itu sendiri yang kemudian merasakan dampak-nya (QS 42:30). Kedua, kemiskinan timbul karena ketidakpedulian dan kebakhilan kelompok kaya (QS 3: 180, QS 70:18) sehingga si miskin tidak mampu keluar dari lingkaran kemiskinan. Ketiga, kemiskinan timbul karena sebagian manusia bersikap dzalim, eksploitatif, dan menindas kepada sebagian manusia yang lain, seperti memakan harta orang lain dengan jalan yang batil (QS 9:34), memakan harta anak yatim (QS 4: 2, 6, 10), dan memakan harta riba (QS 2:275). Keempat, kemiskinan timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi, dan ekonomi di satu tangan. Hal ini tergambar dalam kisah Firaun, Haman, dan Qarun yang bersekutu dalam menindas rakyat Mesir di masa hidup Nabi Musa (QS 28:1-88). Kelima, kemiskinan timbul karena gejolak eksternal seperti bencana alam atau peperangan sehingga negeri yang semula kaya berubah menjadi miskin. Bencana alam yang memiskinkan ini seperti yang menimpa kaum Saba (QS 34: 14-15) atau peperangan yang menciptakan para pengungsi miskin yang terusir dari negeri-nya (QS 59:8-9). Dengan memahami akar masalah, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami fenomena kemiskinan yang semakin meraja di sekeliling kita. Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah perilaku eksploitatif akibat penerapan bunga sehingga kita setiap tahunnya harus menghabiskan sebagian besar anggaran negara untuk membayar bunga utang dan sektor riil harus collapse tercekik bunga tinggi perbankan?. Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah birokrasi yang korup dan pemusatan kekuasaan di tangan kekuatan politik dan pemilik modal sehingga tidak jelas lagi mana kepentingan publik dan mana kepentingan pribadi?. Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah buah dari kejahatan kita terhadap lingkungan yang kita rusak sedemikian masif dan ekstensif?. Strategi Pengentasan Kemiskinan Islam memiliki berbagai prinsip-prinsip terkait kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan kerja. Pertama, Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor growth). Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Pada saat yang sama, Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzaraah, dan musaqat. Dengan demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan. Kedua, Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang memihak kepada kepentingan rakyat banyak (pro-poor budgeting). Dalam sejarah Islam, terdapat tiga prinsip utama dalam mencapai pro-poor budgeting yaitu: disiplin fiskal yang ketat, tata kelola pemerintahan yang baik, dan penggunaan anggaran negara sepenuhnya untuk kepentingan publik. Tidak pernah terjadi defisit

anggaran dalam pemerintahan Islam walau tekanan pengeluaran sangat tinggi, kecuali sekali pada masa pemerintahan Nabi Muhammad karena perang. Yang lebih banyak didorong adalah efisiensi dan penghematan anggaran melalui good governance. Di dalam Islam, anggaran negara adalah harta publik sehingga anggaran menjadi sangat responsif terhadap kepentingan orang miskin, seperti menyediakan makanan, membayar biaya penguburan dan utang, memberi pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial, dan beasiswa bagi yang belajar agama. Ketiga, Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor infrastructure). Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memiliki dampak eksternalitas positif dalam rangka meningkatkan kapasitas dan efisiensi perekonomian. Nabi Muhammad SAW membagikan tanah di Madinah kepada masyarakat untuk membangun perumahan, mendirikan pemandian umum d sudut kota, membangun pasar, memperluas jaringan jalan, dan memperhatikan jasa pos. Khalifah Umar bin Khattab membangun kota Kufah dan Basrah dengan memberi perhatian besar pada infrastruktur dan tata ruang kota. Beliau juga memerintahkan Gubernur Mesir, Amr bin Ash, untuk mempergunakan sepertiga penerimaan Mesir untuk pembangunan jembatan, kanal, dan jaringan air bersih. Keempat, Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada masyarakat luas (pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan publik yang mendapat perhatian Islam secara serius: birokrasi, pendidikan, dan kesehatan. Di dalam Islam, birokrasi adalah amanah untuk melayani publik, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Khalifah Usman tidak mengambil gaji dari kantor-nya. Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan memecat pejabat-pejabat pubik yang korup. Selain itu, Islam juga mendorong pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sumber produktivitas untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Nabi Muhammad SAW meminta tebusan bagi tawanan perang dengan mengajarkan baca tulis kepada masyarakat. Nabi Muhammad juga menyuruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan memerintahkan agar orang sakit dikarantina hingga sembuh untuk mencegah penyebaran penyakit. Kelima, Islam mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak rakyat miskin (pro-poor income distribution). Terdapat tiga instrument utama dalam Islam terkait distribusi pendapatan yaitu aturan kepemilikan tanah, penerapan zakat, serta menganjurkan qardul hasan, infak, dan wakaf. Islam mengatur bagi setiap orang yang menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi milik-nya. Dan bagi siapa saja yang menelantarkan tanahnya, maka negara berhak mengambilnya untuk kemudian memberikan kepada orang lain yang siap mengolah-nya. Dengan penerapan zakat, maka tidak akan ada konsentrasi harta pada sekelompok masyarakat. Zakat juga memastikan bahwa setiap orang akan mendapat jaminan hidup minimum sehingga memiliki peluang untuk keluar dari kemiskinan. Lebih jauh lagi, untuk memastikan bahwa harta tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja, Islam juga sangat mendorong orang kaya untuk memberikan qard, infak, dan wakaf.

Demikianlah Islam mendorong pengentasan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, fokus pada pengembangan sektor riil, dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. *** (Penulis : Yusuf Wibisono, Dosen UI ; Republika Online). Tinggalkan sebuah Komentar | Ditulis oleh iqbal1 Ekonomi Islam | Permalink

Wacana : Agama dan Ekonomi


April 21, 2011

Arus sekularisme yang demikian deras meluluhlantakkan peran agama pada semua bidang publik. Domain agama didesak ke sudut, yaitu sebatas proses pengurusan lahir, nikah, dan mati. Bahkan kecenderungannya justru hanya mengurus mati saja. Karena kelahiran sudah diwakili kantor catatan sipil dan pernikahan sudah wewenang pencatatan sipil dan lembaga pengadilan. Memang inilah yang diharapkan oleh ide sekularisme supaya ia bebas dan ini merupakan pesan sponsor dari pendukung sistem ekonomi kapitalis yang karena kekuasaannya merambah juga ke bidang politik dan sosial. Oleh karena gelombang sekularisme itu maka wilayah ekonomi yang menjadi domain kapitalisme mencoba meniadakan atau mensterilkan agama dalam setiap bidang ekonomi terutama dalam berbagai kebijakan dan aturan ekonomi. Ideologi agama tidak boleh mewarnai praktek ekonomi. Ini harapan kapitalisme. Apa memang kenyataannya demikian? Di Barat sendiri belakang ini memang diakui kajian tentang hubungan agama dan ekonomi sangat sedikit kalau tidak bisa dibilang hampir tidak ada. Namun bukan tidak ada. Mari kita simak beberapa studi berikut ini. Adam Smith dalam buku pertamanya sebenarnya menganggap unsur agama punya peran dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini agama dia sebut dengan istilah moral suasion. Ia menyatakan bahwa aspek moral harus mewarnai dan berperan dalam ekonomi. Namun berikutnya dalam bukunya yang kedua yang lebih terkenal The Wealth of Nation aspek agama akhirnya hilang namun masih tetap ada fungsi yang hilang itu yang diganti dengan nama

invisible hand. Sebagaimana kita ketahui pada akhirnya dalam teori, model, dan kebijakan ekonomi, keuangan perbankan, peran dan nilai agama sama sekali dihilangkan. Chester I Barnard (1938) pernah mengemukakan tentang tanggung jawab moral dari seorang eksekutif dalam memimpin perusahaan. Kemudian Max Weber (1958) menulis buku yang membahas tentang pengaruh positif etika protestan terhadap spirit kapitalisme dalam bukunya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Gerald Bell (1967) kemudian membandingkan kesuksesan di bidang kekayaan dan kekuasaan antara Protestan dengan Katolik. Dia menyimpulkan pemeluk Protestan lebih berhasil dalam meraih kekayaan dan kekuasaan dibanding dengan Katolik. Gerhard Lenski (1967) menemukan hal yang sama artinya agama mempengaruhi mobilitas dan kesuksesan seseorang. Lipset, Bendix dan Weller menemukan hubungan signifikan antara agama dengan sikap dan prilaku ekonomi seseorang. Gordon Woodbine dan Tungsten Chou (2003) melihat hubungan antara afiliasi agama dengan persepsi mahasiswa terhadap etika konsumen. Mereka menyimpulkan pemeluk Islam lebih memiliki komitmen terhadap etika dibandingkan dengan pemeluk Buddha dan Kristen. Pemeluk Buddha lebih komit terhdap etika dibandingkan Kristen. Memang Emile Durkheim (1933) menyatakan bahwa semakin sejahtera ekonomi suatu bangsa semakin berkurang peranan agama. Namun dari sisi lain sejalan dengan perkembangan masyarakat, Naisbitt (1996) meramalkan adanya kebangkitan spirit agama dimasa yang akan datang. Syahdan, dengan semakin kelihatannya kebobrokan kapitalisme dan munculnya berbagai sistem alternatif baik dalam lingkup kapitalisme yang dinilai memiliki nuansa yang lebih humanis maupun yang berasal dari luarnya seperti pemikiran radikalis (sosialis, komunis) dan Islam yang lebih adem menyebabkan perhatian kepada agama ini semakin meningkat. Ini bukan saja di kalangan Islam tapi juga di kalangan Katolik, Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu dan lain lain. Pemeluk agama ini juga mencoba merumuskan posisi mereka dalam bidang ekonomi. Kasus skandal Enron misalnya menimbulkan munculnya UU pertanggungjawaban perusahaan yang semakin ketat dan bernuansa etika yang semakin kental dan menonjol. Bahkan akhir-akhir ini penghargaan kepada mereka yang mencoba mengaitkan agama dengan ilmu sekuler semakin dihargai. Misalnya Charles Tawney (89), Profesor di Universitas Berkeley California, pemenang Nobel Prize bidang Fisika (Quantum electronics) tahun 1964 memperoleh penghargaan pada April 2005 atas upayanya memasukkan aspek spritual dalam karya karyanya. Ia menyatakan bahwa agama dan sains sejalan. Beliau selalu menjembatani agama dan ilmu pengetahuan. Tawney akan menerima hadiah Templeton Prize sebesar US$ 1.5 juta. Beberapa pendapat Tamney antara lain: Jika kita lihat apa sih agama itu?, Agama mencoba memahami tujuan dan arti dari alam kita ini. Ilmu pengetahuan mencoba memahami fungsi dan strukturnya. Jika ada pengertian, struktur pasti banyak kaitannya dengan arti, dalam jangka panjang keduanya pasti akan sejalan. Sangat tidak mungkin jika dikatakan bahwa hukum fisika yang mengatur kehidupan di dunia ini hanya kebetulan. Tapi memang tidak mungkin diuji secara metodologis yang ada saat ini. Sewaktu dia mengajar di Columbia University dia memberikan kuliah dengan topik The

Convergence Science and Religion. Dia menyatakan bahwa sains dan agama mestinya akan menemukan dasar yang sama. Perbedaannya sebenarnya kabur atau superfisial bahkan jika kita lihat sifat realnya sama. Temuan temuan di bidang astronomi telah membuka mata manusia kepada agama. Fakta bahwa alam ini ada awalnya merupakan hal yang menakjubkan, mana mungkin kejadian itu ada tanpa Tuhan?. The Templeton Prize dimaksudkan untuk Progress Toward Research or Discovery about Spriritual Realities dan mulai dirikan tahun 1972 oleh Sir John Templeton. Pemenang sebelumnya adalah Mother Teresa, Billy Graham, Holmes Rolston III, dan John C Polkinghorne. Islam sejak awal tidak pernah memisahkan aspek agama dan non-agama termasuk dengan kegiatan ekonomi. Oleh karena itulah maka Islam selalu menjadi target sasaran tembak kapitalisme dan antek-anteknya yang ingin mempertahankan hegemoninya di bumi Allah. Islam selalu menempatkan Tuhan sebagai penguasa dan sumber kebenaran yang dianggap lebih baik daripada teori dan nilai rumusan manusia yang merupakan ciptaan Tuhan dengan segala keterbatasannya. Tidak terkecuali dibidang ekonomi. Konsep Samawi, konsep celestial lah yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan konsep lain yang memiliki berbagai keterbatasan dasar dan telah terbukti dirasakan oleh ummat manusia, di mana sistem kapitalisme sudah hampir membawa ummat manusia kejurang kehancuran, peperangan dan konflik sosial akibat ketidakadilan dan pengrusakan alam yang dahsyat. *** (Penulis : Sofyan S Harahap (Ketua II MES), Republika Online)

Ihwal : Membaca Sholawat


Oktober 7, 2011

(Tafsir Singkat Surat Al-Ahzab 56) :

Manahu wallohu alam : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. 33 : 56) Sesungguhnya Allah Taala telah bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Para malaikat telah bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Maka dengan begini Allah SWT telah mencontohkan dan menganjurkan kepada seluruh umat Islam supaya bersholawat pula kepada Nabi Muhammad SAW, dan supaya mengucapkan salam dengan penuh penghormatan kepadanya. Lafad sholawat adalah bentuk jamak dari sholat, artinya dua-dua kepada Allah SWT. Dalam Hasyiyah Tashilul Masalik lil alfiyah Ibnu Maalik disebutkan, yang dimaksud sholawat menurut

Imam Abi Hisyam, gurunya Imam Sibaweh adalah Al-Lathief, artinya limpahan kelembutan kasih-sayang (kanyaah). Adapun menurut Imam Abu Qotho, adalah bagaimana hubungannya ; 1. Jika keluar dari Alloh SWT disebutnya rahmat, 2. Jika keluar dari Malaikat disebutnya istighfar, 3. Jika keluar dari Bani Adam disebutnya dua. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sayidina Kaab bin Ujrah yang bertanya : Wahai Rasulullah, adapun pemberian salam kepadamu kami telah mengetahuinya. Bagaimana kami harus membaca sholawat ?. Nabi menjawab, ucapkanlah :

, . ,

Selanjutnya penting menyampaikan sholawat ini kepada keluarganya Nabi SAW, supaya terhindar dari rahmat yang terputus. Sebagaimana yang disampaikan Nabi SAW kepada Sayidina Umar Ibnu Khottob ; Takutlah kalian dari sholawat bathor, yaitu membaca sholawat kepada Nabi SAW saja, tanpa membaca untuk keluarganya. Adapun keluarga Kangjeng Nabi Muhammad SAW keseluruhannya ada 3 ; 1. Kullu muslimin wa muslimatin wa lao ashiyan (fie maqoomid dua), yaitu setiap muslimin dan muslimat meskipun ahli maksiyat. 2. Mumin Bani Hasyim wa Bani Mutholib (fie maqoomiz-zakat), yaitu mukminin dari keluarga besar Hasyim dan keluarga besar Abdul Mutholib. 3. Kullu taqiyyin (fie maqoomil mad-hi), yaitu setiap orang2 yang bertaqwa. Membaca sholawat hendaknya disertai dengan didasari niat rasa cinta, hormat dan memuliakan kepada beliau. Apabila seseorang membaca sholawat kepada Nabi SAW tidak disertai dengan niat dan rasa hormat, maka timbangannya tidak lebih berat ketimbang selembar sayap. Maka bacalah dengan penuh penghormatan. Ummul mukminin Siti Aisyah RA berkata : Barangsiapa cinta kepada Allah Taala, maka dia banyak menyebutnya dan buahnya ialah Allah SWT akan mengingat dia, juga memberi rahmat dan ampunan kepadanya, serta memasukannya ke dalam surga bersama para Nabi dan para wali. Dan Allah memberi kehormatan pula kepadanya dengan melihat keindahan-Nya. Dan barang siapa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, maka hendaklah ia banyak membaca sholawat untuk Nabi Muhammad SAW, dan buahnya ialah ia akan mendapat syafaat dan akan bersama beliau di surga . Kebutuhan mendapat syafaat agar mendapat keselamatan di dunia serta akhirat adalah keniscayaan. Siapa lagi yang diberi hak memberi syafaat agung oleh Alloh SWT kalau bukan

yang paling diagungkan oleh Alloh SWT, yaitu junjunan kita Kangjeng Nabi Muhammad SAW dengan syafaat udhmanya. Semakin banyak2 membaca sholawat, maka semakin banyaklah limpahannya. Allohumma shollie wa sallim wa baarik alaih. Shollallohu alaih. Istajieb duana. *** (Iqbal1). 3 Komentar | Ahlak, Wasilah | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Analog : Syafaat Sandal


Oktober 4, 2011

Kita semua mengharapkan syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam. Bagaimana mekanisme syafaat itu sendiri?. Kalutnya lautan manusia di hari pemakaman Gus Dur membuat Gus Mus tak sempat mengurus sandalnya sendiri seusai menyalati janazah di masjid. Bersama keluarga Gus Dur, Gus Mus harus langsung menyertai janazah masuk ke area upacara pemakaman, sementara sandalnya tercecer berikut menantunya yang memungut tanggung jawab atas sandal itu. Menjelang upacara pemakaman dimulai, Rizal, si menantu, kemecer untuk mengikutinya. Tapi pasti sudah nggak boleh masuk ni, keluhnya. Lha kamu kan bawa sandalnya Gus Mus! Kiyai Muadz Thohir mengingatkan. Terus? Tunjukkan saja sama yang jaga pintu. Rizal mengikuti saran Kyai Muadz, dan penjaga pun membiarkannya masuk. Itulah syafaatnya sandal. Sholluu alan Nabiy..! {Yahya C Staquf}. 1 Komentar | Wasilah, Z - Humor | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Fasal tentang Wasilah dan Tawasul (3) : Tawassul dengan para Sahabat dan Shalihin
Agustus 9, 2010

Tawassul dengan para Sahabat dan Shalihin Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab Wadaais-shahib hadits no.3, Rasulullah SAW bertawassul supaya Umar jangan lupa untuk menyertakan Rasulullah dalam segala doanya di Mekkah ketika umrah :

Dari shahabat Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: saya minta idzin kepada Nabi SAW untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengidzinkan saya dan Rasulullah SAW bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam doamu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lelah senang dari pada pendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW bersabda: sertakanlah kami dalam doamu. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi) Dan masih banyak lagi dalil-dalil tawassul, namun kiranya cukup apa yang telah disebutkan di atas. Dalam hadits di atas Rasulullah meminta kepada sayyidina Umar untuk menyertakan Rasulullah dalam doanya sayyidina Umar selama di Makkah, padahal kalau Rasulullah berdoa sendiri tentu lebih diterima, tetapi beliau masih meminta doa kepada sayyidinda Umar. Sandaran lain untuk tawassul jenis ini seperti dalam kitab Sahhihul Bukhari jilid I, bahwa Sayyidina Umar Ibnul Khattab bertawassul dengan Rasulullah dan Sahabat Abbas ketika musim paceklik, sebagaimana disebutkan berikut ini :

: :,

Dari sahabat Anas; bahwasannya Umar Ibnul Khattab r.a. apabila dalam keadaan paceklik (kekeringan) ia memohon hujan dengan wasilah Sahabat Abbas Ibn Abdil Muthalib, maka berdoa sayyidina Umar : Yaa Allah sesungguhnya kami bertawassul kepada Engkau dengan wasilah paman Nabi kami (Sahabat Abbas) maka berilah kami hujan, berkata Sayyidina Umar kemudian diturunkan hujan. (HR Bukhari) Bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para nabi, rasul dan shalihin, bukan berarti meminta kepada mereka, tetapi memohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar permohonan doa diterima Allah SWT. Sebab, seluruhnya juga adalah haq Allah, seperti disebutkan berikut ini:

Tiada ada yang mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya.

Katakanlah Dia Allah yang Maha Esa dan Allah tempat meminta. Dalam kitab Al-Kabir wal Awsath Al-Imam Thabrani meriwayatkan sejarah Fathimah binti Asad Ibu Sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika wafat, Rasulullah SAW yang menggali kuburan dan membuang tanahnya dengan tangan beliau. Maka tatkala selesai, Rasulullah masuk ke kubur tadi dan berbaring sambil berdoa :

Allah yang menghidupkan dan yang mematikan dan Dia yang hidup tidak mati; Ampunilah! Untuk Ibu saya Fathimah binti Asad dan ajarkanlah kepadanya hujjah (jawaban ketika ditanya malaikat) kepadanya dan luaskan kuburnya dengan wasilah kebenaran Nabimu dan kebenaran para Anbiya sebelum saya, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Rasulullah takbir empat kali dan mereka memasukkan ke dalam kubur ia (Rasulullah), Sahabat Abbas Abu Bakar AsShaddiq r.a. (HR Thabrani). Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari shahabat Anas. Lalu, diriwayatkan pula Ibnu Abi Syaibah dari shahabat Jabir, dan diriwayatkan pula Ibnu Abdul Barr dari shahbat Ibnu Abbas. Dengan demikian, bertawassul dengan berdoa dan mempergunakan wasilah, baik dengan iman, amal shaleh dan dengan orang-orang yang dekat kepada Allah SWT jelas tidak disalahkan oleh agama bahkan dibenarkan. Lalu, bertawassul bukan berarti meminta kepada yang dijadikan wasilah, tetapi memohon agar yang dijadikan wasilah memberikan keberkahan untuk diterima doa para pemohonnya. Selanjutnya, bertawassul dengan wasilah yang disenangi Allah, atau berdoa dengan menyebut sesuatu yang disenangi Allah, tentu Allah akan menyenangi kita, dan meridloinya. Maka apa yang disenangi Allah, seyogyanya disebut dalam doan. ** (KH A Nuril Huda ; Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama LDNU) Tinggalkan sebuah Komentar | Ditulis oleh iqbal1 Wasilah | Permalink

Fasal tentang Tawasul (2): Tawassul Apakah Bukan Termasuk Syirik?


Agustus 9, 2010

Tawassul Apakah Bukan Termasuk Syirik ? Seorang pembaca NU Online menanyakan fasal tentang tawassul atau mendoakan melalui perantara orang yang sudah meninggal. Apakah bertawasul/berdoa dengan perantaraan orang yang sudah mati hukumnya haram atau termasuk syirik karena sudah meminta kepada yang mati (lewat perantaraan)? Saya gelisah, karena amalan ini banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Apalagi dilakukan sebelum bulan Ramadhan dengan mengunjungi makam-makam wali dan lain-lain sehingga untuk mendoakan orang tua kita yang sudah meninggal pun seakan terlupakan, katanya. Perlu kami jelaskan kembali bahwa tawassul secara bahasa artinya perantara dan mendekatkan diri. Disebutkan dalam firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, (Al-Maidah:35). Pengertian tawassul sebagaimana yang dipahami oleh umat muslim selama ini bahwa tawassul adalah berdoa kepada Allah SWT melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah SWT. Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah SWT. Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdoa agar dikabulkan oleh Allah SWT, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan didahului bacaan alhamdulillah dan shalawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar doa yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah SWT . Dengan demikian, tawasul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan Para ulama sepakat memperbolehkan tawassul kepada Allah SWT dengan perantaraan amal sholeh, sebagaimana orang melaksanakan sholat, puasa dan membaca Al-Quran. Seperti hadis yang sangat populer diriwayatkan dalam hadits sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua, yang pertama bertawassul kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya; yang kedua bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjahui perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya; dan yang ketiga bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga.

Adapun yang menjadi perbedaan di kalangan ulama adalah bagaimana hukumnya bertawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap sholeh dan mempunyai martabat dan derajat tinggi di mata Allah SWT. Sebagaimana ketika seseorang mengatakan: Ya Allah SWT aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad SAW atau Abu Bakar atau Umar dll. Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh. Akan tetapi kalau dikaji secara lebih detail dan mendalam, perbedaan tersebut hanyalah sebatas perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena pada dasarnya tawassul kepada dzat (entitas seseorang), adalah tawassul pada amal perbuatannya, sehingga masuk dalam kategori tawassul yang diperbolehkan oleh ulama. Pendapat ini berargumen dengan prilaku (atsar) sahabat Nabi SAW:

731:: 1

Dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Umar berkata: Ya Allah, kami telah bertawassul dengan Nabi kami SAW dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman Nabi kita SAW, maka turunkanlah hujan... maka hujanpun turun. (HR. Bukhori) Imam Syaukani mengatakan bahwa tawassul kepada Nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain (orang shaleh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma para sahabat. Ketahuilah bahwa tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati atau yang hidup, tetapi berperantara kepada keshalihan seseorang, atau kedekatan derajatnya kepada Allah SWT, sesekali bukanlah manfaat dari manusia, tetapi dari Allah SWT yang telah memilih orang tersebut hingga ia menjadi hamba yang shalih, hidup atau mati tak membedakan atau membatasi kekuasaan Allah SWT, karena ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah SWT tetap abadi walau mereka telah wafat. Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah SWT menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintai-Nya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut. Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah SWT bisa memberi manfaat dan madlarat kepadanya. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlarat, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlarat sesungguhnya hanyalah Allah SWT semata. Jadi kami tegaskan kembali bahwa sejatinya tawassul adalah berdoa kepada Allah SWT melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah SWT. Tawassul hanyalah merupakan pintu dan perantara dalam berdoa untuk menuju Allah SWT. Maka tawassul bukanlah termasuk syirik karena orang yang bertawasul meyakini bahwa hanya Allah-lah yang akan mengabulkan semua doa. Wallahu alam bi al-shawab. (Oleh : H M. Cholil Nafis, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU)

2 Komentar | Wasilah | Ditulis oleh iqbal1

Permalink

Fasal tentang Wasilah dan Tawasul (1)


Agustus 9, 2010

Mengapa Bertawassul ? Wasilah (= perantara) artinya sesuatu yang menjadikan kita dekat kepada Allah SWT. Adapun tawassul sendiri berarti mendekatkan diri kepada Allah atau berdoa kepada Allah dengan mempergunakan wasilah, atau mendekatkan diri dengan bantuan perantara. Pernyataan demikan dapat dilihat dalam surat Al-Maidah ayat 35, Allah berfirman :

Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah, dan carilah jalan (wasilah/perantara). Ada beberapa macam wasilah. Orang-orang yang dekat dengan Allah bisa menjadi wasilah agar manusia juga semakin dekat kepada Allah SWT. Ibadah dan amal kebajikan juga dapat dijadikan wasilah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amar maruf dan nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) juga termasuk wasilah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengenai tawassul dengan sesama manusia, tidak ada larangan dalam ayat Al-Quran dan Hadits mengenai tawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah para Nabi, para Rasul, sahabat-sahabat Rasulullah SAW, para tabiin, para shuhada dan para ulama shalihin. Karena itu, berdoa dengan memakai wasilah orang-orang yang dekat dengan Allah di atas tidak disalahkan, artinya telah disepakati kebolehannya. Bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah, senyatanya tetap memohon kepada Allah SWT karena Allah-lah tempat meminta dan harus diyakini bahwa sesungguhnya :

Tidak ada yang bisa mencegah terhadap apa yang Engkau (Allah) berikan, dan tidak ada yang bisa memberi sesuatu apabila Engkau (Allah) mencegahnya. Secara psikologis tawassul sangat membantu manusia dalam berdoa. Katakanlah bertawassul sama dengan meminta orang-orang yang dekat kepada Allah SWT itu agar mereka ikut memohon kepada Allah SWT atas apa yang kita minta. Tidak ada unsur-unsur syirik dalam bertawassul, karena pada saat bertawassul dengan orangorang yang dekat kepada Allah SWT seperti para Nabi, para Rasul dan para shalihin, pada hakekatnya kita tidak bertawassul dengan dzat mereka, tetapi bertawassul dengan amal perbuatan mereka yang shaleh. Karenanya, tidak mungkin kita bertawassul dengan orang-orang yang ahli masiat, pendosa yang menjauhkan diri dari Allah, dan juga tidak bertawassul dengan pohon, batu, gunung dan lainlain. (Oleh : A Nuril Huda, Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama LDNU).

Catatan : Peristiwa sebelum dan selama Isra


Juli 15, 2010

Peristiwa sebelum dan selama Isra


Pada waktu Nabi Muhammad saw. berbaring di antara dua orang yaitu paman beliau Hamzah dan sepupu beliau Jafar bin Abi Thalib di Hijir Ismail dekat Kabah, tiba-tiba datang kepada beliau malaikat Jibril dan Mikail beserta seorang malaikat lain, kemudian ketiga malaikat tersebut membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur Zamzam, lalu mereka menelentangkan beliau. Di antara ketiga malaikat tersebut, yang mengurusi beliau adalah Jibril. Menurut satu riwayat: Atap rumah saya tersingkap, kemudian malaikat Jibril turun. Kemudian Jibril membelah badan beliau mulai dari tenggorokan beliau sampai ke bawah perut beliau. Lalu Jibril berkata kepada Mikail: Bawakan kepadaku satu baskom air zamzam agar aku dapat membersihkan hati beliau. Jibril mengoperasi dada beliau, kemudian mengeluarkan hati beliau dan membasuhnya tiga kali serta mencabut apa yang menjadi bagian dari syetan dari hati beliau; dan Mikail tiga kali membawakan baskom berisi air zamzam kepada Jibril. Kemudian didatangkan sebuah baskom emas yang penuh dengan hikmah dan keimanan dan ditu-angkan habis ke dada Nabi saw; dan dada beliau dipenuhi dengan kesabaran, ilmu, keyakinan dan keislaman; kemudian ditutup kembali dan di antara kedua belikat beliau distempel dengan stempel kenabian.
Kesimpulan

Sebelum beliau berangkat melakukan isra dan miraj, dada Nabi saw. dioperasi untuk dikeluarkan sarang syetan dari hati beliau, kemudian hati beliau diinjeksi dengan hikmah (kebijakan), keimanan, kesabaran, ilmu, keyakinan dan keislaman (penyerahan diri).

Hikmah yang terkandung dalam kisah di atas, ialah bahwa sebelum kita memulai pekerjaan untuk mencapai tujuan yang hendak kita capai, maka dada kita harus kita operasi dan kita buang sarang syetan dari hati kita dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dengan meyakini makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian kita isi hati kita dengan kebijaksanaan, keimanan, kesabaran, ilmu, keyakinan dan penye-rahan diri pada ketentuan dari Allah swt. Kemudian didatangkan seekor buraq yang telah diberi pelana dan kendali. Buraq itu adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari kimar dan lebih kecil dari keledai. Buraq ini dapat meloncat sejauh batas pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak. Jika menaiki gunung kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang kedua kaki depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang dapat membantu dan memperkuat kecepatannya, sehingga menyulitkan Nabi saw. untuk menaikinya. Kemudian Jibril meletakkan tangannya pada surainya seraya berkata: Adakah engkau tidak malu wahai buraq?; demi Allah, tidak ada seorang makhlukpun yang menaikimu yang lebih mulia menurut Allah dari pada beliau, maka malulah si buraq, lalu berbaring dan tenang sehingga Nabi saw dapat menaikinya. Nabi-nabi sebelumnya juga pernah menaiki buraq. Said bin Musayyab dan lainnya berkata bahwa buraq ini adalah kendaraan Nabi Ibrahim yang beliau naiki dari negerinya menuju Baitul Haram. Kemudian Jibril berangkat dengan Nabi saw. Jibril berada di sebelah kanan Nabi saw., sedangkan Mikail di sebelah kiri beliau. Menurut Ibnu Saad, malaikat Jibril memegangi tempat duduknya, sedang Mikail memegangi kendali.
Kesimpulan

Kendaraan yang dipergunakan oleh Nabi sewaktu isra adalah buraq yang sangat cepat, satu langkah sampai pada batas pandangan atau cakrawala, sangat tajam pendengarannya, dan stabil. Semula Nabi saw. kesulitan untuk menaiki buraq; akan tetapi berkat bantuan Jibril, akhirnya dengan mudah beliau dapat menaikinya. Dan dalam perjalanan selanjutnya Nabi saw. selalu dibimbing oleh Jibril dan Mikail. Hikmah yang terkandung dalam kisah diatas, ialah bahwa apabila ilmu dan mental kita telah siap untuk memulai pekerjaan, maka semua tugas harus kita kerjakan dengan cepat, jangan sampai ada yang kita tunda-tunda, kita harus mendengarkan setiap saran dan kritik yang membangun dan kita harus menjaga stabilitas dari pekerjaan kita. Untuk itu kita wajib memerlukan doa, nasihat dan bimbingan dari para ahli yang hatinya ikhlas. Dalam perjalanan isra dari Masjidil Haram di Makkah sampai ke Baitul Muqaddas di Palestina, Nabi saw. beserta Jibril dan Mikail singgah di Madinah, Madyan, gunung Sinai dan Bethlehem. Setiap kali singgah, Nabi saw. diminta oleh malaikat Jibril untuk melakukan shalat dua rakaat; dan setelah sampai di masjid Al Aqsha, beliau telah ditunggu oleh arwah para nabi, sejak nabi Adam as. sampai dengan nabi Isa as. untuk melakukan shalat berjamaah dan beliau diminta untuk menjadi imam. Tinggalkan sebuah Komentar | Ditulis oleh iqbal1 Isro-Mi'raj | Permalink

Catatan : Hikmah di balik kisah Isra


Juli 15, 2010

Hikmah di balik kisah Isra


Perjalanan isra dimulai dari masjid Al Haram di kota Makkah ialah karena kota Makkah pada waktu itu adalah pusat segala macam bentuk kejahatan, kemaksiatan, kemungkaran, kemusyrikan dan kekufuran. Sehingga kota Makkah dapat diibaratkan sebagai lambang rumah tangga, atau wilayah, atau negara yang rusak, berantakan dan kacau balau.
1. Perjalanan isra berakhir di masjid Al Aqsha ialah karena masjid tersebut dinyatakan oleh Allah swt. dalam surat Al Isra ayat 1 sebagai tempat yang telah diberkahi sekelilingnya, sehingga masjid Al Aqsha dapat diibaratkan sebagai rumah tangga, atau wilayah,atau negara yang aman, tenteram, damai, adil dan makmur lahir dan batin, material dan spiritual. 2. Singgah di Madinah, karena kota Madinah adalah tempat hijrah dari Nabi Muhammad saw. 3. Singgah di Madyan, karena kota Madyan adalah tempat hijrah dari Nabi Musa as. sewaktu akan dibunuh oleh raja Firaun dari Mesir. Di Madyan ini nabi Musa as. diambil menantu oleh nabi Syuaib as. Dan setelah nabi Musa as . kaya raya dan merasakan kenikmatan hidup, beliau diperintah oleh Allah swt. pergi ke Mesir untuk berjuang dan membebaskan bangsa Yahudi dari kemiskinan dan penindasan raja Firaun dengan meninggalkan kesenangan dan kenikmatan hidup yang beliau rasakan. 4. Singgah di gunung Sinai, karena di gunung Sinai inilah Nabi Musa as. menerima wahyu dari Allah swt. Gunung adalah tempat yang tinggi, sedang wahyu adalah ilmu. Sehingga gunung Sinai adalah lambang dari ketinggian ilmu pengetahuan. 5. Singgah di Bethlehem, karena kota Bethlehem adalah tempat kelahiran nabi Isa as. Nabi Isa as. adalah seorang nabi yang hidupnya penuh dengan pengorbanan. Sehingga Bethlehem dapat digambarkan sebagai lambang dari keberanian berkorban. 6. Shalat yang setiap kali dilakukan di tempat-tempat persinggahan, karena shalat itu pada hakekatnya adalah menghadap kepada Allah swt. untuk memohon pertolongan dan petunjukNya.

Hal tersebut memberikan pelajaran bagi kita sekalian, bahwa untuk memperbaiki rumah tangga, atau wilayah atau negara yang kacau balau dan penuh dengan berbagai macam penderitaan, kesengsaraan, kemiskinan, penindasan dan lain sebaginya yang digambarkan sebagai kota Makkah menjadi rumah tangga, atau wilayah, atau negara yang aman, tenteram, penuh dengan kedamaian, kebahagiaan, keadilan dan kemakmuran, haruslah dilakukan melalui tahapantahapan berikut:
1. Tahap Madinah, artinya semua anggota rumah tangga atau seluruh penduduk sesuatu wilayah atau negara harus mau berhijrah yang berarti meninggalkan kemusyrikan, kekufuran, kemaksiatan, kemungkaran dan segala macam bentuk perbuatan dan sikap yang negatif. 2. Tahap Madyan, artinya jika semua penghuni rumah tangga, atau wilayah, atau negara sudah mau melakukan hijran, meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah swt. dan sudah mau

bertaqwa dalam arti yang sebenarnya, maka setiap orang yang menjadi pemimpin rumah tangga, atau wilayah, atau negara tersebut jangan sampai bersenang-senang, bernikmat-nikmat dan bermewah-mewah dalam hal makanan, pakaian dan tempat tinggal, selagi orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya masih ada yang hidup dalam keadaan melarat, apalagi hidup jauh di bawah garis kemiskinan. Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. setelah beliau memperoleh kemenangan demi kemenangan dalam peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dan banyak memperoleh rampasan perang. Jika mau tentu beliau dapat memperkaya diri, sebab beliau memegang jabatan rangkap, yaitu sebagai Rasul Allah, Kepala negara dan Panglima Perang. Akan tetapi catatan sejarah menunjukkan bahwa rumah beliau hanya sebesar ruangan yang sekarang dijadikan makam beliau di masjid Nabawi di Madinah; pakaian beliau sangat sederhana; dan menurut hadits yang diriwayatkan dari isteri beliau Siti Aisyah ra., beliau tidak pernah kenyang selama dua hari berturut-turut. Harta kekayaan beliau lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan rakyatnya dari pada dipergunakan untuk kepentingan keluarga beliau sendiri. 3. Tahap gunung Sinai, artinya ialah bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup yang sempurna, setiap penghuni rumah tangga, atau wilayah, atau negara harus selalu berusaha untuk meningkatkan ketinggian ilmu pengetahuan. Sebab dengan pengetahuan yang tinggi, terutama ilmu agama, seseorang akan menjadi mudah untuk menyelesaikan setiap problem atau masalah yang dihadapi dalam menjalani hidup dan kehidupan sehari-hari. 4. Tahap Bethlehem, artinya ialah bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup yang sejati, diperlukan keberanian untuk berkorban, baik harta, tenaga, bahkan jiwa sekalipun; terutama korban perasaan atau korban sentimen. Sebab di mana-mana sekarang ini dapat kita saksikan banyak orang yang telah mengakui dan menyadari akan kebenaran dari ajaran agama Islam. Namun karena mereka harus mempertahankan gengsi dan tidak berani mengorbankan perasaan dan sentimen, mereka tetap berpegang teguh pada ajaran agama yang hati kecil mereka sebenarnya telah menyatakan kebatalannya.

Shalat dua rakaat yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad saw. atas anjuran malaikat Jibril di tempat-tempat persinggahan, adalah memberikan pelajaran kepada kita sekalian bahwa pada saat kita sedang menekuni pekerjaan dalam rangka mencapai cita-cita yang menjadi tujuan hidup kita, kita akan menyadari bahwa kemampuan kita sebagai manusia adala sangat terbatas, jauh berkurang dibandingkan dengan cita-cita kita. Untuk itu secara mutlak kita memerlukan petunjuk, bimbingan dan pertolongan dari Allah swt. Petunjuk, bimbingan dan pertolongan tersebut harus kita minta. Untuk meminta petunjuk, bimbingan dan pertolongan kepada Allah swt. kita harus menghadap (sowan = sebo Jw.) dengan cara yang telah ditetapkan dan yang telah direstui oleh Allah swt.sendiri, yaitu shalat menurut ajaran agama Islam. Jadi pada saat kita sangat sibuk menjalankan tugas-tugas yang amat penting sebagaimana kesibukan yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. pada saat memenuhi panggilan dari Allah swt. untuk menjemput kewajiban shalat, maka kita harus lebih aktif menunaikan shalat, menghadap ke haribaan-Nya. Bukan sebaliknya, pada saat kita sedang sibuk bekerja, kita menunda-nunda, bahkan melalaikan shalat kita. Pada saat Nabi Muhammad saw. sampai di masjid Al Aqsha, sebelum masuk ke dalam masjid, buraq yang beliau naiki ditambatkan lebih dahulu, meskipun pada hakekatnya buraq tersebut tidak akan lari atau hilang. Dan andaikata lari atau hilang, pasti malaikat Jibril akan

mengembalikannya kepada beliau. Hal ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa dalam melaksanakan tugas hidup dan kehidupan sehari-hari, kita wajib mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh hukum syariat agama Islam. Kita dilarang untuk berpe-gangan kepada hakekat tanpa mau mentaati syariat. Setelah Nabi Muhammad saw. melakukan shalat berjamaah di masjid Al Aqsha, sebelum naik ke dalam kendaraan interplanet yang akan mengantarkan beliau ke suatu tempat yang telah ditentukan oleh Allah swt., beliau disodori tiga macam minuman oleh malaikat Jibril, yaitu: arak, air dan puan (susu). Kemudian beliau memilih susu, yang kemudian pilihan beliau tersebut dibenarkan oleh malaikat Jibril. Hal ini memberi pelajaran kepada kita sekalian, bahwa untuk menjaga stabilitas ketenangan dan ketenteraman jiwa yang menjadi faktor penentu bagi kebahagiaan hidup yang hakiki, seseorang dituntut oleh agama Islam agar selalu menjaga dirinya dengan makanan dan minuman yang halal dan bagus bagi kesehatan tubuh, sebagaimana susu yang halal menurut ajaran agama Islam dan bagus menurut ahli kesehatan karena padat gizi. Berbeda halnya dengan arak yang telah dinyatakan haram oleh ajaran agama Islam dan merusak kesehatan menurut para ahli dalam bidang kesehatan. Dan berbeda pula dengan air, meskipun air tawar tersebut halal menurut ajaran syariat Islam, namun tidak mengandung gizi yang sangat diperlukan bagi kesehatan tubuh manusia. Makanan dan minuman yang halal dan bagus bagi kesehatan tubuh adalah syarat utama bagi doa untuk dikabulkan oleh Allah swt. Disamping itu, susu tersebut adalah ibarat dari agama Islam, yang cocok untuk segala umur dan cocok bagi segala macam bangsa di seluruh dunia. Tinggalkan sebuah Komentar | Ditulis oleh iqbal1 Isro-Mi'raj | Permalink

Catatan : Pelajaran dari Miraj


Juli 14, 2010

Perjalanan miraj dengan singgah di ketujuh planet tersebut adalah untuk memberi pelajaran kepada kita, bahwa untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia, maka yang harus diprioritaskan adalah meningkatkan:

Mutu dan kwalitas pendidikan dengan memberikan contoh dan tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Mutu dan kwalitas kesehatan. Mutu dan kwalitas pengajaran yang disesuaikan dengan keperluan. Perekonomian dari jalan dan cara yang halal menurut pandangan agama Islam. Mutu dan kwalitas produksi. Hubungan diplomatik yang menguntungkan kepentingan agama. Mutu dan kwalitas pertahanan dan keamanan. Mutu dan kwalitas pembangunan, sarana dan prasarana fisik.

Disamping itu peristiwa tersebut juga mengajarkan kepada kita akan perkembangan hidup manusia di dunia ini:
1. Masa sejak manusia lahir sampai masa masuk sekolah. Pada masa ini, yang sangat diperlukan adalah memberikan pendidikan yang baik dengan memberian contoh dan tauladan yang baik dari orang tua dan harus dijaga benar-benar kesehatan anak. 2. Masa sekolah. Pada masa ini anak sudah harus diajar dengan ilmu-ilmu yang berguna bagi kehidupannya di kelak kemudian hari, terutama ilmu agama Islam sehingga dapat menjiwai tingkah lakunya dan harus diperhatikan terus kesehatannya. 3. Masa remaja, yaitu masa anak-anak sudah pandai meminta uang kepada orang tua untuk memenuhi segala macam keperluannya. Pada masa ini anak-anak harus sudah diberi pengertian mengenai pengaturan ekonomi yang sehat menurut ajaran Islam dan yang diridlai oleh Allah swt. 4. Masa dewasa, yaitu masa anak mulai berumah tangga dan memerlukan alat-alat rumah tangga. Pada masa ini harus ditekankan bahwa pemakaian alat-alat rumah tangga hasil karya sendiri adalah jauh lebih baik dari alat-alat rumah tangga buatan luar negeri yang harus dibeli dengan mahal. 5. Setelah anak berumah tangga dan hidup di masyarakat berpisah dengan kedua orang tuanya, maka diajarkan bagaimana seharusnya dia berhubungan dan berdiplomasi dengan masyarakat sekitarnya agar tujuan hidupnya tercapai serta dicintai oleh masyarakat sekitarnya. 6. Fase terakhir dari kehidupan anak manusia adalah saat sudah senang untuk membangun rumah tempat tinggalnya, membangunkan rumah bagi anak dan cucunya. Saat ini menjadi tanda bahwa seseorang telah berada di langit ketujuh.

Dari langit ketujuh Nabi Muhammad saw. diajak naik lagi sampai di suatu tempat yang disebut dengan SIDRATUL MUNTAHA. Dari Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad saw. dipersilahkan meneruskan perjalanan ke Mustawan tanpa pengawalan seorang malaikatpun. Di Mustawan Nabi Muhammad saw. sujud mengahadap Allah swt. Dan setelah Nabi Muhammad saw. dipersilahkan duduk bangkit dari sujud, maka Nabi Muhammad saw. berdatang sembah:

Segala puji sekelamatan, segala berkah, segala rahmat tadhim, serta segala kebaikan adalah tetap bagi Allah. Ucapan Nabi Muhammad saw. tersebut adalah berupa pengembalian mandat kepada Allah swt., karena berbagai macam rintangan dan hambatan yang dihadapi oleh beliau sebagai seorang nabi dan utusan Allah swt. Pengembalian mandat tersebut dijawab oleh Allah swt.:

Keselamatan tetap atas kamu, wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan berkah-berkah-Nya.

Firman Allah swt. tersebut adalah penetapan dan pengukuhan jabatan Nabi Muhammad saw. sebagai utusan Allah. Setelah mendapat pengukuhan dengan jaminan keselamatan, rahmat dan berkah bagi pelaksanaan tugas tersebut, Nabi Muhammad saw. menjawab:

Semoga keselamatan tetap atas kami dan para hamba Allah yang shaleh Ucapan Nabi Muhammad saw. tersebut adalah berupa permohonan agar yang dijamin selamat dalam tugas menyiarkan agama Islam bukan hanya beliau, tetapi juga para hamba Allah yang shaleh yang siap membela agama. Kemudian para malaikat memberikan sambutan dengan ucapan:

Aku mengakui bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah; dan aku mengakui bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Lalu para bidadari pun memberikan sambutan dengan ucapan mereka:

. .
Ya Allah, berikanlah kesejahteraan pada pemimpin kami Nabi Muhammad dan pada keluarga dari pemimpin kami Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan kesejahteraan pada pemimpin kami Nabi Ibrahim dan pada keluarga dari pemimpin kami Nabi Ibrahim. Ya Allah, berikanlah berkah pada pemimpin kami Nabi Muhammad dan pada keluarga dari pemimpin kami Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah pada pemimpin kami Nabi Ibrahim dan keluarga dari pemimpin kami Nabi Ibrahim. Di alam semesta ini sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Saat itu Nabi Muhammad saw. menerima kewajiban shalat 50 (limapuluh) kali sehari semalam. Akan tetapi sewaktu dalam perjalanan kembali, di langit keenam, Nabi Musa as. menganjurkan kepada Nabi Muhammad saw. agar meminta potongan kepada Allah swt. sebab ummat Nabi Muhammad saw. tidak akan mampu melaksanakan shalat limapuluh kali sehari semalam. Atas anjuran tersebut Nabi Muhammad saw. berulang kembali menghadap Allah swt. sampai sembilan kali. Dan setiap kali menghadap beliau mendapat potongan sebanyak lima, sehingga kewajiban shalat sehari semalam yang semula limapuluh kali menjadi lima kali sehari semalam. Akhirnya Nabi Muhammad saw. berpamitan kepada Allah swt. dengan mengucapkan:

Wahai Dzat yang membolak balikkan sekalian hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu Islam. Hikmah dari perhentian Nabi Muhammad saw. di Sidratul Muntaha adalah memberi pelajaran kepada kita sekalian, bahwa pada akhirnya seluruh manusia akan mati dan dimandikan dengan air cendana. Sebab sidrah itu artinya adalah cendana, sedang muntaha itu berarti batas akhir. Setelah manusia mati, maka malaikat hafadhah yang menjaganya selama hidupnya akan meninggalkan dirinya. Dia harus sendirian masuk kubur, yaitu tempat yang rata atau sama bagi seluruh manusia tanpa membedakan pangkat, derajat dan warna kulit, karena mustawan itu berarti tempat yang rata atau sama. Setelah manusia mati, nyawanya masuk ke alam barzah, manusia dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt. akan segala macam tugas dan kewajibannya selama hidup di dunia sebagai hamba Allah swt. maupun sebagai makhluk sosial. *Dipetik dari kitab karangan Al Allamah Najmuddinal Ghaithiy. (Ref. PP Nurul Huda) 2 Komentar | Isro-Mi'raj | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Catatan : Hikmah Isra Miraj


Juli 13, 2010

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid Al Haram yang terletak di kota Makkah ke masjid Al Aqsha yang terletak di Palestina. Sedang miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid Al Aqsha yang terletak di planet bumi menuju Mustawan, melalui tujuh planet atau dengan kata lain, miraj adalah perjalanan inter planet. Jadi isra dan miraj adalah dua peristiwa yang disebutkan oleh Al Quran dalam dua surat yang berbeda. Isra disebutkan dalam surat Isra ayat 1:

Dengan nama Allah Yang Maha Luas belas-Nya lagi Maha Kekal kecitaan-Nya. Maha Suci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya (Muham-mad) pada waktu sebagian dari malam hari dari masjid Al Haram ke masjid Al Aqsha yang telah Kami beri berkah sekelilingnya agar Kami dapat menunjukkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Peristiwa miraj disebutkan dalam surat An Najmu ayat 13 18:

. .

. .

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Yaitu) di Sidratil Muhtaha. Di dekatnya ada sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. Hal ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa manusia selaku makhluk sosial harus mengadakan hubungan atau komunikasi yang baik dengan sesama makhluk Allah di muka bumi; sedang sebagai hamba Allah, manusia wajib melakukan hubungan yang baik dengan Allah swt. yang telah menciptakannya dan telah menganugerahinya berbagai macam kenimatan yang diperlukannya selama hidupnya di dunia. Hubungan baik dengan sesama makhluk dan dengan Sang Pencipta akan membawa ketenangan dan ketenteraman jiwa yang menjadi faktor penentu bagi kebahagiaan hidup yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Tinggalkan sebuah Komentar | Ditulis oleh iqbal1 Isro-Mi'raj | Permalink

Catatan : Peristiwa selama Miraj


Juli 13, 2010

1. Nabi Muhammad saw. melihat Jin Ifrit yang membuntuti beliau dengan membawa obor. Setiap kali beliau menoleh, beliau melihatnya. Kemudian malaikat Jibril berkata, Maukah Tuan saya ajari doa yang apabila tuan membacanya, maka obornya akan padam dan masuk ke dalam mulutnya? Rasulullah saw. bersabda, Baik!. Lalu malaikat Jibril berkata, Ucapkan:

Aku berlindung dengan wajah Allah Yang Maha Mulia dan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak ada orang yang baik dan tidak pula orang yang durhaka dapat melampauinya, dari kejahatan apa saja yang turun dari langit dan dari kejahatan apa saja yang naik ke langit; dari kejahatan apa saja yang masuk ke dalam bumi dan dari kejahatan apa saja yang keluar dari bumi; dari fitnah-fitnah di waktu malam hari dan di waktu siang hari; dari bencana-bencana dari malam hari dan siang hari, kecuali bencana yang datang dengan kebaikan, wahai Dzat Yang Maha Penyayang!

Setelah Nabi Muhammad saw. membaca doa tersebut, maka jin Ifrit yang membuntuti beliau jatuh tersungkur dan obornya padam. Peristiwa di atas memberi pelajaran kepada kita sekalian, bahwa sewaktu kita sedang melaksanakan tugas, terkadang datang gangguan dari jin yang datang dengan sendirinya maupun yang disuruh oleh orang lain untuk menggagalkan usaha kita. Oleh karena itu agar kita selamat dari gangguan tersebut, maka doa yang diajarkan oleh malaikat Jibril tersebut perlu kita baca setiap kali kita akan melakukan tugas. 2. Nabi melihat kaum yang menanam tanaman pada suatu hari dan pada hari itu pula tanaman tersebut dapat dipanen. Dan setiap kali dipanen, buahnya kembali lagi seperti semua. Setelah ditanyakan kepada malaikat Jibril beliau mendapat jawaban bahwa apa yang beliau lihat itu adalah gambaran dari orang-orang yang berjuang untuk membela agama Allah. Amal baik mereka dilipatkan gandakan sampai 700 kali. Dalam surat Saba ayat 39, Allah swt. berfirman:

Dan barang apa saja yang kamu infakkan (dermakan), maka Allah akan menggantinya 3. Nabi Muhammad saw. mencium bau harum. Setelah ditanyakan kepada malaikat Jibril tentang bau apakah yang tercium oleh Nabi Muhammad saw. tersebut; beliau mendapat jawaban bahwa bau tersebut adalah bau dari Masyithah beserta suami dan kedua anaknya yang dibunuh oleh raja Firaun dari Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena mempertahankan imannya dan mengingkari ketuhanan Firaun. Masyithah adalah tukang menata rambut dari anak perempuan Firaun. Pada suatu hari, ketika Masyithah sedang menyisir rambut anak perempuan raja Firaun, sisirnya jatuh dan Masyithah mengucapkan:

Dengan nama Allah, rugi si Firaun.

Mendengar ucapan Masyithah tersebut, maka terjadilah dialog antara anak perempuan Firaun dengan Masyithah sebagai berikut: Anak Firaun: Apakah engkau mempunyai Tuhan selain ayahku ? Masyithah: Ya! Anak Firaun: Apakah engkau berani pernyataanmu ini saya beritahukan kepada ayahku? Masyithah: Berani!

Setelah anak Firaun memberitahukan kepada ayahnya tentang pernyataan Masyithah, maka Masyithah pun dipanggil oleh Firaun, lalu terjadi dialog sebagai berikut: Firaun: Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku ?. Masyithah: Ya, Tuhanku dan Tuhan tuan adalah Allah !. Mendengar jawaban tersebut Firaun pun menyuruh agar suami dan kedua anak Masyithah dihadapkan kepadanya. Setelah mereka menghadap, Firaun membujuk Masyithah beserta suaminya agar keduanya meninggalakan agamanya (agama tauhid) dan mengakui Firaun sebagai Tuhan. Setelah bujuk rayu Firaun ditolak oleh keduanya, maka Firaun berkata kepada keduanya: Jika kalian berdua menolak permintaanku, maka aku akan membunuh kalian berdua beserta anak-anak kalian!. Masyithah menjawab: Terserah, mana tindakan yang baik menurut tuan terhadap kami. Dan jika tuan membunuh kami, kami minta agar kami sekeluarga dikubur dalam satu rumah!. Firaun berkata: Baik, permintaanmu akan kami kabulkan! Kemudian Firaun memerintahkan untuk menyiapkan sebuah wajan besar penuh dengan minyak. Setelah wajan tersebut dipanaskan dan medidih, anak Masyithah yang besar dimasukkan lebih dahulu, sedang Masyithah beserta suaminya dan anaknya yang masih berumur tujuh bulan disuruh menyaksikan, dengan harapan agar Masyithah berubah pendiriannya. Kemudian suami Masyithah mendapat giliran yang kedua. Setelah giliran sampai pada Masyithah dan anaknya yang masih menetek, tiba-tiba anak Masyithah yang masih menetek berkata dengan fasih kepada ibunya: Janganlah ibu ragu-ragu untuk mati membela kebenaran; masuklah ke dalam wajan!. Kemudian Masyithahpun dilemparkan ke dalam wajan tersebut beserta anaknya. Dalam ajaran Islam dikenal ada empat orang bayi yang masih dalam gendongan yang dapat berbicara dengan fasih, yaitu anak Masyithah ini, saksi Nabi Yusuf as. atas perbuatan Zulaikha, saksi atas kebersihan Kyai Juraij dari perbuatan zina, dan Nabi Isa as. sewaktu ibunya dituduh oleh orang-oarang Yahudi telah berbuat zina. 4. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang membentur-benturkan kepala mereka pada batu sehingga kepala mereka itu pecah. Dan setiap kali kepala mereka pecah, maka pulih kembali, lalu mereka benturkan kembali. Pekerjaan tersebutmereka lakukan terus-menerus tanpa berhenti. Nabi Muhammad saw. mendapat jawaban dari malaikat Jibril atas pertanyaan beliau, bahwa perbuatan tersebut adalah gambaran dari siksaan yang akan diberikan di hari kiamat kepada orang-orang yang malas melakukan shalat wajib dan sering mengakhirkan dari waktunya. 5. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang pergi berombongan seperti kawanan unta dan kambing yang pergi ke tempat penggembalaan dalam keadaan telanjang. Hanya kemaluan dan dubur mereka saja yang tertutup dengan secarik kain. Mereka makan kayu berduri yang sangat busuk baunya (kayu dlari), buah zaqqum (buah tetumbuhan yang sangat pahit) dan bara serta batu-batu dari nereka Jahannam. Malaikat Jibril menerangkan bahwa kaum tersebut

adalah gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang tidak mau membayar zakat, baik zakat wajib maupun zakat sunnat. Allah swt. sama sekali tidak menganiaya mereka; tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. 6. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang menghadapi dupa potong daging. Yang sepotong daging yang telah masak dalam sebuah kendil, sedang yang sepotong lagi daging mentah yang busuk. Kaum tersebut melahap daging mentah yang busuk serta meninggalkan daging yang telah masak. Kaum tersebut adalah gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang telah mempunyai isteri yang halal dan baik, tetapi mereka mendatangi pelacur dan tidur bersama pelacur sampai pagi; dan gambaran dari para wanita yang telah mempunyai suami yang halal dan baik, tetapi mereka mendatangi laki-laki hidung belang dan tidur bersamanya sampai pagi. 7. Nabi Muhammad saw. melihat kayu yang melintang di tengah jalan, sehingga tidak ada pakaian atau lainnya yang melewatinya, kecuali kayu tersebut menyobekkannya. Keadaan tersebut adalah sebagai gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang suka duduk-duduk di jalanan sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas. Setelah menjawab pertanyaan Nabi Muhammad saw. malaikat Jibril membaca ayat Al Quran yang tersebut dalam surat Al Araf ayat 86 yang antara lain berbunyi sebagai berikut:

Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah . 8. Nabi Muhammad saw. melihat orang laki-laki yang berenang di sungai darah dengan menelan batu. Ini adalah gambaran dari orang yang memakan riba. 9. Nabi Muhammad saw. melihat orang laki-laki yang mengumpulkan kayu bakar. Lakilaki tersebut tidak kuat membawanya; akan tetapi jumlah kayu bakar tesebut tidak dikurangi, melainkan ditambahi. Ini adalah gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang memangku tugas atau jabatan rangkap. Dia tidak mampu menunaikan amanat-amanat dari tugas-tugas dan jabatan-jabatan tersebut, akan tetapi masih mau menerima tugas dan jabatan lainnya. 10. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang mengguntingi lidah dan bibir mereka dengan gunting besi. Setiap kali lidah dan bibir mereka digunting, maka lidah dan bibir tersebut kembali seperti sedia kala. Mereka melakukan hal tersebut terus menerus tanpa berhenti. Ini adalah ibarat dari tukang-tukang khutbah yang menimbulkan fitnah, yaitu tukang-tukang khutbah dari ummat Nabi Muhammad saw. yang meng-khutbahkan apa yang mereka sendiri tidak melakukannya. 11. Nabi Muhammad saw. melihat kaum yang mempunyai kuku-kuku dari logam. Mereka mencakari muka dan dada mereka dengan kuku tersebut. Ini adalah ibarat orang-orang yang senang menggunjing (ngrasani-Jw.) orang lain dan melecehkan kehormatan orang lain.

12. Nabi Muhammad saw. melihat sapi jantan yang besar keluar dari lubang yang kecil. Sapi tersebut ingin masuk kembali ke dalam lubang tempat ia keluar, akan tetapi tidak dapat. Ini adalah ibarat dari orang yang mengucapkan omongan yang besar, kemudian dia menyesalinya, tetapi tidak dapat menarik kembali omongan tersebut. 13. Nabi Muhammad saw. mendengar panggilan dari arah kanan: Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !. Nabi Muhammad saw. tidak menjawab, kemudian malaikat Jibril menerangkan kepada Nabi Muhammad saw.: Panggilan tadi adalah panggilan dari orang-orang Yahudi. Andaikata tuan memenuhi panggilan terseubt, niscaya ummat tuan akan memeluk agama Yahudi!. 14. Nabi Muhammad saw. mendengar panggilan dari arah kiri: Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !. Nabi Muhammad saw. tidak menjawab, kemudian malaikat Jibril berkata kepada beliau: Panggilan tadi adalah panggilan dari orangorang Nasrani. Seandainya tuan memenuhi panggilannya, niscaya ummat tuan akan memeluk agama Nasrani!. 15. Nabi Muhammad saw. melihat wanita yang terbuka kedua lengan bawahnya dan memakai segala macam perhiasan. Wanita tersebut berkata: Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !. Nabi Muhammad saw. tidak menolehnya. Setelah Nabi Muhammad saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang siapakah wanita tersebut, maka malaikat Jibril menjawab: Itulah dunia!; jika tuan memenuhi panggilannya, niscaya ummat tuan lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. 16. Nabi Muhammad saw. bertemu dengan seorang tua yang mengajak beliau untuk menyimpang dari jalan yang akan dilaluinya sambil berkata: Kemari Muhammad !. Malaikat Jibril berkata: Terus lurus Muhammad !. Nabi Muhammad saw. bersabda kepada Jiril: Siapakah dia ?. Jibril menjawab: Dia adalah Iblis, musuh Allah, yang menginginkan agar tuan cenderung kepadanya !. 17. Nabi Muhammad saw. bertemu dengan seorang wanita tua di pinggir jalan memanggil Nabi saw.: Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !!. Malaikat Jibril berkata bahwa wanita tua itu adalah gambaran dari umur dunia yang tidak lagi tersisa kecuali seperti sisa umur dari wanita tua tersebut. Ketujuhbelas pengalaman yang dilihat oleh Nabi Muhammad saw. selama dalam perjalanan isra tersebut adalah memberikan pelajaran kepada kita sekalian bahwa dalam usaha menuju kebahagiaan yang sejati, kita akan menemui problem-problem yang harus kita selesaikan dengan sebaik-baiknya menurut petunjuk yang telah diberikan oleh Allah swt. kepada kita sekalian. Setelah Nabi Muhammad saw. selesai shalat berjamaah dengan arwah para Nabi terdahulu dan minum susu, maka beliaupun naik kendaraan yang akan membawa beliau ke suatu tempat yang disebut dengan Mustawan dengan menyinggahi tujuh planet, dengan dikawal oleh malaikat Jibril dan dua orang malaikat lainnya. Planet-planet yang disinggahi Nabi Muhammad saw.:

1. Planet pertama. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Adam as. yang ahli dalam bidang pendidikan. 2. Planet kedua. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan: o Nabi Isa as. yang ahli dalam bidang kesehatan. o Nabi Yahya sa. yang ahli dalam bidang pengajaran. 3. Planet ketiga. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Yusuf as. yang ahli dalam bidang ekonomi. Beliaulah yang pernah berhasil menyelamatkan perekonomian dunia sewaktu dilanda oleh paceklik selama tujuh tahun. 4. Planet keempat. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Idris as. yang ahli dalam bidang kerajinan tangan, produksi dan industri. Beliaulah orang yang pertama kali menemukan tulisan dan pakaian berjahit. 5. Planet kelima. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Harun as. yang ahli dalam bidang diplomasi. 6. Planet keenam. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Musa as. yang ahli dalam strategi dan siasat perang. 7. Planet ketujuh. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Ibrahim as. yang ahli dalam pembangunan fisik (beliau adalah pendiri Kabah). Dalam pertemuan ini Nabi Ibrahim as. berpesan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai berikut: Muhammad, suruhlah ummatmu memperbanyak tanaman sorga; karena sorga itu tanahnya sangat subur dan luas! Nabi Muhammad saw. bertanya: Apakah tanaman sorga itu? Nabi Ibrahim as. menjawab: Tanaman sorga itu adalah ucapan:

Maha suci Allah. Segala puji bagi-Nya. Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah adalah Yang Maha Besar. Tiada daya untuk dapat menyingkir dari maksiat dan tiada kekuatan untuk dapat melakukan thaat, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Tinggalkan sebuah Komentar | Ditulis oleh iqbal1 Isro-Mi'raj | Permalink

Catatan : Isra Miraj Nabi Muhammad SAW (2)


Juli 13, 2010

Lanjutan Bagian 2 Setelah melakukan Isra dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Miraj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa

dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini. Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula. Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya: Siapakah ini? Jibril menjawab: Aku Jibril. Malaikat itu bertanya lagi: Siapakah yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad saw. Malaikat bertanya lagi: Apakah beliau telah diutus (diperintah)? Jibril menjawab: Benar. Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata: Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang. Maka dibukalah pintu langit dunia ini. Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata: Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh. Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah

kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka. Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram. Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba. Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka: makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah. Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya. Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau Urwah bin Masud ats Tsaqafi. Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh. Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Yakub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa. Nabi berkomentar: Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang. Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya. Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu mendengarkan petuahnya. Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masingmasing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya. Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan

kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab . Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku. Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku. Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya. Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas. Rasulullah bertanya: Apakah tanaman surga itu?, Nabi Ibrahim menjawab: (Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil adziim. Dalam riwayat lain beliau berkata: Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar. Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya. Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan. Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya. Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.

Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT. Allah berfirman: Wahai Muhammad. Labbaik wahai Rabbku, sabda beliau. Mintalah sesuka hatimu, firman Nya. Nabi bersabda: Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati. Kemudian Allah berfirman: Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu. Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda? Aku menjawab: 50 sholat, Musa berkata: kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya, Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah. Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat.

Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata: Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan, Maka aku katakan kepadanya: Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa. Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar. Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat. Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus. Ref. : PP Salafiyyah Syafiiyah Nurul Huda. 4 Komentar | Isro-Mi'raj | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Catatan : Isra Miraj Nabi Muhamad SAW (1)


Juli 13, 2010

Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa Wa Miraaj Khoiril Bariyyah ; Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA. Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Kabah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.

Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail : Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya. Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT. Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS. Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya. Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah), mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya yang menaiki buroq ini. Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Saad, Jibril memegang sanggur di pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali. (Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: Turunlah disini dan sholatlah, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: Tahukah anda di mana Anda sholat?, Tidak, jawab beliau, Jibril berkata: Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah. Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.

Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam. Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa? Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: Wahai Jibril, siapakah mereka itu?, Jibril menjawab: mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali. Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: Wahai Jibril bau wangi apakah ini?, Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya, jawab Jibril AS. Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tibatiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: Bismillah, celakalah Firaun, mendengar ini anak Firaun bertanya: Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?, Masyithoh menjawab: Ya. Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?, Masyithoh menjawab: Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat. Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar, kemudian dilemparlah dia dan anaknya. Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.

Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya. Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah. Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: Wahai Muhammad lihatlah kepadaku, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat. Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana. Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya dan Mursalin. Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda. Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan miraj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya. Bagaimana dan apa saja yang beliau temui pada Miraj ini sampai akhirnya beliau kembali ke Makkah, Insya Allah akan kita paparkan pada edisi berikutnya. Wallahu alam. Ref. : PP Salafiyyah Syafiiyah Nurul Huda

Akhlak : Nikmat Persaudaraan Muslim


September 9, 2011

Di antara nilai-nilai sosial kemanusiaan yang ditekankan oleh Islam adalah persaudaraan (ukhuwah). Bahwa hendaknya manusia hidup di masyarakat saling mencintai dan menolong dan diikat oleh perasaan layaknya anak-anak dalam satu keluarga. Mereka saling mencintai, saling memperkuat, sehingga benar-benar terasa bahwa kebahagiaan saudara adalah kebahagiaannya, dan persoalan saudara adalah persoalannya. Al-Quran telah menjadikan hidup bersaudara itu suatu kenikmatan yang terbesar. Allah SWT berfirman yang artinya : Dan ingatlah akan nikmat Allah SWT kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah SWT mempersatukan hatimu, kemudian menjadikan kamu karena nikmat Allah SWT orang-orang yang bersaudara. (QS. Ali Imran / 3 : 103).

Terjemah Tafsir Singkat : Dan hendaklah mereka berpegang teguh kepada Allah dan ajaran Nya dan selalu mengingat nikmat yang dianugerahkan Nya kepada mereka. Dahulu di masa jahiliah mereka bermusuh-musuhan sehingga timbullah perang saudara yang beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara kaum `Aus dan Khazraj. Maka Allah telah mempersatukan hati mereka dengan datangnya Nabi Muhammad SAW dan mereka telah masuk ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong. Allah telah mencabut dari hati mereka sifat dengki dan memadamkan dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-orang yang bersaudara saling cinta mencintai menuju kebahagiaan bersama. Juga karena kemusyrikan, mereka berada di tepi jurang neraka, hanya terhalang oleh maut saja. Tetapi Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat Nya, agar kaum muslimin mendapat petunjuk dengan sebaik-baiknya dan mensyukuri nikmatnya agar supaya nikmat itu terpelihara. Wallohu alam. ***

4 Komentar | Ahlak, Antar Kita !, Ilmu Tafsier / Tafsier, Komunitas | Ditulis oleh iqbal1

Permalink

Tauhid : Nabi Isa AS, Manusia Luar Biasa


Juni 27, 2011

Ummat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia selamanya meng-Itiqadkan bahwa Nabi Isa Alaihissalam adalah seorang Nabi yang mulia dan salah seorang dari Nabi-nabi yang 25 yang tersebut namanya di dalam Al-Quran. Nabi Isa lahir luar biasa, yakni berlainan dari kebiasaan manusia. Hanya ditiupkan saja oleh Tuhan ke dalam kandungan ibu beliau, dan lantas lahir kedunia tanpa bapak. Di dalam kalangan Islam ini tidak ganjil, karena Nabi Adam alaihissalam lahir ke dunia tanpa bapak dan tanpa ibu, sedang Nabi Isa lahir hanya tanpa bapak saja, sedang ibunya ada. Mengadakan Adam menurut akal biasa, lebih sulit dari mengadakan Isa. Tetapi Nabi Adam toh bisa ada dan sudah ada sebagai bapak manusia keseluruhannya. Isa alaihissalam diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Tuhan. Beliau dibekali dengan kitab injil oleh Tuhan dan dengan beberapa mujizat. Umpamanya beliau bisa menghidupkan orang yang sudah mati, dengan izin Tuhan. Pada akhir masa beliau, beliau dikejar-kejar oleh orang kafir, beliau hendak dibunuh, tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa membebaskan beliau dari bahaya pembunuhan itu dan mengangkat beliau kepada-Nya. Menurut kepercayaan ummat Islam, Nabi Isa tidak wafat, tidak mati meninggal dunia menurut pengertian biasa. Karena itu adalah satu kesalahan besar -dari sisi akidah- kalau dikatakan : hari ini semua sekolah libur menghormati wafatnya Nabi Isa. Ini bertentangan dengan kepercayaan ummat Islam, tetapi sesuai dengan kepercayaan orang Nashara, orang Kristen. Kalau terjadi pertentangan paham antara orang Islam dengan orang Kristen itu lumrah, biasa saja karena agamanya berlainan. Tetapi sayang seribu kali sayang, dalam waktu yang akhir-akhir ini muncul seorang yang dikatakan Ulama Islam dari Kairo (Mesir) namanya Mahmud Syaltut yang berfatwa bahwa Nabi Isa itu benar-benar sudah wafat, sudah mati. Fatwa ini sama dengan fatwa ummat Kristen, yaitu meninggal disalib. Hal ini sangat menggoncangkan ummat Islam. Menjadi anomali dan seolaholah aqidah yang benar demikian. Setidaknya dalam catatan saya. Lantas bagaimanakah Nabi Isa tersebut. (Catatan : Posting terdahulu, Klik) : Nabi Isa Manusia Luar Biasa Tuhan menyatakan ini dalam Al-Quran, bahwa pada suatu waktu datang Malaikat kepada Siti Maryam mengabarkan bahwa ia akan dikaruniai seorang anak. Firman-Nya (Audzubillaahi minasy-syaithoo-nirrojiem) :

- 45

Artinya : Pada ketika Malaikat berkata ; Hai Maryam !, sesungguhnya Tuhan menyampaikan berita gembira kepadamu dengan kalimah dari Tuhan, namanya Al-Masih Isa anak Maryam, orang besar di dunia dan di akherat, dan termasuk orang-orang yang dekat kepada Tuhan. (Ali Imran : 45). Menurut tafsir Khozien bahwa Malaikat yang datang membawa kabar ini adalah Malaikat Jibril Alaihissalam (Khazien ; Juz 1 ; Hal. 292). Dan ada ahli-ahli tafsir mengartikan kalimah itu dengan kalimah Alloh. Nabi Isa itu adalah kalimah Alloh, yang berarti jadikan, lalu jadilah. Tetapi kedua tafsir ini pada hakekatnya sama, karena kejadian Isa dengan cara begitu adalah kabar suka bagi Maryam, karena beliau akan melahirkan seorang Nabi dan Rosul yang pilihan. Tegasnya arti ayat ini adalah, bahwa Malaikat Jibril datang kepada Siti Maryam membawa kabar suka, yaitu mengabarkan bahwa ia akan diberi seorang anak laki-laki yang akan diberi nama Isa bin Maryam. Perkataan Isa bin Maryam ditegaskan oleh Tuhan agar jangan sampai orang mengatakan bahwa Isa itu anak Tuhan, atau jangan sampai ada orang mengatakan bahwa Isa itu anak seorang lakilaki lain dengan jalan tidak halal. Tuhan tegas dalam soal ini. Isa itu anak Maryam !. Maka setelah Siti Maryam mendengar kabar suka ini, lantas beliau menyatakan keheranannya kepada Tuhan begini :

Artinya : Berkata Maryam ; Wahai Tuhanku !, Bagaimana saya bisa melahirkan anak, sedang saya belum pernah disentuh laki-laki ?. (Ali Imran : 47). Dalam ayat ini Siti Maryam menyatakan keheranannya, bagaimana ia bisa melahirkan anak sedang ia belum kawin. Bukan saja belum kawin, tetapi lebih tegas lagi belum pernah disentuh manusia, walaupun suami yang tidak halal. Jibril menjawab kepada Siti Maryam :

47

Artinya : Ya, begitulah keadaannya, Tuhan memperbuat apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Tuhan hendak mengadakan sesuatu maka Tuhan hanya mengatakan Kun (Jadilah), lalu jadi (yang dikehendaki-Nya itu). (Ali Imran : 47). Pada waktu itu juga dikabarkan kepada Siti Maryam :

49 -

Artinya : Dan Tuhan akan mengajarkan Kitab kepadanya, dan Hikmah, dan Taurat dan Injil ; dan akan diangkat menjadi Rosul kepada Bani Israil. (Ali Imran : 48-49). Nah begitu kisahnya pertamanya. Nabi Isa AS dilahirkan tanpa bapak, dan kemudian diangkat menjadi Rosul untuk Bani Israil. Nabi Isa Alaihissalam adalah manusia luar biasa dengan syahadah dan pengakuan di dalam Al-Quran sendiri. Wallohu alam. *** (Iqbal1) -Insya Alloh BersambungReferensi : Syaikhonie Almaghfirlahu KHR. Ahmad Djawari, mantan Rois Syuriyah PW NU Jawa Barat. Alumni Mutallimien Makkatul Mukarromah. Pendiri Pesantren An-nadjah. http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=3&SuratKe=3#Top KH. Sirodjuddin Abbas (Alm.) ; 40 Masalah Agama ; Jilid 1, hal. 324-326. 1 Komentar | Ilmu Tafsier / Tafsier, Ilmu Tauhid / Tauhid, Nabi Isa AS | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Catatan : Kenaikan Isa Al-Masih dalam Prespektif AlQuran


Juni 16, 2011

Pembahasan tentang Isa Al-Masih AS mendapat perhatian luas, karena ia menyangkut dua agama yang besar penganutnya di seluruh dunia, yaitu agama Islam dan Kristen. Ada beberapa perbedaan pokok pandangan diantara kedua agama ini menyangkut keberadaan Isa Al-Masih AS. bagi agama Islam, secara tegas bahwa sumber keyakinan mengenai Nabi Isa AS adalah Al-Qur an Al-Karim dan bagi agama Kristen mendasarkan keyakinannya atas keterangan dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Bagaimana tentang Isa Al-Masih AS itu menurut sumber informasi yang bersumber dari Al-Qur an dan diyakini umat Islam, menurut sebagian besar umat Islam di dunia bahwa Nabi Isa Al-

Masih AS, belum meninggal sampai sekarang, tapi beliau diangkat oleh Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur an :

Artinya : Perhatikanlah ! Allah berfirman Wahai Isa, Aku akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepadaku dan mengangkat engkau dari kepalsuan orang kafir. Rasulullah SAW bersabda : Bahwa sesungguhnya Nabi Isa AS belum meninggal. Dan beliau akan kembali kepadamu sebelum hari kiamat. Ini penting kejelasan secara tepat, karena masalah ini berkaitan secara langsung dengan penjelasan yang ditegaskan dalam al Quran serta hadis Nabi SAW. Dan persoalannya selalu bersentuhan dengan keyakinan lain yang bersumber bukan dari kitab kitab dan ajaran Islam. Dalam al-qur an di sebutkan :

Terjemah : (Ingatlah), ketika Allah berfirman ; `Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya`. (Al-imron ayat 55). Di dalam ayat ini Mutawaffika Wa Rafiuka (mewafatkan dan mengangkat), seakan Nabi Isa AS ini diwafatkan dulu kemudian diangkat. Oleh karena itu di dalam Tafsir al-Quran, khususnya di dalam kitab Tafsir ibnu Katsir, di sana ada beberapa pendapat ulama mengenai masalah ini, yang penting untuk dicermati. Pendapat & Penafsiran Argumentasi pertama : Dari Imam Qatadah mengatakan bahwa pada ayat 55 dalam surat Ali Imran, kata-kata Mutawaffika, Wa Rafiuka, karena disitu ada kata Wa (dan) itu dikatakan dalam bahasa arab Mutlakul jami, mutlak yang penting sama-sama. Misalnya : Ali dan Amir pergi ke pasar. Itu bisa Ali lebih dulu atau Amir lebih dulu, atau bisa sama-sama. Dilihat dari struktur fashehat atau bilaghahnya, penggalan kata2 itu merupakan struktur yang didahulukan

dan dikemudiankan. Asal penggalan itu ialah Innie raafiuka Wa Mutawaffika (Sesungguhnya Aku akan mengangkatmu kepada-Ku, kemudian mewafatkanmu). Maka menurut Imam Qatadah pengertiannya ayat di atas itu, karena lebih dulu diangkat, maka baru nanti meninggal sebelum hari kiamat. Argumentasi Ke dua : dari Ali bin Thalhah, dari Imam Ibnu Abbas, beliau berpendapat bahwa pengertian Mutawaffika itu memang mati, bimakna mumituka, dengan arti mematikanmu. Imam Muhammad bin Ishak berpendapat bahwa Nabi Isa meninggal dalam tiga jam kemudian di angkat oleh Allah. Orang-orang Nasrani waktu itu menganggap bahwa Nabi Isa AS atau yang lebih dikenal dengan Al-Masih Ibnu Maryam telah meninggal dalam tujuh jam kemudian di hidupkan kembali, makanya dalam tradisi Kristen ada yang namanya hari besar Kenaikan Isa AlMasih. Ada yang berpendapat meninggalnya Nabi Isa itu sampai tiga hari. Pendapat lain mengatakan ; Diwafatkan dari dunia, namun bukan wafat yg berarti mati. Ada juga yg berpendapat ; Mewafatkannya berarti menaikannya. Mayoritas Ulama berpendapat bahwa kata Mutawaffika bukan meninggal seperti biasa, karena di dalam al-Quran ada kata seperti itu yang artinya tidur. Jadi kata-kata Mati ada juga pengertiannya bukan mati dalam arti lepas nyawa dari jasad untuk selamanya, tapi tidur (lepas-sebentar nyawa dari badan). Yaitu : tersinyalir dalam ayat yang mengatakan :


Terjemah : Dan Dialah yang membuat kamu mati / menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. 6:60). Note : Dan Dialah yang membuat kamu mati (tidur) malam hari dan mengetahui apa yang kamu kerjakan siang hari.. (Al-Anam 60). Ini bersesuaian dengan Firman Alloh dalam Surat Az-zumar 42 :

Terjemah : Alloh memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda2 kekuasaan Alloh bagi kaum yang berfikir. (Q.S. 39 ; 42). Sehingga dalam ajaran Islam kalau baru bangun dari tidur di sunnahkan untuk berdoa seperti yang senantiasa dicontohkan Rosululoh SAW :

Segala puji bagi Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan. [HR. Al-Bukhari]. Kaum Ahmadiyah menganggap bahwa Nabi Isa itu mati biasa atau normal. Untuk menjelaskan labih lanjut masalah ini, mari kita lihat cerita tentang kejadian yang menimpa Nabi Isa menurut versi al-Qur an. Di sebutkan dalam al-Qur an :

Terjemah : dan karena perkataan mereka : kami telah membunuh Isa Al-Masih putera Maryam. Utusan Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pulah menyalibnya (An-Nisa-157). Selanjutnya An-Nisa ayat 158 menentukan : Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Quran Surat An-Nisa ayat 157 158 tersebut membantah keyakinan orang-orang Yahudi pada waktu peristiwa penyaliban Yesus tersebut, yang merasa telah berhasil membunuh Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam Alaihimassalam. Dengki Orang Yahudi Orang-orang yahudi menganggap bahwa mereka merasa bisa membunuh Nabi Isa al-Masih. Pada waktu itu orang-orang yahudi merasa dengki terhadap Nabi Isa, karena dalam pendangan

mereka, Nabi Isa tidak lebih layak di angkat menjadi Nabi. Mereka memandang Nabi Isa sebagai orang rendah karena waktu itu orang yang dianggap mulia adalah orang-orang yang dari kalangan Raja yahudi yang berpusat di Damaskus. Pendek kata, mereka hasud dan dengki kepada Nabi Isa. Dengki mereka tak terbendung dan akhirnya mereka mempunyai rencana untuk membunuh Nabi Isa. Mulanya mereka melapor kepada Raja di Damaskus, bahwa ada seorang rakyat biasa di Palestina yang mengaku sebagai untusan Allah untuk mengajar manusia dengan ajaran yang mengesakan Allah dan berbuat kebajikan. Dalam laporannya mereka bahkan menyatakan bahwa orang dimaksud memiliki rencana untuk membunuh Raja dan merubuhkan kerajaan di Damaskus. Sungguh, ini fitnah yang keji dari mulut orang-orang yahudi. Mendengar laporan ini, Raja Damaskus langsung mengirim pasukan untuk menangkap dan membunuh Nabi Isa. Pasukan tentara pun mengepung rumah Nabi Isa yang sedang mengajarkan agama Islam kepada murid-muridnya, yaitu yang biasa disebut dengan Kaum Hawariyin. Di situ diceritakan ada dua belas orang murid Nabi Isa setelah melihat orang yahudi dan orang damaskus akan membunuh Nabi Isa. Nabi Isa mengatakan kepada murid-muridnya ; Hai para muridku, siapa diantara kalian yang mau bersama saya masuk surga kata Nabi Isa, kemudian ada seorang murid yang paling muda, namanya Sarjus. Kata Sarjus ; Saya, ya Rasulullah bersedia bersama Anda. Kalau begitu, kamu duduklah di tempt duduk ku, Kata Nabi Isa. Kebetulan Sarjus mempunyai wajahnya mirip dengan Nabi Isa AS. Ketika Sarjus akan duduk di situ, Nabi Isa diangkat oleh Allah SWT dan yang duduk itu adalah Sarjus. Begitu orang-orang Yahudi dari Damaskus datang menggerebek rumah pengajian Nabi Isa para tentara masuk dan melihat orang yang duduk di situ menempati tempat duduk Nabi Isa dan mirip wajahnya dengan Nabi Isa, maka di tangkaplah Sarjus, lalu di bunuh dg di salib. Jadi yang di salib itu bukanlah Nabi Isa AS, menurut tafsir ini. Tapi yang wajahnya serupa dengan Nabi Isa AS. Dalam al-Qur an di ceritakan bahwa orang-orang yahudi bangga karena telah mampu membunuh Nabi Isa AS. Mereka mengatakan dengan penuh kebanggan. Kami telah berhasil membunuh Isa.

Terjemah : kami telah membunuh Isa Al-Masih putera Maryam, utusan Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. (An Nisa : 157). Rasulullah itu sudah kami bunuh, kata orang-orang Yahudi. Maka, orang Yahudi banyak mendapat kutukan dari Allah. Tetapi di katakana dalam al-Qur an :

Terjemah : ..padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampakkan kepada mereka (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka (Surat An-Nisa : 157) Dan ayat lain juga disebutkan bahwa :

Terjemah : . Dan sesungguhnya orang orang yang berselisih pendapat (tentang pembunuhan) Isa, benar-benar dalam tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang di bunuh itu kecuali mengikuti perasangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Catatan kepahaman : Bahwa perselisihan akidah Nasrani dengan Islam merupakan perselisihan final. Bagi umat Islam, dengan tonggak sejarah ketika Nabi Muhammad medeklarasikan Piagam Madinah membentuk Pemerintahan Islam berpusat di Madinah dengan kontrak sosial untuk hidup bersama saling melindungi antara umat Islam, Nasrani dan Yahudi. Jadi, Nabi Muhammad pada abad ke-7 lebih dulu mempraktikkan kontrak sosial. Oleh karena itu, artikel ini tidak akan diperdebatkan dari sudut keimanan, dengan tetap saling menghormati. Demikian, semoga ada manfaat dan menambah khazanah ke ilmuan kita. Amin ; Wallohu aalam *** (Iqbal1). Referensi : Syaikhonie KHR. Ahmad Mamun Abdul Muin (Allohummaghfirlahu), mantan Musytasyar PWNU Jawa-Barat dan Rois Syuriyah PC NU Kota Bandung / Khodim Ponpes Annadjah ; AM. Syahrir Rahman, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Sunan Giri Surabaya. Lihat Juga Muhtasar Ibnu Katsier, Jilid 1, hal 520-523, 834-848. ; Tafsier Marrohu Labied Ala Tafsier Munir, Jilid 1, hal 100-101, 183-184. 5 Komentar | Ilmu Tafsier / Tafsier, Ilmu Tauhid / Tauhid, Nabi Isa AS | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Insert : Al-quran sebagai Mukjizat


Juni 14, 2011

Mukjizat artinya sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia membuatnya karena hal itu diluar kesanggupannya. Mukjizat ini hanya diberikan kepada nabi-nabi untuk menguatkan kenabian dan kerasulannya, dan bahwa agama / risalah yang dibawanya bukanlah bikinannya

sendiri tetapi benar-benar dari Alloh SWT. Mukzijat tidak pernah diberikan kepada selain nabi dan atau Rosul. Nabi besar Muhammad SAW telah diberi beberapa mukjizat oleh Alloh SWT, diantaranya israa-miraj dalam satu malam sebagaimana tersebut dalam surat 17, al-isra ; ayat 1, dll. Tetapi mukjizat yang terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Al-quran. Al-quran menjadi suatu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masa, karena memang beliau diutus oleh Alloh SWT untuk keselamatan manusia di mana dan di masa apapun mereka berada. Oleh sebab Alloh SWT menjamin keselamatan Al-quran sepanjang masa. Firman Alloh SWT ; Audzubillaaahi minasysyaithoonirrojiem :

Artinya : Sesungguhnya Kamilah (lafal nahnu mentaukidkan atau mengukuhkan makna yang terdapat di dalam isimnya inna, atau sebagai fashl) yang menurunkan Adz-Dzikr/Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (dari penggantian, perubahan, penambahan dan pengurangan). -(Q.S : 15 ; 9 )Didalam memberikan definisi kepada Al-quran sengaja dicantumkan kata yang mempunyai mukjizat, karena inilah segi keutamaan al-quran dan bedanya dari kitab-kitab lain yang diturunkan kepada nabi-nabi lainnya. Mukjizatnya disitu terletak pada fashahah dan balaghahnya, keindahan susunan dan gaya bahasanya yang tidak ada tara bandingannya. Mustahil manusia dapat membuat susunan yang serupa dengan Al-quran yang dapat menandinginya. Di dalam Al-quran sendiri terdapat ayatayat yang menantang setiap orang : Kendatipun berkumpul jin dan manusia untuk membuat yang serupa dengan Al-quran, mereka tidak akan dapat membuatnya, seperti firman Alloh SWT dalam Surat 17 / Al Israa 88 :

Artinya : Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat/mengatakan yang serupa Al-quran ini ; niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. Pada ayat ini Allah SWT menegaskan mukjizat Al-quran dan keutamaannya, bahwa Alquran itu benar-benar dari Allah dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai bukti bahwa Alquran itu dari Allah, bukan buatan Muhammad sebagaimana yang didakwakan oleh orang-orang kafir Mekah dan ahli kitab, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW supaya menantang manusia membuat yang seperti Alquran itu. Allah SWT

memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada mereka yang mengabaikan dan memandang Al-quran itu bukan wahyu Allah : Demi Allah, seandainya seluruh manusia dan jin berkumpul, lalu mereka bermufakat dan berusaha membuat seperti Alquran itu, baik ditinjau dari segi ketinggian gaya bahasanya, makna dan pelajaran serta petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya, mereka pasti tidak akan sanggup membuatnya sekalipun di antara mereka terdapat para ahli bahasa. Para ahli ilmu pengetahuan dan semua mereka itu dapat saling bantumembantu dalam membuatnya. Contohnya :
1. Beberapa pemimpin Quraisy berkumpul untuk merundingkan cara-cara menundukkan Rasululloh SAW. Akhirnya mereka sepakat untuk mengutus Abu Walid, seorang sastrawan Arab yang jarang ada bandingannya, agar ia mengajukan kepada Nabi Muhammad SAW supaya meninggalkan dakwahnya. Setelah Rasululloh SAW mendengar ucapan2 Abu Walid, beliau membacakan kepadanya surat 14, Fushilat dari awal sampai akhir. Abu Walid amat tertarik dan terpesona mendengarkan ayat itu sehingga ia termenung-menung memikirkan keindahan gaya bahasanya, kemudian langsung kembali kepada kaumnya tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Rasululloh SAW. Kaumnya yang telah lama menunggunya dengan gelisah dan tiada sabar lagi, melihat perubahan yang nyata pada mukanya. Segera bertanya : Apa hasil yang kamu bawa dan mengapa engkau bermuram durja ?. Abu Walid menjawab : Aku belum pernah mendengarkan kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula katakata ahli tenung. Sesungguhnya Al-quran itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah. Susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah katakata manusia, ia adalah tingi dan tak ada yang dapat mengatasinya. Mendengar jawaban ini mereka menuduh Abu Walid telah berkhianat terhadap agama nenek moyangnya, cenderung kepada agama Islam. 2. Mengenai reaksi ahli syair dan sastra terhadap tantangan Al-quran, mereka bungkam dalam seribu bahasa, tak ada yang berani tampil ke muka, karena memang tidak sanggup dan takut akan mendapat cemoohan dan hinaan. Memang banyak diantara pemimpin2 dan ahli sastra Arab yang mencoba dan meniru Al-quran, bahkan kadang-kadang ada yang mendakwahkan dirinya jadi nabi, seperti Musailamah al-kadz-dzab, Thulaihah, Habalah bin Kaab, dll. Tetapi mereka itu semuanya menemui kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Sebagai contoh kata2 musailamah al-kadzab ysng dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al-quran :

Artinya : Hai katak (kodok) anak dari dua katak. Bersihkanlah apa-apa yang akan engkau bersihkan, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah. Seorang satrawan Arab yang termasyhur, yaitu Al-Jahir telah memberikan penilaiaannya atas gubahan Musailamah ini dalam bukunya yang bernama Al-Hayawan sebagai berikut : Saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya itu. Alangkah buruknya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Alquran yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Bagi sebagian orang dari kita yang umumnya tidak mengetahui dan mendalami bahasa Arab, amat sulit untuk menemukan di mana letak Ijaznya Al-quran, karena mengetahui ketinggian mutu sesuatu, susunan kata-kata tidak akan dapat difahami, kalau kita tidak dapat merasakan keindahan bahasa itu sendiri. Oleh sebab itu cukuplah kalau diketahui bagaimana pengaruh Alquran terhadap sastrawan-sastrawan penantang Islam dan reaksi mereka terhadap tantangantantangan Al-quran sendiri, karena pengakuan musuh-musuh Islam adalah bukti yang nyata atas kebenaran Ijaznya kitab suci ini. Al-quran sendirilah salah satu hakiki mukjizat yang jelas dan gamblang dari Alloh SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang berlaku sepanjang zaman. Berfikirlah cerdas dengan dibawah bimbingan Al-quran. Wallohu Subhaana Wa Ta-alaa bil Alam *** (Iqbal1). 1 Komentar | Ilmu Tafsier / Tafsier, Ilmu Tauhid / Tauhid | Ditulis oleh iqbal1 Permalink

Insert : Mau Beli Kitab Baru?, Hati-Hati dengan Distorsi


Juli 15, 2010

Distorsi Kitab Dari Wahabi

Oleh: KH. Idrus Ramli (Dikutip dari solusiummat.org) Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan ini, maka di situ akan terjadi fitnah. Di sini kita akan membicarakan fitnah Wahabi terhadap kitab-kitab para ulama dahulu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala macam cara. Di antaranya dengan mentahrif kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab. Pada masa dahulu ada seorang ulama Mujassimah, yaitu Ibn Baththah al-Ukbari, penulis kitab al-Ibanah, sebuah kitab hadits yang menjadi salah satu rujukan utama akidah Wahabi. Menurut al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi, Ibn Baththah pernah ketahuan menggosok nama pemilik dan perawi salinan kitab Mujam al-Baghawi, dan diganti dengan namanya sendiri, sehingga terkesan bahwa Ibn Baththah telah meriwayatkan kitab tersebut. Bahkan al-Hafizh Ibn Asakir juga bercerita, bahwa ia pernah diperlihatkan oleh gurunya, Abu al-Qasim al-Samarqandi, sebagian salinan Mujam al-Baghawi yang digosok oleh Ibn Baththah dan diperbaiki dengan diganti namanya sendiri.

Belakangan Ibn Taimiyah al-Harrani, ideolog pertama aliran Wahabi, seringkali memalsu pendapat para ulama dalam kitab-kitabnya. Misalnya ia pernah menyatakan dalam kitabnya alFurqan Bayna al-Haqq wa al-Bathil, bahwa al-Imam Fakhruddin al-Razi ragu-ragu terhadap madzhab al-Asyari di akhir hayatnya dan lebih condong ke madzhab Mujassimah, yang diikuti Ibn Taimiyah. Ternyata setelah dilihat dalam kitab Ijtima al-Juyusy al-Islamiyyah, karya Ibn alQayyim, murid Ibn Taimiyah, ia telah men-tahrif pernyataan al-Razi dalam kitabnya Aqsam alLadzdzat. Tradisi tahrif ala Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal-Jamaah yang mereka warisi dari pendahulunya, kaum Mujassimah itu, juga berlangsung hingga dewasa ini dalam skala yang cukup signifikan. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 300 kitab yang isinya telah mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil orang-orang Wahabi.

Di antaranya adalah kitab al-Ibanah an Ushul al-Diyanah karya al-Imam Abu al-Hasan al-Asyari. Kitab al-Ibanah yang diterbitkan di Saudi Arabia, Beirut dan India disepakati telah mengalami tahrif dari kaum Wahhabi. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan isi kitab al-Ibanah tersebut dengan al-Ibanah edisi terbitan Mesir yang di-tahqiq oleh Fauqiyah Husain Nashr. Tafsir Ruh al-Maani karya al-Imam Mahmud al-Alusi juga mengalami nasib yang sama dengan al-Ibanah. Kitab tafsir setebal tiga puluh dua jilid ini telah di-tahrif oleh putra pengarangnya, Syaikh Numan al-Alusi yang terpengaruh ajaran Wahabi. Menurut Syaikh Muhammad Nuri alDaitsuri, seandainya tafsir Ruh al-Maani ini tidak mengalami tahrif, tentu akan menjadi tafsir terbaik di zaman ini. Tafsir al-Kasysyaf, karya al-Imam al-Zamakhsyari juga mengalami nasib yang sama. Dalam edisi terbitan Maktabah al-Ubaikan, Riyadh, Wahabi melakukan banyak tahrif terhadap kitab tersebut, antara lain ayat 22 dan 23 Surat al-Qiyamah, yang di-tahrif dan disesuaikan dengan ideologi Wahabi. Sehingga tafsir ini bukan lagi Tafsir al-Zamakhsyari, namun telah berubah menjadi tafsir Wahabi. Hasyiyah al-Shawi ala Tafsir al-Jalalain yang populer dengan Tafsir al-Shawi, mengalami nasib serupa. Tafsir al-Shawi yang beredar dewasa ini baik edisi terbitan Dar al-Fikr maupun Dar alKutub al-Ilmiyah juga mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil Wahabi, yakni penafsiran alShawi terhadap surat al-Baqarah ayat 230 dan surat Fathir ayat 7. Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, kitab fiqih terbaik dalam madzhab Hanbali, juga tidak lepas dari tahrif mereka. Wahabi telah membuang bahasan tentang istighatsah dalam kitab tersebut, karena tidak sejalan dengan ideologi mereka. Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul Qadir al-Arnauth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia, telah di-tahrif sebagian judul babnya dan sebagian isinya dibuang. Yaitu Bab Ziyarat Qabr Rasulillah SAW diganti dengan Bab Ziyarat Masjid Rasulillah SAW dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah saw, juga dibuang.

Demikianlah beberapa kitab yang telah ditahrif oleh orang-orang Wahabi. Tentu saja tulisan ini tidak mengupas berbagai cara tahrif dan perusakan Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jamaah peninggalan para ulama kita. Namun setidaknya, yang sedikit ini menjadi pelajaran bagi kita agar selalu berhati-hati dalam membaca atau membeli kitab-kitab terbitan baru. Wallahu alam.

Penulis : KH. Idrus Ramli, Pengurus Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) Jember. 3 Komentar | Ilmu Fiqih, Ilmu Nahwu / Sharaf (Alat), Ilmu Tafsier / Tafsier, Ilmu Tauhid / Tauhid, Warta | Permalink Ditulis oleh iqbal1

Kisah : Ucapan Selamat Datang Kyai Khalil


Mei 14, 2010

Suatu Ketika Habib Jindan bin Salim berselisih pendapat dengan seorang ulama, manakah pendapat yang paling sahih dalam ayat Maliki yaumiddin, maliki-nya dibaca maaliki (dengan memakai alif setelah mim), ataukah maliki (tanpa alif). Setelah berdebat tidak ada titik temu. Akhirnya sepakat untuk sama-sama datang ke Kyai Keramat ; Kyai Khalil Bangkalan. Ketika itu Kyai yang jadi maha guru para kyai pulau Jawa itu sedang duduk di dalam mushala, saat rombongan Habib Jindan sudah dekat ke Mushola sontak saja kyai Khalil berteriak. Maaliki yaumiddin ya Habib, Maaliki yaumiddin Habib, teriak Kyai Khalil bangkalan menyambut kedatangan Habib Jindan. Tentu saja dengan ucapan selamat datang yang aneh itu, sang Habib tak perlu bersusah payah menceritakan soal sengketa Maliki yaumiddin ataukah maaliki yaumiddin itu. Demikian cerita Al Habib ketika menjelaskan perbendaan pendapat ulama dalam bacaan ayat itu pada Tafsir Thabari. (***Ref. http://www.habibluthfiyahya.net) Tinggalkan sebuah Komentar | Permalink Ditulis oleh iqbal1 Ahlak, Ilmu Tafsier / Tafsier, Komunitas, Uncategorized |

Kitab2 Tafsier ; Pusaka ulama untuk dunia Ilmu..


Juni 23, 2009

1. Tafsier Al-Jalalain. Karya Imam Jalaluddin Muhammad Bin Ahmad Al-Mahalli, dan kemudian oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman Bin Abi Bakar As-Suyuuthie. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=207 2. Tafsier Al-Baidhowie. Karya Imam Al-Baidhowie. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=580) 3. Tafsier Al-Qurthubi (Al-Jaamiul Ahkamul Quran) ; Karya Al-Imam Abu Abdulloh Al-Qurthubie. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=254 ) 4. Tafsier Khozien. Karya Imam Abu Hasan Alie Bin Muhammad Al-Khozien. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=2281) 5. Tafsier Siroojul Munier. Karya Muhammad Bin Ahmad As-Sarbini Syamsuddin. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=2323) 6. Tafsier Samarqondi (Bahrul Ulum). Karya Abu Al-Laits Nashor Bin Muhammad Bin Ibrahiem AsSamarqondie (Al-Fqh Al-Hanafi), (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=1531). 7. Tafsier Ibnu Katsier (Tafsier Al-quranul adhiem) ; Karya Al-Hafidz Ibnu Katsier. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=264 ) 8. Tafsier Ath-thobarie (Jaamiul Bayyan). Karya : Al-Imam Ibnu Jarier Ath-thobarie. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=416 ) 9. Tafsier Fakhrurrozie, Tafsier Al-Kabier. Karya Imam Al-Fahrurroozie. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=1523) 10. Tafsier Fie Dlilalil Quran. Karya : Sayyid Quthub Rohimulloh. (Klik http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=571) 11. Dll..

2 Komentar | Ilmu Tafsier / Tafsier | Ditulis oleh iqbal1

Permalink

Tafsir Al-Quran : Kitab Marrohu Labied Tafsier AlMunier


Maret 19, 2009

Membuka keutamaan-keutamaan, mempelajari alquranul kariem dengan maksud memahami maksud-maksudnya, atau ingin mengerti pengertianpengertiannya, tidaklah semudah mengatakannya atau dengan dapat dilakukan langsung kepada terjemahannya, tetapi mutlak mesti dilakukan dengan menguasai berbagai cabang ilmu dan pengetahuannya, diantaranya ilmu tafsier. Kalaupun hanya baru dapat membacanya, itupun sudah cukup mendatangkan pahala dan akan mendapatkan maunahnya. Jika belum mumpuni tidak perlu memaksakan mengambil pemahamannya. Sangat diperlukan berpegang kepada Alquran tersebut secara ilmiah. Untuk menghindari kesalahan pengertian tersebut, maka tafsier al-quranul kariem yang disusun oleh para ulama mujtahidin mutlak, dapat menjadi rujukan dan dipakai untuk maksud tersebut di atas. Sangat dikuatirkan, atau karena ketidak-sungguh-sungguhan atau kesembronoan yang mengemukakan pemahaman dari aspek terjemahan semata, atau royu akan mengakibatkan jatuh ke dalam kekufuran.

Disini tertampil Kitab Tafsir yang diberi nama ; Marroohul Labied Lil Kasyfil Manaa Al-quraanul Majied (Keranjang Yang Indah Serta Luas untuk Menyingkapkan Arti-arti Al-Quran Yang Agung) atau dikenal sebagai Kitab Tafsir Marrohu Labied Tafsier AnNawawie / Tafsier Munier, yaitu Kitab Tafsir lengkap Al-quranul Kariem yang disusun oleh Al-alamah Syeikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Rohimahulloh, ulama Nusantara dari Tanara Banten P. Jawa ; yang keilmuannya diakui ulama besar Islam lainnya secara internasional. Kitab2 susunan beliau digunakan sebagai mata pelajaran di pesantren2. Beliau mendapat gelaran pada zamannya Sayid Ulama Hijaz, hujatul Islam 2 setelah Imam Abu Hamid Muhammad AlGhazali Rohimahulloh, atau Nawawi 2 dari Al-muallim Imam Nawawi Rohimahulloh, mujtahid besar dalam Madhab Imam Syafiie.

Kitab ini biasa dipelajari oleh Santri Lanjutan di kalangan Pesantren Salafiyyah untuk mengkaji Al-Quranul Adhiem dari aspek Ilmu Tafsir. Keutamaan kandungan materinya cukup lengkap, Intisarinya praktis, tidak kurang meliputi bahasan dari aspek Ilmu-ilmu Alat (Balaghah, Bayyan), Fiqih, Tauhid, Ahlak / Tashawuf, dll. (Wallohu alam) Materi Tafsier Munir dapat di-Klik secara online http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=6&book=1013 di alamat ini :

Anda mungkin juga menyukai